KATA PENGANTAR
Operasi Teknik Kimia 2 (OTK 2) merupakan mata kuliah yang termasuk dalam
kelompok ilmu terapan pada program D-IV Teknik Kimia Polimer dengan
beban 3 SKS. Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami
peristiwa perpindahan massa difusional serta mampu memahami prinsip-
prinsip proses pemisahan di bidang teknik kimia. Penyusunan Diktat Operasi
Teknik Kimia 2 (OTK 2) ini disusun dengan mempedomani beberapa pustaka
yang sesuai dengan keilmuan teknik kimia.
Penyusun menyadari diktat Operasi Teknik Kimia 2 (OTK 2) ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh sebab itu diharapkan kritik dan saran masukan demi
kesempurnaan diktat ini ke depannya. Mudah-mudahan diktat ini bermanfaat
bagi kita semua terutama bagi mahasiswa yang mengikuti perkuliahan
Operasi Teknik Kimia 2 (OTK 2).
ii | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
PENGETAHUAN:
1. menguasai konsep teoretis sains alam, aplikasi matematika rekayasa; prinsip-
prinsip rekayasa (engineering principles), sains rekayasa dan perancangan
rekayasa yang diperlukan untuk analisis dan perancangan proses, sistem
pemrosesan, dan peralatan yang diperlukan untuk mengubah bahan baku
menjadi produk yang mempunyai nilai tambah; (basic science & engineering)
2. menguasai pengetahuan tentang codes dan standard yang berlaku untuk
penyelesaian masalah rekayasa; (industrial codes & standards)
3. menguasai pengetahuan prosedural dan operasional kerja bengkel/studio dan
kegiatan laboratorium, serta pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3);
(SOP & Safety, Health, Environment)
4. menguasai prinsip dan teknik perancangan proses, sistem pemrosesan, dan
peralatan yang diperlukan untuk mengubah bahan baku menjadi produk yang
mempunyai nilai tambah; (production method/technique)
5. menguasai prinsip dan issue terkini dalam ekonomi, sosial, ekologi secara umum;
(current economic, social, ecological issues)
6. menguasai pengetahuan tentang teknik komunikasi dan perkembangan
teknologi terbaru dan terkini. (state of the art and future technology)
KETERAMPILAN UMUM:
1. menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks
pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan/atau teknologi sesuai
dengan bidang keahliannya; (critical & logical thinking)
2. mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan,
teknologi atau seni sesuai dengan keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara dan
etika ilmiah untuk menghasilkan solusi, gagasan, desain, atau kritik seni serta
iii | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
menyusun deskripsi saintifik hasil kajiannya dalam bentuk skripsi atau laporan
tugas akhir; (analysis & problem solving)
3. mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah di
bidang keahliannya, berdasarkan hasil analisis terhadap informasi dan data;
(decision making)
4. mengelola pembelajaran secara mandiri; (self- long life learning)
5. mengembangkan dan memelihara jaringan kerja dengan pembimbing, kolega,
sejawat baik di dalam maupun di luar lembaganya. (team work & networking)
KETERAMPILAN KHUSUS:
1. mampu menerapkan matematika, sains, dan prinsip rekayasa ke dalam prosedur,
proses, sistem, atau metodologi rekayasa terapan untuk menyelesaikan masalah
rekayasa umum (broadly-defined); (applied science & engineering for problem
solving)
2. mampu mengidentifikasi, memformulasikan, melakukan penelusuran referensi/
standar/ codes/database, menganalisis, dan menyelesaikan masalah rekayasa
umum menggunakan perangkat analisa untuk suatu bidang spesialisasi dengan
memperhatikan faktor-faktor ekonomi, kesehatan dan keselamatan publik,
kultural, sosial, dan lingkungan (environmental consideration); (social &
enviromentally engineering solution)
3. mampu melakukan riset yang mencakup identifikasi, formulasi dan analisis
masalah rekayasa pada proses, sistem pemrosesan, dan peralatan yang
diperlukan untuk mengolah bahan baku menjadi produk polimer (khususnya
plastik dan karet) yang mempunyai nilai tambah; (research for polymer
engineering)
4. mampu memilih sumberdaya dan memanfaatkan perangkat perancangan dan
analisis rekayasa berbasis teknologi informasi dan komputasi yang sesuai untuk
melakukan aktivitas rekayasa di bidang proses, sistem pemrosesan, dan
peralatan yang diperlukan untuk pengolahan bahan baku menjadi polimer yang
bermanfaat di industri otomotif; (ICT for design & engineering)
5. mampu memilih, memanfaatkan dan merawat peralatan pembuatan compound
plastik dan karet, pencetakan dengan teknologi moulding untuk menghasilkan
produk polimer yang memenuhi standar yang berlaku, serta peralatan
pembuatan produk hilir plastik dan karet dalam kondisi apa pun tergantung pada
perlengkapan yang ada (baik perangkat manual ataupun komputasi).
(plastic/rubber compounding & fabrication)
iv | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
DAFTAR ISI
v|Page
Operasi Teknik Kimia 2
BAB I
PERPINDAHAN MASSA SECARA DIFFUSIONAL
1. Deskripsi singkat
Pada Bab ini akan dibahas:
a) Jenis-jenis pemisahan dalam industri kimia
b) Driving force masing-masing proses pemisahan.
c) Hukum Fick’s untuk Difusi molekular
d) Equimolar counter diffusion in gases
e) General case of diffusion of gases A and B plus convection
f) Special case for A diffusing through stagnant, nondiffusing B
g) Diffusion coefficients for gases
h) Equations for diffusion in liquids
i) Prediction of diffusivities in liquids
j) Diffusion in solids following Fick’s law
k) Diffusion in porous solids that depends on structure
Contoh lain adalah absorpsi SO2 dari gas buang dengan penyerapan dalam
larutan alkali. Dalam hidrogenasi minyak nabati dalam industri makanan, gas
1|Page
Operasi Teknik Kimia 2
L2 , x2 G2, y2 V
L 1 , x1 G1, y1 L
Keterangan
G1 = Laju gas masuk F = Laju alir umpan masuk
y1 = Fraksi mol gas masuk V = Laju alir gas keluar
G2 = Laju gas keluar L = Laju alir cairan keluar
y2 = Fraksi mol gas keluar
L1 = Laju cairan masuk
X1 = Fraksi cairan masuk
L2 = Laju cairan keluar
X2 = Fraksi cairan keluar
2. Distilasi
Dalam proses distilasi, terdapat fase uap yang mudah menguap dan fasa cair
yang menguap. Contohnya adalah distilasi larutan air etanol, dimana uap
mengandung konsentrasi etanol lebih besar dari pada cairan. Contoh lainnya
adalah distiliasi larutan amonia air untuk menghasilkan uap lebih kaya
amonia. Contoh proses distilasi dalam penyulingan minyak mentah adalah
distilasi berbagai fraksi seperti bensin, minyak tanah, dan minyak pemanas.
2|Page
Operasi Teknik Kimia 2
4. Leaching
Jika cairan digunakan untuk mengekstrak zat terlarut dari padatan, prosesnya
disebut Leaching. Terkadang proses ini juga disebut ekstraksi. Contohnya
adalah leaching tembaga dari bijih padat dengan asam sulfat dan leaching
minyak nabati dari kedelai padat dengan pelarut organik seperti heksana.
Minyak nabati juga dapat di leaching dari produk biologis lainnya, seperti
kacang tanah, rapeseeds, dan biji bunga matahari.
5. Proses Membran
Pemisahan molekul dengan penggunaan membran adalah operasi unit yang
relatif baru dan menjadi lebih penting. Membran padat yang relatif tipis
mengendalikan laju pergerakan molekul di antara dua fase. Contoh
pemisahan menggunakan membran adalah untuk menghilangkan garam dari
air, memurnikan gas, dalam pengolahan makanan, dan sebagainya.
6. Kristalisasi
Komponen terlarut yang larut dalam larutan dapat dilepaskan dari larutan
dengan menyesuaikan kondisinya, seperti suhu atau konsentrasi, sehingga
kelarutan satu atau lebih komponen zat terlarut terlampaui dan mengkristal
menjadi fase padat. Contoh dari proses pemisahan secara kristalisasi adalah
kristalisasi gula dari larutan dan kristalisasi garam logam dalam pengolahan
bijih logam.
7. Adsorpsi
Dalam proses adsorpsi, satu atau lebih komponen aliran cairan atau gas
diserap pada permukaan atau di dalam pori-pori adsorben padat. Contohnya
adalah penghilangan senyawa organik dari air yang tercemar, pemisahan
parafin dari aromatik, dan penghilangan pelarut dari udara.
Adsorpsi merupakan proses penyerapan zat dapat berupa gas atau cairan
yang hanya terserap pada suatu permukaan zat padat atau zat cair. Zat yang
diserap hanya berapa di sekeliling permukaan zat. Karena zat yang terserap
hanya di permukaan, maka zat itu menutupi seluruh permukaan zat. Contoh
peristiwa adsorpsi adalah peristiwa koloid.
3|Page
Operasi Teknik Kimia 2
Proses transfer dasar ketiga yaitu perpindahan massa, terjadi pada distilasi, absorpsi,
drying, ekstraksi cair-cair, adsorpsi, dan proses membran. Ketika massa dipindahkan
dari satu fase yang berbeda ke fase lain atau melalui fase tunggal, mekanisme
dasarnya sama apakah fasenya adalah gas, cairan, atau padat. Hal ini juga ditunjukkan
dalam perpindahan panas, dimana transfer panas oleh konduksi mengikuti hukum
Fourier dalam gas, padat, atau cair.
4|Page
Operasi Teknik Kimia 2
Proses difusi molekuler ditunjukkan secara skematis. Jalur acak yang mungkin
diambil oleh molekul A adalah menyebar melalui molekul B dari titik (1) sampai (2).
Jika ada sejumlah besar molekul A dekat dengan titik (1) daripada titik (2), maka
karena molekul berdifusi secara acak dalam dua arah, maka akan lebih banyak
molekul A berdifusi dari (1) ke (2) daripada dari (2) ke (1). Difusi molekul A berasal
dari daerah konsentrasi tinggi ke rendah.
Sebagai contoh lain, setetes cairan cair biru ditambahkan ke secangkir air. Molekul
pewarna akan berdifusi secara perlahan dengan difusi molekuler ke seluruh bagian
air. Untuk meningkatkan laju pencampuran zat warna ini, cairan dapat secara
mekanis diaduk oleh sendok dan perpindahan massa konvektif akan terjadi. Dua
mode perpindahan panas, konduksi dan perpindahan panas konvektif, analog dengan
difusi molekuler dan perpindahan massa konvektif.
Difusi molekul ketika seluruh cairan dalam jumlah besar tidak bergerak namun
bersifat stasioner. Difusi pada molekul disebabkan oleh gradien konsentrasi.
Persamaan Hukum Ficks umum untuk campuran biner A dan B dapat ditulis sebagai
berikut:
dxA
J*AZ = -cDAB …………………….…..………………………………1.1)
dz
kg mol A + B
dimana c adalah konsentrasi total A dan B dalam , dan xA adalah fraksi mol A
m3
dalam campuran A dan B. Jika c konstan, maka cA = cxA.
c dxA = d(c xA ) = d cA … … … … … … … . . … … … … … … … … … 1.2)
maka
dc
J*AZ = -DAB A ……………………………..……………..……………1.3)
dz
kg mol A
dimana J*AZ adalah flux molar komponen A dalam arah z dengan satuan , DAB
s.m2
m2
adalah difusi molekular dari molekul A dalam B dengan satuan , CA adalah
s
kg mol
konsentrasi A dalam , dan z adalah jarak difusi dalam satuan m.
m3
5|Page
Operasi Teknik Kimia 2
Driving force lainnya untuk difusi (selain perbedaan konsentrasi) juga terjadi karena
suhu, tekanan, potensi listrik, dan gradien lainnya.
Jawaban:
Karena tekanan total (P) konstan, maka c konstan, dimana c mengikuti hukum gas
ideal:
pV = nRT …………………………………………….…………..1.4)
n P
= =c……………..………………………………………….1.5)
V RT
dimana n dalam kgmol A + B, V dalam m3, T adalah suhu dalam K, R = 8314,3 m3.Pa/kg
kg mol A + B
mol.K atau R = 82,057 x 10-3 m3.atm/kgmol.K dan c dalam .
m3
Dalam keadaan steady state, flux J* AZ sesuai dengan persamaan 1.3 bernilai konstan,
DAB untuk gas juga bernilai konstan, persamaan 1.3 disusun kembali dengan integrasi:
z2 cA2
J*AZ ∫ dz = -DAB ∫ dcA … … … … … … … . … … . . … … … . .1.6)
z1 cA1
J*AZ (z2 - z1 ) = -DAB (cA2 - cA1 )……………………..…………………..1.7)
DAB (cA1 - cA2 )
J*AZ = … … … … … … … … … . . … … … … . .1.8)
z2 - z1
dengan hukum gas ideal, pA.V = nA.R.T dan
p nA
cA1 = A1 = … … … … … … … … … … . … . … … … … 1.9)
RT V
substitusi persamaan 1.9 ke persamaan 1.8
DAB (pA1 - pA2 )
J*AZ = … … … … … . … … … … . … … … . .1.10)
RT( z2 - z1 )
dengan:
DAB = 0,687 x 10-4 m2/s
pA1 = 0,6 atm = 0,6 x 1,01325 x 105 = 6,08 x 104 Pa
pA2 = 0,2 atm = 0,2 x 1,01325 x 105 = 2,027 x 104 Pa
z2 = 0,2 m
(0,687 x 10-4 ) (6,08 x 104 - 2,027 x 104 ) kg mol A
J*AZ = =5,63 x 10-6
(8314,3)(298)(0,2 - 0) s.m2
6|Page
Operasi Teknik Kimia 2
atmosfer. Dalam proses fermentasi, nutrisi dan oksigen terlarut dalam larutan
berdifusi dengan mikroorganisme. Dalam reaksi katalitik, reaktan berdifusi dari
media sekitarnya ke permukaan katalis dimana reaksi terjadi.
Bila fluida mengalir di luar permukaan padat dalam gerakan konveksi paksa, laju
perpindahan massa konvektif dari permukaan ke cairan atau sebaliknya
menggunakan persamaan berikut:
NA = kc (cL1 -cLi )……………………………….….…………….1.11)
dimana kc adalah koefisien mass transfer dalam satuan m/s, c L1 adalah konsentrasi
kg mol A
bulk fluid dalam , dan cLi adalah konsentrasi cairan di dekat permukaan
m3
padatan. Koefisien perpindahan massa ini sangat mirip dengan koefisien perpindahan
panas h dan merupakan fungsi dari sistem geometri, sifat fluida, dan kecepatan aliran.
7|Page
Operasi Teknik Kimia 2
Jawaban:
P = 1,0132 x 105 Pa
z2 – z1 = 0,10 m
T = 298 K
a) sesuai dengan persamaan 1.10
DAB (pA1 - pA2 )
J*AZ =
RT( z2 - z1 )
* 0,230 x 10 .(1,013 x 10 -0,507 x 104 )
-4 4
kg mol A
JAZ = = 4,7 x 10-7
(8314,3)(298)(0,10-0) s.m2
b) J*B
pB1 = P – pA1 = 1,0132 x 105 – 1,013 x 104 = 9,199 x 104 Pa
pB2 = P – pA2 = 1,0132 x 105 – 0,507 x 104 = 9,625 x 104 Pa
0,230 x 10-4 .(9,199 x 104 -9,625 x 104 ) kg mol B
J*BZ = = - 4,7 x 10-7
(8314,3)(298)(0,10-0) s.m2
Nilai ( - ) pada J B menyatakan bahwa flux bergerak dari titik 2 ke 1.
