Anda di halaman 1dari 29

IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI

UNTUK MENINGKATKAN BUDAYA BACA


DI SDN KEJAWAN PUTIH I – 243 SURABAYA

OLEH :
SUKANDAR,S.Pd.,M.Pd
NIP. 19641224 198703 1 013

SDN KEJAWAN PUTIH I/243


KECAMATAN MULYOREJO
SURABAYA
PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini,


Nama : SUKANDAR
NIP : 19641224 198703 1 013
Jabatan : Kepala SDN Kejawan Putih I – 243 Surabaya
Judul Best Practice : IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI UNTUK
MENINGKATKAN BUDAYA BACA SISWA DI SDN
KEJAWAN PUTIH I – 243

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Best Practice yang saya serahkan ini benar
benar hasil karya saya sendiri dan bebas plagiat karya orang lain, kecuali secara tertulis
di acu / dikutip dalam naskah dan disebutkan pada daftar pustaka. Apabila di kemudian
hari terbukti Best Practice ini hasil plagiat, saya bertanggung jawab sepenuhnya dan
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Surabaya, 15 Juli 2019


Yang membuat pernyataan

SUKANDAR,S.Pd.,M.Pd
NIP. 19641224 198703 1 013

ii
iii
HALAMAN PERSETUJUAN

IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI UNTUK MENINGKATKAN BUDAYA


BACA DI SDN KEJAWAN PUTIH I – 243 SURABAYA

Diajukan Oleh :

SUKANDAR,S.Pd.,M.Pd
NIP. 19641224 198703 1 013

Disetujui Oleh :
PENGAWAS PEMBINA,

Drs. GATOT PRIYANTO


NIP. 19591208 197907 1 002

iii
ABSTRAK

Sukandar.2019. Implementasi Gerakan Literasi Untuk Meningkatkan Budaya Baca di SDN Kejawan Putih
1-243 Surabaya

Setiap anak yang dilahirkan memiliki potensi yang luar biasa untuk menjadi pribadi
hebat., namun perkembangan pendidikan yang diterima oleh anak atau siswa mulai
usia dini sangat berpengaruh terhadap peningkatan kompetensinya. Oleh karena itu
pendidikan yang terbaik dalam mengiringi tumbuh dan berkembangnya anak menjadi
modal utama dalam kemajuan pendidikan dan pembangunan sumber daya manusia di
masing-masing negara. Salah satu kompetensi yang harus diasah adalah kompetensi
membaca dalam arti literasi yang lebih luas. Indonesia adalah negara yang tingkat
bacanya termasuk masih rendah. Pemerintah dalam hal ini kementerian pendidikan
bertanggung jawab untuk mengupayakan peningkatan melek baca dalam arti literasi
yang lebih luas kepada seluruh warga masyarakat khususnya anak-anak yang dalam
usia pendidikan dasar. Pemerintah telah mencanangkan Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) yang berupa upaya mengharuskan siswa yang belajar mulai pendidikan dasar
dengan membaca selama 15 menit di jam pertama kegiatan belajar-mengajar (KBM).
Kegiatan ini sudah dilaksanakan secara kontinyu di SDN Kejawan Putih I/243 selama
empat tahun yang lalu. Pembiasaan program literasi baca selama 15 menit ini telah
membentuk minat dan budaya baca para siswa. Penataan ruang perpustakaan sekolah
yang menarik, penyediaan sudut baca di setiap kelas, aktif berkegiatan literasi di
sekolah dan di luar sekolah menjadi program unggulan bidang literasi yang sudah
dilaksanakan di SD Kejawan Putih I/243 Surabaya untuk menanamkan budaya baca
dalam arti literasi yang lebih luas.

Keyword : Literasi Sekolah, Budaya Baca

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan bagi kita
semua sehingga best practice ini dapat terselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan

iv
terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan best practice
dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan fakta best practice ini.
Kami mengakui masih banyak kekurangan dalam penyusunan best practice ini,
tidak ada yang sempurna di dunia ini begitu pun dengan best practice ini tidak semua
hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna namun kami sudah melakukan
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang kami miliki.
Kami bersedia menerima kritik dan saran dari semua pihak, sehingga kami dapat
menyempurnakan best practice ini.
Dengan menyelesaikan best practice ini, kami mengharapkan banyak manfaat
yang dapat dipetik dan diambil dari karya ini demi kemajuan literasi, demi
menumbuhkan minat atau budaya baca seluruh siswa di SDN Kejawan Putih I/243 pada
khususnya dan untuk seluruh siswa di Indonesia.

