OLEH :
SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan deficit perawatan diri ini tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun untuk
memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa serta meningkatkan pemahaman tentang
bagaimana makalah laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan deficit perawatan diri.
Makalah ini kami sajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat
membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dalam menyusun makalah ini, kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen pengampu mata kuliah Keperawatan jiwa
yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Dan juga teman-teman
kelompok yang telah bekerjasama dari awal sampai terselesaikannnya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Penulis,
DAFTAR ISI
COVER
Kata Pegantar............................................................................................................. ii
Daftar isi..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II
BAB III
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………… 13
4.2 Saran……………………………………………………………………………… 13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 14
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang
berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau
lebih fungsi kehidupan manusia. Gangguan jiwa merupakan kumpulan dari keadaan-keadaan
yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik maupun mental yang meliputi
gangguan jiwa dan sakit jiwa. Seseorang yang mengalami gangguan jiwa masih mengetahui
dan merasakan kesulitannya, serta kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup
dalam alam kenyataan. Sedangkan orang yang terkena sakit jiwa tidak memahamai
kesulitannya, kepribadiannya dari segi tanggapan, perasaan, dan dorongan motivasi sangat
terganggu. Orang tersebut hidup jauh dalam alam kenyataan. (Keliat, 2011)
Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan dengan manifestasi-manifestasi
psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan kinerja yang buruk,
disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik, fisis dan kimiawi. Gangguan
jiwa memiliki suatu keadaan tidak beres yang berhakikatkan penyimpangan dari suatu konsep
normatif. Setiap jenis ketidakberesan kesehatan itu memiliki tanda-tanda dan gejala-gejala
yang khas (Kurniawan, 2012).
Keperawatan jiwa adalah salah satu bidang spesialisasi dari praktik keperawatan, yang
menerapkan teori perilaku sebagai ilmunya dan penggunaan diri secara terapeutik sebagai
kiatnya. Teori lain mengatakan keperawatan jiwa adalah menerapkan teori perilaku dengan
penggunaan diri secara total dalam membantu proses penyembuhan seperti sikap positif
dalam menanggapi keluhan pasien. Jadi fokus perhatian dalam memberikan pelayanan
keperawatan jiwa adalah bagaimana meningkatkan motivasi seseorang yang menderita
gangguan jiwa. (Suliswati, 2010)
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana individu dapat berkembang secara mental, fisik,
spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut, menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya.Orang dengan masalah kejiwaan adalah seseorang yang mempunyai masalah
fisik, mental, social, pertumbuhan dan perkembangan, atau kulaitas hidup sehingga memiliki
resiko mengalami gangguan jiwa (UU Kesehatan Jiwa, 2014).
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan,
dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa bertambah.
Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO) ada sekitar 450 juta orang di dunia
yang mengalami gangguan jiwa. WHO menyatakan setidaknya ada satu dari empat orang
didunia mengalami masalah mental, dan masalah gangguan kesehatan jiwa yang ada di
seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius. (Yosep 2013)
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan jiwa adalah berbagai
karakteristik positif yang mengambarkan keselarasan kepribadiannya (Kusmati dan Hartono,
2011).
Menurut National Insitute of Mental Health gangguan jiwa mencapai 13 % dari
penyakit secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030.
Kejadian tersebut akan memberikan andil meningkat prevalensi gangguan jiwa dari tahun
ketahun di berbagai Negara. Gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit dunia,
dibandingkan TBC (7,2%), kanker (5,8%) , jantung (4,4%), maupun malaria (2,6%). Masalah
gangguan jiwa terus meingkat jika tidak dilakukan penanganan.Dapertemen of Health and
Human Service (2000), memperkirakan 51 juta penduduk Amerika dapat didiagnosis
mengalami gangguan jiwa. Dari jumlah tersebut 6.5 juta mengalami disabilitas akibat
gangguan jiwa yang berat dan 4 juta diantaranya adalah anak remaja (Vidbeck,2008). Azwar
mengatakan bahwa WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang didunia yang mengalami
gangguan jiwa.Menurut Dharmono (2007) mengatakan bahwa peneltian yang dilakukan
WHO berkaitan dengan alasan pasien yang datang kepusat pelayanan kesehatan dasar
diberbagai negara menunjukkan gejala gangguan jiwa atau sebesar 20-30% pasien di seluruh
dunia.Gangguan jiwa hampir merata diseluruh dunia, termasuk di wilayah Asia tenggara.
Berdasarkan dari World Health Organization, hampir satu pertiga dari penduduk di wilayah
Asia Tenggara pernah mengalami gangguan neuropsikiatri ( Yosep, 2011 ).
Kebijakan pemerintah dalam menangani pasien gangguan jiwa tercatum dalam
Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan jiwa, disebutkan dalam pasal 149 ayat
(2) mengatakan bahwa pemerintah dan masyrakat wajib melakukan pengobatan dan
perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan bagi penderita gangguan jiwa yang terlantar,
menggelandang, mengancam keselamatan dirinya dan menganggu ketertiban atau keamanan
umum, termasuk pembiayaan pengobatan dan perawatan penderita gangguan jiwa untuk
masyarakat miskin.
Dari hasil survey diseluruh rumah sakit Indonesia yang dilakukan oleh chaer (2009),
ada 0,5-1,5 perseribu penduduk mengalami gangguan jiwa, sedangkan di kota-kota besar
jumlahnya berkisar antara 0,5-1 perseribu penduduk. Pravalensi psikosis tertinggi di
Yogyakarta dan Aceh (masing-masing 2,7%). Sedangkan yang terendah dikalimantan barat
(0,7%). Pravalensi gangguan jiwanasional sebesar 1,7 per mil dengan jumlah seluruh
responden sebanyak 1.728 orang (Rikesdas, 2013).
