Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

A. Uji Bioadhesive In Vitro (Kelompok 1 dan 2)

1. Sampel : Vitalong C
2. Jumlah granul : 50 butir
3. Mukosa : Lambung
4. Cairan/media : HCl pH 2,5

Waktu Jumlah granul yang Jumlah granul yang % granul yang


(menit) jatuh menempel menempel
10 0 50 100
20 1 49 98
30 3 47 94
40 5 45 90
50 6 44 88
60 6 44 88

B. Uji Wash Off (Kelompok 3)

1. Sampel : Rhinos SR
2. Jumlah granul : 50 butir
3. Mukosa : Usus Halus
4. Cairan/media : Cairan NaCl fisiologis

Waktu Jumlah granul yang Jumlah granul yang % granul yang


(menit) jatuh menempel menempel
10 38 12 24
20 40 10 20
30 40 10 20
40 41 9 18
50 41 9 18
60 41 9 18

C. Uji Wash Off (Kelompok 4)

1. Sampel : Vitalong C
2. Jumlah granul : 50 butir
3. Mukosa : Usus Halus
4. Cairan/media : Cairan NaCl fisiologis

Waktu Jumlah granul yang Jumlah granul yang % granul yang


(menit) jatuh menempel menempel
10 5 45 90
20 5 45 90
30 6 44 88
40 6 44 88
50 6 44 88
60 6 44 88

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan uji bioadhesif. Bioadhesif didefinisikan sebagai
suatu kemampuan bahan (sintetis atau biologis) untuk melekat pada suatu jaringan biologi untuk
periode waktu yang lama (Ahuja et al, 1997). Untuk tujuan penghantaran obat, terminologi
bioadhesif menunjukkan terikatnya suatu sistem pembawa obat pada lokasi spesifik biologis.
Permukaan biologis dapat berupa jaringan epitel atau mukus yang melapisi jaringan. Apabila
sasaran adhesif adalah suatu mukus yang melapisi jaringan, fenomena ini disebut mukoadhesif.
Mukoadhesif adalah suatu interaksi antara permukaan mukus dengan polimer sintetis atau alami
(Ahuja et al 1997; Lenearts, 1990).

Uji daya mukoadhesif granul dilakukan dengan metode uji bioadhesive in vitro dan uji
wash off. Uji wash-off dan uji bioadhesif in vitro dilakukan terhadap granul yang dihasilkan
untuk menilai daya lekat/ adhesivitas granul pada mukosa lambung. Kedua uji tersebut dilakukan
dengan menggunakan jaringan mukosa lambung, jaringan mukosa usus, cairan lambung buatan
(tanpa enzim) dan cairan usus buatan. Jaringan mukosa lambung dan usus didapatkan dari mencit
putih (Mus muskulus).

Granul yang digunakan pada uji bioadhesive in vitro ini ialah granul Vitalong C dan
granul Rhinos SR yang merupakan granul Sustained Released. Sustained release merupakan
bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaskan obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahan
atau bertahap sehingga pelepasannya lebih lama dan memperpanjang aksi obat (Ansel, 1999).

Uji bioadhesive in vitro bertujuan untuk mengetahui seberapa cepat granul dapat melekat
pada mukosa lambung selama 60 menit dengan menggunakan jaringan mukosa lambung.
Mukosa lambung yang telah dibersihkan menggunakan larutan NaCl fisiologis kemudian
dipotong dan diletakkan pada penyokong alumunium selanjutnya 50 butir granul ditempelkan
diatas mukosa lambung tersebut. Kemudian mukosa lambung yang sudah diberi granul Vitalong
C diletakan pada sel silindris dengan kemiringan 45oC. Granul kemudian dielusi dengan cairan
lambung buatan pada suhu 37 ± 0,5oC sesuai suhu tubuh dan dengan kecepatan aliran 22
ml/menit. Jumlah granul yang tertinggal pada jaringan mukosa lambung kemudian dihitung
setiap 10 menit selama 60 menit.

Berdasarkan hasil yang didapat pada uji bioadhesive in vitro. Pada menit ke-10, belum
ada granul vitalong C yang jatuh, kemudian pada menit ke 20 jumlah granul yang bertahan ada
49, dilanjut pada menit ke 30, 40, 50 berturut-turut jumlah granul yang bertahan ada 47, 45, 44,
dan pada menit terakhir, jumlah granul yang bertahan tetap seperti menit sebelumnya yaitu 44,
dengan persentase 88%.

