IMUN
IMUN
IMUNNOSEROLOGY 2
Dosen Pengampu :
Dr. Budi Santosa M.Si,. Med
Aprillia Indra K S.Pd M.Biotech
Disusun Oleh :
Santika Kusumawardani / G1C016010
A. Dasar Teori
Hormon adalah suatu substansi yang dihasilkan oleh kelenjar yang tidak tersalurkan, akan tetapi
langsung masuk ke dalam darah menuju alat-alat lain dari bagian tubuh dan berpengaruh di bagian
tersebut. Kelenjar penghasil hormon dengan hormon-hormon di antaranya yaitu kelenjar pituitari
atau hipofisis mensekresikan hormon somatik, hormon myotropik, hormon adrenotropik dan hormon
gonadotropik meliputi FSH (Folikel Stimulating Hormon), atau hormon prolaktin yang
mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan gonad, yaitu ovarium pada wanita dan testis pada
pria.
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah hormon yang disekresikan oleh sel-sel tropoblas
ke dalam cairan ibu segera setelah nidasi terjadi. HCG yang dihasilkan dapat ditemukan dalam
serum dan urine. Adanya HCG dalam urine dapat digunakan untuk penentuan kehamilan dengan
cara sederhana. Penentuan kehamilan dengan menggunakan urine dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu secara biologik dan dengan imunologik. Percobaan biologik dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu cara ascheim, zondek, Friedman, dan Galli manini; masing-masing cara biologik ini
menggunakan binatang uji. Sedangkan pemeriksaan secara imunologik dapat dilakukan dengan cara
Direct Latex Agglutination (DLA) atau secara tidak langsung dengan cara Latex Agglutination
Inhibition (LAI) serta cara Hemaglutination Inhibition (HAI).
C. Cara Kerja
Kualitatif
Kuantitatif
1. Dibuat pengenceran dengan cara, dipipet 20 ul sampel urine + 80 ul NaCl fisiologis (
harga titer 1/5 )
2. Dipipet 25 ul enceran urine titer 1/5 tambahkan dengan 25 ul HCG latex,
2. Homogenkan, lihat ada tidaknya reaksi aglutinasi maksimal dalam waktu 2 menit
3. Apabila enceran urine titer 1/5 diperoleh hasil (+), maka
4. Buatlah enceran urine 1/10 dengan cara : 25 ul enceran urine titer 1/5 +
25 ul NaCl fisiolologis
5. Dipipet 25 ul enceran urine titer 1/10 + 25 ul HCG latex,
6. Homogenkan, lihat ada tidaknya reaksi aglutinasi maksimal dalam waktu 2 menit
7. Apabila enceran urine titer 1/10 diperoleh hasil (+), maka
8. Buatlah enceran urine 1/20 dengan cara : 25 ul enceran urine titer 1/5 +
l NaCl fisiologis
9. Dipipet 25 ul enceran urine titer 1/20 + 25 ul HCG latex,
10. Homogenkan, lihat ada tidaknya reaksi aglutinasi maksimal dalam waktu 2 menit
Interpretasi Hasil
Hasil positif : Positif (+) bila terjadi aglutinasi berupa gumpalan berwarna putih
Hasil negatif : Negatif (-) bila tidak terjadi aglutinasi berupa cairan polos tanpa
gumpalan.
Hasil : (+) Positive terjadi aglutinasi berupa gumpalan berwarna putih pada titer 1/20
E. Pembahasan
Uji kehamilan yang lebih akurat tentunya adalah tes kuantitatif hormon hCG dalam
darah. Biasanya yang diukur adalah jumlah subunit beta hormon hCG (ß-hCG).
kehamilan trimester
1.000-50.000 IU/L
ketiga
Kadar hCG yang lebih tinggi pada ibu hamil biasa ditemui pada kehamilan kembar dan kasus
hamil anggur (mola). Sementara pada perempuan yang tidak hamil dan juga laki-laki, kadar hCG di atas
normal bisa mengindikasikan adanya tumor pada alat reproduksi. Kadar hCG yang terlalu rendah pada
ibu hamil patut diwaspadai, karena dapat berarti kehamilan terjadi di luar rahim (ektopik) atau kematian
janin atau disebut aborsi spontan.
F. Kesimpulan
Dari hasil praktikum tersebut reaksi aglutinasi pada metode latex, dapat disimpulakan bahwa
urine wanita hamil bereaksi dengan latex sehingga membentuk aglutinasi atau gumpalan yang
mengindikasikan adanya HCG dalam urine pasien tersebut sehingga dinyatakan positif (+) hamil pada
titer 1/20.