Berdasarkan fenomena dari data rekam medik dan hasil observasi langsung pada pasien
di Rumah Sakit jiwa Provinsi Kalimantan Barat tahun 2016, defisit perawatan diri menjadi
kasus terbanyak No 2, tenaga kesehatanya terbatas dan asuahan keperawatan yang diberikan
belum maksimal banyak ditemukan, data-data yang tidak lengkap, khususnya pada
pemeriksaan fisik, data penunjang, SOAP yang sama dalam setiap evaluasi, dalam penerapan
SP (Strategi Pelaksanaan) sendiri banyak pasien tidak dilaksanakan SP sesuai dengan
penyakit dan tahapannya serta pemberian obat yang tidak tepat waktu. Sehingga proses
penyembuhan pasien sangat lama, bahkan proses penyembuhannya terjadi bertahun –tahun.
Bedasarkan fenomena yang terjadi, peneliti tertarik mengambil penelitian tentang defisit
perawatan diri karena peneliti merasa perlu melakukan asuhan keperawatan pada pasien
defisit perawatan diri sebab jika tidak dilakukan asuhan keperawatan maka keadaan pasien
akan parah menjadi gangguan pemeliharaan kesehatan kemudian berlanjut isolasi sosial dan
kemudian berlanjut pada halusinasi dan akhirnya dapat mengakibatkan resiko harga diri
rendah kronis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2010) Penyebab kurang perawatan diri adalah
sebagai berikut :
a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesadaran
Menurut Depkes (2010: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri.
Menurut Depkes (2010: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
Adaptif Maladaptif
Berikut ini dijelaskan tentang respons yang terjadi pada defisit perawatan diri :
a. Pola perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berprilaku adaftif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak, saat klien mendapatkan stresor kadang –
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
c. Tidak melakukan perawatan diri, klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stresor.
6. Fase
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak
aman berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang
penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana-mana, tidak mungkin
mengembangkan kehangatan emosional, dan hubungan positif dengan orang lain yang
melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia terus berusaha mendapatkan rasa aman.
Begitu menyakitkan sehingga rasa nyaman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia
membayangkan nasionalisasi dan mengaburkan realitas dari pada kenyataan. Keadaan
dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan
dalam mengalami stressor interval atau lingkungan dengan adekuatnya.
8. Perilaku
Perilaku klien tidak yakin dengan apa yang diharapkan jika perilaku klien tidak
lazim atau tidak dapat diperkirakan keluarga. Juga dapat merasa bersalah atau
bertanggung jawab dengan meyakini bahwa mereka gagal menyediakan kehidupan
penuh cinta dan dukungan klien bahwa mereka gagal menyediakan kehidupan
dirumah dan dukungan.
9. Penatalaksanaan
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
b. Membimbing dan menolong klien merawatan diri
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
c. Faktor Predisposisi
1) Pada umumnya klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.
2) Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
3) Pengobatan sebelumnya kurang berhasil.
4) Harga diri rendah, klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri
5) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak,
dihina, dianiaya, dan saksi penganiyaan
6) Ada anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa.
7) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu kegagalan yang dapat
menimbulkan frustasi.
d. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada system dan fungsi organ; yang meliputi:
1) Ukur dan observasi tanda–tanda vital, tekanan darah, nadi, suhu, dan
pernapasan klien.
2) Ukur tinggi badan dan berat badan klien
3) Keluhan fisik: biasanya tidak ada keluhan fisik.
e. Aspek Psikososial
1) Gambaran diri: pada umumnya klien bisa menerima anggota tubuh yang
dimiliki.
2) Identitas diri: klien mengetahui status dan posisi klien sebelum dirawat.
3) Peran: klien tidak mampu melaksanakan perannya sebagaimana mestinya, baik
peran dalam keluarga ataupun dalam kehidupan masyarakat.
4) Ideal diri: klien memiliki harapan untuk segera sembuh dari penyakitnya, dan
kembali hidup normal seperti sebelum klien sakit.
5) Harga diri: klien mengalami harga diri rendah berhubungan dengan kegagalan
yang terjadi dimasa lampau dan klien merasa tidak dihargai oleh orang lain.
f. Status Mental
1) Penampilan: penampilan klien tidak rapi, misalnya rambut acak–acakan,
kancing baju tidak tepat, dan baju tidak pernah diganti.
2) Pembicaraan: pembicaraan yang ditemukan pada klien yaitu pembicaraan yang
berbelit-belit.
3) Aktivitas motorik: klien mengalami tegang, gelisah dan agitasi.
4) Alam perasaan: putus asa atau sedih dan gembira yang berlebihan.
5) Afek: labil yaitu emosi yang cepat berubah – ubah.
6) Interaksi selama wawancara: Biasanya klien menunjukkan kurang kontak mata
dan kadang-kodang menolak bicara dengan orang lain.
7) Persepsi: Biasanya gangguan persepsi terutama halusinasi pendengaran, klien
biasanya mendengan suara-suara yang mengancam, sehingga klien cenderung
menyendiri, pandangan kosong, kadang-kadang bicara sendiri, sering
menyendiri dan melamun,.
8) Proses pikir:
a. Arus pikiran
Sirkumtansial yaitu pembicaraan yang berbelit tetapi sampai dengan tujuan
pembicaraan dan perseverasi yaitu pembicaraan yang diulang berkali – kali.