Surabaya, 15 Juli 2019


Penulis

v
DAFTAR ISI

PERNYATAAN ……………………………………………………………………… ii
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………………… iii
ABSTRAK …………………………………………………………………………… iv
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… v
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. vi
Bab I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ………………………………………………………….. 1
2. Rumusan Masalah ……………………………………………………….. 2
3. Tujuan Penelitian ………………………………………………………… 2
4. Manfaat Penelitian ……………………………………………………. 2
Bab II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Minat Baca
1. Pengertian Budaya ……………………………………………………... 4
2. Pengertian Membaca ………………………………………………… 4
3. Pengertian Budaya Baca ……………………………………………….4
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Baca …………………. 5
B. Tinjauan Umum Literasi
1. Pengertian Literasi ………………………………………………….. 6
2. Pengertian Gerakan Literasi ………………………………………… 6
3. Tahap-Tahap Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah ……………. 8
Bab III METODE
A. Prosedur ………………………………………...................................... 9
B. Perangkat ………………………………………………………............ 9
C. Cara Pemecahan Masalah……………………………………………… 10
Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Program Gerakan Literasi ……………………………………………… 11
B. Kendala-Kendala Yang Dihadapi ……………………………………… 14
C. Upaya Untuk Mengatasi Hambatan ……………………………………. 16
D. Tindak Lanjut ………………………………………………………….. 16

vi
Bab V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ……………………………………………………………... 17
B. Rekomendasi…………………………………………………………….. 18
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….... 19
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………..... 20

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Membaca merupakan salah satu kemampuan yang harus dikuasai siswa.


Membaca tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan. Baik di tingkat sekolah
dasar, menengah, maupun tinggi. Dalam proses belajar, kemampuan membaca
menjadi hal yang utama. Siswa akan lebih mudah memahami materi yang
disampaikan oleh guru ketika siswa memiliki kemampuan membaca yang baik.
Sebagai contoh ketika guru menjelaskan materi, ada beberapa hal yang belum
dipahami oleh siswa. Kemudian guru menyuruh siswa untuk membaca. Siswa
yang memiliki kemampuan membaca baik akan mudah memahami materi yang
belum dipahaminya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Peraturan Menteri nomor
23 tahun 2013 meluncurkan sebuah gerakan literasi sekolah untuk menumbuhkan
sikap budi pekerti luhur kepada anak-anak melalui bahasa. Sederhananya, setiap
anak di sekolah dasar diwajibkan membaca buku-buku bacaan cerita lokal dan
cerita rakyat yang memiliki kearifan lokal dalam materi bacaannya sebelum proses
pembelajaran dikelas dimulai. Secara luas, literasi yang dimaksud disini lebih dari
sekedar membaca dan menulis. Hal ini juga mencakup bagaimana seseorang
berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan
sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya.
Gerakan literasi akan berhasil jika berjalan secara holistik. Selain guru
disekolah, orang tua, perpustakaan, pemerintah, dan pihak swasta pun harus
bersama-sama mendukung mewujudkan gerakan literasi.
Sekolah Dasar Negeri Kejawan Putih Tambak I. SDN Kejawan Putih I
merupakan sekolah dasar yang memiliki misi mewujudkan generasi yang
memiliki fisik dan karakter kuat, menguasai dasar-dasar keilmuan dan
berwawasan global. Hal ini dapat diwujudkan apabila kegiatan pembelajaran di
sekolah sudah mendukung untuk terbentuknya siswa yang memiliki wawasan
yang luas. Salah satunya dengan membudayakan kegiatan literasi di sekolah. Di
SDN Kejawan Putih I sudah membiasakan budaya literasi di sekolah dengan
1
adanya pojok baca di setiap kelas agar siswa dapat dengan mudah mengakses
sumber literasi yang menunjang kebutuhan setiap siswa untuk berwawasan luas.
Adanya jadwal rutin kunjungan ke perpustakaan atau yang biasa disebut dengan
Kurikulum Wajib Baca (KWB) yang mendukung para siswa untuk meningkatkan
budaya literasi. Selain itu perpustakaan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan
informasi juga banyak mengadakan kegiatan-kegiatan yang menunjang kebijakan
Gerakan Literasi Sekolah. Hal tersebut menunjukkan bahwa SDN Kejawan Putih I
telah mengimplementasikan Gerakan Literasi Sekolah sebagai upaya untuk
meningkatkan minat baca siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji
lebih dalam mengenai “Implementasi Gerakan Literasi Untuk Meningkatkan
Budaya Baca Di SDN Kejawan Putih 1-243 Surabaya”.