*
8|Page
Operasi Teknik Kimia 2
Ketika seluruh cairan bergerak dalam bentuk bulk atau konvektif mengalir ke kanan.
Kecepatan rata-rata molar seluruh cairan relatif terhadap titik stasioner adalah vM
dengan satuan m/s. Komponen A berdifusi ke kanan, namun kecepatan difusi v Ad
diukur relatif terhadap fluida bergerak. Di titik stationer, komponen A bergerak lebih
cepat dari fasa yang berbentuk bulk karena kecepatan difusi vAd ditambah dengan fase
bulk vM. Secara matematis, kecepatan A relatif terhadap titik stasioner adalah jumlah
kecepatan difusi dan kecepatan rata-rata atau konvektif.
vA = vAD + vM………………………………..……….…………….1.19)
dimana vA adalah kecepatan A relatif terhadap titik stasioner.
vA
vAD vM
9|Page
Operasi Teknik Kimia 2
Gambar 1.5 Difusi A stagnan atau tidak berdifusi melalui B: (a) benzena yang
menguap menjadi udara, (b) amonia di udara diserap ke dalam air
Contoh lain yang ditunjukkan pada gambar terjadi pada penyerapan uap NH3 (A) yang
berada di udara (B) oleh air. Permukaan air tidak tiak dapat dilewati udara karena
hanya sedikit udara yang larut dalam air. Jadi, karena B tidak dapat berdifusi, NB = 0.
10 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
B didefinisikan sebagai berikut. Karena P = pA1 + pB1 = pA2 + pB2, pB1 = P - pA1, dan pB2 =
P - pA2
pB2 - pB1 pA1 - pA2
pBM = = … … … … … … … .1.32)
ln (pB2 ⁄pB1 ) ln[(P - pA2 )⁄(P - pA1 )]
Substitusi persamaan 1.32 ke persamaan 1.31
DAB .P
NA = (p -p )………………………..………1.33)
RT (z2 - z1 )pBM A1 A2
Contoh Soal 6.2-2 : Diffusion of Water through Stagnant, non Diffusing Air
Air di dasar tabung logam yang sempit ditahan pada suhu konstan 293 K. Tekanan
total udara (diasumsikan kering) adalah 1,01325 x 105 Pa (1,0 atm) dan suhunya
adalah 293 K (20oC). Air menguap dan berdifusi melalui tabung udara dan jalur difusi
z2 - z1 adalah 0,1524 m (0,5 ft). Diagramnya mirip dengan gambar 1.5-a. Hitung laju
penguapan pada kondisi steady state dalam kg.mol/s.m 2. Difusivitas uap air pada
tekanan 293 K dan 1 atm adalah 0,250 x 10-4 m2/s. Asumsikan bahwa sistem
isotermal. Gunakan unit SI.
Jawaban:
DAB = 0,250 x 10-4 m2/s
Dari Appendix A.2, tekanan uap air pada 20oC adalah 17,54 mmHg atau pA1 =
17,54/760 = 0,0231 atm . (1,01325 x 10 5) = 2,341 x 103 Pa.
pA2 = 0 (murni air)
11 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
12 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
13 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Pengaruh konsentrasi A dan B pada persamaan 1.34 tidak disertakan. Namun, untuk
gas nyata dengan interaksi, konsentrasi maksimum pada difusivitas sekitar 4%.
Dalam kebanyakan kasus efeknya jauh lebih sedikit, dan karenanya biasanya
dianggap 0.
Persamaan 1.34 relatif rumit untuk digunakan dan seringkali beberapa konstanta
seperti AB tidak tersedia atau sulit untuk diperkirakan. Oleh karena itu, metode
semiempiris Fuller dkk yang jauh lebih mudah digunakan. Persamaan ini diperoleh
dengan menghubungkan banyak data terkini dan menggunakan volume atom dari
Tabel 1.2 yang dijumlahkan untuk setiap molekul gas. Persamaannya adalah
1,00 x 10-7 T1,75 (1⁄MA + 1⁄MB )1⁄2
DAB = … … … … … … … … .1.35)
P[(∑ vA )1⁄3 +(∑ vB)1⁄3 ]2
dimana vA = jumlah kenaikan volume struktur yang ada pada Tabel 1.2. dan D AB = m2/s.
Metode ini dapat digunakan untuk campuran gas nonpolar atau campuran polar-nonpolar.
Akurasinya tidak sebaik persamaan 1.34.
Tabel 1.2 Volume Difusi Atom yang digunakan untuk Metode Fuller, Schettler, dan
Gidding
14 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Persamaan ini menunjukkan DAB sebanding dengan 1/P dikali T1,75. Jika nilai
eksperimen DAB diberikan pada T dan P tertentu, jika diinginkan untuk mencari nilai
DAB pada T dan P yang lain, maka diperlukan nilai T dan P yang baru dengan hubungan
DAB T1,75/P.
15 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
16 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Difusi molekuler dalam cairan jauh lebih lambat dari pada gas. Molekul dalam cairan
sangat berdekatan satu sama lain dibandingkan dengan gas. Oleh karena itu, molekul
zat terlarut A akan berbenturan dengan molekul cairan B lebih sering dan berdifusi
lebih lambat daripada gas. Secara umum, koefisien difusi dalam gas akan berada di
urutan besarnya sekitar 105 kali lebih besar dari pada cairan. Namun, fluks dalam gas
tidak begitu cepat, hanya sekitar 100 kali lebih cepat karena konsentrasi cairan lebih
tinggi daripada gas.
Kerapatan dan ketahanan terhadap difusi dalam cairan jauh lebih besar pada molekul
digabungkan dalam cairan daripada dalam gas,. Selain itu, karena jarak molekul yang
lebih dekat, kekuatan tarik antara molekul memainkan peran penting dalam difusi.
Persamaan untuk difusi dalam cairan sama dengan gas.
Dalam difusi cairan, perbedaan penting dari difusi dalam gas adalah bahwa difusivitas
seringkali sangat bergantung pada konsentrasi komponen difusi.
1. Equimolar counterdiffusion
Dimulai dengan persamaan umum 1.25, persamaan equimolar counterdiffusion
dimana NA = -NB, persamaan yang mirip dengan persamaan 1.8 untuk gas pada
keadaan steady state.
DAB (cA1 -cA2 ) DAB cav (xA1 -xA2 )
NA = = … … … … … … … .1.36)
z2 -z1 z2 -z1
dimana NA adalah fluks A dalam kg mol A/s.m2, DAB difusivitas A dalam B dalam m2/s,
CA1 konsentrasi A dalam kg mol A/m3 pada titik 1, xA1 fraksi mol A pada titik 1 dan cav
ditentukan oleh
ρ ρ ρ
cav = ( ) = ( 1 + 2 )⁄2…………….……………….1.37)
M av M1 M2
dimana cav adalah konsentrasi total rata-rata A + B dalam kg mol/m3, M berat
molekul rata-rata larutan pada titik 1 dalam kg massa/kg mol dan 1 adalah densitas
rata-rata larutan dalam kg/m3 pada titik 1.
Persamaan 1.36 menggunakan nilai rata-rata DAB yang bervariasi dengan beberapa
konsentrasi dan nilai rata-rata c yang juga dapat bervariasi dengan konsentrasi.
Biasanya rata-rata linear c digunakan pada persamaan 1.37. Kasus equimolar
counterdiffusion pada persamaan 1.36 sangat jarang terjadi pada cairan.
17 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
mengganti cav = P/RT, cA1 = pA1/RT dan xBM = pBM/P, diperoleh persamaan untuk cairan
pada keadaan steady state.
DAB cav
NA = (x - x )…………………….…………….1.38)
(z2 - z1 )xBM A1 A2
dimana
xB2 - xB1
xBM = … … … … … … … … … … … … … .1.39)
ln(xB2 ⁄xB1 )
dimana xA1 + xB1 = xA2 + xB2 =1. Untuk larutan encer xBM mendekati 1 dan c dasarnya
konstan. Persamaan 1.38 disederhanakan menjadi
DAB (cA1 -cA2 )
NA = ……………………………………………1.40)
z2 -z1
Contoh Soal 6.3-1 : Difusi Etanol (A) melalui Air (B)
Larutan etanol (A) air (B) dalam bentuk lapisan tipis film stagnan 2 mm pada suhu
293 K berada dalam kontak di satu permukaan dengan pelarut organik dimana etanol
larut dan air tidak dapat larut. Oleh karena itu, N B = 0. Pada titik 1 konsentrasi etanol
adalah 16,8% dan densitas larutannya adalah 1 = 972,8 kg/m3. Pada titik 2
konsentrasi etanol adalah 6,8 wt% dan 2 = 988,1 kg/m3. Difusivitas etanol adalah
0,740 x 10-9 m2/s. Hitung fluks NA dalam kondisi steady state.
Jawaban:
Difusivitas, DAB = 0,740 x 10-9 m2/s. Berat molekul A dan B MA = 46,05 dan MB = 18,02.
Fraksi mol etanol (A) pada titik 2 dengan konsentrasi etanol 6,8% dan bila umpan
100 kg larutan
%fraksi mol A⁄MA
xA2 =
(%fraksi mol A⁄MA )+((100% - %fraksi mol A)⁄MB )
6,8⁄46,05 0,1477
xA2 = = =0,0277
6,8⁄46,05 + ((100-6,8))⁄18,02 0,1477+5,17
xB2 = 1- xA2 = 1 – 0,0277 = 0,9723
pada titik 1
%fraksi mol A⁄MA
xA1 =
(%fraksi mol A⁄MA )+((100% - %fraksi mol A)⁄MB )
16,8⁄46,05 0,365
xA1 = = =0,0732
16,8 ⁄46,05 + ((100 − 16,8))⁄18,02 0,365+4,617
xB1 = 1- xA1 = 1 – 0,0732 = 0,9268
18 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
19 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Persamaan untuk memprediksi difusivitas zat terlarut dalam cairan adalah dengan
pendekatan semiemperis, karena teori difusi cairan belum mapan. Persamaan Stokes
- Einstein, salah satu teori pertama, diturunkan untuk molekul spherical yang sangat
besar (A) yang menyebar dalam molekul kecil pelarut cair (B). Hukum Stokes
digunakan untuk menggambarkan hambatan pada molekul zat terlarut yang
bergerak. Kemudian persamaan tersebut dimodifikasi dengan mengasumsikan
bahwa semua molekul sama dan diatur dalam kisi kubik dan dengan
mengekspresikan jari-jari molekuler dalam hal volume molar.
9,96 x 10-16 T
DAB = … … … … … … … … … … … … . .1.41)
μ.V1A⁄3
dimana DAB adalah difusivitas m2/s, T adalah suhu dalam K, µ adalah viskositas
larutan dalam Pa.s atau Kg/m.s, dan v A adalah volume molar terlarut pada titik didih
normal dalam m3/kg mol. Persamaan ini berlaku untuk molekul unhidrat dan
spherical yang sangat besar seperti sekitar 1000 molekul atau lebih atau di mana v A
di atas sekitar 0,500 m3/kg mol dalam larutan cairan.
20 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Untuk volume molar terlarut yang lebih kecil, persamaan 1.41 tidak bisa digunakan.
Beberapa turunan teoritis lainnya telah dicoba, namun persamaan tersebut tidak
memprediksi kecocokan dengan sangat akurat. Oleh karena itu, sejumlah ekspresi
semitheoretis telah dikembangkan. Korelasi Wilke-Chang dapat digunakan untuk
tujuan umum dimana zat terlarut (A) diencerkan dalam pelarut (B)
T
DAB =1,173 x 10-16 (φMB )1⁄2 … … … … … . . … … .1.42)
μB V0,6
A
dimana MB adalah berat molekul pelarut B, µB adalah viskositas B dalam Pa atau
Kg/m.s, vA adalah volume molar terlarut pada titik didih yang dapat diperoleh dari
Tabel 1.4 dan merupakan "parameter asosiasi" dari pelarut, dimana nilai adalah 2,6
untuk air, 1,9 metanol, 1,5 etanol, 1,0 benzena, 1,0 eter, 1,0 heptana, dan 1,0 pelarut
tak berasosiasi lainnya. Bila nilai vA di atas 0,500 m3/kg mol (500 cm3/g mol)
sebaiknya digunakan Persamaan 1.41.
Tabel 1.4 Volume Atom dan Volume Molar pada Titik Didih Normal
21 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Bila air adalah zat terlarut, nilai dari persamaan 1.42 harus dikalikan dengan faktor
1/2,3. Persamaan 1.42 memprediksi difusivitas dengan deviasi rata-rata 10-15%
untuk larutan cairan dan sekitar 25% pada non larutan cairan . Di luar kisaran 278 -
313 K, persamaan harus digunakan dengan hati-hati. Untuk air sebagai zat terlarut,
persamaan oleh Reddy dan Doraiswamy lebih disukai. Skelland merangkum korelasi
yang tersedia untuk sistem biner. Geankoplis membahas dan memberikan sebuah
persamaan untuk memprediksi difusi dalam sistem terner, dimana zat terlarut A
tersebar dalam campuran pelarut B dan C. Kasus ini sering terjadi dalam proses
industri.
Jawaban:
Dari Appendix A.2, viskositas air pada suhu 25oC adalah µB = 0,8937 x 10-3 Pa.s dan
pada 50oC adalah µB = 0,5494 x 10-3 Pa.s.
Dari Tabel 1.4 CH3COCH3 dengan 3 atom Carbon + 6 atom Hidrogen + 1 atom oksigen
VA = 3 (0,0148) + 6(0,0037) + 1(0,0074) = 0,0740 m3/kg mol
22 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Parameter asosiasi air = 2,6 dan MB = 18,02 kg/kg mol. Saat T = 25oC = 298 K,
substitusi Persamaan 1.42
T
DAB = 1,173 x 10-16 (φMB )1⁄2
μBV0,6
A
-16 298
DAB = 1,173 x 10 (2,6 x 18,02)1⁄2
(0,8937 𝑥 10−3 )(0,0740)0,6
= 1,277 x 10-9 m2 ⁄s
Saat T = 50oC = 323 K
323
DAB = 1,173 x 10-16 (2,6 x 18,02)1⁄2
(0,5494 𝑥 10−3 )(0,0740)0,6
-9 2
= 2,251 x 10 m ⁄s
Elektrolit dalam larutan seperti KCl terdisosiasi menjadi kation dan anion dan
berdifusi lebih cepat daripada molekul yang tidak terdisosiasi karena ukurannya yang
kecil. Koefisien difusi dapat diestimasi dengan menggunakan konduktansi ionik pada
pengenceran tak terbatas dalam air. Baik ion negatif maupun bermuatan positif
berdifusi pada tingkat yang sama sehingga netralitas listrik dipertahankan.
23 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Difusi dalam fase padatan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu difusi yang dianggap
mengikuti hukum Fick dan tidak bergantung terutama pada struktur aktual padatan,
dan difusi pada padatan berpori dimana struktur aktual dan saluran void penting.
Jenis difusi padatan tidak bergantung pada strutur padatan sebenarnya. Difusi terjadi
ketika cairan atau zat terlarut berdifusi benar-benar dilarutkan dalam padatan untuk
membentuk larutan yang lebih atau kurang homogen - misalnya dalam pencucian,
dimana zat padat mengandung sejumlah besar air dan zat terlarut yang berdifusi
melalui larutan atau di dalam larutan difusi seng melalui tembaga. Juga, difusi
nitrogen atau hidrogen melalui karet atau dalam beberapa kasus difusi air dalam
bahan makanan dapat diklasifikasikan disini karena persamaan tipe serupa dapat
digunakan.
