Istilah otonomi daerah dan desentralisasi dalam kerangka system penyelenggaraan sering
digunakan secara bercampur. Desentralisasi pada dasarnya mempersoalkan pembagian
wewenang kepada organ-organ penyelenggara negara, sedangkan otonomi daerah menyangkut
hak yang mengikuti pembagian wewenang tersebut.
Otonomi daerah diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan kebijakan nasional yang
dapat mencegah kemungkinan terjadinya disentraligasi nasional. Otonomi daerah juga
merupakan sarana kebijakan yang secara politik ditempuh dalam rangka memelihara keutuhan
“Negara Bangsa”. Karena dengan otonomi akan kembali memperkuat ikatan semangat
kebangsaan serta persatuan dan kesatuan di antara segenap warga bangsa ini.
Beberapa prakondisi yang diharapkan dari pemerintahan daerah antara lain : (a) Fasilitas,
Fungsi pemerinthan daerah yang sangat esensial, (b) pemerintah daerah harus krreatif, (c) politil
local yang stabil, (d) pemerintah daerah harus menjamin kesinambungan berusaha, (e)
pemerintahyan daerah harus nkomunikatif dengan LSM.
PILKADA langsung dapat disebut sebagai praktik politik demokratis dan rekrutmen
politik yang terbuka dalam penilaian eksekutif daerah (gubernur, bupati dan atau walikota
beserta wakilnya) apabila memenuhi beberapa azas yang berlaku dalam pemilu legislative (DPR,
DPD dan DPRD) dan pemilu eksekutif (pemilihan presiden dan wakil presiden) yakno azas
langsung, umum, bebas, jujur, dan adil yang disebt dengan azas Luber Judil.
Argument penting bagi PILKADA langsung terkait dengan kedaulatan rakyat mencakup
hal-hal sebagai berikut :