JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2015
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik Pada Bangunan Vertikal
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................i
ABSTRAK.............................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................
2.2 Hidroponik.................................................................................................6
i
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik Pada Bangunan Vertikal
BAB V. ANALISIS....................................................................................................
PENUTUP..................................................................................................................
Kesimpulan.....................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik Pada Bangunan Vertikal
ABSTRAK
Oleh
Fildza Zatalini Zakirah
12512016
iii
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
2
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
Sasaran Analisis :
Menganalisis model penerapan sistem hidroponik pada koridor dan atap di
Greenhost Hotel.
3
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
5
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
2.2 Hidroponik
Sumber : http://www.urbanarchnow.com/2015/02/urban-farming-in-singapore.html
6
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
7
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
Sumber : https://www.popularresistance.org/the-farm-of-the-future-green-sky-
growers/\
8
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
Sumber : http://inhabitat.com/grow-up-designing-vertical-gardens
9
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
Sumber : http://inhabitat.com/mickey-mouse-sustainable-farming/
Instalasi taman vertikal dengan menggunakan sistem hidroponik NFT sebagai fasad
bangunan pavillion pada EXPO di Milano
Sumber : http://inhabitat.com/biber-architects-green-walled-usa-pavilion
10
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
11
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
C. Aeroponics
Aeroponik merupakan sistem yang akarnya secara berkala
dibasahi dengan butiran-butiran larutan nutrien yang halus (seperti
kabut). Metode ini tidak memerlukan media dan memerlukan tanaman
yang tumbuh dengan akar yang menggantung di udara atau
pertumbuhan ruang yang luas yang secara berkala, akar dibasahi
dengan kabut halus cari larutan nutrisi. Aerasi secara sempurna
merupakan kelebihan utama dari aeroponik. Kelebihan lain dari sistem
ini adalah tumbuhan mendapati suplai oksigen yang sangat banyak,
sehingga proses respirasi menjadi sangat optimal.
12
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
D. Aquaponic
Akuaponik adalah sistem pertanian berkelanjutan yang
mengkombinasikan akuakultur dan hidroponik dalam lingkungan yang
bersifat simbiotik. Dalam akuakultur yang normal, ekskresi dari
hewan yang dipelihara akan terakumulasi di air dan meningkatkan
toksisitas air jika tidak dibuang. Dalam akuaponik, ekskresi hewan
diberikan kepada tanaman agar dipecah menjadi nitrat dan nitrit
melalui proses alami, dan dimanfaatkan oleh tanaman sebagai nutrisi.
Air kemudian bersirkulasi kembali ke sistem akuakultur.
13
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
14
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
Sumber : http://www.thecoolist.com/future-farming-how-high-tech-organics-
make-food-right/
Teknik bernama sistem ebb & flow atau bisa disebut sistem
"Pasang Surut". Konsep dari sistem ini adalah Membanjiri bak atau
penampung yang berisi tanaman yang sudah dimasukkan ke pot
dengan air nutrisi selama waktu tertentu. Kemudian air yang
membanjiri tadi dialirkan kembali ke bak penampung air nutrisi.
Dalam sistem ini kita mengandalkan pompa air yang sudah timer
untuk proses pembanjiran dan penyurutan.Jika pompa menyala maka
prose pembanjiran yang terjadi,Bila pompa mati maka proses
penyurutan yang terjadi.Jadi pompa air sangatlah penting dalam
sistem ini.
15
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
F. Sistem tetes
Sistem Tetes atau Drip System merupakan salah satu dari teknik
Hidroponik yang umum digunakan karena cara kerjanya yang cukup
sederhana. Sistem ini menggunakan timer untuk mengatur penetesan
air nutrisi pada tanaman.
Ada 2 macam Sistem Tetes, pertama adalah sistem tetes putar
atau sirkulasi, jadi pada sistem ini air nutrisi yang digunakan untuk
menetasi tanaman akan jatuh lagi mengalir lewat akar ke suatu
penampung yang nantinnya dari tempat penampung tersebut akan
ditetes kan lagi pada tanaman.
Namun karena jika memakai jenis sistem tetes yang ini dapat
mengubah PH air yang tentunya tidak baik untuk tanaman maka
dibutuhkan pengecekan secara rutin.
Sistem kedua adalah sistem tetes habis atau non-sirkulasi, jadi
pada sistem ini air nutrisi yang digunakan tidak didaur ulang, tetapi
langsung dibuang kalau ada kelebihan,
16
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada karya tulis ilmiah ini adalah penelitian secara kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan
investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara
bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat
penelitian (McMillan & Schumacher, 2003).
