Anda di halaman 1dari 46

Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik Studi Kasus :

Greenhost Hotel, Yogyakarta

Laporan Karya Tulis Ilmiah

Fildza Zatalini Zakirah | 12512016

Dosen Pembimbing : Maria Adriani, S.T., MUDD.

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2015
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik Pada Bangunan Vertikal

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i

ABSTRAK.............................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................3

BAB II. KAJIAN PUSTAKA...................................................................................

2.1 Urban Farming..........................................................................................4

2.2 Hidroponik.................................................................................................6

2.2.1 Pengertian Hidroponik...........................................................................6

2.2.2 Macam-macam Sistem Hidroponik.......................................................7

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN..............................................................

3.1 Jenis Penelitian.........................................................................................17


3.2 Lokasi Penelitian......................................................................................17
3.3 Objek Penelitian.......................................................................................17
3.4 Sumber Data.............................................................................................17
3.5 Metode Pengumpulan Data......................................................................17
3.6 Metode Analisis.......................................................................................18

BAB IV. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA..................................

4.1 Narasi Hasil Wawancara..........................................................................19

i
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik Pada Bangunan Vertikal

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

4.2 Data Bangunan.........................................................................................19

4.2.1 Potongan Skematik Bangunan.............................................................19

4.2.2 Denah Skematik Bangunan..................................................................20

BAB V. ANALISIS....................................................................................................

5.1 Variabel Analisis......................................................................................23

5.2 Tabel Analisis..........................................................................................23

PENUTUP..................................................................................................................

Kesimpulan.....................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik Pada Bangunan Vertikal

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

ABSTRAK

Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik Pada Bangunan Vertikal Studi


Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

Oleh
Fildza Zatalini Zakirah
12512016

Indonesia adalah negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.


Penataan ruang kawasan perkotaan menjadi isu penting ketika pertumbuhan
penduduk semakin tinggi. Penyediaan ruang-ruang terbuka publik yang meliputi
ruang terbuka hijau (RTH) sangat perlu karena terjadinya alih fungsi lahan hijau
menjadi lahan terbangun di perkotaan. Berkurangnya lahan produktif serta
menyempitnya ruang terbuka hijau sebagai area resapan air menjadi faktor
pendorong munculnya gerakan bangunan hijau saat ini. Kegiatan yang termasuk
dalam upaya mewujudkan bangunan hijau adalah dengan menerapkan konsep
urban farming pada bangunan vertikal di perkotaan. Konsep urban farming
mendeskripsikan seluruh sistem produksi pangan yang terjadi di perkotaan. Salah
satu bagian dari konsep urban farming ini adalah dengan menerapkan sistem
penanaman secara hidroponik yaitu budidaya menanam dengan
memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada
pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Penerapan sistem hidroponik cocok
diterapkan pada bangunan vertikal di perkotaan sebagai penunjang konsep urban
farming karena sistem hidroponik menggunakan lahan yang efisien. Tulisan ini
mengkaji tentang model penerapan sistem hidroponik yang diterapkan pada
bangunan Greenhost Hotel Yogyakarta.

Kata kunci : Urban Farming, Hidroponik

iii
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang


tinggi. Kepadatan penduduk yang kian tinggi, memberikan dampak dalam
aspek pengelolaan ruang perkotaan. Kota Yogyakarta merupakan salah satu
kota dengan penduduk yang padat di Indonesia. Jumlah penduduk perkotaan
yang tinggi dan terus meningkat dari waktu ke waktu akan memberikan
dampak terhadap pemanfaatan ruang kota. Penataan ruang kawasan perkotaan
menjadi isu penting ketika pertumbuhan penduduk semakin tinggi.
Penyediaan ruang-ruang terbuka publik yang meliputi ruang terbuka hijau
(RTH) sangat perlu karena terjadinya alih fungsi lahan hijau menjadi lahan
terbangun di perkotaan.
Berkurangnya lahan produktif serta menyempitnya ruang terbuka hijau
sebagai area resapan air menjadi faktor pendorong munculnya gerakan
bangunan hijau di daerah perkotaan. Istilah bangunan hijau merupakan upaya
untuk menghasilkan bangunan dengan menggunakan proses-proses yang
ramah lingkungan, penggunaan sumber daya secara efisien selama proses
pembuatannya hingga pembongkarannya.
Salah satu kegiatan yang termasuk dalam upaya mewujudkan bangunan
hijau adalah dengan menerapkan konsep urban farming. Urban farming
adalah praktek budidaya, pemrosesan, dan distribusi bahan pangan atau di
sekitar kota. Urban farming juga bisa melibatkan peternakan, budidaya
perairan, wanatani, dan hortikultura. Dalam arti luas, Urban farming
mendeskripsikan seluruh sistem produksi pangan yang terjadi di perkotaan.
Lahan yang digunakan bisa tanah tempat tinggal (pekarangan, balkon, atau
atap- atap bangunan), pinggiran jalan umum, atau tepi sungai.
Sebuah bangunan yang menggunakan konsep urban farming semestinya
melakukan efisiensi terhadap pemanfaatan dan pengelolaan air. Pada daerah

1
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

perkotaan Yogyakarta, tepatnya di daerah Prawirotaman terdapat sebuah


bangunan bernama Greenhost Hotel yang menerapkan konsep bangunan
hijau dengan atap yang tinggi, banyak ruang terbuka, minim AC dengan
memanfaatkan air sebagai peredam suhu, memakai sistem recycle air yaitu air
dari toilet diolah kembali dan digunakan untuk berbagai kebutuhan. Ada
sistem konservasi air hujan yang dikumpulkan pada kolam renang yang
terletak di tengah bangunan.

Bangunan ini memakai sistem hidroponik dengan memanfaatkan pipa-


pipa sebagai media tanam yang merupakan bagian dari konsep urban farming.
Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa
menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi
bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada
kebutuhan air pada budidaya dengan tanah. Salah satu upaya untuk
memanfaatkan lahan seoptimal mungkin adalah dengan hidroponik
verticulture, yaitu sistem hidroponik dengan menanam tanaman secara
vertikal. Kelebihan dari sistem ini adalah hidroponik menggunakan lahan
yang efisien sehingga hidroponik cocok untuk tempat yang hanya memiliki
lahan terbatas seperti di perkotaan sebagai penunjang konsep urban farming.
Kajian ini berguna untuk mengetahui model penerapan sistem hidroponik
yang diterapkan pada bangunan Greenhost Hotel.

1.2 Rumusan Masalah


Apa model penerapan sistem hidroponik yang diterapkan di Greenhost Hotel?

1.3 Tujuan dan Sasaran


Tujuan dari penelitian ini adalah :
Mengetahui jenis model penerapan sistem hidroponik yang diterapkan di
Greenhost Hotel.

2
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

Sasaran Analisis :
Menganalisis model penerapan sistem hidroponik pada koridor dan atap di
Greenhost Hotel.

1.4 Manfaat Penulisan


Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
A. Bagi peneliti, sebagai pengetahuan dan sebagai data untuk menunjang
proses perancangan saat menempuh Proyek Akhir Sarjana (PAS).
B. Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan memberikan
pengetahuan mengenai model penerapan sistem hidroponik pada
bangunan vertikal di perkotaan.

