Anjing
Anjing
OLEH
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan kuasa-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat waktu.
Tulisan yang berjudul ”Nutrisi pada Anjing ” ini dibuat untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Elektif Hewan Kesayangan, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Prof. Dr. Drh. I Ketut Puja, M. Kes. selaku ketua dosen pengampu mata kuliah
Elektif Hewan Kesayangan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas
Udayana yang telah memberikan bimbingan selama proses perkuliahan
berlangsung.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kebaikan dari
makalah ini.
Hormat kami,
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Gambar iv
Daftar Tabel……………………………………………………….. v
BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 2. PEMBAHASAN 4
3.1 Kesimpulan 21
3.2 Saran 21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
Tabel.1 Standar nutrisi makanan anjing menurut jenis kegiatan…….. 5
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
macam nutrisi yang dibutuhkan oleh hewan, khususnya anjing sebagai hewan
kesayangan, yang meliputi protein, karbohidrat, lemak, serta vitamin-vitamin.
Dari penjabaran di atas, melalui makalah ini penulis ingin menjelaskan tentang
“Nutrisi pada Anjing”, mulai dari pengertian nutrisi itu sendiri hingga jenis-jenis
nutrisi yang dibutuhkan oleh hewan kesayangan, khususnya anjing.
2
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari dibuatnya makalah ini adalah untuk menambah
ilmu pengetahuan bagi penulis serta pembaca tentang nutrisi yang
diperlukan oleh hewan kesayangan, khususnya anjing.
1.4.2 Manfaat Praktis
Selain manfaat teoritis yang telah dikemukakan di atas, tulisan ini juga
memiliki manfaat praktis yaitu untuk memenuhi tugas akhir semester dari
mata kuliah Elektif Hewan Kesayangan, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Nutrisi
Hewan membutuhkan nutrisi untuk kelangsungan hidupnya. Nutrisi adalah
substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh,
pertumbuhan, dan pemeliharaan kesehatan. Nutrisi didapatkan dari makanan dan
cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh. Hewan membutuhkan nutrisi untuk
kelangsungan hidupnya yaitu untuk bahan bakar (energi kimia) untuk kerja tubuh,
kerangka karbon untuk membuat banyak molekul sendiri, dan nutrien esensial yang
tidak dapat dibuat oleh hewan itu sendiri dari bahan mentah apapun dan harus
didapatkan dari makanan dalam bentuk siap pakai. Kebutuhan nutrisi pada hewan
dibedakan menjadi dua yaitu nutrient essensial dan nutrient non essensial. Nutrient
essensial adalah senyawa kimia yang harus terdapat dalam pakan, seperti vitamin dan
mineral dan juga beberapa asam amino dan asam lemak (kalau tidak ada maka hewan
akan mati ). Nutrient essensial adalah seyawa kimia yang hewan dapat produksi dari
molekul lain.
Nutrisi yang dikandung dalam makanan yang dimanfaatkan oleh tubuh hewan
meliputi nutrisi makro (protein, lemak, karbohidrat), dan nutrisi mikro (vitamin,
mineral). Dari semua sumber nutrisi tersebut, harus terdapat beberapa kandungan
nutrisi agar anjing dapat tumbuh dengan baik. Kelebihan nutrisi juga dihindari karena
dapat mengganggu kesehatan anjing sehingga keseimbangan nutrisi sangat
diperlukan.
Umur anjing akan menentukan kadar gizi dan jenis serta bentuk pakan anjing.
Pembagian umur anjing secara umum ada 3 macam yaitu 0-3 bulan, 4-8 bulan, dan
diatas 8 bulan. Perbedaan umur tesebut akan menentukan jumlah protein yang harus
diberikan atau harus dimiliki pada pakan anjing untuk pertumbuhan. Frekuensi makan
anjing juga berbeda-beda misalnnya anjing berumur 4-8 bulan memerlukan makan
sebanyak 3 kali sehari dengan porsi yang kecil. Anjing berumur diatas 8 bulann
memerlukan makan 2 kali sehari dengan porsi yang normal. Jenis trah anjing akan
mempengaruhi bentuk dan takaran serta gizi pakan, jumlah takaran dan bentuk
4
pakan untuk setiap jenis anjing akan berbeda sesuai dengan berat badan yang
dimiliki. Pakan dibedakan untuk jenis kegiatan yaitu kegiatan sehari-hari, kondisi
sakit, dan untuk kejuaraan. Anjing dewasa umumnya membutuhkan pakan anjing
dengan kandungan protein dan lemak yang sedikit.
Hamil/menyusui 32 25-32 15 40
Usia lanjut 22 15-22 8 50
5
2.3 Nutrisi pada Anjing beserta Sumbernya
2.3.1 Protein
Protein merupakan molekul yang tersusun atas asam amino dalam
suatu rantai yang menentukan sifat alami dan peranan mereka. Asam amino,
berasal dari pemecahan protein makanan di dalam saluran pencernaan yang
kemudian bertindak menyediakan sintesis dasar tubuh akan protein-protein yang
dibutuhkan untuk membangun dan memperbaharui organ-organ dan struktur
organ tubuh, menyampaikan molekul tertentu, mengirim pesan dari satu organ
ke organ lainnya (hormon) dan melawan penyakit (antibodi), serta peranan
lainnya.
Kebutuhan protein anak anjing yang tumbuh secara signifikan lebih
tinggi daripada anjing dewasa. Studi awal menggunakan sumber protein
campuran melaporkan persyaratan protein minimum antara 17% dan 22% dari
metabolisme energi untuk pertumbuhan anjing.
Protein ditemukan dalam bentuk terkonsentrasi pada produk asal
hewan (daging, ikan, produk susu) dan pada beberapa produk asal tumbuhan
(gluten gandum, kacang-kacangan, kapri, kedelai, ragi). Gandum ditambahkan
ke dalam komposisi makanan anjing dan kucing untuk memperkaya protein.
2.3.2 Karbohidrat
Karbohidrat (hidrat dari karbon atau hidrat arang) atau biasa disebut
juga sebagai sakarida (dari bahasa Yunani yang berarti “gula”) adalah senyawa
yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen. Karbohidrat dapat
dibagi menjadi:
1. Karbohidrat Sederhana:
- Monosakarida yaitu jenis karbohidrat yang terdiri dari 1 gugus cincin.
Contohnya adalah glukosa, fruktosa dan galaktosa
- Disakarida yaitu jenis karbohidrat yang terbentuk dari gabungan 2
molekul monosakarida. Contohnya adalah sukrosa dan laktosa
6
2. Oligosakarida
Oligosakarida merupakan gabungan 3 sampai 9 unit dari molekul-molekul
monosakarida.
3. Polysakarida
Polimer yang tersusun dari ratusan hingga ribuan satuan monosakarida yang
dihubungkan dengan ikatan glikosidik. Contohnya adalah pati, glikogen, dan
selulosa
Fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energi. Namun pada anjing
karbohidrat memiliki kadar kebutuhan yang berbanding terbalik dengan protein
dimana jika di dalam pakan anjing telah mengandung protein yang tinggi maka
kebutuhan karbohidrat hanya diperlukan sedikit, hal ini disebabkan akibat anjig
tidak dapat mencerna karbohidrat secara baik. Apabila dalam pakan anjing
terdpat kadar karbohidrat yang tinggi dapat mengakibatkan bulu kusam, bau
mulut, obesitas hingga diabetes. Namun bila anjing kekurangan karbohidrat
maka anjing mengalami pertumbuhan yang tidak normal, mengurangi angka
kelahiran, dan dapat mengurangi produksi air susu (kolostrum) saat anjing
sedang menyusui. Karbohidrat terdapat pada nasi, kentang, jagung dan susu.
Pada pakan kering anjing biasanya terdapat 30-50% karbohidrat. Seharusnya
anjing hanya memerlukan 14% dari pakannya. Karbohidrat yang tinggi dalam
pakan menyebabkan semakin tinggi pula pasokan energi yang dihasilkan
sehingga kemungkinan terjadinya obesitas pada anjing semakin tinggi
(Triaksono, 2012). Selain pakan susu anjing juga terdapat laktosa yang sudah
memiliki kadar cukup untuk anjing.
2.3.3 Air
Air merupakan keperluan nutrisi yang sangat penting bagi anjing. Air
memiliki fungsi mengatur suhu tubuh anjing. Kebutuhan air yang dibutuhkan
oleh anjing sekitar 40ml/kg berat badan. Jadi kebutuhan air pada anjing
dipengaruhi oleh berat badan anjing yang dihitung. Jenis makanan anjing juga
berpengaruh pada jumlah air yang harus masuk ke dalam tubuh anjing. Anjing
7
yang diberi makanan kering (dry food) membutuhkan air lebih banyak jika
dibandingkan dengan anjing yang selalu diberikan makanan basah (wet food).
Selain itu, makanan yang mengandung bahan yang membuat anjing mudah haus
adalah sodium (garam).
Rutinitas latihan yang dilakukan anjing juga memiliki pengaruh besar
pada jumlah air yang dibutuhkan oleh anjing. Hal terakhir yang harus
diperhatikan adalah cuaca. Musim panas atau panas berlebihan membuat anjing
lebih cepat mengalami dehidrasi.