Lokasi penelitian dalam karya tulis ilmiah ini berada pada bangunan
Greenhost Hotel Jl. Gerilya, Mergangsan, Kota Yogyakarta.
17
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
A. Wawancara
B. Observasi
C. Dokumentasi
18
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
BAB IV
19
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
Zona 2
Zona 3
Zona 1
20
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
Zona 2 Lantai
Atap
Zona 3 Lantai
Tipikal
Zona 1
Zona 1
21
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
Zona 3
Zona 2
22
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
BAB V
ANALISIS
23
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
24
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
PENUTUP
KESIMPULAN
Zona satu dan dua adalah zona untuk penanaman hingga panen maka
dengan memakai sistem NFT (Nutrient Film Technique), produksi tanaman
dapat lebih cepat. Sedangkan zona tiga adalah zona untuk pembibitan awal,
dimana dalam masa pembibitan awal akar dari bibit tanaman harus selalu
terendam sehingga pada zona tiga ini memakai DFT (Deep Flow Technique).
25
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
DAFTAR PUSTAKA
Diana, Astri. (2015, 14 Juni). Majalah Asri. Dipetik 22 Desember 2016 dari
Majalah Asri : http://majalahasri.com/macam-macam-teknik-hidroponik/
Anonim. (2015, 18 Desember). Tips Berkebun. Dipetik 22 Desember dari Tips
Berkebun : http://www.tipsberkebun.com/macam-macam-sistem-menaman-
hidroponik.html
26
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
LAMPIRAN
27
Kajian Model Penerapan Sistem Hidroponik
Jawab : Salah satu variabel yang paling penting itu adalah sistem
pengairan air. Hidroponik dapat dibagi berdasarkan sistem pengairan yang
digunakan. Selain pengairan, variabel yang dapat membedakan antar jenis
hidroponik adalah penggunaan listrik dan pompa.
28
Kajian Model Penerapan Hidroponik Studi Kasus : Greenhost Hotel
Yogyakarta
Abstrak
Indonesia adalah negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Penataan ruang kawasan
perkotaan menjadi isu penting ketika pertumbuhan penduduk semakin tinggi. Penyediaan ruang-ruang
terbuka publik yang meliputi ruang terbuka hijau (RTH) sangat perlu karena terjadinya alih fungsi lahan
hijau menjadi lahan terbangun di perkotaan. Berkurangnya lahan produktif serta menyempitnya ruang
terbuka hijau sebagai area resapan air menjadi faktor pendorong munculnya gerakan bangunan hijau
saat ini. Kegiatan yang termasuk dalam upaya mewujudkan bangunan hijau adalah dengan menerapkan
konsep urban farming pada bangunan vertikal di perkotaan. Konsep urban farming mendeskripsikan
seluruh sistem produksi pangan yang terjadi di perkotaan. Salah satu bagian dari konsep urban farming
ini adalah dengan menerapkan sistem penanaman secara hidroponik yaitu budidaya menanam dengan
memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi
bagi tanaman. Penerapan sistem hidroponik cocok diterapkan pada bangunan vertikal di perkotaan
sebagai penunjang konsep urban farming karena sistem hidroponik menggunakan lahan yang efisien.
Tulisan ini mengkaji tentang model penerapan sistem hidroponik yang diterapkan pada bangunan
Greenhost Hotel Yogyakarta.
1. PENDAHULUAN
1
melibatkan peternakan, budidaya perairan, wanatani, dan hortikultura. Dalam arti luas,
Urban farming mendeskripsikan seluruh sistem produksi pangan yang terjadi di perkotaan.
Lahan yang digunakan bisa tanah tempat tinggal (pekarangan, balkon, atau atap- atap
bangunan), pinggiran jalan umum, atau tepi sungai.
Sebuah bangunan yang menggunakan konsep urban farming semestinya melakukan
efisiensi terhadap pemanfaatan dan pengelolaan air. Pada daerah perkotaan Yogyakarta,
tepatnya di daerah Prawirotaman terdapat sebuah bangunan bernama Greenhost Hotel yang
menerapkan konsep bangunan hijau. Bangunan ini memakai sistem hidroponik dengan
memanfaatkan pipa-pipa sebagai media tanam yang merupakan bagian dari konsep urban
farming.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jenis model penerapan sistem hidroponik
yang diterapkan di Greenhost Hotel, dengan menganalisis model penerapan sistem
hidroponik pada koridor dan atap di Greenhost Hotel.