3
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Urban Farming

Pengertian Urban Farming

Urban Farming atau pertanian urban adalah praktek budidaya,


pemrosesan, dan disribusi bahan pangan di atau sekitar kota. Pertanian
urban juga bisa melibatkan peternakan, budidaya perairan, wanatani,
dan hortikultura. Dalam arti luas, pertanian urban mendeskripsikan seluruh
sistem produksi pangan yang terjadi di perkotaan.

FAO mendefinisikan pertanian urban sebagai sebuah industri yang


memproduksi, memproses, dan memasarkan produk dan bahan bakar nabati,
terutama dalam menanggapi permintaan harian konsumen di dalam
perkotaan, yang menerapkan metode produksi intensif, memanfaatkan dan
mendaur ulang sumber daya dan limbah perkotaan untuk menghasilkan
beragam tanaman dan hewan ternak.

Urban farming adalah suatu aktivitas pertanian di dalam atau di sekitar


perkotaan yang melibatkan ketrampilan, keahlian dan inovasi dalam
budidaya dan pengolahan makanan. Hal utama yang menyebabkan
munculnya aktivitas ini adalah upaya memberikan kontribusi pada
ketahanan pangan, menambah penghasilan masyarakat sekitar juga sebagai
sarana rekreasi dan hobi (Enciety, 2011).

Definisi Urban Farming sendiri menurut Balkey M adalah Rantai


industri yang memproduksi, memproses dan menjual makanan dan energi
untuk memenuhi kebutuhan konsumen kota. Semua kegiatan dilakukan
dengan metoda using dan re-using sumber alam dan limbah perkotaan.
Manfaat Urban farming:
1. Urban Farming memberikan kontribusi penyelamatan lingkungan
dengan pengelolaan sampah Reuse dan Recycle.

4
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

2. Membantu menciptakan kota yang bersih dengan pelaksaan 3 R (reuse,


reduse, recycle) untuk pengelolaan sampah kota.

3. Dapat menghasilkan O2 dan meningkatkan kualitas lingkungan kota.

4. Meningkatkan Estetika Kota.

5. Mengurangi biaya dengan penghematan biaya transportasi dan


pengemasan.

6. Bahan pangan lebih segar pada saat sampai ke konsumen yang


merupakan orang kota.

7. Menjadi penghasilan tambahan penduduk kota.

Model-model urban Farming :

1. Memanfaatkan lahan tidur dan lahan kritis.

2. Memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau (Privat dan Publik).

3. Mengoptimalkan kebun sekitar rumah.

4. Menggunakan ruang (verticultur).

Pertanian di dalam kota mempengaruhi aspek ekonomi, kesehatan,


sosial dan lingkungan kota. Dengan adanya urban farming akan ada manfaat
meningkatnya kesejahteraan, keadilan, kebersamaan, kenyamanan, kualitas
kehidupan, dan kelestarian lingkungan hidup. Studi tentang urban farming
pada saat ini telah berkembang dalam kaitannya dengan permasalahan
kesehatan masyarakat, serta untuk mengantisipasi permasalahan ketahanan
pangan, banjir, penurunan panas kota, efisiensi energi, kualitas udara,
perubahan iklim, hilangnya habitat, dan pencegahan kejahatan (Mazeereuw,
2005).

5
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

2.2 Hidroponik

2.2.1 Pengertian Hidroponik

Hidroponik berasal dari bahasa yunani yaitu, Hydroponic yang mana


hidro berarti air dan ponus berarti kerja. Hidroponik merupakan teknologi
bercocok tanam yang menggunakan media air, nutrisi dan oksigen.
Hidroponik adalah sebuah sistem/teknologi dimana tanaman ditumbuhkan
tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam, karena itu hidroponik juga
disebut sebagai budidaya tanam tanpa tanah atau soilless culture. Arti
harafiah dari hidroponik adalah bekerja dengan air namun kebutuhan air
pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan
tanah.

Hidroponik merupakan suatu sistem budidaya tanaman pada media


yang tidak menyediakan unsur hara, dan unsur hara esensial yang
diperlukan tanaman disediakan dalam bentuk larutan/nutrisi. Tanaman yang
dibudidayakan secara hidroponik meliputi golongan tanaman hortikultura
yang meliputi tanaman sayur, tanaman buah, tanaman hias, pertamanan, dan
tanaman obat-obatan.

Penerapan sistem hidroponik di Sky Green Tower, Singapore

Sumber : http://www.urbanarchnow.com/2015/02/urban-farming-in-singapore.html

6
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

Menurut Raffar (1993), sistem hidroponik merupakan cara produksi


tanaman yang sangat efektif. Sistem ini dikembangkan berdasarkan alasan
bahwa jika tanaman diberi kondisi pertumbuhan yang optimal, maka potensi
maksimum untuk berproduksi dapat tercapai. Hal ini berhubungan dengan
pertumbuhan sistem perakaran tanaman, di mana pertumbuhan perakaran
tanaman yang optimum akan menghasilkan pertumbuhan tunas atau bagian
atas yang sangat tinggi. Pada sistem hidroponik, larutan nutrisi yang
diberikan mengandung komposisi garam-garam organik yang berimbang
untuk menumbuhkan perakaran dengan kondisi lingkungan perakaran yang
ideal.

2.2.2 Jenis Hidroponik

A. NFT (Nutrient Film Technique)

Nutrient Film Technique (NFT) memiliki aliran larutan nutrisi yang


konstan/tetap sehingga tidak dibutuhkan timer untuk mengontrol pompa
air. Pada sistem hidroponik ini, larutan nutrisi dipompakan ke
dalam growing tray (tempat/keranjang/pot untuk tumbuh tanaman) yang
biasanya berupa tabung dan larutan nutrisi tersebut akan mengalir
melewati akar tanaman kemudian akan mengalir kembali ke bak
penampungan. Umumnya tidak ada media tumbuh selain udara
sehingga dapat menghemat penggantian media tumbuh setelah panen.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam NFT adalah


kemiringan talang (1-5%) untuk pengaliran larutan nutrisi, kecepatan
aliran mask tidak boleh terlalu cepat (dapat diatur oleh pembukaan kran
berkisar 0,3 – 0,75 liter/menit), dan lebar talang yang memadai untuk
menghindari terbendungnya larutan nutrisi.

7
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

Green Sky Growers ( NFT and Aeroponic)

Sumber : https://www.popularresistance.org/the-farm-of-the-future-green-sky-
growers/\

Menurut Cooper (1972), NFT adalah sebuah sistem yang


menggunakan ‘film’ larutan nutrisi. Film atau lapisan tipis setebal 1-3
mm ini dipompa dan dialirkan melewati akar tanaman secara terus
menerus dengan kecepatan aliran sekitar 1-2 liter per menit. Sirkulasi
nutrisi dapat digunakan ulang selama beberapa minggu sesuai
kebutuhan tanaman. Sebagian akar tanaman tumbuh di atas permukaan
larutan nutrisi dan sebagian lagi terendam di dalamnya. Faktor utama
yang mempengaruhi perkembangan tanaman dalam hidroponik NFT
adalah tersedianya nutrisi penunjang yang sesuai dengan jenis dan umur
tanaman dan kestabilan kecepatan aliran nutrisi.