Selain sirkumtansial dan perseverasi klien dengan halusinasi visual
biasanya juga mengalami gangguan dalam bentuk Blocking, yaitu jalan
pikiran tiba-tiba berhenti atau berhenti di tengah sebuah kalimat. Pasien
tidak dapat menerangkan kenapa ia berhenti.
b. Bentuk pikiran
Klien lebih sering diam dan larut dengan menyendiri, bersikap seperti
malas-malasan
c. Isi pikiran
Klien merasa lebih senang menyendiri daripada berkumpul dengan orang
lain. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah, klien biasanya waham curiga atau phobia.
d. Tingkat kesadaran dan orientasi tempat dan waktu baik.
e. Memori: memori klien biasanya baik.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respon
klien baik aktual atau potensial (Stuart dan Sudden, 2005).Rumusan diagnosa dapat
menggunakan PE yaitu permasalahan (P) yang berhubungan dengan etiologi (E) dan
keduanya ada hubungan sebab akibat secara ilmiah. Rumusan PES sama dengan PE
hanya ditambah symtom (S) atau gejala sebagai data penunjang dalam perawatan jiwa
ditemukan diagnosa anak beranak (pohon masalah), dimana jika etiologi sudah
diberikan tindakan dan permasalahan belum selesai maka P dijadikan etiologi pada
diagnosa yang baru, demikian seterusnya. Hal ini dapat dilakukan karena
permasalahan tidak disebabkan oleh suatu etiologi yang sama sehingga walaupun
etiologi sudah diberi tindakan maka permasalahan belum selesai. Untuk jalan
keluarnya jika permasalahan tersebut menjadi etiologi maka tindakan diberikan secara
tuntas.
Setelah selesai pengkajian dilakukan maka data yang terkumpul tersebut dianalisa
sehingga dapat dirumuskan keperawatan yang ada dan selanjutnya dibuat rencana
keperawatan masalah yang dapat dirumuskan pada umumnya dari apa yang klien
perlihatkan sampai dengan adanya deficit perawatan diri.
Pohon masalah
Gambar 2.2 Pohon Masalah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
SP III :
-Evaluasi tanda & gejala
defisit perawatan diri.
-Validasi kemampuan
kegiatan pertama & kedua
Defisit Keluarga mampu - SP I K :
Perawatan merawat anggota a-Diskusikan masalah yg
Diri keluarga yang dirasakan dalam merawat
mengalami masalah pasien
Kurang perawatan dir -Jelaskan pengertian, tanda
dan gejala, dan proses
terjadinya defisit
perawatan diri (gunakan
booklet).
-Diskusikan dengan
keluarga tentang fasilitas
kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien
untuk menjaga perawatan
diri pasien.
-Jelaskan cara merawat
defisit perawatan diri.
-Latih keluarga cara
merawat kebersihan diri,
berdandan, makan dan
minum, BAB dan BAK
(Bimbing cara merawat :
kebersihan diri)
-Anjurkan membantu
pasien sesuai jadual dan
memberikan pujian.
1
SP II K :
1. -Evaluasi kemampuan
keluarga mengidentifikasi
gejala defisit perawatan
diri
b. -Validasi kemampuan
keluarga dalam
membimbing pasien
melaksanakan kegiatan
yang telah dilatih
c. -Evaluasi manfaat yang
dirasakan keluarga dalam
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah : inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik, tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
pada Nursing Orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor–
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Iyer et al 2010).
Tujuan pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika
klien mempunyai keinginan untuk berpatisipasi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan. Tindakan yang dilakukan bertujuan membantu individu memenuhi
kebutuhan yang tidak dapat dipenuhinya sendiri serta mengarahkan dan membantu
dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelenjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilaksanakan terus menerus pada respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi jadi
dua yaitu: Evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan
tindakan.
Evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien.
Evaluasi dapat dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola
fikir.
S = respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O = respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A = analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan
masalah yang ada.
P = perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.
Rencana tindak lanjut dapat berupa :
a. Rencana teruskan, jika masalah tidak berubah.
b. Rencana di modifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi
hasil belum memuaskan.
c. Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan
masalah yang ada serta diagnosa lama dibatalkan. (Stuart dan Laria, 2005)
6. Dokumentasi Keperawatan
Adalah kegiatan pendokumentasian keperawatan mencakup rencana secara
sistematis.Semua kegiatan dalam kegiatan kontrak perawat-klien dalam kurun waktu
tertentu, secara jelas, lengkap dan objektif. Hal ini bertujuan untuk memberi
kemudahan dalam memberikan asuhan keperawatan dan jaminan mutu, disamping
pencatatan, kegiatan pendokumentasian keperawatan juga mencakup penyimpangan
atau pemeliharaan hasil pencatatan dan pendokumentasian pada anggota sesama tim
kesehatan untuk kepentingan pengelolaan klien serta kepada aparat penegak hukum
bila diperlukan untuk pembuktian (Dongoes, 2006).
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. D (L) Tanggal Pengkajian :14 Oktober 2019
Umur :26 tahun RM No. :-
Alamat :Br. Kawan Serangan
Pekerjaan :-
Informan: Pasien dan keluarga
II. ALASAN MASUK
Pasien dirawat di RSJ Provinsi Bali terakhir pada 2 minggu yang lalu.
Bila ya jelaskan : Pasien dan keluarga mengatakan bahwa pasien pernah dirawat di
RSJ Provinsi Bali sebelumnya.
2. Pengobatan sebelumnya Berhasil Kurang Berhasil Tidak Berhasil
3. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
ya tidak
Bila ya jelaskan : -
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pelaku/ usia Korban/ usia Saksi/ usia
1. Aniaya fisik
2. Aniaya seksual
3. Penolakan
4. Kekerasan dalam keluarga
5. Tindakan kriminal
6. Pengalaman masa lalu lain yang tidak menyenangkan (bio, psiko, sosio, kultural,
spiritual):
Keluarga pasien mengatakan pasien sering menyendiri dikamar,bicara sedikit dan
sulit berkomunikasi dengan oranglain.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
tidak rapi penggunaan pakaian Cara berpakaian
tidak sesuai tidak seperti biasanya
Jelaskan : : Pasien tampak mengenakan pakaian dengan sekedar,
dan terlihat lusuh dan kotor
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
2. Kesadaran
Kwantitatif/ penurunan kesadaran]
compos mentis apatis/ sedasi somnolensia
sopor subkoma koma
Kwalitatif
tidak berubah berubah
meninggi disosiasi
hipnosa
gangguan tidur: sebutkan : Pasien mengatakan terkadang ia sulit tidur di malam
hari
3. Disorientasi
waktu tempat orang
Jelaskan:
Pasien tidak mengalami masalah disorientasi
Masalah keperawatan : -
Peningkatan:
hiperkinesia, hiperaktivitas gaduh gelisah katatonik
TIK grimase
tremor gagap
stereotipi mannarism
katalepsi akhopraxia
command automatism atomatisma
nagativisme reaksi konversi
verbigerasi berjalan kaku/ rigit
kompulsif lain-2 sebutkan
5. Afek/ Emosi
adequat tumpul dangkal/ datar
labil inadequat anhedonia
marasa kesepian eforia ambivalen
marah depresif/ sedih apati
cemas: ringan sedang
berat panik
Jelaskan : Kelurga pasien mengatakan pasien dapat emosi jika ada hal yang
membuatnya tidak nyaman
Masalah keperawatan : -
6. Persepsi
halusinasi ilusi depersonalisasi
derealisasi
Macam Halusinasi
pendengaran penglihatan perabaan
pengecapan penghidu/ pembauan lain-lain,
sebutkan...................