2. KAJIAN PUSTAKA
Urban Farming atau pertanian urban adalah praktek budidaya, pemrosesan, dan
disribusi bahan pangan di atau sekitar kota. Pertanian urban juga bisa
melibatkan peternakan, budidaya perairan, wanatani, dan hortikultura. Dalam arti luas,
pertanian urban mendeskripsikan seluruh sistem produksi pangan yang terjadi di perkotaan.
FAO mendefinisikan pertanian urban sebagai sebuah industri yang memproduksi,
memproses, dan memasarkan produk dan bahan bakar nabati, terutama dalam menanggapi
permintaan harian konsumen di dalam perkotaan, yang menerapkan metode produksi intensif,
memanfaatkan dan mendaur ulang sumber daya dan limbah perkotaan untuk menghasilkan
beragam tanaman dan hewan ternak.
Urban farming adalah suatu aktivitas pertanian di dalam atau di sekitar perkotaan yang
melibatkan ketrampilan, keahlian dan inovasi dalam budidaya dan pengolahan makanan. Hal
utama yang menyebabkan munculnya aktivitas ini adalah upaya memberikan kontribusi pada
ketahanan pangan, menambah penghasilan masyarakat sekitar juga sebagai sarana rekreasi
dan hobi (Enciety, 2011).
2
Definisi Urban Farming sendiri menurut Balkey M adalah Rantai industri yang
memproduksi, memproses dan menjual makanan dan energi untuk memenuhi kebutuhan
konsumen kota. Semua kegiatan dilakukan dengan metoda using dan re-using sumber alam
dan limbah perkotaan.
2.2 Hidroponik
Hidroponik berasal dari bahasa yunani yaitu, Hydroponic yang mana hidro berarti air
dan ponus berarti kerja. Hidroponik merupakan teknologi bercocok tanam yang
menggunakan media air, nutrisi dan oksigen. Hidroponik adalah sebuah sistem/teknologi
dimana tanaman ditumbuhkan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam, karena itu
hidroponik juga disebut sebagai budidaya tanam tanpa tanah atau soilless culture. Arti
harafiah dari hidroponik adalah bekerja dengan air namun kebutuhan air pada hidroponik
lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah.
Hidroponik merupakan suatu sistem budidaya tanaman pada media yang tidak
menyediakan unsur hara, dan unsur hara esensial yang diperlukan tanaman disediakan dalam
bentuk larutan/nutrisi. Tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik meliputi golongan
tanaman hortikultura yang meliputi tanaman sayur, tanaman buah, tanaman hias, pertamanan,
dan tanaman obat-obatan.
Menurut Raffar (1993), sistem hidroponik merupakan cara produksi tanaman yang
sangat efektif. Sistem ini dikembangkan berdasarkan alasan bahwa jika tanaman diberi
kondisi pertumbuhan yang optimal, maka potensi maksimum untuk berproduksi dapat
tercapai. Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan sistem perakaran tanaman, di mana
pertumbuhan perakaran tanaman yang optimum akan menghasilkan pertumbuhan tunas atau
bagian atas yang sangat tinggi. Pada sistem hidroponik, larutan nutrisi yang diberikan
mengandung komposisi garam-garam organik yang berimbang untuk menumbuhkan
perakaran dengan kondisi lingkungan perakaran yang ideal.
3
2.2.2 Jenis Hidroponik
A. NFT (Nutrient Film Technique)
Nutrient Film Technique (NFT) memiliki aliran larutan nutrisi yang konstan/tetap
sehingga tidak dibutuhkan timer untuk mengontrol pompa air. Pada sistem hidroponik ini,
larutan nutrisi dipompakan ke dalam growing tray (tempat/keranjang/pot untuk tumbuh
tanaman) yang biasanya berupa tabung dan larutan nutrisi tersebut akan mengalir melewati
akar tanaman kemudian akan mengalir kembali ke bak penampungan. Umumnya tidak ada
media tumbuh selain udara sehingga dapat menghemat penggantian media tumbuh setelah
panen.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam NFT adalah kemiringan talang (1-5%)
untuk pengaliran larutan nutrisi, kecepatan aliran mask tidak boleh terlalu cepat (dapat diatur
oleh pembukaan kran berkisar 0,3 – 0,75 liter/menit), dan lebar talang yang memadai untuk
menghindari terbendungnya larutan nutrisi.
Menurut Cooper (1972), NFT adalah sebuah sistem yang menggunakan ‘film’ larutan
nutrisi. Film atau lapisan tipis setebal 1-3 mm ini dipompa dan dialirkan melewati akar
tanaman secara terus menerus dengan kecepatan aliran sekitar 1-2 liter per menit. Sirkulasi
nutrisi dapat digunakan ulang selama beberapa minggu sesuai kebutuhan tanaman. Sebagian
akar tanaman tumbuh di atas permukaan larutan nutrisi dan sebagian lagi terendam di
dalamnya. Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan tanaman dalam hidroponik
NFT adalah tersedianya nutrisi penunjang yang sesuai dengan jenis dan umur tanaman dan
kestabilan kecepatan aliran nutrisi.
