Anda di halaman 1dari 47

TUGAS MATA KULIAH

ELEKTIF HEWAN KESAYANGAN

“Nutrisi pada Anjing”

OLEH

Ni Kadek Devi Cahyani 1609511004


Yohana Cendyka Kartika Dewi G 1609511009
Fiorencia Zefanya 1609511011
Rr Alamanda Ardia Wardana 1609511012
Ni Putu Dyah Giana Paramitha 1609511014
Monica Lewinsky 1609511015
Putu Oka Widyaningsih 1609511017
St. Kholifah Nor Azizati 1609511020
Lilik Dwi Mariyana 1609511027
Ni Putu Nicky Mirahsanti 1609511028
I Gede Dharma Putra 1609511029
Ni Komang Valerie Suriana 1609511030
Putu Risma Oktaviandari 1609511031

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan kuasa-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat waktu.

Tulisan yang berjudul ”Nutrisi pada Anjing ” ini dibuat untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Elektif Hewan Kesayangan, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada :

1. Prof. Dr. Drh. I Ketut Puja, M. Kes. selaku ketua dosen pengampu mata kuliah
Elektif Hewan Kesayangan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas
Udayana yang telah memberikan bimbingan selama proses perkuliahan
berlangsung.

2. Dosen-dosen pengampu mata kuliah Elektif Hewan Kesayangan, Fakultas


Kedokteran Hewan, Universitas Udayana yang juga telah memberikan
bimbingan selama proses perkuliahan berlangsung.

3. Semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kebaikan dari
makalah ini.

Denpasar, 6 Maret 2018

Hormat kami,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Daftar Gambar iv

Daftar Tabel……………………………………………………….. v

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penulisan 2

1.4 Manfaat Penulisan 2

BAB 2. PEMBAHASAN 4

BAB 3. SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan 21

3.2 Saran 21

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Katarak pada Anjing………………………………………….. 10

Gambar.2 Kerusakan gigi pada anjing……………………………………. 11

Gambar: Kerontokan bulu merupakan salah satu defisiensi mineral…….. 18

iv
DAFTAR TABEL
Tabel.1 Standar nutrisi makanan anjing menurut jenis kegiatan…….. 5

Tabel. 2 Kebutuhan Mineral Makro dan Mikro………………………. 15

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk memelihara hewan.
Hewan peliharaan atau hewan kesayangan merupakan hewan yang dipelihara sebagai
teman sehari-hari manusia. Biasanya hewan yang dipelihara akan membentuk sebuah
hubungan dengan pemilikinya yang diakibatkan karena adanya ikatan emosional.
Hubungan tersebut telah banyak diteliti dan terbukti telah memberikan manfaat
positif untuk pemiliknya baik itu dalam hal fisik, psikologis, dan kesejahteraan sosial,
di mana membuat hewan peliharaan akan menjadi suatu kebutuhan yang semakin
penting dalam rumah tangga modern (Chen et al., 2012). Salah satu hewan yang
paling banyak dipelihara oleh masyarakat sebagai hewan kesayangan adalah anjing.
Anjing merupakan salah satu jenis hewan yang dikenal bisa berinteraksi dengan
manusia. Anjing, atau dalam bahasa latinnya disebut dengan Canis familiaris,
memiliki keunikan dalam hubungan antar spesies maupun hubungannya dengan
manusia. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan anjing
oleh manusia sebagai teman berburu (Hatmosrojo dan Nyuwan, 2003). Anjing
memiliki beberapa peranan terhadap manusia, diantaranya sebagai pekerja,
penggembala, pelacak, penuntun tuna netra, pelayan, bahkan ada olahraga anjing
yang memamerkan kemampuan alami mereka. Anjing juga bekerja dan tinggal
bersama manusia dengan banyak peran sehingga mereka digelari teman terbaik
manusia (Panton, 2004). Dalam pemeliharaannya, ada beberapa faktor yang juga
perlu diperhatikan, contohnya adalah faktor kebersihan hewan, faktor kesehatan
hewan, serta faktor pada pakan hewan yang merupakan salah satu faktor yang perlu
mendapat perhatian lebih.
Sama halnya dengan manusia, dalam makanannya hewan juga membutuhkan
berbagai nutrisi untuk membantu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
tubuhnya. Nutrisi merupakan zat yang terkandung dalam suatu pakan. Ada berbagai

1
macam nutrisi yang dibutuhkan oleh hewan, khususnya anjing sebagai hewan
kesayangan, yang meliputi protein, karbohidrat, lemak, serta vitamin-vitamin.
Dari penjabaran di atas, melalui makalah ini penulis ingin menjelaskan tentang
“Nutrisi pada Anjing”, mulai dari pengertian nutrisi itu sendiri hingga jenis-jenis
nutrisi yang dibutuhkan oleh hewan kesayangan, khususnya anjing.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut.
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan nutrisi?
1.2.2 Mengapa nutrisi penting untuk diberikan pada hewan kesayangan
khususnya anjing?
1.2.3 Apa sajakah nutrisi yang diperlukan oleh hewan kesayangan, khususnya
anjing?

1.3 Tujuan Penulisan


Setelah didapatkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai pada
makalah ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Dapat mengetahui yang dimaksud dengan nutrisi.
1.3.2 Dapat mengetahui alasan mengapa nutrisi penting diberikan pada hewan
kesayangan, khususnya anjing.
1.3.3 Dapat mengetahui macam-macam nutrisi yang diperlukan oleh hewan
kesayangan, khususnya anjing.

1.4 Manfaat Penulisan


Setiap suatu tulisan yang dibuat pastilah memiliki manfaat, begitu pula
dengan makalah ini yang memiliki manfaat sebagai berikut.

2
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari dibuatnya makalah ini adalah untuk menambah
ilmu pengetahuan bagi penulis serta pembaca tentang nutrisi yang
diperlukan oleh hewan kesayangan, khususnya anjing.
1.4.2 Manfaat Praktis
Selain manfaat teoritis yang telah dikemukakan di atas, tulisan ini juga
memiliki manfaat praktis yaitu untuk memenuhi tugas akhir semester dari
mata kuliah Elektif Hewan Kesayangan, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Nutrisi
Hewan membutuhkan nutrisi untuk kelangsungan hidupnya. Nutrisi adalah
substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh,
pertumbuhan, dan pemeliharaan kesehatan. Nutrisi didapatkan dari makanan dan
cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh. Hewan membutuhkan nutrisi untuk
kelangsungan hidupnya yaitu untuk bahan bakar (energi kimia) untuk kerja tubuh,
kerangka karbon untuk membuat banyak molekul sendiri, dan nutrien esensial yang
tidak dapat dibuat oleh hewan itu sendiri dari bahan mentah apapun dan harus
didapatkan dari makanan dalam bentuk siap pakai. Kebutuhan nutrisi pada hewan
dibedakan menjadi dua yaitu nutrient essensial dan nutrient non essensial. Nutrient
essensial adalah senyawa kimia yang harus terdapat dalam pakan, seperti vitamin dan
mineral dan juga beberapa asam amino dan asam lemak (kalau tidak ada maka hewan
akan mati ). Nutrient essensial adalah seyawa kimia yang hewan dapat produksi dari
molekul lain.
Nutrisi yang dikandung dalam makanan yang dimanfaatkan oleh tubuh hewan
meliputi nutrisi makro (protein, lemak, karbohidrat), dan nutrisi mikro (vitamin,
mineral). Dari semua sumber nutrisi tersebut, harus terdapat beberapa kandungan
nutrisi agar anjing dapat tumbuh dengan baik. Kelebihan nutrisi juga dihindari karena
dapat mengganggu kesehatan anjing sehingga keseimbangan nutrisi sangat
diperlukan.
Umur anjing akan menentukan kadar gizi dan jenis serta bentuk pakan anjing.
Pembagian umur anjing secara umum ada 3 macam yaitu 0-3 bulan, 4-8 bulan, dan
diatas 8 bulan. Perbedaan umur tesebut akan menentukan jumlah protein yang harus
diberikan atau harus dimiliki pada pakan anjing untuk pertumbuhan. Frekuensi makan
anjing juga berbeda-beda misalnnya anjing berumur 4-8 bulan memerlukan makan
sebanyak 3 kali sehari dengan porsi yang kecil. Anjing berumur diatas 8 bulann
memerlukan makan 2 kali sehari dengan porsi yang normal. Jenis trah anjing akan
mempengaruhi bentuk dan takaran serta gizi pakan, jumlah takaran dan bentuk

4
pakan untuk setiap jenis anjing akan berbeda sesuai dengan berat badan yang
dimiliki. Pakan dibedakan untuk jenis kegiatan yaitu kegiatan sehari-hari, kondisi
sakit, dan untuk kejuaraan. Anjing dewasa umumnya membutuhkan pakan anjing
dengan kandungan protein dan lemak yang sedikit.

Tabel.1 Standar nutrisi makanan anjing menurut jenis kegiatan :


Kegiatan Protein (%) Kisaran protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%)
Tumbuh 32 28-32 15 40
Pemeliharaan 22 22-25 8 50
Kerja keras 34 30-36 20 34
Kerja amat 38 36-45 25 25
keras

Hamil/menyusui 32 25-32 15 40
Usia lanjut 22 15-22 8 50

2.2 Pentingnya Nutrisi bagi Anjing


Pada umumnya semua makhluk hidup membutuhkan nutrisi, sama halnya
dengan anjing. Kulit yang sehat adalah dasar dari rambut yang indah.
Pertumbuhan rambut pada anjing juga dipengaruhi oleh nutrisi. Nutrisi yang
menjadi kunci utama kesehatan kulit adalah asam lemak esensial (Essential fatty
acids). Kekurangan sumber nutrisi akan menyebabkan kondisi abnormal
(kelainan) pada kulit dan rambut. Kelainan tersebut diantaranya yaitu
keratinisasi (sel-sel penyusun kulit menjadi dewasa), perubahan lemak
epidermal (penyusun kulit) dan sebaseus (kelenjar minyak), kulit kering, kulit
bersisik, dan rambut kasar. Anjing yang mengalami defisiensi nutrisi dan tidak
terawat dengan baik merupakan kondisi umum pada anjing yang dipelihara
secara dilepas ( Dibia, 2015). Adapun nutrisi lain yang baik untuk pertumbuhan
kulit dan rambut anjing bisa dicontohkan seperti protein,karbohidrat, asam
lemak, vitamin dan mineral

5
2.3 Nutrisi pada Anjing beserta Sumbernya
2.3.1 Protein
Protein merupakan molekul yang tersusun atas asam amino dalam
suatu rantai yang menentukan sifat alami dan peranan mereka. Asam amino,
berasal dari pemecahan protein makanan di dalam saluran pencernaan yang
kemudian bertindak menyediakan sintesis dasar tubuh akan protein-protein yang
dibutuhkan untuk membangun dan memperbaharui organ-organ dan struktur
organ tubuh, menyampaikan molekul tertentu, mengirim pesan dari satu organ
ke organ lainnya (hormon) dan melawan penyakit (antibodi), serta peranan
lainnya.
Kebutuhan protein anak anjing yang tumbuh secara signifikan lebih
tinggi daripada anjing dewasa. Studi awal menggunakan sumber protein
campuran melaporkan persyaratan protein minimum antara 17% dan 22% dari
metabolisme energi untuk pertumbuhan anjing.
Protein ditemukan dalam bentuk terkonsentrasi pada produk asal
hewan (daging, ikan, produk susu) dan pada beberapa produk asal tumbuhan
(gluten gandum, kacang-kacangan, kapri, kedelai, ragi). Gandum ditambahkan
ke dalam komposisi makanan anjing dan kucing untuk memperkaya protein.

2.3.2 Karbohidrat
Karbohidrat (hidrat dari karbon atau hidrat arang) atau biasa disebut
juga sebagai sakarida (dari bahasa Yunani yang berarti “gula”) adalah senyawa
yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen. Karbohidrat dapat
dibagi menjadi:
1. Karbohidrat Sederhana:
- Monosakarida yaitu jenis karbohidrat yang terdiri dari 1 gugus cincin.
Contohnya adalah glukosa, fruktosa dan galaktosa
- Disakarida yaitu jenis karbohidrat yang terbentuk dari gabungan 2
molekul monosakarida. Contohnya adalah sukrosa dan laktosa

6
2. Oligosakarida
Oligosakarida merupakan gabungan 3 sampai 9 unit dari molekul-molekul
monosakarida.
3. Polysakarida
Polimer yang tersusun dari ratusan hingga ribuan satuan monosakarida yang
dihubungkan dengan ikatan glikosidik. Contohnya adalah pati, glikogen, dan
selulosa
Fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energi. Namun pada anjing
karbohidrat memiliki kadar kebutuhan yang berbanding terbalik dengan protein
dimana jika di dalam pakan anjing telah mengandung protein yang tinggi maka
kebutuhan karbohidrat hanya diperlukan sedikit, hal ini disebabkan akibat anjig
tidak dapat mencerna karbohidrat secara baik. Apabila dalam pakan anjing
terdpat kadar karbohidrat yang tinggi dapat mengakibatkan bulu kusam, bau
mulut, obesitas hingga diabetes. Namun bila anjing kekurangan karbohidrat
maka anjing mengalami pertumbuhan yang tidak normal, mengurangi angka
kelahiran, dan dapat mengurangi produksi air susu (kolostrum) saat anjing
sedang menyusui. Karbohidrat terdapat pada nasi, kentang, jagung dan susu.
Pada pakan kering anjing biasanya terdapat 30-50% karbohidrat. Seharusnya
anjing hanya memerlukan 14% dari pakannya. Karbohidrat yang tinggi dalam
pakan menyebabkan semakin tinggi pula pasokan energi yang dihasilkan
sehingga kemungkinan terjadinya obesitas pada anjing semakin tinggi
(Triaksono, 2012). Selain pakan susu anjing juga terdapat laktosa yang sudah
memiliki kadar cukup untuk anjing.