Jelaskan
:_________________________________________________________________
Masalah keperawatan :
_________________________________________________________________
7. Proses Pikir
Arus Pikir
koheren inkoheren asosiasi longgar
fligt of ideas blocking pengulangan pembicaraan/
persevarasi
tangansial sirkumstansiality logorea
neologisme bicara lambat bicara cepat
irelevansi main kata-kata afasi
assosiasi bunyi lain2 sebutkan..
Jelaskan : Pasien mengatakan takut bertemu orang banyak dan lebih senang
berdiam diri dikamar.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
Bentuk Pikir
realistik nonrealistik
autistik dereistik
8. Memori
gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek
gangguan daya ingat saat ini amnesia, sebutkan.........................
paramnesia, sebutkan jenisnya........................................................
hipermnesia, sebutkan ...................................................................
Jelaskan : Pasien dapat memutuskan apa yang harus dilakukan terlebih dahulu
Masalah keperawatan : -
VI. FISIK
1. Keadaan umum : Keadaan umum pasien tampak baik.
2. Tanda vital: TD: 110/70 mmHg N: 80 x/menit S: 36,4ºC P:
20x/menit
3. UKur: TB: 160 cm BB: 80 kg turun naik
4. Keluhan fisik: tidak ya
jelaskan...............................
5. Pemeriksaan fisik:
a. Kepala pasien tampak kotor dan tidak ada lesi.
b. Kulit pasien tampak kotor, kuku pasien tampak panjang, turgor kulit elastis
dan kulit berwarna sawo matang
c. Postur tubuh dan bangun tubuh tegap
Jelaskan : Kondisi fisik pasien tidak bermasalah, tetapi kebersihan tubuh pasien kurang
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
2. Genogram
Keterangan :
: Perempuan : Pasien
: Laki-laki
: Meninggal
: Tinggal Serumah
: Garis Penghubung
3. Hubungan Sosial
a. Hubungan terdekat : Orang yang dekat dengan pasien adalah ibu, baoak, dan
adiknya.
b. Peran serta dalam kelompok/ masyarakat : Keluarga pasien mengatakan sebelum
sakitpasien sering aktif dalam kegiatan masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Selama pasien rawat jalan/
berobat jalan temannya kurang berkurang karena pasien merasa malu dan tidak ingin
berkomunikasi dengan orang lain selain orang yang ia kenal dan merasa malu
berkomunikasi.
Masalah keperawatan : Menarik diri
4. Spiritual dan kultural
a. Nilai dan keyakinan : Pasien mempercayai tuhan dan pasien mengatakan
pasien beragama hindu
Masalah keperawatan: -
1. Makan
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
Mandiri
2. BAB/BAK
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
Mandiri
3. Mandi
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
Mandiri
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
Mandiri
6. Pengginaan obat
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan Lanjutan Ya Tidak
Sistem pendukung Ya Tidak
No DATA MASALAH
1. DS : Koping individu tidak efektif
Pasien mengatakan dirinya
tidak berguna.
DO :
Pasien tampak tidak ingin
bertemu dengan orang lain
kecuali orang yang sangat
dia kenal dan dia percaya
seperti Ibu, Bapak, Adik
dan perawat yang sudah
menjalin hubungan saling
percaya dengannya.
2.
DS : Isolasi sosial
DS :
Keluarga pasien
mengatakan pasien sering
menunduk dan tidak mau
berinteraksi.
DO :
4. Pasien tampak menyendiri
Defisit Perawatan Diri
DS :
Keluarga pasien
mengatakan pasien sulit
untuk mandi, berhias, dan
memakai pakaiannya.
DO :
Pasien tampak kotor dang
mengenakan pakaian yang
tidak rapi
XV. POHON MASALAH
______________________________
Mahasiswa
______________________________
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 1 (14 Oktober 2019)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Deskripsi Pasien
Data subjektif : Pasien mengatakan malu untuk berinteraksi dengan orang lain dan
merasa tidak pantas di antara mereka. Pasien mengatakan malas mandi dan memotong
kukunya.
Data objektif : Pasien tampak kotor dengan pakaian yang tidak rapi.
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri: Kebersihan diri
b. Validasi klien
“Nama Bapak siapa? Biasanya dipanggil siapa, pak?”
“Suster lihat dari tadi Bapak menggaruk badannya. Kenapa, pak?” “Bapak, apa
tadi pagi bapak sudah mandi?”
“Kenapa, Bapak belum mandi?”
c. Kontrak Kerja
“Kalau begitu pak, bagaimana kalau kita bicara tentang perawatan kebersihan
diri, kira-kira waktunya 20 menit, tempatnya disini saja. Gimana pak?”
2. Fase Kerja:
SP 1: Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri (pengkajian dan melatih
cara menjaga kebersihan diri: mandi
a. Identifikasi masalah perawatan diri: kebersihan diri
“Bapak berapa kali biasanya mandi”
“Kenapa jadi seperti itu, pak?”
d. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri: mandi dan ganti pakaian, sikat
gigi, cuci rambut, potong kuku dan melatih pasien mempraktekkan cara menjaga
kebersihan diri.
