Dosen Pengampu:
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
Dinegara mayoritas Islam atau Muslim, posisi institusi dan produk fatwa memiliki
banyak perbedaan. Perbrdaan ini dipengaruhi oleh masing-masing hukum, pemeritah
dan administrasi Negara. Ada negara-negara yang menempatkan fatwa atau lembaga
dalam sistem hukum dan struktur pemerintahan , sementara yang lain berada diluar
sistem hukum dan struktur pemerintahan. Alhasil posisi institusi dan kekuatan produk
fatwa berbeda untuk masing-masing Negara.
Lembaga dan produk fatwa yang berada di sruktur hukum atau pemerintahan
memiliki posisi yang lebih legal dan mengikat dari pada yang berada diluar sistem
hukum dan pemerintahan.
Sehingga mufti yang di Brunai Nampak kurang Independen, Karena ada campur
tangan Sultan dalam mengambil keputusan, namun hasil produk fatwa di Brunai sangat
mengikat.
Sementara di Mesir, institusi untuk fatwa dipisahkan dari system hokum atau
pemerintahan, namun merupakan salah satu pilar utama institusi islam bersama Al-
Azhar Al-Sharif, Universitas Al-Azhar dan Kementrian Wakaf. Posisi fatwa dimesir
serupa dengan kondisi di Indonesia bahwa produk fatwa mengikat saat menjadi hokum
positif.
PEMBAHASAN
Lembaga fiqih tertua di dunia ada di Mesir, yaitu lembaga fatwa yang bernama
Darul-Ifta’ Al-Mashriyah دار اإلفتاء المصریةatau Lembaga Fatwa Mesir. Lembaga Fatwa
Mesir ini merupakan lembaga fatwa pertama yang didirikan di dunia Islam. Lembaga
ini didirikan pada tahun 1895 berdasarkan surat keputusan dari Khedive Mesir Abbas
Hilmi yang ditujukan kepada Nizharah Haqqaniyyah No. 10 tanggal 21 November
2
1895. Surat tersebut diterima oleh Nizharah yang bersangkutan tanggal 7 Jumadil
Akhir 1313 nomor 55.1
Hingga saat ini lembaga ini terhitung sebagai salah satu pilar utama institusi
Islam di Mesir. Institusi Islam ini ditopang oleh empat lembaga keagamaan, yaitu al-
Azhar Asy-Syarif, Universitas Al-Azhar, Kementerian Wakaf dan Lembaga Fatwa
Mesir. Lembaga Fatwa Mesir melaksanakan peranan penting dalam memberikan fatwa
kepada masyarakat umum dan konsultasi kepada lembaga-lembaga peradilan di Mesir.
Pada mulanya, Lembaga Fatwa Mesir merupakan salah satu lembaga di bawah
Departemen Kehakiman. Mufti Agung Mesir selalu diminta pendapatnya dalam
pelaksanaan keputusan vonis mati dan lainnya. Namun, tugas dan peran Lembaga
Fatwa Mesir tidak terbatas pada hal itu saja, jangkauannya pun tidak terbatas pada
wilayah Mesir saja, akan tetapi meluas hingga ke dunia Islam secara umum. Hal itu
dapat diketahui melalui daftar fatwa yang dikeluarkan oleh Lembaga Fatwa Mesir sejak
didirikan hingga saat ini yang mencatat pertanyaan-pertanyaan dari berbagai negara
Islam.
Selain itu, Lembaga Fatwa Mesir juga menjadi tujuan delegasi-delegasi yang
terdiri dari para mahasiswa fakultasfakultas Islam yang berasal dari berbagai negara
untuk belajar dan berlatih menyampaikan fatwa agar mampu melaksanakan tugas
tersebut di negara mereka masingmasing.2
1
Al Goruq, “BAB 18 Lembaga fiqh”, http://algoruk.blogspot.com/2017/05/bab-18-lembaga-fiqih.html
, pada tanggal 13 September 2018, pukul 01:06.
2
Al Goruq, “BAB 18 Lembaga fiqh”, http://algoruk.blogspot.com/2017/05/bab-18-lembaga-fiqih.html
, pada tanggal 13 September 2018, pukul 01:09.
3
Sejak berdirinya hingga sekarang lembaga fatwa Mesir ini telah dipimpin oleh
19 mufti, diantaranya :3
1. Syeikh Hasunah an-Nawawi (1895 – 1899). Tahun 1893 beliau lahir di Provinsi
Asyuth. Ia juga menduduki beberapa jabatan penting, mulai guru besar di Fakultas
Dar al-Ulum Universitas Kairo, Grand Syeikh al-Azhar menggantikan Syeikh Al-
Inbani, mufti lembaga Fatwa Mesir pertama sebelum Syeikh Muhammad Abduh-
dari tahun 1895-1899 M. beliau pun berhasil mengumpulkan sekitar 287 fatwa
selama masa jabatannya. Salah satu karya tulisnya yang terkenal adalah Sullam al-
mustarsyidin fi ahkam al-fiqh wa ad-din. Beliau akhirnya menghembuskan nafas
terakhir pada 24 Syawwal 1343 H sekitar tahun 1924 M.
2. Syeikh Muhammad Abduh (1899 – 1905). Beliau lahir di Delta Nil tahun 1849 M
dan meninggal di Iskandariyah 11 Juli 1905 M pada umur 55 atau 56 tahun. Beliau
resmi menjabat sebagai muftiMesir dengan dikeluarkannya surat resmi dari
Khedive Abbas Hilmi. Selama 6 tahun masa jabatannya beliau telah menelurkan
944 fatwa dimana sekitar 80 persen fatwanya mencakup berbagai problematika
khususnya ekonomi dan harta.
3. Syeikh Bakr Ash-Shidfi (1905- 1915). Lahir di Provinsi Asyuth. Masa hidup
beliau selalu disibukkan dengan kegiatan mengajar, baik di masjid al-Azhar
bahkan di rumah beliau sendiri. Hal ini juga yang membuat beliau tidak terlalu
produktif menghasilkan karya tulis, bahkan karya-karya yang ada berupa beberapa
pembahasan belum terbit hingga sekarang. Beliau meninggal pada bulan Maret
1919 M.
4. Syeikh Muhammad Bukhit al-Muthi’i (1915 – 1920). Lahir di daerah Muthi’
provinsi Asyuth. Seperti ulama lainnya kesibukan beliau pun sangat fokus untuk
mengajar di al-Azhar. Syeikh yang bermazhab Hanafi ini juga banyak menelurkan
3
H. Muhid Iwanul Karim, Ss, Lc, “sejarah perkembangan lembaga fatwa mesir”, http://mui-
lampung.or.id/2016/08/12/sejarah-perkembangan-lembaga-fatwa-mesir-dar-al-ifta/ ,pada tanggal
13 September 2018, pukul 01:22.
4
karya diantaranya; Irsyadu al-ummah ila ahkam ahli adz-dzimmah, Haqiqah al-
Islam wa ushul al-ahkam, Al-Qoul al-mufid fi ‘ilm at-tauhid dan lain-lainnya.
Beliau menemui ajalnya tahun 1354 H atau 1935 M.
5. Syeikh Muhamad Isma’il al-Bardisi (Enam bulan 1920). Beliau dilahirkan di
Bardis, daerah di Jurja. Selama enam bulan menjadi mufti beliau dapat melahirkan
260 fatwa.
6. Syeikh Abd ar-Rahman Qurra’ah (1921 – 1928). Lahir di daerah Bundar provinsi
Asyuth. Selain mempelajari kitab-kitab Azhar beliau juga mendalami sastra,
kamus-kamus Arab hingga menjadi seorang penyair dan salah satu pencetus
kebangkitan bahasa Arab. Muftipada masa Raja Fuad I ini telah membuat sekitar
3065 fatwa.
7. Syeikh ‘Abd al-Majid Salim (1928 – 1946). Terlahir di daerah Mayit syuhalah,
daerah Asy-Syuhada provinsi Munufiyah 13 Oktober 1882 M. Beliau berguru para
Syeikh Muhammad Abduh, Syeikh Ahmad Abi Khotwah, Syeikh Hasan Ath-
Thowil dan lain-lain. Beliau sempat menjadi Grand Syeikh al-Azhar dua kali.
Pertama pada 1950 namun dilengserkan karena menentang pemerintah dan
diangkat kembali pada 1952 M. Selama menjabat muftibeliau telah
menyumbangkan 15 ribu fatwa.
8. Syeikh Hasanain Muhammad Makhluf (1946 – 1950). Lahir di Bab al-Futuh Kairo
6 Mei 1890 M. Setelah tamat dari al-Azhar beliau sibuk menjadi hakim. Selama
jabatannya beliau telah mengeluarkan sekitar 8588 fatwa.
9. Syeikh ‘Allam Nashor (1950 – 1952). Di Desa Mayt al-‘Iz Provinsi Munufiyah 20
Februari 1891 M beliau terlahir. Karya-karyanya banyak berkisar pada masalah
masalah fiqh namun belum tercetak hingga kini. Adapun jumlah fatwa selama
jabatannya berkisar 2189 fatwa.
10. Syeikh Hasan Makmun (1955 – 1964). Terlahir di kampung Abidin KairoSelain
menjadi mufti beliau juga pernah menjadi Grand Syeikh al-Azhar ke 39. Sekitar
12311 fatwa berhasil dikeluarkan selama masa jabatannya.
5
11. Syeikh Ahmad Muhammad ‘Abd al-‘Aal Huraidi (1960 – 1970). Lahir di Provinsi
Bani suwaif 15 Mei 1906 M. Karena kedalaman ilmunya beliau ditunjuk menjadi
muftidalam beberapa periode dan dapat menghasilkan sekitar 8983 fatwa. Beliau
wafat bulan Maret 1984 M.
12. Syeikh Muhammad Khotir Muhammad al-Syeikh (1970 – 1978). Lahir di daerah
Manzalah Provinsi Daqhaliyah tahun 1913 MSelama menjadi mufti beliau berhasil
mengeluarkan sekitar 2872 fatwa. Beliau berpulang ke rahmatullah pada 20
Januari 2004 M.
13. Syeikh Jad al-Haq ‘Ali Jad al-Haq(1978 – 1982). Lahir pada 5 April 1917 di
Provinsi yang sama dengan mufti sebelumnya. Pada masanya lembaga fatwa Mesir
melahirkan sekitar 1284 fatwa. Tepat 15 Maret 1996 beliau menghembuskan nafas
terkhirnya.
14. Syeikh ‘Abd al-Latif Hamzah (1982 – 1985).Dilahirkan pada permulaan bulan Mei
1923 di Provinsi Delta Nil (Buhairoh). Selama tiga tahun menjadi mufti beliau
telah menelurkan sekitar 1115 fatwa. 15 September 1985 M menjadi hari terakhir
beliau di dunia ini.
15. Syeikh Muhammad Sayyid Thanthawi (1986 – 1996).28 Oktober 1928 menjadi
awal kali beliau menghirup udara Provinsi Suhaj. Sepuluh tahun beliau menduduki
kursi mufti dapat membuat beliau melahirkan 7557 fatwa. Pada 27 Maret 1996
beliau pun diangkat menjadi Grand Syeikh al-Azhar hingga wafatnya pada 10
Maret 2010 M.
16. Syeikh Nashr Farid Wasil (1996 -2002).Lahir pada 1937 M. Tepat pada 10
November 1996 M beliau menjabat mufti. Dan menghasilkan sekitar 7378 fatwa
dalam masa khidmahnya. Beliau akhirnya mundur dari jabatan ini karena sudah
memasuki usia pensiun dengan berumur 65 tahun ketika itu. Hingga kini beliau
masih hidup dan mengajar di pascasarana Universitas al-Azhar serta menjadi salah
satu pembesar ulama di al-Azhar (Haiah kibar ulama al-Azhar).
17. Syeikh Ahmad ath-Thayyib (2002 -2003). Lahir di ujung Provinsi Mesir (Luxor)
pada 6 Januari 1946 M. Selama menjadi mufti beliau berhasil mengeluarkan
6
sekitar 2835 fatwa. Beliau diangkat menjadi rektor Universitas al-Azhar kemudian
Grand Syeikh al-Azhar hingga saat ini. Beliau pun yang pertama kali menggagas
pembentukan Ikatan Alumni al-Azhar Internasional.
18. Syeikh Ali Jum’ah (2003-2013). 3 Maret 1952 beliau dilahirkan di Bani Suweif.
Selain menyelesaikan studinya di al-Azhar (hingga doktoral dan Profesor). Beliau
juga menamatkan jenjang sarjananya (strata satu) di Fakultas Perdagangan
Universitas Ain Syams. Beliau juga banyak mendapatkan sanad tertinggi dari para
masyayikh. Beliau juga yang menghidupkan kembali halaqah-halaqah (talaqi) di
masjid al-Azhar setelah beberapa saat fakum. Berkat usaha dan jerih payah beliau
maka dar al-iftasudah dapat go internasinal. Beberapa penghargaan juga diraih
oleh beliau serta lembaga fatwa Mesir ini, baik dari kalangan muslim bahkan barat
dan non-Muslim.
19. Syeikh Syauqi Ibrahim Abd al-Karim ‘Allam (2013-sekarang). Lahir di Delta Nil
pada 1961 dengan bermazhab Maliki.Pendidikannya diselesaikan di Fakultas
Syariah Univerisitas al-Azhar. Jabatan terakhir yang ia pangku adalah kepala
Yurisprudensi Islam dan Hukum Syariah di Universitas al-Azhar, cabang Tanta
dan kepala Departemen fiqih di Fakultas ilmu Islam atas rekomendasi Kesultanan
Oman. Beberapa karya tulisnya menyoroti tentang ekonomi dan wanita.
Peranan penting Lembaga Fatwa Mesir ini berangkat dari posisinya sebagai
referensi hukum (marja'iyyah) dan karena manhaj moderat (wasathiyah) yang
dipilihnya dalam memahami hukum-hukum syariah dengan menyelaraskan antara
pandangan syariah dengan kebutuhan masyarakat.
Hal ini agar tugas menyampaikan fatwa dapat dilakukan secara teratur dan tidak
asal-asalan. Mengingat perkembangan media telekomunikasi yang sangat pesat di
seluruh dunia, maka Lembaga Fatwa Mesir selalu berusaha untuk mengikuti semua
perkembangan itu. Oleh karena itu, Lembaga Fatwa Mesir memikul tanggung jawab
7
besar akibat perkembangan telekomunikasi tersebut dan karena semakin banyaknya
masalah baru dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.4
4
Al Goruq, “BAB 18 Lembaga fiqh”, http://algoruk.blogspot.com/2017/05/bab-18-lembaga-
fiqih.html , pada tanggal 13 September 2018, pukul 01:31.
5
Al Goruq, “BAB 18 Lembaga fiqh”, http://algoruk.blogspot.com/2017/05/bab-18-lembaga-fiqih.html
, pada tanggal 13 September 2018, pukul 01:37.
8
Seorang penanya dapat menuliskan pertanyaannya dan mengirimkannya
melalui pos ke alamat Lembaga Fatwa Mesir. Surat yang berisi pertanyaan itu
kemudian akan diberikan kepada salah seorang anggota Dewan Fatwa untuk dijawab
lalu jawabannya akan dikirimkan kepada penanya sesuai dengan alamat yang ia
cantumkan dalam suratnya.
c. Mengirimkan pertanyaan melalui faks
Seorang penanya dapat mengirimkan pertanyaannya melalui faks. Pertanyaan
yang datang melalui faks ini kemudian akan disampaikan kepada salah seorang anggota
Dewan Fatwa. Setelah itu jawaban akan dikirim melalui faks ke nomor penanya yang
disebutkan dalam pertanyaannya atau ke alamat penanya jika ia ingin jawabannya
dikirimkan melalui pos.
d. Mengirimkan pertanyaan melalui e-mail.
Jika seorang penanya ingin mengirimkan pertanyaan melalui e-mail maka ia
harus membuka website milik Lembaga Fatwa Mesir. Hendaknya ia menentukan tema
pertanyaannya misalnya tentang salat, haji, puasa, atau lainnya; dan menuliskan
pertanyaan serta e-mailnya. Setelah ia mengirimkan pertanyaannya ia akan
mendapatkan nomor khusus yang harus ia simpan karena akan ia pergunakan untuk
membuka jawaban bagi pertanyaannya. Setelah itu salah seorang anggota Dewan
Fatwa akan menjawab pertanyaan tersebut dan mengirimkan jawabannya ke alamat e-
mail penanya.
Sekitar satu jam kemudian penanya dapat melihat jawaban itu di e-mailnya,
atau dengan membuka website Lembaga Fatwa Mesir lalu masuk ke halaman Informasi
Fatwa dan memasukkan nomor khusus yang ia terima ketika mengirimkan pertanyaan.