Integrasi persamaan 1.44 untuk pelat padatan pada keadaan steady state
DAB (cA1 - cA2 )
NA = ………………………....……………………..1.45)
(z2 - z1 )
Untuk kasus difusi secara radial melalui dinding silinder jari-jari dalam r1 dan jari-jari
luar r2 dan panjang L
̅A
N dcA
= -DAB …………………..…………….……………….1.46)
2πrL dr
2πL
̅ A =DAB (cA1 -cA2 )
N ……………………….………………..1.47)
ln(r2 ⁄r1 )
Koefisien difusi DAB dalam padatan seperti yang dinyatakan di atas tidak tergantung
pada tekanan gas atau cairan di bagian luar padatan. Misalnya, jika gas CO 2 berada di
luar lapisan karet dan berdifusi melalui karet, DAB akan terlepas dari pA, tekanan
parsial CO2 di permukaan. Kelarutan CO2 dalam padatan berbanding lurus dengan pA.
24 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Hal ini serupa dengan kasus kelarutan O 2 dalam air yang berbanding lurus dengan
tekanan parsial O2 di udara sesuai dengan Hukum Henry.
Kelarutan suatu gas terlarut (A) dalam padatan biasanya dinyatakan sebagai zat
terlarut S dalam m3 (pada STP 0oC dan 1 atm) per m3 padatan per tekanan parsial atm
(A). Juga, S = cm3(STP)/atm.cm3 padatan dalam sistem cgs. Untuk mengubahnya
menjadi konsentrasi cA dalam padatan dalam kg mol A/m3 dengan menggunakan
satuan SI
S m3 (STP)⁄m3 solid.atm SpA kg mol A
cA = 3 pA atm = …………….1. 48)
22,414 m (STP)⁄kg mol A 22,414 m3 solid
dalam unit cgs
S.pA g mol A
cA = …………………………………………….1.49)
22414 cm3 solid
Jawaban:
Sketsa pada Gambar 1.6 menampilkan konsentrasi. Kesetimbangan konsentrasi cA1 di
dalam permukaan karet sesuai dengan Persamaan 1.48.
S 0,051.(0,010)
cA1 = pA1 = =2,28 x 10-5 kg mol H2 ⁄m3 solid
22,414 22,414
karena pA2 pada sisi lain adalah 0, maka cA2 adalah 0. z2 = 0,5 mm = 0,0005 m.
Substitusi ke persamaan 1.45
DAB (cA1 - cA2 )
NA =
(z2 - z1 )
(1,03 𝑥 10−10 )(2,28 𝑥 10−5 − 0)
= =4,69 x 10-12 kg mol H2 ⁄s.m2
(0,0005 − 0)
25 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Untuk gas sederhana seperti He, H2, O2, N2, dan CO2 dengan tekanan gas sampai 1 atau
2 atm, kelarutan dalam padatan seperti polimer dan gelas umumnya mengikuti
hukum dan persamaan Henry. Juga untuk gas-gas ini, difusivitas dan permeabilitas
saling bergantung pada konsentrasi dan tekanan. Untuk efek suhu T dalam K, maka
PM kira kira fungsi linear 1/T. Juga difusi gas, katakanlah H 2 rata-rata bebas dari gas
lain yang ada, seperti O2 dan N2.
Untuk logam seperti Ni, Cd, dan Pt, dimana difusivitas gas seperti H 2 dan O2 ditemukan
secara eksperimental bahwa fluks rata-rata sebanding dengan (√pA1 -
√pA2 ) sehingga Persamaan 1.51 tidak dapat digunakan. Ketika air berdifusi melalui
26 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
polimer, tidak seperti gas sederhana, PM mungkin agak bergantung pada perbedaan
tekanan relatif. Data lebih lanjut tersedia dalam monograf Crank dan Park dan Barrer.
Jawaban:
Dari Tabel 1.5 PM = 4,17 x 10-12 m2 terlarut(STP)/(S.m2.atm/m). Substitusi ke
persamaan 1.51
27 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
28 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Untuk situasi dimana void diisi sepenuhnya dengan air, konsentrasi garam dalam air
pada batas 1 adalah cA1 dan pada titik 2 adalah cA2. Garam yang berdifusi melalui air
dalam volume void membutuhkan jalur berliku yang tidak diketahui dan lebih besar
dari (z2 - z1) oleh suatu faktor , yang disebut tortuosity. Difusi tidak terjadi pada
padatan inert. Untuk larutan encer menggunakan Persamaan 1.40 untuk difusi garam
dalam air pada keadaan steady state.
DAB (cA1 - cA2 )
NA = …………………………………1.56)
(z2 - z1 )
dimana adalah fraksi void terbuka, DAB adalah difusivitas garam dalam air, dan
merupakan faktor yang mengoreksi (z2 - z1). Untuk padatan jenis inert dapat
bervariasi dari sekitar 1,5 sampai 5. Seringkali digabungkan menjadi difusivitas
efektif.
ε
DA eff = DAB m2 ⁄s …………………..1.57)
τ
29 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Sebuah korelasi tortuosity versus fraksi void dari berbagai media berpori yang tidak
digabungkan dengan media bola kaca, pasir, garam dan seterusnya memberikan
perkiraan nilai yang berbeda dari = 0,2, = 2,0 ; = 0,4, = 1,75 ; = 0,6, = 1,65.
4. Rangkuman
a. Flux molar
DAB (pA1 - pA2 )
J*AZ =
RT( z2 - z1 )
b. Laju difusi
DAB .P
NA = (p -p )
RT (z2 - z1 )pBM A1 A2
c. Persamaan Fuller untuk menghitung difusivitas
1,00 x 10-7 T1,75 (1⁄MA + 1⁄MB )1⁄2
DAB =
P[(∑ vA )1⁄3 +(∑ vB)1⁄3 ]2
d. Laju diffusing of A through non diffusing B
DAB cav
NA = (x - x )
(z2 - z1 )xBM A1 A2
e. Korelasi Wilke Chang untuk memprediksi koefisien difusivitas
T
DAB =1,173 x 10-16 (φMB )1⁄2
μBV0,6A
f. Permeabilitas
PM = DAB .S
g. Laju difusi dengan Permeabilitas diketahui
DAB . S (pA1 - pA2 ) PM (pA1 - pA2 )
NA = = kg mol⁄s.m2
22,414 (z2 - z1 ) 22,414 (z2 - z1 )
h. Laju difusi dalam padatan berpori
DAB (cA1 - cA2 )
NA =
(z2 - z1 )
5. Pertanyaan/Diskusi
a. Geankoplis : Problems Nomor 6.1-1 dan 6.1-2.
b. Geankoplis : Problems Nomor 6.2.2
c. Geankoplis : Problems Nomor 6.2.4 dan 6.2.6
d. Geankoplis : Problems Nomor 6.3.1 dan 6.3.3
e. Geankoplis : Problems Nomor 6.5.1 dan 6.5.3
30 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
BAB II
PRINSIP KESEIMBANGAN
1. Deskripsi singkat
Pada Bab ini akan dibahas:
a. Perpindahan massa antarfasa
b. Teori lapisan film
c. Prinsip keseimbangan
d. Keseimbangan gas-cair, padat-cair, cair-cair, gas-padat
31 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
xA dalam fasa cair, maka persamaan 2.5 dapat ditulis sebagai berikut untuk
menghitung equimolar counterdiffusion.
Gas : NA = k’c (cA1 – cA2) = k’G (pA1 – pA2) = k’y (yA1 – yA2)…………………2.6)
Cairan : NA = k’c (cA1 – cA2) = k’L (cA1 – cA2) = k’x (xA1 – xA2)………………..2.7)
Semua koefisien perpindahan massa ini dapat dihubungkan satu sama lain. Misalnya,
menggunakan Persamaan 2.6 dan mengganti yA1 = cA1/c dan yA2 = cA2/c ke dalam
persamaan
' ' ' cA1 cA2 k'y
NA = kc (cA1 - cA2 ) = ky (yA1 - yA2 ) = ky ( - ) = (cA1 - cA2 ) … … … … 2.8)
c c c
karena
k'y
k'c = … … … … … … … … … … … … … . … … … 2.9)
c
Hubungan - hubungan antara koefisien perpindahan massa, dan berbagai persamaan
fluks, ditampilkan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Hubungan - hubungan antara koefisien perpindahan massa dan berbagai
persamaan fluks
32 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
3. Koefisien transfer massa untuk A yang berdifusi secara stagnan dan B yang tidak
berdifusi
Untuk A secara stagnan, dan B yang tidak berdifusi, dimana N B = 0. Persamaan 2.4
untuk keadaan steady state
k'c
NA = (c - c ) = kc (cA1 - cA2 ) … … … … … … … .2.10)
xBM A1 A2
dimana xBM dan bagian counternya yBM sama dengan persamaan 1.32 dan kc adalah
koefisien perpindahan massa untuk A menyebar secara stagnan melalui B.
xB2 - xB1 yB2 - yB1
xBM = yBM = … … … … … … 2.11)
ln (xB2 ⁄xB1 ) ln (yB2 ⁄yB1 )
Penulisan ulang Persamaan 2.10 menggunakan unit
Gas : NA = kc (cA1 – cA2) = kG (pA1 – pA2) = ky (yA1 – yA2)…………………2.12)
Cairan : NA = kc (cA1 – cA2) = kL (cA1 – cA2) = kx (xA1 – xA2)…………..………..2.13)
Semua koefisien transfer massa dapat dihubungkan satu sama lain dan ada dalam
Tabel 2.1. Misalnya, atur Persamaan 2.10 sama dengan persamaan 2.13
k'c cA1 cA2
NA = (cA1 - cA2 ) = kx (xA1 – xA2) = kx ( - ) … … … … .2.14)
xBM c c
dimana
'
k'c ky
= ………………………………….………2.15)
xBM c
Jawaban:
A berdifusi melalui B, dimana fluks B normal ke permukaan adalah nol, karena B tidak
larut dalam cairan A. pA1 = 0,20 atm dan pA2 = 0 dalam gas murni B. yA1 = pA1/P =
0,20/2,0 = 0,10 dan yA2 = 0. Dengan persamaan 2.12 dengan fraksi mol
NA = ky (yA1 - yA2)
Namun, nilai k'y yang berhubungan dengan ky di Tabel 2.1
ky yBM = k'y……………………………….2.16)
yBM mirip dengan xBM dan dari persamaan 2.11
yB2 - yB1
yBM =
ln (yB2 ⁄yB1 )
yB1 = 1 - yA1 = 1 - 0,10 = 0,90 yB2 = 1 – yA2 = 1 – 0 =1,0
substitusi ke Persamaan 2.11
1,0 - 0,90
yBM = = 0,95
ln (1,0⁄0,90)
Kemudian, dari Persamaan 2.16
k'y 6,78 x 10-5
ky = = =7,138 x 10-5 kg mol⁄s.m2 .mol frac
yBM 0,95
dari Tabel 2.1
kG yBM P = ky yBM…………………………………2.17)
33 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
sehingga kG
ky 7,138 x 10-5
kG = = = 3,522 x 10-10 kg mol⁄s.m2 .Pa
P 2 x 1,01325 x 105 Pa
ky 7,138 x 10-5
kG = = =3,569 x 10-5 kg mol⁄s.m2 .atm
P 2,0 atm
Untuk flux gunakan Persamaan 2.12
NA = ky (yA1 – yA2) = 7,138 x 10-5 (0,10 – 0) = 7,138 x 10-6 kg mol/s.m2
Juga,
pA1 = 0,20 atm = 0,20 (1,01325 x 105) = 2,026 x 104 Pa
dengan Persaman 2.12
NA = kG (pA1 – pA2) = 3,522 x 10-10 (2,026 x 10-4 – 0) = 7,138 x 10-6 kg mol/s.m2
NA = kG (pA1 – pA2) = 3,569 x 10-5 (0,20 – 0) = 7,138 x 10-6 kg mol/s.m2
Perhatikan bahwa dalam kasus ini, karena konsentrasi encer, y BM mendekati 1,0 dan
ky dan k'y berbeda sangat sedikit.
Konsentrasi yAG fase gas besar menurun ke yA1 pada antarmuka. Konsentrasi cairan
dimulai pada xAi pada antarmuka dan jatuh ke xAL. Pada antarmuka, karena tidak ada
resistensi untuk mentransfer seluruh antarmuka ini, y Ai dan xAi berada dalam
kesetimbangan dan terkait dengan hubungan distribusi kesetimbangan
34 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
C. Prinsip Keseimbangan
Untuk memprediksi konsentrasi zat terlarut di masing - masing dua fase dalam
kesetimbangan, data ekuilibrium eksperimental harus tersedia. Jika dua fase tidak
berada pada kesetimbangan, laju perpindahan massa sebanding dengan gaya
penggerak, yang merupakan permulaan dari ekuilibrium. Dalam semua kasus yang
melibatkan kesetimbangan, dua fase terlibat, seperti gas - cair atau cair - cair. Variabel
penting yang mempengaruhi keseimbangan zat terlarut adalah suhu, tekanan, dan
konsentrasi.
Kesetimbangan antara dua fase dalam situasi tertentu dibatasi oleh aturan fase:
F = C - P + 2………………….……………………………..2.22)
dimana P adalah jumlah fase pada kesetimbangan, C jumlah total komponen dalam
dua fase ketika tidak ada reaksi kimia yang terjadi, dan F jumlah varian atau derajat
kebebasan sistem. Misalnya, untuk sistem gas - cair (CO2 - air – udara) ada dua fase
dan tiga komponen (mempertimbangkan udara sebagai salah satu komponen inert).
Kemudian, dengan persamaan
F = C - P + 2 = 3 -2 + 2 = 3
Ini berarti ada 3 derajat kebebasan. Jika tekanan total dan suhu diketahui, hanya satu
variabel yang tersisa yang dapat ditetapkan secara bebas. Jika komposisi fraksi mol
xA CO2 (A) dalam fasa cair diketahui, komposisi fraksi mol yA atau tekanan pA dalam
fasa gas secara otomatis dapat dihitung.
Aturan fase tidak memberi tahu tekanan parsial pA dalam kesetimbangan dengan xA
yang dipilih. Nilai pA harus ditentukan secara eksperimental. Dua fase tentu saja dapat
menjadi gas - cair, cair - padat, dan seterusnya. Sebagai contoh, distribusi
keseimbangan asam asetat antara fase air dan fase isopropil eter telah ditentukan
secara eksperimental untuk berbagai kondisi.
Hukum Raoult dapat didefinisikan untuk fase uap - cair dalam kesetimbangan
pA = PA . xA…………………………………………………………2.23)
dimana pA adalah tekanan parsial komponen A dalam uap dengan satuan Pa (atm), PA
adalah tekanan uap murni A dalam Pa (atm), dan xA adalah fraksi mol A dalam cairan.
Hukum Raoult ini hanya berlaku untuk larutan ideal seperti benzena - toluena,
heksana - heptana, dan metil alkohol - etil alkohol yang biasanya adalah zat yang
sangat mirip satu sama lain. Banyak sistem yang ideal atau non ideal mengikuti
hukum Henry dalam larutan encer.
35 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
sistem benzena (A) - toluena (B) pada tekanan total 101,32 kPa. Garis atas adalah
garis uap jenuh (garis titik embun) dan garis bawah adalah garis cair jenuh (garis titik
gelembung). Daerah dua fase berada di wilayah antara dua garis tsb.
Pada Gambar 2.2, campuran cairan dingin xA1 = 0,318 dan dipanaskan dan akan mulai
mendidih pada 98oC (371,2 K) dan komposisi uap pertama dalam kesetimbangan
adalah yA1 = 0,532. Ketika cairan terus mendidih, komposisi x A akan bergerak ke kiri
karena yA lebih kaya di A.