2.3.4 Lemak
Anjing lebih menggunakan lemak ketimbang karbohidrat untuk
energy. Lemak biasanya diperoleh dari lemak daging dan minyak dari berbagai
jenis tumbuhan dan menyediakan sumber energi cadangan utama. Lemak dapat
mensuplay asam lemak esensial yang tidak bisa dibentuk oleh tubuh anjing serta
lemak juga sebagai pembawa vitamin larut lemak. Asam lemak memiliki peran
dalam struktur sel dan fungsinya. Makanan yang mengandung lemak cenderung
meningkatkan rasa dan tekstur pada makanan anjing.
Asam lemak esensial diperlukan untuk menjaga kulit anjing agar tetap
sehat. Anak anjing yang tidak diberi lemak akan menyebabkan kulitnya kering,
rambutnya kasar, dan adanya lesi yang menyebabkan mudahnya terinfeksi.
Defiesiensi Omega-3 atau salah satu asam lemak esensial bisa menyebabkan
gangguan penglihatan dan penurunan kemampuan berlatih. Defisiensi omega-6
dapat menyebabkan gangguan psikologi pada anjing.
2.3.5 Vitamin
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil
yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme yang tidak
dapat diproduksi sendiri oleh tubuh. Vitamin adalah kofaktor dalam rekasi kimia
yang dikatalisasi oleh enzim.Vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok
besar yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut
8
dalam air. Hanya terdapat 2 vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B dan C,
sedangkan vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E, K
1. Vitamin Larut dalam Lemak
Vitamin larut dalam lemak adalah vitamin yang dapat disimpan dalam
tubuh, dimana setiap vitamin A,D,E,K memiliki peranan yang faali dalam
tubuh. Sebagian besar vitamin larut dalam lemak diabsorsi bersama lipida .
Absorsi ini memerlukan cairan empedu dan pancreas. Vitamin larut dalam
lemak diangkut ke hati melalui sistem limfe sebagai bagian dari lipoprotein,
disimpat diberbagai jaringan tubuh dan biasanya di keluarkan melalui urine
a. Vitamin A (retinol)
Vitamin ini berperan dalam pembentukan indra pengelihatan terutama
dimalam hari dan sebagai salah satu komponen penyusun pigmen mata
di retina. Selain itu vitamin ini juga berperan dalam rangka menjaga
kesehatan kulit dan imunitas tubuh.
Sifat vitamin A adalah mudah rusak oleh paparan panas, cahaya
matahari dan udara.
Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin A untuk
anjing antaralain susu dan ikan
Defisiensi vitamin A dapat mengakibatkan rabun, katarak, infeksi
saluran pernapasan, menurunnya daya tahan tubuh dan kondisi kulit
yang kurang sehat
Kelebihan asupan vitamin A dapat menyebabkan keracunan pada
tubuh dan apabila kondisi kelebihan vitamin A sudah akut dapat
menyebabkan kerabunan, terhambatnya pertumbuhan,
pembengkakan hati dan iritasi kulit.
9
Gambar.1 Katarak pada Anjing
Sumber : petsocieties.com
b. Vitamin D
Bagian tubuh yang paling yang paling banyak dipengaruhi oleh vitamin
ini adalah tulang. Vitamin D dapat membantu proses metabolism
kalsium dan mineralisasi tulang. Sel kulit akan segera memproduksi
vitamin D saat terkena cahaya matahari
Sumber makanan banyak ditemukan pada ikan, telur, susu serta
produk olahannya seperti keju
Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan pertumbuhan tulang kaki
yang tidak normal (betis kaki membentuk huruf O atau X), gigi
akan mudah mengalami kerusakan dan otot mengalami kekejangan.
Penyakit lainnya adalah osteomalasia, yaitu hilangnya unsur
kalsium dan fosfor secara berlebihan. Penyakit ini biasa ditemukan
pada anjing muda, sedangkan pada anjing tua menyebabkan
penyakit osteoporosis, yaitu berkurangnya kepadatan tulang
Kelebihan vitamin D dapat menyebabkan tubuh mengalami diare,
berkurangnya berat badan, muntah-muntah dan dehidrasi berlebihan
10
Gambar.2 Kerusakan gigi pada anjing
Sumber: pdhbvet.com
c. Vitamin E
Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di
dalam tubuh, mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga
hati. Selain vitamin ini juga dapat melindungi paru-paru anjing dari
polusi udara. Vitamin E juga kerap dijuluki sebagai antioksidan alami
Sumber makanan dapat ditemukan pada ikan, ayam, kuning telur.
11
2. Vitamin Larut dalam Air
Vitamin larut dalam air adalah vitamin yang hanya dapat disimpan dalam
jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama aliran makanan.Sebaian
besar vitamin larut air merupakan kompone sistem enzim yang banyak terlibat
dalam membantu metabolisme energi. Vitamin larut air biasanya tidak disimpan
dalam tubuh dan dikeluarkan melalui urine dalam jumlah kecil. Oleh sebab itu
vitamin larut air perlu dikonsumsi setiap hari untuk mencegah kekurangan yang
dapat mengganggu fungsi tubuh normal.
Vitamin larut air dikelompokkan menjadi vitamin C dan vitamin B-
kompleks. Vitamin B-kompleks terdiri dari sepuluh faktor yang saling berkaitan
fungsinya didalam tubuh dan terdapat didalam bahan makanan yang hampir
sama. Fungsinya terkait dalam proses metabolisme sel hidup, baik pada
tumbuh-tumbuhan maupun hewan sebagai koenzim dan kofaktor. Macam-
macam vitamin larut air, antara lain:
a. Vitamin C
Vitamin C adalah Kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan
kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah
rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas.
Oksidasi tercepat dengan kehadiran tembaga dan besi. Vitamin C stabil dalam
larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam. Vitamin C adalah vitamin
yang paling stabil. Cara ekstraksi akan mempengaruhi kadar vitamin C sirup
rosella karena sifat-sifat vitamin C yaitu mudah larut dalam air dan rusak oleh
pemanasan. Stabilitas vitamin C dipengaruhi udara dan faktor-faktor lain seperti
pemasakan menurut Ummu Mukaromah (2012)
b. Vitamin B1 (Tiamin)
Istilah Tiamin menyatakan bahwa zat ini mengandung sulfur (tio) dan
nitrogen (amine) Tiamin merupakan Kristal putih kekuningan yang larut dalam
air. Dalam keadaan kering vitamin B1 cukup stabil. Di dalam keadaan larut
Vitamin B1 hanya tahap panas bila berada dalam keadaan asam. Dalam suasana
alkali Vitamin B1mudah rusak oleh panas atau oksidasi.
12
c. Vitamin B2 (Riboflavin)
Dalam bentuk murni, riboflavin adalah Kristal kuning. Riboflavin larut air,
tahan panas, oksidasi dan asam, tetapi tidak tahan alkali dan cahaya terutama
sisnar ultraviolet. Dalam proses Pemasakan tidak banyak yang rusak.
d. Niasin (Asam Nikotinat/vitamin B3)
Niasin adalah istilah jeneric untuk asam nikotinat dan turunanan alamiah
nikotinamida (niasin amida). Niassin merupakan lristal putih yang lebih stabil
dari tiamin dan riboflavin. Niasin tahap terhadap suhu tinggi, cahaya, aam,
alkali, dan oksida.
e. Biotin (Vitamin B8)
Biotin adalah suatu karbon monokarbiksilat terdiri atas cicin imidasol yang
bersatu dengan cincin tetrahidrotiofen dengan rantai samping asam Valerat.
Biotin tahan panas, larut air dan alcohol serta mudah dioksidasi
f. Asam Pantotenat (Vitamin B5)
Asam pantotenat adalah Kristal putih yang larut air, rasa pahit, lebih stabil
dalam keadaan larut daripada kering, mudah terurai oleh asam, alkali dan
panas kering. Dalam keadaan netral asam pantotenant tahan terhadap panas
basah.
g. Vitamin B6 (Piridoksin, Piridoksal, dan Piridoksamin)
Vitamin B6 terdapat di alam dalam tiga bentuk : piridoksin, piridoksal, dan
piridoksamin, Piridoksin hidroklorida adalah bentuk sintetik yang digunakan
sebagai obat. Dalam keadaan difosforilasi, vitamin B6 berperan sebagai
koenzim berupa piridoksal fosfat (PLP) dan piridoksamin (PMP) dalam
berbagai reaksi transminasi.
h. Vitamin B12
Vitamin B12 adalah Kristal merah yang larut air. Warna merah karena
kehadiran kolbath. Vitamin B12 secara perlahan rusak oleh asam encer, alkali,
cahaya dan bahan – bahan pengoksidasi dan perekduksi. Pada pemasakan,
kurang lebih 70% Vitamin B12 dapat dipertahankan. Sionokobalamin adalah
13
bentuk paling stabil dan itu diproduksi secara komersial dari fermentasi
bakteri.
