Anda di halaman 1dari 8

0

TUGAS PAPER

MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

Oleh:
Hasbiah
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-AQIDAH JAKARTA
FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PAI
TAHUN 2009-2010

0
1

MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN


A. Pendahuluan
Berbicara mengenai masyarakat, tidak akan terlepas dari hubungan dan
interaksi sesama individu dalam kemajemukan sosial. Karena ia merupakan
rangkaian individu-individu yang beragam jenis dan ciri khasnya masing-
masing kelompok. Keterkaitan antara sesama tidak bisa dielakkan karena
masin-masing memiliki ketergantungan untuk kelangsungan kehidupan.
Sesuai dengan fitrahnya bahwa, manusia merupakan makhluk yang memiliki
keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di
sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dsb.
Manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan
lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang
berkesinambungan dalam suatu masyarakat. Perebedaan dan pola pikir yang
betentangan tentu tidak bisa dijauhkan dari kehidupan sehari-hari karena
kemajemukan mereka, namun, mau tidak mau mereka harus saling mengerti
dan merasa sejalan dalam perbedaan tersebut guna menuju cita bersama dan
untuk kelangsungan hidupa sesamanya.
Dengan latar belakang yang berbeda tentunya kebudayaan, cara pandang
dan pola pikir menjadi ciri khas oleh suatu kelompok, karena masing-masing
kelompok telah membawa prilaku yang telah mereka warisi dari nenek
moyang dan pendahulu mereka, akan tetapi dengan perbedaan tersebut mereka
harus dan dituntut untuk saling mengerti dan tidak menentang ketentuan
hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat. Hal yang demikian ini adalah
penderitaan yang terus akan mereka tanggung. Seperti yang dikatakan oleh
Karl Marx bahwa, “masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu
ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara
kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
Kemudian, bagaimana kelompok minoritas bersikap dalam kelompok
dominan untuk mendapatkan hak-hak hidup dan berkembang
dengan tidak melanggar aturan-aturan dan norma-norma
kehidupan bermasyarakat? Kemudan apa yang mendasari konflik yang

1
2

terjadi dalam masyarakat? Nah dalam pada tulisan ini penulis akan berusaha
untuk menemukan dan menggali jawaban dengan menghimpun pendapat para
ilmuan dan ulama yang kemudian membandingkannya.
B. Pembahasan
Pengertian Masyarakat dan Kebudayaan
1. Masyarakat
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok
orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka),
dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang
berada dalam kelompok tersebut.
Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab,
musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan
hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Yakni ia adalah sebuah
komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain).
Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok
orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Kemudian
menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat
dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran,
perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan
tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan
kemaslahatan.
2. Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata
Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga
sebagai mengolah tanah atau bertani.
Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam
bahasa Indonesia. Adapun menurut Pak Parsudi dalam bukunya
“Hubungan Antar Sukubangsa” mendefinisikan “Kebudayaan sebagai

2
3

keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang


digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan
pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya.
Dengan demikian, kebudayaan merupakan serangkaian aturan-
aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang
terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia,
dan digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya
sebagaimana terwujud dalam tingkah-laku dan tindakan-tindakannya”.
Sementara menurut Paul B. Horton dan C. Hunt Masyarakat
merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama
dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu,
mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di
dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.
J. J Honigmann (dalam Koenjtaraningrat, 2000) membedakan adanya
tiga ‘gejala kebudayaan’ : yaitu : (1) ideas, (2) activities, dan (3) artifact,
dan ini diperjelas oleh Koenjtaraningrat yang mengistilahkannya dengan
tiga wujud kebudayaan :
a) Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari ide-ide,
gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
b) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
c) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Masyarakat yang Multikultural
Mari kita telusuri beberapa gagasan mengenai tata masyarakat di
dalam konteks masyarakat majemuk. Teori sosiologi klasik biasanya selalu
berfokus pada konflik-konflik sosial yang muncul di dalam masyarakat
yang kurang lebih homogen. Pada 1939 Furnivall membuat terobosan baru
dengan mencoba memahami dinamika dan problematika masyarakat
plural. Senda dengan pendapat ini adalah apa yang dikatakan oleh Van den