2. Rumusan Masalah
Permasalahan yang dipecahkan di best practice ini adalah bagaimanakah upaya
meningkatkan budaya baca melalui Program Gerakan Literasi di SDN Kejawan Putih
I – 243 Surabaya?

3. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan best practice ini adalah mendiskripsikan upaya meningkatkan
minat baca melalui Program Gerakan Literasi di SDN Kejawan Putih I – 243
Surabaya

4. Manfaat Penelitian
Manfaat penulisan best practice ini antara lain :

a. Guru
Hasil penulisan best practice bagi guru adalah memberikan gambaran yang
penting memotivasi siswa untuk berkegiatan literasi yang paling disukai
dan terarahkan atau terbimbing oleh guru.
b. Lembaga Sekolah
Pemanfaatn hasil penulisan best practice menjadikan sekolah menpunyai
referensi kegiatan literasi yang efektif untuk membentuk budaya baca di
SDN Kejawan Putih I – 243 Surabaya.

2
c. Wali Murid
Memberikan semangat kepada setiap orang tua untuk mendukung potensi
anak melalui kegiatan literasi yang sesuai dengan usia perkembangan anak.
d. Siswa
Berkegiatan literasi dalam arti luas dapat membentuk budaya baca yang
akan mengasah komptensi menjadi pribadi yang mempunyai daya baca
dan daya pikir kritis.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Budaya Baca

1. Pengertian Makna Budaya


Yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia menjadi suatu kebiasaan yang diperoleh
melalui belajar. Sedangkan kebudayaan merupakan hasil karya, rasa, dan
cipta yang di dapat oleh manusia sebagai masyarakat.
2. Pengertian Makna Membaca
Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan
melisankan atau hanya dalam hati), mengeja atau melafalkan apa yang
tertulis, mengucapkan, mengetahui, meramalkan, memperhitungkan, dan
memahami (KBBI, 2007:83). Menurut Bond dan Wagner (dalam Bafadal,
2008: 192-193) mendefenisikan membaca sebagai suatu proses menangkap
atau memperoleh konsep-konsep yang dimaksud oleh pengarangnya,
menginterpretasi, mengevaluasi konsep-konsep pengarang, dan
merefleksikan atau bertindak sebagaimana yang dimaksud dari konsep
tersebut. Menurut Soedarso (dalam Abdurrahman, 2003 : 200)
mengemukakan bahwa membaca merupakan aktivitas kompleks yang
memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah pisah, mencakup penggunaan
pengertian, khayalan, pengamatan dan ingatan.
3. Pengertian Budaya Baca
Budaya baca adalah suatu kebiasaan yang di dalamnya terjadi proses
berfikir yang kompleks, terdiri dari sejumlah kegiatan seperti keterampilan
menangkap atau memhami kata-kata atau kalimat yang tertulis,
menginterpretasikan, dan merefleksikan. Dalam kegiatan membaca juga
perlu kondisi fisik yang baik sehingga konsentrasi tercurahkan sepenuhnya
kepada teks atau tulisan yang sedang dibaca.

4
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca
Minat yang dimiliki oleh setiap orang pastinya berbeda-beda, dengan
kata lain tergantung pada masing-masing individu. Dalam hal ini, minat
tersebut dengan minat terhadap membaca. Minat membaca tiap siswa
tidaklah sama, ada siswa yang suka dan hobi membaca dan ada pula yang
tidak hobi membaca. Namun, minat baca setiap siswa juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti yang dikemukakan oleh Crow and Crow (dalam
Supriyadi, 1986:75) menyatakan bahwa ada empat faktor yang
mempengaruhi minat baca seseorang (pelajar), di antaranya
1. Kondisi fisik
Kondisi fisik yang baik dan sehat, maka keadaan siswa akan stabil. Hal
itulah yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap aktivitas yang ia
lakukan, misalnya saja kegiatan membaca buku.
2. Kondisi mental
Apabila mental seseorang sedang “down”, maka siswa tersebut tidak
akan merespon dengan baik apa yang akan ia kerjakan, misanya saja
membaca buku. Sebaliknya, jika mental pelajar tersebut bagus, maka ia
akan merasa senang dan suka untuk melakukan kegiatan membaca.
3. Status emosi
Apabila kondisi emosinya stabil dan baik, maka ia akan senang dan
ringan dalam melakukan kegiatan yang ia suka, misalnya kegiatan
membaca buku. Namun apabila emosinya sedang labil, maka seorang
pelajar tersebut juga enggan bahkan tidak mau untuk melakukan kegiatan
apapun, tak terkecuali kegiatan membaca.
4. Lingkungan sosial
Jika lingkungan sosial tempat siswa tinggal adalah lingkungan yang baik,
maksudnya lingkungan masyarakat yang suka membaca, maka siswa
tersebut secara tidak langsung pun akan mulai suka dengan membaca,
padahal sebenarnya tidak hobi membaca.