2.3.3 Air
Air merupakan keperluan nutrisi yang sangat penting bagi anjing. Air
memiliki fungsi mengatur suhu tubuh anjing. Kebutuhan air yang dibutuhkan
oleh anjing sekitar 40ml/kg berat badan. Jadi kebutuhan air pada anjing
dipengaruhi oleh berat badan anjing yang dihitung. Jenis makanan anjing juga
berpengaruh pada jumlah air yang harus masuk ke dalam tubuh anjing. Anjing

7
yang diberi makanan kering (dry food) membutuhkan air lebih banyak jika
dibandingkan dengan anjing yang selalu diberikan makanan basah (wet food).
Selain itu, makanan yang mengandung bahan yang membuat anjing mudah haus
adalah sodium (garam).
Rutinitas latihan yang dilakukan anjing juga memiliki pengaruh besar
pada jumlah air yang dibutuhkan oleh anjing. Hal terakhir yang harus
diperhatikan adalah cuaca. Musim panas atau panas berlebihan membuat anjing
lebih cepat mengalami dehidrasi.

2.3.4 Lemak
Anjing lebih menggunakan lemak ketimbang karbohidrat untuk
energy. Lemak biasanya diperoleh dari lemak daging dan minyak dari berbagai
jenis tumbuhan dan menyediakan sumber energi cadangan utama. Lemak dapat
mensuplay asam lemak esensial yang tidak bisa dibentuk oleh tubuh anjing serta
lemak juga sebagai pembawa vitamin larut lemak. Asam lemak memiliki peran
dalam struktur sel dan fungsinya. Makanan yang mengandung lemak cenderung
meningkatkan rasa dan tekstur pada makanan anjing.
Asam lemak esensial diperlukan untuk menjaga kulit anjing agar tetap
sehat. Anak anjing yang tidak diberi lemak akan menyebabkan kulitnya kering,
rambutnya kasar, dan adanya lesi yang menyebabkan mudahnya terinfeksi.
Defiesiensi Omega-3 atau salah satu asam lemak esensial bisa menyebabkan
gangguan penglihatan dan penurunan kemampuan berlatih. Defisiensi omega-6
dapat menyebabkan gangguan psikologi pada anjing.

2.3.5 Vitamin
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil
yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme yang tidak
dapat diproduksi sendiri oleh tubuh. Vitamin adalah kofaktor dalam rekasi kimia
yang dikatalisasi oleh enzim.Vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok
besar yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut

8
dalam air. Hanya terdapat 2 vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B dan C,
sedangkan vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E, K
1. Vitamin Larut dalam Lemak
Vitamin larut dalam lemak adalah vitamin yang dapat disimpan dalam
tubuh, dimana setiap vitamin A,D,E,K memiliki peranan yang faali dalam
tubuh. Sebagian besar vitamin larut dalam lemak diabsorsi bersama lipida .
Absorsi ini memerlukan cairan empedu dan pancreas. Vitamin larut dalam
lemak diangkut ke hati melalui sistem limfe sebagai bagian dari lipoprotein,
disimpat diberbagai jaringan tubuh dan biasanya di keluarkan melalui urine
a. Vitamin A (retinol)
Vitamin ini berperan dalam pembentukan indra pengelihatan terutama
dimalam hari dan sebagai salah satu komponen penyusun pigmen mata
di retina. Selain itu vitamin ini juga berperan dalam rangka menjaga
kesehatan kulit dan imunitas tubuh.
 Sifat vitamin A adalah mudah rusak oleh paparan panas, cahaya
matahari dan udara.
 Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin A untuk
anjing antaralain susu dan ikan
 Defisiensi vitamin A dapat mengakibatkan rabun, katarak, infeksi
saluran pernapasan, menurunnya daya tahan tubuh dan kondisi kulit
yang kurang sehat
 Kelebihan asupan vitamin A dapat menyebabkan keracunan pada
tubuh dan apabila kondisi kelebihan vitamin A sudah akut dapat
menyebabkan kerabunan, terhambatnya pertumbuhan,
pembengkakan hati dan iritasi kulit.

9
Gambar.1 Katarak pada Anjing
Sumber : petsocieties.com
b. Vitamin D
Bagian tubuh yang paling yang paling banyak dipengaruhi oleh vitamin
ini adalah tulang. Vitamin D dapat membantu proses metabolism
kalsium dan mineralisasi tulang. Sel kulit akan segera memproduksi
vitamin D saat terkena cahaya matahari
 Sumber makanan banyak ditemukan pada ikan, telur, susu serta
produk olahannya seperti keju
 Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan pertumbuhan tulang kaki
yang tidak normal (betis kaki membentuk huruf O atau X), gigi
akan mudah mengalami kerusakan dan otot mengalami kekejangan.
Penyakit lainnya adalah osteomalasia, yaitu hilangnya unsur
kalsium dan fosfor secara berlebihan. Penyakit ini biasa ditemukan
pada anjing muda, sedangkan pada anjing tua menyebabkan
penyakit osteoporosis, yaitu berkurangnya kepadatan tulang
 Kelebihan vitamin D dapat menyebabkan tubuh mengalami diare,
berkurangnya berat badan, muntah-muntah dan dehidrasi berlebihan

10
Gambar.2 Kerusakan gigi pada anjing
Sumber: pdhbvet.com
c. Vitamin E
Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di
dalam tubuh, mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga
hati. Selain vitamin ini juga dapat melindungi paru-paru anjing dari
polusi udara. Vitamin E juga kerap dijuluki sebagai antioksidan alami
 Sumber makanan dapat ditemukan pada ikan, ayam, kuning telur.

 Defisiensi vitamin E dapat menyebabkan gangguan kesehatan


kesehatan yang fatal bagi tubuh, antara lain kemandulan baik jantan
maupun betina. Selain itu saraf dan otot akan mengalami gangguan
yang berkepanjangan
d. Vitamin K
Vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah
yang baik dan penutupan luka. Selain itu vitamin K juga berperan dalam
sebagai kofaktor enzim untuk mengkatalis reaksi karboksilasi asam
amino asam glutamat
 Sumber vitamin K dapat diperoleh anjing melalui susu dan kuning
telur
 Defisiensi vitamin K dapat berakibat pada pendarahan dalam tubuh
dan kesulitan pembekuan darah saat terjadi luka atau pembekuan
darah

11
2. Vitamin Larut dalam Air
Vitamin larut dalam air adalah vitamin yang hanya dapat disimpan dalam
jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama aliran makanan.Sebaian
besar vitamin larut air merupakan kompone sistem enzim yang banyak terlibat
dalam membantu metabolisme energi. Vitamin larut air biasanya tidak disimpan
dalam tubuh dan dikeluarkan melalui urine dalam jumlah kecil. Oleh sebab itu
vitamin larut air perlu dikonsumsi setiap hari untuk mencegah kekurangan yang
dapat mengganggu fungsi tubuh normal.
Vitamin larut air dikelompokkan menjadi vitamin C dan vitamin B-
kompleks. Vitamin B-kompleks terdiri dari sepuluh faktor yang saling berkaitan
fungsinya didalam tubuh dan terdapat didalam bahan makanan yang hampir
sama. Fungsinya terkait dalam proses metabolisme sel hidup, baik pada
tumbuh-tumbuhan maupun hewan sebagai koenzim dan kofaktor. Macam-
macam vitamin larut air, antara lain:
a. Vitamin C
Vitamin C adalah Kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan
kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah
rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas.
Oksidasi tercepat dengan kehadiran tembaga dan besi. Vitamin C stabil dalam
larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam. Vitamin C adalah vitamin
yang paling stabil. Cara ekstraksi akan mempengaruhi kadar vitamin C sirup
rosella karena sifat-sifat vitamin C yaitu mudah larut dalam air dan rusak oleh
pemanasan. Stabilitas vitamin C dipengaruhi udara dan faktor-faktor lain seperti
pemasakan menurut Ummu Mukaromah (2012)
b. Vitamin B1 (Tiamin)
Istilah Tiamin menyatakan bahwa zat ini mengandung sulfur (tio) dan
nitrogen (amine) Tiamin merupakan Kristal putih kekuningan yang larut dalam
air. Dalam keadaan kering vitamin B1 cukup stabil. Di dalam keadaan larut
Vitamin B1 hanya tahap panas bila berada dalam keadaan asam. Dalam suasana
alkali Vitamin B1mudah rusak oleh panas atau oksidasi.

12
c. Vitamin B2 (Riboflavin)
Dalam bentuk murni, riboflavin adalah Kristal kuning. Riboflavin larut air,
tahan panas, oksidasi dan asam, tetapi tidak tahan alkali dan cahaya terutama
sisnar ultraviolet. Dalam proses Pemasakan tidak banyak yang rusak.
d. Niasin (Asam Nikotinat/vitamin B3)
Niasin adalah istilah jeneric untuk asam nikotinat dan turunanan alamiah
nikotinamida (niasin amida). Niassin merupakan lristal putih yang lebih stabil
dari tiamin dan riboflavin. Niasin tahap terhadap suhu tinggi, cahaya, aam,
alkali, dan oksida.
e. Biotin (Vitamin B8)
Biotin adalah suatu karbon monokarbiksilat terdiri atas cicin imidasol yang
bersatu dengan cincin tetrahidrotiofen dengan rantai samping asam Valerat.
Biotin tahan panas, larut air dan alcohol serta mudah dioksidasi
f. Asam Pantotenat (Vitamin B5)
Asam pantotenat adalah Kristal putih yang larut air, rasa pahit, lebih stabil
dalam keadaan larut daripada kering, mudah terurai oleh asam, alkali dan
panas kering. Dalam keadaan netral asam pantotenant tahan terhadap panas
basah.
g. Vitamin B6 (Piridoksin, Piridoksal, dan Piridoksamin)
Vitamin B6 terdapat di alam dalam tiga bentuk : piridoksin, piridoksal, dan
piridoksamin, Piridoksin hidroklorida adalah bentuk sintetik yang digunakan
sebagai obat. Dalam keadaan difosforilasi, vitamin B6 berperan sebagai
koenzim berupa piridoksal fosfat (PLP) dan piridoksamin (PMP) dalam
berbagai reaksi transminasi.
h. Vitamin B12
Vitamin B12 adalah Kristal merah yang larut air. Warna merah karena
kehadiran kolbath. Vitamin B12 secara perlahan rusak oleh asam encer, alkali,
cahaya dan bahan – bahan pengoksidasi dan perekduksi. Pada pemasakan,
kurang lebih 70% Vitamin B12 dapat dipertahankan. Sionokobalamin adalah

13
bentuk paling stabil dan itu diproduksi secara komersial dari fermentasi
bakteri.

2.3.6 Mineral
Terdapat mineral penting yang dibutuhkan oleh hewan. Mineral
tersebut dapat dibagi menjadi 2 kelompok,yaitu yang disebut dengan mineral
makro dan mineral mikro. Tubuh membutuhkan berbagai macam zat mineral,
secara umum mineral tersebut berguna untuk berbagai macam hal, yaitu:
A. Pertumbuhan dan perbaikan jaringan
- Untuk pembentukan tulang dan gigi serta jaringan tubuh yang sedang
tumbuh.
- Untuk pembentukan rambut, kuku dan tanduk.
- Terdapat dalam jumlah sedikit pada jaringan lunak, walaupun begitu
sangat penting bagi proses kehidupan.
B. Pengatur tubuh atau membantu dalam pembentukan pengatur tubuh.
- Untuk mempertahankan tekanan osmosis cairan tubuh.
- Untuk mempertahankan netralisasi darah dan getah bening agar kerjanya
tetap normal.
- Untuk mempertahankan keseimbangan fisiologis antara berbagai
mineral di dalam darah dan juga penting untuk proses pencernaan.
- Berbagai koenzim yang penting untuk metabolisme di dalam tubuh.

