Anda di halaman 1dari 12

Faktor - Faktor Kebahagiaan Di Tempat Kerja.....

Siska Wulandari

Faktor - Faktor Kebahagiaan Di Tempat Kerja


Siska Wulandari, Ami Widyastuti

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau


email: amiwidyastuti82@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang mem-
buat seseorang bahagia di tempat kerja. Kebahagiaan di tempat kerja menjadi isu
penting dalam penelitian ini karena karyawan yang bahagia akan total dalam bekerja
dan uang bukan merupakan hal utama (Alfarisi, 2010). Sikap ini berdampak positif
pada produktivitas kerja. Sebanyak 407 pegawai UIN Suska Riau diminta untuk meng-
isi kuesioner pertanyaan terbuka yang dikembangkan oleh Kim (2009) dan data diri.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan kombinasi metode kualitatif dan kuan-
titatif dengan pendekatan indigenous psychology. Jawaban-jawaban dikategori kemu-
dian dilakukan cross tabulasi. Hasil analisis data menemukan bahwa ada lima faktor
yang membuat seseorang bahagia di tempat kerja. Faktor-faktor tersebut adalah ada-
lah (1) hubungan positif dengan orang lain (47,2 persen), (2) prestasi (22,4 persen),
(3) lingkungan kerja fisik (17,0 persen), (4) kompensasi (12,0 persen), (5) kesehatan
(1,5 persen). Hubungan positif dengan orang lain merupakan faktor terbesar yang
membuat seseorang bahagia di tempat kerja.

Kata kunci: indigenous psychology, kebahagiaan ditempat kerja, karyawan

Abstract

This study aims to gain to get information about factors that can makes people happy
at work. Happiness at work became important issue on this research because happy
employees do their job with totally and money does not number one (Alfarisi, 2010).
This attitudes give positive effect for work productivity. A number of 407 employess at
UIN Suska Riau filled out questionnaire with open-ended questions developed by Kim
(2009) and information about the data itself. The data was analyzed using a combina-
tion of qualitative and quantitative methods with indigenous psychology approach. Cat-
egorization responses were analyzes by cross tabulation statistical methods. Result
showed that there were five factor that make employee happy at work, those are : (1)
positive relationship with others (47,2%); (2) prestation (22,4%); (3) fisical environt-
ment (17,0%); (4) compensation (12,0%); and (5) Healt (1,5%). Positive relationship
with others were biggest factor that makes people to be happy at work.

Keywords: indigenous psychology, happiness at work, employee

Pendahuluan melaksanakan semua perkara yang mulia


dan menjauhi perkara yang dilarang (Zahi-
Setiap manusia ingin hidup bahagia dah & Raihanah, 2011).
dunia dan akhirat. Manusia harus melakukan Kebahagiaan umumnya mengacu
suatu usaha untuk mendapatkan kebaha- pada emosi positif yang dirasakan individu
giaan. Usaha yang dilakukan antara individu serta aktivitas positif yang disukai oleh indi-
satu dengan yang lain harus sesuai dengan vidu (Seligman, 2005). Menurut Biswas, Di-
kebahagiaan yang ingin diraih. Untuk itu ke- ener dan Dean (2007) kebahagiaan berupa
bahagiaan tidak dapat diraih seseorang den- kualitas dari keseluruhan hidup manusia yang
gan begitu saja tanpa berusaha. Tak heran membuat kehidupan menjadi baik secara kes-
jika manusia bekerja keras untuk meraih ke- eluruhan seperti kesehatan yang lebih baik,
bahagiaaan (Elfida, 2008). kreativitas yang tinggi, pendapatan yang leb-
Menurut Al-Farabi (dalam Zahidah & ih tinggi dan tempat kerja yang baik. Individu
Raihanah, 2011) kebahagiaan adalah kondi- yang memiliki kebahagiaan tinggi akan mer-
si hati yang dipenuhi dengan keyakinan dan asakan bahwa pekerjaan, perkawinan, dan
berperilaku sesuai dengan keyakinan. Hal ini area lain di dalam kehidupan terasa memuas-
dilakukan dengan cara jiwa yang terlepas kan (Elfida, 2008). Demikian kebahagiaan itu
dari tuntutan hawa nafsu, melaksanakan sangat relatif antara satu dengan yang lain.
amanah dan janji, menunaikan tugas-tugas Ukuran kebahagiaan sangat relatif
dengan sempurna, meninggalkan perkara antara individu yang satu dengan yang lain.
yang diharamkan oleh Allah SWT. Demikian Adakala individu menjadikan kecukupan ma-
jiwa akan menjadi bahagia apabila seseorang teri sebagai ukuran kebahagiaan. Ada yang