Tabel 2.2 Tekanan uap dan data kesetimbangan fraksi mol untuk sistem benzena –
toluene
Sistem benzena - toluena mengikuti hukum Raoult, sehingga diagram titik didih dapat
dihitung dari data tekanan uap murni pada Tabel 2.2 dan persamaan berikut:
pA + pB = P…………………………………….…………………2.24)
PAxA + pB (1 – xA) = P……………………………….……………….2.25)
p PA xA
yA = A = … … … … … … … … … … … . … … … … … . .2.26)
P P
Contoh Soal 11.1-1 : Menggunakan Hukum Raoult untuk diagram titik didih
Hitung komposisi uap dan cair dalam kesetimbangan pada suhu 95oC (368,2 K) untuk
benzene – toluene menggunakan tekanan uap yang ada dalam Tabel 2.2 pada tekanan
101,32 kPa.
Jawaban:
Pada suhu 95oC dalam Tabel 2.2 untuk benzene, p A = 155,7 kPa dan pB = 63,3 kPa.
Substitusi ke Persamaan 2.25
155,7 (xA) + 63,3 (1 – xA) = 101,32 kPa (760 mm Hg)
Karena, xA = 0,411 dan xB = 1 – xA = 1 – 0,411 = 0,589. Substitusi ke Persamaan 2.26.
PA xA 155,7 (0,411)
yA = = =0,632
P 101,32
36 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Metode umum untuk menghitung data kesetimbangan ditunjukkan pada Gambar 2.2,
dimana yA diplotkan terhadap xA untuk sistem benzena-toluena. Garis 45o
menunjukkan bahwa yA lebih kaya dalam komponen A daripada xA.
Gambar 2.2 Diagram kesetimbangan untuk sistem benzena (A) toluene (B) pada
101,32 kPa (1 atm)
Diagram titik didih pada Gambar 2.1 adalah tipikal dari sistem yang ideal mengikuti
hukum Raoult. Sistem non ideal sangat berbeda. Pada Gambar 2.3a (Aseton -
kloroform) diagram titik didih ditunjukkan untuk titik didih azeotrop maksimum.
Suhu maksimum Tmax sesuai dengan konsentrasi xAz dan xAz = yAz. Plot yA versus xA
akan menunjukkan kurva yang melintasi garis 45o. Dalam Gambar 2.3b (Etanol – air)
titik didih azeotrop minimum ditunjukkan dengan yAz = xAz pada Tmin.
Gambar 2.3 Diagram kesetimbangan titik didih : (a) titik didih azeotrop maksimum,
(b) titik didih azeotrop minimum
37 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Diasumsikan bahwa tidak ada adsorpsi zat terlarut oleh zat padat dalam leaching.
Larutan dalam fase cair melewati suatu stage yang sama dengan larutan yang tersisa
dengan matriks padat dalam slurry yang melewati stage. Komponen di dalam stage
tidak mungkin untuk memisahkan semua cairan dari padatan. Oleh karena itu, fase
padat melewati stage mengandung beberapa cairan terlarut. Aliran padat-cair disebut
aliran underflow atau slurry. Karena itu. konsentrasi minyak atau zat terlarut dalam
aliran cairan atau overflow sama dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan cair
yang menyertai slurry atau aliran bawah. Oleh karena itu, pada plot xy garis
kesetimbangan berada di garis 45o.
Data kesetimbangan dapat diplot pada diagram persegi panjang sebagai fraksi berat
untuk tiga komponen: zat terlarut (A), inert atau padatan yang di leaching (B), dan
pelarut (C). Kedua fase adalah fase overflow (cair) dan fase underflow (slurry).
Konsentrasi B padat atau tidak larut dalam campuran larutan atau campuran slurry
dapat dinyatakan dalam satuan kg.
kg B kg padatan lb padatan
N= = = … … … … … 2.27)
kg A + kg C kg larutan lb larutan
Akan ada nilai N untuk overflow dimana N = 0 dan untuk limpahan N akan memiliki
nilai yang berbeda, tergantung pada konsentrasi zat terlarut dalam cairan. Komposisi
zat terlarut A dalam cairan akan dinyatakan sebagai fraksi berat.
kg A kg zat terlarut
xA = = (overflow cairan)……………2.28)
kg A+kg C kg larutan
kg A kg zat terlarut
yA = = (cairan di dalam slurry)………2.29)
kg A+kg C kg larutan
dimana xA adalah fraksi berat dari zat terlarut A dalam luapan cairan dan y A adalah
fraksi berat A pada basis B tanpa padatan dalam cairan yang terkait dengan slurry
atau underflow. Agar umpan padat yang masuk di leaching, N adalah kg inert
padatan/kg zat terlarut A dan yA = 1,0. Untuk pelarut murni yang masuk N = 0 dan x A
= 0.
38 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Gambar 2.4 Beberapa tipe diagram kesetimbangan ; (a) kasus untuk hubungan
garis vetikal dan yA = xA, (b) kasus dimana hubungan garis yA xA
Pada Gambar 2.4a diagram ekuilibrium umum menunjukkan dimana zat terlarut A
sangat larut dalam pelarut C, yang akan terjadi pada sistem minyak kedelai (A)
kedelai inert padatan (B) pelarut heksana (C). Kurva atas N versus y A untuk slurry
underflow merepresentasikan padatan yang terpisah dalam kondisi eksperimental
yang mirip dengan proses tahap aktual. Garis bawah N versus x A, dimana N = 0 pada
sumbu, mewakili komposisi cairan luapan dimana semua padatan telah dihilangkan.
Dalam beberapa kasus, sejumlah kecil padatan mungkin tetap meluap. Hubungan
garis adalah vertikal, dan pada diagram yx, garis kesetimbangan adalah y A = xA pada
garis 45o. Pada Gambar 2.4b, hubungan garis tidak vertikal, yang dapat dihasilkan dari
waktu kontak yang tidak mencukupi, sehingga semua zat terlarut tidak terlarut;
adsorpsi zat terlarut A pada padatan; atau zat terlarut yang larut dalam padatan B.
Jika garis underflow N versus y lurus dan horisontal, jumlah cairan yang terkait
dengan padatan dalam slurry adalah konstan untuk semua konsentrasi. Laju cairan
underflow konstan sepanjang berbagai stage dan aliran melimpah.
Pada Gambar 2.5a menunjukkan proses leaching single stage dimana V adalah kg/jam
larutan pelimpah dengan komposisi x A dan L adalah kg/jam cairan dalam larutan
slurry dengan komposisi yA berdasarkan laju alir yang diberikan B kg/jam larutan
terlarut kering padat.
39 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Lo + V2 = L1 + V1 = M………………………………….……….….2.30)
Lo yAo + V2 xA2 = L1 yA1 + V1 xA1 = M xAM………………………..………..2.31)
B = No Lo + 0 = N1 L1 + 0 = NM M.........................................………2.32)
dimana M adalah laju alir total dalam kg A + C/jam dan x AM dan NM adalah koordinat
titik M. Keseimbangan pada C tidak diperlukan, karena x A + xC = 1,0 dan yA + yC = 1,0 .
Seperti yang ditunjukkan sebelumnya, L 1, MV1, harus terletak pada garis lurus dan Lo
MV2 juga harus berada pada garis lurus yang ditunjukkan pada Gambar 2.5b. L1 dan V1
harus terletak di garis vertikal. Titik M adalah perpotongan dari dua garis. Jika L o yang
masuk adalah umpan padat segar yang akan di leaching tanpa ada C pelarut, maka L o
berada di atas garis N versus y pada Gambar 2.5b.
Gambar 2.5 Proses flow dan neraca massa untuk leaching single stage : (a) proses
flow, (b) neraca massa
Jawaban:
Proses flow diagram sama dengan Gambar 2.5a. Variabel proses yang diketahui
adalah:
Pelarut yang masuk, V2 = 100 kg
xA2 = 0
xC2 = 1,0
Slurry yang masuk, B = 100 (1,0 – 0,2) = 80 kg padatan yang tidak larut
Lo = 100 (1,0 – 0,8) = 20 kg A
No = 80/20 = 4,0 kg solid/kg larutan
yAo = 1,0
Untuk menentukan titik M, substitusi Persamaan 2.30 dan 2.31 dan 2.32
Lo + V2 = 20 + 100 = 120 kg = M
40 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
41 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
mewakili fraksi massa xC dari C dalam campuran pada M, jarak ke basis CB fraksi
massa xA dari A, dan jarak ke basis AC fraksi massa x B dari B. Jadi
xA + xB + xC = 0,40 + 0,20 + 0,40 = 1,0
Gambar 2.7 Diagram fase cair – cair dimana komponen A dan B sebagian
bercampur
Diagram fasa umum di mana sepasang komponen A dan B sebagian dapat dicampur
ditunjukkan pada Gambar 2.7. Contoh umum adalah metil isobutil keton (A) air (B)
aseton (C), air (A) kloroform (B) aseton (C), dan benzena (A) air (B) asam asetat (C).
Mengacu pada Gambar 2.7, C cair terlarut sepenuhnya dalam A atau dalam B. Cairan
A hanya sedikit larut dalam B dan B yang sedikit larut dalam A. Wilayah dua fase
termasuk di dalam di bawah kurva yang melengkung. Campuran komposisi M yang
asli akan terpisah menjadi dua fase a dan b yang berada pada garis hubungan
kesetimbangan melalui titik M. Garis - garis lain juga ditunjukkan. Kedua fase identik
pada titik P, titik Plait.
42 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Gambar 2.8 Diagram asam asetat (A), air (B), isopropil eter (C) fase cair – cair pada
suhu 293 K (20oC)
43 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Tabel 2.3 Sistem kesetimbangan asam asetat, air, isopropil eter cair – cair pada 293
K (20oC)
Jawaban:
xC = 0,30
xA = 0,10
44 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
xB = 0,60
Komposisi xC = 0,30, xA = 0,10 di plot pada titik h di Gambar 2.8. Garis hubungan gi
digambar melalui titik h secara trial dan error. Komposisi lapisan fase ekstrak (eter)
pada titik g adalah yA = 0,04, yC = 0,94, and yB = 1,00 – 0,04 – 0,94 = 0,02 fraksi massa.
Komposisi lapisan fase rafinat (air) pada titik i x A = 0,12, xC = 0,02, and xB = 1,0 – 0,12
-0,02 = 0,86.
Data yang mengikuti hukum linier dapat dinyatakan dengan persamaan yang mirip
dengan hukum Henry
q = Kc……………………..………………..2.35)
dimana K adalah konstan ditentukan secara eksperimental, m 3/kg adsorben. Isoterm
linear ini tidak umum, tetapi di daerah encer dapat digunakan untuk memperkirakan
data dari banyak sistem.
Persamaan isoterm Freundlich, yang bersifat empiris, sering mendekati data untuk
banyak sistem adsorpsi fisik dan sangat berguna untuk cairan.
q = Kcn……………………..………………..2.36)
dimana K dan n adalah konstanta dan harus ditentukan secara eksperimental. Jika
plot log - log dari q versus c dibuat, kemiringan adalah eksponen dimmensionless n.
Dimensi K bergantung pada nilai n. Persamaan ini kadang-kadang digunakan untuk
mengkorelasikan data untuk gas hidrokarbon pada karbon aktif.
The Langmuir isoterm memiliki dasar teoritis dan diberikan oleh yang berikut, di
mana qo dan K adalah konstanta empiris.
45 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
qo c
q= ………………………………………..……….2.37)
K+c
dimana qo adalah konstanta, kg adsorben/kg padat; dan K adalah konstanta, kg/m 3.
Persamaan ini berasal dengan asumsi bahwa hanya ada sejumlah situs aktif yang
tersedia untuk adsorpsi, hanya monolayer yang terbentuk, dan adsorpsi bersifat
reversibel dan mencapai kondisi kesetimbangan. Dengan memplot 1/q versus 1/c,
slope adalah K/qo dan intersep adalah 1/qo.
Hampir semua sistem adsorpsi menunjukkan bahwa ketika suhu meningkat, jumlah
yang teradsorpsi oleh adsorben menurun dengan kuat. Ini berguna karena adsorpsi
biasanya pada suhu kamar dan desorpsi dapat dicapai dengan menaikkan suhu.
Contoh soal 12.1-1 : Adsorpsi isoterm untuk fenol dalam air limbah
Tes batch dilakukan di laboratorium menggunakan larutan fenol dalam air dan
partikel karbon aktif granular. Data ekuilibrium pada suhu kamar ditunjukkan pada
Tabel 2.4. Tentukan isoterm yang sesuai dengan data.
Jawaban:
Data sebagai 1/q versus 1/c, hasilnya bukan garis lurus dan tidak mengikuti
persamaan Langmuir 2.37. Sebuah plot dari log q versus log c pada Gambar 2.10
memberikan garis lurus dan, karenanya, mengikuti Persamaan Freudlich isoterm
yaitu Persamaan 2.36. Kemiringan n adalah 0,229 dan konstanta K adalah 0,199,
q = 0,199c0,229
46 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
47 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
BAB III
DISTILASI
1. Deskripsi singkat
Pada Bab ini akan dibahas:
a) Prinsip distilasi
b) Macam-macam distilasi
c) Penentuan jumlah tray dan tray minimum, refluks dan refluks minimum untuk
umpan tunggal dengan metode Mc Cabe –Thiele
d) Penentuan jumlah tray dan tray minimum, refluks dan refluks minimum untuk
distilasi multikomponen
48 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
hubung “tie line” dengan titik tertentu pada kurva uap jenuh, dimana titik -
titik tersebut dalam keadaan keseimbangan.
Pada proses pemisahan secara distilasi, fase uap akan segera terbentuk setelah
sejumlah cairan dipanaskan. Uap dipertahankan kontak dengan sisa cairannya
(dalam waktu relatif cukup) dengan harapan pada suhu dan tekanan tertentu, antara
uap dan sisa cairan akan berada dalam keseimbangan, sebelum campuran dipisahkan
menjadi distilat dan residu. Fase uap yang mengandung lebih banyak komponen yang
lebih mudah menguap relatif terhadap fase cair, berarti menunjukkan adanya suatu
pemisahan. Sehingga kalau uap yang terbentuk selanjutnya diembunkan dan
dipanaskan secara berulang - ulang, maka akhirnya akan diperoleh komponen -
komponen dalam keadaan yang relatif murni.
49 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
cuaca tetap dapat mempengaruhi operasi kolom. Reboiler harus diukur secara
tetap untuk memastikan bahwa dihasilkan uap yang cukup selama musim
dingin dan dapat dimatikan selama musim panas.
Rumah shell vertikal bagian dalam kolom beserta kondenser dan reboiler
membentuk sebuah kolom distilasi. Gambaran unit distilasi dengan satu umpan
dan dua aliran produk adalah sebagai berikut:
b. Pengoperasian distilasi :
Campuran cairan yang akan diproses dikenal sebagai umpan (feed) dan diinput
pada bagian tengah kolom pada sebuah tray yang dikenal sebagai feed tray. Feed
tray dibagi menjadi kolom atas (enriching or rectification) dan kolom bottom
(stripping). Feed mengalir ke bawah kolom dikumpulkan pada bagian bawah
reboiler.
50 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
51 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
c. Sieve Tray
Sieve tray adalah plate metal sederhana dengan lubang diantaranya. Uap
lewat ke atas melalui cairan pada plate. Jumlah dan ukuran lubang menjadi
parameter desain. Karena luas range operasi, kemudahan perawatan, dan
faktor biaya, kebanyakan aplikasinya sieve dan valve tray diganti dengan
bubble cap tray.
52 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Gambar berikut menunjukkan aliran cairan dan uap sepanjang tray dan
sepanjang kolom.