8
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

Beberapa keuntungan pemakaian NFT antara lain dapat


memudahkan pengendalian daerah perakaran tanaman, kebutuhan air
dapat terpenuhi dengan baik dan mudah, keseragaman nutrisi dan
tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat
disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman, tanaman dapat diusahakan
beberapa kali dengan periode tanam yang pendek, sangat baik untuk
pelaksanaan penelitian dan eksperimen dengan variable yang dapat
terkontrol dan dan memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas
tanaman dengan high planting density.

Penerapan NFT pada dinding

Sumber : http://inhabitat.com/grow-up-designing-vertical-gardens

NFT mempunyai beberapa kelemahan seperti investasi dan biaya


perawatan yang mahal, sangat tergantung terhadap energy listrik, dan
penyakit yang menjangkiti tanaman akan dengan cepat menlar ke
tanaman lain.

9
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

Kebun hidroponik dengan variasi bentuk

Sumber : http://inhabitat.com/mickey-mouse-sustainable-farming/

Instalasi taman vertikal dengan menggunakan sistem hidroponik NFT sebagai fasad
bangunan pavillion pada EXPO di Milano

Sumber : http://inhabitat.com/biber-architects-green-walled-usa-pavilion

B. DFT (Deep Flow Technique)

Sistem Hidroponik DFT (Deep Flow Technique) merupakan


metode budidaya hidroponik dengan cara meletakkan akar tanaman
pada lapisan air dengan kedalaman berkisar antara 4-6 cm. Cara kerja
sistem hidroponik DFT hampir sama dengan sistem NFT (Nutrient Film
Technique) yaitu mensirkulasikan larutan nutrisi tanaman secara

10
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

terusmenerus. Teknik hidroponik ini dikategorikan sebagai sistem


hidroponik tertutup.

Skema sistem DFT

Sistem DFT biasanya menggunakan gully pralon yang diberi


reducer agar dapat memberi genangan pada gully. Prinsip sistem ini
sama seperti NFT hanya saja bedanya adanya genangan pada aliran
gully. Kedalaman aliran genangan biasanya sekitar 2-3 cm sedangkan
NFT memiliki ketebalan aliran 3 mm. Dengan memberi genangan dapat
membuat sistem lebih tahan terhadap mati listrik yang lama karena
masih adanya cadangan air nutrisi pada genangan.

11
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

C. Aeroponics
Aeroponik merupakan sistem yang akarnya secara berkala
dibasahi dengan butiran-butiran larutan nutrien yang halus (seperti
kabut). Metode ini tidak memerlukan media dan memerlukan tanaman
yang tumbuh dengan akar yang menggantung di udara atau
pertumbuhan ruang yang luas yang secara berkala, akar dibasahi
dengan kabut halus cari larutan nutrisi. Aerasi secara sempurna
merupakan kelebihan utama dari aeroponik. Kelebihan lain dari sistem
ini adalah tumbuhan mendapati suplai oksigen yang sangat banyak,
sehingga proses respirasi menjadi sangat optimal.

Kelemahan dari sistem ini adalah penggunaan pompa listrik yang


sangat bergantung pada ketersediaan listrik. Sehingga jika pompa
yang digunakan untuk menyemprotkan air dan nutrisi tersebut mati,
maka yang akan terjadi adalah tanaman yang ditanam juga akan mati.

12
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

Jadi harus benar-benar dipastikan bahwa sistem cadangan yang


mendukung pompa tetap aktif.

Aeroponic Tower Garden


Sumber : https://futuregrowing.wordpress.com/aeroponics-technology/

D. Aquaponic
Akuaponik adalah sistem pertanian berkelanjutan yang
mengkombinasikan akuakultur dan hidroponik dalam lingkungan yang
bersifat simbiotik. Dalam akuakultur yang normal, ekskresi dari
hewan yang dipelihara akan terakumulasi di air dan meningkatkan
toksisitas air jika tidak dibuang. Dalam akuaponik, ekskresi hewan
diberikan kepada tanaman agar dipecah menjadi nitrat dan nitrit
melalui proses alami, dan dimanfaatkan oleh tanaman sebagai nutrisi.
Air kemudian bersirkulasi kembali ke sistem akuakultur.

13
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

Akuaponik terdiri dari dua komponen penting, yaitu


bagian hidroponik di mana tanaman tumbuh, dan bagian akuakultur di
mana ikan dipelihara.Sedimen dari sistem akuatik seperti kotoran ikan
dan pakan yang tidak dimakan dapat terakumulasi pada sistem
pemeliharaan ikan yang tertutup dan tanpa sirkulasi. Sedime ini dapat
menjadi racun bagi ikan pada konsentrasi tinggi, namun bernutrisi
bagi tumbuhan. Selain dua sistem utama di atas, akuaponik dapat
memiliki sistem tambahan seperti biofilter yang menjadi tempat
bagi bakteri nitrifikasi untuk mengubah amonia dari kotoran ikan
menjadi nitrat yang dapat digunakan oleh tumbuhan, dan aerator yang
mengirimkan udara ke air agar akar tumbuhan dapat bernafas.

14
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

Sky growers mengkombinasikan akuaponik dengan sisten NFT dan aeroponik

Sumber : http://www.thecoolist.com/future-farming-how-high-tech-organics-
make-food-right/

E. Ebb dan Flow

Ebb dan Flow, Sumber : http://newpanchids.blogspot.co.id/2015/03/teknik-


hidroponik-sistem-ebb-flow.html

Teknik bernama sistem ebb & flow atau bisa disebut sistem
"Pasang Surut". Konsep dari sistem ini adalah Membanjiri bak atau
penampung yang berisi tanaman yang sudah dimasukkan ke pot
dengan air nutrisi selama waktu tertentu. Kemudian air yang
membanjiri tadi dialirkan kembali ke bak penampung air nutrisi.
Dalam sistem ini kita mengandalkan pompa air yang sudah timer
untuk proses pembanjiran dan penyurutan.Jika pompa menyala maka
prose pembanjiran yang terjadi,Bila pompa mati maka proses
penyurutan yang terjadi.Jadi pompa air sangatlah penting dalam
sistem ini.

15
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

F. Sistem tetes
Sistem Tetes atau Drip System merupakan salah satu dari teknik
Hidroponik yang umum digunakan karena cara kerjanya yang cukup
sederhana. Sistem ini menggunakan timer untuk mengatur penetesan
air nutrisi pada tanaman.
Ada 2 macam Sistem Tetes, pertama adalah sistem tetes putar
atau sirkulasi, jadi pada sistem ini air nutrisi yang digunakan untuk
menetasi tanaman akan jatuh lagi mengalir lewat akar ke suatu
penampung yang nantinnya dari tempat penampung tersebut akan
ditetes kan lagi pada tanaman.
Namun karena jika memakai jenis sistem tetes yang ini dapat
mengubah PH air yang tentunya tidak baik untuk tanaman maka
dibutuhkan pengecekan secara rutin.
Sistem kedua adalah sistem tetes habis atau non-sirkulasi, jadi
pada sistem ini air nutrisi yang digunakan tidak didaur ulang, tetapi
langsung dibuang kalau ada kelebihan,

Sistem tetes, Sumber : http://newpanchids.blogspot.co.id/2015/03/metode-bercocok-


tanam-hidroponik-part-2.html

16
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada karya tulis ilmiah ini adalah penelitian secara kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan
investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara
bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat
penelitian (McMillan & Schumacher, 2003).