2.3.6 Mineral
Terdapat mineral penting yang dibutuhkan oleh hewan. Mineral
tersebut dapat dibagi menjadi 2 kelompok,yaitu yang disebut dengan mineral
makro dan mineral mikro. Tubuh membutuhkan berbagai macam zat mineral,
secara umum mineral tersebut berguna untuk berbagai macam hal, yaitu:
A. Pertumbuhan dan perbaikan jaringan
- Untuk pembentukan tulang dan gigi serta jaringan tubuh yang sedang
tumbuh.
- Untuk pembentukan rambut, kuku dan tanduk.
- Terdapat dalam jumlah sedikit pada jaringan lunak, walaupun begitu
sangat penting bagi proses kehidupan.
B. Pengatur tubuh atau membantu dalam pembentukan pengatur tubuh.
- Untuk mempertahankan tekanan osmosis cairan tubuh.
- Untuk mempertahankan netralisasi darah dan getah bening agar kerjanya
tetap normal.
- Untuk mempertahankan keseimbangan fisiologis antara berbagai
mineral di dalam darah dan juga penting untuk proses pencernaan.
- Berbagai koenzim yang penting untuk metabolisme di dalam tubuh.
14
Tabel. 2 Kebutuhan Mineral Makro dan Mikro
Selenium 0,07
1. Mineral Makro
Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih
dari 100mg perhari. Mineral yang termasuk dalam mineral makro utama adalah
Calcium (Ca), Magnesium (Mg), Sulfur (S), Kalium (K), Fosfor (P), Clorida
(Cl), dan Natrium (Na). Unsur mineral makro berperan penting dalam aktifitas
fisiologis dan metabolisme tubuh. Mineral makro berfungsi dalam pembentuksn
struktur sel dan jaringan, keseimbangan cairan dan elektrolit dan berfungsi
dalam cairan tubuh baik intraseluler dan ekstraseluler (Darmono,1995).
Mineral-mineral yang termasuk ke dalam makro mineral yaitu:
a. Kalsium (Ca)
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh.
Kalsium ini dibutuhkan untuk: pembentukan tulang, pertumbuhan gigi, produksi
susu, transmisi impuls dalam syaraf, rangsangan otot, pengaturan denyut
jantung, pergerakan otot, pembekuan darah, aktivitas dan stabilitas enzim.
Kekurangan kalsium dapat berakibat:
Anjing masa pertumbuhan:
15
- Tulang panjang tumbuh bengkok (kaki bentuk X atau O)
- Penebalan pada ujung tulang panjang cacat bentuk dan biasanya
terlihat pada kaki depan dan tulang rusuk.
Pada anjing dewasa:
- Pelunakan tulang panjang sehingga mudah patah.
- Kelumpuhan pada kaki belakang.
- Dapat mengakibatkan kematian.
Pada anjing pada masa menyusui:
- Gejala dini adalah gemetar dan kejang-kejang, terengah-engah, cepat
lelah, keluar air liur dan mata melotot.
- Suhu badan naik/meninggi.
- Kejadian yang berat akan anjing akan rebah dengan posisi badan dengan
kaki terlihat kaku dan gemetar. Bila sudah rebah dan tidak segera
dirawat maka anjing dapat mati dalam beberapa waktu kemudian.
b. Phosphor (P)
Di dalam tubuh phosphor dideposit di dalam tulang sebagai Ca10 (PO4)
6(OH)2. Phosphor merupakan komponen dari phospholipid yang penting untuk
permealibilitas sel dan komponen lapisan myelin syaraf. Gejala kekurangan
phosphor sama dengan gejala pada kekurangan kalsium. Biasanya apabila
terjadi kekurangan kalsium maka akan terjadi kekurangan phospor juga.
Kebiasaan yang sering aneh ditampakkan oleh anjing yang kekurangan phospor
adalah:
- Menggigit-gigit dinding kandang.
- Kadang-kadang makan tanah dan diikuti dengan muntah-muntah
Kekurangan phosphor dapat berakibat:
Pada anak anjing:
- Gangguan pertumbuhan tulang atau yang dikenal dengan nama Rachitis.
- Pertumbuhan tulang panjang abnormal yang ditandai dengan kaki
bengkok, sendi tulang tidak teratur, terdapat benjolan pada tulang rusuk.
- Persendian menjadi kaku dan otot-otot lemah.
16
- Dewasa seksual terlambat yang diikuti dengan kawin pertama yang
terlambat.
Pada anjing dewasa
- Tulang keropos, lunak dan mudah patah atau dikenal dengan nama
osteomalacia/osteoporosis.
- Angka kesuburan terganggu/menurun, sering gagal bunting bahkan pada
kasus parah dapat menimbulkan kemandulan.
c. Magnesium (Mg)
Magnesuim sangat diperlukan untuk: pertumbuhan tulang, transmisi
neuromuskuler, aktivasi enzyme-enzym. 65% magnesium dalam tubuh
berada di tulang dan sepertiganyanya dikombinasikan dengan phosphor (P).
Kekurangan magnesium dapat berakibat:
- Pertumbuhan terganggu dan nafsu makan kurang
- Pertumbuhan tulang tidak sempurna, terdapat benjolan-benjolan pada
sendi.
- Kaki lemah, jalan tidak normal dan posisi kaki abnormal.
- Kaki belakang menelapak pada tanah sebatas sendi.
- Gangguan otot, gemetar, sempoyongan, kejang-kejang dan mudah
kaget.
d. Sulfur (S)
Sulfur merupakan komponen protein, vitamin dan hormon. Sulfur ini
mempunyai fungsi struktural maupun metabolik.
e. Natrium (Na)
Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler. Manfaat
natrium yaitu:
- Menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen ektraseluler.
- Mengatur tekanan osmosis yang menjaga cairan tidak keluar dari darah
dan masuk ke dalam sel.
- Menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh dengan mengimbangi
zat-zat yang membentuk asam.
17
- Berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot.
f. Klorida (Cl)
Klor merupaka anion utama cairan ekstraselular. Konsentrasi klor
tertinggi adalah dalam cairan serebrospinal, lambung dan pancreas. Manfaat
klorida yaitu:
- Berperan dalam memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit dalam
cairan ekstraselular.
- Memelihara suasana asam dan basa dalam lambung sebagai bagian dari
HCL yang diperlukan untuk bekerjasama enzim-enzim pencernaan.
g. Kalium (K)
Kalium merupakan ion yang bermuatan positif yang terdapat dalam sel
dan cairan intraseluler. Kalium berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Sumber utama adalah makana segar atau mentah, terutama buah dan sayur.
Kalium memegang peran penting dalam pemeliharaan keseimbangan cairan
dan elektolit seta keseimbangan asam basa. Dan berperan dalam
pertumbuhan sel.
18
2. Mikro mineral yang Diperlukan Anjing
Mikro mineral merupakan unsur mineral lain seperti besi (Fe), iodium (I),
mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), Selenium, dll hanya terdapat dalam
tubuh dalam jumlah yang sangat kecil saja, karena itu disebut mineral mikro
(Spears ,1999). Walaupun dibutuhkan dalam jumlah sedikit di dalam tubuh,
mikromineral ini harus lah tetap dipenuhi. Bila kekurangan mikro mineral ini
akan terjadi pertumbuhan yang terganggu ,kerusakan tulang, depigmentasi
rambut, pertumbuhan abnormal dari rambut, maupun gangguan gastrointestinal,
dan jika kelebihan mineral ini bisa menyebabkan keracunan pada anjing. Maka
dari itu, pentinglah kiranya untuk memenuhi nutrisi ini sesuai porsi yang tepat.
Berikut ini akan diuraikan beberapa mikro mineral yang diperlukan oleh anjing,
diantaranya :
a. Zat besi (Fe) dan Tembaga (Cu)
Anjing memerlukan zat besi sebesar 0,2 – 0,8% setiap harinya,
sedangkan banyaknya tembaga yang dibutuhkan tubuh anjing yaitu 0,1 – 0,3
% (Arifin, Zainal. 2007). Tembaga adalah salah satu unsur mineral yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme, pembentukan hemoglobin dan fisiologik
dalam tubuh hewan (Zainal, 2007) Kedua mineral ini sama – sama membantu
pembentukan tulang dan sel darah merah serta pengaturan enzim - enzim
dalam tubuh anjing. Sumber pakan anjing yang kaya akan zat besi
ditemukan pada hati ayam, dog food, susu induk anjing, dan sayuran
(bayam, kangkung)
b. Mangan
Mangan dibutuhkan sekitar 0,2 – 0,5 % setiap harinya. Mineral ini
membantu pembentukan fungsi hati, otot - otot dan jaringan saraf pada
anjing, menjaga fungsi dan kerja enzim, serta pertumbuhan tulang. Mangan
dapat ditemukan pada dog food, dan telur.
c. Seng
Mineral ini dibutuhkan sekitar 0,1 – 0,2 %. Kandungan seng dalam
pakan anjing bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan rambut anjing,
19
mencegah kerontokan rambut, menjaga kesehatan kulit, dan pembentukan
enzim. Seng dapat ditemukan pada susu, kacang- kacangan, dan dog food.
d. Selenium
Mineral ini diperlukan sekitar 0,07% perharinya. Selenium penting
untuk fungsi kekebalan tubuh dan mengatur kerja hormon tiroid. Selenium
dapat diperoleh dari ikan, daging ayam, dan dog food.