“Nah bapak sudah tahu kan alat-alat untuk mandi. Sekarang suster akan
menjelaskan cara-cara mandi, sikat gigi, cuci rambut, dan potong kuku,”
“Kita mulai dengan mandi ya pak, pertama kita guyur seluruh tubuh, ambil sabun,
tuangkan sabun ke telapak lalu gosok-gosok, pak Donny. Kemudian usapkan
keseluruh tubuh.”
“Sekarang pakai shampoo pak, pertama tuangkan sedikit shampoo di telapak
tangan, lalu gosok-gosok, lalu gosokkan di kepala”
“Terakhir kita guyur seluruh badan sampai shampoo dan sabunnya hilang, ya
Pak.”
“Kemudian pakai handuk. Selanjutnya gosok gigi.”
“Pertama beri pasta gigi di atas sikat gigi, beri sedikit air lalu digosokkan ke
mulut dan gigi, setelah itu kumur-kumur dan buang airnya.”
“Kalau sudah ganti baju dulu, terus kita lanjutkan dengan memotong kuku”
“Kalau pak Donny melakukan kegiatan ini nanti badannya tidak gatal sama bau
lagi, pak. Tiap hari bapak jadi wangi, pak.”
“Sekarang suster praktekkan dulu, pak Donny lihat ya.”
b. Evaluasi Objektif
Bapak masih ingat apa yang kita lakukan tadi?”
c. Tindak Lanjut
“Bapak Donny, tadi kan sudah dibuat jadwal kapan pak Donny mau
melakukannya, besok suster cek ya sudah dilakukan apa belum. Kalau pak Donny
sudah melakukan sendiri tanpa diingatkan, nanti dijadwal suster tulis M ya, kalau
masih perlu diingatkan nanti suster tulis B ya.”
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 2 (15 Oktober 2019)
A. Proses Keperawatan
1. Deskripsi Pasien
Data subjektif : Pasien mengatakan malu untuk berinteraksi dengan orang lain dan
merasa tidak pantas di antara mereka. Pasien mengatakan malas mandi dan memotong
kukunya.
Data objektif : Pasien tampak kotor dengan pakaian yang tidak rapi.
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri: Berdandan
b. Validasi Pasien
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”
“Iya bapak, bapak tampak segar dan wangi, bapak sudah mandi ya”
c. Kontrak kerja
“Nah bapak sesuai janji kita kemarin hari ini kita akan melakukan kegiatan
merias diri atau berdandan, tempatnya disini saja pak, waktunya kurang lebih 20
menit. Bagaimana pak?”
2. Fase Kerja
SP 2: Melatih cara berdandan setelah kebersihan diri: sisiran, rias muka untuk
perempuan; sisiran, cukuran untuk pria
a. Evaluasi tanda & gejala defisit perawatan diri
“ Bapak Donny, suster liat kancing baju Bapak Donny tidak pas.”
“Terus, Bapak Donny tadi setelah mandi sudah sisiran.”
“Bapak, jenggotnya kapan terakhir dicukur?
d. Jelaskan cara dan alat untuk berdandan, latih cara berdandan setelah
kebersihan diri: sisiran, rias muka untuk perempuan; sisiran, cukuran
untuk pria
“Nah, sekarang kita belajar berdandan ya pak.. ”
“Pertama kita cukuran dulu, oleskan krim didagu terus kita cukur sampai bersih,
kemudian kita bilas pakai air dan keringkan, pak.”
“Terus pakai baju pak, masukkan tangan bapak satu-satu, setelah itu masukkan
kancingnya ke lubang yang sesuai.”
“Habis itu kita sisir rambut, pak Donny.
“Nah, pak kalau pak Donny melakukannya nanti bapak akan terlihat lebih rapi
pak.”
“Sekarang suster contohkan ya, pak Donny lihat suster”
“Nah pak Donny coba ya sekarang.”
b. Evaluasi Objektif
“Nah Bapak… Bapak masih ingat kita tadi belajar apa?”
“Coba sebutkan pak.”
“Bagus bapak, bapak bisa mengingatnya dengan tepat.”
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Deskripsi Pasien
Data subjektif : Pasien mengatakan malu untuk berinteraksi dengan orang lain dan
merasa tidak pantas di antara mereka. Pasien mengatakan malas mandi dan memotong
kukunya.
Data objektif : Pasien tampak kotor dengan pakaian yang tidak rapi.
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri: makan dan minum
b. Validasi Pasien
“Bapak siang ini masih terlihat rapi ya.”
c. Kontrak kerja
“Nah Bapak sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan melakukan kegiatan
latihan makan dan minum yang baik, tempatnya disini, waktunya kurang lebih 20
menit. Bagaimana pak?”
2. Fase Kerja
SP 3: Melatih pasien makan secara mandiri (melatih cara makan dan minum yang
baik).
a. Evaluasi tanda dan gejala defisit perawatan diri
“Bapak biasanya makan dimana?”
b. Validasi kemampuan pasien melakukan kegiatan pertama dan kedua yang telah
dilatih dan beri pujian
“Gimana pak, apakah bapak ada kesulitan melakukan kegiatan yang telah kita
jadwalkan, pak?”
“Bapak melakukan kegiatannya diingatkan perawat atau melakukannya sendiri?”
“Wah, itu bagus sekali, Bapak.. tetap lanjutkan sampai Bapak bisa melakukan
tanpa diingatkan.”
g. Praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik; Latihan cara makan dan
minum yang baik.
“Sekarang, ayo kita ke ruang makan, pak Donny.”
“Ada Suster Lida ingin membagikan obat.”
“Coba Bapak Donny sendiri yang minta obatnya.”
h. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan makan dan minum yang baik
“Nah, Bapak kapan akan melakukan latihan makan dan minum ini.”