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam karya tulis ilmiah ini berada pada bangunan
Greenhost Hotel Jl. Gerilya, Mergangsan, Kota Yogyakarta.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kebun di Greenhost Hotel Yogyakarta yang


menggunakan sistem hidroponik.

3.4 Sumber Data

Berkaitan dengan objek penelitian ini adalah kebun di Greenhost Hotel


Yogyakarta yang menggunakan sistem hidroponik, maka sumber data dari
penelitian ini adalah pengurus khusus kebun hidroponik di Greenhost Hotel.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yaitu metode yang digunakan untuk


mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan penelitian. Metode yang
digunakan dalam penelitian antara lain :

17
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

A. Wawancara

Wawancara pada penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data


tentang bagaimana model penerapan sistem hidroponik di Greenhost
Hotel Yogyakarta. Wawancara dilakukan kepada konsultan yang
mengurus kebun hidroponik di Greenhost Hotel Yogyakarta dengan
mengajukan beberapa pertanyaan mengenai sistem hidroponik di hotel
tersebut.

B. Observasi

Observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung yaitu peneliti


melihat dan mengamati secara langsung objek penelitian kemudian
melakukan analisis.

C. Dokumentasi

Mengambil foto pada bagian penerapan sistem hidroponik di Greenhost


Hotel Yogyakarta.

3.4 Metode Analisis


Metode analisis data yang digunakan yaitu secara deskriptif dengan
identifikasi jenis model penerapan sistem hidroponik di Greenhost Hotel
karena teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan
dokumentasi.

18
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Narasi Hasil Wawancara

Bayu Widhi Nugroho, Ketua Komunitas Hdroponik jogja yang juga


seorang konsultan hidroponik di Greenhost Hotel Yogyakarta menjadi
informan dalam penelitian ini. Beliau mengatakan alasan memakai
hidroponik dalam konsep urban farming di Greenhost Hotel adalah karena
dengan hidroponik, produksi sayuran lebih tinggi, lebih terjamin dari hama
dan penyakit, dan tanaman tumbuh dengan lebih cepat. Hal ini
menguntungkan pihak Greenhost karena Greenhost melakukan urban
farming bertujuan untuk memproduksi sayuran yang ditujukan untuk
restoran Greenhost dan untuk dijual ke masyarakat sekitar.

Menurut beliau, kelebihan yang menjadi pertimbangan memakai sistem


hidroponik untuk diterapkan di Greenhost yaitu kualitas produksi sayuran
lebih bersih karena tidak menggunakan tanah, hanya menggunakan aliran air
dan pupuk cair. Karena Greenhost yang merupakan bangunan vertikal di
tengah kota sehingga lahan untuk menanam sempit. Dengan memakai
sistem hidroponik, penggunaan lahan menjadi lebih efisien. Sehingga
meskipun menggunakan lahan yang sempit, namun kuantitas produksi bisa
lebih tinggi.

Sistem hidroponik yang dipakai oleh Greenhost dalam memproduksi


tanaman adalah NFT (Nutrient Film Technique) dan DFT (Deep Flow
Technique). Pemilihan sistem hidroponik ini dengan pertimbangan
ketersediaan bahan di wilayah Yogyakarta dan tingkat kemudahan dalam
perawatan alat.

Salah satu variabel yang paling penting untuk menentukan jenis


hidroponik yang dipakai adalah sistem pengairan air. Hidroponik dapat

19
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

dibagi berdasarkan sistem pengairan yang digunakan. Selain pengairan,


variabel yang dapat membedakan antar jenis hidroponik adalah jumlah
penggunaan listrik dan pompa.

4.2 Data Bangunan

4.2.1`Potongan Skematik Bangunan

Zona 2
Zona 3
Zona 1

Penempatan sistem hidroponik terletak pada sepanjang koridor lantai


tipikal dan pada lantai atap bangunan. Kebun hidroponik yang terletak pada
sepanjang koridor menjadi selubung bangunan Greenhost Hotel pada bagian
dalam. Kebun hidroponik di Greenhost Hotel Yogyakarta ini dibagi menjadi
tiga zona yaitu zona pertama adalah zona koridor pada lantai tipikal, zona
dua dan tiga adalah kebun hidroponik pada lantai atap. Zona pertama dan
kedua adalah zona untuk penanaman hingga panen, dan zona tiga adalah
zona untuk pembibitan awal.

Zona 1 Zona 2 Zona 3

20
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

Zona 2 Lantai
Atap

Zona 3 Lantai
Tipikal

Zona 1

4.2.2 Denah Skematik Bangunan

A. Denah Skematik Lantai Tipikal

Zona 1

21
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

B. Denah Skematik Lantai Atap

Zona 3

Zona 2

22
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

BAB V

ANALISIS

5.1 Variabel Analisis

Analisis dilakukan untuk mengidentifikasi model penerapan hidroponik


apa yang dipakai pada setiap zona hidroponik di Greenhost Hotel
Yogyakarta. Ada beberapa variabel untuk menentukan jenis sistem
hidroponik yaitu sistem keseluruhan aktif atau pasif, sistem pengairan,
ketergantungan terhadap listrik, dan penggunaan pompa.

Sistem pengairan hidroponik ada bermacam-macam, ada yang harus terus


menerus dialiri air seperti NFT (Nutrient Film Technique), ada yang tidak
setiap waktu harus dialiri air karena ada cadangan air yang menggenang
seperti DFT (Deep Flow Technique), ada yang pasang surut memungkinkan
tanaman tergenang air pada waktu tertentu dan ada kalanya kering seperti
Ebb and Flow, ada yang dengan cara disemprotkan seperti Aeroponik, dan
ada yang sistem tetes seperti Drip System.

5.2 Tabel Analisis

No Variabel Zona 1 Zona 2 Zona 3


1 Sistem Aktif
  
keseluruhan
Pasif
2 Sistem Air selalu mengalir
 
Pengairan dan tidak menggenang
Air mengalir dan juga

menggenang
Air pasang surut
Air menetes
Air disemprotkan

23
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

3 Ketergantung Sangat bergantung


 
an terhadap pada listrik ( jika
listrik listrik mati maka tidak
ada pengairan)
Tidak selalu

bergantung pada
listrik
Tidak bergantung
pada listrik
4 Penggunaan Menggunakan pompa
  
pompa
Tidak menggunakan
pompa

24
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis, disimpulkan bahwa


kebun hidroponik yang berada di zona satu dan dua menggunakan sistem
hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) karena merupakan sistem yang
aktif dengan sistem pengairan yang selalu mengalir dan di pompa sehingga
sistem hidroponik pada zona satu dan dua ini sangat tergantung pada
penggunaan listrik.