14
Tabel. 2 Kebutuhan Mineral Makro dan Mikro

Mineral makro Persentase (%) Mineral mikro Persentase (%)

Kalsium 3,8 Besi (Fe) 0,2 - 0,8

Fosfor 0,2 Seng 0,1 – 0,2

Kalium 0,2 - 0,35 Tembaga 0,1 – 0,3

Natrium 0,15 - 0,16 Mangan 0,2 - 0,5

Khlor 0,11 - 0,15 Yodium 0,3 - 0,6

Magnesium 0,04 - 0,05 Cobalt 0,02 - 0,1

Selenium 0,07

1. Mineral Makro
Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih
dari 100mg perhari. Mineral yang termasuk dalam mineral makro utama adalah
Calcium (Ca), Magnesium (Mg), Sulfur (S), Kalium (K), Fosfor (P), Clorida
(Cl), dan Natrium (Na). Unsur mineral makro berperan penting dalam aktifitas
fisiologis dan metabolisme tubuh. Mineral makro berfungsi dalam pembentuksn
struktur sel dan jaringan, keseimbangan cairan dan elektrolit dan berfungsi
dalam cairan tubuh baik intraseluler dan ekstraseluler (Darmono,1995).
Mineral-mineral yang termasuk ke dalam makro mineral yaitu:
a. Kalsium (Ca)
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh.
Kalsium ini dibutuhkan untuk: pembentukan tulang, pertumbuhan gigi, produksi
susu, transmisi impuls dalam syaraf, rangsangan otot, pengaturan denyut
jantung, pergerakan otot, pembekuan darah, aktivitas dan stabilitas enzim.
Kekurangan kalsium dapat berakibat:
 Anjing masa pertumbuhan:

- Gangguan pertumbuhan tulang

15
- Tulang panjang tumbuh bengkok (kaki bentuk X atau O)
- Penebalan pada ujung tulang panjang cacat bentuk dan biasanya
terlihat pada kaki depan dan tulang rusuk.
 Pada anjing dewasa:
- Pelunakan tulang panjang sehingga mudah patah.
- Kelumpuhan pada kaki belakang.
- Dapat mengakibatkan kematian.
 Pada anjing pada masa menyusui:
- Gejala dini adalah gemetar dan kejang-kejang, terengah-engah, cepat
lelah, keluar air liur dan mata melotot.
- Suhu badan naik/meninggi.
- Kejadian yang berat akan anjing akan rebah dengan posisi badan dengan
kaki terlihat kaku dan gemetar. Bila sudah rebah dan tidak segera
dirawat maka anjing dapat mati dalam beberapa waktu kemudian.
b. Phosphor (P)
Di dalam tubuh phosphor dideposit di dalam tulang sebagai Ca10 (PO4)
6(OH)2. Phosphor merupakan komponen dari phospholipid yang penting untuk
permealibilitas sel dan komponen lapisan myelin syaraf. Gejala kekurangan
phosphor sama dengan gejala pada kekurangan kalsium. Biasanya apabila
terjadi kekurangan kalsium maka akan terjadi kekurangan phospor juga.
Kebiasaan yang sering aneh ditampakkan oleh anjing yang kekurangan phospor
adalah:
- Menggigit-gigit dinding kandang.
- Kadang-kadang makan tanah dan diikuti dengan muntah-muntah
Kekurangan phosphor dapat berakibat:
 Pada anak anjing:
- Gangguan pertumbuhan tulang atau yang dikenal dengan nama Rachitis.
- Pertumbuhan tulang panjang abnormal yang ditandai dengan kaki
bengkok, sendi tulang tidak teratur, terdapat benjolan pada tulang rusuk.
- Persendian menjadi kaku dan otot-otot lemah.

16
- Dewasa seksual terlambat yang diikuti dengan kawin pertama yang
terlambat.
 Pada anjing dewasa
- Tulang keropos, lunak dan mudah patah atau dikenal dengan nama
osteomalacia/osteoporosis.
- Angka kesuburan terganggu/menurun, sering gagal bunting bahkan pada
kasus parah dapat menimbulkan kemandulan.
c. Magnesium (Mg)
Magnesuim sangat diperlukan untuk: pertumbuhan tulang, transmisi
neuromuskuler, aktivasi enzyme-enzym. 65% magnesium dalam tubuh
berada di tulang dan sepertiganyanya dikombinasikan dengan phosphor (P).
Kekurangan magnesium dapat berakibat:
- Pertumbuhan terganggu dan nafsu makan kurang
- Pertumbuhan tulang tidak sempurna, terdapat benjolan-benjolan pada
sendi.
- Kaki lemah, jalan tidak normal dan posisi kaki abnormal.
- Kaki belakang menelapak pada tanah sebatas sendi.
- Gangguan otot, gemetar, sempoyongan, kejang-kejang dan mudah
kaget.
d. Sulfur (S)
Sulfur merupakan komponen protein, vitamin dan hormon. Sulfur ini
mempunyai fungsi struktural maupun metabolik.
e. Natrium (Na)
Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler. Manfaat
natrium yaitu:
- Menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen ektraseluler.
- Mengatur tekanan osmosis yang menjaga cairan tidak keluar dari darah
dan masuk ke dalam sel.
- Menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh dengan mengimbangi
zat-zat yang membentuk asam.

17
- Berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot.
f. Klorida (Cl)
Klor merupaka anion utama cairan ekstraselular. Konsentrasi klor
tertinggi adalah dalam cairan serebrospinal, lambung dan pancreas. Manfaat
klorida yaitu:
- Berperan dalam memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit dalam
cairan ekstraselular.
- Memelihara suasana asam dan basa dalam lambung sebagai bagian dari
HCL yang diperlukan untuk bekerjasama enzim-enzim pencernaan.
g. Kalium (K)
Kalium merupakan ion yang bermuatan positif yang terdapat dalam sel
dan cairan intraseluler. Kalium berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Sumber utama adalah makana segar atau mentah, terutama buah dan sayur.
Kalium memegang peran penting dalam pemeliharaan keseimbangan cairan
dan elektolit seta keseimbangan asam basa. Dan berperan dalam
pertumbuhan sel.

Gambar.3 Kerontokan bulu merupakan salah satu defisiensi mineral


Sumber: pdhbvet.com

18
2. Mikro mineral yang Diperlukan Anjing
Mikro mineral merupakan unsur mineral lain seperti besi (Fe), iodium (I),
mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), Selenium, dll hanya terdapat dalam
tubuh dalam jumlah yang sangat kecil saja, karena itu disebut mineral mikro
(Spears ,1999). Walaupun dibutuhkan dalam jumlah sedikit di dalam tubuh,
mikromineral ini harus lah tetap dipenuhi. Bila kekurangan mikro mineral ini
akan terjadi pertumbuhan yang terganggu ,kerusakan tulang, depigmentasi
rambut, pertumbuhan abnormal dari rambut, maupun gangguan gastrointestinal,
dan jika kelebihan mineral ini bisa menyebabkan keracunan pada anjing. Maka
dari itu, pentinglah kiranya untuk memenuhi nutrisi ini sesuai porsi yang tepat.
Berikut ini akan diuraikan beberapa mikro mineral yang diperlukan oleh anjing,
diantaranya :
a. Zat besi (Fe) dan Tembaga (Cu)
Anjing memerlukan zat besi sebesar 0,2 – 0,8% setiap harinya,
sedangkan banyaknya tembaga yang dibutuhkan tubuh anjing yaitu 0,1 – 0,3
% (Arifin, Zainal. 2007). Tembaga adalah salah satu unsur mineral yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme, pembentukan hemoglobin dan fisiologik
dalam tubuh hewan (Zainal, 2007) Kedua mineral ini sama – sama membantu
pembentukan tulang dan sel darah merah serta pengaturan enzim - enzim
dalam tubuh anjing. Sumber pakan anjing yang kaya akan zat besi
ditemukan pada hati ayam, dog food, susu induk anjing, dan sayuran
(bayam, kangkung)
b. Mangan
Mangan dibutuhkan sekitar 0,2 – 0,5 % setiap harinya. Mineral ini
membantu pembentukan fungsi hati, otot - otot dan jaringan saraf pada
anjing, menjaga fungsi dan kerja enzim, serta pertumbuhan tulang. Mangan
dapat ditemukan pada dog food, dan telur.
c. Seng
Mineral ini dibutuhkan sekitar 0,1 – 0,2 %. Kandungan seng dalam
pakan anjing bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan rambut anjing,

19
mencegah kerontokan rambut, menjaga kesehatan kulit, dan pembentukan
enzim. Seng dapat ditemukan pada susu, kacang- kacangan, dan dog food.
d. Selenium
Mineral ini diperlukan sekitar 0,07% perharinya. Selenium penting
untuk fungsi kekebalan tubuh dan mengatur kerja hormon tiroid. Selenium
dapat diperoleh dari ikan, daging ayam, dan dog food.
e. Iodium
Mineral ini dibutuhkan sekitar 0,3 – 0,6 perhari. Iodium mempunyai
peranan penting dalam membantu produksi hormon di kelenjar gondok dalam
proses metabolisme tubuh. Pakan yang mengandung iodium antara lain hati,
ikan, telur, dan garam.

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Hewan membutuhkan nutrisi untuk kelangsungan hidupnya. Nutrisi
adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi
normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, dan pemeliharaan kesehatan
3.1.2 Pada umumnya semua makhluk hidup membutuhkan nutrisi, sama
halnya dengan anjing. Anjing yang mengalami kerontokan bulu,
kelainan abnormal pada kulit dan tidak terawat dengan baik merupakan
kondisi umum yang menunjukkan kurangnya asupan nutrisi yang
lengkap
3.1.3 Nutrisi utama yang harus terpenuhi pada anjing diantaranya protein
diperlukan oleh tumbuh dengan jumlah 17% dan 22% dari metabolisme
energi untuk pertumbuhan anjing, karbohidrat diperlukan anjing sekitar
14% dari pakannya, air yang dibutuhkan oleh anjing sekitar 40ml/kg
berat badan, lemak, vitamin (Vitamin larut dalam lemak (A,D,E,K) dan
vitamin yang larut dalam air (B,C) yang sedikit dibutuhkan oleh tubu
serta makro dan mikro mineral
3.2 Saran-saran
Sebagai seorang dokter hewan hendaknya dapat memahami mengenai
nutrisi yang diperlukan oleh hewan kesayangan khususnya anjing sehingga
dapat digunakan sebagai acuan perbaikan kualitas gizi hewan bersangkutan
selain itu pemahaman terhadap nutrisi hewan juga menjadi sebuah acuan
penilaian terhadap kriteria kesejahteraan hewan

21
DAFTAR PUSTAKA

Akhira, Desi., Fahrimal, Yudha., dan Hasan, M. 2013. Identifikasi Parasit Nematoda
Saluran Pencernaan Anjing Pemburu (Canis Familiaris) di Kecamatan Lareh
Sago Halaban Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Medika Veterinaria Vol. 7, No.
3. Banda Aceh.

Almatsier, Sunita.2004. Prinsip Dasar ilmu Gizi. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka
Utama

Anonym. 2010. Your Dog’s Nutritional Needs.


http://dels.nas.edu/resources/staticassets/banr/miscellaneous/dog_nutrition_fina
l_fix.pdf, diakses pada tanggal 5 maret 2018

Arifin, Zainal. 2007. Pentingnya Mineral Tembaga (Cu) Dalam Tubuh Hewan
Dalam Hubungannya Dengan Penyakit. Wartazoa Vol 7 (02) : 93 – 99. Balai
Besar Penelitian Veteriner : Bogor

Case, Linda P, Leighann Daristotle, Michael G. Hayek, and Melody F. Raasch. 2011.
Canine and Feline Nutrition: A Resource for Companion Animal Professionals.
Missouri: Elsevier.

Dale fever.2006.Your dog’s nutrional needs. California : National Research Council

Darmono.1995. Potensi mineral deficiency diseases of Indonesian ruminant livestock.


Erlangga. Jakarta.

Handoko,Tony.2011.Pengaruh Jenis Daging, Jenis Tepung Beras, Dan Rasio Dalam


Formulasi Dan Rheologi Adonan Pakan Anjing.Universitas Katolik
Parahyangan.Bandung

Lin.Shierly.2015.Pentingnya Nutrisi Kulit dan Rambut Pada Anjing. Diakses dari


Artikel Pet & Aquatic Solution pada tanggal 02 maret 2018 pukul 13 : 45

22
http://www.rajapetshop.com/en/news/PENTINGNYA-NUTRISI-KULIT-
DAN-RAMBUT-PADA-ANJING

Panton, A.A. 2004. Waspada Penyakit Zoonosis. Waspada Online.


www.waspada.co.id

Sembirig, Stefani et.all. 2016. Kejadian Krang Gigi pada Anjing yang diberi Dog
Food. Indonesia Medicus Veterinus. pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637

Siwiyanto,Made.2016.Nutrisi Hewan.scribd

Speas, J.W. 1999. Reevaluation of the metabolic essentiality of the minerals. Asian
Aust. J. Anim. Sci. 12(6): 1002 – 1008

Tjahajati, Ida., Asmara, Widya., dan Soebono, Hardyanto. 2007. Pengembangan


Diagnosis Tuberkulosis pada Hewan Kesayangan Anjing Menggunakan Antigen
Spesifik Mycobacterium tuberculosis ESAT-6 dan CFP-10. Jurnal Kedokteran
Brawijaya, Vol. XXIII, No. 2. Malang, Jawa Timur.