3. Jawaban melalui telepon.
Lembaga Fatwa Mesir menyediakan servis fatwa melalui telepon baik dari
dalam maupun luar Mesir. Setelah itu penanya akan dibimbing untuk mengikuti
petunjuk-petunjuk elektronik sehingga pertanyaannya dapat terekam. Lalu ia akan
diberi nomor khusus untuk dia pergunakan ketika ingin mendengarkan jawaban dari
9
pertanyaannya. Pertanyaan yang telah terekam itu kemudian dikirimkan ke salah satu
anggota Dewan Fatwa yang bertugas menjawab pertanyaan melalui telepon.
Sekitar satu jam kemudian penanya dapat mendengar jawaban untuk
pertanyaannya dengan menghubungi nomor telepon yang sama dan mengikuti petunjuk
yang diberikan. Berdasarkan kalkulasi terakhir, fatwa yang dikeluarkan oleh Lembaga
Fatwa Mesir setiap bulan, baik melalui lisan, tulisan, melalui pos, faks, telepon ataupun
internet, mencapai sekitar lima puluh ribu fatwa.
Kesimpulan
Lembaga fiqih tertua di dunia ada di Mesir, yaitu lembaga fatwa yang bernama
Darul-Ifta’ Al-Mashriyah دار اإلفتاء المصریةatau Lembaga Fatwa Mesir. Lembaga Fatwa
Mesir ini merupakan lembaga fatwa pertama yang didirikan di dunia Islam. Pada
mulanya, Lembaga Fatwa Mesir merupakan salah satu lembaga di bawah Departemen
Kehakiman. Pimpinan Darul ifta’ Al-Mashriyah sejak berdirinya hingga sekarang
lembaga fatwa Mesir ini telah dipimpin oleh 19 mufti dengan beberapa fatwa yang
telah dihasilkannya.
Peranan penting Lembaga Fatwa Mesir ini berangkat dari posisinya sebagai
referensi hukum (marja'iyyah) dan karena manhaj moderat (wasathiyah) yang
dipilihnya dalam memahami hukum-hukum syariah dengan menyelaraskan antara
pandangan syariah dengan kebutuhan masyarakat.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
2
CONTOH
FATWA
DAR AL IFTA
AL MISHIRIYYAH
DISUSUN OLEH:
FATIMATU HUR’IN AIN
IKE SUSTIKAWATI
MOH SUDARSONO
12
HUKUM MERAYAKAN MAULID NABI MUHAMAD
Secara etimologis, Maulid Nabi Muhammad Saw bermakna (hari), tempat atau
waktu kelahiran Nabi yakni peringatan hari lahir Nabi Muhammad Saw. Secara
terminologi, Maulid Nabi adalah sebuah upacara keagamaan yang diadakan kaum
muslimin untuk memperingati kelahiran Rasulullah Saw. Hal itu diadakan dengan
harapan menumbuhkan rasa cinta pada Rasululllah Saw. Perayaan Maulid Nabi
merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi
Muhammad Saw wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan
dan penghormatan kepada Rasulullah Muhammad Saw, dengan cara menyanjung Nabi,
mengenang, memuliakan dan mengikuti perilaku yang terpuji dari diri Rasulullah
Saw.6
AsSuyuti ra:"adapun maulid adalah bid'ah yang baik yang akan diberi pahala
bagi pelakunya, karena di dalam acara maulid ada bentuk memuliakan kedudukan Nabi
SAW, dengan perasaan gembira dan senang atas kelahiran nabi saw
Dan Para ulama kita yang lainnya, sejak abad keempat dan kelima hijriyah,
telah memberi contoh untuk merayakan peringatan maulid Nabi saw.. Mereka
menghidupkan malam maulidnya dengan berbagai macam bentuk ibadah, seperti
memberi jamuan makan, melantunkan ayat-ayat Alquran, membaca zikir serta
mendendangkan syair-syair dan bait-bait pujian untuk beliau. Hal ini sebagaimana
disebutkan oleh banyak ahli sejarah, seperti al-Hafiz Ibnu Jauzi, al-Hafiz Ibnu Katsir,
13
al-Hafiz Ibnu Dihyah al-Andalusi, al-Hafiz Ibnu Hajar dan penutup para huffâzh, al-
Hafiz Jalaluddin as-Suyuti rahimahumullah.
Imam Suyuthi juga menulis sebuah risalah dalam masalah ini dengan judul
Husnul Maqshid fî ‘Amalil Maulid. Kata ihtifâl (merayakan), dalam bahasa Arab,
berasal dari kata hafala, yahfilu haflan, wa hufulan yang artinya berkumpul. Seperti
dalam kalimat hafala al-labanu fi adh-dhar’ (air susu terkumpul di ambing susu
binatang). Sedangkan kata kerja tahaffala dan ihtafala berarti ijtama’a (berkumpul).
Kata kerja hafala masuk dalam bab kata kerja dharaba. Ihtafalû berarti ijtama’û wa
ihtasyadû (mereka berkumpul). Kalimat: “Wa’indahu hafl min an-nâs“, maksudnya
terdapat sekelompok orang di tempatnya. Asal kata ihtifâl ini adalah berbentuk nomina
(mashdar). Mahfil al-qaum berarti tempat perayaan dan berkumpulnya suatu kaum.
Kalimat hafalahu, berarti mengajaknya sehingga dia ikut berpesta dan merayakan.
Kalimat hafala al-amra, berarti memperhatikan suatu perkara. Disebutkan juga: laa
tahfil bihi, “jangan mempedulikannya”.
Sedangkan maksud ihtifâl (perayaan) dalam konteks ini tidak jauh berbeda
dengan makna bahasanya. Karena maksud dari perayaan maulid Nabi saw. adalah
berkumpulnya orang-orang untuk berzikir, mendendangkan nasyid pujian untuknya,
membuat jamuan makan sebagai sedekah karena Allah, mengungkapkan rasa kecintaan
kepada Nabi saw. serta menyatakan rasa bahagia dan gembira kita dengan hari
kelahirannya.
Masuk juga dalam hal ini kebiasaan masyarakat yang membeli makanan ringan
dan menghadiahkannya kepada orang-orang ketika Maulid Nabi. Saling memberi
14
hadiah sendiri merupakan perbuatan yang dibolehkan, tidak ada dalil yang melarang
untuk melakukannya dalam waktu-waktu tertentu. Maka jika ia dibarengi dengan
maksud mulia, seperti membuat gembira keluarga dan menyambung tali silatruahmi
dengan kerabat, maka perbuatan tersebut menjadi dianjurkan dan disunahkan. Lalu jika
hal itu merupakan ungkapan rasa bahagia karena kelahiran Nabi saw., maka hal itu
lebih dimasyru’kan dan dianjurkan, karena (wasilah) sarana mempunyai hukum tujuan.
Sedangkan pendapat yang mengharamkannya merupakan bentuk sikap keras kepala
yang tercela.
Kegiatan Maulid Nabi belum dilaksanakan pada zaman Nabi, tetapi pekerjaan
itu dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya secara umum. Walaupun tidak ada nash yang
nyata tetapi secara tersirat Allah dan Rasul-Nya menyuruh kaum muslimin untuk
merayakan suatu hari yang menjadi peringatan-peringatan seperti Maulid Nabi, Isra‟
Mi‟raj, Nuzulul Qur‟an, tahun baru Islam, hari Asyura‟ dan lain-lain.7
َّ صلَّى
َُّللا َ َِّللا
َّ سو ُل َ سلَّ َم َق ِد َم ا ْل َمدِينَةَ فَ َو َج َد ا ْليَ ُهو َد ِصيَا ًما يَ ْو َم عَاش
ُ ُورا َء فَ َقا َل لَ ُه ْم َر َ علَ ْي ِه َو َّ ص َّلى
َ َُّللا َ َّللا
ِ َّ سو َل ُ أَنَّ َر
َُغ ََّّرَقَ ِف َّْرع َْونَ َو َق ْو َمه
َ سى َو َق ْو َمهُ َو َّ صو ُمو َنهُ َف َقالُوا َهذَا َي ْو ٌم ع َِظي ٌم أ َ ْنَجَى
َ َّللاُ ِفي ِه ُمو ُ َ س َّل َم َما َهذَا ا ْل َي ْو ُم ا َّلذِي ت
َ علَ ْي ِه َو
َ
َ ق َوأ َ ْو َلى بِ ُمو
ُسى ِم ْن ُك ْم فَصَا َمه ُّ سلَّ َم فَ َنحْ نُ أَ َح
َ علَ ْي ِه َو َّ ص َّلى
َ َُّللا َ َّللا ُ صو ُمهُ فَقَا َل َر
ِ َّ سو ُل ُ َشك ًَّْرا فَنَحْ نُ ن َ فَصَا َمهُ ُمو
ُ سى
ِ َسلَّ َم َوأ َ َم ََّر بِ ِصي
ام ِه َ علَ ْي ِه َو َّ ص َّلى
َ َُّللا َ َِّللا
َّ سو ُل
ُ َر
Artinya : Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- mendatangi kota Madinah,
lalu didapatinya orang-orang Yahudi berpuasa di hari „Asyura. Maka beliau pun
bertanya kepada mereka, “Hari apakah ini, hingga kalian berpuasa?” mereka
menjawab, “Hari ini adalah hari yang agung, hari ketika Allah memenangkan Musa
dan Kaumnya, dan menenggelamkan Fir‟aun serta kaumnya. Karena itu, Musa puasa
setiap hari itu untuk menyatakan syukur, maka kami pun melakukannya.” Maka
7
Sirajudin Abbas, 40 Masalah Agama 2, Pustaka Tarbiyah, Jakarta, 2004, hlm.182
15
Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda, “Kami lebih berhak dan lebih
pantas untuk memuliakan Musa daripada kalian.” kemudian beliau pun berpuasa dan
memerintahkan kaum puasa di hari itu. (HR. Bukhari Muslim)8
Al-Hafid Ibnu Hajar al-Asqalani yaitu pengarang Syarh Shahih Bukhari yang
bernama Fatkhul Bari’ mengatakan bahwa dari hadis tersebut dapat dipetik hukum:
b. Nabi pun memperingati hari karamnya Fir‟aun dan bebasnya Musa dengan
melakukan puasa Asyura sebagai rasa syukur atas hapusnya yang bathil dan tegaknya
yang hak.9 Selanjutnya dalil yang berkaitan dengan Maulid Nabi sebagaimana
disebutkan dalam Firman Allah Swt surat al-A‟raf ayat 157:
ِاْلِ ن ْ َِج ي ل
ْ ع ن ْ دَ ه ُ مْ ف ِ ي ال ت َّ ْو َر ا ة ِ َو ِ ي ا ل َّ ِذ ي ي َ َِج دُو ن َ ه ُ َم كْ ت ُو ب ً ا َّ ِاُأْل ُم
ْ ي َّ ِ ا ل َّ ِذ ي َن ي َ ت َّب ِ ع ُ و َن ال ََّّر س ُ و ل َ ال ن َّ ب
ث َو ي َ ضَ ُع َ ِ ْه مُ ا ل ْ َخ ب َ ا ئ ِ ف َو ي َ ن ْ هَ ا ه ُ مْ ع َ ِن ا ل ْ ُم ن ْ ك ََِّر َو ي ُ ِح لُّ ل َ هُ م ُ ال ط َّ ي ِ ب َ ا
ِ ت َو ي ُ َح َِّر م ُ عَ ل َ ي ِ ي َ أ ْ ُم َُّر ه ُ مْ ب ِ ا ل ْ َم ع ْ َُّر و
ْه مْ ف َ ا ل َّ ِذ ي َن آ َم ن ُ وا ب ِ هِ َو عَ َّز ُر و ه ُ َو ن َ صَ َُّر و ه ُ َو ا ت َّب َ ع ُ وا ِ ْت ع َ ل َ ي ْ َ اُأْل ََغْ َل ل َ ا ل َّ ت ِ ي َك َا ن
ْ ص ََّر ه ُ مْ َو ْ ِ ع َ ن ْ ه ُ مْ إ
ُ ِ ال ن ُّ و َر ا ل َّ ِذ ي أ ُن ْ ِز لَ َم ع َ ه ُ ۙ أ ُو لَٰ َ ئ ِ َك ه ُ م ُ ا ل ْ ُم ف ْ ل
ح و َن
artinya : “(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka,
yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari
mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-
beban dan belenggubelenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman
kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (alQuran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung.” (Qs.
alA‟raf: 157)
8
Imam Bukhari, Shahih al-Bukhari, Darul Fikr, Libanon, t.th., hlm. 241
9
Sirajudin Abbas, 40 Masalah Agama 2, Pustaka Tarbiyah, Jakarta, 2004, hlm.182.
16
Dalam ayat ini dinyatakan dengan tegas bahwa orang yang memuliakan Nabi
Muhammad Saw, adalah orang yang beruntung. Merayakan Maulid Nabi termasuk
dalam rangka memuliakannya. Ayat di atas sangat umum dan luas. Artinya, apa saja
yang dikerjakan kalau diniatkan untuk memuliakan Nabi maka akan mendapat pahala.
Yang dikecualikan ialah kalau memuliakan Nabi dengan suatu yang setelah nyata
haramnya dilarang oleh Nabi seperti merayakan Maulid Nabi dengan judi, mabuk-
mabukan dan lain sebagainya.10
Perayaan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said
al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak, pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin
al-Ayyubi (1138 H-1193 M). Adapula yang berpendapat bahwa idenya sendiri justru
berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan
kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw, serta meningkatkan semangat juang kaum
muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen
Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem.
Perayaan mauled Nabi Saw secara khusus baru dilakukan di kemudian hari, dan
ada banyak versi tentang siapa yang memulai tradisi ini. Sebagian mengatakan bahwa
Shalahuddin al-Ayyubi yang mula-mula melakukannya, sebagai reaksi atas perayaan
natal umat Nasrani. Karena saat itu di Palestina, umat Islam dan Nasrani hidup
berdampingan. Sehingga terjadi interaksi yang majemuk dan melahirkan berbagai
pengaruh satu sama lain. Versi lain menyatakan bahwa perayaan maulid ini dimulai
pada masa dinasti Daulah Fatimiyyah di Mesir pada akhir abad keempat hijriyah. Hal
itu seperti yang ditulis pada kitab al-A'yad wa atsaruha alal Muslimin oleh Sulaiman
bin Salim as-Suhaimi.
10
hlm. 183-184.
17
serta maulid Fatimah dan lain-lainnya. Versi lainnya lagi menyebutkan bahwa
perayaan maulid dimulai tahun 604 H oleh Malik Mudaffar Abu Sa‟id Kukburi.11
A. Analisis fatwa
Di telaah dari tradisi peringatan Maulid Nabi tergolong pada wilayah muamalah atau
ghoiru mahdhoh di mana prinsipnya adalah tindakan, tradisi, atau kebiasaan boleh
dilakukan sepanjang tidak ada dalil yang melarangnya atau menentang syariat Islam.
Dalam wilayah muamalah, selarass dengan qowaid fiqhiyah
prinsipnya adalah “pada dasarnya sesuatu itu boleh, sepanjang tidak ada ayat atau dalil
yang melarangnya”. Hal yang berkebalikan dengan prinsip ibadah mahdhoh.
peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini memang tidak ada perintahnya
dari Allah untuk melaksanakannya tetapi juga tidak ada larangannya. Dan sebagaimana
dalam prinsip wilayah ibadah muamalah yaitu kebolehan, manusia berhak menentukan
untuk melakukannya atau tidak melakukannya.
Jika dilihat dari kacamata ushul fiqih, metode yang digunakan dalam
membolehkan hokum merayakan maulid nabi.
11
Nico Kaptein, Perayaan Hari Sejarah Lahir Nabi Muhammad Saw, Asal Usul Sampai Abad ke 10/16,
terj Lillian D. Tedjasudhana, INIS, Jakarta 1994, hlm. 10.