A. Dasar teori
Hormon adalah suatu substansi yang dihasilkan oleh kelenjar yang tidak ter salurkan, akan tetapi
langsung masuk ke dalam darah menuju alat-alat lain dari bagian tubuh dan berpengaruh di bagian
tersebut. Kelenjar penghasil hormon dengan hormon-hormon di antaranya yaitu kelenjar pituitari
atau hipofisis mensekresikan hormon somatik, hormon myotropik, hormon adrenotropik dan hormon
gonadotropik meliputi FSH (Folikel Stimulating Hormon), atau hormon prolaktin yang
mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan gonad, yaitu ovarium pada wanita dan testis pada
pria.
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah hormon yang disekresikan oleh sel-sel tropoblas
ke dalam cairan ibu segera setelah setelah nidasi terjadi. HCG yang dihasilkan dapat ditemukan
dalam dalam serum dan urine. Adanya HCG dalam urine dapat digunakan untuk penentuan
kehamilan dengan cara sederhana . Penentuan kehamilan dengan menggunakan urine dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu secara biologik dan dengan imunologik. Percobaan biologik dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu cara ascheim, zondek, Friedman, dan Galli manini; masing-masing
cara biologik ini menggunakan binatang uji. Sedangkan pemeriksaan secara imunologik dapat
dilakukan dengan cara Direct Latex Agglutination (DLA) atau secara tidak langsung dengan cara
Latex Agglutination Inhibition (LAI) serta cara Hemaglutination Inhibition (HAI).
B. Alat dan bahan
Alat : Bahan :
1. Mikroskop 1. Katak jantan (Bufo Vulgaris) dewasa
2. objek glass 2. Urine wanita hamil muda
3. pipet pasteur
4. beaker glass
C. Cara Kerja
1. Ambil seekor katak jantan, pegang erat-erat tapi jangan terlalu kencang
2. Cubit daerah punggung belakang atau perut bagian bawah sampai kulitnya tertarik keatas
3. Suntikkan urin wanita hamil sebanyak 3 cc dengan jarum suntik
4. Lepaskan katak tersebut biarkan di air
5. Ikatlah salah satu kakinya dengan tali rafia dan diamkan selama 30 menit
6. Setelah 30 menit, ambil kataknya dan rangsang bagian kloakanya menggunakan pipet tetes
dengan cara diputar-putarkan secara perlahan sampai urinnya keluar.
7. Pipet urin yang keluar
8. Teteskan pada objek glass dan tutup dengan cover glass
9. Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 kali.
D. Hasil pengamatan
Setelah menyuntikkan urine wanita hamil secara sub-kutan (di bawah kulit) dengan cara
mencubit / menarik kulit katak menggunakan pompa dan jarum suntik (spuit). Setelah 30 menit,
kemudian merangsang bagian kloaka dengan lidi da ada cairan yang keluar.
Setelah diperikasa di bawah mikroskop ternyata cairan tersebut bukan sperma, sehingga dapat
dikatakan bahwa reaksi ini negatif.
Interpretasi Hasil
Hasil positif : Bila pada urine katak di temukan adanya sperma.
Hasil negatif : Bila pada urine katak tidak di temukan adanya sperma.
Hasil : (+) Positif ditemukan spermatozoa pada urine katak
E. Pembahasan
Praktikum dengan judul uji kehamilan (galli mainini) dilakukan dengan tujuan agar mahasiswa
dapat melakukan uji kehamilan (Galli Mainini) dengan menggunakan katak Bufo Vulgaris jantan,
dengan kompetisi khusus yang sama yaitu agar mahasiswa dapat melakukan uji kehamilan (Galli
Mainini) dengan menggunakan katak Bufo Vulgaris jantan.
F. Kesimpulan
Dari hasil praktikum didapatkan reaksi Galli Mainini, bahwa urine wanita hamil bereaksi
positif yang menandakan adanya hormon HCG dalam sampel urine tersebut.
A. Dasar Teori
Telah diketahui bahwa pasa suatu interaksi antigen-antibodi, komplemen yang ada dalam serum
dapat diikat atau dikonsumsi oleh kompleks antigen-antibodi tersebut,dan bahwa komplemen dapat
diaktivasi oleh kompleks eritosit-hemolisin, sehingga mengakibatkan eritrosit tersebut melisis.