5
B. Tinjauan Umum Literasi
1. Pengertian Literasi
Literasi secara sederhana diartikan melek huruf, kemampuan baca tulis,
dankecakapan dalam membaca dan menulis. Namun, tidak demikian untuk
sekarang, karena kebutuhan akan pengetahuan pada setiap individu jauh
berbeda dengan masa, dimana literasi hanya diartikan sebagai kemampuan
membaca dan menulis. Artinya literasi diartikan sebagaimana keperluan dan
kebutuhan literasi pada saat itu. Pengertian literasi berkembang menjadi
kemampuan membaca, menulis, berbicara, menyimak,dan memanfatkan
teknologi. Pengertiannya melibatkan penguasaan sistem-sistem tulisan dan
konvensi-konvensi yang menyertainya. Namun demikian, literasi utamanya
berhubungan dengan bahasa dan bagaimana bahasa itu digunakan. Tuntutan
akan kebutuhan pengetahuan, menambah luas pengertian literasi pada saat
ini.
Pengertian literasi telah bergeser dari pengertian yang sempit menuju keyang
lebih luas yang mencakup berbagai bidang penting lainnya. Faktor yang
menyebabkan perkembangan pengertian literasi tentu berawal akan tuntutan
dari perkembangan zaman, yang memerlukan kemampuan yang lebih, tidak
hanya kemampuan membaca dan menulis. Kehidupan masyarakat di era
globalisasi yang antara lain ditandai oleh kehidupan yang sangat akrab
dengan perkembangan ilmu pengetahuan,teknologi, dan seni yang menuntut
warganya untuk memiliki kemampuan dasar agar dapat bertahan ditengah
kehidupan masyarakat. Untuk itu, budaya literasi sangat berperan penting
dalam era gobalisasi ini. Karena hal itulah yang menyebabkan berkembanya
pengertian literasi. Definisi juga menentukan bagaimana kemajuan atau
pencapaian dalam rangka menumbuhkan budaya literasi.
2. Pengertian Gerakan literasi
Kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu
secaracerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat,
menyimak, menulis, dan/atau berbicara, semua itu merupakan keterampilan
berbahasa dan faktor yang penting dalam proses pembelajaran, karena
dengan membaca peserta didik dapat memperoleh informasi. Membaca
merupakan salah satu kegiatan dalam berliterasi. Literasi tidak dapat
dipisahkan dari dunia pendidikan dalam tahap belajar. Menurut Gestalt
6
(dalam Ahmadi Abu 2010:61) “belajar adalah suatu proses aktif yang
bukan hanya aktifitas nampak seperti gerakan tubuh melainkan juga aktifitas
mental, seperti proses berfikir mengingat dan sebagainya”. Literasi menjadi
sarana peserta didik dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu
yang diadapatkannya di bangku sekolah.
Gerakan Literasi Sekolah harus mendapatkan perhatian dan apresiasi
tersendiri oleh semua pihak, hal tersebut dikarenakan gerakan tersebut
senantiasa mendorong partisipasi masyarakat dalam beragam aktivitas
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui kebiasaan membaca
dan menulis yang pada akhirnya berbagai karya yang dihasilkan mampu
memberikan kontribusi positif terhadap kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Program literasi yang telah diterapkan di Negara Indonesia
berdasakan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi
pekerti, khususnya dalam pelaksanaan 7 kegaiatan pembiasaan yang telah
tercantum dalam peraturan yang bertujuan untuk meningkatkan dan
menumbuhkan budi pekerti peserta didik, melalui pembudayaan ekosistem
literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar
mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Diperkuat dan diperjelas dalam
UU Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti yaitu pada
bagian mengembangkan potensi diri peserta didik secara utuh yang berbunyi
: Setiap Peserta didik mempunyai potensi yang beragam. Sekolah hendaknya
memfasilitasi secara optimal agar Peserta didik bisa menemukenali dan
mengembangkan potensinya. Kegiatan wajib:
a. Menggunakan 15 menit sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku
selain buku mata pelajaran ( hari-hari)
b. Tertentu untuk kegiatan olah fisik seperti senam kesegaran jasmani,
dilaksanakan secara berkala dan rutin, sekurang-kurangnya satu kali dalam
seminggu.