18
Menggunakan dillalah amm bahwa merayakan maulid nabi termasuk Ajaran
untuk melakukan kebaikan dan menjauhkan dari yang terlarang dalam Firman Allah
Swt surat al-A‟raf ayat 157:
ِ ي ا ل َّ ِذ ي ي َ َِج د ُو ن َ ه ُ َم كْ ت ُو ب ً ا
ِ ع ن ْ دَ ه ُ ْم ف ِ ي ال ت َّ ْو َر ا ة َّ ِاُأْل ُم
ْ ي َّ ِ ا ل َّ ِذ ي َن ي َ ت َّب ِ ع ُ و َن ال ََّّر س ُ و لَ ال ن َّ ب
ِ ف َو ي َ ن ْ هَ ا ه ُ مْ ع َ ِن ا ل ْ ُم ن ْ ك ََِّر َو ي ُ ِح ل ُّ ل َ هُ م ُ ال ط َّ ي ِ ب َ ا
ِ ت َو ي ُ َح َِّر م ُ ع َ ل َ ي
ُْه م ِ اْل ن ْ َِج ي ِل ي َ أ ْ ُم َُّر ه ُ مْ ب ِ ا ل ْ َم ع ْ َُّر و
ِ ْ َو
ُ ْه مْ ف َ ا ل َّ ِذ ي َن آ َم ن ُ وا ب ِ هِ َو عَ َّز ُر و ه
ِ ْت ع َ ل َ ي ْ َ اُأْل ََغْ َل لَ ا ل َّ ت ِ ي َك َا ن ْ ِ ث َو ي َ ضَ ُع ع َ ن ْ ه ُ مْ إ
ْ ص ََّر ه ُ مْ َو َ ِ ا ل ْ َخ ب َ ا ئ
ح و َنُ َِو ن َ صَ َُّر و ه ُ َو ا ت َّب َ ع ُ وا ال ن ُّ و َر ا ل َّ ِذ ي أ ُن ْ ِز لَ َم ع َ ه ُ ۙ أ ُو لَٰ َ ئ ِ َك ه ُ م ُ ا ل ْ مُ ف ْ ل
artinya : “(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka,
yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari
mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-
beban dan belenggubelenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman
kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (alQuran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung.” (Qs.
alA‟raf: 157)
Jika dilihat dari kacamata ushul fiqih, metode yang digunakan dalam
membolehkan hokum merayakan maulid nabi.
19
3.
Majma’Fiqih Islami
Ad-Duwali
DISUSUN OLEH:
RATNA DWI CAHYANI
LEE MITA NUDIYANA
AHMAD ZAMZAM SAEFI
20
Latar Belakang
Lembaga Fatwa di Jeddah ini yang bernama Majma’ Fiqih Al-Islami Ad-
Duwali hasil pertemuan Konferensi Puncak Islam Ketiga yang diadakan di Mekah pada
tahun 1401 H bertepatan dengan tahun 1981 M.
Dan panggilan untuk pembentukan majma’ global mengenai Fiqih Islam yang
menghimpun ulama, ilmuwan dan pemikir dari dunia Islam untuk mencapai jawaban
Islam yang orisinil atas setiap pertanyaan yang diajukan oleh kehidupan kontemporer,
Raja Khalid bin Abdulaziz Al Saud memimpin Konferensi Tinggi Islam Ketiga
PEMBAHASAN
Nama resminya Majma’ Al-Fiqhi Al-Islami Ad-Duwali اإلسالمي الدولي مجمع الفقھ
. Atau sering diterjemahkan menjadi Lembaga Fiqih Islam International. Lembaga ini
bermarkaz di kota Jeddah Kerajaan Saudi Arabia dan didirikan oleh Al-
Munadzdzamah Al-Muktamar Al-Islami atau kita lebih akrab menyebutnya sebagai
Organisasi Konferensi Islam (OKI).
Organisasi ini didirikan di Rabat, Maroko pada 12 Rajab 1389 H (25 September
1969) dalam Pertemuan Pertama para Pemimpin Dunia Islam yang diselenggarakan
21
sebagai reaksi terhadap terjadinya peristiwa pembakaran Masjid Al-Aqsha pada 21
Agustus 1969 oleh pengikut fanatik Kristen dan Yahudi di Yerusalem.
Pendirian Majma’ fiqh islami merupakan amanat dari keputusan OKI yang ke-
3 yang membahas mengenai Palestina dan Quds yang diadakan di Mekah pada tanggal
19-22 robi’ul awwal 1401 H bertepatan 25-28 Januari 1981
Berangkat dari jiwa persatuan, OKI mengambil sejumlah prosedur hukum dan
eksekusi dengan tujuan menempatkan kerangka hukum dan administrasi untuk
mewujudkan kehendak Muslimin untuk mendirikan sebuah akademi untuk fiqih Islam,
yang di dalamnya ada ijtihad-ijtihad pakar-pakar fiqih untuk menyajikan jawaban
Islami yang orisinil atas setiap persoalan yang dihadapi dalam kehidupan kontemporer.
22
Anggota Majma’ Fiqih Islami Ad-Duwali
23
jawaban Islam yang orisinil atas setiap pertanyaan yang diajukan oleh kehidupan
kontemporer, Raja Khalid bin Abdulaziz Al Saud memimpin Konferensi Tinggi Islam
Ketiga
Mengingat peran penting sains dan pemikiran dalam kemajuan bangsa dan bangsa,
Mengingat peran peradaban besar yang disediakan oleh Syariat Islam dan
warisan Islam, dan diperkaya oleh pengetahuan Islam, membawa kemanusiaan menuju
cahaya dan petunjuk, dan masih merupakan sumber yang kaya dan dasar yang baik
untuk mendorong kehidupan manusia menuju masa depan yang lebih baik,
Memutuskan:
‘Pembentukan MAJMA’ yang disebut (Majma’ al-Fiqh al-Islami) yang anggotanya
adalah ahli fikih, ulama dan pemikir di berbagai bidang pengetahuan dari fiqih,
budaya, sains dan ekonomi dari semua penjuru dunia Islam untuk mempelajari
problematika kehidupan kontemporer dan berijtihad di dalamnya adalah upaya tulus
untuk memberikan solusi yang berasal dari warisan Islam dan terbuka untuk pemikiran
Islam . “
24
PENUTUP
25
4.
CONTOH Fatwa
Majma al-Fiqh al-
Islami al-Duwali
DISUSUN OLEH:
ADITYA BESTARI
NURUL HIDAYATI
AINUN NAJIB
26
Tentang Bank Asi
Latar Belakang
Menyusui merupakan hal yang esensial bagi manusia, maka sebagian orang
berpikir tentang beragam cara agar semua orang degan segala aktivitas dapat menyusui
tanpa mengganggu kerjanya. Maka para ilmuwan Eropa menghadirkan ide untuk
mendirikan Bank ASI dengan tujuan membantu para ibu yang tidak bisa menyusi
bayinya secara langsung, baik karena kesibukan bekerja maupun kesulitan yang lain
seperti ASI yang tidak bisa keluar, ibu mengidap penyakit yang mempengaruhi
produksi ASInya atau membantu bagi bayi yang lahir secara prematur maupun yang
ditinggal mati ibunya.
Gagasan untuk mendirikan bank ASI telah berkembang di erpoa kira-kira lima
puluh tahun yang lalu, hal itu terjadi setelah adanya bank darah. Mereka melakukannya
dengan mengumpulkan ASI dari wanita dan membelinya kemudian ASI tersebut
dicampur didalam satu tempat untuk menunggu orang yang membeli dari mereka. Di
dunia ada beberapa Bank ASI, amerika selatan 154 buah, prancis 19 buah, italia 18
buah, india dan cina di banyak rumah sakit dan kuwait 1 buah
Munculnya bank ASI merupakan solusi bagi para ibu yang tidak bisa menyusui
anaknya, sekaligus juga menghadirkan masalah baru dikalangan para ahli fiqh
khususnya dan umumnya umat islam. Bagaimana hukum mendirikan Bank ASI,
mendapat ragam tanggapan dari para ahli hukum islam. Mereka melihat dari beberapa
sudut pandang yang berlainan, sehingga fatwa mereka pun saling berebeda. Sebagian
mendukung adanya bank ASI tapi yang lainnya tidak menyetujui . ada yang
berpendapat bank ASI hadir membuat rancunya hubungan saudara persusuan,
meskipun ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa ASI yang tidak diisap bayi
langsung dari payudara ibu susu tidak menjadikannya haram baik pada ibu susu
tersebut maupun terhadap bayi-bayi lain yang pernah mengkonsumsi ASI yang sama
(ibu sepersusuan).
27
PEMBAHASAN
Bank ASI merupakan wadah atau tempat untuk menyimpan dan menyalurkan
ASI dari pendonor ASI, yang kemudian akan diberikan kepada ibu-ibu yang tidak bisa
memberikan ASI sendiri kepada bayinya. Ibu yang sehat dan memiliki kelebihan
produksi ASI bisa menjadi pendonor ASI. ASI biasanya disimpan di dalam plastik atau
wadah, yang didinginkan dalam lemari es agar tidak tercemar oleh bakteri. Kesulitan
para ibu memberikan ASI untuk anaknya menjadi salah satu pertimbangan mengapa
bank ASI perlu didirikan, terutama di saat krisis seperti pada saat bencana yang sering
membuat ibu-ibu menyusui stres dan tidak bisa memberikan ASI pada anaknya.
Semua ibu pendonor diseleksi dengan hati-hati. Ibu donor harus memenuhi syarat,
yaitu non-perokok, tidak minum obat dan alkohol, dalam kesehatan yang baik dan
memiliki kelebihan ASI. Selain itu, ibu donor harus memiliki tes darah negatif untuk
Hepatitis B dan C, HIV 1 dan 2, serta HTLV 1 dan 2, memiliki kekebalan terhadap
rubella dan sifilis negatif. Juga tidak memiliki riwayat penyakit TBC aktif, herpes atau
kondisi kesehatan kronis lain seperti multiple sclerosis atau riwayat kanker.
Berdasarkan hadits-hadits, seseorang seharusnya menghindari untuk memilih seorang
ibu susu yang bisu, gila, pelaku kejahatan, bermata lemah, Yahudi, Kristen, Majusi,
atau peminum alcohol untuk menyusui bayinya. Hal ini disebabkan kondisi (kejiwaan)
mereka dapat ditransfer ke bayi melalui susu.12
Seorang bayi boleh saja menyusu kepada wanita lain, bila air susu ibunya tidak
memadai, atau karena suatu hal, ibu kandung bayi tidak dapat menyusuinya. Status ibu
yang menyusukan seorang bayi, sama dengan ibu kandung sendiri, tidak boleh kawin
12
http://www.fiqhacademy.org.sa/qrarat/2-6.htm
28
dengan wanita itu, dan anak-anaknya. Dalam hukum islam disebut sebagai saudara
sepersusuan.
Menurut Ali Hasan, agak sukar menentukan atau mengetahui donor asi itu,
sebagaimana donor darah. Dengan demikian, baik ibu “susuan”, maupun “anak
susuan”, tidak saling mengenal. Hal ini berarti, masalah pemanfaatan air susu dari Bank
ASI, tidak dapat disamakan dengan ar-Radhaah. Pemanfaatan air susu dari Bank ASI
adalah dalam keadaan terpaksa (bukan karena haram). Sebab, selagi ibu si bayi itu
masih mungkin menyusukan anak itu, maka itulah sebenarnya yang terbaik. Hubungan
psikologis antara si bayi dan ibunya terjalin juga dengan mesra pada saat menyusukan
bayi itu. Si bayi merasa disayangi dan si ibu pun merasakan bahwa air susunya akan
menjadi darah daging anak itu. Berbeda, kalau air susu yang diminum anaknya itu
berasal dari orang lain. Pertumbuhan dan perkembangan anak itu, dibantu oleh pihak
lain, sebagaimana air susu sapi yang kita kenal selama ini, dan makanan yang khusus
dibuat (diproduksi) untuk bayi.
a. Pendapat Pertama
Bank ASI hukumnya boleh. Di antara alasan mereka sebagai berikut: Bayi yang
mengambil air susu dari bank ASI tidak bisa menjadi mahram bagi perempuan yang
mempunyai ASI tersebut, karena susuan yang mengharamkan adalah jika dia menyusu
langsung dengan cara menghisap puting payudara perempuan yang mempunyai ASI,
sebagaimana seorang bayi yang menyusu ibunya. Sedangkan dalam bank ASI, sang
bayi hanya mengambil ASI yang sudah dikemas.
29
yang wajib dipenuhi. Beliau cenderung mengatakan bahwa bank ASI bertujuan baik
dan mulia, didukung oleh Islam untuk memberikan pertolongan kepada semua yang
lemah, apa pun sebab kelemahannya. Lebih-lebih bila yang bersangkutan adalah bayi
yang baru dilahirkan yang tidak mempunyai daya dan kekuatan.
b. Pendapat Kedua
30
c. Pendapat Ketiga
Prof.DR. Ali Mustafa Ya’qub, MA., salah seorang Ketua MUI Pusat
menjelaskan bahwa tidak ada salahnya mendirikan Bank ASI dan Donor ASI sepanjang
itu dibutuhkan untuk kelangsungan hidup anak manusia. “Hanya saja Islam mengatur,
jika si ibu bayi tidak dapat mengeluarkan air susu atau dalam situasi lain ibu si bayi
meninggal maka si bayi harus dicarikan ibu susu. Tidak ada aturan main dalam Islam
dalam situasi tersebut mencarikan susu sapi sebagai pengganti, kendatipun zaman nabi
memang tidak ada susu formula tapi susu kambing dan sapi sudah ada,” . ini berarti
bahwa mendirikan Bank ASI dan donor ASI boleh-boleh saja karena memang Islam
tidak mentoleransi susu yang lain selain susu Ibu sebagai susu pengganti dari susu ibu
kandungnya.
Hanya saja pencatatannya harus benar dan kedua keluarga harus dipertemukan
serta diberikan sertifikat. Karena 5 kali meminum susu dari ibu menyebabkan menjadi
mahramnya si anak dengan keluarga si ibu susu. Artinya anak mereka tidak boleh
menikah.
Menurut Prof. Ali, masalah menyusu langsung atau tidak langsung, itu hanya
masalah teknik mengeluarkan susu saja, hukumnya sama. “Jika sudah 5 kali meminum
susu maka jatuh hukum mahram kepada keduanya.
31
Paradigma Imam Madzhab
Pengertian ar-Radha’
Batasan Umur
Para ulama berbeda pendapat di dalam menentukan batasan umur ketika orang
menyusui yang bisa menyebabkan kemahraman. Mayoritas ulama mengatakan bahwa
batasannya adalah jika seorang bayi berumur dua tahun ke bawah. Dalilnya adalah
firman Allah swt:
13
http://khasan-fauzi.blogspot.com/2013/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
32
Fatwa Majma’ Al-fiqh Al-Islami Tentang Bank ASI
Pertama : Bank ASI telah diuji cobakan di masyarakat barat, setelah diadakan uji
coba muncul beberapa hal negatif, dari sisi teknis dan ilmiah dalam uji coba ini,
sehingga menjadikannya mengalami penyusutan dan kurang mendapatkan perhatian.
33
2. Haramnya menyusukan anak di Bank ASI.14
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hukum Bank ASI ialah haram
atau dilarang dengan beberapa landasan argument Antara lain :
1. Fatwa majma’ al fiqh al islami ad duwali mengenai larangan mendirikan bank ASI
2. Pendapat yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhayli. Alasannya
bahwa Bank ASI ini akan menyebabkan tercampurnya nasab, karena susuan yang
mengharamkan bisa terjadi dengan sampainya susu ke perut bayi tersebut,
walaupun tanpa harus dilakukan penyusuan langsung, sebagaimana seorang ibu
yang menyusui anaknya.
Kesimpulan
Munculnya bank ASI merupakan solusi bagi para ibu yang tidak bisa menyusui
anaknya, sekaligus juga menghadirkan masalah baru dikalangan para ahli fiqh
khususnya dan umumnya umat islam. Bagaimana hukum mendirikan Bank ASI,
mendapat ragam tanggapan dari para ahli hukum islam. Mereka melihat dari beberapa
sudut pandang yang berlainan, sehingga fatwa mereka pun saling berebeda. Sebagian
mendukung adanya bank ASI tapi yang lainnya tidak menyetujui . ada yang
berpendapat bank ASI hadir membuat rancunya hubungan saudara persusuan,
meskipun ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa ASI yang tidak diisap bayi
langsung dari payudara ibu susu tidak menjadikannya haram baik pada ibu susu
tersebut maupun terhadap bayi-bayi lain yang pernah mengkonsumsi ASI yang sama
(ibu sepersusuan).
14
http://www.fikihkontemporer.com/2013/05/hukum-bank-asi-keputusan-majma-al-
fiqh.html
34
Fatwa majma’ al fiqh al islami ad duwali mengenai larangan mendirikan bank
ASI. Pendapat yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhayli. Alasannya
bahwa Bank ASI ini akan menyebabkan tercampurnya nasab, karena susuan yang
mengharamkan bisa terjadi dengan sampainya susu ke perut bayi tersebut, walaupun
tanpa harus dilakukan penyusuan langsung, sebagaimana seorang ibu yang menyusui
anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.fiqhacademy.org.sa/qrarat/2-6.htm
http://khasan-fauzi.blogspot.com/2013/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html
http://www.fikihkontemporer.com/2013/05/hukum-bank-asi-keputusan-majma-al-
fiqh.html
35
5.