Sumber : https://www.popularresistance.org/the-farm-of-the-future-green-sky-growers/\
4
NFT mempunyai beberapa kelemahan seperti investasi dan biaya perawatan yang
mahal, sangat tergantung terhadap energy listrik, dan penyakit yang menjangkiti tanaman
akan dengan cepat menlar ke tanaman lain
Sumber : http://inhabitat.com/mickey-mouse-sustainable-farming/
5
Instalasi taman vertikal dengan menggunakan sistem hidroponik NFT sebagai fasad bangunan
pavillion pada EXPO di Milano
Sumber : http://inhabitat.com/biber-architects-green-walled-usa-pavilion
6
Sistem DFT biasanya menggunakan gully pralon yang diberi reducer agar dapat
memberi genangan pada gully. Prinsip sistem ini sama seperti NFT hanya saja bedanya
adanya genangan pada aliran gully. Kedalaman aliran genangan biasanya sekitar 2-3 cm
sedangkan NFT memiliki ketebalan aliran 3 mm. Dengan memberi genangan dapat membuat
sistem lebih tahan terhadap mati listrik yang lama karena masih adanya cadangan air nutrisi
pada genangan.
C. Aeroponics
Aeroponik merupakan sistem yang akarnya secara berkala dibasahi dengan butiran-
butiran larutan nutrien yang halus (seperti kabut). Metode ini tidak memerlukan media dan
memerlukan tanaman yang tumbuh dengan akar yang menggantung di udara atau
pertumbuhan ruang yang luas yang secara berkala, akar dibasahi dengan kabut halus cari
larutan nutrisi. Aerasi secara sempurna merupakan kelebihan utama dari aeroponik.
Kelebihan lain dari sistem ini adalah tumbuhan mendapati suplai oksigen yang sangat
banyak, sehingga proses respirasi menjadi sangat optimal.
Kelemahan dari sistem ini adalah penggunaan pompa listrik yang sangat bergantung
pada ketersediaan listrik. Sehingga jika pompa yang digunakan untuk menyemprotkan air
dan nutrisi tersebut mati, maka yang akan terjadi adalah tanaman yang ditanam juga akan
mati. Jadi harus benar-benar dipastikan bahwa sistem cadangan yang mendukung pompa
tetap aktif.
D. Aquaponic
Akuaponik adalah sistem pertanian berkelanjutan yang mengkombinasikan
akuakultur dan hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik. Dalam akuakultur
7
yang normal, ekskresi dari hewan yang dipelihara akan terakumulasi di air dan
meningkatkan toksisitas air jika tidak dibuang. Dalam akuaponik, ekskresi hewan diberikan
kepada tanaman agar dipecah menjadi nitrat dan nitrit melalui proses alami, dan
dimanfaatkan oleh tanaman sebagai nutrisi. Air kemudian bersirkulasi kembali ke sistem
akuakultur.
Akuaponik terdiri dari dua komponen penting, yaitu bagian hidroponik di mana
tanaman tumbuh, dan bagian akuakultur di mana ikan dipelihara.Sedimen dari sistem akuatik
seperti kotoran ikan dan pakan yang tidak dimakan dapat terakumulasi pada sistem
pemeliharaan ikan yang tertutup dan tanpa sirkulasi. Sedime ini dapat menjadi racun bagi
ikan pada konsentrasi tinggi, namun bernutrisi bagi tumbuhan. Selain dua sistem utama di
atas, akuaponik dapat memiliki sistem tambahan seperti biofilter yang menjadi tempat
bagi bakteri nitrifikasi untuk mengubah amonia dari kotoran ikan menjadi nitrat yang dapat
digunakan oleh tumbuhan, dan aerator yang mengirimkan udara ke air agar akar tumbuhan
dapat bernafas.
Sumber : http://www.thecoolist.com/future-farming-how-high-tech-organics-make-food-right/
Teknik bernama sistem ebb & flow atau bisa disebut sistem "Pasang Surut". Konsep
dari sistem ini adalah Membanjiri bak atau penampung yang berisi tanaman yang sudah
dimasukkan ke pot dengan air nutrisi selama waktu tertentu. Kemudian air yang membanjiri
8
tadi dialirkan kembali ke bak penampung air nutrisi. Dalam sistem ini kita mengandalkan
pompa air yang sudah timer untuk proses pembanjiran dan penyurutan.Jika pompa menyala
maka prose pembanjiran yang terjadi,Bila pompa mati maka proses penyurutan yang
terjadi.Jadi pompa air sangatlah penting dalam sistem ini.