Sedangkan kebun hidroponik yang berada di zona tiga menggunakan


sistem hidroponik DFT (Deep Flow Technique) karena merupakan sistem
yang aktif dengan sistem pengairan yang memilki genangan air sehingga
akar tanaman akan selalu terendam. Sistem ini tidak selalu dialiri air, aliran
air yang dipompa ini dilakukan agar terjadi pergantian air di dalam
genangan. Dengan adanya genangan air ini sistem DFT (Deep Flow
Technique) tidak terlalu bergantung kepada listrik, karena jika suatu saat
listrik mati, tanaman tidak akan kering karena masih ada cadangan air yang
tergenang.

Zona satu dan dua adalah zona untuk penanaman hingga panen maka
dengan memakai sistem NFT (Nutrient Film Technique), produksi tanaman
dapat lebih cepat. Sedangkan zona tiga adalah zona untuk pembibitan awal,
dimana dalam masa pembibitan awal akar dari bibit tanaman harus selalu
terendam sehingga pada zona tiga ini memakai DFT (Deep Flow Technique).

25
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2014, 27 Februari). hidroponikjogja.com. Dipetik 10 Oktober dari


hidroponikjogja.com : http://hidroponikjogja.com/macam-macam- sistem-
hidroponik/

Panchid. (2015, 4 Maret). Panchids Hidroponik. Dipetik 10 Oktober dari Panchids


Hidroponik : http://newpanchids.blogspot.co.id/2015/03/ metode-bercocok-
tanam-hidroponik-part-2.html

Anonim. Wikipedia . Dipetik 23 Oktober dari Wikipedia.: https://idwikipedia org/


wiki /Pertanian_ urban\

Sae. (2015, 2 Oktober). Kompasiana. Dipetik 12 Desember 2015 dari


Kompasiana : http://www.kompasiana.com/sae/cara-mudah hijaukan -
perkotaan_560e295e3693737f0572865c

Diana, Astri. (2015, 14 Juni). Majalah Asri. Dipetik 22 Desember 2016 dari
Majalah Asri : http://majalahasri.com/macam-macam-teknik-hidroponik/
Anonim. (2015, 18 Desember). Tips Berkebun. Dipetik 22 Desember dari Tips
Berkebun : http://www.tipsberkebun.com/macam-macam-sistem-menaman-
hidroponik.html

26
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

LAMPIRAN

Tanya Jawab Wawancara

1. Pertanyaan : Mengapa memakai hidroponik dalam konsep urban farming


di Greenhost Hotel?

Jawab : Karena dengan hidroponik, produksi sayuran lebih tinggi, lebih


terjamin dari hama dan penyakit, dan tanaman tumbuh dengan lebih cepat.
Hal ini menguntungkan pihak Greenhost karena Greenhost melakukan
urban farming bertujuan untuk memproduksi sayuran yang ditujukan untuk
restoran Greenhost dan untuk dijual ke masyarakat sekitar.

2. Pertanyaan : Apa pertimbangan memakai sistem hidroponik untuk


diterapkan di Greenhost?

Jawab : Kelebihan memakai sistem hidroponik adalah kualitas produksi


sayuran lebih bersih karena tidak menggunakan tanah, hanya
menggunakan aliran air dan pupuk cair. Karena Greenhost yang
merupakan bangunan vertikal di tengah kota sehingga lahan untuk
menanam sempit. Dengan memakai sistem hidroponik, penggunaan lahan
menjadi lebih efisien. Sehingga meskipun menggunakan lahan yang
sempit, namun kuantitas produksi bisa lebih tinggi.

3. Pertanyaan : Sistem hidroponik apa saja yang diterapkan di Greenhost


Hotel dan mengapa memilih sistem tersebut?

Jawab : Sistem hidroponik yang dipakai oleh Greenhost dalam


memproduksi tanaman adalah NFT (Nutrient Film Technique) dan DFT
(Deep Flow Technique). Pemilihan sistem hidroponik ini dengan
pertimbangan ketersediaan bahan di wilayah Yogyakarta dan tingkat
kemudahan dalam perawatan alat.

27
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik

Studi Kasus : Greenhost Hotel, Yogyakarta

4. Pertanyaan : Variabel apa yang penting untuk menentukan sistem


hidroponik yang dipakai?

Jawab : Salah satu variabel yang paling penting itu adalah sistem
pengairan air. Hidroponik dapat dibagi berdasarkan sistem pengairan yang
digunakan. Selain pengairan, variabel yang dapat membedakan antar jenis
hidroponik adalah penggunaan listrik dan pompa.

28
Kajian Model Penerapan Hidroponik Studi Kasus : Greenhost Hotel
Yogyakarta

Fildza Zatalini Z | 125120161 dan Maria Adriani, S.T.,MUDD2

1 Mahasiswa Program Arsitektur Universitas Islam Indonesia


2 Dosen Program Arsitektur Universitas Islam Indonesia
fildza.zatalini@yahoo.co.id

Abstrak

Indonesia adalah negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Penataan ruang kawasan
perkotaan menjadi isu penting ketika pertumbuhan penduduk semakin tinggi. Penyediaan ruang-ruang
terbuka publik yang meliputi ruang terbuka hijau (RTH) sangat perlu karena terjadinya alih fungsi lahan
hijau menjadi lahan terbangun di perkotaan. Berkurangnya lahan produktif serta menyempitnya ruang
terbuka hijau sebagai area resapan air menjadi faktor pendorong munculnya gerakan bangunan hijau
saat ini. Kegiatan yang termasuk dalam upaya mewujudkan bangunan hijau adalah dengan menerapkan
konsep urban farming pada bangunan vertikal di perkotaan. Konsep urban farming mendeskripsikan
seluruh sistem produksi pangan yang terjadi di perkotaan. Salah satu bagian dari konsep urban farming
ini adalah dengan menerapkan sistem penanaman secara hidroponik yaitu budidaya menanam dengan
memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi
bagi tanaman. Penerapan sistem hidroponik cocok diterapkan pada bangunan vertikal di perkotaan
sebagai penunjang konsep urban farming karena sistem hidroponik menggunakan lahan yang efisien.
Tulisan ini mengkaji tentang model penerapan sistem hidroponik yang diterapkan pada bangunan
Greenhost Hotel Yogyakarta.