MAJMA’ FIQH
ISLAM RABITHAH
ALAM ISLAMI
DISUSUN OLEH:
GIFARI GIANLUCA
HARIRI
VIRDHA DIANA UTAMI
36
MAJMA’ FIQH ISLAM RABITHAH ALAM ISLAMI
Rabithah Alam Islami didirikan pada Dzulhijah 1381 H atau Mei 1962 di
Makkah, Arab Saudi. Organisasi ini disponsori Raja Arab Saudi Raja Faisal bin
Abdulazis. Syekh Muhammad Surur terpilih sebagai Sekretaris Jenderal pertama
Rabithah Alam Islami. Salah satu aktivitas pertama Liga Dunia Islam saat berdiri
adalah mengawasi pembangunan Masjidil Haram.
Selain itu, tugas penting yang diemban Rabithah adalah menyampaikan risalah
Islam dan ajarannya ke seluruh dunia. Menghilangkan kesan yang keliru tentang Islam
yang ditimbulkan musuh-musuh Islam adalah agenda lain dari pendirian lembaga ini.
Dalam dakwah, Rabithah sering memanfaatkan musim haji dengan menggelar berbagai
kajian tentang Islam di Makkah. Mereka juga mendukung dan memberi fasilitas para
dai di seluruh dunia dalam melaksanakan agenda dakwahnya. Di bidang pendidikan,
Rabithah memberikan bantuan kepada perguruan Islam di seluruh dunia.
Yang cukup menonjol, Rabithah juga menaruh perhatian serius terhadap pers
dan media massa. Liga Dunia Islam menerbitkan berbagai jurnal dan produk jurnalistik
dalam berbagai bahasa dan disebarkan ke seluruh dunia. Mayoritas, isinya tentang
dakwah dan pendidikan15.
15
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/08/15/oupo86-wapres-
menerima-rabithah-alam-islami-bahas-islam-moderat
37
Muhammad Zaitun Rasmin dan Muflihin Khalid, menemui langsung Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud) Bapak Muhammad Nuh yang didampingi
sekjend Kemendikbud Ainun Na’im.
16
http://wahdah.or.id/rabithah-alam-islami-divisi-pendidikan-buka-perwakilan-pertama-di-luar-
negeri-di-jakarta-2/
38
memerangi teroris dan memblokir sumber-sumber keuangannya dan dukungan
kepadanya.”
Acara yang bertempat di Hotel Rabithah di Mina itu dihadiri antara lain Mufti
Kerajaan Arab Saudi Syekh Abdul Aziz Abdullah Ali Syaikh, Sekretaris Jenderal
Rabithah Dr. Muhammad Abdul Karim Al-Isa, dan Rektor Universitas Al-Qur’an
Sudan, Prof. Dr Ahmad Said Sulaiman. Dalam rekomendasi penutupnya, Rabithah
menegaskan tentang urgensi pengembangan sarana dan metode penyampaian Islam
yang sesuai dengan waktu, tempat dan kondisi, namun tetap menjaga identitas dan
prinsip-prinsip Islam. Konsep ini diharapkan dapat memberikan solusi terhadap
berbagai persoalan masyarakat di era modern.
17
http://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/yusuf-qaradawi-dipecat-dari-rabithah-al-alam-
al-islami/
39
Untuk itu, konferensi mendorong upaya penyusunan materi pendidikan yang
menjelaskan nilai-nilai Islam dan kemanusiaan yang bersifat universal. Materi itu
diharapkan dapat dimasukkan ke dalam kurikulum pengajaran di seluruh jurusan yang
ada di universitas-universitas di negara-negara Islam dan Arab.
Konferensi juga mendorong studi dan penelitian secara lebih luas yang dapat
makin mengokohkan prinsip kasih sayang (rahmat) dan keluwesan (si’ah) dalam Islam.
Upaya ini dimaksudkan untuk menangkal segala bentuk pemikiran dekstruktif dan
ekstrimis yang terus menyebarkan permusuhan dana kebencian di tengah masyarakat.
Organisasi yang didirikan pada dekade 60-an ini juga mengajak partisipasi
media massa untuk bersama-sama menguatkan prinsip kasih sayang dan keluwesan
Islam dalam kehidupan sehari-hari melalui materi dan program yang tepat.
Mufti Kerajaan Arab Saudi Syaikh Abdul Aziz Abdullah Ali Syaikh yang
memberikan sambutan pada pembukaan konferensi ini menegaskan, bahwa Islam
merupakan risalah yang membawa kabar gembira, kemudahan dan kasih sayang
sekaligus melarang sikap berlebih-lebihan. Menurutnya, perbedaan tradisi dan
lingkungan telah membawa pengaruh bahkan dalam ijtihad para ahli fikih.
Ketua Dewan Ulama Senior Arab Saudi ini juga menjelaskan bahwa salah satu
bentuk sikap kasih sayang Islam adalah keharusan untuk bermuamalah yang baik
terhadap nonmuslim di mana mereka mendapatkan hak-hak dan kebebasan dalam
melaksanakan ibadah dan ritual.
Sementara itu, Sekjen Rabithah Dr. Muhammad Abdul Karim Al-Isa dalam
sambutannya menekankan bahwa keluwesan dan kasih sayang merupakan prinsip
agung dalam Islam yang dalam praktiknya berupaya direduksi oleh pihak-pihak
tertentu karena dilatari oleh situasi ketidaktahuan atau sikap berlebih-lebihan.
40
Pelayan Dua Kota Suci (Khadimul Haramain) Raja Salman bin Abdul Aziz dan Putra
Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman, yang telah memberikan pelayanan terbaik
bagi kedua kota suci (Al-Haramain) dan para jamaah haji yang datang dari berbagai
penjuru dunia18.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
http://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/yusuf-qaradawi-dipecat-dari-
rabithah-al-alam-al-islami/
http://wahdah.or.id/rabithah-alam-islami-divisi-pendidikan-buka-perwakilan-
pertama-di-luar-negeri-di-jakarta-2/
https://news.okezone.com/read/2018/08/26/18/1941703/konferensi-rabithah-alam-
islami-tekankan-prinsip-moderat-dalam-islam
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/08/15/oupo86-
wapres-menerima-rabithah-alam-islami-bahas-islam-moderat
18
https://news.okezone.com/read/2018/08/26/18/1941703/konferensi-rabithah-alam-islami-
tekankan-prinsip-moderat-dalam-islam
41
6.
Analisis Fatwa
Lembaga Fatwa
Rabithah Alam
Al-Islami
DISUSUN OLEH:
MALIK IBRAHIM
RIZKY PRATAMA
IMAS MASRUROH
42
Latar Belakang
PEMBAHASAN
Para ulama yang tergabung di Liga Muslim Dunia (Rabithah ‘Alam Islami)
melangsungkan konferensi tahunannya di Makkah Al-MukarramaH Saudi Arabia dari
tanggal 14 s.d. 18 Rabiul Awwal 1394 H (6 s.d. 10 April 1974) yang diikuti oleh 140
delegasi negara-negara Muslim dan organisasi Muslim dari seluruh dunia.
Deklarasi Liga Muslim Dunia (Rabithah Alam Islami) Tahun 1974
43
1. Pendirinya mengaku dirinya sebagai nabi.
2. Mereka dengan sengaja menyimpangkan pengertian ayat-ayat suci Al-Qur’an.
3. Mereka menyatakan bahwa jihad telah dihapus.
1. Membangun mesjid dengan bantuan dari kekuatan anti Islam di mana pemikiran-
pemikiran Qadiani yang menyesatkan ditanamkan kepada orang.
2. Membuka sekolah-sekolah, lembaga pendidikan dan panti asuhan di mana
didalamnya orang diajarkan dan dilatih untuk bagaimana agar mereka dapat lebih
menjadi anti-Islam dalam setiap kegiatan-kegiatan mereka.
3. Mereka juga menerbitkan versi Al-Qur’an yang merusak dalam berbagai macam
bahasa lokal dan internasional.
Untuk menanggulangi keadaan bahaya ini, Konferensi Liga Muslim Dunia telah
merekomendasikan dan mengambil langkah-langkah sebagai berikut :
44
3. Tidak berurusan dengan orang-orang Ahmadiyah Qadiani, dan memutuskan
hubungan sosial, ekonomi, dan budaya. Tidak melakukan pernikahan dengan
mereka, serta mereka tidak diizinkan untuk dikubur di pemakaman Muslim serta
diperlakukan seperti layaknya orang-orang non-Muslim yang lainnya.
4. Seluruh negara-negara Muslim di dunia harus mengadakan pelarangan keras
terhadap aktivitas para pengikut Mirza Ghulam Ahmad. Dan harus menganggap
mereka sebagai minoritas non Muslim dan melarang mereka untuk jabatan yang
sensitif dalam negara.
5. Menyiarkan semua penyelewengan Ahmadiyah yang mereka lakukan terhadap
Kitab Suci Al-Qur’an disertai inventarisasi terjemahan-terjemahan Al-Qur’an
yang dibuat oleh Ahmadiyah dan memperingatkan umat Islam mengenai karya-
karya tulis mereka.
6. Semua golongan yang menyeleweng dari Islam diperlakukan sama seperti
Ahmadiyah.
45
Di dalan kitab At-Tadzkirah hal. 342, Mirza Gulam berkata : “Sesungguhnya Allah
telah menurunkan wahyu kepadaku bahwa setiap orang yang tidak mengikutimu dan
tidak bai’at kepadamu, maka ia durhaka kepada Allah dan termasuk ahli
jahannam,”(Tazkiroh, hal : 342)
Dan pantas sekali jika ada kesan bahwa seluruh anggota organisasi ini adalah
berasal dari kaum muslimin, sedikit sekali yang berasal dari pemeluk agama lain.
Singkatnya, Ahmadiyyah itu adalah sebuah propaganda untuk mengimani bahwa
Mirza Gulam Al-Qadiyani adalah seorang nabi yang diberi wahyu, Al-Masih yang
dijanjikan, yang dilakukan oleh orang-orang Ahmadi dibelakang layar simbol-simbol
Islam seperti shalat, puasa, haji dan sebagainya. Semua itu berlaku diseluruh negeri
melalui berbagai sarana informasi.19
Perkembangan Ahmadiyah
19
Hasan bin Mahmud Audah, Ahmadiyyah : kepercayan-kepercayaan dan pengalaman-pengalaman,
Jakarta : LPPI Masjid Al-Ihsan, 2006. H. 11
46
perpecahan, isu-isu seputar hubungan dengan komunitas non-Ahmadiyah. Dan pada
saat Nuruddin meninggal dunia pada tahun 1914, kursi kekhalifahan digantikan oleh
Basyiruddin Mahmud Ahmad bahwasanya tidak lain adalah putra Ghulam Ahmad.
Tetapi keadaan gerakan Ahmadiyah ketika di pegang putra dari Mirza Ghulam Ahmad,
keadaannya tidak jauh sama dengan Nuruddin, dan karena keadaan yang memburuk,
akhirnya Ahmadiyah pecah menjadi 2 sekte yaitu 1) Ahmadiyah Qadian; menegaskan
bahwa Ghulam Ahmad Mirza itu nabi sesudah nabi Muhammad. Dia merupakan nabi
pengiring nabi Muhammad. 2) Ahmadiyah Lahore; Ahmadiyah yang tidak terlalu
menyimpang dari paham sunni. Hal yang menyebabkan terpecahnya Ahmadiyah yaitu
perbedaan-perbedaan pada gerakan Ahmadiyah, baik faksi Qadian maupun Lahore.
Doktrin-doktrinya
Ajaran-ajaran Ahmadiyah tidak berbeda dengan ajaran yang dianut oleh kaum
muslim pada umumnya, mereka mempercayai rukun Islam dan rukun iman selayaknya
umat Islam yang lainnya. Uraian berikut ini akan menggambarkan ajaran-ajaran
Ahmadiyah yang dianggap kontradiksi oleh sebagian umat Islam. Hal ini disebabkan,
Ahmadiyah memberikan “interprestasi” yang berbeda.
Dalil yang dijadikan landasan doktrin diatas yaitu pada hadis nabi yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw bersabda,”bagaimana kamu
47
sekalian jika Ibn Maryam datang, sedangkan imammu dari kalanganmu (imamukum
minkum)”.
Dalam hal perspektif Ahmadiyah mengenai nabi Isa as menurut Ali Yasir,
sebagaimana dikutip oleh Ahmad Subakir:
Kata “imammu berasal dari kalanganmu” (imamukum minkum) dipahami oleh
Ahmadiyah sebagai seseorang yang berasal dari umat Islam sendiri, bukan dari luar
Islam, misalnya Kristen atau lainnya. Den
gan demikian nabi Isa as menurut Ahmadiyah adalah seorang muslim yang
memiliki sifat dan karakter seperti nabi Isa, dan pribadi tersebut menurut mereka adalah
Mirza Ghulam Ahmad.
Dalam hal Kepercayaan mengenai nabi Isa as menurut Mirza Basyir,
sebagaimana dikutip oleh Ahmad Subakir menjelaskan,” keyakinan tersebut
didasarkan atas wahyu dalam bahasa Urdu yang diterima oleh Mirza Ghulam pada
akhir tahun 1980, yang artinya “Masih Ibn Maryam, Rasul Allah telah meninggal.
Sesuai dengan janji engkau menyandangnya”.
Oleh karena dia merasa bahwa dirinya telah menerima wahyu, Mirza Ghulam
Ahmad berdeklarasi secara transparan pada tahun 1891, bahwasanya dirinya adalah al
Masih dan al Mahdi yang dijanjikan.
Dalam konsep al Mahdi menurut Ahmad Amin, sebagaimana dikutip oleh
Ahmad Subakir menjelaskan,“konsep al Mahdi sesungguhnya telah mengalami
pergeseran, dari bahasa agama menjadi pengertian baru, yaitu munculnya seorang
imam yang ditunggu-tunggu yang akan memenuhi bumi ini dengan keadilan
sebagaimana bumi dipenuhi dengan kezhaliman dan kesesatan”.
2. Nubuwwah (kenabian)
Kedua faksi Lahore dan Qadian percaya bahwasanya Mirza Ghulam Ahmad
adalah seorang nabi yang bukan karena atas kehendaknya sendiri, melainkan
berdasarkan wahyu dan pengangkatan oleh Tuhan. hal tersebut menurut Ahmadiyah
dikembalikan pada firman Allah Swt:
48
سالَت َه ُ َّللاُ أَ ْعلَ ُم َحي
َ ْث یَجْ عَ ُل ِر َّ
Artinya : “Allah maha mengetahui di mana dia akan menempatkan risalah”.
Dan Tuhan, menurut perspektif Islam yaitu Tuhan akan memberi hukuman
yang sangat keras bagi setiap orang yang mengaku bahwasanya dirinya adalah nabi,
sementara dirinya bukanlah seorang nabi. Hal ini diperjelas dengan firman Allah:
)46( َط ْعنَا ِم ْنهُ ْال َوتِين ِ ) أل َخذْنَا ِم ْنهُ ِب ْال َي ِم44(ض األقَا ِوی ِل
َ ) ث ُ َّم لَ َق45( ين َ َولَ ْو تَقَ َّو َل َعلَ ْينَا َب ْع
Artinya :“Seandainya dia mengada-ada sebagian perkataan atas nama kami,
niscaya kami pegang dia tangan kanannya. Kemudian tentulah kami memutuskan urat
lehernya”.
Meskipun doktrinnya demikian, tetapi tetap menimbulkan kontradiksi antara
Ahmadiyah dengan kaum muslimin, dan juga antara faksi Ahmadiyah Lahore dan
Ahmadiyah Qadian
Ahmadiyah Lahore membuat deskripsi tentang kenabian menjadi dua
yaitu pertama, nabi hakiki yaitu nabi pembawa syariat. Kedua, nabi lughowi yaitu nabi
yang tidak hakiki. Dan sekte tersebut mengatakan bahwasanya Mirza Ghulam Ahmad
hanyalah tidak lebih dari manusia biasa yang memiliki persamaan yang cukup besar
dengan para nabi: menerima wahyu tetapi hanya wahyu walayah (kewalian), namun
tidak bersifat tasyri’i. Disamping itu, dia tak lebih sebagai Mujaddid abad 14 H.
Tetapi disisi lain, pendapat Ahmadiyah Qadian berbeda dengan pendapat
Ahmadiyah Lahore. Ahmadiyah Qadian mendeskripsikan kenabian menjadi tiga
pengertian: a) nabi shahib al syari’ah dan mustaqil. Nabi shahib al syari’ah adalah
nabi pembawa syari’at untuk manusia. Sedangkan nabi mustaqil yaitu hamba Allah
yang menjadi nabi dan tidak mengikuti nabi sebelumnya, misalnya nabi Isa, dan nabi
Muhammad. b) nabi mustaqil ghair al tasyri’i adalah seorang manusia yang menjadi
seorang nabi dan tidak mengikuti nabi sebelumnya namun ia tidak membawa syariat
baru. Ia ditugaskan oleh Allah untuk menjalankan syari’at nabi sebelumnya, misalnya
nabi Harun, Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya dan Isa as. c) nabi Zhilli Ghair Tasyri’
adalah seorang manusia yang menjadi nabi karena kepatuhannya kepada nabi
sebelumnya dan juga karena mengikuti syari’atnya.