3. PENGOLAHAN DATA
Bayu Widhi Nugroho, Ketua Komunitas Hdroponik jogja yang juga seorang konsultan
hidroponik di Greenhost Hotel Yogyakarta menjadi informan dalam penelitian ini. Beliau
mengatakan alasan memakai hidroponik dalam konsep urban farming di Greenhost Hotel
adalah karena dengan hidroponik, produksi sayuran lebih tinggi, lebih terjamin dari hama
dan penyakit, dan tanaman tumbuh dengan lebih cepat. Hal ini menguntungkan pihak
Greenhost karena Greenhost melakukan urban farming bertujuan untuk memproduksi
sayuran yang ditujukan untuk restoran Greenhost dan untuk dijual ke masyarakat sekitar.
Sistem hidroponik yang dipakai oleh Greenhost dalam memproduksi tanaman adalah
NFT (Nutrient Film Technique) dan DFT (Deep Flow Technique). Pemilihan sistem
hidroponik ini dengan pertimbangan ketersediaan bahan di wilayah Yogyakarta dan tingkat
kemudahan dalam perawatan alat.
Salah satu variabel yang paling penting untuk menentukan jenis hidroponik yang
dipakai adalah sistem pengairan air. Hidroponik dapat dibagi berdasarkan sistem pengairan
yang digunakan. Selain pengairan, variabel yang dapat membedakan antar jenis hidroponik
adalah jumlah penggunaan listrik dan pompa.
9
3.2 Data Bangunan
Zona 2
Zona 3
Zona 1
Zona 2 Lantai
Atap
Zona 3 Lantai
Tipikal
Zona 1
Penempatan sistem hidroponik terletak pada sepanjang koridor lantai tipikal dan pada
lantai atap bangunan. Kebun hidroponik yang terletak pada sepanjang koridor menjadi
selubung bangunan Greenhost Hotel pada bagian dalam. Kebun hidroponik di Greenhost
Hotel Yogyakarta ini dibagi menjadi tiga zona yaitu zona pertama adalah zona koridor pada
lantai tipikal, zona dua dan tiga adalah kebun hidroponik pada lantai atap. Zona pertama dan
kedua adalah zona untuk penanaman hingga panen, dan zona tiga adalah zona untuk
pembibitan awal.
10
Zona 1 Zona 2 Zona 3
Zona 1
Zona 3
Zona22
Zona
11
4. ANALISIS
Sistem pengairan hidroponik ada bermacam-macam, ada yang harus terus menerus
dialiri air seperti NFT (Nutrient Film Technique), ada yang tidak setiap waktu harus dialiri
air karena ada cadangan air yang menggenang seperti DFT (Deep Flow Technique), ada
yang pasang surut memungkinkan tanaman tergenang air pada waktu tertentu dan ada
kalanya kering seperti Ebb and Flow, ada yang dengan cara disemprotkan seperti Aeroponik,
dan ada yang sistem tetes seperti Drip System.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis, disimpulkan bahwa kebun hidroponik
yang berada di zona satu dan dua menggunakan sistem hidroponik NFT (Nutrient Film
Technique) karena merupakan sistem yang aktif dengan sistem pengairan yang selalu
12
mengalir dan di pompa sehingga sistem hidroponik pada zona satu dan dua ini sangat
tergantung pada penggunaan listrik.
Zona satu dan dua adalah zona untuk penanaman hingga panen maka dengan memakai
sistem NFT (Nutrient Film Technique), produksi tanaman dapat lebih cepat. Sedangkan zona
tiga adalah zona untuk pembibitan awal, dimana dalam masa pembibitan awal akar dari bibit
tanaman harus selalu terendam sehingga pada zona tiga ini memakai DFT (Deep Flow
Technique).
13
DAFTAR PUSTAKA
Panchid. (2015, 4 Maret). Panchids Hidroponik. Dipetik 10 Oktober dari Panchids Hidroponik :
http://newpanchids.blogspot.co.id/2015/03/ metode-bercocok-tanam-hidroponik-part-
2.html
Diana, Astri. (2015, 14 Juni). Majalah Asri. Dipetik 22 Desember 2016 dari Majalah Asri :
http://majalahasri.com/macam-macam-teknik-hidroponik/
Anonim. (2015, 18 Desember). Tips Berkebun. Dipetik 22 Desember dari Tips Berkebun :
http://www.tipsberkebun.com/macam-macam-sistem-menaman-hidroponik.html
14