53 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
2. Lessing ring
Kelebihan :
Harganya murah
Tidak terlalu berat
Dapat digunakan untuk bahan yang tidak tahan suhu tinggi
Sensitivitas lebih rendah terhadap kualitas distribusi cair dan uap
Kelemahan :
Efisiensinya lebih rendah
Kontaknya berlangsung secara cepat
3. Berl saddle
Kelebihan :
Distribusi uap-cair didistribusikan secara merata sama pada kedua sisi
Stabilitas kimia tinggi, dan daya tahan panas yang sangat baik,
Sensitivitas lebih rendah terhadap kualitas distribusi cair dan uap
Luas permukaannya besar
Kelemahan :
Kontaknya berlangsung secara cepat
Harganya mahal
4. Pall ring
Kelebihan :
Kapasitas lebih tinggi dan Pressure drop rendah (di bawah separuh
Raschig Rings)
Nilai HTU lebih rendah dari Berl Saddle
Distribusi cairan baik dan kapasitas besar
Kelemahan :
Pembersihannya sulit dilakukan.
Harganya lebih mahal dibandingkan raschig ring, lessing ring, berl saddle
dan intalox saddle
54 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
55 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
plate ke-n-1 dan arus uap Vn- 1 mol/jam dari plate ke-n+1 yang mengalami kontak
akrab di plate ke-n:
Uap keluar dari plate, Yn
Zat cair yang keluar dari plate, Xn
Uap masuk ke plate, Yn+1
Zat cair masuk ke plate, Xn+1
C. Penentuan Jumlah Tray dan Tray Minimum, Refluks, dan Refluks Minimum
untuk Umpan Tunggal dengan Metode Mc Cabe and Thiele
Distilasi adalah pemisahan komponen - komponen dalam larutan cair dengan
mempergunakan panas sebagai separating agent (berdasarkan beda titik didih
masing-masing komponen dalam larutan). Chemical Engineering Tools yang
digunakan dalam perancangan menara distilasi adalah:
a. Neraca Massa
b. Neraca Panas Grafik Entalpi - Komposisi
c. Kesetimbangan
1. Mc. Cabe and Thiele
Syarat yang harus dipenuhi dalam metode Mc. Cabe and Thiele adalah
kecepatan alir molar L dan V tetap, serta tidak memerlukan entalpi data. Adapun
langkah yang harus dilakukan dalam perancangan menara distilasi dengan
menggunakan metode Mc. Cabe and Thiele adalah:
a. Buat diagram Y Vs X
b. Hitung q
c. Tentukan titik fraksi distilat (XD), fraksi umpan (XF), dan fraksi bottom (XB)
d. Buat garis q melalui titik fraksi umpan (XF) dengan slope (q/q–1)
e. Hitung nilai (XD/R + 1 )
f. Buat garis operasi atas, dengan cara menarik garis lurus dari titik XD yang
memotong garis q dengan slope (XD/R + 1 )
56 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
g. Buat garis operasi bawah, dengan cara menarik garis lurus dari perpotongan garis
operasi atas dengan q ke titik XB
h. Hitung jumlah tray (stage)
Catatan: titik XD, XF, dan XB terletak pada garis lurus kurva kesetimbangan (garis
kesetimbangan)
Y
q
1
2
XD / (R+1) 4
XB XF XD
Gambar 3.10 Langkah perancangan menara dengan metode Mc. Cabe and Thiele
Keterangan : fraksi distilat (hijau), fraksi umpan (orange), fraksi bottom (ungu), garis
operasi atas (biru), garis opearsi bawah (pink), jumlah tray (merah)
Metode Perhitungan
Pada metode Mc. Cabe and Thiele tidak membutuhkan data entalpi karena
entalpi komposisi tidak selalu didapatkan.
Enriching Section (seksi atas)
G,y
X1 Y1 L, Xo D , XD
L G
Xi yn+1
57 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
atau
yn+1 = (R / R+1 ) Xi + XD / R+1 Persamaan garis operasi atas.................3.6)
garis operasi ini merupakan garis lurus pada koordinat x,y dengan slope (L / G) atau
(R / R+ 1) dan intersepnya (D / G).XD atau (XD/R+1)
(R / R +1)
XD / (R + 1)
XD
Gambar 3.11 Langkah menentukan garis operasi atas dengan metode Mc. Cabe and
Thiele
XM yM+1
B , XB
58 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
XB X
Pemasukan umpan
L G
HLf-1 HGf
F, GF, LF, ZF
L’ G’
HL’f HGf+1
59 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Material balance
F. XF = D. XD + B. XB ……………………..............................………………3.20)
Dari persamaan 3.15 dan 3.19 diperoleh:
q xF
y= .X- − −−→ garis untuk kondisi umpan. . . . . . . . . . . . … . . . . . . .3.21)
q-1 q-1
q = (panas yang dibutuhkan untuk menguapkan 1 mol umpan)/(panas penguapan)
Yi (2) (1)
(3)
(4)
(5)
Xi
Gambar 3.13 q Line pada berbagai kondisi
Beban Kondensor
Neraca panas disekitar kondensor:
QC = ho. Lo + hD. D – HG1 . G1..............................................................................3.27)
QC = ho. L + hD. D – HG1 . G……………………………………………………3.28)
60 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Kondensor total:
ho = hD……………………….……….3.29)
kondensor parsial:
ho = cairan , hD = uap
Beban Reboiler
Neraca panas bila tidak ada panas yang hilang lewat dinding ( Qloss = 0 )
QC + QB = hD. D + hB . B – hF . F.....................................................................3.30)
Bila ada panas yang hilang lewat dinding dapat dituliskan sebagai berikut:
QC + QB + Qloss = hD. D + hB . B – hF . F.............................................................3.31)
Variabel Operasi
L
( ) − − − − − −−→ N = tak terhingga. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3.32)
D min
L
Nmin --------------------------→ ( ) =tak terhingga (refluks total)……………...3.33)
D
Refluks Total
R xD
Yn+1 = xn + …………………………………….3.34)
R+1 R+1
dengan R = tak terhingga
Jika R = tak terhingga maka
Yn+1 = Xn, sehingga garis operasi = garis diagonal. Atau pada keadaan refluks total D =
0, B = 0, dan F = 0. Maka L = G = L’ = G’ dengan slope garis opearsi = 1 (garis diagonal
= garis operasi).
Refluks Minimum
Jika nilai “R” semakin kecil, maka slope garis operasi juga akan semakin kecil
dan intersepnya akan semakin besar. Bila “R” diperkecil garis operasinya, maka pada
suatu saat akan menjadi semakin besar memotong atau menyinggung kurva
kesetimbangan di suatu titik.
61 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Y q
( XD / (R+1))Min
XB XF XD
Untuk q = 1
1 xD α(1 - xD)
Rm = [ - ] … … … … … … … . … … … … . .3.35)
α - 1 xF (1 - xF )
Untuk q = 0
1 .xD (1 - xD)
Rm = [ - ] − 1 … … … … … … . … … … . .3.36)
α - 1 yF (1 - yF)
Catatan:
R nyata : diantara Rmax s/d Rmin
Rmax Jumlah tahap minumum
Rmin Jumlah tahap maksimum 0
R naik Jumlah tahap turun investasi turun, biaya operasi naik
R turun Jumlah tahap naik investasi naik, biaya operasi turun
Ada R optimum total cost paling rendah
R optimum = 1,2 – 1,5 kali Rmin
1,25
62 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Contoh soal :
Suatu menara distilasi kontinu dirancang untuk memisahkan 30.000 kg/jam umpan.
Umpan merupakan campuran yang terdiri dari 40% berat benzen (BM = 78) dan 60%
berat Toluen (BM = 92) menjadi produk atas yang berisi 97% berat benzen dan
produk bawah berisi 98% toluen. Rasio refluks yang digunakan adalah 3,5. Panas
laten molal dari benzen dan toluen adalah 7.360 kal/gmol dan 7.960 kal/gmol.
Benzen dan toluen membentuk campuran ideal dengan relatif volatilitas sebesar 2,5.
Umpan mempunyai titik didih campuran 95oC pada tekanan 1 atm.
a. Hitunglah jumlah mol produk atas dan mol produk bawah
b. Hitung jumlah plate dan tentukan letak plate umpan bila umpan cair jenuh, uap
jenuh, dan umpan campuran terdiri dari 2/3 uap
c. Hitung jumlah plate minimum
d. Hitung jumlah tray sebenarnya jika efisiensi 80% bila umpan cair jenuh, uap jenuh,
dan umpan campuran terdiri dari 2/3 uap
e. Hitung Refluks Minimum (Rm) bila umpan cair jenuh, uap jenuh, dan umpan
campuran terdiri dari 2/3 uap
Jawab:
D
Umpan A = 97% wt
B = 3% wt
F = 30.000 kg/jam
A = 40% wt
B = 60% wt
R = 3,5 B
= 2,5 A = 2% wt
B = 98% wt
63 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
nA
Fraksi mol produk atas = XD =
nA +nB
0,97
XD = 78 = 0,9744
0,97 0,03
+
78 92
nA
Fraksi mol produk bawah = XB =
nA +nB
0,02
XB = 78 = 0,0235
0,02 0,98
+
78 92
Neraca massa total : F = D + B
0,0116 = D + B
D = 0,0116 – B……………………………………………………………………a)
Neraca massa komponen (Persamaan 3.20) = F. XF = D. XD + B. XB
0,0116 . 0,4402 = D . 0,9744 + B . 0,0235
0,0051 = 0,9744D + 0,0235B…………………………………………..………...b)
Substitusi Persamaan a dan b sehingga menjadi
0,0051 = 0,9744 . (0,0116 – B) + 0,0235B
0,0051 = 0,0114 – 0,9744B + 0,0235B
0,0051 – 0,0114 = – 0,9744B + 0,0235B
-0,0062 = -0,9509B
-0,0062
B= = 0,0065
-0,9509
B = 0,0065 x 30.000 kg/jam = 196,3545 kmol/jam
Maka, D = 0,0116 – 0,0065 = 0,0051
D = 0,0051 X 30.000 kg/jam = 153,1438 kmol/jam
Membuat kurva kesetimbangan
α. x
y= … … … … … … … . … … … … … … .3.40)
(1+(α - 1)x)
= 2,5
x y
0 0
0,1 0,2174
0,2 0,3846
0,3 0,5172
0,4 0,6250
0,5 0,7143
0,6 0,7895
0,7 0,8537
0,8 0,9091
0,9 0,9574
1 1
R = 3,5
xD 0,9744
Intersep = = = 0,2165
R+1 3,5 + 1
Menggunakan data :
XB = 0,0235
64 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
XF = 0,4402
XD = 0,9744
xD
Intersep = = 0,2165
R+1
65 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
66 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Jumlah plate 1
67 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
68 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
69 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
70 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Rm = 3,6428 − 1 = 2,6428
Hasil perhitungan dan hasil dari grafik terbukti sama.
Tugas Pertemuan ke – 8:
Suatu menara distilasi digunakan untuk memisahkan campuran biner yang terdiri
dari 50% berat A BM = 76 dan 50% berat B BM = 154 menjadi produk atas yang berisi
95% berat A dan produk bawah yang berisi 99,5% berat B. Umpan masuk terdiri dari
30% uap, relatif volatility dari campuran biner adalah 2,35.
a. Hitung laju produk (D dan B)
b. Carilah tray dan refluks minimum
c. Carilah jumlah tray yang sebenarnya (aktual) bila digunakan R = 2Rm dan efisiensi
80%
D. Penentuan Bubble Point, Dew Point, dan Jumlah Stage Minimum untuk
Refluk Total Distilasi Multikomponen
Dalam industri banyak proses distilasi melibatkan pemisahan lebih dari dua
komponen. Prinsip umum desain menara distilasi multikomponen sama dengan yang
dijelaskan untuk sistem biner. Ada satu keseimbangan massa untuk setiap komponen
dalam campuran multikomponen. Entalpi atau heat balance dibuat serupa dengan
yang digunakan untuk kasus biner. Data ekuilibrium digunakan untuk menghitung
titik didih dan titik embun. Konsep refluks minimum dan refluks total sebagai kasus
pembatas juga digunakan.
71 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
pA = PA xA pB = PB xB pC = PC xC pD = PD xD … … … 3.41)
72 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
pA PA pB PB pC PC pD PD
yA = = x yB = = x yC = = x yD = = x … . .3.42)
P P A P P B P P C P P D
Bubble point
Pada tekanan tertentu, titik didih atau titik gelembung dari campuran
multikomponen tertentu harus memenuhi relasinya. Untuk campuran A, B, C, dan D
dengan C sebagai komponen dasar
∑ yi = ∑ Ki xi = Kc ∑ αi xi = 1,0…………………………3.45)
Perhitungannya adalah proses trial and error sebagai berikut. Pertama suhu
diasumsikan dan nilai - nilai dihitung dari nilai - nilai Ki pada suhu tsb. Kemudian nilai
KC dihitung dari KC = 1/i.xi. Suhu yang sesuai dengan nilai terhitung dari KC =
1/i.xi. Suhu yang sesuai dengan nilai terhitung K C dibandingkan untuk
mengasumsikan suhu. Jika nilai berbeda, suhu yang dihitung digunakan untuk iterasi
berikutnya. Setelah suhu akhir diketahui, komposisi uap dihitung dari
αi xi
yi = ……………………….……………….3.46)
∑ (αi xi )
Dew point
Untuk perhitungan titik embun juga dengan trial and error
y 1 y
∑ xi = ∑ ( i ) = ( ) ∑ ( i ) =1,0 ……………….3.47)
Ki KC αi
Nilai KC dihitung dari KC = (yi/i). Setelah suhu akhir diketahui, komposisi cair
dihitung dari
yi /αi
xi = ……………………….……………….3.48)
∑ (yi /αi )
73 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
dan komponen berat (H). Komponen lebih mudah menguap daripada light key
disebut light komponen dan akan ada di bagian bawah dalam jumlah kecil. Komponen
yang kurang stabil daripada light key disebut heavy key (komponen berat) dan
berada dalam distilat dalam jumlah kecil. Dua komponen utama hadir dalam jumlah
yang signifikan baik di bagian distillate maupun bottom.
74 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Gambar 3.17 Korelasi Erbar dan Maddox antara refluks rasio dan jumlah stages (R m
berdasarkan Persamaan Underwood (Persamaan 3.53)
Metode penting untuk menentukan jumlah stages teoritis dari stages yang diperlukan
untuk rasio refluks operasi R adalah korelasi empiris Erbar dan Maddox yang
ditampilkan pada Gambar 3.17. Pada Gambar 3.17 rasio refluks operasi R (untuk laju
aliran di bagian atas kolom) berkorelasi dengan Rm minimum yang diperoleh dengan
menggunakan metode Underwood, jumlah stages minimum N m yang diperoleh
dengan metode Fenske, dan jumlah stages N pada operasi R .
2
Ne xHF B xLB
log = 0,206 log [( ) ( ) ] ……………………………..3.54)
Ns xLF D yHD
N = Ne + Ns…………………………………………………….3.55)
75 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
di mana Ne adalah jumlah stages teoritis di atas plate umpan dan N s jumlah stages
teoritis di bawah plate umpan.
Contoh soal 11-7.2 : Menghitung laju alir produk, dew point, bubble point,
refluks rasio minimum dan jumlah stages pada saat refluks total
Umpan cair diumpankan ke menara distilasi pada 405,3 kPa abs. Komposisi dalam
fraksi mol adalah sebagai berikut: n-butana (xA = 0,40), n-pentana (xB = 0,25), n-
heksana (xC = 0,20), n-hepatne (xD = 0, 15). Hitunglah:
a. Laju alir dan komposisi di distilat dan bottom
b. Dew point dan bubble point
c. Jumlah stages minimum untuk refluks total dan distribusi komponen lain dalam
distilat dan bottoms
d. Rasio refluks minimum menggunakan metode Underwood
e. Jumlah stages teoritis pada rasio refluks operasi R = 1,5 Rm menggunakan korelasi
Erbar – Maddox
f. Lokasi stages umpan menggunakan metode Kirkbride
Jawab:
Distillate
A
F = 100 mol/jam B = 90%
P = 405,3 kPa C
A (n-butana) = 40%
B (n-pentana) = 25%
C (n-heksana) = 20%
D (n-heptana) = 15%
Bottom
B
C = 90%
D
a. Laju alir dan komposisi di distilat dan bottom
Yang menjadi key komponen adalah n-pentana (B) dan n-heksana (C).