Triakoso, Nusdianto dan Isnaini, Fauziah. 2012. Hubungan antara Bangsa Anjing
dengan Obesitas pada Anjing di Surabaya. VetMedika J Klin Vet. Vol. 1, No. 1,
Juli 2012

Ummu Mukaroma, Sri Hetty Susetyorini, Siti Aminah.2012. Kadar Vitamin C, Mutu
Fisik, pH, Mutu Organoleptik sirup rosella berdasarkan cara Ekstraksi. Jurnal
Pangan dan Gizi Vol. 01 tahun 2010
23
WARTAZOA Vol. 17 No. 2 Th. 2007

PENTINGNYA MINERAL TEMBAGA (Cu) DALAM TUBUH HEWAN


DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENYAKIT

ZAINAL ARIFIN

Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl. R.E. Martadinata No. 30, Bogor 16114

(Makalah diterima 4 Januari 2007 – Revisi 7 Juni 2007)

ABSTRAK

Tembaga adalah salah satu unsur mineral mikro yang sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Makalah ini
menguraikan diantaranya adalah yang berkaitan dengan enzim bersama dengan unsur besi (Fe) dalam pembentukan
haemoglobin. Kekurangan tembaga dapat menyebabkan tidak berfungsinya sistem enzim, sehingga sistem metabolisme dan
fisiologi tubuh tidak bekerja secara normal dan menyebabkan gangguan dalam pembentukan darah. Sebaliknya, bila kelebihan
akan menyebabkan toksisitas yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan tubuh. Dari hal tersebut di atas jelaslah bahwa
tembaga berperan penting dalam proses kehidupan, sehingga monitoring konsentrasi tembaga dalam darah sangat penting
dilakukan untuk menjaga kesehatan hewan.
Kata kunci: Tembaga, defisiensi, toksisitas, kesehatan

ABSTRACT

THE IMPORTANCE OF COPPER MINERAL IN ANIMAL BODY RELATING TO ANIMAL DISEASE

Copper is one of the micro elements that has very important roles in the process of body metabolism. Some enzymes are
bound with copper and iron in the formation of blood haemoglobin. Copper deficiency in animal body will cause inappropriate
function of the enzyme system, so that metabolism and physiological systems of the body will not work normally and if copper is
in excess, it will cause toxicity which then destroys body tissues causes troubles in blood formation, Therefore, it is clear that
copper has an important role in the process of living, hence monitoring its concentration in the blood is important to maintain
animal health.
Key words: Copper, deficiency, toxicity, health

PENDAHULUAN terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang cukup besar


dan disebut unsur makro mineral. Sedangkan unsur
Telah lama diketahui bahwa mineral anorganik mineral lain seperti besi (Fe), iodium (I), mangan (Mn),
mempunyai peranan penting dalam kehidupan hewan tembaga (Cu), seng (Zn), kobal (Co) dan flor (F) hanya
maupun makhluk hidup lain. Kandungan zat-zat terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang sangat kecil
mineral dalam tubuh hewan lebih kurang 3 sampai 5 saja, karena itu disebut mineral mikro (M ERTZ, 1981;
persen. Logam pada hewan ternak dikelompokkan SPEARS, 1999) . Tiga elemen lainnya yaitu aluminium
menjadi dua bagian yaitu esensial dan nonesensial. (Al), brom (Br) dan vanadium (Va) telah ditemukan
Logam esensial diperlukan dalam proses fisiologis dalam jaringan hewan. Elemen lainnya yang ditemukan
hewan, sehingga logam dalam kelompok ini merupakan di alam sangat sedikit dan bervariasi jumlahnya dalam
unsur nutrisi yang jika kekurangan dapat menyebabkan jaringan makhluk hidup, juga belum diketahui
kelainanan proses fisiologik yang disebut defisiensi kegunaannya dalam proses biologis. Unsur tersebut
mineral (UNDERWOOD, 1978). Sedangkan kelompok hadir dalam tubuh organisme hidup karena individu
nonesensial adalah kelompok logam yang tidak yang bersangkutan berkontak atau berhubungan dengan
berguna atau belum diketahui kegunaannya dalam lingkungan sekitarnya (UNDERWOOD, 1978).
tubuh hewan, sehinggga hadirnya unsur tersebut lebih
dari normal akan dapat menyebabkan keracunan Tembaga adalah salah satu unsur mineral yang
(ANGGORODI, 1980). sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme,
Unsur-unsur yang terdapat dalam tubuh adalah pembentukan hemoglobin dan fisiologik dalam tubuh
natrium (Na), klor (Cl), kalsium (Ca), fosfor (P), hewan (BURNS, 1981). Tembaga merupakan unsur
magnesium (Mg) dan belerang (S). Unsur-unsur ini mineral yang dikelompokkan ke dalam elemen mikro

93
ZAINAL ARIFIN: Pentingnya Mineral Tembaga (Cu) dalam Tubuh Hewan dalam Hubungannya dengan Penyakit

esensial. Walaupun dibutuhkan dalam jumlah sedikit di berfungsi sebagai katalisator dalam sel. Beberapa
dalam tubuh, namun bila kelebihan akan dapat mineral berikatan dengan protein, sedangkan lainnya
mengganggu kesehatan, sehingga mengakibatkan sebagai ikatan pembentukan komponen siklik antara
keracunan, tetapi bila kekurangan tembaga dalam darah molekul organik dan ion logam (CHOWDHURY dan
dapat menyebabkan anemia yang merupakan gejala CHANDRA, 1987). Selain ikut serta dalam sintesa
umum, akan terjadi pertumbuhan yang terganggu, hemoglobin, tembaga juga merupakan bagian dari
kerusakan tulang, depigmentasi rambut, wool atau enzim-enzim di dalam sel, seperti sebagai kofaktor
bulu, pertumbuhan abnormal dari bulu atau wool, enzim tirosinase di dalam kulit. Di dalam hati, hampir
gangguan gastrointestinal (BARTIK dan PISKAC, 1981; semua tembaga berikatan dengan enzim, terutama
DAVIS dan MERTZ, 1987; DARMONO dan BAHRI, 1989). enzim seruloplasmin yang berfungsi sebagai
Makalah ini menguraikan bahwa tembaga sangat feroksidase dan transportasi di dalam darah (S HARMA et
berperan penting dalam proses kehidupan, ditinjau dari al., 2003). Beberapa peneliti melaporkan bahwa atom
proses metabolisme tubuh, dan aspek aktivator atau tembaga dari seruloplasmin ini tergabung dalam
sebagai pusat katalitik beberapa enzim penting dalam superoksid dismutase, yang tempat sel reseptornya juga
reaksi metabolik, sehingga monitoring kadar tembaga teridentifikasi sebagai seruloplasmin. Setelah terjadi
dalam darah sangat penting dilakukan untuk menjaga penggabungan dalam hati, sejumlah tembaga terlihat
kesehatan hewan. kembali dalam aliran darah dan terikat dengan albumin
(DARMONO, 1995; THOMAS dan OATES, 2003).
BENTUK YANG DIBERIKAN DALAM PAKAN
KEBUTUHAN TEMBAGA BAGI BEBERAPA
Bentuk logam tembaga yang diberikan dengan HEWAN
campuran pakan biasanya berbentuk senyawa garam
tembaga, seperti tembaga sulfat, tembaga oksida, Untuk mencukupi nutrisi mineral tembaga,
tembaga karbonat dan tembaga proteinat. Tembaga biasanya hewan memperoleh dari pakan dan minuman
sulfat dan tembaga oksida sering ditambahkan kepada yang mengandung mineral tembaga yang cukup.
pakan ruminansia (BAKER et al., 1991; JOHNSON dan Mineral tembaga dari pakan biasanya didapat dari
ENGLE, 2003). hijauan untuk ruminansia dan biji-bijian untuk unggas,
Tembaga (Cu) termasuk ke dalam golongan logam tetapi jika rumput/hijauan tumbuh pada daerah yang
berat yang beratnya lebih dari 5 g/cm3, kebanyakan kurang subur/rendah unsur mineral tembaga dalam
tembaga didapat dari proses pertambangan yang tanah, maka kandungan tembaga itu juga berkurang
mengandung logam tembaga dengan proses dalam tanaman sehingga kurang dapat mencukupi
pembakaran dan pencairan. Hasil campuran tembaga kebutuhan tembaga (HEMKEN et al., 1993; LEE et al.,
kasar juga sebagian kecil mengandung logam perak dan 1999). Jumlah tembaga yang dibutuhkan hewan adalah
emas. Dengan proses elektrolitik, logam tembaga sangat sedikit, kurang lebih hanya sepersepuluhnya dari
biasanya dapat dipisahkan dan dimurnikan, sehingga kebutuhan besi, jumlah tersebut merupakan pula jumlah
menjadi logam tembaga murni (BROWN dan EUDENE, yang diperlukan bersama-sama besi untuk mencegah
1981). anemia pada anak babi yang masih menyusui
Molekul CuSO4.5H2O, berbentuk kristal berwarna (CROMWELL et al., 1989). Bila kebutuhan untuk
biru, dan bila dipanaskan pada 100°C dapat tembaga tidak meninggi akibat kelebihan molibdenum
menurunkan 4 molekul air menjadi CuSO 4.H 2O dan atau hal-hal lainnya, maka sejumlah 0,6 mg Cu/kg di
warnanya berubah dari biru gelap menjadi putih kebiru- dalam bahan kering hijauan adalah cukup bagi
biruan. Pada pemanasan 230oC akan berubah menjadi keperluan hewan ternak. Kebutuhan tembaga sehari-
anhydrous tembaga sulfat CuSO4 (anhydrous berarti hari ternyata adalah 50 mg Cu/kg ransum untuk sapi,
tanpa kristal air), berwarna putih tetapi akan menyerap 15 – 20 mg Cu/kg ransum untuk domba dan 150 mg
air sangat tinggi pada penyerapan dan berubah warna Cu/kg bahan kering ransum untuk babi (D AVIS dan
menjadi biru (MCMURRY dan ROBBERT, 2001). MERTZ, 1987; HEMKEN et al., 1993). Badan penelitian
nasional Kanada (National Research Council, NRC)
KEGUNAAN TEMBAGA DALAM TUBUH pada tahun 1980 menentukan jumlah maksimum
kandungan logam dalam pakan untuk dikonsumsi dan
HEWAN
aman bagi hewan adalah 100 mg/kg berat pakan pada
Logam baik logam ringan maupun berat yang sapi, 25 mg/kg berat pakan pada domba, 250 mg/kg
berat pakan pada babi, 300 mg/kg berat pakan pada
esensial sangat berguna dalam tubuh hewan. Hampir
ayam, 800 mg/kg berat pakan pada kuda dan 200
semua mineral esensial baik makro maupun mikro
mg/kg berat pakan pada kelinci.

94
WARTAZOA Vol. 17 No. 2 Th. 2007

PROSES METABOLISME TEMBAGA daerah transmigrasi Kalimantan berdasarkan analisis


serumnya dengan gejala yaitu produksi dan berat badan
Unsur tembaga yang terdapat dalam makanan menurun dan juga ada yang mengalami kemandulan.
melalui saluran pencernaan diserap dan diangkut Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata kandungan
melalui darah. Segera setelah masuk peredaran darah, tembaga dalam serum darah sapi tersebut rendah di
unsur tembaga akan berikatan dengan protein albumin. bawah normal (< 0,5 ug/ml).
Kemudian diantarkan dan dilepaskan kepada jaringan-
jaringan hati dan ginjal lalu berikatan dengan protein FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ABSORPSI
membentuk enzim-enzim, terutama enzim
MINERAL TEMBAGA
seruloplasmin yang mengandung 90 – 94% tembaga
dari total kandungan tembaga dalam tubuh. Ekskresi Metabolisme dan penyerapan tembaga dalam
utama unsur ini ialah melalui empedu, sedikit bersama tubuh hewan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
air seni dan dalam jumlah yang relatif kecil bersama Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi daya
keringat dan air susu. Jika terjadi gangguan-gangguan serap tembaga dalam tubuh hewan adalah penting,
pada rute pembuangan empedu, unsur ini akan karena hal tersebut dapat berguna dalam memperkecil
diekskresi bersama air seni (INOUE et al., 2002). terjadinya defisiensi dan keracunan tembaga. Dalam
monogastrik, kadar seng, zat kapur dan besi yang
PENYAKIT DEFISIENSI TEMBAGA kadarnya tinggi dapat mengurangi penyerapan
tembaga. Seng dapat menghalangi penyerapan tembaga
Defisiensi mineral pada ternak dapat dengan pemindahan tembaga dari suatu protein yang
menimbulkan gejala klinis yang spesifik untuk setiap terdapat di dinding mukosa yang berhubungan dengan
mineral, tetapi kadang-kadang gejala tersebut hampir usus. Zat kapur dengan kadar tinggi dapat mengurangi
mirip, sehingga untuk menentukan diagnosis penyakit penyerapan tembaga dengan meningkatnya pH dari
defisiensi mineral perlu dilakukan analisis kandungan muatan yang berhubungan dengan usus. Besi dan
mineral dalam darah hewan. belerang dapat mengurangi penyerapan tembaga
Untuk menguji status tembaga dalam hewan yang dengan pembentukan sulfida sulfat yang tidak dapat
masih hidup, sampel yang diambil sebaiknya dari larut. Terjadinya interaksi antara unsur-unsur elemen
serum hewan yang hidup. Analisis tembaga dalam yang mempunyai sifat fisik dan kimia yang hampir
serum lebih mudah dilakukan yaitu dengan melarutkan sama, yang akan menyebabkan absorpi terganggu (HILL
serum dengan akuades, kemudian diukur kadarnya dan MATRONE, 1970; CHOWDHURY dan
menggunakan alat spektrometer serapan atom (OSHEIM, CHANDRA, 1987), seperti terjadinya interaksi antara
1983; ENGLE et al., 2001). tembaga, molibdenum dan sulfat. Sulfit yang dibentuk
Defisiensi tembaga dapat menyebabkan anemia oleh mikroba rumen berasal dari sulfat atau sulfur
yang merupakan gejala umum untuk semua spesies dan organik dari pakan. Sulfit kemudian bereaksi dengan
pertumbuhan terhambat. Gejala lainnya yaitu gangguan molibdat membentuk thiomolibdat yang kemudian
pada tulang, kemandulan, depigmentasi pada rambut mengikat tembaga menjadi tembaga tiomolibdat
dan wool, gangguan saluran pencernaan, dan lesi pada (CuMoS4) yang tidak larut dalam air, sehingga tidak
saraf otak dan tulang belakang (M ERTZ, 1981; STOLTZ dapat diabsorpsi oleh usus. Ternak ruminansia terutama
et al., 1985; DAVIS dan MERTZ, 1987; CLARK et al., domba sangat terpengaruh oleh ketidakseimbangan
1993b; AHMED et al., 2002). rasio antara Cu dan Mo daripada ternak nonruminansia,
Ada beberapa penyakit pada hewan akibat karena adanya bakteri di dalam rumen yang dapat
defisiensi tembaga yaitu: terjangkit enzootic ataksia memproduksi sulfida (PETERING, 1980; BURNS, 1981;
dan sering ditemukan di Australia. Penyakit Falling BOTSWICK, 1982; RANDHWA et al., 2002). Terjadinya
disease, dan penyakit Lechsucht merupakan penyakit interaksi antara kadmium dan tembaga adalah sangat
defisiensi tembaga yang menahun akibat dari tanaman- penting, tetapi derajat interaksi tersebut ternyata
tanaman yang kadar tembaganya rendah sehingga bervariasi diantara spesies hewan. Pada domba,
ternak yang digembalakan menderita penyakit tersebut. pemberian kadmium dosis 5 – 15 mg/kg berat pakan
Gejalanya: ternak terhuyung-huyung, sebentar-sebentar dapat menurunkan kadar tembaga dalam hati dan
jatuh, dapat mati seketika. Kasus ini sering terjadi pada limpa, dan dapat menurunkan berat badan, karena
ternak sapi yang mengalami defisiensi tembaga di terganggunya sistem metabolisme unsur mineral
Afrika Selatan, Selandia Baru dan Skotlandia tersebut (UNDERWOOD, 1978; BREMER dan CAMPBELL,
(ANGGORODI, 1980; BARTIK dan PISKAC , 1981). 1978; DARMONO, 1995). Pada domba yang baru disapih
Penyakit ‘sakit garam’ (salt sick) di Florida Amerika diberi ransum mengandung kadmium, terlihat bahwa
Serikat ada hubungannya pula dengan kekurangan kadar tembaga dalam hati, plasma dan seruloplasmin
tembaga. Defisiensi tembaga juga telah dilaporkan sangat menurun (CLARK et al., 1993b). Pada domba
DARMONO dan BAHRI (1989) pada sapi Banpres di bunting yang diberi 3 – 12 mg Cd/kg