Kenyataan ini dipakai untuk menggunakan komplemen sebagai salah satu bahan untuk
penetapan antigen maupun antibodi. Pengujian ini didasarkan atas reaksi-reaksi yang terdiri dari 2 tahap
yaitu tahap pertama dimana sejumlah tertentu komplemen oleh suatu kompleks antigen-antibodi dan
tahan kedua dimana komplemen yang tersisa (bila ada) menghancurkan eritrosit yang telah dilapisi
hemolisin. Banyaknya komplemen yang tidak dikonsumsi pada reaksi tahap pertama, dan yang
mengakibatkan hemolisis pada reaksi tahap kedua, secara tidak langsung merupakan parameter untuk
antibodi atau antigen yang diperiksa.
C. Cara Kerja
0,5 CC
0,5CC
0,5 CC
Nomor Tabung
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
-
NaCl Fisiologis 0,5 1,0 1,5 2,0 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Enceran 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Homolisin
Komplemen 1/20 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
NaCl Fisiologis 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7
DMD 2 % 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Pengenceran 1/100 :
V1 . N1 = V2 . N2
V1 .1/2 = 1/100 . 4 ml
V1 = 4/100 . 2
= 8/100
= 0,080 ml = 80µl Hemolisin 50/100 atau ½ + 3.920µl NaCl fisiologis.
Pengenceran 1/1000
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 1/100 = 4 ml . 100/1
V1 = 4/1000 . 100/1
V1 = 400/1000 = 0,4 ml = 400µl Hemolisin 1/100 + 3600µl NaCl fisiologis.
Pembuatan DMD 2%
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100% = 8 ml . 2%
V1 = 8 . 2/100
V1 = 16/100
= 0,16 ml = 160µl + 7940 NaCl fisologis.
Kocok Homogen, masukkan dalam w.b. 37 0C selama 30 menit lihat terjadinya hemolisis. Pengenceran
tertinggi yang masih menunjukkan hemolisa dengan nyata merupakan titer hemolisin = 1 unit hemolisin
Untuk titrasi komplemen dan tes WR digunakan = Hemolisin 2 unit
Cara sebagai berikut : Misal diketahui Hemolisin lisis terakhir pada pengenceran 1 / 10.000
Maka 1 unit Hemolisin = 1 / 10.000
Hemolisin 2 unit = 2 X 1 / 10.000 = 1 / 5000
Cara membuat Hemolisin 2 unit
R/ Hemolisin 1 / 100 1 cc
NaCl Fisiologis 49 cc
D. Hasil Pengamatan
E. Kesimpulan
Dari hasil praktikum diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil pada tabung no.1 hemolisin
didapatkan titer 1/1000.
A. Dasar Teori
Antigen adalah molekul asing yang dapat menimbulkan respon imun spesifik dari limfosit pada
manusia dan hewan. Antigen meliputi molekul yang dimiliki virus, bakteri, fungi, protozoa dan
cacing parasit. Molekul antigen juga ditemukan pada permukaan zat-zat asing seperti serbuk sari dan
jaringan yang cangkokkan. Sel B dan sel T terspesialisasi bagi jenis antigen yang berlawanan dan
melakukan aktivitas pertahanan yang berbeda namun saling melengkapi.
C. Cara Kerja
1. Jantung sapi dibersihkan dari jaringan yang keras ( otot, urat ) serta lemak
2. Dicuci sampai bersih
3. Dipotong kecil-kecil lalu digiling
4. Air daging dibuang
5. sebanyak 100 gram jantung giling ditambah 500 ml alkohol absolute, dimasukkan dalam botol
coklat
6. Botol disimpan pada suhu ruang dengan sesekali digojok
7. Ekstrak jantung sapi disaring dengan kasa, kemudian dengan kertas saring
8. Filtrat berwarna kuning muda disimpan dalam botol coklat sebagai ekstrak induk
9. Dilakukan Titrasi untuk mengetahui dosisnya
A. Dasar Teori
Tes Wassermann atau reaksi Wassermann (WR) adalah tes antibodi untuk sifilis, dinamai
berdasarkan ahli bakteriologi August Paul von Wassermann, berdasarkan fiksasi komplemen. Itu adalah
tes darah pertama untuk sifilis dan yang pertama dalam kategori tes nontreponemal (NTT). NTT yang
lebih baru, seperti tes RPR dan VDRL, sebagian besar telah menggantikannya. Reaksi tidak spesifik
terhadap sifilis dan akan menghasilkan reaksi positif terhadap penyakit lain, termasuk lupus
eritematosus sistemik, malaria, dan tuberkulosis. Mungkin bagi individu yang terinfeksi untuk tidak
menghasilkan reaksi dan untuk individu yang berhasil diobati untuk terus menghasilkan reaksi (dikenal
sebagai "Wassermann fast" atau "tetap"). Tes Wassermann tidak efektif dalam mengidentifikasi sifilis
primer sebagai reagin yang cukup belum dihasilkan dari kerusakan jaringan pada tahap ini. Oleh karena
itu, metode yang lebih efektif telah menjadi topik penelitian umum.
B. Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
1. Rak tabung 1. Kontrol serum
2. Tabung reaksi 2. Kontrol antigen
3. Mikropipet 3. Kontrol komplemen
4. White tip, blue tip yellow tip 4. Kontrol hemolitik sistem
C. Cara Kerja
No Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8
E. Kesimpulan
Dari hasil praktikum diatas, dapat disimpulkan bahwa pada tabung no.3 mengalami lisis pada
titer 1/12.
Hari/tanggal : Kamis, 11 Oktober 2018
Tujuan : Menentukan dosis komplemen dengan tepat untuk reaksi Wassermen (Tes W.R.)
Judul : TITRASI KOMPLEMEN
A. Dasar Teori
Komplemen merupakan sekumpulan molekul protein dan interaksinya yang terjadi secara
berantai, mengakibatkan efek bilogis pada membran, pada sifat sel dan interaksi protein lain. Sedikitnya
ada 11 jenis protein komplemen yang ada dalam plasma normal, masing-masing ada dalam keadaan
inaktif tetapi bila komplemen diaktivasi, setiap jenis komplemen mempunyai fungsi spesifik. Akivasi
dapat dimulai dengan reaksi antigen dengan IgG atau IgM atau bila ada kontak dengan IgA yang
menggumpal, selain itu aktivasi dapat pula dimulai oleh kontak dengan polisakarida atau
lipopolisakarida, oleh produk yang terjadi akibat aktivasi sistem pembekuan atau kalikrein.
Perubahan dalam kadar komplemen menunjukkan adanya proses penyakit. Kadarnya yang
meningkat sering ditemukan pada inflamasi akut dan infeksi dan berhubungan dengan peningkatan AFP.
Defisiensi komplemen dapat dibagi menjadi defisiensi primer yang ditentukan faktor genetik dan
defisiensi sekunder yang diakibatkan oleh pemakaian komplemen dalam interaksi antigen-antibodi yang
lebih memberikan hubungan dengan patogenesis penyakit. Komplemen dibagi menjadi 3 golongan yaitu
:
a. Komplemen dini pada jalur klasik (C1, C4, C2)
Bila kadar C4 dan C3 rendah tetapi faktor B normal, maka itu berarti aktivasi komplemen hanya terjadi
melalui jalur klasik. Bila kadar C4, C3 dan faktor B semuanya rendah, kemungkinan besar juga terjadi
aktivasi melalui jalur alternatif. Tetapi bila kadar C4 normal dengan kadar C3 dan faktor B rendah,
berarti ada aktivasi melalui jalur alternatif saja.
B. Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
1. Rak tabung 1. NaCl Fisiologis
2. Pipet pasteur 2. Komplemen 1/20
3. Tabung reaksi 3. Hemolisin 2U
4. Beaker glass 4. DMD 2%
5. Mikropipet
6. White tip, blue tip, yellow tip
C. Cara Kerja
No Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8
Komplemen 1/20 0,20 0,25 0,30 0,35 0,40 0,45 0,50 0,55
NaCl Fisologis 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Kocok homogen, masukkan w.b. pada suhu 37⁰C selama 60 menit
Hemolisin 2U 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
DMD 2% 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Kocok Homogen, masukan dalam w.b. air 37⁰C selama 30 menit, liat terjadinya hemolisis.
Pengenceran Komplemen 1/20 sebanyak 5ml :
V1. N1 = V2. N2
V1 . 1 = 1/20 . 5 ml
V1 = 5/20
V1 = 0,25 ml = 250µl + 4750 NaCl fisiologis.
Pembahasan :
Exact Unit = ( EU )
Jumlah terkecil dari komplemen yang menunjukan hemolisis
Full Unit = ( Exact Unit + 0,05 ml
Untuk tes WR kualitatif dan kuantitatif digunakan 2 FU dengan jumlah 1ml
Contoh :
EU = 0,30 ml
FU = 0,35 ml (dari : 0,30 + 0,05)
2FU = 0,7 ml
Jadi komplemen yang dipakai untuk tes W.R dosisnya 3,5%
(dibuat dari komplemen 100%)
D. Hasil Pengamatan
EU = 0,4 ml pada tabung no.5
Full unit (FU) = Exact Unit + 0,05 ml
FU = 0,40 + 0,05 = 0,45 ml
2 FU = 0,8 ml
E. Kesimpulan
Dosis komplemen untuk reaksi Wasserman adalah 4,0%