49
Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 1, Juni 2014

dengan sempurna, meninggalkan perkara Pekerjaan bukan hanya alat untuk


yang diharamkan oleh Allah SWT. Demikian mendapatkan uang tetapi juga isyarat bahwa
jiwa akan menjadi bahagia apabila sese- individu dihargai, dibutuhkan orang lain, dan
orang melaksanakan semua perkara yang meyakinkan bahwa individu mampu melaku-
mulia dan menjauhi perkara yang dilarang kan sesuatu sehingga pekerjaan memberikan
(Zahidah & Raihanah, 2011). makna lain pada kehidupan individu. Menurut
Kebahagiaan umumnya mengacu Lopez dan Snyder (2007) tiga konsep kerja
pada emosi positif yang dirasakan individu yaitu pekerjaan yang berfokus pada keuangan
serta aktivitas positif yang disukai oleh indi- sehingga memandang pekerjaan sebagai ke-
vidu (Seligman, 2005). Menurut Biswas, Di- untungan yang diperoleh dari provider untuk
ener dan Dean (2007) kebahagiaan berupa kebutuhan keluarga, kedua pekerjaan meru-
kualitas dari keseluruhan hidup manusia pakan suatu karir dengan cara memfasilitasi
yang membuat kehidupan menjadi baik se- motivasi berprestasi, menstimulasi kebutuhan
cara keseluruhan seperti kesehatan yang untuk berkompetisi, atau meningkatkan harga
lebih baik, kreativitas yang tinggi, pendapa- diri dan kepuasan, ketiga pekerjaan merupa-
tan yang lebih tinggi dan tempat kerja yang kan suatu panggilan hati yang bersumber
baik. Individu yang memiliki kebahagiaan dari kebermaknaan pribadi yang berasal dari
tinggi akan merasakan bahwa pekerjaan, keyakinan individu melakukan tujuan sosial
perkawinan, dan area lain di dalam kehidu- yang bermanfaat sebagai bentuk pengem-
pan terasa memuaskan (Elfida, 2008). De- bangan diri ke arah yang lebih baik.
mikian kebahagiaan itu sangat relatif antara Individu yang bekerja dengan rasa ba-
satu dengan yang lain. hagia adalah individu yang memiliki perasaan
Ukuran kebahagiaan sangat relatif positif disetiap waktu, karena individu tersebut
antara individu yang satu dengan yang lain. yang paling tahu bagaimana mengelola dan
Adakala individu menjadikan kecukupan ma- mempengaruhi dunia kerjanya sehingga me-
teri sebagai ukuran kebahagiaan. Ada yang maksimalkan kinerja dan memberikan kepua-
menganggap kebahagiaan bukan hanya san dalam bekerja (Pryce & Jones, 2010).
mengenai materi saja, tetapi perasaan yang Diener menggunakan istilah kesejahteraan
berkaitan dengan pemaknaan atas berbagai subjektif (subjective well-being) untuk meng-
peristiwa yang ada disetiap rentang kehidu- gambarkan kebahagiaan. Ariati (2010) yang
pan. Selain itu ada pula yang menganggap meneliti hubungan antara subjective well-
kebahagiaan merupakan perasaan yang being dengan kepuasan kerja menemukan
muncul akibat seimbangnya antara harapan ada hubungan positif antara subjective well-
dan keinginan (Elfida, 2008). Itulah berbagai being dengan kepuasan kerja. Maka dari itu
tolok ukur kebahagiaan yang dapat dirasakan ada hubungan antara kebahagiaan dengan
dalam kehidupan. kepuasan kerja.
Menurut Carr (2004) secara keselu- Kepuasan kerja muncul apabila indi-
ruhan kebahagiaan tergantung pada evalu- vidu bekerja sesuai dengan apa yang diingin-
asi kognitif kepuasan dalam berbagai domain kan dan diharapkan (Robbins, 2002). Kes-
kehidupan seperti keluarga, pekerjaan, peng- esuaian antara harapan dengan kenyataan
aturan, dan pengalaman afektif. Lebih lanjut, penting untuk diwujudkan. Hal ini berkaitan
Carr (2004) menyebutkan delapan domain dengan kepuasan kerja yang akan didapat-
kehidupan untuk memperoleh kebahagiaan kan nantinya. Alfarisi (2010) menyebutkan ci-
seperti diri sendiri, keluarga, pernikahan, re- ri-ciri kepuasan kerja adalah rasa bangga ter-
lasi, lingkungan sosial, fisik, kerja dan pen- hadap pekerjaan, menyenangi dan mencintai
didikan. Eddington dan Shuman (dalam Putri, pekerjaan, bergairah dan bahagia dengan
2009) menyebutkan domain kehidupan dalam pekerjaan, dan bertanggung jawab terhadap
memperoleh kebahagiaan seperti diri sendiri, pekerjaannya.
keluarga, waktu, kesehatan, keuangan, dan Individu yang menyenangi dan men-
pekerjaan. Demikian pekerjaan merupakan cintai pekerjaan akan bahagia dalam melaku-
domain kehidupan untuk memperoleh keba- kan pekerjaan. Individu yang merasa bahagia
hagiaan. melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati
Pekerjaan sebagai salah satu domain dan menomorduakan imbalan materi (Alfari-
kehidupan untuk mendapatkan kebahagiaan. si, 2010). Hal ini berarti individu yang bek-
Pekerjaan menjadi suatu hal yang pent- erja sepenuh hati dan tanpa mengenal lelah
ing bagi kehidupan seseorang. Bekerja juga akan merasakan kepuasan dalam pekerjaan-
merupakan salah satu tugas perkembangan nya, sehingga berdampak pada produktivitas
masa dewasa yang harus dipenuhi (Putri, kerja.
2009). Bekerja dapat memenuhi kebutuhan Hasil wawancara awal penulis pada
sandang, pangan, dan papan. Akan tetapi, tanggal 04 Oktober 2013 dengan empat
antara individu yang satu dengan yang lain orang pegawai Universitas Islam Negeri Sul-
mempunyai cara yang berbeda dalam me- tan Syarif Kasim Riau diperoleh hasil bahwa
maknai suatu pekerjaan. dengan melakukan pekerjaan senang hati,