95
ZAINAL ARIFIN: Pentingnya Mineral Tembaga (Cu) dalam Tubuh Hewan dalam Hubungannya dengan Penyakit

dalam pakan, kadmium dapat menurunkan kandungan Kondisi normal


tembaga dalam tubuh anaknya yang baru lahir. Hal ini
menunjukkan bahwa transfer tembaga lewat plasenta Sebagian besar kadar tembaga di dalam tubuh
dihambat oleh kadmium (DARMONO, 1995). Kebutuhan makhluk hidup bervariasi, dan dapat diketahui dari
akan tembaga meningkat dengan adanya seng dan serat perbedaan spesies dan perbedaan individu dalam
dalam pakan, yang menghalangi pengangkutan dan spesies. Kadar tembaga dalam jaringan tubuh dari
absorpsi mineral tembaga tersebut dan akan menurun berbagai spesies dapat dilihat pada Tabel 1, yang
dengan adanya protein, yang diduga membantu diambil dari laporan penelitian SCOTT et al. (1976).
absorpsi melalui pembentukan khelat asam amino Kadar tembaga yang paling besar terdapat pada hati
(DARMONO dan BAHRI, 1989; INOUE et al., 2002; sapi yang baru lahir. Dalam semua spesies, jumlah yang
SHARMA et al., 2003). paling besar ditemukan dalam hati, ginjal, rambut dan
otak. Kandungan tembaga secara normal dalam plasma
KERACUNAN darah berkisar antara 0,6 – 1,5 µg/ml (BLOOD dan
HENDERSON, 1974).
Keracunan logam pada makhluk hidup
menyebabkan beberapa akibat yang negatif, tetapi yang Keracunan akut
utama timbulnya kerusakan jaringan. Beberapa logam
mempunyai sifat karsinogenik (pembentukan kanker) Kasus keracunan tembaga akut pada hewan
maupun tetratogenik (salah bentuk organ) (B URNS, kebanyakan terjadi pada waktu pemberian berlebihan
1981). Daya keracunan logam ini dipengaruhi oleh pada campuran mineral (garam tembaga) dan
beberapa faktor yaitu: kadar logam yang termakan, pengobatan yang mengandung preparat tembaga
lamanya mengkonsumsi, umur, spesies, jenis kelamin, (antelmintika). Penggunaan bahan-bahan tersebut yang
kebiasaan makan makanan tertentu, kondisi tubuh, dan tidak tepat malahan dapat membahayakan, terutama
kemampuan jaringan untuk mengkonsumsi logam untuk ternak yang sangat peka terhadap bahan- bahan
tersebut (TOKARNIA et al., 2000). Keadaan kandungan tersebut. Walaupun tembaga merupakan logam berat
tembaga, maupun senyawa tembaga lainnya dalam esensial, kecenderungan untuk menimbulkan keracunan
tubuh dapat digolongkan menjadi 3 bagian yaitu: pada ternak ruminansia terutama domba cukup besar.
kondisi normal, keracunan akut dan keracunan kronis. Diantara hewan lainnya, domba adalah

Tabel 1. Kadar tembaga dalam jaringan dan alat tubuh dari manusia dan berbagai hewan

Spesies Hati Jantung Paru-paru Limpa Ginjal Pankreas Otak Daging Kulit Rambut
Manusia, dewasa 24,9 - - 5,2 17,5 4,3 17,5 - - -
Sapi, dewasa 77,0 15,8 5,3 2,9 19,7 3,8 - - - -
Sapi, baru lahir 470,0 14,8 4,9 4,8 15,7 8,5 - 4,8 - -
Sapi, fetus 262,8 10,4 3,6 5,4 8,5 - - 2,9 2,1 -
Domba, dewasa 236,6 17,9 9,6 5,0 17,8 7,7 - - - -
Kuda, dewasa 14,8 17,6 6,8 3,2 28,9 - - - - -
Babi, dewasa 41,3 14,9 5,3 6,0 21,1 - - - - -
Babi, umur beberapa 232,8 12,8 3,4 6,8 14,7 - - - - -
hari
Anjing, anak 98,2 17,4 6,2 - 14,2 - 8,5 - 9,9 22,7
Kucing, dewasa 25,3 14,4 3,8 - 10,1 - 14,6 2,3 4,2 11,9
Marmot, dewasa 17,0 21,2 9,5 - 19,9 - - - - -
Kelinci, dewasa 9,2 22,3 8,1 - 13,7 - - - - -
Tikus, dewasa 10,0 27,8 9,5 8,1 22,6 - 10,2 3,8 7,3 14,8
Badger, dewasa 21,7 12,8 5,6 3,0 9,4 - 10,8 - 3,2 -
Ayam, dewasa 12,4 14,9 2,4 - 11,7 - - - - 4,9

Diukur dalam ppm berdasarkan berat kering


- = tidak diukur
Sumber: SCOTT et al. (1976)

96
WARTAZOA Vol. 17 No. 2 Th. 2007

hewan yang paling peka terhadap keracunan tembaga serta ginjal dari domba yang mati terhadap kadar Cu
yang di suatu peternakan angka morbiditasnya adalah ampas minyak kelapa sebesar 61 mg Cu/kg, hati
mencapai 5%, tetapi diantara hewan yang sakit angka sebesar 1970 mg Cu/kg dan ginjal sebesar 225 mg
mortalitasnya dapat lebih dari 75%. Keracunan terjadi Cu/kg (SANDSTEAD, 1982; CHOOI et al., 1988).
apabila garam Cu langsung kontak dengan dinding usus
domba sehingga menimbulkan radang (gastro-
enteritis), tinja yang keluar berbentuk cair berwarna DIAGNOSIS
biru-kehijauan, hewan menjadi shock dan akhirnya
mati (PARADA et al., 1987; CHOOI et al., 1988). Gejala Diagnosis logam biasanya dilakukan dengan
yang timbul pada keracunan tembaga akut ini adalah menganalisis sampel dari hewan yang sudah mati atau
mual, muntah-muntah, mencret, sakit perut yang hebat, masih hidup dari bahan pakan yang dimakan. Pada
hemolisis darah, nefrosis, kejang dan akhirnya mati keracunan akut tembaga biasanya dapat dilihat dari
(POCINO et al., 1991) . Pada bahan tanaman yang sudah feses yang berwarna hijau gelap, dan juga dapat
disemprot fungisida atau garam yang mengandung dianalisis kandungan tembaga pada hati hewan tersebut
CuSO4 untuk kontrol cacing parasit dapat sudah mati. Analisis sampel tersebut biasanya lebih
banyak dilakukan dalam keadaan keracunan kronis,
menyebabkan bahaya keracunan akut tembaga (BURNS,
oleh karena itu perlu dilakukan diagnosis awal dengan
1981; YOST, 2002). Pada rataan konsentrasi 115 mg
tembaga dalam setiap kg susu yang diberikan berupa melihat gejala-gejala keracunan kronis, postmortem dan
makanan tambahan dalam bentuk kering dapat sejarah kejadian keracunan pada lingkungan di
menyebabkan keracunan yang sangat mematikan sekitarnya serta analisis serum darah pada hewan yang
terhadap anak kambing muda (ENGLE, 2001). hidup (TOKARNIA et al., 2000).

Keracunan kronis PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

Pada keracunan kronis, tembaga tertimbun dalam Diagnosis dini sangat penting untuk mencegah
hati dan dapat menyebabkan hemolisis. Kejadian perkembangannya lebih lanjut menjadi sirosis hati dan
terjadinya degenerasi neurosis. Untuk mencegah
hemolisis ini disebabkan oleh tertimbunnya H 2O2
terjadinya keracunan krisis hemolisis pada waktu awal
dalam sel darah merah, sehingga terjadi oksidasi dari
kejadian, perlu diberi 50 – 500 mg amonium molibdat
lapisan sel dan akibatnya sel menjadi pecah. Keracunan
dalam pakan setiap hari selama 2 – 3 minggu
kronis juga dapat terjadi pada hewan yang makan
rumput mengandung tembaga tinggi (mungkin (DARMONO, 1995). Garam-garam jilat yang
tercemar pada penyemprotan hama). mengandung 0,25 – 0,5% tembaga sulfat, ternyata
BOSTWICK (1982) melaporkan bahwa keracunan efektif dalam pencegahan gangguan-gangguan pada
tembaga kronis sering terjadi pada domba yang hewan yang digembalakan di daerah yang hijauannya
memakan tanaman yang mengandung tembaga yang miskin akan tembaga. Penambahan garam tembaga
normal (10 – 20 mg Cu/kg berat badan), tetapi sulfat pada ransum dapat digunakan untuk mencegah
kandungan sulfatnya berlebihan atau kandungan kekurangan tembaga dan juga menghindari
molibdatnya rendah. Pada kambing yang baru lahir pertumbuhan aspergilosis pada pakan yang basah
sering terjadi keracunan kronis. Di daerah Australia (TOKARNIA et al., 2000).
Pengobatan meliputi pemberian senyawa- senyawa
Barat, keracunan kronis terjadi pada ternak memakan
pengikat chelating agents, yang biasanya berupa
tanaman Heliotopium enroferum yang mengandung
dimerkaprol (British Anti Lewisite, BAL), Kalsium-
tembaga dan juga mengandung alkaloid hepatotoksik
yang merusak hati. Pada umumnya, akumulasi tembaga Disodium EDTA (CaNa2-EDTA), dan penisilamin, untuk
yang merusak hati dapat disebut keracunan kronik membuang kelebihan tembaga. Namun keuntungan
(DARMONO, 1995). Kasus keracunan Cu telah banyak memakai penisilamin adalah sangat mudah diabsorpsi dari
saluran pencernaan setelah pengobatan per oral. Obat ini
dilaporkan pada domba di Malaysia. Keracunan Cu ini
sering diberikan dalam jangka waktu yang lama untuk
terjadi pada domba yang diberi pakan ampas minyak
pengobatan toksisitas logam yang bersifat kronis, juga
kelapa. Sebanyak 15 ekor domba lokal umur antara 7 –
merupakan obat lanjutan setelah pasien diobati dengan
12 bulan diberi pakan yang mengandung 80 – 90%
ampas lapisan kulit ari dan 10 – 20% ampas minyak CaNa2-EDTA atau BAL melalui suntikan (P OCINO et al.,
kelapa. Setelah 4 – 5 bulan, 3 ekor domba menderita 1991; DARMONO, 2001). Pengobatan defisiensi tembaga
biasanya diberikan garam tembaga seperti tembaga sulfat
anoreksia, lemah dan akhirnya mati. Hasil analisis
untuk pencegahan defisiensi tembaga (YOST et al., 2002).
pakan limbah minyak kelapa tersebut dan organ hati