7
3. Tahap-Tahap Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah

Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (dilaksanakan secara bertahap dengan


mempertimbangkan kesiapan masing-masing sekolah yang ada diseluruh
Indonesia. kesiapan yang dimaksud adalah kesiapan mencakup kapasitas
sekolah ( ketersediaan fasilitas dan bahan bacaan ), kesiapan warga sekolah,
dan kesiapan sistem pendukung lainnya ( partisipasi publik, pendukung
kelembagaan dan perangkat kebijakan yang relevan ). Menurut Kementerian
pendidikan dan kebudayaan (dalam Yusuf A,dkk (2017:281) menjelaskan
tentang tahapan pelaksanaan gerakan literasi sekolah yang terdiri dari tiga
tahapan, antara lain:
a. Tahap ke-1 : Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan
diekosisitem sekolah. Pembiasaan ini bertujuan menumbuhkan minat
terhadapa bacaan dan kegiatan 15 menit membaca. dalam diri warga
sekolah. Penumbuhan minat baca merupakan hal fundamental bagi
pengembangan kemampuan literasi peserta didik.
b. Tahap ke-2: Pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan
literasi. Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan mengembangkan
kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman
pribadi, berfikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara
kreatif melalui kegiatan menanggapi bacaan pengayaan.
c. Tahap ke-3: Pembelajaran berbasis literasi. Kegiatan literasi pada tahap
ini bertujuan mengembangkan kemampuan memahami teks dan
mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berfikir kritis dan mengelola
kemampuan komunikasi secara kreatif. Kegiatan ini dapat dilakukan
melalui kegiatan menanggapi buku teks bacaan pengayaan dan buku
pelajaran. Dalam tahap ini terdapat sumbangsih terhadap dukungan
pelaksanaan kurikulum 2013 yang mensyaratkan peserta didik untuk
membaca buku non-pelajaran.

8
BAB III
METODE

Dalam bab ini akan dipaparkan metode yang akan digunakan dalam penelitian ini
meliputi ; prosedur, perangkat dan cara pemecahan masalah.

A. Prosedur
Dalam penelitian ini disusun rangkaian prosedur untuk mengurai tahap- tahap
yang akan dilaksanakan sehingga tujuan penulisan karya ini tercapai.
Tahapan prosedur yang dilaksanakan sebagai berikut :
1. Sosialisasi kepada semua elemen sekolah terhadap upaya gerakan literasi
sekolah.
2. Pemetaan permasalahan yang dihadapi dalam kesuksesan gerakan literasi
sekolah.
3. Menggali dan menawarkan kepada semua elemen sekolah (siswa, pendidik
dan tenaga kependidikan) ide-ide inovatif-kreatif yang menunjang
keberhasilan gerakan literasi sekolah.
B. Perangkat atau Instrument
Kegiatan yang dilakukan untuk melaksanakan prosedur-prosedur di atas adalah :
1. Melakukan musyawarah dengan pendidik dan tenaga pendidikan di sekolah
untuk sosialisasi dan mengumpulkan hambatan dalam upaya pelaksanaan
gerakan literasi disekolah
2. Membuat daftar hadir pengunjung perpustakaan sekolah dan mengevaluasi
jumlah kehadiran siswa ke perpustakaan sekolah.
3. Membuat angket kepada para siswa terkait kegiatan literasi yang paling diminati seperti tabel
berikut :

Nama kelas Kegiatan Waktu Keterangan


siswa Literasi

C. Cara Pemecahan Masalah


Tahap-tahap cara pemecahan masalah sebagai berikut :