e. Iodium
Mineral ini dibutuhkan sekitar 0,3 – 0,6 perhari. Iodium mempunyai
peranan penting dalam membantu produksi hormon di kelenjar gondok dalam
proses metabolisme tubuh. Pakan yang mengandung iodium antara lain hati,
ikan, telur, dan garam.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Hewan membutuhkan nutrisi untuk kelangsungan hidupnya. Nutrisi
adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi
normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, dan pemeliharaan kesehatan
3.1.2 Pada umumnya semua makhluk hidup membutuhkan nutrisi, sama
halnya dengan anjing. Anjing yang mengalami kerontokan bulu,
kelainan abnormal pada kulit dan tidak terawat dengan baik merupakan
kondisi umum yang menunjukkan kurangnya asupan nutrisi yang
lengkap
3.1.3 Nutrisi utama yang harus terpenuhi pada anjing diantaranya protein
diperlukan oleh tumbuh dengan jumlah 17% dan 22% dari metabolisme
energi untuk pertumbuhan anjing, karbohidrat diperlukan anjing sekitar
14% dari pakannya, air yang dibutuhkan oleh anjing sekitar 40ml/kg
berat badan, lemak, vitamin (Vitamin larut dalam lemak (A,D,E,K) dan
vitamin yang larut dalam air (B,C) yang sedikit dibutuhkan oleh tubu
serta makro dan mikro mineral
3.2 Saran-saran
Sebagai seorang dokter hewan hendaknya dapat memahami mengenai
nutrisi yang diperlukan oleh hewan kesayangan khususnya anjing sehingga
dapat digunakan sebagai acuan perbaikan kualitas gizi hewan bersangkutan
selain itu pemahaman terhadap nutrisi hewan juga menjadi sebuah acuan
penilaian terhadap kriteria kesejahteraan hewan
21
DAFTAR PUSTAKA
Akhira, Desi., Fahrimal, Yudha., dan Hasan, M. 2013. Identifikasi Parasit Nematoda
Saluran Pencernaan Anjing Pemburu (Canis Familiaris) di Kecamatan Lareh
Sago Halaban Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Medika Veterinaria Vol. 7, No.
3. Banda Aceh.
Almatsier, Sunita.2004. Prinsip Dasar ilmu Gizi. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka
Utama
Arifin, Zainal. 2007. Pentingnya Mineral Tembaga (Cu) Dalam Tubuh Hewan
Dalam Hubungannya Dengan Penyakit. Wartazoa Vol 7 (02) : 93 – 99. Balai
Besar Penelitian Veteriner : Bogor
Case, Linda P, Leighann Daristotle, Michael G. Hayek, and Melody F. Raasch. 2011.
Canine and Feline Nutrition: A Resource for Companion Animal Professionals.
Missouri: Elsevier.
22
http://www.rajapetshop.com/en/news/PENTINGNYA-NUTRISI-KULIT-
DAN-RAMBUT-PADA-ANJING
Sembirig, Stefani et.all. 2016. Kejadian Krang Gigi pada Anjing yang diberi Dog
Food. Indonesia Medicus Veterinus. pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637
Siwiyanto,Made.2016.Nutrisi Hewan.scribd
Speas, J.W. 1999. Reevaluation of the metabolic essentiality of the minerals. Asian
Aust. J. Anim. Sci. 12(6): 1002 – 1008
Triakoso, Nusdianto dan Isnaini, Fauziah. 2012. Hubungan antara Bangsa Anjing
dengan Obesitas pada Anjing di Surabaya. VetMedika J Klin Vet. Vol. 1, No. 1,
Juli 2012
Ummu Mukaroma, Sri Hetty Susetyorini, Siti Aminah.2012. Kadar Vitamin C, Mutu
Fisik, pH, Mutu Organoleptik sirup rosella berdasarkan cara Ekstraksi. Jurnal
Pangan dan Gizi Vol. 01 tahun 2010
23
WARTAZOA Vol. 17 No. 2 Th. 2007
ZAINAL ARIFIN
Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl. R.E. Martadinata No. 30, Bogor 16114
ABSTRAK
Tembaga adalah salah satu unsur mineral mikro yang sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Makalah ini
menguraikan diantaranya adalah yang berkaitan dengan enzim bersama dengan unsur besi (Fe) dalam pembentukan
haemoglobin. Kekurangan tembaga dapat menyebabkan tidak berfungsinya sistem enzim, sehingga sistem metabolisme dan
fisiologi tubuh tidak bekerja secara normal dan menyebabkan gangguan dalam pembentukan darah. Sebaliknya, bila kelebihan
akan menyebabkan toksisitas yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan tubuh. Dari hal tersebut di atas jelaslah bahwa
tembaga berperan penting dalam proses kehidupan, sehingga monitoring konsentrasi tembaga dalam darah sangat penting
dilakukan untuk menjaga kesehatan hewan.
Kata kunci: Tembaga, defisiensi, toksisitas, kesehatan
ABSTRACT
Copper is one of the micro elements that has very important roles in the process of body metabolism. Some enzymes are
bound with copper and iron in the formation of blood haemoglobin. Copper deficiency in animal body will cause inappropriate
function of the enzyme system, so that metabolism and physiological systems of the body will not work normally and if copper is
in excess, it will cause toxicity which then destroys body tissues causes troubles in blood formation, Therefore, it is clear that
copper has an important role in the process of living, hence monitoring its concentration in the blood is important to maintain
animal health.
Key words: Copper, deficiency, toxicity, health
93
ZAINAL ARIFIN: Pentingnya Mineral Tembaga (Cu) dalam Tubuh Hewan dalam Hubungannya dengan Penyakit
esensial. Walaupun dibutuhkan dalam jumlah sedikit di berfungsi sebagai katalisator dalam sel. Beberapa
dalam tubuh, namun bila kelebihan akan dapat mineral berikatan dengan protein, sedangkan lainnya
mengganggu kesehatan, sehingga mengakibatkan sebagai ikatan pembentukan komponen siklik antara
keracunan, tetapi bila kekurangan tembaga dalam darah molekul organik dan ion logam (CHOWDHURY dan
dapat menyebabkan anemia yang merupakan gejala CHANDRA, 1987). Selain ikut serta dalam sintesa
umum, akan terjadi pertumbuhan yang terganggu, hemoglobin, tembaga juga merupakan bagian dari
kerusakan tulang, depigmentasi rambut, wool atau enzim-enzim di dalam sel, seperti sebagai kofaktor
bulu, pertumbuhan abnormal dari bulu atau wool, enzim tirosinase di dalam kulit. Di dalam hati, hampir
gangguan gastrointestinal (BARTIK dan PISKAC, 1981; semua tembaga berikatan dengan enzim, terutama
DAVIS dan MERTZ, 1987; DARMONO dan BAHRI, 1989). enzim seruloplasmin yang berfungsi sebagai
Makalah ini menguraikan bahwa tembaga sangat feroksidase dan transportasi di dalam darah (S HARMA et
berperan penting dalam proses kehidupan, ditinjau dari al., 2003). Beberapa peneliti melaporkan bahwa atom
proses metabolisme tubuh, dan aspek aktivator atau tembaga dari seruloplasmin ini tergabung dalam
sebagai pusat katalitik beberapa enzim penting dalam superoksid dismutase, yang tempat sel reseptornya juga
reaksi metabolik, sehingga monitoring kadar tembaga teridentifikasi sebagai seruloplasmin. Setelah terjadi
dalam darah sangat penting dilakukan untuk menjaga penggabungan dalam hati, sejumlah tembaga terlihat
kesehatan hewan. kembali dalam aliran darah dan terikat dengan albumin
(DARMONO, 1995; THOMAS dan OATES, 2003).