49
Menurut Ahmad, sebagaimana dikutip oleh Ahmad Subakir menjelaskan
Ahmadiyah Qadian menyatakan bahwa hanya nabi-nabi yang membawa syari’at saja
yang berakhir, sementara nabi-nabi yang tidak membawa syari’at akan terus diutus
oleh Tuhan, dan nabi-nabi tersebut lahir dari seorang ummati, pengikut atau umat
Muhammad saw, seperti halnya Mirza Ghulam Ahmad.
Walaupun kedua faksi kontradiksi mengenai penggunaan kata nabi, tetapi
kedua faksi tersebut sepakat mengenai berakhirnya nabi tasyri’ atau nabi mustaqil
sesudah nabi Muhammad Saw.
3. Wahyu
Mirza Ghulam Ahmad pada awalnya mengakui bahwasanya petunjuk yang
diterimanya dari Tuhan adalah ilham, namun pengikutnya di kemudian hari
menamakan dengan wahyu. Sedangkan Mirza Ghulam Ahmad tidak membantah
pernyataan tersebut, bahkan ia mengakui kebenarannya. Oleh karena itu, Ahmadiyah
tidak membedakan antara wahyu dan ilham.
Ahmadiyah Qadian percaya bahwasanya Mirza Ghulam Ahmad diangkat oleh
Allah sebagai al Masih dan al Mahdi melalui ilham yang diterimanya yang diyakini
sebagai nabi. Faksi Lahore secara implisit juga menyakininya, tetapi istilah yang
digunakan berbeda, yaitu lughawi, tidak hakiki.
Dalam hal kenabian Mirza Ghulam Ahmad menurut Mirza Basyiruddin Mahmud
Ahmad, sebagaimana dikutip oleh Ahmad Subakir:
Menurut faksi Qadian, kenabian Mirza Ghulam Ahmad nampak karena ia adalah
duplikat nabi Isa yang memiliki status nabi dan menerima wahyu. kehadiran al Masih
juga dimuat dalam hadis-hadis shahih. Di samping itu, mereka juga berusaha
memperkokoh keyakinan itu dengan mempergunakan dalil-dalil yang menyakinkan.
Dalam hal wahyu menurut Nazir Ahmad, sebagaimana dikutip oleh Ahmad
Subakir menjelaskan,”wahyu yang terputus sesudah Rasulullah adalah wahyu tasyri’i
atau wahyu syariat, bukan wahyu secara mutlak, dan wahyu terakhir tidak dikhususkan
hanya untuk para nabi saja, tetapi juga diberikan kepada selain nabi”.
50
Oleh karena itu, antara faksi Qadian dan Lahore mengenai wahyu tidak memiliki
perbedaan yang signifikan. Perbedaan hanya dalam penggunaan istilah, tidak dalam
substansi.
4. Khalifah
Mengenai doktrin khalifah, terdapat perbedaan mendasar antara faksi Qadian dan
Lahore, sekalipun keduanya sama menggunakan landasan Al-Qur’an.
Mirza Basyaruddin Mahmud Ahmad mewakili faksi Qadian menyatakan bahwa
kata khalifah di dalam Al-Qur’an dipergunakan dengan pengertian:
a. Khalifah digunakan untuk nabi-nabi yang berperan sebagai wakil-wakil Allah di
dunia, misalnya nabi Adam .... dalam QS. Al-Baqarah: 31-32, dan nabi Daud
dalam QS. Shad: 27.
b. Khalifah dimaksudkan sebagai kaum yang datang kemudian sebagaimana
disebutkan dalam QS. Al-A’raf: 70 dan 75. seperti Khalifah Abu Bakar saat
dipilih menggantikan nabi Muhammad SAW.
c. Khalifah yang dimaksudkan sebagai pengganti nabi karena mereka mengikuti
jejak para nabi sebelum mereka. Khalifah-khalifah ini bisa diangkat oleh Tuhan
sebagaimana halnya seorang nabi yang diangkat oleh Tuhan sendiri, seperti nabi
Harun as yang merupakan khalifah bagi nabi Musa as.
d. Dengan demikian, semua khalifah dengan pengertian pertama dan ketiga adalah
pimpinan rohani. Diantara sekian banyak nabi-nabi dan rasul yang disebut dalam
Al-Qur’an hanya ada beberapa yang menjadi pimpinan rohani sekaligus kepala
pemerintahan.
Ahmadiyah Lahore menyatakan bahwa khalifah memiliki dua pengertian:
1 khalifah sesuai dengan ayat Al-Qur’an surat An-Nur: 55. Ayat tersebut
meramalkan akan berdirinya kerajaan Islam dan kelangsungannya, sehingga
perlu membangkitkan para khalifah yang akan menggantikan nabi Muhammad
SAW. Di samping itu, kaum muslimin akan dijadikan umat yang memerintah di
bumi.
51
2 dalam pengertian para mujaddid dan tokoh-tokoh spiritual yang mendirikan
organisasi untuk melanjutkan syari’at. Setiap satu abad lahir seorang mujaddid.
Menurut faksi Qadian, kekhalifahan setelah sepeninggal Mirza Ghulam
Ahmad disebut dengan nama khalifah al Masih. Kekhalifahan tersebut merupakan
wasiat dari pendiri gerakan Ahmadiyah tersebut. Sebelum meninggal, Mirza Ghulam
Ahmad berwasiat bahwa harus ada khalifah yang akan menggantikannya. Dan pada
tahun 1908, berdiri khilafah al Masih ‘ala minhaj an nubuwwah karena khilafat
ahmadiyyah berfungsi sebagai penerus dari perjuangan Mirza Ghulam Ahmad sebagai
al Masih al-Mas’ud dan imam Mahdi.
Sepeninggal Mirza Ghulam Ahmad, pusat anjuman Ahmadiyah
memutuskan secara bulat bahwa jemaat harus ada seorang khalifah yang ditaati. Tetapi
faksi Lahore mengeklaim bahwasanya tidak ada lagi khalifah setelah Mirza Ghulam
Ahmad di lingkungan Ahmadiyah. Pendapat tersebut didasarkan pada QS. An-Nur: 55
dan wasiat Mirza Ghulam Ahmad
5. Jihad
Dalam hal jihad menurut Mirza Ghulam Ahmad, sebagaimana dikutip oleh
Ahmad Subakir menjelaskan,”Jihad ... adalah berjuang untuk meninggikan kalimat
Islam, untuk menangkis sanggahan-sanggahan pihak lawan, untuk
mempropagandakan keistimewaan-keistimewaan agama Islam dan untuk
menampakkan kebenaran Rasulullah SAW di seantero dunia”.
Berkenaan dengan jihad, Maulana Ali membaginya menjadi:
A. Jihad akbar yaitu jihad melawan setan dan hawa nafsu yang setiap saat menggoda
dan menyesatkan manusia dari jalan yang benar. Bentuk jihad tersebut yaitu selalu
memohon pertolongan Allah dengan sabar dan dengan menjalankan shalat.
B. jihad kabir yaitu menyebarluaskan ajaran Al-Qur’an kepada kaum kafir dan
musyrik. Bentuk jihad tersebut yaitu dilakukan oleh setiap muslim dalam segala
keadaan dengan sekuat tenaga untuk membela kebenaran.
C. jihad ashghar yaitu jihad yang paling rendah nilai dan tingkatannya dalam bidang
agama, yaitu jihad dengan senjata untuk mempertahankan agama.
52
Dari tiga tingkatan jihad tersebut, jihad akbar dan jihad kabir dilakukan oleh
Ahmadiyah untuk mempropagandakan Islam ke seluruh dunia. Dalam melakukan jihad
tersebut, kalangan Ahmadiyah harus taat dan setia kepada pemerintah dan negara di
mana mereka berada.
Kesimpulan
Gerakan Ahmadiyah didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad yang lahir di Qadian,
distrik Gusdapur, punjab wilayah India, pada tahun 1839 dan meninggal pada 26 Mei
1908. Dia berasal dari hereditas bangsa Mongolia. Gerakan tersebut yaitu gerakan
mesianik yang paling aktif dan kontroversial sejak kelahirannya di India-Inggris pada
tahun 1889.
Setelah Mirza Ghulam Ahmad meninggal pada 26 Mei 1908, kekhalifahan
digantikan oleh Nuruddin. Tetapi ketika kursi kekhalifahan di pegangnya, gerakan
Ahmadiyah mengalami berbagai problematika, diantaranya timbul benih-benih
perpecahan, isu-isu seputar hubungan dengan komunitas non-Ahmadiyah. Dan pada
saat Nuruddin meninggal dunia pada tahun 1914, kursi kekhalifahan digantikan oleh
Basyiruddin Mahmud Ahmad bahwasanya tidak lain adalah putra Ghulam Ahmad.
Tetapi keadaan gerakan Ahmadiyah ketika di pegang putra dari Mirza Ghulam Ahmad,
keadaannya tidak jauh sama dengan Nuruddin, dan karena keadaan yang memburuk,
akhirnya Ahmadiyah pecah menjadi 2 sekte yaitu Qadian dan Lahore.
Ajaran-ajaran Ahmadiyah tidak berbeda dengan ajaran yang dianut oleh kaum
muslim pada umumnya, mereka mempercayai rukun Islam dan rukun iman selayaknya
umat Islam yang lainnya. Tetapi yang membedakan mereka yaitu pada penafsiran al
Mahdi dan al Masih, nubuwwah, wahyu, khalifah, dan jihad.
53
DAFTAR PUSTAKA
54
7.
Majma’ al-Fiqh al-
Islam Fii al-Hindi
DISUSUN OLEH:
MILAS SCARLET
FIKRI ARIS WAHYUDI
EEN FURAEROH
55
Latar Belakang
Permasalahan di atas rupanya tidak hanya dihadapi oleh negara yang mayoritas
penduduknya muslim karena Islam telah tersebar di beberapa penjuru dunia, seperti
negara India yang memiliki penduduk muslim minoritas. Melihat masalah demikian,
muslim di India pun membentuk sebuah lembaga fatwa yang bernama “Majma’ al-Fiqh
al-Islami Fii al-Hindi” yang salah satu tujuannya yaitu untuk memecahkan isu-isu
masalah kontemporer.
PEMBAHASAN
Majma al-Fiqh al-Islami Fii al-Hindi atau juga disebut Akademi Fiqih Islam di
India merupakan sebuah lembaga fatwa yang didirikan di India pada tahun 1988 oleh
Hakim Mujahid al-Islam al-Qasimi. Hakim Mujahid al-Islam al-Qasimi diundang ke
seminar yurisprudensi pertama pada bulan April 1989 di Universitas Hemdard-Nger di
Delhi, di mana dua puluh dua sarjana dan ulama berkumpul.20
20
http://www.aslein.net/showthread.
56
kedokteran, ekonomi dan perdagangan yang menimbulkan permasalahan yang belum
diketahui status hukumnya dan untuk memecahkan masalah tersebut tidaklah mudah,
dibutuhkan pemahaman yang mendalam tentang bidang ilmu agama dan juga bidang
ilmu lainnya. Melihat permasalahan ini kemudian para ulama India merasa perlu untuk
membentuk lembaga fatwa yang mempelajari isu-isu tersebut yaitu Majma’ al-Fiqh al-
Islam Fii al-Hindi. Dalam memecahkan suatu permasalahan hukum lembaga ini tidak
hanya menghadirkan para ulama akan tetapi menghadirkan pula para ahli dalam
berbagai bidang terkait masalah yang dikaji, seperti ahli kedokteran, ekonomi dan lain-
lain.
Majma’ al-Fiqh al-Islam fii al-Hindi bertujuan untuk mencapai hal-hal berikut
1. Mencari solusi untuk masalah yang timbul dari perubahan ekonomi, sosial, politik
dan industri, dan perkembangan modern menurut ajaran Islam yang dibimbing oleh
al-Qur’an dan al-Sunnah, ijtihad para sahabat dan ulama salaf serta
mempertimbangkan ketentuan dan tujuan disyari’atkannya hukum Islam.
2. Mengkaji sumber-sumber fiqih Islam, qaidah-qaidahnya, dan teori-teori fiqih
kemudian menjelaskan, mengiterpretasi dan mengaplikasikannya di era saat ini.
3. Mempelajari dan menelusuri berbagai isu-isu kontemporer.
4. Menemukan fatwa, pendapat para cendekiawan kontemporer dan lembaga agama
yang diyakini dapat menyelesaikan isu-isu yang muncul dan kemudian
mempublikasikannya kepada umat Islam.
21
http://main.islammessage.com/newspage.
57
5. Untuk menjalin hubungan dengan semua lembaga fatwa dan kajian lainnya yang
ada di India maupun luar negeri, bertukar informasi tentang kajian ilmiah, dan
memilih fatwa yang dikeluarkan oleh para ilmuwan dan lembaga-lembaga yang
dapat diandalkan, baik dokumen itu telah dicetak maupun berbentuk manuskrip,
yang berfungsi sebagai warisan fatwa dan kajian ilmiah yang penting, kemudian
menyempurnakannya agar bermanfaat bagi generasi mendatang.
6. Memberikan informasi kepada umat Islam India tentang berbagai persoalan yang
berakibat pada bidang ekonomi, masyarakat, obat-obatan, adat istiadat dari berbagai
negara, lingkungan dan sifat penduduk di India dan luar negeri, dan memberi tahu
mereka tentang hasil kajian dan penyelidikan yang dilakukan di sekitar mereka.
7. Meninjau putusan yang dikeluarkan oleh pengadilan di India maupun luar negeri
tentang interpretasi dan penerapan hukum Islam, kemudian mempublikasikan
temuan mereka.
8. Meninjau pertanyaan yang diajukan mengenai masalah hukum Islam oleh orientalis
dan lain sebagainya, kemudian memberikan pandangan yang benar.
9. Mempersiapkan buku-buku tentang pertanyaan dan tantangan baru yang dihadapi
Islam dalam gaya kontemporer.
10. Mendorong para ilmuwan muda yang unggul dan mempersiapkan mereka untuk
menjadi peneliti dan menghubungi para ilmuwan untuk berkontribusi dalam
mempersiapkan mereka dengan menghubungkan mereka ke pusat penelitian
terpadu.
11. Memberikan perhatian kepada lulusan cerdas dari lembaga keagamaan dengan
mengarahkan mereka agar sesuai dengan prinsip-prinsip yang diperlukan ilmu
pengetahuan modern, serta mendidik lulusan cerdas universitas modern agar
mengetahui prinsip-prinsip ilmu hukum dan agama.22
22
Qirarat wa taushiyaat “Majma’ al-Fiqh al-Islami Bi al-Hindi. H.19.
58
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, lembaga Majma’ al-Fiqh al-Islam Fii al-
Hindi tertarik untuk mengadakan konferensi dan simposium, membentuk komite
penelitian, dan mendirikan lembaga ilmiah dan penelitian.23
Struktur Administrasi
1. Komite pendiri
Syeikh Mufti Dzafir al-Din Muftahi, Syeikh Mufti Ashraf Ali, Syeikh
Burhanuddin Sinbhli, Syeikh Khalid Saifullah Rahmani, Syeikh Obeid Allah Al-asadi,
Syeikh Ateeq Ahmed al-Bastawi, Sayyid Nizamuddin, Dr. Muhammad Manzoor
Alam, Amin al-Utsmani, Mohammed Anis Rahman al-Qasimi, Abdul Ahad al-Azhari,
Zubair Ahmed al-Qasimi, Mohammed Mostafa al-Muftahi, Badr al-Hassan al-Qasimi,
Ahmed bin Yaqoub ibn Yusuf al-Daylawi, Naamatallah al-Qasimi.
2. Panitia Pengawas
3. Komite Ilmiah
Syeikh Jamil Ahmed al-Nathiri, Dr. Saud al-Qassimi, Mohamed Khalil Ahmed
Siddiqui, Syeikh Jalal al-Din Ansar al-Amri, Syeikh Abdul Rahim al-Quraishi, Syeikh
Jneid al-Nadwi, Aslam Parvez, Syeikh Mufti Othman al-Muhi Eddin, Dr. Javed Ahmed
Khan, Dr. Jamshid Ahtar, Syeikh Fadil Rahim al-Majdidi, Syeikh Abdul Rahman, dan
Syeikh Noor Alim Khalil al-Ameeni.
4. Komite Eksekutif
23
http://www.ifa-india.org.
59
Syeikh Mufti Zafir al-Din Mufti, Syeikh Mufti Ashraf Ali, Syeikh Burhanuddin
Sinbhli, Syeikh Khalid Saifullah Rahmani, Syeikh Obeid Allah Al-asadi, Syeikh Ateeq
Ahmed al-Bastawi, Sayyid Nizamuddin, Dr. Muhammad Manzoor Alam, dan Amin
al-Utsmani.24
24
http://www.aslein.net/showthread.