97
ZAINAL ARIFIN: Pentingnya Mineral Tembaga (Cu) dalam Tubuh Hewan dalam Hubungannya dengan Penyakit

KESIMPULAN DAN SARAN DARMONO dan S. BAHRI, 1989. Defisiensi Cu dan Zn pada
sapi di daerah Transmigrasi Kalimantan Selatan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Penyakit Hewan 21(38): 128 – 131.
mineral tembaga mempunyai peranan yang sangat DARMONO. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran.
penting dalam kelangsungan hidup hewan, bila Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam.
kekurangan maupun kelebihan kadar tembaga dalam Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta,
tubuh hewan akan menyebabkan penyakit. Oleh sebab 10430: 109 – 111.
itu, status mineral tembaga harus selalu diperhatikan DARMONO. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk
dan pemberian mineral tembaga ke dalam pakan harus Hidup. Penerbit Universitas Indonesia (UI Press),
tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing Jakarta. 10430: 55 – 56, 65 – 69.
ternak/hewan untuk mencegah terjadinya defisiensi DAVIS, G.K. and W. MERTZ. 1987. Copper. In: Trace
atau keracunan. Elements in Human and Animal Nutrition. M ERTZ, W.
(Ed.) Academic Press, Inc. San Diego, CA. pp. 301 –
364.
DAFTAR PUSTAKA
ENGLE, T.E., V. FELLNER and J.W. SPEAR. 2001. Copper
status, serum, cholesterol, and milk fatty acid profile
AHMED, M.M.M., I.M.T. FADLALLA and M.E.S. BARRI. 2002.
in Holstein cows fed varying concentrations of
Tropical Anim. Health and Prod. 34(1): 75 – 80. copper. J. Dairy Sci. 84(10): 2308 – 2313.
ANGGORODI, R. 1980. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT HEMKEN, R.W., T.W. CLARK and Z. DU. 1993. Copper: Its
Gramedia, Jakarta. (2): 114 – 117. role in animal nutrition. In: Biotechnology in the
BAKER, D.H., J. ODLE, M.A. FRANK and T.M. WIELAND. Feed Industry. LYONS, T. (Ed.). Altech Technical
1991. Bioavailability of coppr in cupric oxide and in a Publications, Nicholasvile, KY. pp. 35 – 39.
copper-lysine complex. Poult. Sci. 70: 177. HILL, C.H. and G. MATRONE. 1970. Chemicals parameters in
BARTIK, M. and A. PISKAC. 1981. Veterinary Toxicology. the study of in vivo and in vitro interactions of
Elservier Publishing Co., New York. 105 – 106. transition elements. Fed. Proc. 29: 1474 – 1481.
BLOOD, D.C. and J.A. HENDERSON. 1974. Veterinery INOUE, Y., T. OSAWA, A. MATSUI , Y. ASAI, Y. MURAKAMI, T.
th MATSUI and H. YANO. 2002. Changes of serum
Medicine. 4 Ed. Balliere Tindal, London. 86.
mineral concentration in horses during exercise.
BOSTWICK, J.L. 1982. Copper toxicosis in sheep. J. Am. Vet. Asian Aust. J. Anim. Sci. 15(4): 531 – 536.
Med. Ass. 180(4): 386 – 387.
JOHNSON, L.R. and T.A. ENGLE. 2003. The effects of copper
BREMER, I. and J.K. CAMPBELL. 1978. Effect of copper and source and concentration lipid metabolism in growing
zinc status on suspectibility to cadmium intoxication. and finishing angus steers. Asian Aust. J. Anim. Sci.
Environ. Health Perspec. 25: 125 – 128. 16(8): 1131 – 1136.
BROWN, L. and J.R. EUDENE. 1981. Chemistry. The Central LEE, J., D.G. MASTER, C.L. WHITE, N.D. GRACE and G.J.
Science. Prentice-Hall Inc. 2: 148 – 149. JUDSON. 1999. Current issues in trace element
BURNS, M.J. 1981. Role of copper in physiological process. nutrition of grazing livestock in Australia and New
Auburn Vet. J. 38(1): 12 – 13. Zealand. Aust. J. Agric. Res. 50(8): 1341 – 1354.
CHOOI, K.F., R.I. HUTAGALUNG and W.E. WAN MOHAMED. MCMURRY, J. and C.M. ROBBERT. 2001. Chemistry.
1988. Copper toxicity in sheep fed oil palm by Presentice Hall Inc. New Jersey. pp. 155 – 156.
products. Aust. Vet. J. 65(5): 11 – 12. MERTZ, W. 1981. The essential trace elements. Science 213:
CHOWDHURY, B.A. dan R.K. CHANDRA. 1987. Biological and 1332 – 1338.
health implication of toxic heavy metals and essential OSHEIM, D.L. 1983. Atomic absorption determination of
trace element intractions. Progress in Food and serum copper, collaborative study. J. Assoc. Off.
Nutrition Sci. 28: 55 – 113. Anal. Chem. 66(5): 1140 – 1142.
CLARK, T.W., Z. XIN, R.W. HEMKEN and R.J. HARMON. PARADA, R.S., S. GONZALES and E. BERQUEST. 1987.
1993b. A comparing copper sulphate and copper Industrial pollution with copper and other heavy
oxide as copper sources for the mature ruminant. J. metals in a beef cattle ranch. Vet. Hum. Toxicol.
Dairy Sci. 76 (Suppl. 1): 318 (Abstr.). 29(2): 122 – 126.
CLARK, T.W., Z. XIN, Z. DU and R.W. HEMKEN. 1993a. A
field trial comparing copper sulphate, copper PETERING, H.G. 1980. Some observations on the interaction
proteinate and copper oxide as copper sources for of zinc, copper and iron metabolism in lead and
beef cattle. J. Dairy Sci. 76 (Suppl. 1): 334 (Abstr.). cadmium toxicity. Environ. Health Perspect. 25: 141
CROMWELL, G.L., T.S. STAHLY and H.J. MONEGUE. 1989. – 145.
Effects of sources and level of copper on performance POCINO, M., L. BAUTE and J. MALAVE. 1991. Influence of the
and liver copper strores in weanling pigs. J. Anim. oral administration of excess copper on the immume
Sci. 67: 2996 – 2998. response. Fundamental App. Toxicol. 16(2): 249 –
256.

98
WARTAZOA Vol. 17 No. 2 Th. 2007

RANDHAWA, C.S., S.S. RANDHAWA and N.K. SOOD. 2002. THOMAS, C. and P.S. OATES. 2003. Copper deficiency
Effect of molybdenum induced copper deficiency on increases iron absorption in the rat. American J.
peripheral blood cells and bone marrow in buffalo Physiol. 285(5): 789 – 795.
calves. Asian Aust. J. Anim. Sci. 15(4): 509 – 515.
TOKARNIA, C.H., J. DOBEREINER, P.V. PEIXOTO and S.S.
SANDSTEAD, H.H. 1982. Copper bioavailability and MORAES. 2000. Outbreak of copper poisoning in
requirements. Am. J. Clin. Nutr. 35: 839 – 842. cattle fed poultry litter. Vet. Hum. Toxicol. 42(2): 92
– 95.
SCOTT, M.T., M.C. NESHEIM and R.J. YOUNG. 1976. Nutrition
of the Chickens. Ithaca. N.Y. 3: 335. UNDERWOOD, E.J. 1978. Interaction of trace elements. In:
Toxicity of Heavy Metals in The Environment part 2.
SHARMA, M.C., S. RAJU, C. JOSHI, H. KAUR and V.P.
OEHME (Ed.). Marcel & Decker Inc. N.Y. pp. 641 –
VARSHNEY. 2003. Studies on serum micro-mineral,
667.
hormone and vitamin profile and its effect on
production and therapeutic management of buffaloes YOST, G.P., J.D. ARTHINGTON, L.R. MCDOWELL, F.G.
in Haryana State of India. Asian Aust. J. Anim. Sci. MARTIN, N.S. WILKINSON and C.K. SWENSON. 2002.
16(4): 519 – 528. The effect of copper source and level on the rate and
extent of copper repletion in Holstein heifers. J. Dairy
SPEARS, J.W. 1999. Reevaluation of the metabolic essentiality
Sci. 85(12): 3297 – 3303.
of the minerals. Asian Aust. J. Anim. Sci. 12(6): 1002
– 1008.
STOLTZ, D.R., DARMONO, ISMAWAN, GUNAWAN and R.B.
MARHALL. 1985. Bovine copper deficiency in
rd
Indonesia. Proc. 3 Animal Science Congress. Asian
Aust. Assoc. Animal Prod. Soc. Seoul. (1): 531 – 533.

99
Vol. 1, No. 1, Juli 2012 VetMedika J Klin Vet

Hubungan antara Bangsa Anjing dengan Obesitas


pada Anjing di Surabaya

The Correlation Between Breed and Obesity in Dogs In Surabaya

Nusdianto Triakoso1, Fauziah Isnaini 2


1
Departemen Klinik Veteriner, 2Sarjana Kedokteran Hewan, Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Jalan Mulyorejo Kampus C
Unair Surabaya 60115, e-mail: triakoso@gmail.com

Obesity was characterized by an expansion of adipose tissue leading to increased


bodyweight above the optimal physiological weight. This study used cross sectional
study design to determined the prevalence of obesity in dogs in Surabaya. Risk factors
for obesity was also determined from the following variables : age, breed, gender
including gonadectomy, feeding management including type of food and feeding
frequency. The BCS were assigned by use of a 5-point scale. A BCS of 1 was reported
for thin, 2 for lean, 3 for optimal, 4 for overweight and 5 for obese. The prevalence of
obesity in dogs in Surabaya was 9.09 %. The result shows that the breed of dogs which
have obesity were mixed breed and pure breed include Miniature Pinscher, Dachshund,
Chow-Chow, Greyhound and Golden Retriever. Medium breed dogs have 1.41 times
greater risk to be obese than small and large breed, and purebred has 4.35 times
greater to be obese than mixbreed dogs in Surabaya.

Keywords : breed, Body Condition Scoring, obesity, dogs.

PENDAHULUAN bangsa anjing yang berisiko. Diez dan


Obesitas merupakan suatu kondisi Nguyen (2007) menyatakan bahwa Labrador
patologis ketidakseimbangan antara asupan retriever, Cairn terrier, Scottish terrier, Basset
makanan dan penggunaan energi, sehingga Hound, Cavalier King Charles Spaniel,
peningkatan akumulasi jaringan lemak yang Cocker Spaniel, Longhaired Dachshund,
berlebihan di hati, otot, pulau Langerhans Beagle, dan beberapa bangsa anjing besar
pankreas, dan organ atau bagian tubuh lain berambut panjang mempunyai risiko tinggi
yang terlibat dalam metabolisme (Diez dan mengalami obesitas. Predisposisi bangsa
Nguyen, 2007; Ogden et al., 2007). Seekor anjing terhadap obesitas adalah bagian dari
anjing dianggap mengalami obesitas bila faktor genetik dan terutama rasio lean/massa
berat badannya lebih dari 15% dari berat lemak.
badan optimalnya (Diez dan Nguyen, 2007; Sebaliknya, beberapa bangsa anjing
Zoran, 2007). memiliki resistensi terhadap obesitas,
Faktor-faktor risiko obesitas pada anjing Greyhound dan beberapa bangsa anjing
antara lain bangsa, genetik, usia, jenis penggembala. Namun tercatat juga pada
kelamin, penyakit endokrin, obat-obatan penelitian di Jerman bahwa Anjing Gembala
kontrasepsi, obesitas yang disebabkan obat- Jerman, Poodle dan Boxer mengalami
obatan, kurang olahraga (exercise), pakan obesitas. Hal ini menunjukan faktor-faktor
yang tidak seimbang, jenis pakan dan faktor lokal juga berpengaruh menimbulkan
individu anjing itu sendiri. Faktor-faktor risiko obesitas (Diez dan Nguyen, 2006).
tersebut saling berkaitan menimbulkan Kelebihan asupan energi pada bangsa
obesitas (Diez dan Nguyen, 2006; Diez dan anjing kecil menjadi predisposisi kelebihan
Nguyen, 2007). berat badan dibanding bangsa anjing besar
Bangsa anjing merupakan salah satu (Diez dan Nguyen, 2007). Beberapa
faktor risiko obesitas, namun para peneliti penelitian menyatakan bahwa kelebihan
menemukan perbedaan insidensi pada pasokan energi meningkatkan risiko