Kata kunci : Urban Farming, Hidroponik

1. PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.


Kepadatan penduduk yang kian tinggi, memberikan dampak dalam aspek pengelolaan ruang
perkotaan. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota dengan penduduk yang padat di
Indonesia. Jumlah penduduk perkotaan yang tinggi dan terus meningkat dari waktu ke waktu
akan memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota. Penataan ruang kawasan
perkotaan menjadi isu penting ketika pertumbuhan penduduk semakin tinggi. Penyediaan
ruang-ruang terbuka publik yang meliputi ruang terbuka hijau (RTH) sangat perlu karena
terjadinya alih fungsi lahan hijau menjadi lahan terbangun di perkotaan.
Berkurangnya lahan produktif serta menyempitnya ruang terbuka hijau sebagai area
resapan air menjadi faktor pendorong munculnya gerakan bangunan hijau di daerah
perkotaan. Istilah bangunan hijau merupakan upaya untuk menghasilkan bangunan dengan
menggunakan proses-proses yang ramah lingkungan, penggunaan sumber daya secara efisien
selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya.
Salah satu kegiatan yang termasuk dalam upaya mewujudkan bangunan hijau adalah
dengan menerapkan konsep urban farming. Urban farming adalah praktek budidaya,
pemrosesan, dan distribusi bahan pangan atau di sekitar kota. Urban farming juga bisa

1
melibatkan peternakan, budidaya perairan, wanatani, dan hortikultura. Dalam arti luas,
Urban farming mendeskripsikan seluruh sistem produksi pangan yang terjadi di perkotaan.
Lahan yang digunakan bisa tanah tempat tinggal (pekarangan, balkon, atau atap- atap
bangunan), pinggiran jalan umum, atau tepi sungai.
Sebuah bangunan yang menggunakan konsep urban farming semestinya melakukan
efisiensi terhadap pemanfaatan dan pengelolaan air. Pada daerah perkotaan Yogyakarta,
tepatnya di daerah Prawirotaman terdapat sebuah bangunan bernama Greenhost Hotel yang
menerapkan konsep bangunan hijau. Bangunan ini memakai sistem hidroponik dengan
memanfaatkan pipa-pipa sebagai media tanam yang merupakan bagian dari konsep urban
farming.

Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan


tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air
pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah. Salah satu
upaya untuk memanfaatkan lahan seoptimal mungkin adalah dengan hidroponik verticulture,
yaitu sistem hidroponik dengan menanam tanaman secara vertikal. Kelebihan dari sistem ini
adalah hidroponik menggunakan lahan yang efisien sehingga hidroponik cocok untuk tempat
yang hanya memiliki lahan terbatas seperti di perkotaan sebagai penunjang konsep urban
farming. Kajian ini berguna untuk mengetahui model penerapan sistem hidroponik yang
diterapkan pada bangunan Greenhost Hotel.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jenis model penerapan sistem hidroponik
yang diterapkan di Greenhost Hotel, dengan menganalisis model penerapan sistem
hidroponik pada koridor dan atap di Greenhost Hotel.

2. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Urban Farming

Pengertian Urban Farming

Urban Farming atau pertanian urban adalah praktek budidaya, pemrosesan, dan
disribusi bahan pangan di atau sekitar kota. Pertanian urban juga bisa
melibatkan peternakan, budidaya perairan, wanatani, dan hortikultura. Dalam arti luas,
pertanian urban mendeskripsikan seluruh sistem produksi pangan yang terjadi di perkotaan.
FAO mendefinisikan pertanian urban sebagai sebuah industri yang memproduksi,
memproses, dan memasarkan produk dan bahan bakar nabati, terutama dalam menanggapi
permintaan harian konsumen di dalam perkotaan, yang menerapkan metode produksi intensif,
memanfaatkan dan mendaur ulang sumber daya dan limbah perkotaan untuk menghasilkan
beragam tanaman dan hewan ternak.
Urban farming adalah suatu aktivitas pertanian di dalam atau di sekitar perkotaan yang
melibatkan ketrampilan, keahlian dan inovasi dalam budidaya dan pengolahan makanan. Hal
utama yang menyebabkan munculnya aktivitas ini adalah upaya memberikan kontribusi pada
ketahanan pangan, menambah penghasilan masyarakat sekitar juga sebagai sarana rekreasi
dan hobi (Enciety, 2011).

2
Definisi Urban Farming sendiri menurut Balkey M adalah Rantai industri yang
memproduksi, memproses dan menjual makanan dan energi untuk memenuhi kebutuhan
konsumen kota. Semua kegiatan dilakukan dengan metoda using dan re-using sumber alam
dan limbah perkotaan.

2.2 Hidroponik

2.2.1 Pengertian Hidroponik

Hidroponik berasal dari bahasa yunani yaitu, Hydroponic yang mana hidro berarti air
dan ponus berarti kerja. Hidroponik merupakan teknologi bercocok tanam yang
menggunakan media air, nutrisi dan oksigen. Hidroponik adalah sebuah sistem/teknologi
dimana tanaman ditumbuhkan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam, karena itu
hidroponik juga disebut sebagai budidaya tanam tanpa tanah atau soilless culture. Arti
harafiah dari hidroponik adalah bekerja dengan air namun kebutuhan air pada hidroponik
lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah.
Hidroponik merupakan suatu sistem budidaya tanaman pada media yang tidak
menyediakan unsur hara, dan unsur hara esensial yang diperlukan tanaman disediakan dalam
bentuk larutan/nutrisi. Tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik meliputi golongan
tanaman hortikultura yang meliputi tanaman sayur, tanaman buah, tanaman hias, pertamanan,
dan tanaman obat-obatan.
Menurut Raffar (1993), sistem hidroponik merupakan cara produksi tanaman yang
sangat efektif. Sistem ini dikembangkan berdasarkan alasan bahwa jika tanaman diberi
kondisi pertumbuhan yang optimal, maka potensi maksimum untuk berproduksi dapat
tercapai. Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan sistem perakaran tanaman, di mana
pertumbuhan perakaran tanaman yang optimum akan menghasilkan pertumbuhan tunas atau
bagian atas yang sangat tinggi. Pada sistem hidroponik, larutan nutrisi yang diberikan
mengandung komposisi garam-garam organik yang berimbang untuk menumbuhkan
perakaran dengan kondisi lingkungan perakaran yang ideal.

Penerapan sistem hidroponik di Sky Green Tower, Singapore


Sumber : http://www.urbanarchnow.com/2015/02/urban-farming-in-singapore.html

3
2.2.2 Jenis Hidroponik
A. NFT (Nutrient Film Technique)
Nutrient Film Technique (NFT) memiliki aliran larutan nutrisi yang konstan/tetap
sehingga tidak dibutuhkan timer untuk mengontrol pompa air. Pada sistem hidroponik ini,
larutan nutrisi dipompakan ke dalam growing tray (tempat/keranjang/pot untuk tumbuh
tanaman) yang biasanya berupa tabung dan larutan nutrisi tersebut akan mengalir melewati
akar tanaman kemudian akan mengalir kembali ke bak penampungan. Umumnya tidak ada
media tumbuh selain udara sehingga dapat menghemat penggantian media tumbuh setelah
panen.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam NFT adalah kemiringan talang (1-5%)
untuk pengaliran larutan nutrisi, kecepatan aliran mask tidak boleh terlalu cepat (dapat diatur
oleh pembukaan kran berkisar 0,3 – 0,75 liter/menit), dan lebar talang yang memadai untuk
menghindari terbendungnya larutan nutrisi.