Light key adalah n-pentana (B). Heavy key adalah n-heksana (C).
Base komponen (komponen dasar) adalah komponen n-heksana (C).
76 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Komponen A :
xAF.F = yAD.D + xAB.B = 40 = yAD.D + 0
yAD.D = 40
Komponen B :
xBF.F = yBD.D + xBB.B
yBD.D = 90% . xBF.F = 0,9 . 25 = 22,5 mol/jam
xBB.B = xBF.F - yBD.D = 25 – 22,5 = 2,5 mol/jam
Komponen C
XCF.F = yCD.D + xCB.B
xCB.B = 90% . xCF.F = 0,9 . 20 = 18 mol/jam
yCD.D = xCF.F - xCB.B = 20 – 18 = 2 mol/jam
Komponen D
XDF.F = yDD.D + xDB.B = 15 = 0 + xDB.B
xDB.B = 15
Laju alir total di distilat, D = yAD.D + yBD.D + yCD.D = 40 + 22,5 + 2 = 64,5 mol/jam
Fraksi mol masing – masing komponen di distilat :
yAD.D = 40
yAD = 40/64,5 = 0,6202
yBD.D = 22,5
yBD = 22,5/64,5 = 0,3488
yCD.D = 2
yCD = 2/64,5 = 0,0310
Laju alir total di bottom, B = xBB.B + xCB.B + xDB.B = 2,5 + 18 + 15 = 35,5 mol/jam
Fraksi mol masing – masing komponen di bottom :
xBB.B = 2,5
xBB = 2,5/35,5 = 0,0704
xCB.B = 18
xCB = 18/35,5 = 0,5070
xDB.B = 15
xDB = 15/35,5 = 0,4225
Laju alir di distilat dan bottom serta komposisi masing – masing komponen di distilat
dan bottom
Komponen xiF xiFF yiD yiDD XiB xiBB
A (n-Butane) 0,4 40 0,6202 40 0,0000 0
B (n-Pentane) L 0,25 25 0,3488 22,5 0,0704 2,5
C (n-Hexane) H 0,2 20 0,0310 2 0,5070 18
D (n-Heptane) 0,15 15 0,0000 0 0,4225 15
Total 1 100 1 64,5 1 35,5
77 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
B
ln P (kPa) = A - o
t ( C) + C
Asumsi T dew point = 70oC
2154,7
(13,6608 - 70 + 238,789 )
pA = e = 798,629 kPa
2451,88
(13,7667 - 70 + 232,014 )
pB = e = 283,800 kPa
2696,04
(13,8193 - 70 + 224,317 )
pC =e = 105,528 kPa
2910,26
(13,8622 - )
pD = e 70 + 216,432 = 40,251 kPa
Ptot = 405,3 kPa
pi
Ki =
Ptot
pA 798,629
KA = = = 1,97
Ptot 405,3
p 283,800
KB = B = = 0,70
Ptot 405,3
p 105,528
KC = C = = 0,26
Ptot 405,3
p 40,251
KD = D = = 0,10
Ptot 405,3
Ki
αi =
KC
KA 1,97
αA = = = 7,568
KC 0,26
KB 0,70
αB = = = 2,689
KC 0,26
KC 0,26
αC = = = 1,00
KC 0,26
KD 0,10
αD = = = 0,384
KC 0,26
yiD ⁄αi
yAD 0,6202
= = 0,0819
αA 7,568
yBD 0,3488
= = 0,1297
αB 2,689
yCD 0,0310
= = 0,0310
αC 1,00
78 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
yDD 0
= =0
αD 0,384
y y y y
∑ yiD ⁄αi = AD + BD + CD + DD
αA αB αC αD
∑ yiD ⁄αi = 0,0819 + 0,1297 + 0,0310 + 0 = 0,2427
KC = ∑ yiD ⁄αi
0,26 = 0,2427
Karena Kc yiD/i , maka dilakukan trial and error terhadap T dengan menggunakan
Goal Seek di Ms Excel, sehingga diperoleh T dew point adalah 67,39oC dan Kc = yiD/i
yaitu 0,239. Komposisi cairan di distilat adalah
yi /αi
xi =
∑ (yi /αi )
0,0801
xA = = 0,3347
0,2349
0,1283
xB = = 0,5358
0,2349
0,0310
xC = = 0,1295
0,2349
0
xD = =0
0,2349
Komposisi distilat dengan T dew point = 67,39oC adalah
Komponen yiD Ki = pi/Ptot ai = Ki/KC yiD/ai xi
A (n-Butane) 0,6202 1,86 7,740 0,0801 0,3347
B (n-Pentane)
L 0,3488 0,65 2,720 0,1283 0,5358
C (n-Hexane)
H 0,0310 0,24 1,000 0,0310 0,1295
D (n-Heptane) 0,0000 0,09 0,380 0,0000 0,0000
Total 0,2394 1
Bubble point
Asumsi T dew point = 70oC
2154,7
(13,6608 - 130 + 238,789 )
pA = e = 2485,337 kPa
2451,88
(13,7667 - 130 + 232,014)
pB = e = 1089,869 kPa
2696,04
(13,8193 - 130 + 224,317)
pC =e = 497,792 kPa
2910,26
(13,8622 - 130 + 216,432)
pD = e = 235,458 kPa
Ptot = 405,3 kPa
pi
Ki =
Ptot
pA 2485,337
KA = = = 6,13
Ptot 405,3
p 1089,869
KB = B = = 2,69
Ptot 405,3
79 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
pC 497,792
KC = = = 1,23
Ptot 405,3
p 235,458
KD = D = = 0,58
Ptot 405,3
Ki
αi =
KC
KA 6,13
αA = = = 4,993
KC 1,23
KB 2,69
αB = = = 2,189
KC 1,23
KC 1,23
αC = = = 1,00
KC 1,23
KD 0,58
αD = = = 0,473
KC 1,23
i . xiB
A . xAB = 4,993 . 0 = 0
B . xBB = 2,189 . 0,0704 = 0,1542
C . xCB = 1 . 0,5070 = 0,5070
D . xDB = 2,473 . 0,4225 = 0,1999
∑ i . xi B = A . xA B + B . xB B + C . xC B + D . xDB
80 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
c. Jumlah stages minimum untuk refluks total dan distribusi komponen lain
dalam distilat dan bottoms
Relatif volatility light key di distilat, LD = 2,720
Relatif volatility light key di bottom, LB = 2,205
Relatif volatility rata − rata, αL, av = √αLD . αLB
αL, av = √αLD . αLB = √2,720 . 2,205 = 2,449
log[(yLDD⁄yHD D)(xHBB⁄xLB B)]
Nm =
log(αL,av )
log[(0,3488 . 64,5⁄0,0310 . 64,5)(0,5070 . 35,5⁄0,0704 . 35,5)]
Nm = = 4,907
log (2,449)
Jumlah stages minimum untuk refluks total adalah 4,907 stages (3,9 stages + 1 stages
reboiler).
B = 35,5
0,044
xAB = = 0,0012
35,5
yAD D = xAF F - xABB
yAD D = 40 - 0,044 = 39,956
D = 64,5
81 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
39,956
yAD = = 0,6195
64,5
Komponen D
Relatif volatility komponen D di distilat, DD = 0,38
Relatif volatility komponen D di bottom, DB = 0,470
Relatif volatility rata − rata, αD, av = √αDD . αDB
αD, av = √0,38 . 0,470 = 0,422
yDD D Nm y D
= (αD,av ) . HD
xDB B xHBB
yDD D 0,0310 . 64,5
= 0,422 4,907 . = 0,0016
xDB B 0,5070 . 35,5
yDD D =0,0016 xDBB
Neraca Massa Total Komponen D : xDFF = yDD D + xDB B
xDF F = 15
15 = 0,0016 xDB B + xDB B
15 = 1,0016 xDB B
15
xDB B = = 14,976
1,0016
B = 35,5
14,976
xDB = = 0,4219
35,5
yDD D = xDF F - xDB B
yDD D = 15 - 14,976 = 0,024
D = 64,5
0,024
yAD = = 0,0004
64,5
Sehingga distribusi komponen lain dapat dilihat pada Tabel di bawah ini
Distillate, D Bottom, B
Komponen
yiD yiDD xiB xiBB
A (n-Butane) 0,6195 39,956 0,0012 0,044
B (n-Pentane) L 0,3488 22,500 0,0704 2,500
C (n-Hexane) H 0,0310 2,000 0,5070 18,000
D(n-Heptane) 0,0004 0,024 0,4219 14,976
Total 1 64,480 1 35,520
82 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
2910,26
(13,8622 - )
pD = e 97,42 + 216,432 = 98,45 kPa
83 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Nm/N = 0,49
Nm = 4,907
N = 0,49/4,907 = 10,014 11 (10 stages teoritis + 1 stages reboiler)
84 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
4. Rangkuman
Langkah yang harus dilakukan dalam perancangan menara distilasi dengan
menggunakan metode Mc. Cabe and Thiele adalah:
1. Buat diagram Y Vs X
2. Hitung q
3. Tentukan titik fraksi distilat (XD), fraksi umpan (XF), dan fraksi bottom (XB)
4. Buat garis q melalui titik fraksi umpan (XF) dengan slope (q/q–1)
5. Hitung nilai (XD/R + 1 )
6. Buat garis operasi atas, dengan cara menarik garis lurus dari titik X D yang
memotong garis q dengan slope (XD/R + 1 )
7. Buat garis operasi bawah, dengan cara menarik garis lurus dari perpotongan garis
operasi atas dengan q ke titik XB
8. Hitung jumlah tray (stage)
Catatan: titik XD, XF, dan XB terletak pada garis lurus kurva kesetimbangan (garis
kesetimbangan)
q
1
XB XF XD
85 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Yi (2) (1)
(3)
(4)
(5)
Xi
Gambar 1.13 q Line pada berbagai kondisi
5. Pertanyaan/Diskusi
1. Suatu menara distilasi digunakan untuk memisahkan campuran biner yang
terdiri dari 50% berat A BM = 76 dan 50% berat B BM = 154 menjadi produk
atas yang berisi 95% berat A dan produk bawah yang berisi 99,5% berat B.
Umpan masuk terdiri dari 30% uap, relatif volatility dari campuran biner
adalah 2,35.
a. Hitung laju produk (D dan B)
b. Carilah tray dan refluks minimum
c. Carilah jumlah tray yang sebenarnya (aktual) bila digunakan R = 2Rm dan
efisiensi 80%
2. Problems 11.7-4 di Buku Geankoplis
Dikumpul dalam bentuk Ms Excel (tidak boleh copy paste excel teman) dikirim
ke email ellamelyna@kemenperin.go.id paling lambat Selasa, 1 Mei 2018
Pukul 23.59 WIB.
86 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
BAB IV
EKSTRAKSI CAIR - CAIR
1. Deskripsi singkat
Pada Bab ini akan dibahas:
a) Prinsip ekstraksi
b) Single stage ekstraksi cair - cair
c) Continuous multistage countercurrent extraction
d) Continuous multistage crosscurrent extraction
87 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Dalam operasi ekstraksi solvent, suatu solute C diambil dari salah satu fase
cairan dan ditransfer ke fase cairan yang lain. Sifat fisis yang mendasari operasi
pemisahan ini adalah kelarutan. Solute harus memiliki kelarutan yang lebih besar
didalam fasa solvent.
88 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Hubungannya:
xA + xB + xC = 1……………………..………………….…….4.1)
Contoh:
89 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Gambar 4.4 Digram fasa komponen A dan B melarut sebagian (partially miscible)
Contoh:
1. Methyl Isobutyl Ketone (A) – Air (B) – Acetone (C)
2. Air (A) – Chloroform (B) – Acetone (C)
3. Benzene (A) – Air (B) – Asam Asetat (C).
Terlihat pada Gambar 4.4, komponen C melarut secara sempurna di dalam A atau di
dalam B. Komponen A hanya sedikit melarut di dalam B dan B sedikit melarut didalam
A. Daerah dua fasa termasuk didalam kordinat segitiga (daerah diarsir kuning). Suatu
campuran awal M akan memisah menjadi 2 fasa a dan b yang berada dalam garis
kesetimbangan (tie line) melalui titik M. Garis kesetimbangan lain juga terlihat. Dua
fasa identik pada titik P yang disebut dengan Plait Point.
Pada Plait point, tie line tereduksi menjadi satu titik dimana ekstrak dan rafinat
adalah identik. Kedua fasa cair mempunyai komposisi yang sama, dua fasa menjadi
satu fasa.
Tie line digunakan untuk menghubungkan titik - titik pada ”miscibility
boundary” yang mewakili komposisi fasa kesetimbangan.
90 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Gambar 4.5 Sistem Asam asetat (A) – Air (B) – Isopropil ether (C)
Gambar 4.6 Grafik lever arm rule a) aliran proses, b) grafik tambahan
Pada Gambar 4.6a terlihat dua buah aliran L dan V , yang mengandung komponen A,
B dan C, dicampur menghasilkan aliran campuran M.
91 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
92 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Gambar 4.7 Kesetimbangan single stage ekstraksi cair – cair a) diagram aliran
proses, b) plot pada diagram fase
Terlihat dari skema, pelarut (V2) masuk bersamaan dengan aliran L0. Aliran dicampur
dan mengalami kesetimbangan kemudian keluar masing - masing dengan aliran V1
dan L1.
Persamaan untuk proses ini adalah sama seperti pada bagian sebelumnya, dimana y
adalah komposisi aliran V dan x komposisi aliran L.
Input = Output
L0 + V2 = L1 + V1 = M………………………..……….………4.17)
L0 xA0 + V2 yA2 = L1 xA1 + V1 yA1 = M xAM……………………..……….4.18)
L0 xC0 + V2 yC2 = L1 xC1 + V1 yC1 = M xCM……………………………….4.19)
xA + xB + xC = 1………………………………………...……4.20)
Karena jumlah dan komposisi L 0, V2 diketahui, maka M, xAM dan xCM dapat dihitung
dari persamaan 4.17, 4.18 dan 4.19. Titik - titik L0, V2 dan M dapat diplot seperti
ditunjukkan dalam Gambar 4.7b.
Dengan cara ”trial and error” dapat ditarik ”tie line” melalui titik M yang
menghasilkan komposisi L1 dan V1. Jumlah L1 dan V1 dapat ditentukan dari substitusi
ke dalam Persamaan 4.17 s/d Persamaan 4.19 atau dengan menggunakan aturan
lever arm.
Jawab:
Komposisi campuran umpan :
xC = 0,30
xA = 0,10
xB = 0,60
Komposisi xC dan xA diplot pada titik h dan g dengan cara trial error. Komposisi
lapisan ekstrak (eter) pada titik g adalah y A = 0,04, yC = 0,94, dan yB = 1,00 – 0,04 –
93 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
0,94 = 0,02 fraksi massa. Komposisi lapisan rafinat (air) pada titik I adalah x A = 0,12,
xC = 0,02, dan xB = 1,00 – 0,12 – 0,02 = 0,86.