50
Faktor - Faktor Kebahagiaan Di Tempat Kerja..... Siska Wulandari

sesuai kehendak sendiri, tidak terpaksa, dan Maka dari itu, kebahagiaan dapat
merasa tugas sebagai tanggung jawab mem- dipengaruhi oleh budaya, kepribadian, perni-
berikan rasa puas dalam melakukan peker- kahan, dukungan sosial, persahabatan, kes-
jaan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa individu ehatan, agama dan spritualitas serta ker-
saat bekerja tidak hanya ingin mendapatkan jasama dengan rekan-rekan. Sementara
materi, melainkan juga sebagai bentuk pang- kerja didefinisikan sebagai aktivitas untuk
gilan hati. Hal ini akan memberikan rasa ba- mencapai tujuan (Anaroga, 2009) dan Malayu
hagia dalam bekerja. Hasil wawancara ini (2009) mengatakan kerja adalah sejumlah
sejalan dengan pendapat Lopez dan Snyder aktivitas fisik dan mental yang dilakukan se-
(2007) yang menyatakan bahwa individu be- seorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan,
kerja bukan hanya untuk mendapatkan materi, dengan demikian disimpulkan bahwa kerja
melainkan bahwa suatu pekerjaan itu menjadi merupakan sejumlah aktivitas fisik dan men-
suatu panggilan hati, sehingga mereka be- tal yang dilakukan seseorang dalam melaku-
kerja dengan hati yang bahagia dan senang. kan pekerjaan untuk sesuatu yang hendak
Rasa tidak bahagia di tempat kerja ini akan dicapai.
menimbulkan ketidakpuasan yang memberi- Kebahagiaan di tempat kerja meru-
kan dampak negatif bagi instansi antara lain pakan perasaan positif yang dimiliki individu
tingkat kehadiran rendah dan turnover yang disetiap waktu kerja, karena individu tersebut
tinggi (Soeghandi, 2013). mengetahui, mengelola dan mempengaruhi
Kebahagiaan di tempat kerja sangat dunia kerjanya sehingga mampu memaksi-
penting bagi individu karena individu yang ba- malkan kinerja dan memberikan kepuasan
hagia di tempat kerja memiliki perasan positif bagi dirinya dalam bekerja (Pryce dan Jones,
yang membuat individu puas, produktif, dan 2010). Pada penelitian ini kebahagiaan di
turnover rendah sehingga menciptakan sum- tempat kerja didefinisikan sebagai kondisi
ber daya manusia yang berkualitas (Ningsih, emosi positif dan aktivitas positif yang dirasa-
2013). Intinya individu yang bahagia di tempat kan oleh individu secara subyektif dalam me-
kerja akan berdampak positif dan negatif bagi nilai diri sebagai individu yang bahagia atau
instansi. Dengan melihat adanya dampak tidak dalam melakukan aktivitas pekerjaan di
positif dan negatif yang didapatkan dari indi- tempat kerja.
vidu yang bahagia dan tidak bahagia, instansi Aspek-aspek kebahagiaan di tempat
dapat meningkatkan kebahagiaan individu kerja antara lain gaji, jam kerja, rekan kerja,
dalam bekerja. Namun untuk meningkatkan lingkungan kerja, manajemen, kepribadian
kebahagiaan individu dalam bekerja, penting dan sikap. Selain itu, nilai pekerjaan memiliki
untuk terlebih dahulu mengetahui faktor yang dampak yang besar pada kebahagiaan indi-
membuat individu bahagia dalam bekerja. vidu di tempat kerja (Suojanen, 2012). Faktor-
Seligman (2005) menjelaskan keba- faktor yang mempengaruhi individu bahagia
hagiaan merupakan konsep yang mengacu di tempat kerja yakni kepribadian, budaya,
pada emosi positif yang dirasakan individu pernikahan, dukungan sosial, persahabatan,
serta aktivitas-aktivitas positif yang disukai kesehatan, agama dan spiritualitas, serta ker-
oleh individu. Menurut Lopez dan Snyder jasama (Carr, 2004).
(2007) kebahagiaan merupakan kondisi
emosi positif yang secara subjektif didefin- Metode
isikan oleh setiap orang. Lyubomirsky (2007)
menyebutkan kebahagiaan sebagai penila- Penelitian ini merupakan penelitian
ian subyektif dan global dalam menilai diri deskriptif dengan menggunakan metode
sebagai orang yang bahagia atau tidak. Hal survei dengan melihat frekuensi jawaban
ini beranjak dari pemikiran bahwa kebaha- responden dan mengcrosstabkan dengan
giaan dinilai berdasarkan kriteria-kriteria sub- beberapa kategori respon jawaban. Pen-
yektif yang dimiliki individu. Menurut Biswas, dekatan yang digunakan dalam penelitian ini
Diener dan Dean (2007) kebahagiaan meru- adalah indigenous psychology. Subjek pe-
pakan kualitas dari keseluruhan hidup manu- nelitian adalah pegawai tetap PNS dan non
sia apa yang membuat kehidupan menjadi PNS Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
baik secara keseluruhan seperti kesehatan Kasim Riau berjumlah 407 orang (Sumber:
yang lebih baik, kreativitas yang tinggi, pen- Kabag. Organisasi, Kepegawaian dan Hu-
dapatan yang lebih tinggi dan tempat kerja kum UIN Suska Riau pada September 2103)
yang baik. Dari beberapa pengertian ahli di yang memiliki masa kerja diatas lima tahun.
atas, disimpulkan bahwa kebahagiaan ada- Data dikumpulkan dengan menggunakan
lah suatu kondisi emosi positif dan aktivitas angket pertanyaan terbuka yang disebarkan
positif yang dirasakan oleh individu secara dari tanggal 6-24 Desember 2013 secara face
subyektif dalam menilai diri sebagai individu to face. Pertanyaan dalam angket dikem-
yang bahagia atau tidak sehingga secara bangkan oleh Kim (2009) Center For Indege-
keseluruhan kualitas kehidupan menjadi baik. nous & Cultural Psychology (CCIP) Fakul-
tas Psikologi UGM dan dimodifikasi penulis

51
Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 1, Juni 2014

sesuai kebutuhan penelitian. Subjek diberi Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim
kebebasan untuk memberikan jawaban atas Riau. Data dianalisis dengan menggunakan
pertanyaan yang diberikan. Pertanyaannya SPSS version 16.00.
adalah hal apa yang membuat sesorang ba-
hagia di tempat kerja? Hasil
Validasi alat ukur dilihat dari validasi
isi dengan melakukan profesional judgment 1. Deskripsi hasil penelitian
(Azwar, 2013) oleh tiga orang dosen Fakul- Berdasarkan hasil analisis data di-
tas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan peroleh hasil bahwa ada lima faktor yang
Syarif Kasim Riau dan tiga orang dosen Uni- membuat seseorang bahagia di tempat ker-
versitas Gadjah Mada, Yogyakarta. ja. Faktor-faktor tersebut adalah adalah (1)
Analisis data menggunakan pendeka- hubungan positif dengan orang lain (47,2
tan indigenous psychology teknik statistik persen), (2) prestasi (22,4 persen), (3) ling-
deskriptif dengan cara frekuensi dan katego- kungan kerja fisik (17,0 persen), (4) kompen-
risasi. Selama proses kategorisasi, jawaban sasi (12,0 persen), (5) kesehatan (1,5 pers-
subjek dipisahkan menjadi kategori kecil. en). Namun, dari beberapa faktor tersebut
Kemudian hasil kategorisasi jawaban subjek faktor hubungan positif dengan orang lain
divalidasi oleh lima orang dosen dan satu memiliki persentase terbesar. Berikut grafik
mahasiswa yang menjadi asisten Center For persentase faktor-faktor kebahagiaan di tem-
Indigenous & Cultural Psychology (CCIP) pat kerja:

Gambar 1. Deskripsi Faktor-faktor Kebahagiaan di Tempat Kerja

Faktor pertama yang membuat se- yang menggambarkan kategori ini adalah :
seorang bahagia di tempat kerja adalah P140 “Teman kerja yang saling support”
hubungan positif dengan orang lain (47,2 P186 “Pemimpin yang begitu bijaksana”
persen), hubungan positif dengan orang lain P375 “Dukungan dari rekan kerja”
terdiri dari kategori dukungan rekan kerja
(40,8 persen) dan atasan yang bijaksana Faktor kedua yang membuat sese-
(6,4 persen). Hubungan positif dengan orang orang bahagia di tempat kerja adalah prestasi
lain didefinisikan sebagai hubungan antara (22,4 persen). Prestasi terdiri dari kategori ke-
orang yang satu dengan orang lain yang bu- berhasilan menyelesaikan tugas (13,0 pers-
kan sekedar hubungan pasif melainkan suatu en), kesesuaian pekerjaan (5,7 persen), dan
aktivitas yang mengembangkan hasil yang mengembangkan diri (3,7 persen). Prestasi
lebih produktif, membangun dan memuaskan adalah hasil usaha yang dicapai dari apa
(Maryanto, 2010). Konsep mengenai hubun- yang dikerjakan atau yang diusahakan. Sese-
gan positif dengan orang lain didasarkan orang dianggap berprestasi, jika dia telah me-
pada bahwa manusia adalah makhluk sosial raih sesuatu hasil dari apa yang diusahakan-
yang membutuhkan satu dengan yang lain nya, baik karena hasil belajar, bekerja, atau
sehingga segala aktivitas tidak terlepas dari berlatih keterampilan dalam bidang tertentu.
adanya hubungan dengan orang lain. Hubun- Prestasi direfleksikan sebagai hasil nyata dari
gan positif dengan orang lain dalam peneli- puncak pengembangan potensi diri. Presta-
tian ini adalah bagaimana seseorang ber- si hanya dapat diraih dengan mengerahkan
hubungan satu sama lain saling mendukung segala kekuatan, kemampuan dan usaha
sesama rekan kerja dan berhubungan baik yang ada dalam diri kita (Ruvendi, 2005).
dengan atasan. Beberapa pernyataan subjek Konsep prestasi didasarkan pada bahwa sese-

52
Faktor - Faktor Kebahagiaan Di Tempat Kerja..... Siska Wulandari

P231 “Menyelesaikan pekerjaan dengan kompensasi tidak hanya gaji melainkan ada
tepat waktu” insentif (Alhempi, 2012). Pada dasarnya
P312 “Pekerjaan yang dikerjakan sesuai orang yang bekerja akan menerima balas
dengan keahlian sehingga kerja men- jasa dari pekerjaan yang dilakukan salah sa-
jadi lebih baik” tunya gaji yang sesuai dengan apa yang tel-
P434 “Tantangan yang akhirnya bisa disele- ah dilakukan dan kemampuan yang dimiliki.
saikan secara tepat” Beberapa pernyataan yang meng-
gambarkan kategori ini adalah:
Faktor ketiga yang membuat sese- P366 “Gaji yang sesuai dengan yang di
orang bahagia di tempat kerja adalah ling- harapkan”
kungan kerja fisik (17,0 persen). Lingkungan P393 “Gaji yang sesuai dengan kemam-
kerja fisik didefinisikan sebagai segala sesua- puan yang dimiliki”
tu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat P396 “Ketika mendapatkan bonus”
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tu-
gas-tugas yang dibebankan dengan peralatan Faktor terakhir yang membuat sese-
pekerjaan yang memadai seperti penerangan, orang bahagia di tempat kerja adalah keseha-
suhu udara, ruang gerak, keamanan, dan ke- tan (1,5 persen). Kesehatan adalah keadaan
bersihan (Munandar, 2001) Lingkungan kerja sejahtera dari fisik, psikis, dan sosial yang
fisik terdiri dari ruang kerja (3,2 persen) dan memungkinkan seseorang hidup produktif se-
peralatan kerja (13,8 persen). Lingkungan cara sosial dan ekonomi (Kesari, 2012). Kon-
kerja fisik merupakan satu sarana untuk me- sep kesehatan berkaitan dengan setiap se-
mudahkan seseorang dalam bekerja, karena seorang yang bekerja harus memiliki kondisi
seseorang bekerja harus memiliki ruang kerja fisik dan psikis yang sehat, maka seseorang
dan peralatan kerja yang memadai. Konsep yang berada dalam kondisi sehat jasmani
mengenai lingkungan kerja fisik berdasarkan dan rohani akan memiliki pikiran yang sehat
penelitian ini adalah segala sesuatu yang ada pula sehingga dalam bekerja seseorang siap
disekitar para pekerja meliputi peralatan kerja mengerjakan pekerjaan yang akan dilakukan-
dan ruang kerja yang baik. Beberapa perny- nya, dengan hal tersebut membuat mereka
ataan yang menggambarkan kategori ini ada- lebih bahagia. Kesehatan terdiri dari kategori
lah: sehat fisik, dan rileks. Kesehatan dalam pe-
P438 “Fasilitas yang lengkap” nelitian ini berkaitan dengan kondisi sese-
P431 “Peralatan kerja yang tersedia dan orang yang baik secara fisik dan psikisnya.
berfungsi dengan baik” P045 “ Apabila badan sehat”
P229 “Tempat kerja yang bagus” P173 “Badan sehat”
P299 “Mendengarkan musik dalam bekerja”
Faktor keempat yang membuat se-
seorang bahagia di tempat kerja adalah Berdasarkan pemaparan di atas, se-
Kompensasi (12,0 persen). Kompensasi ter- cara rinci dapat dilihat persentase kategori
diri dari gaji (10,1 persen) dan insentif (2,0 kecil jawaban mengenai faktor-faktor kebaha-
persen). Kompensasi adalah segala sesuatu giaan di tempat kerja. Berikut hasil persentase
yang diterima pekerja sebagai balas jasa kategorisasi:
terhadap pekerjaan yang dilakukan,
Tabel 1. Persentase Kategori Kecil Jawaban Faktor-Faktor Kebahagiaan di Tempat

Kategori Jumlah (%)

Hubungan positif dengan orang lain 192 47,20%
Dukungan rekan kerja 166 40,80%
Atasan yang bijaksana 26 6,40%
Prestasi 91 22,40%
keberhasilan menyelesaikan tugas 53 13,00%
Kesesuaian pekerjaan 23 5,70%
Mengembangkan diri 15 3,70%
Lingkungan kerja fisik 69 17,00%
Peralatan kerja 56 13,8%
Ruang kerja 13 3,20%
Kompensasi 49 12,00%
Gaji 41 10,1%
Insentif 8 2,0%
Kesehatan 6 1,50%
Sehat fisik 2 0,50%
Rileks 4 1,50%

Total 407 100%

53
Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 1, Juni 2014

Tabel 1 di atas menunjukkan persen- dan terakhir faktor kesehatan berasal dari kat-
tase jawa ban subjek mengenai faktor ke- egori sehat fisik dan rileks.
bahagiaan di tempat kerja, dimana kategori
jawaban faktor kebahagiaan di tempat kerja 2. Analisis Tambahan
adalah bahagia dalam hal hubungan positif a. Tingkat kebahagiaan
dengan orang lain yang berasal dari kategori Berdasarkan aitem pertanyaan kelima
dukungan rekan kerja, dan atasan yang bi- yang menanyakan tentang tingkat kebaha-
jaksana. Faktor prestasi berasal dari keber- giaan yang dirasakan subjek di tempat kerja.
hasilan menyelesaikan tugas, kesesuaian Rentang kebahagiaan mulai dari angka satu
pekerjaan, dan mengembangkan diri. Faktor sampai tujuh. Untuk itu peneliti mengkaji se-
lingkungan kerja fisik berasal dari kategori cara mendalam menggunakan analisis statis-
ruang kerja dan peralatan kerja. Selanjutnya, tik deskriprif frekuensi. Berikut hasil analisis di
faktor kompensasi terdiri dari gaji dan insentif, bawah ini:

Tabel 2. Statistik Deskripsi Persentase Tingkat Kebaha-

Tingkat kebahagiaan Jumlah %

5 393 96,60%
6 8 2,00%
7 6 1,50%

Total 407 100%

Seperti terlihat pada tabel 2 di atas, b. Jenis Kelamin


menunjukkan bahwa mayoritas tingkat ke- Berdasarkan jenis kelamin didapat
bahagiaan subjek berada pada rentang lima perbedaan antara pegawai pria dan wanita
dengan jumlah 393 (96,6 persen). dalam mempersepsi faktor-faktor yang men-
dukung kebahagiaan di tempat kerja. Berikut
hasil analisis :

Tabel 3. Hasil Crosstabs Faktor-Faktor Kebahagiaan di Tempat Kerja Dengan


Jenis Kelamin

crosstabs faktor dengan Jenis Kelamin



Jenis Kelamin

Pria Wanita

Hubungan Positif dengan orang lain 110 81


47.60% 46.00%
27.00% 19.90%
Kesehatan 5 1
2.20% 0.60%
1.20% 0.20%
Kompensasi 29 20
12.60% 11.40%
7.10% 4.90%
Lingkungan Kerja Fisik 37 32
16.00% 18.20%
9.10% 7.90%
Prestasi 50 42
21.60% 23.90%
12.30% 10.30%

Total 231 176
100.00% 100.00%
56.80% 43.20%

54
Faktor - Faktor Kebahagiaan Di Tempat Kerja..... Siska Wulandari

Seperti terlihat pada tabel 3 di atas, besar yang mendukung kebahagiaan dalam
pegawai pria lebih mengutamakan hubun- bekerja.
gan positif dengan orang lain (47, 60 persen);
diikuti kompensasi (12,60 persen); dan kes- c. Pendidikan
ehatan (2,20 persen); sebagai faktor yang Berdasarkan pendidikan didapat
mendukung kebahagiaan dalam bekerja, se- perbedaan antara pegawai pria dan wanita
mentara pada pegawai wanita faktor hubun- dalam mempersepsi faktor-faktor yang men-
gan positif dengan orang lain (46,00 persen) dukung kebahagiaan di tempat kerja. Berikut
prestasi (23,90 persen); dan lingkungan kerja hasil analisis :
fisik (18,20 persen) merupakan tiga faktor ter-

Tabel 4. Hasil Crosstabs Faktor-Faktor Kebahagiaan di Tempat Kerja Dengan


Pendidikan Terakhir

Crosstabs Faktor dengan Pendidikan Terakhir


PendidikanTerakhir


SMK/SMA Diploma Sarjana Master

Hubungan Positif dengan orang lain 61 6 113 11


46.20% 46.20% 48.90% 35.50%
15.00% 1.50% 27.80% 2.70%
Kesehatan 3 0 3 0
2.30% 0.00% 1.30% 0.00%
0.70% 0.00% 0.70% 0.00%
Kompensasi 20 4 22 3
15.20% 30.80% 9.50% 9.70%
4.90% 1.00% 5.40% 0.70%
Lingkungan Kerja Fisik 20 2 41 6
15.20% 15.40% 17.70% 19.40%
4.90% 0.50% 10.10% 1.50%
Prestasi 28 1 52 11
21.20% 7.70% 22.50% 35.50%
6.90% 0.20% 12.80% 2.70%

Total 132 13 231 31


100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
32.40% 3.20% 56.80% 7.60%

Seperti terlihat pada tabel 4 di atas, dalam bekerja, diikuti faktor prestasi (22,50
pegawai dengan pendidikan terakhir SMK/ persen), lingkungan kerja fisik (17,70 persen),
SMA lebih mengutamakan hubungan positif kompensasi (9,50 persen) dan kesehatan
dengan orang lain (46,20 persen) sebagai (1,30 persen).
faktor yang mendukung kebahagiaan dalam Pada pegawai dengan pendidikan terakhir
bekerja, diikuti faktor prestasi (21,20 persen), Master, mereka memandang faktor hubungan
lingkungan kerja fisik (15,20 persen) dan positif dengan orang lain dan prestasi seba-
kompensasi (15,20 persen) serta kesehatan gai dua faktor yang sama-sama berimbang
(2,30 persen). dalam kontribusi mendukung kebahagiaan di
Sementara pegawai dengan pendidi- tempat kerja (35,50 persen). Faktor lainnya
kan terakhir Diploma lebih mengutamakan adalah lingkungan kerja fisik (19,40 persen)
hubungan positif dengan orang lain (46,20 dan kompensasi (9,70 persen). Faktor kese-
persen) sebagai faktor yang mendukung hatan bukan faktor yang mendukung kebaha-
kebahagiaan dalam bekerja, diikuti faktor giaan mereka di tempat kerja (00,00 persen).
kompensasi (30,80 persen), lingkungan kerja
fisik (15,40 persen), dan prestasi (7,70 pers- d. Status Kepegawaian
en). Tidak ada satu orangpun yang menye- Berdasarkan status kepegawaian tidak ter-
butkan kesehatan sebagai faktor yang men- dapat perbedaan antara pegawai pria dan
dukung kebahagiaan mereka di tempat kerja. wanita dalam mempersepsi faktor-faktor yang
Untuk pegawai dengan pendidikan terakhir mendukung kebahagiaan di tempat kerja.
Sarjana, mereka lebih mengutamakan hubun- Berikut hasil analisis :
gan positif dengan orang lain (48, 90 persen)
sebagai faktor yang mendukung kebahagiaan

55
Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 1, Juni 2014

Tabel 5. Hasil Crosstabs Faktor-Faktor Kebahagiaan di Tempat Kerja Dengan Status


Kepegawaian

Crosstabs Faktor dengan Status Kepegawaian



Status Kepegawaian

PNS Non PNS

Hubungan Positif dengan orang lain 71 120
41.50% 50.80%
17.40% 29.50%
Kesehatan 1 5
0.60% 2.10%
0.20% 1.20%
Kompensasi 20 29
11.70% 12.30%
4.90% 7.10%
LingkunganKerjaFisik 33 36
19.30% 15.30%
8.10% 8.80%
Prestasi 46 46
26.90% 19.50%
11.30% 11.30%

