Anda di halaman 1dari 2

OTONOMI DAERAH DALAM KERANGKA NKRI

Hakikat Otonomi Daerah

Istilah otonomi daerah dan desentralisasi dalam kerangka system penyelenggaraan sering
digunakan secara bercampur. Desentralisasi pada dasarnya mempersoalkan pembagian
wewenang kepada organ-organ penyelenggara negara, sedangkan otonomi daerah menyangkut
hak yang mengikuti pembagian wewenang tersebut.

Diantara berbagai argumentasi dalam memilih desentralisasi-otonomi daerah :

1. Untuk terciptanya efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintah


2. Sebagai sarana pendidikan politik
3. Pemerintah daerah sebagai persiapan untuk karir politik lanjutan
4. Stabilitas politik
5. Kesetaraan politik
6. Akuntabilitas public
Visi Otonomi Daerah
Otonomi daerah sebagai kerangka penyelenggaraan pemerintah mempunyai visi yang
dapat dirumuskan dalam tiga riang lingkup utama yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya; politik, ekonomi, social dan budaya.
Bentuk Desentralisasi dalam Konteks otonomi Daerah
Rondinelli membedakan empat bentuk desentralisasi, yaitu (1) Dekosentrasi, (2)
Delegasi, (3) devolusi, (4) Privatisasi
Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia
Peraturan perundang-undangan yang pertama kali yang mengatur tentang pemerintahan
daerah pasca proklamasi kemerdakaan adalah UU no. 1 1945. Ditetapkannya UU ini merupakan
hasil dari bebrbagai pertimbangan tentang sejarah pemerintahan di masa kerajaan-kerajaan serta
pada masa pemerintahan kolonialisme.

Prinsip-prinsip Pelaksanaan otonomi Daerah

a. Dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan


b. Pada otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab
c. Pelaksanaan otonomi daerah ditetapkan pada daerah kabupaten dan daerah kota.
d. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara
e. Harus bisa meningkatkan kemandrian daerah otonomi
f. Harus bisa meningkatkan peranan dan fungsi badan legislative daerah
g. Pelaksanaan asas dekonsentralisasi diletakkan pada daerah propinsi
Pembagian kekuasaan dalam Kerangka Otonomi Daerah

Dalam rangka negara kesatuanpemerintah pusat masih memilikin kewenangan


melakukan pengawasan terhadap daerah otonom. Tetapi pengawasan yang dilakukan pemerintah
pusat terhadap daerah otonom diimbangi dengan kewenangan daerah otonom yang lebih besar,
atau sebaliknya, sehingga terjadi semacam keseimbangan kekuasaan.

Kesalapahaman Terhadap Otonomi Daerah

Otonomi daerah diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan kebijakan nasional yang
dapat mencegah kemungkinan terjadinya disentraligasi nasional. Otonomi daerah juga
merupakan sarana kebijakan yang secara politik ditempuh dalam rangka memelihara keutuhan
“Negara Bangsa”. Karena dengan otonomi akan kembali memperkuat ikatan semangat
kebangsaan serta persatuan dan kesatuan di antara segenap warga bangsa ini.

Otonomi Daerah dan Pembangunan Daerah

Beberapa prakondisi yang diharapkan dari pemerintahan daerah antara lain : (a) Fasilitas,
Fungsi pemerinthan daerah yang sangat esensial, (b) pemerintah daerah harus krreatif, (c) politil
local yang stabil, (d) pemerintah daerah harus menjamin kesinambungan berusaha, (e)
pemerintahyan daerah harus nkomunikatif dengan LSM.

Otonomi daerah dan PILKADA Langsung

PILKADA langsung dapat disebut sebagai praktik politik demokratis dan rekrutmen
politik yang terbuka dalam penilaian eksekutif daerah (gubernur, bupati dan atau walikota
beserta wakilnya) apabila memenuhi beberapa azas yang berlaku dalam pemilu legislative (DPR,
DPD dan DPRD) dan pemilu eksekutif (pemilihan presiden dan wakil presiden) yakno azas
langsung, umum, bebas, jujur, dan adil yang disebt dengan azas Luber Judil.

Argument penting bagi PILKADA langsung terkait dengan kedaulatan rakyat mencakup
hal-hal sebagai berikut :

1. Rakyat secara langsung dapat menggunakan hak-haknya secara utuh


2. Wujud nyata asas pertanggungjawaban dan akuntabilitas
3. Menciptakan suasana kondusif bagi terciptanya hubungan sinergis antara pemerintahan
dan rakyat

Anda mungkin juga menyukai