25
Qirarat wa taushiyaat “Majma’ al-Fiqh al-Islami Bi al-Hindi. H. 20.
60
H. Setelah diskusi dalam simposium, dibentuk komite untuk menyiapkan
rekomendasi.
I. Mendiskusikan rekomendasi secara rinci dan kemudian mengambil keputusan.26
Majma al-Fiqih al-Islami Fii al-Hindi hingga saat ini telah menerbitkan 50
publikasi, diantaranya: jurnal juristik yang berisi makalah penelitian dan juga banyak
buku yang diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Urdu juga sebaliknya, dan dari
bahasa Urdu ke bahasa Inggris, dan beberapa buku fatwa dan lain-lain.
Keluarga berencana
Tunjangan pengganti
Transplantasi organ
Perbankan syari’ah
26
http://www.ifa-india.org.
27
http://www.aslein.net/showthread.
61
Murabahah
Lembaga koperasi kargo
Hak jual beli
Asuransi
Pertukaran mata uang dari dua negara berbeda.
Masalah yang berkaitan dengan zakat: zakat kebutuhan pokok, zakat pada
utang, zakat perdagangan yang dipercepat atau upah yang dipercepat pada
sewa.
Zakat batu dan perhiasan
Dana cadangan.
Beasiswa untuk siswa.
Status dekan dan lulusannya.
Dana sekolah.
Komisi dalam mengambil zakat.
Zakat dengan harta haram.
Kata Sumpah “demi Allah”.
Simposium keenam, 31 Desember 1993 M-3 Januari 1994 M/17-20 Rajab 1414 H
Saham
Simposium ketujuh, 30 Desember 1994 M-2 Januari 1995 M/26-29 Rajab 1415 H
62
Menyembelih hewan menggunakan beberapa jenis metode modern.
Saham perusahaan
Jual beli ikan yang masih berada dalam perairan
Jual beli sesuatu yang belum menjadi hak milik.
Menyembelih menggunakan mesin mekanik
Simposium kesepuluh, 24-27 Oktober 1997 M/21-24 Jumadil Akhir 1418 H Masalah
wakaf
63
Kudeta
Berinvestasi dalam dana zakat
Akad menggunakan sarana komunikasi modern
Paksaan dalam pernikahan
Hukum hantaran pernikahan dari pihak perempuan
Simposium keempat belas, 20-22 Juni 2004 M/1-3 Jumadil Awal 1425 H.
Kesimpulan
Majma al-Fiqh al-Islami Fii al-Hindi atau juga disebut Akademi Fiqih Islam di
India didirikan di India pada tahun 1988. Pendirinya adalah Hakim Mujahid al-Islam
al-Qasimi. Hakim Mujahid al-Islam al-Qasimi diundang ke seminar yurisprudensi
pertamanya pada bulan April 1989 di Universitas Hemdard-Nger di Delhi, di mana dua
puluh dua sarjana dan ulama berkumpul.29
Tujuan didirikanya lembaga ini adalah untuk memecahkan masalah jurisprudensial
kontemporer dan untuk membuka pintu bagi ijtihad kolektif pada isu-isu pelik.
Akademi Fiqih Islam di India bekerja dengan pendekatan yang sama dengan dewan
jurisprudensial lainnya seperti Akademi Fiqih Islam Organisasi Konferensi Islam di
Jeddah dan Kompleks Fikih Islam dari Liga Dunia Muslim di Mekkah.3014 simposium
28
Qirarat wa taushiyaat “Majma’ al-Fiqh al-Islami Bi al-Hindi. H. 21.
29
http://www.aslein.net/showthread.
30
http://main.islammessage.com/newspage.
64
juga telah diselenggarakan oleh lembaga ini di berbagai bagian negara, dengan 40 topik
tentang isu kontemporer.31
DAFTAR PUSTAKA
31
http://www.aslein.net/showthread.
65
8.
ANALISIS FATWA
MAJMA’ AL-FIQH
AL-ISLAMI
FII AL-HINDI
DISUSUN OLEH:
MASRUROH AS’AD
WILDA NURKHALISAH
ZAQI AINUR RAFIQ
M IDRUS
66
Latar Belakang
Pada dasarnya pernikahan adalah beribadah kepada Allah swt serta untuk
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Namun kenyataannya dalam prosesnya
tidak dapat dipungkiri ada beberapa pasangan yang harus berpisah. Dalam Islam hal
ini merupakan hal yang dibenci namun diperbolehkan sebagai jalan terakhir bagi
beberapa pasangan yang tidak memungkinkan untuk terus bersama dalam membangun
bahtera rumah tangga.
Dalam islam hal ini telah diatur, terdapat beberapa syarat dan ketentuan yang
harus dipenuhi ketika suami istri memutuskan untuk berpisah. Dalam Islam seorang
suami yang hendak mentalak istrinya harus memenuhi beberapa syarat yang harus
dipenuhi, karena talak bukan merupakan perkara sederhana, dan berdampak pada
beberapa hal.
Syarat dan ketentuan mengenai thalaq ini berlaku untuk muslim di seluruh
dunia, baik di Negara berpenduduk muslim mayoritas atau minoritas. Penduduk
muslim minoritas seperti di India pun menaruh perhatian khusus mengenai
permasalahan talak ini. Para Ulama India juga telah menetapkan fatwa tentang keadaan
suami ketika mentalak istri.
Fatwa
بشأن
طالق السكران
نوقشْت مسألة "طلَق السكَّران" في ندوة "مَجمع الفقه اْلسلمي بالهند" وبعد البحث والنقاش في
: المسألة قَّررت الندوة ما يلي
. فل يقع طلقه، ثم طلق امَّرأته فى حالة سنكَّره،من سكَّر بتناول شيء محَّرم :أوال
67
إذا تناول شخص -وهو َل یعلم -شيئا ً مسكرا ً حراما ً وسكر وطلق امرأته في هذه الحال فال یقع الطالق في
هذه الصورة .
إذا تناول شخص شيئا ً مسكراً حراما ً للتدواي بعد أن رأى األطباء الحذاق المسلمون أنه َل سبيل ثانيا:
إلى مداواة مرضه إَل بھذا المسكر ،أو تناول شيئا ً مسكرا ً في شدة الجوع والظمأ إبقاء حياته -وهو َل یجد
شيئا ً حالَلً -وسكر وطلق امرأته في حالة النشوة هذه فال یقع الطالق .
إذا أكره شخص على تناول الخمر أو شئ مسكر آخرجاز له تناوله ،فإن طلق امرأته في حالة ثالثا:
السكر لم یقع الطالقه.
إذا سكر شخص بتناول شئ حالل وطلق امرأته في السكر لم یقع طالقه شرعا ً . رابعا:
خامسا :إذا تعمد شخص برضاه تناول خمر أو شئ مسكر محرم ،وطلق امرأته قبل أن یصل إلى حالة
السكر التى َل یدرى فيھا ما یقول ،یقع طالقه.
سادسا :في الحال المذكورة فى[ :خامسا] إذا سكر سكرا ً شدیدا ً أفقده عقله ووعيه تماماً ،وتلفظ في هذه
الحال بكلمات الطالق ،فھل یقع طالقه أم َل؟ ذهب المشاركون في الندوة إلى رأیين في هذا الصدد :
(أ) :ذهبت أغلبيةالعلماءالمشاركين إلى عدم وقوع الطالق في هذه الصورة ،ومن أبرزهم :
1ـ فضيلة الشيخ القاضي مجاهد اإلسالم 7ـ األستاذ أبو العاص الوحيدي
القاسمي
8ـ المفتي جنيد عالم الندوي (المفتي باإلمارة
2ـ فضيلة الشيخ السيد نظام الدین الشرعية لوَلیتي بيھار وأریسة)
3ـ األستاذ یعقوب إسماعيل المنشي 9ـ األستاذ السيد سلمان الحسيني الندوي
4ـ القاضي عبد الجليل القاسمي 10ـ األستاذ خليل الرحمن سجاد النعماني
5ـ األستاذ عبيد هللا األسعدي 11ـ األستاذ زبير أحمد القاسمي
6ـ األستاذ عتيق أحمد البستوي 12ـ المفتي جميل أحمد النذیري
68
13ـ األستاذ سلطان أحمد اإلصالحي 5ـ األستاذ أبو سفيان المفتاحي
14ـ األستاذ صباح الدین ملك 6ـ األستاذ محفوظ الرحمن شاهين الجمالي
15ـ المفتي نسيم أحمد القاسمي 7ـ األستاذ أبو بكر القاسمي
18ـ األستاذ شفيق أحمد المظاهري 9ـ األستاذ أختر إمام عادل
(بردوان)
10ـ األستاذ تنویر عالم القاسمي
18ـ األستاذ مبارك حسين الندوي
11ـ األستا عبد اللطيف الفالنفوري
(النيبال)
69
Ketetapan no. 50 (2/12)
Tentang
Pertama, Jika seseorang tidak tahu dan memakan sesuatu yang haram kemudian ia
menceraikan istrinya, maka dalam kasus ini perceraian tidak terjadi.
Kedua, jika seseorang memakan sesuatu yang haram untuk melakukan pengobatan/
memperoleh tindakan medis setelah para dokter memandang bahwa tidak ada cara
untuk menyembuhkan penyakitnya kecuali dengan alkohol. atau makan sesuatu
yang haram dalam keadaan kesukaran menahan kelaparan dan dahaga untuk
mempertahankan hidupnya dan dia tidak menemukan apapun yang halal dan
menjadi mabuk, kemudian ia menceraikan istrinya ketika dalam pengaruh alkohol
ini, maka tidak jatuh talak
Ketiga Jika seseorang dipaksa untuk meminum khamr atau sesuatu lainnya yang
haram dalam keadan terpaksa ini diperbolehkan. Maka jika ia menalak istrinya
dalam keadaan mabuk. Maka tidak jatuh talak
Kelima, Jika seseorang dengan sengaja atas dasar keinginannya sendiri untuk
makan/ meminum khamr atau sesuatu yang haram dan memabukkan, dan kemudian
ia menthalaq istrinya sebelum ia dalam keadaan mabuk dan tidak sadar akan apa
yang ia ucapkan maka dalam kasus ini terjadi thalaq.
70
Keenam, Dalam keadaan seperti poin ke (Lima) Jika dalam keadaan mabuk berat
kehilangan Akal dan kesadarannya sepenuhnya dan kemudian dalam keadaan ini
terucap kata-kata perceraian, maka apakah thalaqnya terjadi atau tidak? Para peserta
dalam simposium dalam hal ini terbagi kedalam dua pendapat:
(A) Mayoritas ulama ini berpendapat tidak adanya perceraian dalam kaus ini, yang
mengemukakan pendapat ini diantaranya:
1. Syekh al-Qadi Mujahid al-Islam al-Qasimi
2. Sheikh Nayef Nizamuddin (Amir dari Syariah, Bihar dan Arissa)
3. Profesor Yacoub Ismail Al-Manshi
4. Hakim Abdul Jalil Al-Qasimi
5. Profesor Obeid Allah Asadi
6. Profesor Ateeq Ahmed Al-Bastawi
7. Profesor Abu Al-Aas Al-Wahidi
8. Mufti Junaid Al-Nadawi (Mufti Imarah Islam Bihar dan Arissa)
9. Bapak Salman Al-Husseini Al-Nadawi
10. Profesor Khalil Rahman Sajjad al-Nu'mani
11. Profesor Zubair Ahmed Al-Qasimi
12. Mufti Jamil Ahmad Al-Nathiri
13. Tuan Sultan Ahmed Al-Islahi
14. Tuan Sabah Eddin Malak
15. Mufti Naseem Ahmad Al-Qasimi
16. Profesor Khurshid Ahmed Al-Qasimi
17. Mr. Safiq Ahmad Al-Mahathari (Bardwan)
18. Tn. Mubarak Hussein Al-Nadawi (Nepal)
19. Profesor Khurshid Anwar Al-Adhami
20. Profesor Ijaz Ahmed Al Qasimi
21. Profesor membaca Zafar Islam
22. Tn. Rashid Hussein Al-Nadawi
23. Tuan Riad Ahmad Al-Salafi
24. Rahasia Profesor dari Sabili yang benar
71
(B) Dan nama-nama yang akan disebut dibawah ini adalah orang yang berpendapat
bahwa jatuh thalak ketika dalam keadaan mabuk dan kehilangan kesadaran,
adapun yang berpendapat demikian adalah sebagai berikut:
1. Profesor Burhanuddin Sinbhli
2. Mufti Abdul Rahman (Dahli)
3. Mufti Mahbub Ali Al-Wajihi
4. Mufti Habib Allah Al Qasimi
5. Profesor Abu Sufian Al-Mufti
6. Profesor Mahfouz Rahman Shahin Jamali
7. Profesor Abu Bakr Al-Qasimi
8. Profesor Abu Jandal
9. Profesor Akhtar Imam Adel
10. Dunia Profesor Tanweer Al-Qassimi
11. Fakultas Abdellatif Alfalnfouri
12. Mufti Saeed Al-Rahman (Mumbai)
13. Tn. Abdul Gayoom
14. Profesor Abdullah Al-Maheri (Basti)
15. Hakim Kamel Al-Qasimi
16. Profesor Nazir Ahmed al-Kashmiri
17. Bapak Ahmed Al-Daylawi
18. Pak Jamal Aldin
19. Profesor Mohammed Hamza al-Ghorkhfouri
20. Profesor Abrar Khan al-Nadawi
Analisis Fatwa
Fatwa tentang Thalaq yang diucapkan dalam keadaan mabuk ini dibahas
dalam simposium ke duabelas pada tanggal 5-8 Dzulqo’dah tahun 1420 H atau
bertepatan dengan 11-14 Februari tahun 2000, adapun metode penulisan fatwa
tersebut, hanya mencantumkan beberapa keputusan, dan pendapat peserta
simposium, tanpa mencantumkan dalil-dalil sebagai sumber rujukan, baik dalil Al-
72
Qur’an, Hadits, maupun pendapat pendapat ulama. Maka kami sebgai makalah akan
menganalisis pendapat-pendapat yang tercantum dalam fatwa diatas
1. Pengertian Thalaq
ْ
Talak berasal dari bahasa Arab yaitu kata “ “إطالق. Dalam kitab Fathul Muin
Talak menurut istilah bahasa artinya melepaskan ikatan, sedangkan menurut istilah
syara‟ artinya melepaskan ikatan nikah dengan lafadz yang akan disebutkan
kemudian.32 Dihubungkannya kata talak dalam arti kata ini dengan putusnya
perkawinan karena antara suami dan istri sudah lepas hubungannya atau masing-
masing sudah bebas. Dalam mengemukakan arti talaksecara terminologis
kelihatannya ulama mengemukakan rumusan yang berbeda namun esensinya
sama.33
32
Zainuddin bin Abdul Azis Al-Malibari, Fathul Mu’in, (Semarang: Al-„Alawiyah) h. 112.
33
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqih, (Jakarta: kencana, 2013) h. 125
34
Abdurrrahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-Arba’ah, Juz. IV, Beirut: Dar al-Fikr,
1972, hlm. 216
35
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqih,..h. 126
36
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Juz. II, Kairo: Maktabah Dar al-Turas, tth, hlm. 278
73
perkawinan sebenarnya dapat putus dan tata caranya telah diatur baik di dalam
Fiqih.
Disyariatkannya talak ketika dalam suatu rumah tangga terjadi perselisihan
ataupun masalah yang mengharuskan untuk mengeluarkan kalimat talak itu sudah
tertera dalam al-Qur‟an, hadist, dan secara logika juga bisa diterima.
37
H.S.A. Alhamdani, RisalahNikah, Pekalongan: Raja Murah, 1980, hlm. 169.
38
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wanihayatul muqtasid, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007) h. 585
39
Ibnu Rusd, Bidayatul Mujtahid,.. h. 586
74
pendapat ini pula yang dipilih oleh Ath Thahawi dengan alasan bahwa merka telah
sepakat (ijma‟) bahwasanya talak orang yang akalnya sedang tidak normal itu tidak
sah. Beliau berkata,”Dan orang yang mabuk itu akalnya sedang tidak normal kerena
mabuknya. Pendapat ini dijadikan rujukan oleh Imam Ahmad.40
Didalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa Usman r.a. Tidak menganggap
sah talak yang dijatuhkan oleh suami yang sedang mabuk. Ada beberapa ulama
yang mengatakan bahwa tidak ada satupun sahabat yang bersilang pendapat dengan
Usman r.a.41
َ س ْك َران
ط َالق َ لَي: َعثْ َمان
ُ ْس ِل َمجْ نُ ْون َو ََل ِل ُ َوقَا َل
42
Utsman berkata: Tidak ada thalaq untuk orang yang gila dan mabuk.
40
Yusuf Qardhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer , Jakarta : Gema Insani 1993, hlm. 654.