Total 171 236
100.00% 100.00%
42.00% 58.00%

Seperti terlihat pada tabel 5 di atas, mendukung kebahagiaan di tempat kerja.


pegawai pria dan wanita sama-sama menem-
patkan faktor hubungan positif dengan orang e. Suku Bangsa
lain sebagai faktor pertama yang mendukung Berdasarkan suku bangsa didapat
kebahagiaan mereka di tempat kerja. Selan- perbedaan antara pegawai pria dan wanita
jutnya diikuti oleh faktor prestasi, lingkungan dalam mempersepsi faktor-faktor yang men-
kerja, kompensasi, dan kesehatan. Tidak ter- dukung kebahagiaan di tempat kerja. Berikut
dapat perbedaan antara pegawai pria dan hasil analisis :
wanita dalam mempersepsi faktor-faktor yang

Tabel 6. Hasil Crosstabs Faktor-Faktor Kebahagiaan di Tempat Kerja Dengan Suku


Bangsa

Crosstabs Faktor dengan Suku



Suku

Melayu Jawa Batak Minang Bugis

Hubungan Positif dengan orang lain 144 22 7 16 2
47.50% 44.90% 46.70% 43.20% 66.70%
35.40% 5.40% 1.70% 3.90% 0.50%
Kesehatan 6 0 0 0 0
2.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
1.50% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
Kompensasi 33 11 2 3 0
10.90% 22.40% 13.30% 8.10% 0.00%
8.10% 2.70% 0.50% 0.70% 0.00%
Lingkungan Kerja Fisik 50 7 4 7 1
16.50% 14.30% 26.70% 18.90% 33.30%
12.30% 1.70% 1.00% 1.70% 0.20%
Prestasi 70 9 2 11 0
23.10% 18.40% 13.30% 29.70% 0.00%
17.20% 2.20% 0.50% 2.70% 0.00%


Total 303 49 15 37 3
100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
74.40% 12.00% 3.70% 9.10% 0.70%

56
Faktor - Faktor Kebahagiaan Di Tempat Kerja..... Siska Wulandari

Berdasarkan tabel 6 di atas, dapat di- kerja.


simpulkan bahwa : Terjalinnya hubungan positif dengan
1. Suku bangsa melayu, jawa, batak, minang, orang lain di tempat kerja terlihat dengan
dan bugis sama-sama mempersepsi hub- adanya dukungan dari rekan kerja, atasan
ungan positif dengan orang lain seba- yang bijaksana merupakan hal yang mem-
gai faktor pertama yang mendukung keba- buat seseorang bahagia di tempat kerja. Re-
hagiaan di tempat kerja kan kerja dan atasan merupakan orang ter-
2. Suku bangsa jawa dan batak sama-sama dekat saat berada di tempat kerja, tidak heran
mempersepsi kesehatan bukan merupa- seseorang mengandalkan saran, dukungan,
kan faktor yang mendukung kebahagiaan penilaian dan pendapat dari orang-orang ter-
di temapt kerja. dekatnya, sehingga terjalin hubungan yang
3. Tidak ada perbedaan antara pegawai suku positif. Seperti pernyataan Ryff (dalam Muja-
bangsa melayu dan minang dalam mem- miasih, 2013) menyatakan bahwa seseorang
persepsi faktor yang mendukung kebaha- bahagia disebabkan adanya penerimaan diri,
giaan mereka di tempat kerja. Mereka hubungan positif dengan orang lain, otonomi/
sama-sama mempersepsi faktor hubung- kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan
an positif dengan orang lain sebagai fak- hidup dan pribadi yang berkembang. Serupa
tor terbesar yang mendukung kebaha- dengan penelitian Mujamiasih (2013) menya-
giaan di tempat kerja, selanjutnya diikuti takan bahwa adanya hubungan positif antara
dengan faktor prestasi, lingkungan kerja, seseorang dengan sesama rekan kerjanya
kompensasi, dan terakhir kesehatan. akan meningkatkan kebahagiaan.
4. Suku bangsa jawa mempersepsi hubun- Hubungan positif dengan orang lain
gan positif dengan orang lain sebagai fak- adalah bagaimana seseorang berhubun-
tor pertama yang mendukung kebaha- gan satu sama lain saling mendukung dan
giaan di tempat kerja, diikuti dengan kom- berhubungan baik sesama rekan kerja dan
pensasi, prestasi, dan lingkungan kerja. atasan. Hal ini sesuai dengan pernyat-
Kesehatan bukan merupakan faktor pen- aan Maryanto (2010) menyatakan bahwa
dukung kebahagiaan di tempat kerja bagi hubungan positif dengan orang lain bukan
mereka. hanya hubungan pasif melainkan suatu ak-
5. Suku bangsa batak mempersepsi hubun- tivitas yang mengembangkan hasil yang lebih
gan positif dengan orang lain sebagai fak- produktif, membangun dan memuaskan.
tor pertama yang mendukung kebahagiaan Hasil penelitian ini juga mendukung
di tempat kerja, diikuti dengan lingkungan penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang
kerja, kompensasi dan prestasi. Kompen- dilakukan oleh Ardi (2012) menemukan
sasi dan prestasi memiliki persentase sama bahwa adanya hubungan dengan orang lain
besar sebagai faktor yang mendukung ke menjadi faktor utama yang membuat sese-
bahagiaan ditempat kerja. Kesehatan bukan orang bahagia. Selain itu penelitian Markus
merupakan faktor pendukung kebahagiaan (2009) mengatakan bahwa hubungan positif
di tempat kerja bagi mereka. yang terjalin di lingkungan sosial akan men-
6. Suku bangsa minang mempersepsi hubun- jadi sumber kebahagiaan.
gan positif dengan orang lain sebagai fak Temuan ini menguatkan bahwa kon-
tor pertama yang mendukung kebahagiaan sep hubungan dengan orang lain masih
di tempat kerja, diikuti prestasi, lingkun menjadi sesuatu yang melekat dalam bu-
gan kerja fisik, kompensasi dan kesehatan. daya kolektif. Di Indonesia, budaya kolektif
7. Suku bangsa bugis mempersepsi hubun- masih sangat tinggi. Markus (2009) mengata-
gan positif dengan orang lain sebagai fak- kan budaya kolektif ditandai dengan adanya
tor pertama yang mendukung kebahagiaan dukungan dari orang lain dan mementingkan
di tempat kerja, diikuti lingkungan ker- keterhubungan atau keterkaitan antara satu
ja. Faktor prestasi, kompensasi dam ke- dengan yang lain. Hal ini diperkuat oleh Pe-
sehatan bukan faktor yang mendukung nelitian Oktaria di Purwokerto (2011) men-
kebahagiaan mereka di tempat kerja. emukan bahwa hubungan antar individual
dalam masyarakat Indonesia adalah erat.
Pembahasan Hubungan yang erat ini meletakkan harmoni
sebagai kunci dalam menjaga hubungan. Wa-
Berdasarkan hasil analisis data mene- jar jika hubungan dengan orang lain membuat
mukan bahwa ada lima faktor yang membuat seseorang bahagia.
seseorang bahagia di tempat kerja. Faktor- Berdasarkan hasil analisis tamba-
faktor tersebut adalah hubungan positif den- han terhadap suku bangsa, pendidikan, jenis
gan orang lain, prestasi, lingkungan kerja fisik, kelamin, dan status kepegawaian, ditemukan
kompensasi, dan kesehatan. Namun, dari be- bahwa faktor hubungan positif dengan orang
berapa faktor tersebut hubungan positif den- lain merupakan faktor pertama yang memiliki
gan orang lain memiliki persentase terbesar persentase paling besar dibandingkan fak-
yang membuat seseorang bahagia di tempat tor lain sebagai faktor yang mendukung ke-