1
0,95
g
0,9
0,85
0,8
Fraksi massa C ( xC, yC )
0,75
0,7
0,65
0,6
0,55
0,5
0,45
0,4
0,35
0,3 h
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05 i
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5 0,55 0,6 0,65 0,7 0,75 0,8 0,85 0,9 0,95 1
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
Jawab:
Substitusi ke Persamaan 4.4
V + L = M = 100
94 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
95 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
1 g
0,95
0,9
0,85
0,8
Fraksi massa C ( xC, yC )
0,75
0,7
0,65
0,6
0,55
0,5
0,45
0,4
0,35
0,3 h
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05 i
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5 0,55 0,6 0,65 0,7 0,75 0,8 0,85 0,9 0,95 1
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
96 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Jawab:
Data kesetimbangan asam asetat (A) – air (B) – isopropyl eter (C) dari Appendix A.3
97 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Tabel 4.1 Data untuk membuat kurva kesetimbangan antara ekstrak (A) dengan
pelarut (C)
Lapisan air Lapisan Ether
Asam asetat (xA) Isopropyl ether (yA) Asam asetat (xC) Isopropyl ether (yC)
0 0,012 0 0,994
0,0069 0,012 0,0018 0,993
0,0141 0,015 0,0037 0,989
0,0289 0,016 0,0079 0,984
0,0642 0,019 0,0193 0,971
0,133 0,023 0,0482 0,933
0,255 0,034 0,114 0,847
0,367 0,044 0,216 0,715
0,443 0,106 0,313 0,581
0,463 0,165 0,362 0,487
98 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Tabel 4.2 Data untuk membuat kurva komposisi lapisan ether (ekstrak) dan
komposisi lapisan air (rafinat)
Asam asetat di lapisan Asam asetat di lapisan
air (rafinat) (xA) ether (ekstrak) (yA)
0 0
0,0069 0,0018
0,0141 0,0037
0,0289 0,0079
0,0642 0,0193
0,133 0,0482
0,255 0,114
0,367 0,216
0,443 0,311
0,463 0,362
VN+1 = 600
yAN+1 = 0
yCN+1 = 1
L0 = 200
xA0 = 0,30
xB0 = 0,70
xC0 = 0
xAN = 0,04
L0 . xC0 + VN+1 . yCN+1 200 . 0 + 600 . 1
xCM = = = 0,75
L0 + VN+1 200 + 600
L0 . xA0 + VN+1 . yAN+1 200 . 0,30 + 600 . 0
xAM = = = 0,075
L0 + VN+1 200 + 600
99 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
lapisan rafinat yang ditandai sebagai titik L2 (hubungan garis – garis ini disebut
sebagai stages ke - 2)
8. Dari titik L2 tarik garis ke titik Δ sehingga memotong garis lapisan ekstrak yang
ditandai sebagai titik V3
9. Ulangi langkah 7 sampai garis VN+1 telah melewati titik LN
10. Hitung laju alir rafinat keluar (LN) dan laju alir ekstrak keluar (V1) dengan
Persamaan 4.21 dan 4.22
11. Hitung jumlah stage yang dibutuhkan
100 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
0,45
0,4
0,35
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 0,020,040,060,080,10,120,140,160,180,20,220,240,260,280,30,320,340,360,380,40,420,440,460,480,5
101 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
1 2
L0, (xA0, xC0) L1 LN-2 LN-1 LN
L2
…
(xA1, (xA2, xC2)
xC1)
102 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Jawab:
S1 = 600
yA0 = 0
yC0 = 1
L0 = 200
xA0 = 0,30
xB0 = 0,70
xC0 = 0
xAN = 0,04
Stage 1 :
L0 . xC0 + S1 . yC0 200 . 0 + 600 . 1
xCM1 = = = 0,75
L0 + S1 200 + 600
L0 . xA0 + S1 . yA0 200 . 0,30 + 600 . 0
xAM1 = = = 0,075
L0 + S1 200 + 600
103 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
1 V2 (yA2, yC2)
0,95 V1 (yA1, yC1)
0,9
0,85
0,8 M2 (xAM2, xCM2)
Fraksi massa C ( xC, yC )
0,45
0,4
0,35
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 0,020,040,060,080,10,120,140,160,180,20,220,240,260,280,30,320,340,360,380,40,420,440,460,480,5
104 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Stage 2
Neraca massa total untuk stage 2
L1 + S2 = L2 + E2 = M…………………………………….……4.30)
Neraca massa komponen A pada stage 2:
L1 . xA1 + S2 . yA0 = L2 . xA2 + E2 . yA2 = M . xAM2………………4.31)
L1 . xA1 + S2 . yA0
xAM2 = … … … … … … … … … … .4.32)
L1 + S2
L1 . xA1 + S2 . yA0 165,85 . 0,14 + 600 . 0
xAM2 = = = 0,030
L1 + S2 165,85 + 600
Neraca massa komponen C pada stage 2:
L1 . xC1 + S2 . yC0 = L2 . xC2 + E2 . yC2 = M . xCM2………………4.33)
L1 . xC1 + S2 . yC0
xCM2 = … … … … … … … … … … .4.34)
L1 + S2
L1 . xC1 + S2 . yC0 165,85 . 0,025 + 600 . 1
xCM2 = = = 0,789
L1 + S2 165,85 + 600
105 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
ekstrak (EN) serta tentukan jumlah stage yang dibutuhkan!. Gunakan data
Kesetimbangan dari Apendiks A.3. (Perbedaan titik dalam menentukan stage tidak
dipermasalahkan, yang penting langkah – langkah dan perhitungannya benar).
4. Rangkuman
a. Neraca massa total ekstraksi
L0 + V2 = L1 + V1 = M
b. Neraca massa komponen ekstraksi
L0 xA0 + V2 yA2 = L1 xA1 + V1 yA1 = M xAM
c. Titik M
L0 . xC0 + VN+1 . yCN+1 LN . xCN + V1 . yC1
xCM = =
L0 + VN+1 LN + V1
L0 . xA0 + VN+1 . yAN+1 LN . xAN + V1 . yA1
xAM = =
L0 + VN+1 LN + V1
d. Langkah – langkah untuk menghitung stage ekstraksi counter current:
1. Tentukan titik L0 (xA0, xC0), VN+1 (yAN+1, yCN+1), dan LN (xAN, xCN)
2. Tentukan titik M (xAM, xCM)
3. Tentukan titik V1 (yA1, yC1) dengan menarik garis lurus dari titik LN ke kurva
ekstrak melalui titik M
4. Tentukan titik Δ dari perpotongan perpanjangan garis L 0V1 dengan garis
LNVN+1
5. Tarik garis lurus dari titik V1 ke garis kurva kesetimbangan komposisi
lapisan ether (ekstrak) dan komposisi lapisan air (rafinat), dari garis kurva
kesetimbangan tarik garis lurus ke garis x A, yA, kemudian tarik garis lurus
ke garis lapisan rafinat yang ditandai sebagai titik L 1 (hubungan garis –
garis ini disebut sebagai stages ke - 1)
6. Dari titik L1 tarik garis ke titik Δ sehingga memotong garis lapisan ekstrak
yang ditandai sebagai titik V2
7. Tarik garis lurus dari titik V2 ke garis kurva kesetimbangan komposisi
lapisan ether (ekstrak) dan komposisi lapisan air (rafinat), dari garis kurva
kesetimbangan tarik garis lurus ke garis x A, yA, kemudian tarik garis lurus
ke garis lapisan rafinat yang ditandai sebagai titik L 2 (hubungan garis –
garis ini disebut sebagai stages ke - 2)
8. Dari titik L2 tarik garis ke titik Δ sehingga memotong garis lapisan ekstrak
yang ditandai sebagai titik V3
9. Ulangi langkah 7 sampai garis VN+1 telah melewati titik LN
10. Hitung laju alir rafinat keluar (L N) dan laju alir ekstrak keluar (V1) dengan
Persamaan 4.21 dan 4.22
11. Hitung jumlah stage yang dibutuhkan
106 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
3. Dari grafik, dapat diperoleh data nilai komposisi lapisan rafinat keluar
stage 1 (L1) yaitu xA1, xC1 dan komposisi lapisan ektrak keluar stage 1 (E 1)
yaitu yA1, yC1
4. Hitung laju alir rafinat keluar stage 1 (L1) dan laju alir ekstrak keluar stage
1 (E1) dengan Persamaan 4.25 dan 4.26
5. Hitung posisi titik M2 (xAM2, xCM2) dengan Persamaan 4.32 dan 4.34 untuk
membuat stage 2
6. Tarik garis dari lapisan rafinat ke lapisan ekstrak yang melalui titik M 2,
kemudian tarik garis lurus ke garis kurva kesetimbangan komposisi
lapisan ether (ekstrak) dan komposisi lapisan air (rafinat), dari garis kurva
kesetimbangan tarik garis lurus ke garis x A, yA, kemudian tarik garis lurus
ke garis lapisan rafinat yang ditandai sebagai titik L 2 (hubungan garis –
garis ini disebut sebagai stages ke - 2)
7. Dari grafik, dapat diperoleh data nilai komposisi lapisan rafinat keluar
stage 2 (L2) yaitu xA2, xC2 dan komposisi lapisan ektrak keluar stage 2 (E 2)
yaitu yA2, yC2
8. Ulangi langkah 5 s/d langkah 7 sampai garis VN+1 telah melewati titik LN
9. Hitung laju alir rafinat keluar stage terakhir (L N) dan laju alir ekstrak keluar
stage terakhir (EN) dengan mempedomani Persamaan 4.30 dan 4.31
10. Hitung jumlah stage yang dibutuhkan
5. Pertanyaan/Diskusi
Isopropil eter murni dengan kecepatan S1 = S2 = SN = 400 kg/jam digunakan untuk
mengekstraksi larutan L0 = 400 kg/jam yang mengandung 25% berat asam asetat
(A) dengan ekstraksi cross current. Konsentrasi asam asetat yang diinginkan
dalam cairan adalah 3%. Hitung laju alir dan komposisi pada fase rafinat (L N) dan
fase
107 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
BAB V
ABSORPSI DAN STRIPPING
1. Deskripsi singkat
Pada Bab ini akan dibahas:
a) Absorbsi
b) Stripping
A. Absorpsi
108 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Dalam absorpsi, zat terlarut (A) menyebar melalui gas stagnan (B) dan
kemudian menjadi cairan stagnan, seperti dalam absorpsi aseton (A) dari udara (B)
oleh air, mol udara inert atau stagnan dan air inert tetap konstan di seluruh kolom.
Jika laju alirnya adalah V' kg mol inert air/s dan L' kg mol inert pelarut air/s, neraca
massa total pada komponen A pada Gambar 5.1 adalah
x0 y xN y
L' ( ) + V' ( N+1 ) = L' ( ) + V' ( 1 ) … … … .5.1)
1 - x0 1 - yN+1 1 - xN 1 - y1
Neraca massa di sekitar kotak yang diberi garis putus – putus adalah
x0 y xn y
L' ( ) + V' ( N+1 ) = L' ( ) + V' ( 1 ) … … … .5.2)
1 - x0 1 - yN+1 1 - xn 1 - y1
Plot garis operasi dari Persamaan 5.2 sebagai y versus x akan memberikan garis
lengkung. Jika x dan y sangat encer, penyebut 1 - x dan 1 - y akan mendekati 1,0 dan
garis akan kira-kira lurus, dengan kemiringan L’/ V’.
Jawab:
BM udara = 29 kg/kmol
BM air = 18 kg/kmol
150 kg⁄jam.m2
V= = 5,17 kmol⁄jam.m2
29 kg/kmol
6000 kg⁄jam.m2
L= = 333,33 kmol⁄jam.m2
18 kg/kmol
yN+1 = 0,20
y1 = 0,02
x0 = 0
Substitusi ke Persamaan 5.1.
0 0,20 xN 0,02
333,33 ( ) + 5,17 ( ) = 333,33 ( ) + 5,17 ( )
1-0 1 - 0,20 1 - xN 1 - 0,02
xN
0 + 1,295 = 333,33 ( ) + 0,106
1 - xN
xN
333,33 ( ) = 1,295 − 0,106
1 - xN
xN
333,33 ( ) = 1,189
1 - xN
xN 1,189
( )= = 0,00356
1 - xN 333,33
xN = 0,00356 (1 – xN)
xN = 0,00356 – 0,00356xN
0,00356 = xN + 0,00356xN
0,00356 = 1,0036xN
109 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
0,00356
xN = =0,00355
1,0036
Untuk membuat garis operasi digunakan nilai atas yN+1 = 0,20 dan nilai bawah y =
0,02. Dipilih rentang untuk membuat garis operasi kemudian substitusi ke Persamaan
5.2:
x0 y xn y
L' ( ) + V' ( N+1 ) = L' ( ) + V' ( 1 )
1 - x0 1 - yN+1 1 - xn 1 - y1
Contoh untuk y = 0,04
0 0,0,4 xn 0,02
333,33 ( ) + 5,17 ( ) = 333,33 ( ) + 5,17 ( )
1-0 1 - 0,04 1 - xn 1 - 0,02
Sehingga menjadi:
yN+1 xn
0,02 0,0000
0,04 0,0003
0,06 0,0007
0,08 0,0010
0,1 0,0014
0,12 0,0018
0,14 0,0022
0,16 0,0026
0,18 0,0031
0,2 0,0035
110 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
SO2 - Air
0,2
0,18
0,16
0,14 3
0,12
0,1
y
2
0,08
0,06
0,04
1
0,02
0
0,000 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006 0,007 0,008
x
Dari grafik di atas diperoleh jumlah stage teoritis adalah 3 stage. Jumlah stage
sebenarnya yang dibutuhkan adalah:
jumlah stage teoritis 3
Jumlah stage sebenarnya = = = 12 stage
efisiensi 25%
B. Stripping
Dalam beberapa kasus, umpan yang akan di distilasi tidak di umpankan dari
bagian tengah kolom tetapi di umpankan dari bagian atas kolom stripping seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 5.2. Umpan tersebut biasanya berupa cairan jenuh
pada titik didih dan produk overhead VD adalah uap yang naik dari stage atas yang
menuju ke kondensor tanpa refluks atau cairan yang kembali ke kolom.
Produk bawah W biasanya memiliki konsentrasi tinggi dari komponen kurang
volatil B. Oleh karena itu, kolom beroperasi sebagai kolom stripping dengan uap yang
lebih mudah menguap daripada cairan ketika mengalir ke bawah. Dengan asumsi laju
alir molar konstan, keseimbangan material dari komponen A yang lebih mudah
menguap di sekitar garis putus-putus pada Gambar 5.2.
111 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Jawab:
F = 400 kg mol/jam
xF = 0,70
W = 60 kg mol/jam
xW = 0,10
F=W+D
D = F –W
D = 400 – 60
112 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
D = 340 kg mol/jam
Maka, VD = 340 kg mol/jam. Neraca massa komponen untuk komponen A adalah
F. xF = W.xW + D.yD
400 (0,70) = 60 (0,10) + 340 (yD)
280 = 6 + 340.yD
340.yD = 280 – 6
340.yD = 274
yD = 274/340 = 0,806
Untuk umpan saturated liquid, maka q = 1. Garis opeasi diplot sampai sumbu y titik
xW = 0,10 dan persimpangan titik yD = 0,806.
Data kesetimbangan Benzene – Toluene Tabel 11.1-1 Geankoplis
x y
1,000 1,000
0,780 0,900
0,581 0,777
0,411 0,632
0,258 0,456
0,130 0,261
0 0
Benzene - Toluene
xF
1
0,9
yD
0,8 1
0,7
2
0,6
0,5 3
y
0,4
4
0,3
0,2 5
0,1
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
xW x
= garis operasi
Dari grafik di atas diperoleh jumlah stage teoritis adalah 5 stage (4 stage + 1 reboiler).
113 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
4. Rangkuman
a. Neraca massa total pada komponen A pada Gambar 5.1 adalah
x0 y xN y
L' ( ) + V' ( N+1 ) = L' ( ) + V' ( 1 )
1 - x0 1 - yN+1 1 - xN 1 - y1
b. Neraca massa di sekitar kotak yang diberi garis putus – putus adalah
x0 y xn y
L' ( ) + V' ( N+1 ) = L' ( ) + V' ( 1 )
1 - x0 1 - yN+1 1 - xn 1 - y1
c. Jika umpan pada stripping adalah cairan jenuh, maka Lm = F. Jika umpan adalah
cairan dingin di bawah titik didih, garis q harus digunakan dan q > 1.