Menurut Cooper (1972), NFT adalah sebuah sistem yang menggunakan ‘film’ larutan
nutrisi. Film atau lapisan tipis setebal 1-3 mm ini dipompa dan dialirkan melewati akar
tanaman secara terus menerus dengan kecepatan aliran sekitar 1-2 liter per menit. Sirkulasi
nutrisi dapat digunakan ulang selama beberapa minggu sesuai kebutuhan tanaman. Sebagian
akar tanaman tumbuh di atas permukaan larutan nutrisi dan sebagian lagi terendam di
dalamnya. Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan tanaman dalam hidroponik
NFT adalah tersedianya nutrisi penunjang yang sesuai dengan jenis dan umur tanaman dan
kestabilan kecepatan aliran nutrisi.

Green Sky Growers ( NFT and Aeroponic)

Sumber : https://www.popularresistance.org/the-farm-of-the-future-green-sky-growers/\

Beberapa keuntungan pemakaian NFT antara lain dapat memudahkan pengendalian


daerah perakaran tanaman, kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik dan mudah,
keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman
dapat disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman, tanaman dapat diusahakan beberapa kali
dengan periode tanam yang pendek, sangat baik untuk pelaksanaan penelitian dan
eksperimen dengan variable yang dapat terkontrol dan dan memungkinkan untuk
meningkatkan produktivitas tanaman dengan high planting density.

4
NFT mempunyai beberapa kelemahan seperti investasi dan biaya perawatan yang
mahal, sangat tergantung terhadap energy listrik, dan penyakit yang menjangkiti tanaman
akan dengan cepat menlar ke tanaman lain

Kebun hidroponik dengan variasi bentuk

Sumber : http://inhabitat.com/mickey-mouse-sustainable-farming/

5
Instalasi taman vertikal dengan menggunakan sistem hidroponik NFT sebagai fasad bangunan
pavillion pada EXPO di Milano

Sumber : http://inhabitat.com/biber-architects-green-walled-usa-pavilion

B. DFT (Deep Flow Technique)

Sistem Hidroponik DFT (Deep Flow Technique) merupakan metode


budidaya hidroponik dengan cara meletakkan akar tanaman pada lapisan air dengan
kedalaman berkisar antara 4-6 cm. Cara kerja sistem hidroponik DFT hampir sama dengan
sistem NFT (Nutrient Film Technique) yaitu mensirkulasikan larutan nutrisi tanaman secara
terusmenerus. Teknik hidroponik ini dikategorikan sebagai sistem hidroponik tertutup.

Skema sistem DFT

6
Sistem DFT biasanya menggunakan gully pralon yang diberi reducer agar dapat
memberi genangan pada gully. Prinsip sistem ini sama seperti NFT hanya saja bedanya
adanya genangan pada aliran gully. Kedalaman aliran genangan biasanya sekitar 2-3 cm
sedangkan NFT memiliki ketebalan aliran 3 mm. Dengan memberi genangan dapat membuat
sistem lebih tahan terhadap mati listrik yang lama karena masih adanya cadangan air nutrisi
pada genangan.

C. Aeroponics
Aeroponik merupakan sistem yang akarnya secara berkala dibasahi dengan butiran-
butiran larutan nutrien yang halus (seperti kabut). Metode ini tidak memerlukan media dan
memerlukan tanaman yang tumbuh dengan akar yang menggantung di udara atau
pertumbuhan ruang yang luas yang secara berkala, akar dibasahi dengan kabut halus cari
larutan nutrisi. Aerasi secara sempurna merupakan kelebihan utama dari aeroponik.
Kelebihan lain dari sistem ini adalah tumbuhan mendapati suplai oksigen yang sangat
banyak, sehingga proses respirasi menjadi sangat optimal.

Kelemahan dari sistem ini adalah penggunaan pompa listrik yang sangat bergantung
pada ketersediaan listrik. Sehingga jika pompa yang digunakan untuk menyemprotkan air
dan nutrisi tersebut mati, maka yang akan terjadi adalah tanaman yang ditanam juga akan
mati. Jadi harus benar-benar dipastikan bahwa sistem cadangan yang mendukung pompa
tetap aktif.

Aeroponic Tower Garden


Sumber : https://futuregrowing.wordpress.com/aeroponics-technology/

D. Aquaponic
Akuaponik adalah sistem pertanian berkelanjutan yang mengkombinasikan
akuakultur dan hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik. Dalam akuakultur

7
yang normal, ekskresi dari hewan yang dipelihara akan terakumulasi di air dan
meningkatkan toksisitas air jika tidak dibuang. Dalam akuaponik, ekskresi hewan diberikan
kepada tanaman agar dipecah menjadi nitrat dan nitrit melalui proses alami, dan
dimanfaatkan oleh tanaman sebagai nutrisi. Air kemudian bersirkulasi kembali ke sistem
akuakultur.

Akuaponik terdiri dari dua komponen penting, yaitu bagian hidroponik di mana
tanaman tumbuh, dan bagian akuakultur di mana ikan dipelihara.Sedimen dari sistem akuatik
seperti kotoran ikan dan pakan yang tidak dimakan dapat terakumulasi pada sistem
pemeliharaan ikan yang tertutup dan tanpa sirkulasi. Sedime ini dapat menjadi racun bagi
ikan pada konsentrasi tinggi, namun bernutrisi bagi tumbuhan. Selain dua sistem utama di
atas, akuaponik dapat memiliki sistem tambahan seperti biofilter yang menjadi tempat
bagi bakteri nitrifikasi untuk mengubah amonia dari kotoran ikan menjadi nitrat yang dapat
digunakan oleh tumbuhan, dan aerator yang mengirimkan udara ke air agar akar tumbuhan
dapat bernafas.

Sky growers mengkombinasikan akuaponik dengan sisten NFT dan aeroponik

Sumber : http://www.thecoolist.com/future-farming-how-high-tech-organics-make-food-right/

E. Ebb dan Flow

Teknik bernama sistem ebb & flow atau bisa disebut sistem "Pasang Surut". Konsep
dari sistem ini adalah Membanjiri bak atau penampung yang berisi tanaman yang sudah
dimasukkan ke pot dengan air nutrisi selama waktu tertentu. Kemudian air yang membanjiri

8
tadi dialirkan kembali ke bak penampung air nutrisi. Dalam sistem ini kita mengandalkan
pompa air yang sudah timer untuk proses pembanjiran dan penyurutan.Jika pompa menyala
maka prose pembanjiran yang terjadi,Bila pompa mati maka proses penyurutan yang
terjadi.Jadi pompa air sangatlah penting dalam sistem ini.

Ebb dan Flow, Sumber : http://newpanchids.blogspot.co.id/2015/03/teknik-hidroponik-sistem-


ebb-flow.html

3. PENGOLAHAN DATA

3.1 Narasi Hasil Wawancara

Bayu Widhi Nugroho, Ketua Komunitas Hdroponik jogja yang juga seorang konsultan
hidroponik di Greenhost Hotel Yogyakarta menjadi informan dalam penelitian ini. Beliau
mengatakan alasan memakai hidroponik dalam konsep urban farming di Greenhost Hotel
adalah karena dengan hidroponik, produksi sayuran lebih tinggi, lebih terjamin dari hama
dan penyakit, dan tanaman tumbuh dengan lebih cepat. Hal ini menguntungkan pihak
Greenhost karena Greenhost melakukan urban farming bertujuan untuk memproduksi
sayuran yang ditujukan untuk restoran Greenhost dan untuk dijual ke masyarakat sekitar.