Dari hasil evaluasi mukoadhesif in vitro, persentase granul vitalong C yang melekat pada
lambung lebih besar (88%) yang menandakan sifat mukoadhesif yang lebih baik terhadap
lambung. Hal ini disebabkan karena lambung memiliki mukus yang lebih banyak dari pada
mukus yang dimiliki oleh usus (Siregar, 2010). Pada granul yang berpolimer, dapat menempel
lebih lama pada mukus lambung karena adanya ikatan antara musin dengan polimer yang
digunakan. Musin lambung mengandung glikoprotein sedangkan polimer gelatin yang digunakan
pada granul merupakan protein, gelatin ini disintesis dari tulang ikan tuna yang kemudian dibuat
granul. Karena keduanya sama-sama memiliki gugus –NH2 (amina), maka dapat berikatan
hidrogen, ikatan inilah yang menyebabkan musin lambung dan polimer dapat berikatan sangat
kuat dan tidak mudah lepas.

Selanjutnya dilakukan uji wash off menggunakan alat uji desintegrasi. Jaringan usus
halus dan usus besar ditempelkan pada kaca objek dengan lem sianokrilat. Sebanyak 50 butir
granul Vitalong C dan Rhinos SR masing-masing ditempatkan merata pada mukosa usus halus
secara merata. Kemudian ditempatkan pada tabung kaca dan dimasukkan ke dalam alat uji
desintegrasi yang telah dimasukkan cairan NaCl fisiologis denga suhu ±37ºC (suhu normal tubuh
manusia). Alat uji desintegrasi digerakan naik turun 30 kali per menit. Jumlah granul yang
melekat dihitung setiap 10 menit selama 1 jam.

Hasil yang didapat dari uji wash off ialah pada menit ke-10, granul Rhinos SR telah jatuh
38 butir granul sedangkan pada Vitalong C granul yang terjatuh hanya 5 butir, kemudian pada
menit ke 20 jumlah granul yang bertahan pada Rhinos SR tersisa 10 butir granul sedangkan pada
Vitalong C granul masih bertahan sama seperti menit ke 10. Dilanjutkan pada menit ke 30, butir
granul Rhinos SR bertahan 10 butir sedangkan Vitalong C melepas 1 butir granul lagi sehingga
total granul yang terlepas 6 butir. Pada menit ke 40, 50, 60 berturut-turut hingga akhir uji
didapatkan jumlah granul yang bertahan tetap seperti menit sebelumnya yaitu 9 butir granul pada
Rhinos SR serta 44 butir granul pada Vitalong C. Hasil ini menunjukkan bahwa persentase
granul yang menempel pada sediaan Rhinos SR sangat kecil yaitu 18% jika dibandingkan
dengan persentase granul yang menempel pada sediaan Vitalong C yang mencapai angka 88%
atau sama seperti persentase pada uji bioadhesif in vitro nya.

Tujuan dilakukannya uji washoff sendiri ialah untuk untuk melihat kemampuan granul
melekat pada mukosa usus selama 1 jam serta untuk menguji kemampuan penghantaran
bioadhesif dari suatu granul dengan polimer tertentu dimana dari hasil diatas maka dapat dilihat
bahwa sifat mukoadhesif granul Vitalong C lebih baik dari granul Rhinos SR. Hal ini dapat
disebabkan oleh formulasi sediaan Rhinos SR yang tidak mengandung polimer sedangkan
granul Vita Long C mengandung polimer. Meskipun granul Rhinos SR tidak mengandung
polimer tetapi usus memiliki villi yang banyak sehingga pada uji wash off, granul masih dapat
tertahan pada usus walaupun tidak sebanyak pada sediaan dengan polimer.
Secara teoritis mukoadhesif dapat terjadi karena adanya kontak yang baik antara polimer
bioadhesif dengan membran yaitu dengan cara pembasahan atau pengembangan polimer
bioadhesif kemudian berpenetrasinya polimer bioadhesif ke dalam celah permukaan jaringan
atau polimer bioadhesif berpenetrasi ke dalam celah mukus jaringan dan selanjutnya terjadi
ikatan kimia yang lemah seperti ikatan hidrogen antar polimer dengan mukus (Deshmuskh,
2009).

DAFTAR PUSTAKA

Ahuja, A., Khar. RK., Ali, J., 1997. Muchoadhesive Drug Delivery System. Drug Development
and Industrial. Pharmacy, 23: 489-515.

Lenearts, V., Couvreur, P, Grislain, L., Maincent, P., 1990. Bioadhesive Drug Delivery Systems.
CRC Press: Boca Raton.

Siregar, CJP. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. EGC: Jakarta.

Deshmuskh, VN, Jadhav, JK., Sakarkar, DM. 2009. Formulation and In Vitro Evaluation of
Theophylline Anhydrous Bioadhesive Tablets. Departement of Pharmaceutics, S N Institude of
Pharmacy: India

Anda mungkin juga menyukai