9
1. Melakukan revitalisasi ruang perpustakaan sekolah
2. Membuat sudut baca di setiap kelas
3. Aktif mengikuti kegiatan literasi di tingkat sekolah dan luar sekolah
4. Memberikan reward kepada siswa yang mempunyai prestasi literasi.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dijelaskan terkait hasil dan pembahasan program literasi untuk membentuk
budaya baca di SDN Kejawan Putih I – 243 Surabaya. Hasil penelitian digambarkan
melalui kondisi awal sebelum program dilaksanakan, proses implementasi program dan
kondisi akhir setelah pelaksanaan gerakan literasi.
A. Kondisi Awal
Sebelum program implentasi literasi dilaksanakan secara kontinyu dan
terukur, aktivitas literasi siswa masih seputar kunjungan dan berkegiatan di ruang
perpustakaan sekolah. Karena kondisi sekolah yang masih dalam tahap renovasi
pembangunan di SDN Kejawan Putih-1/243 Surabaya maka kegiatan literasi belum
berhasil membentuk budaya baca sesuai dengan usia belajar siswa. Perpustakaan
masih menjadi ruang atau sarana pokok yang dimanfaatkan oleh siswa.
B. Implentasi Program
Program berkegiatan literasi dengan makna yang lebih luas yang ada di
SDN Kejawan Putih I – 243 Surabaya seperti yang penulis amati dari mendampingi
dan mengarahakan berbagai kegiatan literasi secara langsung ataupun tidak secara
langsung melainkan dengan menganalisa hasil wawancara kepada komponen yang
ada di sekolah, maka gerakan literasi yang berjalan di sekolah ini sudah sampai
kepada tahap pembelajaran. Tahapan kegiatan literasi yang sudah berjalan di SDN
Kejawan Putih !-243 Surabaya masih dikelompokkan dalam tahap pembiasaan.
Pembiasaan awal adalah kegiatan literasi membaca selama 15 menit baik secara
perlahan maupun secara nyaring sesuai dengan usia perkembangan anak. Setelah
program literasi baca selama 15 menit sudah kontinyu maka tahapan literasi yang
lebih lanjut dimasukkan dalam tahapan pengembangan. Dalam tahap
pengembangan siswa didorong untuk menunjukan keterlibatan pikiran dan
emosinya dengan proses membaca melalui kegitan produktif secara lisan maupun
tulisan. Berkegiatan literasi yang sudah kontinyu ini mampu membentuk budaya
baca siswa SDN Kejawan Putih I-243 Surabaya. Hasil berikutnya dari terbentuknya
budaya baca adalah terbentuknya anak-anak yang juara di bidang literasi. Seperti
mampu menjadi juara lomba menulis cerita anak.

11
Gbr. 4.1. Kegiatan literasi di awal jam pelajaran

C. Hasil Akhir Program


Adapun dari awal prosesnya kegiatan literasi yang telah dijelaskan oleh
beberapa guru pada bab sebelumnya dengan yang penulis amati sedikit ada
perbedaan, penulis menemukan beberapa hal yang menurut penulis merupakan hal
yang perlu dan penting untuk ditambahkan yaitu: sebelum kegiatan literasi dimulai,
penulis mengamati adanya proses menyanyikan lagu Indonesia Raya di setiap kelas
Setelah lagu kebangsaan tersebut selesai maka dilanjutkan dengan berdo’a menurut
agama dan kepercayaan masing-masing kemudian baru dilanjutkan kegiatan
literasi.
Pada tahap pembiasan kegiatan literasi yang ada di SDN Kejawan Putih I –
243 Surabaya yaitu mendukung tingkat kompetensi baca siswa selama 15 menit
membaca buku non teks pelajaran seperti novel, komik, majalah seperti dalam
prosesnya yaitu sesuai dengan peraturan yang sudah berlaku, adapun kegiatan
literasi sekolah juga yang ada di SDN Kejawan Putih I – 243 Surabaya dalam
pelaksanaanya juga diikuti oleh seluruh warganya, begitu juga dengan para guru
yang ada disekolah tersebut, dibuktikan dengan penjelasan beberapa guru berikut
penjelasan guru pertama sebagai yaitu:

12
“Iya saya membaca dan kadang saya keliling memastikan mereka memang betul
betul membaca, memastikan mereka membawa buku bacaan itu, kalo tidak kan
percuma saja mereka ada literasi klo tidak digunaklan waktunya untuk
membaca. dihimbau dari kepala sekolah bahwa pada waktu anak anak membaca
guru dimohon untuk juga membaca” (RC).

Adapun penjelasan mengenai keikutsertaaan guru pada saat kegiatan literasi


sekolah yaitu sebagai berikut:

“Kadang membaca kadang tidak, tergantung, apabila mengerjakan yang lain ya,
tidak ada peraturan khusus untuk guru, ataupun kondisional mas” (PR).

Bersumber dari jawaban dan komentar siswa dan guru di atas maka bisa di
ketahui bahwa keikutsertaan guru dalam kegiatan literasi sekolah yang di
laksanakan masih bersifat kondisional, artinya setiap guru berbeda-beda dalam
mengikutsertakan dirinya, ada yang masih melaksanakan kegiatan lain atau tugas
lain selama berlangsungnya kegiatan literasi juga belum adanya peraturan khusus
yang dibuat oleh sekolah yang di peruntukan untuk guru dan warga sekolah lain
selain siswa.