BENTUK YANG DIBERIKAN DALAM PAKAN
KEBUTUHAN TEMBAGA BAGI BEBERAPA
Bentuk logam tembaga yang diberikan dengan HEWAN
campuran pakan biasanya berbentuk senyawa garam
tembaga, seperti tembaga sulfat, tembaga oksida, Untuk mencukupi nutrisi mineral tembaga,
tembaga karbonat dan tembaga proteinat. Tembaga biasanya hewan memperoleh dari pakan dan minuman
sulfat dan tembaga oksida sering ditambahkan kepada yang mengandung mineral tembaga yang cukup.
pakan ruminansia (BAKER et al., 1991; JOHNSON dan Mineral tembaga dari pakan biasanya didapat dari
ENGLE, 2003). hijauan untuk ruminansia dan biji-bijian untuk unggas,
Tembaga (Cu) termasuk ke dalam golongan logam tetapi jika rumput/hijauan tumbuh pada daerah yang
berat yang beratnya lebih dari 5 g/cm3, kebanyakan kurang subur/rendah unsur mineral tembaga dalam
tembaga didapat dari proses pertambangan yang tanah, maka kandungan tembaga itu juga berkurang
mengandung logam tembaga dengan proses dalam tanaman sehingga kurang dapat mencukupi
pembakaran dan pencairan. Hasil campuran tembaga kebutuhan tembaga (HEMKEN et al., 1993; LEE et al.,
kasar juga sebagian kecil mengandung logam perak dan 1999). Jumlah tembaga yang dibutuhkan hewan adalah
emas. Dengan proses elektrolitik, logam tembaga sangat sedikit, kurang lebih hanya sepersepuluhnya dari
biasanya dapat dipisahkan dan dimurnikan, sehingga kebutuhan besi, jumlah tersebut merupakan pula jumlah
menjadi logam tembaga murni (BROWN dan EUDENE, yang diperlukan bersama-sama besi untuk mencegah
1981). anemia pada anak babi yang masih menyusui
Molekul CuSO4.5H2O, berbentuk kristal berwarna (CROMWELL et al., 1989). Bila kebutuhan untuk
biru, dan bila dipanaskan pada 100°C dapat tembaga tidak meninggi akibat kelebihan molibdenum
menurunkan 4 molekul air menjadi CuSO 4.H 2O dan atau hal-hal lainnya, maka sejumlah 0,6 mg Cu/kg di
warnanya berubah dari biru gelap menjadi putih kebiru- dalam bahan kering hijauan adalah cukup bagi
biruan. Pada pemanasan 230oC akan berubah menjadi keperluan hewan ternak. Kebutuhan tembaga sehari-
anhydrous tembaga sulfat CuSO4 (anhydrous berarti hari ternyata adalah 50 mg Cu/kg ransum untuk sapi,
tanpa kristal air), berwarna putih tetapi akan menyerap 15 – 20 mg Cu/kg ransum untuk domba dan 150 mg
air sangat tinggi pada penyerapan dan berubah warna Cu/kg bahan kering ransum untuk babi (D AVIS dan
menjadi biru (MCMURRY dan ROBBERT, 2001). MERTZ, 1987; HEMKEN et al., 1993). Badan penelitian
nasional Kanada (National Research Council, NRC)
KEGUNAAN TEMBAGA DALAM TUBUH pada tahun 1980 menentukan jumlah maksimum
kandungan logam dalam pakan untuk dikonsumsi dan
HEWAN
aman bagi hewan adalah 100 mg/kg berat pakan pada
Logam baik logam ringan maupun berat yang sapi, 25 mg/kg berat pakan pada domba, 250 mg/kg
berat pakan pada babi, 300 mg/kg berat pakan pada
esensial sangat berguna dalam tubuh hewan. Hampir
ayam, 800 mg/kg berat pakan pada kuda dan 200
semua mineral esensial baik makro maupun mikro
mg/kg berat pakan pada kelinci.
94
WARTAZOA Vol. 17 No. 2 Th. 2007
95
ZAINAL ARIFIN: Pentingnya Mineral Tembaga (Cu) dalam Tubuh Hewan dalam Hubungannya dengan Penyakit
Tabel 1. Kadar tembaga dalam jaringan dan alat tubuh dari manusia dan berbagai hewan
Spesies Hati Jantung Paru-paru Limpa Ginjal Pankreas Otak Daging Kulit Rambut
Manusia, dewasa 24,9 - - 5,2 17,5 4,3 17,5 - - -
Sapi, dewasa 77,0 15,8 5,3 2,9 19,7 3,8 - - - -
Sapi, baru lahir 470,0 14,8 4,9 4,8 15,7 8,5 - 4,8 - -
Sapi, fetus 262,8 10,4 3,6 5,4 8,5 - - 2,9 2,1 -
Domba, dewasa 236,6 17,9 9,6 5,0 17,8 7,7 - - - -
Kuda, dewasa 14,8 17,6 6,8 3,2 28,9 - - - - -
Babi, dewasa 41,3 14,9 5,3 6,0 21,1 - - - - -
Babi, umur beberapa 232,8 12,8 3,4 6,8 14,7 - - - - -
hari
Anjing, anak 98,2 17,4 6,2 - 14,2 - 8,5 - 9,9 22,7
Kucing, dewasa 25,3 14,4 3,8 - 10,1 - 14,6 2,3 4,2 11,9
Marmot, dewasa 17,0 21,2 9,5 - 19,9 - - - - -
Kelinci, dewasa 9,2 22,3 8,1 - 13,7 - - - - -
Tikus, dewasa 10,0 27,8 9,5 8,1 22,6 - 10,2 3,8 7,3 14,8
Badger, dewasa 21,7 12,8 5,6 3,0 9,4 - 10,8 - 3,2 -
Ayam, dewasa 12,4 14,9 2,4 - 11,7 - - - - 4,9
96
WARTAZOA Vol. 17 No. 2 Th. 2007
hewan yang paling peka terhadap keracunan tembaga serta ginjal dari domba yang mati terhadap kadar Cu
yang di suatu peternakan angka morbiditasnya adalah ampas minyak kelapa sebesar 61 mg Cu/kg, hati
mencapai 5%, tetapi diantara hewan yang sakit angka sebesar 1970 mg Cu/kg dan ginjal sebesar 225 mg
mortalitasnya dapat lebih dari 75%. Keracunan terjadi Cu/kg (SANDSTEAD, 1982; CHOOI et al., 1988).
apabila garam Cu langsung kontak dengan dinding usus
domba sehingga menimbulkan radang (gastro-
enteritis), tinja yang keluar berbentuk cair berwarna DIAGNOSIS
biru-kehijauan, hewan menjadi shock dan akhirnya
mati (PARADA et al., 1987; CHOOI et al., 1988). Gejala Diagnosis logam biasanya dilakukan dengan
yang timbul pada keracunan tembaga akut ini adalah menganalisis sampel dari hewan yang sudah mati atau
mual, muntah-muntah, mencret, sakit perut yang hebat, masih hidup dari bahan pakan yang dimakan. Pada
hemolisis darah, nefrosis, kejang dan akhirnya mati keracunan akut tembaga biasanya dapat dilihat dari
(POCINO et al., 1991) . Pada bahan tanaman yang sudah feses yang berwarna hijau gelap, dan juga dapat
disemprot fungisida atau garam yang mengandung dianalisis kandungan tembaga pada hati hewan tersebut
CuSO4 untuk kontrol cacing parasit dapat sudah mati. Analisis sampel tersebut biasanya lebih
banyak dilakukan dalam keadaan keracunan kronis,
menyebabkan bahaya keracunan akut tembaga (BURNS,
oleh karena itu perlu dilakukan diagnosis awal dengan
1981; YOST, 2002). Pada rataan konsentrasi 115 mg
tembaga dalam setiap kg susu yang diberikan berupa melihat gejala-gejala keracunan kronis, postmortem dan
makanan tambahan dalam bentuk kering dapat sejarah kejadian keracunan pada lingkungan di
menyebabkan keracunan yang sangat mematikan sekitarnya serta analisis serum darah pada hewan yang
terhadap anak kambing muda (ENGLE, 2001). hidup (TOKARNIA et al., 2000).
Pada keracunan kronis, tembaga tertimbun dalam Diagnosis dini sangat penting untuk mencegah
hati dan dapat menyebabkan hemolisis. Kejadian perkembangannya lebih lanjut menjadi sirosis hati dan
terjadinya degenerasi neurosis. Untuk mencegah
hemolisis ini disebabkan oleh tertimbunnya H 2O2
terjadinya keracunan krisis hemolisis pada waktu awal
dalam sel darah merah, sehingga terjadi oksidasi dari
kejadian, perlu diberi 50 – 500 mg amonium molibdat
lapisan sel dan akibatnya sel menjadi pecah. Keracunan
dalam pakan setiap hari selama 2 – 3 minggu
kronis juga dapat terjadi pada hewan yang makan
rumput mengandung tembaga tinggi (mungkin (DARMONO, 1995). Garam-garam jilat yang
tercemar pada penyemprotan hama). mengandung 0,25 – 0,5% tembaga sulfat, ternyata
BOSTWICK (1982) melaporkan bahwa keracunan efektif dalam pencegahan gangguan-gangguan pada
tembaga kronis sering terjadi pada domba yang hewan yang digembalakan di daerah yang hijauannya
memakan tanaman yang mengandung tembaga yang miskin akan tembaga. Penambahan garam tembaga
normal (10 – 20 mg Cu/kg berat badan), tetapi sulfat pada ransum dapat digunakan untuk mencegah
kandungan sulfatnya berlebihan atau kandungan kekurangan tembaga dan juga menghindari
molibdatnya rendah. Pada kambing yang baru lahir pertumbuhan aspergilosis pada pakan yang basah
sering terjadi keracunan kronis. Di daerah Australia (TOKARNIA et al., 2000).