41
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Juz 3, Cet II, Jakarta : Darul Fath 2010, hlm. 535.
42
Abu Abdillah muhammad bin ismail bin Ibrahim bin al-Bukhary, Sahih al-Bukhari, Juz. 6.
Beriut: Darl kutub Al-ilmiyah, hlm.503.
43
Syams al-Din Abi 'Abdillah Muhammad Ibn Abi Bakr (Ibn Qayyim al-Jawziyyah), I'lam al-
Muwaqi'in Rabb al-'Alamin, (Beirut: Dar al-Fikr, 1977), Juz 2, hlm. 49.
44
Burhan al-Din Abi al-Hasan 'Ali Ibn Abi Bakr 'Abd al-Jalil al-Rasyidaniy al-Marghinaniy, al-
Hidayah Syarh Bidayat al-Mubatadi`, (Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1990), Juz 1, hlm. 251
75
mabuk tidak terjadi, akibat tidak adanya maksud, kesadaran, dan kehendak yang
benar yang dia miliki.45 Yusuf Qardhawi juga bependapat bahwa perkataan talak
yang diucapkan seorang suami pada waktu mabuk tidak dianggap jatuh menurut
pandangan syara‟.46
Dan ini merupakan pendapatnya Utsman, Jabir, Zaid, Umar bin Abdul Aziz,
dan sejumlah ulama‟ salaf. Dan ini juga merupakan pendapatnya Imam Ahmad dan
Ahlu Dhohir (adh-dhohiri) karena berdasarkan hadits ini dan dalil al-qur‟an berupa
: Q.s An-Nisa:43
ََارى َحتَّى تَ ْعلَ ُموا َما تَقُولُون
َ سكُ ص َالة َ َوأ َ ْنت ُ ْم
َّ یَا أَی َھا الَّذِینَ آ َمنُوا ََل تَ ْق َربُوا ال
“ janganlah kamu shalat, sedang dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti
apa yang kamu ucapkan.” (QS.An-Nisaa‟:43).
Maka, Allah di sini menjadikan ucapan orang yang sedang mabuk itu
tidaklah dianggap. Karena, dia tidak tahu (sadar) apa yang sedang diucapkannya.
Juga, bahwasanya dia bukan termasuk orang yang mukallaf, mengingat adanya
ijma‟ yang menyatakan, bahwa di antara syarat taklif adalah akal. Dan barangsiapa
yang tidak menyadari apa yang sedang diucapkannya, maka dia bukan termasuk
seorang mukallaf. Selain itu bahwasanya harus (mutlak) jatuh talaknya apabila
dipaksa untuk menenggaknya atau dia tidak tahu bahwa itu minuman keras
(khamr).47
45
Zuhaili, Fiqih…, hlm. 326.
46
Yusuf Qardhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer , Jakarta : Gema Insani 1993, hlm. 658.
47
Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan‟ani, Subul As-Salam Syarh Bulugh Al-Maram jilid 3,
Penerjemah: Ali Nur Medan, Jakarta: Darus Sunnah 2013, hlm.51-52.
48
Ibnu Rusd, Bidayatul Mujtahid,.. h. 585
76
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Al-Kasany yakni talaknya
orang dalam keadaan mabuk itu sah, sehingga mempunyai kekuatan hukum
sebagaimana dikemukakan sebagai berikut:
و لنا عموم عز وجل (الطالق مرتان) إلى قوله (فإن طلقھا فال تحل له من بعد حتى تنكح
49
زوجا غيره) من غير فصل بين سكران وغيره
"Menurut kami (dalilnya) adalah keumuman firman Allah 'Azza Wa Jalla: 'Talak
itu dua kali', sehingga firman Allah SWT: jika ia menjatuhkan talknya maka tidak
halal wanita tersebut baginya setelah itu sampai ia menikah dengan orang lain
tanpa merincikan antara orang mabuk dengan lainnya. "
Dimana Imam Al-Kasany berpendapat bahwa hukum talak orang dalam
keadaan mabuk adalah sah dengan di dasarkan pada potongan ayat Qs. Al-Baqarah
ayat :229 yang berbunyi ( )الطالق مرتانayat tersebut menjelaskan hukum talak secara
umum.
Menurut pendapat Imam Malik bahwa tindakan-tindakan hukum orang
mabuk yang mengikat adalah thalaq, memerdekakan budak, serta qishash karena
melukai dan pembunuhan. Sedangkan dalam nikah dan jual beli tidak mengikat.50
Hal ini sebagaimana ia kemukakan :
وحدثنى عن مالك أنه بلغه أن سعيد بن المسيب و سليمان بن یسار سئال عن طالق سكران؟
و على ذالك األمر: وقال مالك. وإن قتل قتل به. إذا طلق السكران جاز طالقه:فقال
51
.عندنا
Bersumber dari Malik, seungguhnya dia mendengar bahwa Sa‟id bin Al
Mussayaba dan Sulaiman bin Yasar pernah ditanya mengenai talaknya orang yang
mabuk, dan mereka menjawab: “ Jika seorang yang mabuk mentalak, maka
talaknya itu boleh-boleh saja dan apabila dia membunuh maka dia dibunuh
karenanya. Kata Imam Malik: Itulah yang menjadi dasar pendapat kami”.
Sedangkan Imam Malik yang menganggap bahwa hukum talak orang dalam
keadaan mabuk adalah sah berdasarkan qayyid dari percakapan para tabi‟in bahwa
49
Ala al-Din Abi Bakr Ibn Mas'ud al-Kasaniy, Bada`i' wa al-Shana`i', (Beirut: Dar al-Kutub al-
'Ilmiyyah, t.th.), Juz 3, hlm.99.
50
Ibnu Rusd, Bidayatul Mujtahid,.. h. 586
51
Malik bin Anas, Kitab Al-Muwatho’ , Beirut : Darul Ihya‟ Al-Ulumu, hlm. 441.
77
Said bin mussayab dan Sulaiman bin yassar mereka pernah ditanya mengenai
talaknya orang yang mabuk, dan mereka menjawab, jika seorang yang mabuk
mentalak, maka talaknya itu boleh-boleh saja (sah).
Imam Malik juga menggunakan dalil Al-Qur‟an sebagai hujjahnya, dalam
Q.s An-nisa : 43.
ُ ص َالة َ َوأَ ْنت ُ ْم
َسكَا َرى َحتَّى تَ ْعلَ ُموا َما تَقُولُون َّ َیا أَی َھا الَّذِینَ آ َمنُوا ََل تَ ْق َربُوا ال
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu
dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan.
Imam Malik menggunakan hujjah dengan firman Allah ( َارى
َ سكُ ) َوأ َ ْنت ُ ْمkarena hal itu
merupakan larangan bagi mereka untuk menunaikan shalat dalam keadaan mabuk.
Dan, larangan ini menuntut bahwasanya mereka itu adalah para mukallaf pada saat
mabuk tersebut, sedang mukallaf itu sah ditetapkan darinya berbagai hukum. Juga,
bahwasannya dijatuhkannya talak itu sebagai (hukuman) baginya. Alasan lainnya,
bahwasanya jatuh talak atas dasar pengucapan talak itu merupakan bab hubungan
hukum dengan sebabnya. Maka, kondisi mabuk di sini tidaklah berpengaruh.
Alasan lainya lagi, bahwasanya para sahabat telah memposisikanya pada
kedudukan orang yang sadar akan ucapannya. Karena, mereka berpendapat, “Jika
dia minum, maka dia mabuk. Jika dia mabuk, maka dia mengigau (bicara nglantur).
Dan, jika dia bicara nglantur, maka dia pun mengada-ada. Sedang had (sanksi) bagi
orang yang mengada-ada itu didera 80 kali.52
52
Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan‟ani, Subul As-Salam Syarh Bulugh Al-Maram jilid 3,
Penerjemah: Ali Nur Medan, Jakarta: Darus Sunnah 2013, hlm. 52
78
إختالف فى أنه كا المجنون فى جميع أفعاله وأقواله فيما بينه و بين الناس و فيما بينه و بين
53
َِّللا
“ Mabuk itu terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut : Mabuk yang tidak dapat
membedakan antara langit dan bumi, laki-laki dan perempuan, mabuk yang masih
terdapat sisa dari akal sehatnya. Adapun untuk yang kedua mabuk tersebut tidak
sepenuhnya mengontrol pada dirinya sendiri, maka apabila tidak menutup
kemudian dia bisa bersalah dan terkena hukum. Orang mabuk yang tidak dapat
membedakan mana langit mana bumi, mana laki-laki dan perempuan itu
mempunyai hukum yang sama halnya orang gila baik ucapannya, baik sesuatu
yang hubungannya antar sesama manusia atau Allah swt tuhannya.”
Adapun orang mabuk yang masih tersisa akal sehatnya terdapat perbedaan
pendapat diantara para ulama baik perbuatan atau ucapannya perbedaan tersebut
ada 4:
1) Orang mabuk mempunyai hukum seperti orang gila dalam hal ini tidak terkena
hukum syari‟at baik ketika zina, mencuri, menuduh, membunuh, memerdekakan
budak, talak, dan jual beli. Dan ini seperti pendapatnya Abi yusuf dan athohawi,
Athohawi sendiri juga bertedensi dengan hadis yang diriwayatkan oleh Utsman
bin Affan seperti berikut:
َ س ْك َران
ط َالق َ لَي: َعثْ َمان
َ ْس ِل َمجْ نُ ْون َو ََل ِل ُ َوقَا َل
54
Artinya: Usman r.a berkata:Tidak ada talak bagi orang yang gila dan orang
yang sedang mabuk.
2) Mempunyai hukum seperti orang yang sehat akalnya yang segala sesuatunya
masih ada hukumanya, sebab keberadaanya yang masih memiliki akal itu masuk
dalam golongan orang-orang yang mukallaf.
3) Hukumnya pada perbuatannya tidak ucapannya, maka orang mabuk itu wajib
dibunuh ketika membunuh, dihad ketika berzina dan mencuri, tidak ketika
menuduh, talak, danmemerdekakan budak, ini yang juga seperti pendapat Laist
bin Sa‟ad.55
53
Ibnu Rusdy, Al-Bayan wa tahsil , jilid I , Beriut : Darul Ihya‟ Al‟Ulum, hlm. 258.
54
Al-Bukhary, Sahih…, hlm.504.
55
Ibnu Rusd, Bidayatul Mujtahid,.. h. 586
79
4) Orang mabuk tetap terkena balasan jinayah (kejahatan), jatuh hukumnya ketika
memerdekakan budak, talak dan had, tidak iqrornya (pengakuannya), dan akad
(transaksi) pendapat ini menurut Imam Malik dan diikuti oleh para Ashab
Maliki.56
Kesimpulan
ْ
Talak berasal dari bahasa Arab yaitu kata “ “إطالق. Dalam kitab Fathul Muin
Talak menurut istilah bahasa artinya melepaskan ikatan, sedangkan menurut istilah
syara‟ artinya melepaskan ikatan nikah dengan lafadz yang akan disebutkan
kemudian.
Secara terminologi, menurut Abdurrrahman al-Jaziri adalah:
ُ النكَاحِ أ َ ْونُ ْقصا َنُ َح ِل ِه ِبلَ ْفظ َم ْخ
صوص َّ ال
ِ ُطالَ ُق ِإ زَ ا لَت
“ Talak itu ialah menghilangkan ikatan pernikahan atau mengurangi pelepasan
ikatan dengan menggunakan kata-kata tertentu.”
Jumhur ulama berpendapat talak yang dijatuhkan oleh pemabuk adalah sah,
karena dia sendiri yang menghilangkan akal sehatnya. Sebagian lainnya
menganggap talaknya tidak sah, karena status orang yang sedang mabuk sama
dengan orang yang gila, sedang akal ini lah yang menyebabkan seseorang dijatuhi
kewajiban agama.
Dalam hubungannya dengan hukum talak yang dijatuhkan oleh suami yang
sedang mabuk, ada yang menganggap bahwa talaknya suami dalam keadaan mabuk
tidak sah, karena mereka berpendapat bahwa orang mabuk dan orang gila itu sama
hukumnya, kaena keduanya sama-sama kahilangan fikiran, oleh sebab itu mereka
berpendapat bahwa thalaq orang yang mabuk tidak sah.
Sedangkan diantara para ulama fiqih juga ada yang mensahkan bahwa talak
suami yang dalam keadaan mabuk sah talaknya, mereka berpendapat bahwa orang
mabuk itu merusak akal fikirannya berdasarkan kehendak sendiri, dan tidak
demikian halnya dengan orang gila, mereka berpendapat bahwa thalak terjadi, hal
ini juga termasuk untuk memberikan pengajaran dan hukuman
56
Al-Bukhary, Sahih…, hlm. 259
80
9.
Majma’ al-Buhuts al-
Islamiyah
DIDUDUN OLEH:
LA’ALIU MA’NUNAH
RULI ARDIANSYAH
KHAIRUL UMAM
81
Sejarah Majma’ al-Buhuts al-Islamiyah
Mesir adalah salah satu negara yang menjadikan Islam sebagai agama resmi
negara. Konstitusi Mesir menyatakan bahwa Islam adalah agama negara dan bahasa
Arab adalah bahasa resmi negara. Prinsip-prinsip syariah Islam adalah sumber
utama legislasi. Namun demikian, konstitusi Mesir juga mengakomodir nilai-nilai
agama Ibrahim sebagai sumber konstitusi selain agama Islam. Negara memberikan
kebebasan berkeyakinan secara mutlak kepada warganya dan kebebasan
mengamalkan ritual agama dan membangun tempat-tempat ibadah bagi pengikut
agama Ibrahim. 46 Mesir juga memberikan perhatian besar terhadap
pengembangan ilmu agama Islam. Untuk keperluan ini, secara khusus Mesir
mencantumkan pentingnya mendukung pengembangan al-Azhar dalam
konstitusinya. Dalam bidang fatwa, Mesir memiliki lembaga fatwa tertua di dunia
Islam. Lembaga ini diberi nama Dar al-Ifta’dan Majma’ Al-Buhuts al-Islamiyah.
82
Anggota Majelis Majma al-Buhuts al-Islamiyah
Anggota majelis Majma’ al-Buhuts al-Islami terdiri dari tidak lebih lima
puluh anggota dari ulama besar Islam, yang mewakili semua sekte Islam. Di antara
mereka terdapat tidak lebih dari dua puluh anggota non warga republik Mesir. Hal
ini menjadi keistimewaan tersendiri bagi lembaga Majma’ al-Buhuts al-Islami
dalam mencari rujukan yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
Majelis majma’ dan divisnya berpartisipasi dalam isu kontemporer dan isu-
isu yang sedang berkembang di dunia lalu kemudian memberikan penjelasan akan
isu tersebut sesuai dengan pendapat syariat islam, lebih-lebih isu tentang
penyelewangan agama islam dan menanggapinya dengan tentang kebenaran atau
kesalahan isu tersebut. Majelis majma’ dan divisinya berpartisipasi dalam isu
kontemporer dan isu-isu yang sedang berkembang di dunia lalu kemudian
memberikan penjelasan akan isu tersebut sesuai dengan pendapat syariat islam,
lebih-lebih isu tentang penyelewangan agama islam dan menanggapinya dengan
tentang kebenaran atau kesalahan isu tersebut.
83
Azhar atau yang lainnya bahkan dengan biaya pribadi mereka. Kantor ini
memberikan pelayanan bagi penerimaan mahasiswa dari berbagai penjuru serta
memberikan arahan pendidikan dan asrama yang pantas untuk mereka tempati.
6. Lajnah al-Fatwa
84
Lajnah ini bertugas untuk mengeluarkan fatwa yang datang dari perorangan
atau kolektif baik pertanyaan tersebut diajukan melalui telepon atau email.