“Suster masukkan ke jadwal ya pak.”
b. Evaluasi Objektif
“Nah Bapak… Bapak masih ingat kita tadi belajar apa?”
“Coba sebutkan Bapak.”
“Bagus bapak, bapak bisa mengingatnya dengan tepat. “
A. Proses Keperawatan
1. Deskripsi Pasien
Tanggal 7 Mei 2014 pada jam 09.00 pagi klien merasa segar, rapi dan
bersemangat. Tampak baju yang dipakai dan rambut klien rapi, jenggot dicukur,
makan tidak sembarangan lagi. Tetapi klien sering didapatkan BAK dan BAB di
sembarang tempat.
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri: BAK/BAB
b. Validasi Pasien
“Bapak tampak segar dan wangi, bapak sudah mandi ya”
“Bapak pagi ini terlihat rapi ya.”
c. Kontrak kerja
“Nah bapak sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan melakukan kegiatan
latihan BAB/BAK secara mandiri tempatnya disini, waktunya kurang lebih 20
menit. Bagaimana pak?”
2. Fase Kerja
SP 4 : Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
a. Evaluasi tanda & gejala defisit perawatan diri
“Bapak, biasanya BAB dan BAK dimana?”
“Setelah selesai BAB atau BAK apa yang Bapak Donny lakukan?”
Kondisi Lingkungan :
Tujuan :
Nama Mahasiswa :
Waktu Interaksi :
Tanggal :
Ruang :
P: ________________
________________ ____
____
________________ ________________
____ ____
________________
____
________________
____
________________
____
________________
____
P: P:
________________ ________________
K: ____ ____
________________
____ ________________
K: K: ____
P: ________________
________________ ____
____
________________ ________________
____ ____
________________
____
________________
____
________________
____
________________
____
Rekomendasi :
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat
I. IDENTITAS
1. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien
tentang : nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan,
waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
2. Usia dan No. RM Lihat RM
3. Alamat
4. Pekerjaan
5. Mahasiswa menuliskan sumber data / informan
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1. Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan dan atau mengalami dan atau
menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga dan tindakan kriminal. Beri tanda 3 sesuai dengan penjelasan klien /
keluarga apakah klien sebagai pelaku dan atau korban, dan atau saksi, maka beri
tanda 4 pada kotak pertama. Isi usia saat kejadian pada kotak ke dua. Jika klien
pernah mengalami pelaku dan jelas tentang kejadian yang dialami klien
2. Tanyakan pengalaman masa lalu lain yang tidak menyenangkan baik bio, psiko,
sosio, kultural, spiritual seperti (kegagalan, kehilangan / perpisahan / kematian,
trauma selama tumbuh kembang) yang pernah dialami klien pada masa lalu
3. Bagaimana kesan kepribadian klien ?
V. STATUS MENTAL
Beri tanda 3 pada kotak sesuai dengan keadaan klien boleh lebih dari satu :
1. Penampilan
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat / keluarga
a. Penampilan tidak rapi jika dari ujung rambut sampai ujung kaki ada yang tidak
rapi.
Misalnya : rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat, resleting tidak dikunci,
baju terbalik, baju tidak diganti-ganti.
b. Penggunaan pakaian tidak sesuai. Misalnya : pakaian dalam dipakai di luar baju
c. Cara berpakaian tidak seperti biasanya jika penggunaan pakaian tidak tepat
(waktu, tempat, identitas, situasi/kondisi)
d. Jelaskan hal-hal yang ditampilkan klien dan kondisi lain yang tidak tercantum
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
2. Kesadaran
Kwantitatif/penurunan kesadaran
Compos mentis :sadarkan diri
Apatis :individu mulai mengantuk acuh tak acuh
terhadap rangsang yang masuk, diperlukan rangsang
yang kuat untuk menarik perhatian
Somnolensia :jelas sudah mengantuk, diperlukan
rangsang yang kuat lagi untuk menarik perhatian
Sopor :ingatan, orientasi dan pertimbangan
sudah hilang
Subkoma dan koma :tidak ada respon terhadap rangsang yang
keras
Kwalitatif
a. Tidak berubah : Mampu mengadakan hubungan
dan pembatasan dengan lingkungannya dan dirinya
(sesuai dengan kenyataan)
b. Berubah : Tidak mampu mengadakan
hubungan dan pembatasan dengan lingkungannya dan
dirinya pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan
c. Gangguan tidur : Dapat berupa insomnia,
somnambulisme, nightmare, narkolepsi
d. Meninggi : Keadaan dengan respon yang
meninggi terhadap rangsang seperti suara terasa lebih
keras, warna terlihat lebih tenang dll
e. Hipnosa : Kesadaran yang sengaja diubah
menurun / menyempit
f.Disosiasi : Tingkah laku / kejadian yang
memisahkan dirinya secra psikologik dengan
kesadarannya contoh : trans, fugue dll
4. Aktivitas Motorik
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat / keluarga
Kelambatan
a. Hipokinesa, hipoaktifitas: gerakan atau aktivitas yang berkurang
b. Sub stupor katatonik : reaksi terhadap lingkungan
sangat berkurang gerakan dan aktivitas menjadi lambat
c. Katalepsi : mempertahankan secara kaku
posisi badan tertentu juga bila hendak diubah orang
lain
d. Flexibilitas serea : mempertahankan posisi yang
dibuat orang lain
Peningkatan
a. Hiperkinesa, hiperaktivitas
gerakan atau aktivitas yang berlebihan
b. Gaduh gelisah katonik
aktivitas motorik yang tidak bertujuan yang berkali-kali seakan tidak
dipengaruhi rangsang luar
c. Tik
gerakan involunter sekejap dan berkali-kali mengenai sekelompok oto yang
relatif kecil
d. Grimase
gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak dapat dikontrol
e. Tremor
jari-jari yang tampak gemetar ketika klien menjujurkan tangan
f. Kompulsif
Kegiatan yang dilakukan berulang-ulang, seperti berulangkali mencuci tangan,
mencuci muka, mandi, mengeringkan tangan
g. Mannerism
Pergerakan yang stereotipe dan testrsi (seperti bermain sandiwara)
h. Ekhopraksia
Meniru gerakan orang lain pada saat dilihatnya.