57
Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 1, Juni 2014

bahagiaan pegawani di tempat kerja. Tidak Penutup


ada perbedaan berdasarkan identitas latar
belakang subjek penelitian (responden). Jika Hasil penelitian menunjukkan ada
ditelaah hal ini disebabkan karena budaya lima faktor yang membuat seseorang baha-
timur yang kolektif, seperti pendapat Kitay- gia di tempat kerja yaitu (1) hubungan positif
ama (2000) yang jelas menyatakan bahwa dengan orang lain seperti dukungan dari re-
memang orientasi kebahagiaan pada budaya kan kerja dan atasan, (2) prestasi seperti ke-
di Timur itu lebih menekankan pada hubun- berhasilan menyelesaikan tugas, kesesua-
gan interpersonal seperti adanya kebersa- ian pekerjaan, dan mengembangkan diri,
maan, keterkaitan, dan sikap saling bergan- (3) lingkungan kerja fisik seperti fasilitas, (4)
tung pada orang lain. Keterkaitan dan saling kompensasi seperti gaji dan insentif, (5) kese-
ketergantungan satu sama lain merupakan hatan seperti badan sehat dan rileks. Secara
keinginan seseorang untuk menyesuaikan garis besar, dari beberapa faktor tersebut fak-
diri dengan hubungan sosial yang saling ber- tor hubungan positif dengan orang lain memi-
sangkutan. Hal ini diperkuat oleh Varnum liki persentase terbesar. Hal ini menunjukkan
(2009) menyatakan bahwa keterkaitan dan si- bahwa hubungan positif sesama rekan kerja
kap saling bergantung adalah salah satu cara merupakan salah satu sumber kebahagiaan
untuk menekankan keharmonian. di tempat kerja.
Dari pernyataan tersebut, jelaslah Kesimpulannya tidak ada perbedaan
kenapa faktor hubungan positif dengan orang antara pegawai laki-laki dan perempuan
lain membuat seseorang bahagia, hal ini dika- dalam menyebutkan faktor pertama yang
renakan adanya keterkaitan dan sikap saling paling dominan mendukung kebahagiaan
bergantung untuk menjaga harmoni dengan mereka di tempat kerja. Pegawai laki-laki
yang lain. Temuan ini didukung oleh Balogun dan perempuan sama-sama membutuhkan
(2013) mengatakan bahwa seseorang yang hubungan positif dengan orang lain, yaitu re-
menekankan pada harmoni, keterkaitan, dan kan kerja, sebagai hal yang membuat mereka
koneksi melihat diri sebagai saling keter- merasa nyaman dan senang dalam bekerja.
hubungan serta pentingnya suatu hubungan
sehingga lebih mengutamakan kesejahteraan Daftar Pustaka
kelompok, hal inilah yang pada akhirnya men-
ingkatkan kebahagiaan. Alfarisi. 2010. Hubungan Antara Kepuasan
Berbeda dengan temuan di Barat, Kerja dengan Produktivitas Pada
bahwa kebahagiaan lebih ditekankan pada Guru. Skripsi. Pekanbaru : Fakultas
pencapaian prestasi sehingga lebih individu- Psikologi
alis (Markus, 2009). Lebih lanjut, Lu dan Gil- Alhempi. 2012. Kepemimpinan, Kompensasi,
mour (2001) mengatakan bahwa pencapaian Dan Motivasi Serta Pengaruhnya Ter-
prestasi lebih kuat meningkatkan kebaha- hadap Kepuasan Kerja. Media Riset
giaan pada budaya individualis. Meskipun Bisnis Dan Manajemen, Vol.12, No,1
temuan ini menemukan faktor prestasi ter- 55-80
masuk dari faktor yang membuat seseorang Almigo. 2004. Hubungan antara Kepuasan
bahagia, akan tetapi faktor hubungan positif Kerja Karyawan dengan Produktivitas
dengan orang lain memiliki persentase ter- Kerja Karyawan. Jurnal Psyche, 1 No. 1
besar yang menjadi sumber kebahagiaan Anoraga. 2009. Psikologi kerja. Jakarta:
seseorang. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Rineka Cipta
Uchida (2004) yang menyatakan bahwa es- Ardi. 2012. What Make Teenagers Happy? An
ensi diri dari orang-orang Timur terbentuk dari Exploratory Study Using Indigenous
hasil pemaknaan diri dari hubungan mereka Psychology Approach. International
dengan orang-orang penting dalam hidupnya. Journal of Research Studies in Psy-
Berdasarkan konsep-konsep di atas, jelaslah chology, Vol. 1 No. 2, 53-61
kenapa hubungan positif dengan orang lain Ariati. 2010. Subjective well-being (kese-
yang membuat seseorang bahagia di tem- jahteraan subjektif) dan kepuasan ker-
pat kerja, hal ini dikarenakan memang pada ja pada staf pengajar (dosen) di ling-
dasarnya orientasi dan esensi diri dari sese- kungan Fakultas Psikologi Universitas
orang tidak terlepas dari adanya hubungan Diponegoro. Jurnal Psikologi Undip,
dengan orang lain, keterkaitan satu sama lain 8, No.2
agar tercipta harmonisasi sosial. Azwar. 2013. Skala Penyusunan Psikologi.
Meskipun demikian, penelitian ini me- Yogyakarta: Pustaka Pelajar
miliki keterbatasan yaitu quesioner yang di- Balogun. 2013. Dispositional Factors, Per-
berikan kepada subjek tidak ditunggui oleh ceived Social Support And Happiness
peneliti saat mengisinya, sehingga subjek Among Prison Inmates In Nigeria: A
menjawab pertanyaan berbeda dengan jawa- New Look. The Journal of Happiness
ban yang sama serta ragu-ragu dalam men- & Well-Being, Vol. 2, No. 1
jawabnya.