3
4

Berghe, “Secara relatif seringkali terjadi konflik diantara kelompok yang


satu dengan kelompok yang lain”
Masyarakat majemuk terbentuk dari dipersatukannya
masyarakat-masyarakat suku bangsa oleh sistem nasional,
yang biasanya dilakukan secara paksa (by force) menjadi
sebuah bangsa dalam wadah negara. Sebelum Perang
Dunia kedua, masyarakat-masyarakat negara jajahan
adalah contoh dari masyarakat majemuk. Sedangkan
setelah Perang Dunia kedua contoh-contoh dari
masyarakat majemuk antara lain, Indonesia, Malaysia,
Afrika Selatan, dan Suriname. Ciri-ciri yang menyolok dan
kritikal dari masyarakat majemuk adalah hubungan antara
sistem nasional atau pemerintah nasional dengan
masyrakat suku bangsa, dan hubungan di antara
masyarakat suku bangsa yang dipersatukan oleh sistem
nasional. Dalam perspektif hubngan kekuatan, sistem
nasional atau pemerintahan nasional adalah yang dominan
dan masyarakat-masyarakat suku bangsa adalah minoritas.
Hubungan antara pemerintah nasional dengan masyarakat
suku bangsa dalam masyarakat jajahan selalu diperantarai
oleh golongan perantara, yang posisi ini di hindia Belanda
dipegang oleh golongan Cina, Arab, dan Timur Asing
lainnya untuk kepentingan pasar. Sedangkan para sultan
dan raja atau para bangsawan yang disukung oleh para
birokrat (priyayi) digunakan untuk kepentingan
pemerintahan dan penguasaan. Atau dipercayakan kepada
para bangsawan dan priyayi untuk kelompok-kelompok
suku bangsa yang digolongkan sebagai terbelakang atau
primitif.
Dalam masyarakat majemuk dengan demikian ada
perbedaan-perbedaan sosial, budaya, dan politik yang

4
5

dikukuhkan sebagai hukum ataupun sebagai konvensi


sosial yang membedakan mereka yang tergolong sebagai
dominan yang menjadi lawan dari yang minoritas. Dalam
masyarakat Hindia Belanda, pemerintah nasional atau
penjajah mempunyai kekutan iliter dan polisi yang
dibarengi dengan kekuatan hukum untuk memaksakan
kepentingan-kepentingannya, yaitu mengeksploitasi
sumber daya alam dan manusia. Dalam struktur hubungan
kekuatan yang berlaku secara nasional, dalalm penjajahan
hindia Belanda terdapat golongan yang paling dominan
yang berada pada lapisan teratas, yaitu orang Belanda dan
orang kulit putih, disusul oleh orang Cina, Arab, dan Timur
asing lainnya, dan kemuian yang terbawah adalah mereka
yang tergolong pribumi. Mereka yang tergolong pribumi
digolongkan lagi menjadi yang tergolong telah menganl
peradaban dan meraka yang belum mengenal peradaban
atau yang masih primitif. Dalam struktur yang berlaku
nasional ini terdapat struktur-struktur hubungan kekuatan
dominan-minoritas yang bervariasi sesuai konteks-konteks
hubungan dan kepentingan yang berlaku.
Dikatakan bahwa, keberadaan kelompok minoritas
selalu dalam kaitan dan pertentangannya dengan
kelompok dominan, yaitu mereka yang menikmati status
sosial tinggi dan sejumlah keistimewaan yang banyak.
Mereka ini mengembangkan seperangkat prasangka
terhadap golongan minoritas yang ada dalam
masyarakatnya. Prasangka ini berkembang berdasarkan
pada adanya (1) perasaan superioritas pada mereka yang
tergolong dominan; (2) sebuah perasaan yang secara
intrinsik ada dalam keyakinan mereka bahwa golongan

5
6

minoritas yang rendah derajadnya itu adalah berbeda dari


mereka dantergolong sebagai orang asing; (3) adanya
klaim pada golongan dominan bahwa sebagai akses
sumber daya yang ada adalah merupakan hak mereka, dan
disertai adanya ketakutan bahwa mereka yang tergolong
minoritas dan rendah derajadnya itu akan mengambil
sumberdaya-sumberdaya tersebut.
C. Kesimpulan
Harus diakui bahwa keberadaan kultur minoritas tidak bisa dicap
sebagai suatu bahaya ataupun ancaman tertentu. Hal ini berangkat dari
suatu fakta sederhana, bahwa tidak ada satupun kultur di muka bumi ini
yang sepenuhnya homogen.
Kultur, selalu bisa ditafsirkan sebagai suatu bentuk perjuangan kelas
(class struggle). Kelas pekerja telah membentuk semacam organisasi
bersama yang berbasiskan pada solidaritas sosial untuk kemudian
menantang tatanan sosial yang sudah mapan, sekaligus mempertanyakan
otoritas kultur dominan yang sudah lama memerintah sebelumnya. Tentu
saja, konflik tidak terelakkan. Akan tetapi, konflik disini adalah suatu
proses yang harus ditempuh untuk merumuskan suatu bentuk identitas
kultural yang baru.
Semua bentuk kultur bisa hidup bersama di dalam masyarakat
multikultur. Hanya kultur yang menolak kesetaraan kesempatan dari
individu ataupun kelompoklah yang tidak bisa menjadi bagian dari
masyarakat multikultur.
Selanjutnya, mempunyai tujuan bersama sangat mempengaruhi
keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat antara kelompok minoritas
dan dominan.
D. Penutup
Kajian yang singkat ini tentunya jauh dari mendekati kesempurnaan,
dengan tidak sedikit kekurangan yang perlu dibenahai dan disempurnakan.
Mengakaji tentang masyarakat dan kebudayaan sungguh erat kaitannya

6
7

dengan perbedaayaan dalam banyak hal, namun setiap individu dituntut


dah wajib mematuhi dengan tidak melanggar norma-norma masyarakat
demi kebahagiaan kehidupuan dalam komunitas besar. Lagi-lagi sebuah
kebersamaan akan tercipta bila masing-masing menyadari bahwa setiap
individu dalam komunitas sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-
sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.

Anda mungkin juga menyukai