i. Verbegerasi
Berkali-kali mengucapkan sebuah kata yang tidak tercantum
Jelaskan aktivitas yang ditampilkan klien dan kondisi lain yang tidak tercantum
Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
5. Afek-emosi
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat / keluarga
a. Adekuat : Afek emosi yang sesuai dengan stimulus yang ada
b. Inadekuat : emosi yang tidak sesuai atau bertentangan dengan stimulus
yang ada
c. Datar/dangkal : Tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang
menyenangkan atau menyedihkan
d. Tumpul : Hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang kuat
e. Labil : emosi yang cepat berubah-ubah
f. Anhedonia : Ketidak mampuan merasakan kesenangan
g. Kesepian : Merasa dirinya ditinggalkan
h. Eforia : Rasa gembira yang berlebihan
i. Ambivalensi : Afek emosi yang berlawanan timbul bersama-sama terhadap
seseorang, obyek atau sesuatu hal.
j. Apati : Berkurangnya afek emosi terhadap sesuatu atau semua hal
disertai rasa terpencil dan tidak peduli
k. Marah : Sudah jelas
l. Depresif/sedih : Seperti perasaan susah, tak berguna, gagal,
putus asa dsb
m. Cemas : Perasaan khawatir yang tidak jelas obyeknya, sebutkan
tingkatnya
Persepsi
6. Proses pikir
Data diperoleh dari observasi pada saat wawancara
7.1 Arus pikir
a. Koheren : kalimat / pembicaraan dapat dipahami
dengan baik
b. Inkoheren : kalimat tidak terbentuk, pembicaraan sulit
dipahami
c. Sirkumstansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai
pada
tujuan pembicaraan
d. Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak
sampai
pada tujuan
e. Asosiasi longgar : pembicaraan tak ada hubungan antara satu
kalimat
dengan kalimat lainnya, dan klien tidak menyadarinya
f. Flight of Ideas : pembicaraan yang melompat dari satu topik
ke topik
lainnya masih ada hubungan yang tidak logis dan
tidak sampai pada tujuan
g. Bloking : pembicaraan terhenti tiba0tiba tanpa
gangguan
eksternal kemudian dilanjutkan kembali
h. Perseverasi : berulang-ulang menceritakan sesuatu ide,
tema secara berlebihan
i. Logorea : pembicaraan cepat tidak terkontrol
j. Neologisme : membentuk kata-kata baru yang tidak
dipahami oleh
umum
k. Irelevansi : ucapan yang tidak ada hubungannya dengan
pertanyaan atau dengan hal yang sedang dibicarakan
l. Assosiasi bunyi : mengucapkan perkataan yang mempunyai
persamaan
bunyi
m. Main kata-kata : membuat sajak secara tidak wajar
n. Afasi : bisa sensorik (tidak mengerti pembicaraan
orang lain),
motorik (tidak bisa atau sukar berbicara)
Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara
Masalah keperawatan sesuai dengan data
7.2 Isi pikir
Data didapatkan melalui wawancara
a. Obsesi : pikiran yang selalu muncul meski klien berusaha
menghilangkannya
b. Phobia : ketakutan yang phatalogis / tidak logis terhadap obyek
/ situasi tertentu
c. Ekstasi : kegembiraan yang luar biasa
d. Fantasi : isi pikiran tentang sesuatu keadaan atau kejadian yang
diinginkan
e. Bunuh diri : ide bunuh diri
f. Ideas of reference : pembicaraan orang lain, benda-benda atau sesuatu
kejadian yang dihubungkan dengan dirinya.
g. Pikiran Magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan
hal- hal yang mustahil / diluar kemampuannya
h. Preokupasi : pikiran yang terpaku pada satu ide
i. Alienasi : perasaan bahwa dirinya sudah menjadi lain, berbeda,
asing
j. Rendah diri : merendahkan atau menghina diri sendiri,
menyalahkan diri sendiri tentang suatu hal yang
pernah atau tidak pernah dilakukan
k. Pesimisme : mempunyai pandangan yang suram mengenai banyak
hal dalam hidupnya
l. Waham
Agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan dan
diucapkan secara berulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan
Somatik / hipokondrik
Klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya dan dikatakan
secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan
Kebesran
Klien mempunyai keyakinan yang berlebihan terhadap
kemampuannya yang disampaikan secara berulang yang
tidak sesuai dengan kenyataan
Curiga
Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau
kelompok yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya
yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan
Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia /
meninggal yang dinyatakan secara
berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan
Kejaran
Yakin bahwa ada orang / kelompok yang mengganggu,
dimata-matai atau kejelekan sedang
dibicarakan orang banyak
Dosa
Keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan
yang besar yang tidakbisa diampuni
Waham bizar
Sisip pikir
Klien yakin ada ide pikiran orang lain yang disispkan di
dalam pikiran yang disampaikansecara berulang dan tidak
sesuai dengan kenyataan
Siar pikir
Klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan walaupun dia tidak
menyatakan kepada orang tersebut yang
dinyatakan secara berulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan
Kontrol pikir
Klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar
Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara
Masalah keperawatan sesuai dengan data
7. Memori
Data diperoleh melalui wawancara
a. Gangguan daya ingat jangka panjang :
Tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi lebih dari satu bulan
b. Gangguan daya ingat jangka pendek :
Tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi dalam minggu terakhir
c. Gangguan daya ingat saat ini :
Tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi
d. Amnesia : Sebutkan macamnya Amnesia retrograde / anterograde
e. Paramnesia :Ingatan yang keliru karena distorsi pemanggilan kembali contoh :
De javu
Seperti sudah pernah melihat sesuatu tetapi sebenarnya belum
Jamais vu
Seperti belum pernah melihat sesuatu tetapi sebenarnya sudah
Konfabulasi
Secara tidak sadar mengisi lubang-lubang dalam ingatannya dengan cerita
yang tidak sesuai dengan kenyataan
Fasse reconaisance
Pengelan kembali yang keliru, merasa bahwa itu benar tetapi sesungguhnya
tidak benar
f. Hipermnesia : Penahanan dalam ingatan dan pemanggilan kembali yang
berlebihan
9. Kemampuan penilaian
a. Gangguan kemampuan penilaian ringan :
Dapat mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain.