1. Jenis buku dalam kegiatan literasi sekolah


Mengenai jenis buku yang digunakan komponen sekolah, terutama siswa pada
waktu kegiatan literasi sekolah dilaksanakan yaitu beragam jenisnya. Adapun
kegiatan literasi sekolah pada fase pembiasaan dan fase pengembangan
menggunakan buku atau membaca buku non-pelajaran maka jumlah dan judul
buku yang dibaca tuntas oleh anak akan berbeda-beda. Pernyataan tersebut
sesuai dengan ungkapan beberapa guru dan siswa, adapun pernyataan tersebut
sebagai berikut:
“Biasanya dongeng yang disukai kalo cerpen jarang karena terlalu tebal ,
siswa kan males. Kalo suka baca, ya cerpen itu yang di baca”.
Adapun pernyataan salah satu siswa mengenai siswa mengenai jenis buku
bacaan yang mereka baca yaitu sebagai berikut:
“Bebas, tergantung siswanya, kalo saya sukanya novel”(SDA)

13
Dari kedua pernyataan diatas dapat ketahui bahwa jenis buku yang di
baca dalam kegiatan literasi memang banyak jenisnya, tidak ada batasaan
mengenai judulnya, sebab dalam tahap pembiasaan lebih mengfokuskan pada
penumbuhan minat baca kepada seorang siswa lebih kearah sana, jadi mengenai
jenis buku tidak dipermasalahkan.

Gbr. 4.2. Kegiatan kunjungan ke perpustakaan sekolah

2. Tahap pengembangan

Pada fase pengembangan minat baca yang bertujuan meningkatkan


kemampuan literasi SDN Kejawan Putih I-243 Surabaya telah berhasil
membentuk anak atau siswa untuk membuat mind mapping dari hasil
bacaannya. Hasil yang positif juga pada tahap pengembangan ini adalah
keberhasilan siswa SDN Kejawan Putih I-243 Surabaya menjadi juara lomba
membuat cerita anak di Kampung literasi ITS Surabaya.

14
Gbr. 4.3. Hasil Karya Literasi Siswa

Gbr. 4.4. Siswa SDN Kejawan Putih I-243 Juara Membuat


Cerita Anak di kampong Literasi ITS

15
B. Hambatan Pelaksanaan Gerakan literasi di SDN Kejawan Putih I – 243
Surabaya
a. Sarana Perpustakaan Kurang Memenuhi Layanan Optimal
Gedung atau ruangan yang masih dalam tahap pembangunan sehingga
menghambat kegiatan literasi di dalam perpustakaan. Dalam waktu dekat
penyempurnaan dan layanan perpustakaan kembali berjalan secara optimal.
b. Ketersediaan buku terbatas
Hal ini dikarenakan masih dalam tahap pembangunan, sehingga
penyimpanan buku literasi berantakkan mengingat ruangan yang bisa
digunakan sangat terbatas
c. kurangnya motivasi yang berasal dari orangtua serta guru untuk mengajak
gemar membaca itu juga termasuk hambatan kegiatan literasi yang ada di
SDN Kejawan Putih I – 243

16
C. Solusi Memecahkan Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Literasi di SDN
Kejawan Putih I – 243 Surabaya
Usaha-usaha yang dilaksanakan sekolah dalam mengurai dan memecahkan
hambatan proses pelaksanaan kegiatan literasi dalam meningkatkan budaya baca
di SDN Kejawan Putih 1-243 yaitu :
1. Lembaga sekolah senantiasa mengkampanyekan pentingnya literasi di semua
elemen sekolah terutama para siswa dalam proses belajarnya.
2. Lembaga Sekolah mengadakan program yang menarik dengan penataan
ruang perpustakaan dan sudut baca dengan berbagai sumber buku.
3. Lembaga sekolah mendorong dan mendukung penuh kegiatan literasi siswa
yang kelihatan potensi unggul untuk mengikuti kompetisi literasi di tingkat
sekolah atau di tingkat kota bahkan provinsi.
4. Lembaga sekolah memberikan reward dalam berbagai bentuk penghargaan
terhadap siswa yang mampu baca tuntas dan mampu membuat karya literasi
di setiap akhir kenaikan kelas.
D. Tindak Lanjut
Rencana yang akan dikembangkan ke depannya adalah :
a. Membuat tulisan yang dipasang di lingkungan sekolah terkait manfaat
budaya baca
b. Menyelenggarakan bulan literasi yang dikemas dalam lomba-lomba literasi
c. Menata ulang dan mempercantik ruangan perpustakaan dan sudut baca secara
berkala sehingga siswa semakin tertarik.