Lm = qF
d. Pada Gambar 5.2, persamaan garis operasi stripping diplot mengikuti
Persamaan 5.4 dan garis q mengikuti Persamaan 5.5, juga untuk q = 1,0. Stage
dimulai dari xF kemudian dilanjutkan ke bagian bawah.
Lm W . xW
ym+1 = xm -
Vm+1 Vm+1
q xF
𝑦= x-
q-1 q-1
5. Pertanyaan/Diskusi
Problem 10.6-3 Geankoplis
114 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
BAB VI
DRYING, HUMIDIFIKASI, DEHUMIDIFIKASI
1. Deskripsi singkat
Pada Bab ini akan dibahas:
a) Drying
b) Humidifikasi
115 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
logam atau dengan radiasi (suhu rendah juga dapat digunakan di bawah vakum untuk
bahan-bahan tertentu yang dapat menghitam atau terurai pada suhu yang lebih
tinggi); dan (3) dalam pengeringan beku, air disublimasikan dari bahan beku.
Drying : - final processing step
- lebih mudah dalam packaging, handling
- salah satu cara pengawetan
Drying : - batch
- kontinu
Berdasarkan cara penghilangan uap air :
kontak langsung (bahan kontak dengan udara panas)
vacuum drying, penguapan lebih cepat pada tekanan lebih kecil, panas secara tidak
langsung, yaitu kontak dengan dinding
Freeze drying : air menyublim dari bahan yang membeku
Untuk bahan padat tertentu, harga kandungan air keseimbangan tergantung arah
dicapainya keseimbangan, apakah desorpsi (bahan kontak dengan udara kering) atau
adsorpsi (bahan kering kontak dengan udara basah). Untuk drying keseimbangan
desorpsi lebih penting.
Contoh:
Padatan non porous yang tidak larut umumnya mempunyai kandungan air
kesetimbangan yang rendah, contoh glass wool, Kaolin, sedang bahan yang berasal
dari mahkluk hidup seperti wool, kulit, kayu mempunyai kandungan air
kesetimbangan yang tinggi.
Pengaruh suhu
Kandungan cairan keseimbangan akan berkurang dengan naiknya suhu.
Contoh : kapas pada kelembaban relatif 50%
Pada suhu 311 K XC = 7,3 kg H2O/100 kg
Pada suhu 366 K XC = 5,3 kg H2O/100 kg
116 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
117 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
B. Humidifikasi
Humidifikasi adalah proses perpindahan/penguapan cairan (A) ke dalam
campuran [gas (B) dan uap cairan (A)] karena adanya kontak antara cairan (A) (yang
temperaturnya lebih tinggi) dengan campurannya. Dehumidifikasi adalah proses
perpindahan/pengembunan uap cairan (A) dari campuran [uap air (A) dan gas (B)]
karena proses pendinginan maupun kontak antara cairan (A) (yang temperaturnya
lebih rendah) dengan campurannya.
Humidity (H) dari udara — campuran uap air didefinisikan sebagai kg uap air
yang terkandung dalam 1 kg udara kering. Humidity yang didefinisikan hanya
bergantung pada tekanan parsial pA uap air di udara dan pada tekanan total P
118 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
(diasumsikan P = 101,325 kPa, 1,0 atm abs, atau 7'60 mm Hg). Menggunakan berat
molekul air (A) sebagai 18,02 dan udara sebagai 28,91 dengan humidity (H) dalam kg
H2O/kg udara kering.
Persamaan untuk menghitung humidity dalam satuan kg H2O/kg bahan kering adalah
18,02 pA
H= … … … … … . . … … … … … … … .6.1)
28,97 P - pA
Udara jenuh (saturated air) adalah udara dimana uap air berada dalam
kesetimbangan dengan air dalam kondisi tekanan dan suhu yang diberikan. Dalam
campuran ini tekanan parsial uap air dalam campuran air-udara sama dengan
tekanan uap dari air murni pada suhu yang diberikan. Oleh karena itu, humidity udara
jenuh HS adalah
18,02 pAS
Hs = … … … … … . . … … … … … … … .6.2)
28,97 P - pAS
Persentase humidity HP didefinisikan sebagai 100 kali humidity aktual H dari udara
dibagi dengan humidity HS jika udara jenuh pada suhu dan tekanan yang sama.
H
HP = 100 … … … … … … … … … … … … … . . .6.3)
HS
Jumlah campuran uap air-air jenuh juga diberikan sebagai persentase kelembaban
relatif HR menggunakan tekanan parsial
p
HR = 100 A ………………………………….………...6.4)
pAS
Jawaban:
Dari data steam tables (Appendix F, Steam Tables, Smith, Van Ness, Abbott, Sixth
edition) pada suhu 26,7oC, tekanan parsial saurated steam, pAS = 3,508 kP
119 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
120 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
a) Humidity, H
18,02 pA 18,02 2,76
H= = =0,0174 kPa kg H2 O⁄kg udara
28,97 P - pA 28,97 101,325-2,76
b) Saturation humidity, HS, dan persentase humidity, HP
18,02 pAS 18,02 3,508
Hs = = = 0,02230 kg H2 O⁄kg udara
28,97 P - pAS 28,97 101,325 - 3,508
H 0,0174
HP = 100 = 100 = 78,08%
HS 0,02230
c) Persentase kelembaban relatif, HR
2,76
HR = 100 = 78,68%
3,508
Jawab:
Titik embun (dew point) 26,7oC adalah suhu ketika campuran berada pada persentasi
humidity 100% (saturation). Pada dew point 26,7oC dan persentase humidity 100%,
nilai humidity (H) adalah 0,0225 kg H 2O/kg udara. H = 0,0225 kg H 2O/kg udara dan
suhu = 60oC, persentase humidity diperoleh 14%.
121 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
122 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
4. Rangkuman
a. Humidity
18,02 pA
H=
28,97 P - pA
b. Humidity udara jenuh
18,02 pAS
Hs =
28,97 P - pAS
c. Persentase Humidity
H
HP = 100
HS
d. Persentase kelembaban relatif
pA
HR = 100
pAS
5. Pertanyaan/Diskusi
Problem Nomor 9.32 dan 9.33 Geankoplis.
123 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
BAB VII
EVAPORASI
1. Deskripsi singkat
Pada Bab ini akan dibahas single effect evapotator.
124 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
larutan itu menjadi jenuh, atau, jika tidak, menjadi terlalu lamban sehingga tidak
dapat melakukan perpindahan kalor yang memadai. Jika zat cair jenuh dididihkan
terus, maka akan terjadi pembentukan kristal; dan kristal-kristal ini harus
dipisahkan karena bisa menyebabkan tabung evaporator tersumbat. Titik didih
larutanpun dapat meningkat dengan sangat bila kandungan zat padatnya
bertambah, sehingga suhu didih larutan jenuh mungkin jauh lebih tinggi dari titik
didih air pada tekanan yang sama.
2. Pembentukan busa
Beberapa bahan tertentu, lebih-lebih zat-zat organik, membusa (foam) pada waktu
diuapkan. Busa yang stabil akan ikut keluar evaporator bersama uap, dan
menyebabkan banyaknya bahan yang terbawa-ikut, Dalam hal-hal yang ekstrem,
keseluruhan massa zat cair itu mungkin meluap ke dalam saluran uap keluar dan
terbuang.
3. Kepekaan terhadap suhu
Beberapa bahan kimia berharga, bahan kimia farmasi, dan bahan makanan dapat
rusak bila dipanaskan pada suhu sedang selama waktu yang singkat saja. Dalam
mengkonsentrasikan bahan-bahan seperti itu diperlukan teknik khusus untuk
mengurangi suhu zat cair dan menurunkan waktu pemanasan.
4. Kerak
Beberapa larutan tertentu menyebabkan pembentukan kerak pada permukaan
pemanasan. Hal ini menyebabkan koefisien menyeluruh makin lama makin
berkurang, sampai akhirnya kita terpaksa menghentikan operasi evaporator itu
untuk membersihkannya. Bila kerak itu keras dan tak dapat larut, pembersihan itu
tidak mudah dan memakan biaya.
5. Bahan konstruksi
Bilamana mungkin, evaporator itu dibuat dari baja. Akan tetapi, banyak larutan
yang merusak bahan-bahan besi, atau menjadi terkontaminasi oleh bahan itu.
Karena itu digunakan juga bahan-bahan konstruksi khusus, seperti tembaga, nikel,
baja tahan karat, aluminium, grafit tak-tembus, dan timbal. Oleh karena bahan-
bahan ini relatif mahal, maka laju perpindahan-kalor harus tinggi agar dapat
menurunkan biaya pokok peralatan.
Banyak karakteristik lain zat cair juga perlu mendapat perhatian dari
perancang evaporator, antara lain ialah kalor spesifik, kalor konsentrasi, titik beku,
pembebasan gas pada waktu mendidih, sifat racun, bahaya ledak, radioaktivitas, dan
persyaratan operasi steril (suci hama). Oleh karena adanya variasi dalam sifat-sifat
zat cair, maka dikembangkanlah berbagai jenis rancang evaporator. Evaporator mana
yang dipilih untuk suatu masalah tertentu bergantung terutama pada karakteristik
zat cair itu.
125 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
effect evaporation). Walaupun sederhana, namun proses ini tidak efektif dalam
penggunaan uap. Untuk menguapkan 1 lb air dari larutan, diperlukan l sampai 1,3 lb
uap. Jika uap dari satu evaporator dimasukkan ke dalam rongga uap (steam chest)
evaporator kedua, dan uap dari evaporator kedua dimasukkan ke dalam kondensor
maka operasi itu akan menjadi efek dua kali atau efek dua (double effect). Kalor dari
uap yang semula digunakan lagi dalam efek yang kedua, dan evaporasi yang
didapatkan oleh satu satuan massa uap yang diumpankan ke dalam efek pertama
menjadi hampir lipat dua. Efek ini dapat ditarnbah lagi dengan cara yang sama.
Metode yang umum digunakan untuk meningkatkan evaporasi per pon uap dengan
menggunakan sederetan evaporator antara penyediaan uap dan koudensor itu
disebut evaporasi efek-berganda (multiple-effect evaporation).
126 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Tabel 7.1 Koefisien perpindahan panas overall untuk berbagai macam evaporator
Contoh soal 8.4-1 : Area perpindahan panas pada single efek evaporator
Suatu evaporator efek tunggal kontinu memekatkan 9072 kg/jam larutan garam 1,0%
berat yang masuk pada 311,0 K (37,8°C) hingga konsentrasi akhir 1,5% berat.
Tekanan ruang uap evaporator adalah 101,325 kPa (1,0 atm abs) dan uap jenuh yang
disuplai pada 143,3 kPa. Koefisiensi keseluruhan U = 1704 W/m 2.K. Hitung jumlah
produk uap dan cair dan area transfer panas yang diperlukan. Asumsikan bahwa
karena encer, larutan memiliki titik didih yang sama seperti air.
Jawab:
Diketahui data CpF = 4,14 kJ/kg.K
Dengan Persamaan 7.3
F=L+V
9072 = L + V
V = 9072 - L
Dengan Persamaan 7.4
127 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
F.xF = L.xL
9072 (0,01) = L (0,015)
L = 90,72/0,015 = 6048 kg/jam
V = 9072 – 6048 = 3024 kg/jam
Seringkali untuk umpan garam anorganik dalam air, Cp dapat diasumsikan kira-kira
seperti Cp air saja. Untuk membuat keseimbangan panas menggunakan Persamaan
7.7, akan lebih mudah untuk memilih titik didih larutan encer dalam evaporator, yang
diasumsikan bahwa air pada 101,32 kPa, T 1 = 373,2 K (100oC) , sebagai suhu datum.
Kemudian HV adalah panas laten air pada 373,2 K dari data Steam Tables Appendix
A.2-9:
Dari data Steam Tables Appendix A.2-9, diperoleh panas laten air pada suhu 373,2 K
(100oC) adalah 2676,1 – 419,04 = 2257,06 kJ/kg. Panas laten () steam pada tekanan
143,3 kPa (temperatur jenuh TS = 383,2 K adalah 2691,5 – 461,30 = 2230,2 kJ/kg.
128 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
129 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Jawab:
Dari steam tables pada Appendix A.2, titik didih air pada tekanan 25,6 kPa adalah
65,46oC.
Dengan interpolasi
25,6 - 25,03
[( ) .(70 - 65)] + 65 = 65,46o C
31,19 - 25,03
Dari Grafik Duhring untuk suhu 65,46oC dan 30% NaOH, titik didih larutan NaOH
82oC. Kenaikan titik didih adalah 82 – 65,46 = 16,54oC.
130 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Jawab:
F = 4536 kg/jam
xF = 20% wt
TF = 60oC
P1 = 11,7 kPa
Tekanan uap = 172,4 kPa
xL = 50% wt
131 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
4536 = L + V
V = 4536 - L
Dengan Persamaan 7.4
F.xF = L.xL
4536 (0,2) = L (0,5)
L = 907,2/0,5 = 1814,4 kg/jam
V = 4536 – 1814,4 = 2721,6 kg/jam
Untuk menentukan titik didih (T 1) 50% larutan, terlebih dahulu dicari titik didih air
murni pada 11,7 kPa dari steam tables pada Appendix A2.
Dari steam tables pada Appendix A.2, titik didih air pada tekanan 11,7 kPa adalah
48,82oC.
Dengan interpolasi
11,7 - 9,593
[( ) .(50 - 45)] + 45 = 48,82o C
12,349 - 9,593
132 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Dari Grafik Duhring untuk suhu 48,82oC dan 50% NaOH, titik didih larutan NaOH
88oC. Kenaikan titik didih adalah 88 – 48,82 = 39,18oC.
133 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Dari grafik entalpi – konsentrasi, 20% NaOH pada suhu 60oC, hf = 214 kJ/kg. 50%
NaOH pada suhu 88oC, hL = 505 kJ/kg.
134 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
135 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
136 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
Untuk saturated steam pada 172,4 kPa, panas laten () dari steam tables Appendix
A.2 adalah
Dengan interpolasi
172,4 - 169,06
= [( ) .((2706,3 - 503,71) - (2699 - 482,48))]
198,53 - 169,06
+ (2699 − 482,48) = 2214,94 kJ/kg
Dengan Persamaan 7.6
F.hF + S.HS = L.hL + V.HV + S.hS
4536 . (214) + S . (2214,94) = 1814,4 . (505) + 2721,6 . (2664,9832)
S = 3250 kg steam/jam
Panas yang ditransfer masuk ke evaporator sesuai Persamaan 7.8
q = 3250 . 2214,94 = 7.198.586,277 kJ = 7.198.586,277 . (1000/3600) = 1.999.607,299 Watt
Substitusi ke Persamaan 7.1
q = U.A.(Ts - T1 )
q 1.999.607,299
A= = =46,44 m2
U.(Ts - T1 ) 1560.(115,6 - 88)
Steam economy = V⁄S = 2721,6 ⁄3250 = 0,837
137 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
4. Rangkuman
a. Kapasitas evaportor efek tunggal
q = U.A.∆T = U.A.(Ts - T1 )
b. Neraca energi di evaporator
F.hF + S.HS = L.hL + V.HV + S.hS
c. Panas yang ditransfer masuk ke evaporator
q = S(HS - hS ) = S .
138 | P a g e
Operasi Teknik Kimia 2
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, C.J., 1985, Transport Processes and Unit Operation, Prentice Hall, Inc.,
Singapore.
139 | P a g e