Contoh : berikan kesempatan pada klien untuk memilih mandi dulu sebelum
makan atau makan dulu sebelum mandi. Jika diberi oenjelasan, klien dapat
mengambil keputusan
b. Gangguan kemampuan penilaian bermakna :
Tidak mampu mengambil keputusan walaupun dibantu orang lain.
Contoh : berikan kesempatan pada klien untuk memilih mandi dulu sebelum
mandi. Jika diberi penjelasan klien masih tidak mampu mengambil keputusan
Jelaskan sesuai dengan data terkait
Masalah keperawatan sesuai dengan data
VI. FISIK
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem fungsi organ :
1. Ukur dan observasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan klien
2. Ukur tinggi badan dan berat badan klien
3. Tanyakan apakah, berat badan naik atau turun dan beri tanda 3 sesuai hasil
4. Tanyakan kepada klien / keluarga, apakah ada keluhan fisik yang dirasakan oleh
klien, bila ada beri tanda 3 di kotak ya dan bila tidak beri tanda 3 pada kotak tidak
5. Kaji/lakukan pemeriksaan fisik lebih lanjut sistem dan fungsi organ dan jelaskan
sesuai dengan keluhan yang ada
6. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada
VII. PSIKOSOSIAL
1. Konsep diri
a. Citra tubuh :
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan
tidak disukai
c. Peran : Tanyakan,
Tugas / peran yang diemban dalam keluarga / kelompok / masyarakat
Kemampuan klien dalam melaksanakan tugas / peran tersebut
45
: Perempuan : pisah
: cerai : konflik
: klien : proyeksi
45
: umur : cut off/ menghindar
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Tanyakan tentang,
Pandangan dan keyakinan, terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma
budaya dan agama yang dianut
Pandangan masyarakat setempat tentang gangguan jia
b. Kegiatan ibadah : Tanyakan,
Kegiatan ibadah di rumah secara individu dan kelompok
Pendapat klien/keluarga tentang kegiatan ibadah
c. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
2. BAB/BAK
a. Observasi kemampuan klien untuk BAB/BAK
Pergi, menggunakan dan membersihkan WC
Membersihkan diri dan merapikan pakaian
3. Mandi
a. Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci
rambut, gunting kuku, cukur (kumis, jenggot dan rambut)
b. Observasi kebersihan tubuh dan bau badan
4. Berpakaian
a. Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan mengenakan
pakaian dan alas kaki
b. Observasi penampilan dandanan klien
c. Tanyakan dan observasi frekuensi ganti pakaian
d. Nilai kemampuan yang harus dimiliki klien : mengambil, memilih dan
mengenakan pakaian
5. Istirahat dan Tidur
a. Observasi dan tanyakan tentang :
Lama dan waktu tidur siang / malam
Persiapan sebelum tidur seperti : menyikat gigi, cuci kaki dan berdoa
Aktivitas sesudah tidur seperti : merapikan tempat tidur, mandi / cuci muka
dan menyikat gigi
6. Penggunaan Obat
a. Observasi dan tanyakan kepada klien dan keluarga tentang :
Penggunaan obat : frekuensi, jenis, dosis, waktu dan cara pemberian
Reaksi obat
7. Pemeliharaan Kesehatan
a. Tanyakan kepada klien dan keluarga tentang :
Apa, bagaimana, kapan dan kemana perawat lanjut
Siapa saja sistem pendukung yang dimiliki (keluarga, teman, instituisi dan
lembaga pelayanan kesehatan) dan cara penggunaannya
8. Aktivitas di Dalam Rumah
a. Tanyakan kemampuan klien dalam :
Merencanakan, mengolah dan menyajikan makanan
Merapikan rumah (kamar tidur, dapur, menyapu, mengepel)
Mencuci pakaian sendiri
Mengatur kebutuhan biaya sehari-hari
9. Aktivitas di luar Rumah
a. Tanyakan kemampuan klien
Belanja untuk keperluan sehari-hari
Dalam melakukan perjalanan mandiri dengan berjalan kaki, menggunakan
kendaraan pribadi, kendaraan umum
Aktivitas lain yang dilakukan di luar rumah (bayar listrik/telepon/air, kantor
pos dan bank)
XI. PENGETAHUAN
Data didapatkan melalui wawancara pada klien . Pada tiap item yang dimiliki oleh klien
simpulkan dalam masalah.
XII. ASPEK MEDIK
Tuliskan diagnosa medik klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang merawat.
Tuliskan obat-obatan klien saatini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain.
A. Kesimpulan
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang
berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau
lebih fungsi kehidupan manusia. Gangguan jiwa merupakan kumpulan dari keadaan-keadaan
yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik maupun mental yang meliputi
gangguan jiwa dan sakit jiwa. Seseorang yang mengalami gangguan jiwa masih mengetahui
dan merasakan kesulitannya, serta kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup
dalam alam kenyataan. Sedangkan orang yang terkena sakit jiwa tidak memahamai
kesulitannya, kepribadiannya dari segi tanggapan, perasaan, dan dorongan motivasi sangat
terganggu. Orang tersebut hidup jauh dalam alam kenyataan.
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana individu dapat berkembang secara mental,
fisik, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut, menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Orang dengan masalah kejiwaan adalah seseorang yang mempunyai masalah
fisik, mental, social, pertumbuhan dan perkembangan, atau kulaitas hidup sehingga memiliki
resiko mengalami gangguan jiwa
B. Saran