17
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian dan pemahaman yang mengacu pada rumusan


masalah yang telah ditetapkan serta berdasarkan analisis data yang diuraikan
secara deskriptif pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Implementasi gerakan literasi sekolah yang ada di SDN Kejawan Putih I –


243 Surabaya sampai kepada tiga tahap yaitu: tahap pembiasaan yaitu
menumbuhkan minat baca melalui 15 menit membaca buku non pelajaran,
Tahap pengembangan yaitu siswa menganalisis atau menceritakan kembali
buku yang telah mereka baca dengan cara story map, diskusi buku dan
meresum Tahap pembelajaran yaitu menanggapi teks buku bacaan
pengayaan dan buku pelajaran seperti bahasa indonesia, matematika, agama
dsb.

2. Faktor penghambat yaitu: adanya pembangunan gedung atau ruangan ,


terutama perpustakaan sehingga kegiatan literisasi menjadi terganggu
terutama kegiatan mengunjungi perpustakaan. Selain itu ketersediaan buku
literisasi terbatas dikarenakan ruang penyimpanan yang berantakan serta ,
kurangnya motivasi guru agar menjadikan siswa gemar membaca.

3. Solusi gerakan literasi sekolah yang ada di SDN Kejawan Putih I – 243
Surabaya yaitu pihak sekolah selalu memberikan sosialisasi, motivasi, dan
pengertian mengenai kegiatan literasi kepada guru maupun siswa, Pihak
sekolah secara berkala mendiskusikan upaya atau metode yang diterapkan
dalam pelaksanaan kegiatan literasi agar minat membaca dan menulis
meningkat serta berupaya mengadakan lomba-lomba sebagai wadah siswa
untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan membaca dan menulis

18
B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian, maka penulis pada bagian ini


mengemukakan beberapa rekomendasi antara lain :

a) Menjaga StakeHolder di lingkungan SDN Kejawan Putih I – 243


Surabaya agar tercipta suasana belajar yang kondusif dan perkembangan
lembaga pendidikan bertambah maju dan selaras sesuai dengan cita-cita
bangsa.

b) Kepada seluruh guru yang ada di SDN Kejawan Putih I – 243 Surabaya
untuk selalu memberi motivasi kepada siswa agar dapat menjalankan
kegiatan literasi sekolah dengan baik, sehingga siswa dapat menjadi
pribadi literat.

c) Kepada seluruh siswa dan siswi SDN Kejawan Putih I – 243 Surabaya
agar memiliki semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu, dan
mengikuti semua kegiatan yang ada di sekolah dengan baik.

d) Diperlukan manajemen ruang perpustakaan secara periodik minimal satu


semester supaya terdapat suasana baru bagi anak-anak yang berkunjung
ke perpustakaan. Misalnya : penambahan koleksi buku yang bervariasi,
menata keindahan ruangan, menata kenyamanan tempat membaca.

e) Menata ulang sudut baca yang sudah ada di tiap kelas lebih menarik
secara berkala.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L dan Krathwohl, D, 2011, Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran,


Pengajaran, Pengajaran dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, Suharsani, 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta
Budiwati Eni, Mulyani, dkk, 2015. Budaya Baca di Era Digital. Surakarta: Lembaga
Ladang Kata
Dendy S, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Hadi Sutrisno, 1990. Metodologi Research 1. Yogykarta: Fakultas Psikologi UGM
Moelong. Lexy.J, 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya
Kalida Muhsin, 2015. Gerakan Literasi Mencerdaskan Negeri, Yogyakarta: Aswaja
Pressindo
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 2002, Jakarta: Balai Pustaka
Kemendikbud, 2015. Panduan Gerakan Literasi Sekolah
Hardiningtyastri, 2014. Perpustakaan dan Budaya Literer, Jakarta Utara: Sinotif
Publishing
Romdhoni Ali, 2013. Alqur’an dan Literasi, Linus : Literatur Nusantara
Sugiyono, 2011.Metode penelitian Kualitatf,Kuantitatif dan R&D,Bandung: Alfabeta 67
Usman, Nurdin, 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
http://dikdas.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/03/Desain-Induk-Gerakan-
Literasi-Sekolah1.pdf 21:19 WIB
http://www.matrapendidikan.com/2016/07/optimasi-program-literasi-di-sekolah.html
15:00 WIB
http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/358/1/Manual-Pendukung-Pelaksanaan-
Gerakan-Literasi-Sekolah.pdf 14:00 WIB, 20, 09 2017.

19
DAFTAR GAMBAR

4.1 Gambar Kegiatan Literasi Di Awal Jam Pelajaran


4.2 Gambar Kegiatan Kunjungan di Perpustakaan
4.3 Gambar hasil Karya Literasi siswa
4.4 Gambar Siswa SDN Kejawan Putih I-243 Juara Membuat Cerita Anak

20

Anda mungkin juga menyukai