Pengobatan meliputi pemberian senyawa- senyawa
Barat, keracunan kronis terjadi pada ternak memakan
pengikat chelating agents, yang biasanya berupa
tanaman Heliotopium enroferum yang mengandung
dimerkaprol (British Anti Lewisite, BAL), Kalsium-
tembaga dan juga mengandung alkaloid hepatotoksik
yang merusak hati. Pada umumnya, akumulasi tembaga Disodium EDTA (CaNa2-EDTA), dan penisilamin, untuk
yang merusak hati dapat disebut keracunan kronik membuang kelebihan tembaga. Namun keuntungan
(DARMONO, 1995). Kasus keracunan Cu telah banyak memakai penisilamin adalah sangat mudah diabsorpsi dari
saluran pencernaan setelah pengobatan per oral. Obat ini
dilaporkan pada domba di Malaysia. Keracunan Cu ini
sering diberikan dalam jangka waktu yang lama untuk
terjadi pada domba yang diberi pakan ampas minyak
pengobatan toksisitas logam yang bersifat kronis, juga
kelapa. Sebanyak 15 ekor domba lokal umur antara 7 –
merupakan obat lanjutan setelah pasien diobati dengan
12 bulan diberi pakan yang mengandung 80 – 90%
ampas lapisan kulit ari dan 10 – 20% ampas minyak CaNa2-EDTA atau BAL melalui suntikan (P OCINO et al.,
kelapa. Setelah 4 – 5 bulan, 3 ekor domba menderita 1991; DARMONO, 2001). Pengobatan defisiensi tembaga
biasanya diberikan garam tembaga seperti tembaga sulfat
anoreksia, lemah dan akhirnya mati. Hasil analisis
untuk pencegahan defisiensi tembaga (YOST et al., 2002).
pakan limbah minyak kelapa tersebut dan organ hati
97
ZAINAL ARIFIN: Pentingnya Mineral Tembaga (Cu) dalam Tubuh Hewan dalam Hubungannya dengan Penyakit
KESIMPULAN DAN SARAN DARMONO dan S. BAHRI, 1989. Defisiensi Cu dan Zn pada
sapi di daerah Transmigrasi Kalimantan Selatan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Penyakit Hewan 21(38): 128 – 131.
mineral tembaga mempunyai peranan yang sangat DARMONO. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran.
penting dalam kelangsungan hidup hewan, bila Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam.
kekurangan maupun kelebihan kadar tembaga dalam Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta,
tubuh hewan akan menyebabkan penyakit. Oleh sebab 10430: 109 – 111.
itu, status mineral tembaga harus selalu diperhatikan DARMONO. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk
dan pemberian mineral tembaga ke dalam pakan harus Hidup. Penerbit Universitas Indonesia (UI Press),
tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing Jakarta. 10430: 55 – 56, 65 – 69.
ternak/hewan untuk mencegah terjadinya defisiensi DAVIS, G.K. and W. MERTZ. 1987. Copper. In: Trace
atau keracunan. Elements in Human and Animal Nutrition. M ERTZ, W.
(Ed.) Academic Press, Inc. San Diego, CA. pp. 301 –
364.
DAFTAR PUSTAKA
ENGLE, T.E., V. FELLNER and J.W. SPEAR. 2001. Copper
status, serum, cholesterol, and milk fatty acid profile
AHMED, M.M.M., I.M.T. FADLALLA and M.E.S. BARRI. 2002.
in Holstein cows fed varying concentrations of
Tropical Anim. Health and Prod. 34(1): 75 – 80. copper. J. Dairy Sci. 84(10): 2308 – 2313.
ANGGORODI, R. 1980. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT HEMKEN, R.W., T.W. CLARK and Z. DU. 1993. Copper: Its
Gramedia, Jakarta. (2): 114 – 117. role in animal nutrition. In: Biotechnology in the
BAKER, D.H., J. ODLE, M.A. FRANK and T.M. WIELAND. Feed Industry. LYONS, T. (Ed.). Altech Technical
1991. Bioavailability of coppr in cupric oxide and in a Publications, Nicholasvile, KY. pp. 35 – 39.
copper-lysine complex. Poult. Sci. 70: 177. HILL, C.H. and G. MATRONE. 1970. Chemicals parameters in
BARTIK, M. and A. PISKAC. 1981. Veterinary Toxicology. the study of in vivo and in vitro interactions of
Elservier Publishing Co., New York. 105 – 106. transition elements. Fed. Proc. 29: 1474 – 1481.
BLOOD, D.C. and J.A. HENDERSON. 1974. Veterinery INOUE, Y., T. OSAWA, A. MATSUI , Y. ASAI, Y. MURAKAMI, T.
th MATSUI and H. YANO. 2002. Changes of serum
Medicine. 4 Ed. Balliere Tindal, London. 86.
mineral concentration in horses during exercise.
BOSTWICK, J.L. 1982. Copper toxicosis in sheep. J. Am. Vet. Asian Aust. J. Anim. Sci. 15(4): 531 – 536.
Med. Ass. 180(4): 386 – 387.
JOHNSON, L.R. and T.A. ENGLE. 2003. The effects of copper
BREMER, I. and J.K. CAMPBELL. 1978. Effect of copper and source and concentration lipid metabolism in growing
zinc status on suspectibility to cadmium intoxication. and finishing angus steers. Asian Aust. J. Anim. Sci.
Environ. Health Perspec. 25: 125 – 128. 16(8): 1131 – 1136.
BROWN, L. and J.R. EUDENE. 1981. Chemistry. The Central LEE, J., D.G. MASTER, C.L. WHITE, N.D. GRACE and G.J.
Science. Prentice-Hall Inc. 2: 148 – 149. JUDSON. 1999. Current issues in trace element
BURNS, M.J. 1981. Role of copper in physiological process. nutrition of grazing livestock in Australia and New
Auburn Vet. J. 38(1): 12 – 13. Zealand. Aust. J. Agric. Res. 50(8): 1341 – 1354.
CHOOI, K.F., R.I. HUTAGALUNG and W.E. WAN MOHAMED. MCMURRY, J. and C.M. ROBBERT. 2001. Chemistry.
1988. Copper toxicity in sheep fed oil palm by Presentice Hall Inc. New Jersey. pp. 155 – 156.
products. Aust. Vet. J. 65(5): 11 – 12. MERTZ, W. 1981. The essential trace elements. Science 213:
CHOWDHURY, B.A. dan R.K. CHANDRA. 1987. Biological and 1332 – 1338.
health implication of toxic heavy metals and essential OSHEIM, D.L. 1983. Atomic absorption determination of
trace element intractions. Progress in Food and serum copper, collaborative study. J. Assoc. Off.
Nutrition Sci. 28: 55 – 113. Anal. Chem. 66(5): 1140 – 1142.
CLARK, T.W., Z. XIN, R.W. HEMKEN and R.J. HARMON. PARADA, R.S., S. GONZALES and E. BERQUEST. 1987.
1993b. A comparing copper sulphate and copper Industrial pollution with copper and other heavy
oxide as copper sources for the mature ruminant. J. metals in a beef cattle ranch. Vet. Hum. Toxicol.
Dairy Sci. 76 (Suppl. 1): 318 (Abstr.). 29(2): 122 – 126.
CLARK, T.W., Z. XIN, Z. DU and R.W. HEMKEN. 1993a. A
field trial comparing copper sulphate, copper PETERING, H.G. 1980. Some observations on the interaction
proteinate and copper oxide as copper sources for of zinc, copper and iron metabolism in lead and
beef cattle. J. Dairy Sci. 76 (Suppl. 1): 334 (Abstr.). cadmium toxicity. Environ. Health Perspect. 25: 141
CROMWELL, G.L., T.S. STAHLY and H.J. MONEGUE. 1989. – 145.
Effects of sources and level of copper on performance POCINO, M., L. BAUTE and J. MALAVE. 1991. Influence of the
and liver copper strores in weanling pigs. J. Anim. oral administration of excess copper on the immume
Sci. 67: 2996 – 2998. response. Fundamental App. Toxicol. 16(2): 249 –
256.
98
WARTAZOA Vol. 17 No. 2 Th. 2007
RANDHAWA, C.S., S.S. RANDHAWA and N.K. SOOD. 2002. THOMAS, C. and P.S. OATES. 2003. Copper deficiency
Effect of molybdenum induced copper deficiency on increases iron absorption in the rat. American J.
peripheral blood cells and bone marrow in buffalo Physiol. 285(5): 789 – 795.
calves. Asian Aust. J. Anim. Sci. 15(4): 509 – 515.
TOKARNIA, C.H., J. DOBEREINER, P.V. PEIXOTO and S.S.
SANDSTEAD, H.H. 1982. Copper bioavailability and MORAES. 2000. Outbreak of copper poisoning in
requirements. Am. J. Clin. Nutr. 35: 839 – 842. cattle fed poultry litter. Vet. Hum. Toxicol. 42(2): 92
– 95.
SCOTT, M.T., M.C. NESHEIM and R.J. YOUNG. 1976. Nutrition
of the Chickens. Ithaca. N.Y. 3: 335. UNDERWOOD, E.J. 1978. Interaction of trace elements. In:
Toxicity of Heavy Metals in The Environment part 2.
SHARMA, M.C., S. RAJU, C. JOSHI, H. KAUR and V.P.
OEHME (Ed.). Marcel & Decker Inc. N.Y. pp. 641 –
VARSHNEY. 2003. Studies on serum micro-mineral,
667.
hormone and vitamin profile and its effect on
production and therapeutic management of buffaloes YOST, G.P., J.D. ARTHINGTON, L.R. MCDOWELL, F.G.
in Haryana State of India. Asian Aust. J. Anim. Sci. MARTIN, N.S. WILKINSON and C.K. SWENSON. 2002.