VetMedika J Klin Vet 1


terjadinya penyakit gangguan pada saluran campuran (mixed breed). Distribusi bangsa
pencernaan, penyempitan pembuluh darah, anjing yang diketahui mengalami obesitas
penyakit jantung, gangguan pada saluran adalah sebagai berikut: 15 ekor bangsa
respirasi dan beberapa penyakit lainnya. anjing kecil (7 ekor anjing pure breed dan 8
ekor anjing mixed breed), 13 ekor bangsa
anjing sedang (seekor anjing pure breed dan
METODE PENELITIAN 12 ekor anjing mixed breed) dan hanya 2 ekor
Hewan Sampel bangsa anjing besar (2 ekor anjing pure
Jumlah sampel ditentukan menurut breed) yang teridentifikasi mengalami obesitas
Martin et al., (1987). Sejumlah 330 ekor (lihat Gambar 1). Selain itu berdasarkan
anjing yang terdiri atas anjing ras murni ( pure analisis, bangsa anjing sedang lebih berisiko
breed) dan anjing campuran (mixed 1,47 kali mengalami obesitas dibanding bangsa
breed) diperoleh menggunakan teknik Stratified anjing kecil atau besar.
Random Sampling di seluruh area Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
prevalensi obesitas pada bangsa anjing
Metode Penelitian sedang lebih tinggi dibanding prevalensi
Data dan variabel-variabel penelitian pada bangsa anjing kecil dan besar, dan
diperoleh dengan menggunakan kuesioner, bangsa anjing sedang mempunyai risiko
melihat data pemilik dan data anjing yang mengalami obesitas 1,47 kali lebih besar
ada serta melakukan pengamatan langsung dibanding bangsa anjing kecil dan besar.
di lokasi penelitian. Tingkat kegemukan Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
anjing ditentukan dengan menimbang dan peneliti-peneliti sebelumnya.
menentukan Body Condition Scoring (BCS). Pada berbagai bangsa anjing yang ada,
BCS menggunakan 5 grade, 1 untuk sangat beberapa bangsa anjing lebih umum terlihat
kurus, 2 untuk kurus, 3 untuk optimal, 4 untuk kelebihan bobot badan dibanding bangsa
gemuk dan 5 untuk obese (Elliot, 2006). anjing lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
beberapa jenis anjing memiliki
Penelitian ini menggunakan cross kemungkinan secara genetik terkena
sectional study. Prevalensi obesitas obesitas. Nafsu makan yang besar juga
ditentukan menggunakan metode Martin et berpengaruh terhadap obesitas, demikian
al. (1987). Relative risk (RR) digunakan untuk pula dengan perbedaan metabolisme.
mengukur asosasi hubungan obesitas Beberapa individu anjing memiliki persentase
dengan faktor-faktor risiko (Martin et al., lemak tubuh yang lebih tinggi dari pada
1987). Bila RR lebih besar dari 1, faktor anjing dengan bobot badan yang sama
tersebut berhubungan dan meningkatnya (Manktelow, 2006).
risiko terjadi obesitas. RR tidak menentukan Adanya perubahan penggunaan
hubungan kausatif diantara keduanya, (misalnya jenis anjing pekerja menjadi jenis
melainkan asosiasi penyakit dan faktor-faktor anjing peliharaan) mempengaruhi kondisi
penyebabnya. Analisis multivariat dilakukan tubuh dan bobot badan anjing. Perubahan
menggunakan software pengolah data. peruntukan tersebut menyebabkan
perubahan aktifitas gerak yang menjadi lebih
terbatas dan aktifitas makan semakin teratur.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi ini akan menyebabkan semakin
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi meningkatnya kelebihan energi yang
obesitas pada seluruh anjing di Surabaya kemudian dikonversi menjadi lemak dan
adalah 9,09% atau 30 ekor anjing dari 330 menimbulkan obesitas.
ekor anjing yang diperiksa. Sedangkan Pada penelitian ini, anjing purebreed
prevalensi obesitas pada bangsa anjing kecil 4,35 kali lebih berisiko mengalami obesitas
(7,46 %), bangsa anjing sedang (12,04%) dibanding breed campuran (mixed breed).
dan bangsa anjing besar (9,52%). Meskipun peran genetik terhadap obesitas
Berdasarkan data tersebut menunjukkan pada anjing belum sepenuhnya dipahami,
bahwa prevalensi obesitas pada bangsa namun tidak disangkal bahwa genetik juga
anjing sedang lebih tinggi dibanding bangsa berperan aktif dalam menyebabkan obesitas
anjing kecil dan bangsa anjing besar. pada anjing (Diez dan Nguyen, 2006).
Sebesar 92,31% bangsa anjing sedang yang Beberapa bangsa anjing yang memiliki risiko
mengalami obesitas adalah anjing ras tinggi terhadap obesitas adalah Labrador

2
Vol. 1, No. 1, Juli 2012 VetMedika J Klin Vet

16

14

12
8
10
Jumlah 8 mixed breed
pure breed
12
6

4
7

2
2
1
0
s m all m edium large
Breed

Gambar 1. Distribusi jumlah obesitas berdasarkan bangsa anjing

retriever, Cairn terrier, Scottish terrier, Basset dibanding pakan komersial. Pakan
Hound, Cavalier King Charles Spaniel, homemade yang lebih murah dibanding pakan
English Bulldog, Pug, Dalmatian, Cocker komersial dipilih karena alasan ekonomi. Pakan
Spaniel, Longhaired Dachshund, Beagle, homemade mengandung karbohidrat yang
dan beberapa bangsa anjing besar berambut tinggi, dimana bahan utamanya adalah nasi.
panjang (Diez dan Nguyen, 2007). Pada Karbohidrat yang tinggi dalam pakan
penelitian ini anjing purebred yang mengalami menyebabkan semakin tinggi pula pasokan
obesitas adalah Dachshund, energi yang dihasilkan sehingga kemungkinan
Pug, Miniature Pinscher, Chow-Chow, terjadinya obesitas pada anjing di Surabaya
Golden retriever dan Greyhound. Bangsa semakin tinggi (Triakoso, 2010).
anjing purebreed pada penelitian ini mirip
dengan hasil penelitian terdahulu. Kurangnya aktifitas gerak menyebabkan
Pada penelitian ini ditemukan bangsa anjing lebih berisiko mengalami obesitas
anjing besar, Greyhound, berumur 3 tahun (Budiana, 2003; Diez dan Nguyen, 2006,
mengalami obesitas. Greyhound adalah Lund et al., 2006). Di Surabaya tidak banyak
bangsa anjing besar yang resisten terhadap pemilik anjing yang menyadari akan
obesitas (Diez dan Nguyen, 2006; Diez dan pentingnya mengajak anjing berolahraga
Nguyen, 2007). Greyhound merupakan anjing (exercise). Anjing lebih banyak dikurung di
yang sangat atletis, meskipun tinggal di dalam kandang atau hanya diperbolehkan
tempat dengan lahan sempit, seperti bermain di halaman. Meskipun ada pemilik
apartemen, asalkan mendapatkan exercise yang mengajak anjingnya berolahraga,
yang cukup, anjing ini akan tetap terjaga namun hal itu tidak dilakukan secara rutin.
kondisi tubuh dan bobot badannya. Pada Faktor ini juga meningkat akibat padatnya
areal terbatas, anjing ini relatif tidak aktif di pemukiman dan sempitnya lahan
dalam ruangan atau di halaman yang sempit. menyebabkan anjing tidak punya ruang gerak
Namun masih sulit mengatakan dengan pasti yang cukup. Kurangnya gerak
bahwa faktor lingkungan, termasuk exercise (exercise) meningkatkan risiko anjing
dan nutrisi merupakan faktor yang mengalami obesitas, khususnya bangsa
menimbulkan obesitas pada Greyhound. anjing sedang.
Usia dan jenis kelamin anjing juga
Pemilik anjing di Surabaya lebih berpengaruh terhadap potensi terjadinya
cenderung memberi pakan homemade obesitas pada anjing (Diez dan Nguyen,

VetMedika J Klin Vet 3


2007). Anjing yang mengalami obesitas rata- Martin, SW., AH Meek dan P Willeberg, 1987.
rata memasuki usia dewasa atau pada akhir Veterinary Epidemiology. Principle and
masa pertumbuhan dan kejadian pada anjing Methods. First edition. Iowa State
betina lebih banyak dibanding anjing jantan University Press/Ames. Iowa. USA.
(Faris, 2010). Dalam studi obesitas, kesemua
faktor di atas saling berkaitan satu dengan Ogden, CL., SZ Yanovski, Carroll dan KM
yang lain (Diez dan Nguyen, 2006). Flegal. 2007. The epidemiology of
obesity. Gastroenterology. 132:2087-
2102.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat Triakoso, N. 2010. Laporan penelitian :
disimpulkan: Prevalensi dan Berbagai Faktor Risiko
1. Prevalensi obesitas pada seluruh anjing Penyebab Obesitas pada Anjing di
di Surabaya adalah 9,09%. Surabaya.
2. Prevalensi obesitas berdasarkan
bangsa anjing di Surabaya pada bangsa
anjing kecil (7,46 %), sedang (12,04%)
dan besar (9,52%).
3. Bangsa anjing sedang berisiko 1,47 kali
lebih besar mengalami obesitas
dibanding bangsa anjing kecil atau
besar.
4. Anjing purebreed berisiko 4,35 kali lebih
besar mengalami obesitas dibanding
anjing mixbreed.

DAFTAR PUSTAKA
Budiana, SN. 2003. Anjing Trah Kecil.
Cetakan I. Depok: Penebar Swadaya.

Diez, M and P Nguyen. 2006. The


Epidemiology of Canine and Feline
Obesity. WALTHAM Focus. Volume
16(1):2-8.

Diez, M and P Nguyen. 2007. Obesity :


epidemilogoy, pathophysiology, and
management of the obese dogs.
Encyclopedia of Canine Clinical
Nutrition. 3-26.

Elliot, DA. 2006. Techniques to Assesses


Body Composition in Dogs and Cats.
Waltham Focus. 16(1):6-18.

Lund, M, Elizabeth, Armstrong, P Jane, Kirk,


A Claudia., Klausner, S Jeffry. 2006.
Prevalence and Risk Factors for Obesity
in Adult Dogs from Private US
Veterinary Practices. Intern J Appl Res
Vet Med. Volume 4. No. 2.

Manktelow, P. 2006. Obesity in Dog. Vital Pet


Health. United Kingdom.

4
Indonesia Medicus Veterinus Januari 2016 5(1) : 61-67
pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637
Kejadian Karang Gigi Pada Anjing Yang Diberi Dog Food

(THE PRESENCE OF TARTAR IN DOG FEEDING DOG FOOD)

1 2 2
Stefani Sembiring , Putu Gede Yudhi Arjentinia , Sri Kayati Widiastuti

1 2
Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan, Bagian Diagnostik Klinik Veteriner Fakultas
Kedokteran Hewan, Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar, Bali Tlp. (0361)
223791, Faks. 701808. E-mail: stefani.sembiring@gmail.com

ABSTRAK
Permasalahan gigi pada anjing yang sering ditemukan adalah keberadaan karang gigi.
Karang gigi terbentuk biasanya disebabkan oleh pengaruh makanan. Anjing yang diberikan
pakan berupa dog food mungkin saja dapat berpengaruh pada keberadaan karang gigi pada
anjing tersebut. Dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan wawancara dengan pemilik
anjing untuk mengetahui riwayat medis dari anjing, yaitu umur, ras, dan juga memastikan
bahwa sejak lahir memang diberi pakan berupa dog food kering. Pengamatan dilakukan pada
30 anjing yang terdiri dari 16 ekor anjing jantan dan 14 ekor anjing betina yang diberikan
pakan dog food kering selama 1-2 tahun. Dari hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa dari
30 ekor anjing yang diamati, 24 ekor anjing positif menunjukan adanya karang gigi, enam
ekor anjing tidak menunjukkan adanya karang gigi. Dari 24 ekor anjing yang menunjukkan
positif memiliki karang gigi, delapan ekor anjing memiliki tingkat karang gigi yang parah
dan 16 ekor anjing memiliki tingkat karang gigi yang ringan. Predileksi karang gigi anjing
paling banyak ditemukan secara berurutan pada caninus, premolar 4, molar 1 dan molar 2
terutama pada bagian maksila. Presentase kejadian karang gigi pada anjing yang diberi dog
food kering adalah sebanyak 80%.

Kata Kunci: anjing, karang gigi, dog food

ABSTRACT
Dental problems in dog are often found is the presence of tartar. Tartar is perfomed is
usually cause by the influence of food. In this research first conducted interviews with dog
owners to know the medical history of the dog, age, race, and also ensure that from the birth
was fed a dry dog food. This study aims to determine the presence of tartar in dogs which fed
dry dog food. Observations were made on 30 dogs consisting of 16 male dogs and 14 female
dogs which fed dry dog food for 1-2 years. From the observations that the result obtained
from the observed 30 dogs, 24 dogs showed positive have tartar, six dogs showed no have
tartar. The 24 dogs that showed positive have tartar, eight dogs had severe tartar levels and 16
dogs had tartar rate slightly. Of the 30 dogs fed dry dog food there are as many as 24 dogs
have tartar and 6 dogs no have tartar. Predilection for dog tartar most commonly found in
caninus, 4 premolar, molar 1 and molar 2, especially in the maxilla. Precentage of tartar in
dog feeding dog food are 80%.