Menurut beliau, kelebihan yang menjadi pertimbangan memakai sistem hidroponik


untuk diterapkan di Greenhost yaitu kualitas produksi sayuran lebih bersih karena tidak
menggunakan tanah, hanya menggunakan aliran air dan pupuk cair. Karena Greenhost yang
merupakan bangunan vertikal di tengah kota sehingga lahan untuk menanam sempit. Dengan
memakai sistem hidroponik, penggunaan lahan menjadi lebih efisien. Sehingga meskipun
menggunakan lahan yang sempit, namun kuantitas produksi bisa lebih tinggi.

Sistem hidroponik yang dipakai oleh Greenhost dalam memproduksi tanaman adalah
NFT (Nutrient Film Technique) dan DFT (Deep Flow Technique). Pemilihan sistem
hidroponik ini dengan pertimbangan ketersediaan bahan di wilayah Yogyakarta dan tingkat
kemudahan dalam perawatan alat.

Salah satu variabel yang paling penting untuk menentukan jenis hidroponik yang
dipakai adalah sistem pengairan air. Hidroponik dapat dibagi berdasarkan sistem pengairan
yang digunakan. Selain pengairan, variabel yang dapat membedakan antar jenis hidroponik
adalah jumlah penggunaan listrik dan pompa.

9
3.2 Data Bangunan

3.2.1`Potongan Skematik Bangunan

Zona 2
Zona 3
Zona 1

Zona 2 Lantai
Atap

Zona 3 Lantai
Tipikal

Zona 1

Penempatan sistem hidroponik terletak pada sepanjang koridor lantai tipikal dan pada
lantai atap bangunan. Kebun hidroponik yang terletak pada sepanjang koridor menjadi
selubung bangunan Greenhost Hotel pada bagian dalam. Kebun hidroponik di Greenhost
Hotel Yogyakarta ini dibagi menjadi tiga zona yaitu zona pertama adalah zona koridor pada
lantai tipikal, zona dua dan tiga adalah kebun hidroponik pada lantai atap. Zona pertama dan
kedua adalah zona untuk penanaman hingga panen, dan zona tiga adalah zona untuk
pembibitan awal.

10
Zona 1 Zona 2 Zona 3

3.2.2 Denah Skematik Bangunan

A. Denah Skematik Lantai Tipikal

Zona 1

B. Denah Skematik Lantai Atap

Zona 3

Zona22
Zona

11
4. ANALISIS

4.1 Variabel Analisis

Analisis dilakukan untuk mengidentifikasi model penerapan hidroponik apa yang


dipakai pada setiap zona hidroponik di Greenhost Hotel Yogyakarta. Ada beberapa variabel
untuk menentukan jenis sistem hidroponik yaitu sistem keseluruhan aktif atau pasif, sistem
pengairan, ketergantungan terhadap listrik, dan penggunaan pompa.

Sistem pengairan hidroponik ada bermacam-macam, ada yang harus terus menerus
dialiri air seperti NFT (Nutrient Film Technique), ada yang tidak setiap waktu harus dialiri
air karena ada cadangan air yang menggenang seperti DFT (Deep Flow Technique), ada
yang pasang surut memungkinkan tanaman tergenang air pada waktu tertentu dan ada
kalanya kering seperti Ebb and Flow, ada yang dengan cara disemprotkan seperti Aeroponik,
dan ada yang sistem tetes seperti Drip System.

4.2 Tabel Analisis

No Variabel Zona 1 Zona 2 Zona 3


1 Sistem
keseluruhan
Aktif
  
Pasif
2 Sistem
Pengairan
Air selalu mengalir
dan tidak menggenang
 
Air mengalir dan juga
menggenang

Air pasang surut
Air menetes
Air disemprotkan
3 Ketergantunga
n terhadap
Sangat bergantung
pada listrik ( jika
 
listrik listrik mati maka tidak
ada pengairan)
Tidak selalu
bergantung pada listrik

Tidak bergantung pada
listrik
4 Penggunaan
pompa
Menggunakan pompa
  
Tidak menggunakan
pompa

5. KESIMPULAN

Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis, disimpulkan bahwa kebun hidroponik
yang berada di zona satu dan dua menggunakan sistem hidroponik NFT (Nutrient Film
Technique) karena merupakan sistem yang aktif dengan sistem pengairan yang selalu

12
mengalir dan di pompa sehingga sistem hidroponik pada zona satu dan dua ini sangat
tergantung pada penggunaan listrik.

Sedangkan kebun hidroponik yang berada di zona tiga menggunakan sistem


hidroponik DFT (Deep Flow Technique) karena merupakan sistem yang aktif dengan sistem
pengairan yang memilki genangan air sehingga akar tanaman akan selalu terendam. Sistem
ini tidak selalu dialiri air, aliran air yang dipompa ini dilakukan agar terjadi pergantian air di
dalam genangan. Dengan adanya genangan air ini sistem DFT (Deep Flow Technique) tidak
terlalu bergantung kepada listrik, karena jika suatu saat listrik mati, tanaman tidak akan
kering karena masih ada cadangan air yang tergenang.

Zona satu dan dua adalah zona untuk penanaman hingga panen maka dengan memakai
sistem NFT (Nutrient Film Technique), produksi tanaman dapat lebih cepat. Sedangkan zona
tiga adalah zona untuk pembibitan awal, dimana dalam masa pembibitan awal akar dari bibit
tanaman harus selalu terendam sehingga pada zona tiga ini memakai DFT (Deep Flow
Technique).

13
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2014, 27 Februari). hidroponikjogja.com. Dipetik 10 Oktober dari


hidroponikjogja.com : http://hidroponikjogja.com/macam-macam- sistem-hidroponik/

Panchid. (2015, 4 Maret). Panchids Hidroponik. Dipetik 10 Oktober dari Panchids Hidroponik :
http://newpanchids.blogspot.co.id/2015/03/ metode-bercocok-tanam-hidroponik-part-
2.html

Anonim. Wikipedia . Dipetik 23 Oktober dari Wikipedia.: https://idwikipedia org/ wiki


/Pertanian_ urban\

Sae. (2015, 2 Oktober). Kompasiana. Dipetik 12 Desember 2015 dari Kompasiana :


http://www.kompasiana.com/sae/cara-mudah hijaukan -
perkotaan_560e295e3693737f0572865c

Diana, Astri. (2015, 14 Juni). Majalah Asri. Dipetik 22 Desember 2016 dari Majalah Asri :
http://majalahasri.com/macam-macam-teknik-hidroponik/

Anonim. (2015, 18 Desember). Tips Berkebun. Dipetik 22 Desember dari Tips Berkebun :
http://www.tipsberkebun.com/macam-macam-sistem-menaman-hidroponik.html

14

Anda mungkin juga menyukai