16(4): 519 – 528. The effect of copper source and level on the rate and
extent of copper repletion in Holstein heifers. J. Dairy
SPEARS, J.W. 1999. Reevaluation of the metabolic essentiality
Sci. 85(12): 3297 – 3303.
of the minerals. Asian Aust. J. Anim. Sci. 12(6): 1002
– 1008.
STOLTZ, D.R., DARMONO, ISMAWAN, GUNAWAN and R.B.
MARHALL. 1985. Bovine copper deficiency in
rd
Indonesia. Proc. 3 Animal Science Congress. Asian
Aust. Assoc. Animal Prod. Soc. Seoul. (1): 531 – 533.
99
Vol. 1, No. 1, Juli 2012 VetMedika J Klin Vet
2
Vol. 1, No. 1, Juli 2012 VetMedika J Klin Vet
16
14
12
8
10
Jumlah 8 mixed breed
pure breed
12
6
4
7
2
2
1
0
s m all m edium large
Breed
retriever, Cairn terrier, Scottish terrier, Basset dibanding pakan komersial. Pakan
Hound, Cavalier King Charles Spaniel, homemade yang lebih murah dibanding pakan
English Bulldog, Pug, Dalmatian, Cocker komersial dipilih karena alasan ekonomi. Pakan
Spaniel, Longhaired Dachshund, Beagle, homemade mengandung karbohidrat yang
dan beberapa bangsa anjing besar berambut tinggi, dimana bahan utamanya adalah nasi.
panjang (Diez dan Nguyen, 2007). Pada Karbohidrat yang tinggi dalam pakan
penelitian ini anjing purebred yang mengalami menyebabkan semakin tinggi pula pasokan
obesitas adalah Dachshund, energi yang dihasilkan sehingga kemungkinan
Pug, Miniature Pinscher, Chow-Chow, terjadinya obesitas pada anjing di Surabaya
Golden retriever dan Greyhound. Bangsa semakin tinggi (Triakoso, 2010).
anjing purebreed pada penelitian ini mirip
dengan hasil penelitian terdahulu. Kurangnya aktifitas gerak menyebabkan
Pada penelitian ini ditemukan bangsa anjing lebih berisiko mengalami obesitas
anjing besar, Greyhound, berumur 3 tahun (Budiana, 2003; Diez dan Nguyen, 2006,
mengalami obesitas. Greyhound adalah Lund et al., 2006). Di Surabaya tidak banyak
bangsa anjing besar yang resisten terhadap pemilik anjing yang menyadari akan
obesitas (Diez dan Nguyen, 2006; Diez dan pentingnya mengajak anjing berolahraga
Nguyen, 2007). Greyhound merupakan anjing (exercise). Anjing lebih banyak dikurung di
yang sangat atletis, meskipun tinggal di dalam kandang atau hanya diperbolehkan
tempat dengan lahan sempit, seperti bermain di halaman. Meskipun ada pemilik
apartemen, asalkan mendapatkan exercise yang mengajak anjingnya berolahraga,
yang cukup, anjing ini akan tetap terjaga namun hal itu tidak dilakukan secara rutin.
kondisi tubuh dan bobot badannya. Pada Faktor ini juga meningkat akibat padatnya
areal terbatas, anjing ini relatif tidak aktif di pemukiman dan sempitnya lahan
dalam ruangan atau di halaman yang sempit. menyebabkan anjing tidak punya ruang gerak
Namun masih sulit mengatakan dengan pasti yang cukup. Kurangnya gerak
bahwa faktor lingkungan, termasuk exercise (exercise) meningkatkan risiko anjing
dan nutrisi merupakan faktor yang mengalami obesitas, khususnya bangsa
menimbulkan obesitas pada Greyhound. anjing sedang.
Usia dan jenis kelamin anjing juga
Pemilik anjing di Surabaya lebih berpengaruh terhadap potensi terjadinya
cenderung memberi pakan homemade obesitas pada anjing (Diez dan Nguyen,
DAFTAR PUSTAKA
Budiana, SN. 2003. Anjing Trah Kecil.
Cetakan I. Depok: Penebar Swadaya.
4
Indonesia Medicus Veterinus Januari 2016 5(1) : 61-67
pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637
Kejadian Karang Gigi Pada Anjing Yang Diberi Dog Food
1 2 2
Stefani Sembiring , Putu Gede Yudhi Arjentinia , Sri Kayati Widiastuti
1 2
Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan, Bagian Diagnostik Klinik Veteriner Fakultas
Kedokteran Hewan, Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar, Bali Tlp. (0361)
223791, Faks. 701808. E-mail: stefani.sembiring@gmail.com
ABSTRAK
Permasalahan gigi pada anjing yang sering ditemukan adalah keberadaan karang gigi.
Karang gigi terbentuk biasanya disebabkan oleh pengaruh makanan. Anjing yang diberikan
pakan berupa dog food mungkin saja dapat berpengaruh pada keberadaan karang gigi pada
anjing tersebut. Dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan wawancara dengan pemilik
anjing untuk mengetahui riwayat medis dari anjing, yaitu umur, ras, dan juga memastikan
bahwa sejak lahir memang diberi pakan berupa dog food kering. Pengamatan dilakukan pada
30 anjing yang terdiri dari 16 ekor anjing jantan dan 14 ekor anjing betina yang diberikan
pakan dog food kering selama 1-2 tahun. Dari hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa dari
30 ekor anjing yang diamati, 24 ekor anjing positif menunjukan adanya karang gigi, enam
ekor anjing tidak menunjukkan adanya karang gigi. Dari 24 ekor anjing yang menunjukkan
positif memiliki karang gigi, delapan ekor anjing memiliki tingkat karang gigi yang parah
dan 16 ekor anjing memiliki tingkat karang gigi yang ringan. Predileksi karang gigi anjing
paling banyak ditemukan secara berurutan pada caninus, premolar 4, molar 1 dan molar 2
terutama pada bagian maksila. Presentase kejadian karang gigi pada anjing yang diberi dog
food kering adalah sebanyak 80%.
ABSTRACT
Dental problems in dog are often found is the presence of tartar. Tartar is perfomed is
usually cause by the influence of food. In this research first conducted interviews with dog
owners to know the medical history of the dog, age, race, and also ensure that from the birth
was fed a dry dog food. This study aims to determine the presence of tartar in dogs which fed
dry dog food. Observations were made on 30 dogs consisting of 16 male dogs and 14 female
dogs which fed dry dog food for 1-2 years. From the observations that the result obtained
from the observed 30 dogs, 24 dogs showed positive have tartar, six dogs showed no have
tartar. The 24 dogs that showed positive have tartar, eight dogs had severe tartar levels and 16
dogs had tartar rate slightly. Of the 30 dogs fed dry dog food there are as many as 24 dogs
have tartar and 6 dogs no have tartar. Predilection for dog tartar most commonly found in
caninus, 4 premolar, molar 1 and molar 2, especially in the maxilla. Precentage of tartar in
dog feeding dog food are 80%.
61
Indonesia Medicus Veterinus Januari 2016 5(1) : 61-67
pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637
PENDAHULUAN
Anjing adalah mamalia yang telah mengalami domestikasi dari serigala sejak 15.000
tahun yang lalu atau sudah sejak 100.000 tahun yang lalu berdasarkan bukti genetik berupa
penemuan fosil dan tes DNA. Penelitian genetika telah berhasil mengidentifikasi 14 ras
anjing kuno, diantaranya, Chow Chow, Sharpei, Akita, Shiba dan Basenji merupakan ras
anjing yang tertua. Teori yang mengatakan anjing berasal dari Asia mungkin bisa dipercaya
karena sebagian besar dari 14 ras anjing kuno berasal dari Cina dan Jepang (Savolainen et al.,
2002). Memiliki hewan peliharaan bagi sebagian manusia merupakan kepuasan tersendiri.
Ada banyak jenis hewan yang bisa dijadikan peliharaan, salah satunya adalah anjing. Anjing
mendapat julukan sebagai sahabat terbaik manusia karena memiliki kesetiaan dan pengabdian
kepada majikannya (Halim, 2012).
Hewan perlu makan dalam melangsungkan kehidupannya dan gigi merupakan alat
prehensi utama dalam mengambil makan. Gigi adalah bagian keras yang terdapat di dalam
mulut. Berdasarkan penggolongan makanannya, anjing tergolong hewan karnivora yaitu
hewan pemakan daging. Anjing memiliki empat jenis gigi, yaitu gigi seri (incisivus), gigi
taring (caninus), geraham depan (premolar) dan geraham belakang (molar). Gigi incisivus
berfungsi untuk memotong makanan, gigi caninus digunakan untuk menyobek makanan,
gigi premolar untuk menyobek dan membantu menggiling makanan sedangkan gigi molar
untuk mengunyah dan menggiling makanan (Hale, 1997).
Dalam melangsungkan kehidupannya anjing perlu makan. Proses perjalanan makanan
akan memasuki rongga mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus
(Iptika, 2013). Permasalahan gigi pada anjing yang sering ditemukan adalah keberadaan
karang gigi atau tartar. Karang gigi merupakan suatu masa yang mengalami kalsifikasi yang
terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi dan objek solid lainnya di dalam mulut
(Colin, 2006). Karang gigi berwarna kuning, cokelat, dan hitam (Carranza et al., 2006).