Keywords: dog, tartar, dog food

61
Indonesia Medicus Veterinus Januari 2016 5(1) : 61-67
pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637
PENDAHULUAN
Anjing adalah mamalia yang telah mengalami domestikasi dari serigala sejak 15.000
tahun yang lalu atau sudah sejak 100.000 tahun yang lalu berdasarkan bukti genetik berupa
penemuan fosil dan tes DNA. Penelitian genetika telah berhasil mengidentifikasi 14 ras
anjing kuno, diantaranya, Chow Chow, Sharpei, Akita, Shiba dan Basenji merupakan ras
anjing yang tertua. Teori yang mengatakan anjing berasal dari Asia mungkin bisa dipercaya
karena sebagian besar dari 14 ras anjing kuno berasal dari Cina dan Jepang (Savolainen et al.,
2002). Memiliki hewan peliharaan bagi sebagian manusia merupakan kepuasan tersendiri.
Ada banyak jenis hewan yang bisa dijadikan peliharaan, salah satunya adalah anjing. Anjing
mendapat julukan sebagai sahabat terbaik manusia karena memiliki kesetiaan dan pengabdian
kepada majikannya (Halim, 2012).
Hewan perlu makan dalam melangsungkan kehidupannya dan gigi merupakan alat
prehensi utama dalam mengambil makan. Gigi adalah bagian keras yang terdapat di dalam
mulut. Berdasarkan penggolongan makanannya, anjing tergolong hewan karnivora yaitu
hewan pemakan daging. Anjing memiliki empat jenis gigi, yaitu gigi seri (incisivus), gigi
taring (caninus), geraham depan (premolar) dan geraham belakang (molar). Gigi incisivus
berfungsi untuk memotong makanan, gigi caninus digunakan untuk menyobek makanan,
gigi premolar untuk menyobek dan membantu menggiling makanan sedangkan gigi molar
untuk mengunyah dan menggiling makanan (Hale, 1997).
Dalam melangsungkan kehidupannya anjing perlu makan. Proses perjalanan makanan
akan memasuki rongga mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus
(Iptika, 2013). Permasalahan gigi pada anjing yang sering ditemukan adalah keberadaan
karang gigi atau tartar. Karang gigi merupakan suatu masa yang mengalami kalsifikasi yang
terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi dan objek solid lainnya di dalam mulut
(Colin, 2006). Karang gigi berwarna kuning, cokelat, dan hitam (Carranza et al., 2006).
Menurut penelitian Kusumawati (2014), semakin tua umur anjing maka gigi akan berwarna
lebih gelap dan lebih tebal dibandingkan anjing yang berumur lebih muda. Oleh sebab itu
keadaan mulut yang buruk, misalnya gigi yang rusak akibat terganggunya fungsi dan
aktivitas rongga mulut akan mempengaruhi status gizi serta akan mempunyai dampak pada
kualitas hidup (Ratmini et al., 2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya karang gigi pada anjing adalah cara
pemeliharaan gigi anjing dan jenis pakan yang diberikan jenis pakan basah. Pakan basah
memiliki konsistensi lembek sehingga mudah lengket pada permukaan gigi akibatnya

62
Indonesia Medicus Veterinus Januari 2016 5(1) : 61-67
pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637

memicu terbentuknya plak dan karang gigi. Karang gigi bersama saliva menghasilkan iritasi
mekanik dan gangguan pengunyahan sehingga hewan kesulitan makan. Kondisi selanjutnya
dapat menyebabkan penyakit periodontal, seperti gingivitis dan karies. Pembentukan karang
gigi pada anjing tanpa membedakan ras mereka (Lavy, 2012). Keberadaan karang gigi dapat
memengaruhi status kesehatan anjing. Apabila karang gigi tidak diatasi maka akan
menimbulkan bau tidak sedap dari mulut (halitosis) sebagai akibat pembusukan bakteri di
karang gigi sehingga anjing menjadi gelisah. Aktivitas bakteri di antara gusi dan gigi
tersebut menyebabkan struktur perlekatan gusi dan gigi menjadi lemah (Zambori et al.,
2012). Penyakit periodontal terjadi pada semua mamalia dan merupakan umum dan kondisi
yang berpotensi serius. Penyakit periodontal dapat memengaruhi kondisi gigi atau jaringan
mulut lainnya (Bell, 1965).
Dog food merupakan pakan olahan anjing. Dog food diberikan pada anjing sebagai
sumber nutrisi. Jika anjing diberikan pakan berupa dog food diduga dapat berpengaruh pada
ada atau tidaknya karang gigi pada anjing tersebut, mengingat struktur dog food yang renyah,
mudah dihancurkan (lembek) bila dicampur dengan air, kering dan juga empuk, contohnya
sisa dari dog food akan menempel pada gigi anjing. Sisa pakan yang menempel tersebut akan
menyebabkan karang gigi.

METODE PENELITIAN

Objek dalam penelitian ini adalah 30 ekor anjing lokal maupun ras yang berpemilik,
belum pernah discalling, berumur 1 tahun sampai 2 tahun, berjenis kelamin jantan dan betina
serta diberikan pakan berupa dog food kering.
Anjing direstrain dengan restrain fisik atau kimia. Mulut anjing dibuka untuk melihat
gigi-giginya dan didokumentasikan menggunakan kamera. Pengamatan dilakukan pada 30
anjing yang terdiri dari 16 ekor anjing jantan dan 14 ekor anjing betina yang diberikan pakan
dog food kering selama 1-2 tahun. Dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan wawancara
dengan pemilik anjing untuk mengetahui riwayat medis dari anjing, yaitu umur, ras, dan juga
memastikan bahwa sejak lahir memang diberi pakan berupa dog food kering. Selanjutnya,
diperhatikan karang gigi anjing tersebut. Hasil penelitian lalu dicatat pada formulir
pengamatan karang gigi pada anjing dan didokumentasikan.

63
Indonesia Medicus Veterinus Januari 2016 5(1) : 61-67
pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan yang diperoleh bahwa dari 30 ekor anjing yang diamati, 24 ekor
anjing positif menunjukkan adanya karang gigi, 6 ekor anjing tidak menunjukkan adanya
karang gigi. Dari 24 ekor anjing yang menunjukkan positif memiliki karang gigi, 8 ekor
anjing memiliki tingkat karang gigi yang parah dan 16 ekor anjing memiliki tingkat karang
gigi yang ringan.

Gambar A Gambar B

Gambar C Gambar D

Gambar E Gambar F

Gambar 3. Keberadaan Karang Gigi Pada Anjing Yang Diberi Dog Food

A. Tidak ditemukan karang gigi pada sisi

kiri. 64
Indonesia Medicus Veterinus Januari 2016 5(1) : 61-67
pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637

B. Tidak ditemukan karang gigi pada sisi kanan.


C. Ditemukan karang gigi pada premolar 4 pada sisi kiri.
D. Ditemukan karang gigi pada premolar 4 pada sisi kanan.
E. Ditemukan karang gigi pada caninus pada sisi kiri.
F. Ditemukan karang gigi pada caninus dan premolar 4 pada sisi kanan.
Dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan wawancara dengan pemilik anjing
untuk mengetahui riwayat medis dari anjing, yaitu umur, ras, dan juga memastikan bahwa
sejak lahir memang diberi pakan berupa dog food kering. Dari 30 ekor anjing, didapatkan
anjing berumur 1 tahun sampai 2 tahun dan diberi pakan dog food, menunjukkan bahwa 24
ekor memiliki karang gigi dan 6 ekor tidak memiliki karang gigi.
Keberadaan karang gigi pada 30 ekor anjing yang diberikan pakan dog food kering di
daerah Denpasar ditinjau berdasarkan adanya karang gigi pada anjing yang diberi dog food
kering. Pemberian pakan dog food kering ternyata menyebabkan adanya karang gigi. Hal ini
disebabkan oleh sisa makanan yang menempel pada permukaan gigi anjing. Anjing memiliki
warna karang gigi yang didominasi oleh warna kuning tua, cokelat muda, cokelat tua dan
hitam. Hasil tersebut sesuai dengan yang dilaporkan Foster dan Smith (2011b) yang
menyatakan bahwa anjing memiliki warna karang gigi kuning, cokelat dan hitam. Anjing
yang berkarang gigi tebal dapat dipengaruhi oleh jenis pakan campuran yaitu pakan kering
dan basah. Sisa-sisa pakan basah akan mudah menempel pada gigi sehingga memicu
timbulnya karang gigi seperti yang dilaporkan oleh Mahmud (2008).
Predileksi karang gigi juga dibedakan berdasarkan gigi di maksila dan mandibula.
Pada Gambar 3 dapat diketahui bahwa distribusi karang gigi pada caninus, premolar 4, molar
1 dan molar 2 terutama pada maksila daripada mandibula, dan predileksi karang gigi terbesar
adalah pada premolar 4 maksila. Predileksi karang gigi sesuai dengan laporan Foster dan
Smith (2011b) yang menyatakan bahwa karang gigi dapat terkumpul pada semua permukaan
gigi, tetapi ditemukan dalam jumlah terbesar pada gigi premolar maksila dan molar.
Menurut Hawkins (1997) distribusi predileksi karang gigi tersebut dipengaruhi oleh
anatomi bentuk kepala, yang terdiri dari brachycephalic, mesaticephalic dan dolichocephalic.
Tipe brachycephalic adalah anjing yang memiliki tipe bentuk kepala besar dan hidung
pendek, antara lain anjing ras peking, Shitzhu, Pomeranian dan Chihuahua; mesaticephalic
memiliki bentuk kepala yang sedang dan lebar, antara lain Golden Retriever, Pitbull dan
Terrier; sedangkan dolicephalic adalah anjing yang memiliki kepala yang sempit dan
memanjang, antara lain anjing Teckel, Poodle dan Doberman. Pada tipe brachycephalic
memiliki maksila pendek maka sisa-sisa pakan yang ada di mulut cenderung berada di
maksila karena susunan gigi yang lebih sempit sehingga mudah untuk memicu timbulnya

65
Indonesia Medicus Veterinus Januari 2016 5(1) : 61-67
pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637

plak dan karang gigi. Anjing yang tergolong dolichocephalic memiliki kepala yang sempit
dan memanjang sehingga gigi atas dan bawah menggunting atau menutup sehingga jarak
antar gigi tidak sepadat pada tipe brachycephalic dan measaticephalic.
Tipe brachycephalic yang menunjukkan keberadaan karang gigi antara lain anjing
Shitzhu, Peking dan Pom yang memiliki karang gigi pada bagian maksila. Tipe
mesaticephalic yang menunjukkan keberadaan karang gigi antara lain anjing Golden
Retriever, Terrier, dan Pitbull yang ditemukan memiliki karang gigi pada bagian maksila.
Tipe dolicephalic yang menunjukkan keberadaan karang gigi antara lain anjing Siberian
Husky yang ditemukan memiliki karang gigi pada bagian maksila. Hasil tersebut sesuai
dengan yang dilaporkan oleh Hawkins (1997) bahwa distribusi predileksi karang gigi tersebut
dipengaruhi oleh anatomi bentuk kepala, yang terdiri dari brachycephalic, mesaticephalic dan
dolichocephalic. Predileksi karang gigi juga dapat dipengaruhi oleh kebiasaan anjing
mengunyah pakan baik pada premolar maupun molar kanan dan kiri.

SIMPULAN
Dari 30 anjing yang diberi dog food kering terdapat sebanyak 24 anjing memiliki
karang gigi dan 6 anjing yang tidak memilik karang gigi. Presentase keberadaan karang gigi
pada anjing yang diberi dog food kering adalah sebanyak 80%. Predileksi karang gigi anjing
paling banyak ditemukan pada caninus, premolar 4, molar 1 dan molar 2 terutama pada
bagian maksila.

SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh jenis pakan dalam
terbentuknya karang gigi. Saran bagi pemilik anjing agar memperhatikan kesehatan mulut
anjing terhadap keberadaan karang gigi terutama pada anjing yang diberi dog food kering.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rumah Sakit Hewan Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Udayana, Michael Fame, drh. Maria Pristy Yunikawati, James Pello dan
Taman Bali Kennel, atas segala bantuan dan kerjasama dalam menyelesaikan penelitian ini.

66
Indonesia Medicus Veterinus Januari 2016 5(1) : 61-67
pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637
DAFTAR PUSTAKA

Bell AF. 1965. Dental disease in the dog. J Small Anim Pract 6 : 421-428.
th
Carranza FA, Newman MG, Takei HH. 2006. Clinical Periodontology 9 ed. WB Saunders
Company. Philadelphia, http://www.pps.unud.ac.id/thesis.pdf. (tanggal akses 19 Desember
2012).
Colin D. 2006. Why Does Supragingival Calculus Form Preferentially on the Lingual urface
of the 6 Lower Anterior Teeth. J Can Dent Assoc 72 (10) : 923–6.
Foster dan Smith. 2011b. The Dog's Mouth: Dental Facts. Foster & Smith Inc,
http://www.peteducation.com. (tanggal akses 10 Desember 2013).
Hale FA. 1998. Dental caries in the dog. Journal of Veterinary Dentistry, 15 : 79–83. Halim
A. 2012. Petmania City 3rd Edition. Intermedia Creative Entertainment. Jakarta.
Hawkins J. 1997. Waltham Basic Canine Dentistry.Waltham USA : California,
http://www.bearscampnewfs.com/health/Waltham%20Center/Basic%20Canine%20D
entistry%20for%20Veterinary%20Hospital%20Staff.pdf
Lavy E, Goldberger D, Friedman M, and Steinberg D. 2012. pH Values and Mineral Content
of Saliva in Different Breeds of Dogs. Israel Journal of Veterinary Medicine, 67 (4),
December.
Kusumawati N, Widyastuti SK, Utama IH. 2014. Karakteristik Karang Gigi pada Anjing di
Denpasar Bali. Indonesia Medicus Veterinus. 2014 3(3) : 223-229. Denpasar.
Ratmini NK, Arifin. 2011. Hubungan Kesehatan Mulut dengan Kualitas Hidup Lansia.
Jurnal Ilmu Gizi, Vol 2 (2), Agustus 2011:139-147. Denpasar.
Savolainen, P; Zhang, Y. P; Luo, J; Lundeburg, J; Leitner, T. 2002. Genetic evidence for an
East Asian origin of domestic dogs. Science Journal 298:1610-1613.
Zambori C, Tirziuq E, Nichita I, Cumpanasoiu, C, Gros, RV, Seres, M., Mladin, B., dan Mot,
D. 2012. Biofilm Implication in Oral Diseases of Dogs and Cats. Anim. Biotechnol.
45: 208.

67

Anda mungkin juga menyukai