58
Faktor - Faktor Kebahagiaan Di Tempat Kerja..... Siska Wulandari

Biswar, dkk. 2007. Subjective Well- Being. (Swb) : Studi Indigenous Pada PNS
UK:New York dan Karyawan Swasta yang Bersuku
Biswar, Dkk. 2007. Positive Psychology Jawa di Pulau Jawa. Skripsi. Universitas
Coaching: Putting The Science Of Negeri Malang
Happiness To Work For Your Clients. Munandar. 2001. Psikologi Industri dan Or
Published By John Wiley & Sons, Inc., ganisasi. Jakarta : UI-Press
Hoboken, New Jersey. Published Si Myers. 2004. The pursuit of happiness. Hori
multaneously In Canadaand Conform- zons. 9-11.
ity: Metsiof Studies Using Asch Ningsih. 2013. Subjective Well Being Ditinjau
Carr. 2004. Positive Psychology: The Science Dari Faktor Demografi (Status Perni-
of Happiness and Human Strengths. kahan, Jenis Kelamin, Pendapatan).
New York : Bruner-Roudledge Jurnal Online Psikologi, Vol. 01 No. 02
Chiumento. 2006. Happiness at Work Index. Oktaria. 2011. Pengidentifikasian Dimensi-
UK: The Illumination Business. Dimensi Budaya Indonesia: Pengem-
Elfida. 2008. Hubungan Antara Religiusitas bangan Skala dan Validitas. Skripsi.
dan Kebahagiaan. Laporan Peneli- Universitas Jenderal Soedirman
tian. Fakultas Psikologi: Uin Suska Putri, 2009. Kebahagiaan dan Kualitas Hidup
Riau Penduduk Jabodetabek (Studi pada
Gupta. 2012. Importance of Being Happy at Dewasa Muda Bekerja dan Tidak
Work. ISSN (Print) Journal Issue, 1, Bekerja). Skripsi. Universitas Indone-
No.1, 2319–5479 sia.
Hedissa, dkk. 2012. Hubungan Psychological Putri. 2011. Orientasi Kebahagiaan Siswa
Capital Dengan Kepuasan Kerja Pada SMA tinjauan Psikologi indigenous
Anggota Polri Yang Sedang Mengikuti Pada Siswa Laki-Laki Dan Perem-
Pendidikan Di Perguruan Tinggi Ilmu puan. 106humanitas, Vol. VIII No.2
Kepolisian (PTIK), Journal 1 No.1 Pryce, Jones. 2010. Happiness at Work: Max
Kesari. 2012. Hubungan antara Stres Kerja, imizing Your Psychological Capital for
Modal Psikologis, Kebahagiaan Terh- Success. USA: Wiley-Blackwell
adap Intensi Berpindahnya Karyawan. Robbins, 2002. Prinsip-Prinsip Perilaku dalam
Tesis. Universitas Kwazulu Natal Organisasi. Jakarta: Erlangga
Kim, Yang. 2010. Indigenous and Cultural Ruvendi. 2005. Imbalan Dan Gaya Kepem-
Psychology: Memahami Orang dalam impinan Pengaruhnya Terhadap
Konteksnya. Yogyakarta: Pustaka Kepuasan Kerja Karyawan Di Balai
Pelajar Besar Industri Hasil Pertanian Bogor.
Kitayama. 2000. Culture, Emotion, and Well- Jurnal Ilmiah Binaniaga Vol, 01 No, 1
being: Good Feelings in Japan and Seligman. 2005. Authentic Happiness. UK:
The United States. Cognition And New York
Emotion, 14, 1, 93- 124 Suojanen, I. 2012. Work for your happiness -
Lopez dan Snyder. 2007. Positive Psychol- Theoretical and Empirical Study De-
ogy: The Scientific and Practical Ex fining and Measuring Happiness at
plorations of Human Strengths. Work. University of Turkuu.
University of Kansas, Lawrence. Soegandhi, dkk. 2013. Pengaruh Kepuasan
Lu. 2001. Cultural Values And Happiness: An Kerja Dan Loyalitas Kerja Terhadap
East–West Dialogue. The Journal Of Organizational Citizenship Behavior
Social Psychology, 14, 4, 477–493 Pada Karyawan PT. Surya Timur Sakti
Lyubomirsky. 2007. The Benefits of Frequent Jatim. Jurnal Agora Vol. 1, No. 1
Positive Affect: Does Happiness Lead Soeharso, Crhistie. 2008. Pengaruh Iklim
to Success? Psychological. Bulletin Psikologis Authenzotic, Stress Kerja
131, No. 6. Dan Kebahagiaan Terhadap Intense
Malayu. 2009. Manajemen Sumber Daya Turnover Pada Karyawan. Jurnal
Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara Manajemen Indonesia, Vol, 1 No, 2
Markus. 2009. Culture, Self, and the Reality Susilawati. 2012. Apakah yang Membuat
of the Social. Psychological Inquiry. Lansia (Old People) Bali Bahagia?
Vol. 14, No. 3&4, 277–283 Studi Eksplorasi Pendekatan Psikolo-
Maryanto. 2010. Pengaruh Kepemimpinan gi Indigenous Jurnal Psikologi Tabu-
dan Hubungan Kerja Terhadap larasa, Volume 7 Nomor 1
Pengembangan Karir dan Kepuasan Uchida. 2004. Cultural Constructions Of
Kerja Pegawai di Kantor Sek- Happiness: Theory and Empirical
retariat Pemerintah Daerah Provin- Evidence. International Journal of
si Bali. Jurnal Manajemen, Strategi Psychological Studies, Vol. 5, No. 1
Bisnis, Dan Kewirausahaan Vol. 6, Varnum. 2009. The Origin of Cultural
185 No. 2 Differences in Cognition: The
Mujamiasih. 2013. Subjective Well-Being (Swb) : Social Orientation Hypothesis. Cur-

59
Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 1, Juni 2014

rent Directions in Psychological Sci- Zahidah & Raihanah. 2011. The Model
ence. DOI: 10.1177/ 09637214 09359 of Wellbeing in Family Life from
301. Islami Perspective. Jurnal Fiqh, 8, 25-44

60

Anda mungkin juga menyukai