Menurut penelitian Kusumawati (2014), semakin tua umur anjing maka gigi akan berwarna
lebih gelap dan lebih tebal dibandingkan anjing yang berumur lebih muda. Oleh sebab itu
keadaan mulut yang buruk, misalnya gigi yang rusak akibat terganggunya fungsi dan
aktivitas rongga mulut akan mempengaruhi status gizi serta akan mempunyai dampak pada
kualitas hidup (Ratmini et al., 2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya karang gigi pada anjing adalah cara
pemeliharaan gigi anjing dan jenis pakan yang diberikan jenis pakan basah. Pakan basah
memiliki konsistensi lembek sehingga mudah lengket pada permukaan gigi akibatnya
62
Indonesia Medicus Veterinus Januari 2016 5(1) : 61-67
pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637
memicu terbentuknya plak dan karang gigi. Karang gigi bersama saliva menghasilkan iritasi
mekanik dan gangguan pengunyahan sehingga hewan kesulitan makan. Kondisi selanjutnya
dapat menyebabkan penyakit periodontal, seperti gingivitis dan karies. Pembentukan karang
gigi pada anjing tanpa membedakan ras mereka (Lavy, 2012). Keberadaan karang gigi dapat
memengaruhi status kesehatan anjing. Apabila karang gigi tidak diatasi maka akan
menimbulkan bau tidak sedap dari mulut (halitosis) sebagai akibat pembusukan bakteri di
karang gigi sehingga anjing menjadi gelisah. Aktivitas bakteri di antara gusi dan gigi
tersebut menyebabkan struktur perlekatan gusi dan gigi menjadi lemah (Zambori et al.,
2012). Penyakit periodontal terjadi pada semua mamalia dan merupakan umum dan kondisi
yang berpotensi serius. Penyakit periodontal dapat memengaruhi kondisi gigi atau jaringan
mulut lainnya (Bell, 1965).
Dog food merupakan pakan olahan anjing. Dog food diberikan pada anjing sebagai
sumber nutrisi. Jika anjing diberikan pakan berupa dog food diduga dapat berpengaruh pada
ada atau tidaknya karang gigi pada anjing tersebut, mengingat struktur dog food yang renyah,
mudah dihancurkan (lembek) bila dicampur dengan air, kering dan juga empuk, contohnya
sisa dari dog food akan menempel pada gigi anjing. Sisa pakan yang menempel tersebut akan
menyebabkan karang gigi.
METODE PENELITIAN
Objek dalam penelitian ini adalah 30 ekor anjing lokal maupun ras yang berpemilik,
belum pernah discalling, berumur 1 tahun sampai 2 tahun, berjenis kelamin jantan dan betina
serta diberikan pakan berupa dog food kering.
Anjing direstrain dengan restrain fisik atau kimia. Mulut anjing dibuka untuk melihat
gigi-giginya dan didokumentasikan menggunakan kamera. Pengamatan dilakukan pada 30
anjing yang terdiri dari 16 ekor anjing jantan dan 14 ekor anjing betina yang diberikan pakan
dog food kering selama 1-2 tahun. Dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan wawancara
dengan pemilik anjing untuk mengetahui riwayat medis dari anjing, yaitu umur, ras, dan juga
memastikan bahwa sejak lahir memang diberi pakan berupa dog food kering. Selanjutnya,
diperhatikan karang gigi anjing tersebut. Hasil penelitian lalu dicatat pada formulir
pengamatan karang gigi pada anjing dan didokumentasikan.
63
Indonesia Medicus Veterinus Januari 2016 5(1) : 61-67
pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan yang diperoleh bahwa dari 30 ekor anjing yang diamati, 24 ekor
anjing positif menunjukkan adanya karang gigi, 6 ekor anjing tidak menunjukkan adanya
karang gigi. Dari 24 ekor anjing yang menunjukkan positif memiliki karang gigi, 8 ekor
anjing memiliki tingkat karang gigi yang parah dan 16 ekor anjing memiliki tingkat karang
gigi yang ringan.
Gambar A Gambar B
Gambar C Gambar D
Gambar E Gambar F
Gambar 3. Keberadaan Karang Gigi Pada Anjing Yang Diberi Dog Food
kiri. 64
Indonesia Medicus Veterinus Januari 2016 5(1) : 61-67
pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637
65
Indonesia Medicus Veterinus Januari 2016 5(1) : 61-67
pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637
plak dan karang gigi. Anjing yang tergolong dolichocephalic memiliki kepala yang sempit
dan memanjang sehingga gigi atas dan bawah menggunting atau menutup sehingga jarak
antar gigi tidak sepadat pada tipe brachycephalic dan measaticephalic.
Tipe brachycephalic yang menunjukkan keberadaan karang gigi antara lain anjing
Shitzhu, Peking dan Pom yang memiliki karang gigi pada bagian maksila. Tipe
mesaticephalic yang menunjukkan keberadaan karang gigi antara lain anjing Golden
Retriever, Terrier, dan Pitbull yang ditemukan memiliki karang gigi pada bagian maksila.
Tipe dolicephalic yang menunjukkan keberadaan karang gigi antara lain anjing Siberian
Husky yang ditemukan memiliki karang gigi pada bagian maksila. Hasil tersebut sesuai
dengan yang dilaporkan oleh Hawkins (1997) bahwa distribusi predileksi karang gigi tersebut
dipengaruhi oleh anatomi bentuk kepala, yang terdiri dari brachycephalic, mesaticephalic dan
dolichocephalic. Predileksi karang gigi juga dapat dipengaruhi oleh kebiasaan anjing
mengunyah pakan baik pada premolar maupun molar kanan dan kiri.
SIMPULAN
Dari 30 anjing yang diberi dog food kering terdapat sebanyak 24 anjing memiliki
karang gigi dan 6 anjing yang tidak memilik karang gigi. Presentase keberadaan karang gigi
pada anjing yang diberi dog food kering adalah sebanyak 80%. Predileksi karang gigi anjing
paling banyak ditemukan pada caninus, premolar 4, molar 1 dan molar 2 terutama pada
bagian maksila.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh jenis pakan dalam
terbentuknya karang gigi. Saran bagi pemilik anjing agar memperhatikan kesehatan mulut
anjing terhadap keberadaan karang gigi terutama pada anjing yang diberi dog food kering.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rumah Sakit Hewan Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Udayana, Michael Fame, drh. Maria Pristy Yunikawati, James Pello dan
Taman Bali Kennel, atas segala bantuan dan kerjasama dalam menyelesaikan penelitian ini.
66
Indonesia Medicus Veterinus Januari 2016 5(1) : 61-67
pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637
DAFTAR PUSTAKA
Bell AF. 1965. Dental disease in the dog. J Small Anim Pract 6 : 421-428.
th
Carranza FA, Newman MG, Takei HH. 2006. Clinical Periodontology 9 ed. WB Saunders
Company. Philadelphia, http://www.pps.unud.ac.id/thesis.pdf. (tanggal akses 19 Desember
2012).
Colin D. 2006. Why Does Supragingival Calculus Form Preferentially on the Lingual urface
of the 6 Lower Anterior Teeth. J Can Dent Assoc 72 (10) : 923–6.
Foster dan Smith. 2011b. The Dog's Mouth: Dental Facts. Foster & Smith Inc,
http://www.peteducation.com. (tanggal akses 10 Desember 2013).
Hale FA. 1998. Dental caries in the dog. Journal of Veterinary Dentistry, 15 : 79–83. Halim
A. 2012. Petmania City 3rd Edition. Intermedia Creative Entertainment. Jakarta.
Hawkins J. 1997. Waltham Basic Canine Dentistry.Waltham USA : California,
http://www.bearscampnewfs.com/health/Waltham%20Center/Basic%20Canine%20D
entistry%20for%20Veterinary%20Hospital%20Staff.pdf
Lavy E, Goldberger D, Friedman M, and Steinberg D. 2012. pH Values and Mineral Content
of Saliva in Different Breeds of Dogs. Israel Journal of Veterinary Medicine, 67 (4),
December.
Kusumawati N, Widyastuti SK, Utama IH. 2014. Karakteristik Karang Gigi pada Anjing di
Denpasar Bali. Indonesia Medicus Veterinus. 2014 3(3) : 223-229. Denpasar.
Ratmini NK, Arifin. 2011. Hubungan Kesehatan Mulut dengan Kualitas Hidup Lansia.
Jurnal Ilmu Gizi, Vol 2 (2), Agustus 2011:139-147. Denpasar.
Savolainen, P; Zhang, Y. P; Luo, J; Lundeburg, J; Leitner, T. 2002. Genetic evidence for an
East Asian origin of domestic dogs. Science Journal 298:1610-1613.
Zambori C, Tirziuq E, Nichita I, Cumpanasoiu, C, Gros, RV, Seres, M., Mladin, B., dan Mot,
D. 2012. Biofilm Implication in Oral Diseases of Dogs and Cats. Anim. Biotechnol.
45: 208.
67