فضيلة األمام األكبر /أحمد محمد أحمد الطيب شيخ األزهر فضيلة األستاذ الدكتور/عباس عبدالاله
فضيلة األستاذ فضيلة األستاذ الدكتور/محي الدین عفيفي أحمد األمين العام شومان وكيل األزهر
الدكتور/ابراهيم جميل مصطفى بدران معاش فضيلة األستاذ الدكتور/احمد كمال أبوالمجد معاش فضيلة األستاذ
الدكتور/حسن عباس زكي معاش فضيلة األستاذ الدكتور/عبدهللا مبروك النجار أستاذ بكلية الشریعة والقانون
فضيلة األستاذ الشيخ/عبدالفتاح محمد عالم معاش فضيلة األستاذ الشيخ/عمر الدیب محمد محمود معاش
فضيلة األستاذ الشيخ/على محمد فتح هللا معاش فضيلة األستاذ الشيخ /فوزي فاضل الزفزاف معاش فضيلة
األستاذ الدكتور /محمد الشحات الجندي معاش فضيلة األستاذ الدكتور/محمود محمد محمد عمارة معاش
فضيلة األستاذ الشيخ/محود عبدالغني عاشور معاش فضيلة األستاذ الدكتور/حامد محمد رمضان عبدالرحمن
أبوطالب معاش فضيلة األستاذ /محمد رجائي عطية عبده المحامي فضيلة األستاذ الدكتور/محمود إمبابي
امين معاش فضيلة األستاذ الدكتور/أسامة محمد محمد حسن العبد رئيس جامعة األزهر السابق فضيلة
األستاذ الدكتور/إبراهيم صالح السيد سليمان الھدهد نائب رئيس جامعة األزهر فضيلة األستاذ الدكتور/شوقي
عبدالكریم عالم مفتي جمھوریة مصر العربية ضيلة األستاذ الدكتور/محمد مختار جمعة مبروك وزیر األوقاف
أمين عام المجلس األعلى للشئون اإلسالمية فضيلة األستاذ فضيلة األستاذ الدكتور/احمد على عجيبة
الدكتور/رفعت السيد العوضي أـ اَلقتصاد بتجارة ج ـ األزهر فضيلة األستاذ الدكتور/محمد محمود احمد هاشم
فضيلة الشيخ /السيد علي بن السيد عبدالرحمن الھاشم اإلمارات مستشار رئيس نائب رئيس جامعة األزهر
فضيلة الشيخ /عبدالسالم داود محمد العبادي السعودیة دولة اإلمارات العربية للشئون الدینية والقضائية
األمين العام لمجمع الفقه اإلسالمي الدولي فضيلة الدكتور /محمد بن احمد بن صالح السعودیة أستاذ الدراسات
العليا بكلية الشریعة بالریاض السعودیة فضيلة الشيخ /محمد رشيد راغب قباني لبنان أستاذ الدراسات العليا
85
حمود عبدالحميد محمد الھتار اليمن مفتي الجمھوریة اللبنانية/بكلية الشریعة بالریاض السعودیة فضيلة الشيخ
فضيلة وزیر األوقاف واإلرشاد الدیني باليمن مصطفى عبدالواحد ابراهيم السعودیة/فضيلة الدكتور
أحمد سعود بن سعيد السيابي األمين/ أحمد علي األمام رئيس مجمع الفقه اإلسالمي فضيلة الشيخ/الدكتور
أبولبابة الطاهر صالح حسين رئيس جامعة الزیتونيةـ/الدكتور.العام بمكتب المفتي بسلطنة عمان فضيلة أ
فضيلة رئيس المجمع العلمي بوحدة المغرب مصطفى بن حمزة/الدكتور.فضيلة أ سابقآـ تونس
عبدالرازق/الدكتور.حمدان بن مسلم المزروعي رئيس هيئة الشئون اإلسالمية باإلمارات فضيلة أ/الدكتور.أ
عبدهللا بن ببه وزیر الشئون اإلسالمية/الدكتور.فضيلة أ قسوم رئيس جمعية العلماء المسلمين الجزائریين
.بموریتانياـ سابقا
PENUTUP
Majma’ ini membentuk keanggotaan yang terdiri dari beberapa divisi dalam
penelitian di bidang kebudayaan islam seperti Divisi Penelitian al-Quran, Divisi
Penelitian Sunnah, Divisi Penelitian Fiqh Islam, Divisi Aqidah dan Filsafat, dan
Divisi Pengetahuan Keislaman, dan Divisi Yerusalem dan Minoritas Islam.
Majma’ dan divisnya berpartisipasi dalam isu kontemporer dan isu-isu yang
sedang berkembang di dunia lalu kemudian memberikan penjelasan akan isu
tersebut sesuai dengan pendapat syariat islam, lebih-lebih isu tentang
penyelewangan agama islam dan menanggapinya dengan tentang kebenaran atau
kesalahan isu tersebut. Majelis majma’ dan divisinya berpartisipasi dalam isu
kontemporer dan isu-isu yang sedang berkembang di dunia lalu kemudian
memberikan penjelasan akan isu tersebut sesuai dengan pendapat syariat islam,
lebih-lebih isu tentang penyelewangan agama islam dan menanggapinya dengan
tentang kebenaran atau kesalahan isu tersebut.
86
10.
Analisis Fatwa Buhuts
Al-Islami tentang
Bunga Bank
DISUSUN OLEH:
M NUR IMAN
HALIM
MEILANI PANSELA
NIFO
87
Latar Belakang
PEMBAHASAN
Bunga Bank
Sedangkan bunga bank adalah kelebihan jasa yang harus dibayarkan kepada
bank dari pihak peminjam atau pihak yang berhutang.57
57
Sarjono, Ahmadi, Buku Ajar FIQH, solo,2008, hlm.50
88
Ada beberapa pendapat ulama dalam menetapkan hukum bunga bank, yaitu:
، َل فرق في ذلك بين ما یسمى بالقرض اَلستھالكي، الفائدة على أنواع القروض كلھا ربا محرم:ًأوَل
.وما یسمى بالقرض اإلنتاجي؛ ألن نصوص الكتاب والسنة في مجموعھا قاطعة في تحریم النوعين
ْ { َیا أَی َھا الَّذِینَ آ َمنُوا: كما یشير إلى ذلك الفھم الصحيح في قوله تعالى، كثير الربا وقليله حرام:ًثانيا
.]130:ضا َعفَةً َواتَّقُواْ َّللاَ لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِلحُونَ } [آل عمران ِ َْلَ ت َأ ْ ُكلُوا
ْ َ الربَا أ
َ ضعَافا ً م
58
Sarjono, Ahmadi, Buku Ajar FIQH, solo,2008, hlm.50
89
Fatwa tentang bunga bank adalah riba bukanlah wacana baru bagi umat
Islam. Di Indonesia sendiri, MUI telah beberapa kali mencetuskan wacana tersebut,
masing‐masing pada tahun l990 yang diikuti dengan berdirinya bank syariah
pertama yaitu Bank Muamalat Indonesia, kemudian pada tahun 2000 Dewan
Syariah Nasional mengeluarkan fatwa bahwa penerapan suku bunga bank
bertentangan dengan syariah Islam. Ketika membicarakan riba dalam konteks
modern, memang bayangan sebagian besar orang pasti akan tertuju pada bunga
bank/ interest (fawaid al‐bunuk). Oleh karena itu status hukum bunga bank
senantiasa menjadi bahan perdebatan para ulama, terutama pada saat bank Islam
belum berdiri, atau belum ada alternatif lain selain bank konvensional yang
menerapkan sistem bunga. Sedangkan pandangan terhadap status hukum bunga
tersebut (sebagaimana digambarkan oleh AbdullahSaeed), tidak terlepas dari
adanya perbedaan interpretasi tentang riba, baik yang terkandung dalam ayat
al‐ Qur` an maupun as‐Sunnah.59
Larangan Riba dalam al‐Qur’an tidak terjadi sekaligus melainkan
diturunkan dalam empat tahap.60 Tahapan‐tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Al‐Qur’an menolak anggapan bahwa pinjaman riba yang pada zahirnya seolah‐
olah menolong mereka yang memerlukan sebagai suatu perbuatan taqarrub
kepada Allah SWT.
2. Riba digambarkan sebagai sesuatu yang buruk. Allah SWT mengancam akan
memberikan balasan yang keras kepada orang Yahudi yang memakan riba.
3. Riba diharamkan yang dikaitkan sebagai tambahan yang berlipat ganda. Para
ahli tafsir berpendapat bahwa pengambilan bunga dengan tingkat yang cukup
tinggi merupakan fenomena yang banyak dipraktekkan pada masa tersebut.
Allah berfirman dalam Q.S. Ali Imran (3) : 278‐279:
َّ عفَةً ۖ َواتَّقُوا
ََّللاَ لَ َع َّل ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون ِ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َال تَأ ْ َُكلُوا
ْ َالَّربَا أ
َ ضعَافًا ُمضَا
59
Penjelasan Abdullah Saeed tersebut dapar dilihat dalam disertasi program doktoralnya
yang diterbitkan dalam buku yang berjudul Islamic Banking and Interest A Study of Prohibition of
Riba and Its Contemporary Interpretation, (Leiden ; Brill, 1996).
60
Lihat Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori Ke Praktek, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2001), hlm. 48-51
90
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan”
dimana ayat ini turun pada tahun ketiga Hijriyah. Secara umum ayat ini harus
dipahami bahwa kriteria berlipat ganda bukanlah merupakan syarat dari
terjadinya riba, tetapi merupakan sifat umum dari praktek pembungaan uang
pada saat itu.
4. Allah SWT dengan jelas dan tegas mengharamkan apapun jenis riba yang
diambil dari pinjaman. Adapun yang dijadikan dasar hukumnya yait Q.S. Al‐
Baqarah (2) : 278‐279 adalah ayat terakhir yang diturunkan menyangkut Riba.
)278( َالَّربَا إِ ْن َُك ْنت ُ ْم ُمؤْ ِم ِنينِ ََّللاَ َوذَ ُروا َما بَ ِق َي ِمن َّ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا
وس أ َ ْم َوا ِل ُك ْم َال ت َ ْظ ِل ُمونَ َوال
ُ سو ِل ِه َوإِ ْن ت ُ ْبت ُ ْم فَلَ ُك ْم ُر ُء َّ َفَ ِإ ْن لَ ْم تَ ْفعَلُوا فَأْذَنُوا بِح ََّْرب ِمن
ُ َّللاِ َو َر
)278( َت ُ ْظلَ ُمون
أخبرنى عون بن أبى جحيفة قال رأیت أبي اشترى حجاما فأمر بمحاجمه فكسرت فسألته عن
ذلك قال إن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم نھى عن ثمن الدم وثمن الكلب وكسب األمه ولعن
61
الوا شتة والمستو شمة وآكل الربا ومو كله ولعن المصور
61
Abi Dawud Sulaiman bin A1-`Asy’asy As-Sajastani, Sunan Abi Dawud, Kitab Al-
Butu’ (Beirut: Dar al-Fikr, 1994) , III: 208.
91
أنه سمع أبا سعيد الخدري رضي هللا عنھم قال جاء بالل كان عندنا تمرردي فبعت منه صاعين
بصاع لنطعم النبي صلى هللا عليه وسل فقال النبي صلعم عند ذلك اوه عين الرباعين الربا ال تفعل ولكن
62
إذاأردت أن تشتري فبع التمر آخرثم اشتره
حدثنا عبدالرحمن بن أبي بكرة عن أبيه رضي هللا عنھم قال نھى النبي صلى هللا عليه وسلم
عن الفضة بالفضة و الدهب بالدهب إال سواء و أمرنا أن نبتاع الدهب با لفضة كيف شئنابالدهب كيف
63
شئنا
عن أبي سعيد الخدري قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم الدهب بالدهب والفضة با الفضة
والبربا البرواشعر والتمر باتمر والملح با لملح مثال بمثل یدا بيد فمن زاد أو استزا د فقد أربى اآلخذ و
64
المعطى فيه سواء
Menurut Saeed lebih lanjut, perbedaan interpretasi terhadap nas‐nas
mengenai pelarangan riba tersebut, sebenarnya menggambarkan polarisasi
pemikiran tentang keislaman secara umum, terutama antara golongan neo revivalis
dengan kaum modernis, yang keduanya muncul karena dipicu oleh adanya gerakan
tajdid (revivalism) yang didengungkan para ulama sebelumnya sekitar awal abad
XVIII M.65
62
Al-Imam Abi ‘Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Ibn AlMughirah bin
Bardijabah Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, Kitab Al-Butu’ (Beirut: Dar Al-Fikr, 1981), III: 34.
63
Ibid., Kitab Al-Wakalah, III: 64-65
64
Ibid., Kitab Al-Buyu’, III: 31.
65
Saeed, Islamic Banking.., h. 6.
92
yang baik, metode pembayarannya jelas, serta adanya batasan maksimum bagi
bunga tersebut (yang tentu saja harus rendah). Selain itu, mereka membedakan
antara tambahan (ziyadah) yang diberlakukan oleh individu dengan yang dilakukan
oleh institusi seperti bank negara. Riba (dalam pengertian ziyadah) dilarang apabila
pemilik modal adalah individu.
Sedangkan apabila pemilik modal adalah institusi umum seperti bank
negara, tambahan tersebut boleh karena dianggap bukan merupakan eksploitasi.
Oleh karena itu, kaum modernis membedakan antara bunga (interest) yang boleh
dengan syarat‐ syarat seperti telah disebutkan di atas, dengan riba (usury) yang
haram hukumnya karena adanya ekspolitasi.66
Sedangkan golongan neo revivalis menolak bank konvensional (termasuk
bank negara) yang menggunakan sistem bunga, yang mereka anggap sebagai
westernisasi. Pandangan bahwa “Islam” adalah way of life yang sempurna,
menyebabkan mereka cenderung lebih memilih taqlid daripada ijtihad. Mereka
menolak penafsiran ulang terhadap smnber‐ sumber utama syari’ah, sehingga
dalam permasalahan ini, riba hanya diinterpretasikan dengan satu cara yaitu tidak
diizinkannya apapun bentuk tambahan dalam pinjaman. Sehingga keseluruhan
bentuk bunga ataupun tambahan lainnya adalah haram hukumnya. Oleh karena itu,
tidak mengherankan ketika negara‐negara teluk (yang sebagian besar pemimpinnya
tergolong berfaham neo‐ revivalis) mengalami booming oil sekitar awal dekade
70‐an, gaung pendapat neo revivalis tentang riba ini menjadi penyebab utama
munculnya pemikiran tentang bank Islam (bank syari’ah).67
Kenyataannya, pendapat bahwa bunga bank adalah termasuk riba yang
haram hukumnya, banyak di dukung oleh berbagai forum ulama internasional,
misalnya: Majma’ul Buhuts al‐Islamzyyah di al‐Azhar Mesir (Mei 1965); Majma’
al‐ Fiqh Al‐Islamy Negara‐negara OKI (Organisasi Konferensi Islam) yang
diselenggarakan di Jeddah 22‐28 Desember 1985; Majma ’ Fiqh Rabithah al‐‘Alam
66
Termasuk juga ke dalam kelompok modernis ini tokoh-tokoh seperti : AsSanhuri,
Rasyid Rida, dan Ma’ruf ad-Daulabi, yang membolehkan bunga bank dengan alasan-alasan yang
hampir serupa, lihat Wahbah az-Zuhayli, Al-Fiqh alIslam wa Adillatuh, (Damaskus; Dar al-
Fikr,1997), IX: 344-349.
67
Saeed, Islamic Banking..., h. 9-13.
93
al‐Islamy di Makkah tanggal 12‐19 Rajab 1406 H; Keputusan Dar al‐Ifta’ Kerajaan
Saudi Arabia (1979); dan Keputusan Supreme Shariah Eourt Pakistan 22 Desember
1999. Di tingkat Nasional, walaupun wacana bunga bank sebagai riba tetap menjadi
persoalan yang cukup menjadi perhatian masyarakat terutama sejak
berkembangnya perbankan syari’ah. Umumnya, fatwa‐fatwa yang dikeluarkan oleh
berbagai ormas Islam berkaitan dengan sistem bunga dalam perbankan, belum
secara eksplisit dan tegas melarang sistem bunga tersebut, kecuali Persatuan Islam
(PERSIS).
KESIMPULAN
Bunga bank adalah kelebihan jasa yang harus dibayarkan kepada bank dari
pihak peminjam atau pihak yang berhutang. Ada tiga pendapat yang berbeda terkait
dengan Hukum Bunga Bank, yaitu:
94
janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu
kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan” (QS. Ali Imran: 130).
95
11.
Majma Fiqh Urubi
DISUSUN OLEH:
DUKATIS ZULMI
FAUZAN CHANIAGO
WILY
96
PEMBAHASAN
Majma Fiqh Urubi atau The European Council for Fatwa and Research
(ECFR) adalah sebuah yayasan swasta yang berbasis di Dublin, Republik Irlandia
yang didirikan di London pada 29–30 Maret 1997 atas prakarsa Federasi Organisasi
Islam di Eropa, organisasi Ikhwanul Muslimin Eropa. ECFR adalah salah satu
saluran utama untuk publikasi fatwa oleh Yusuf al-Qaradawi , seorang cendekiawan
Muslim yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin .
68
www.e-cfr.org
97
fatwa yang dikeluarkan oleh al-Qaradawi pada pertanyaan " Bagaimana Islam
Melihat Sekularisme " 69
Adapun untuk mencapai cita-cita tersebut di Dunia Erpoa yang mana populasi
Muslim yang rendah. Maka ECFR melakukan langkah-langkah berikut ini :
Banyak pertanyaan yang diajukan oleh Muslim di Eropa akan di bahas oleh
Mufti dan diputuskan secara kolektif. Pertanyaan-pertanyaan ini biasanya dikirim
melalui surat, faks atau email ke Pusat Kebudayaan Islam Irlandia, di mana
69
www. tandfonline.com
70
www.islamireland.ie
98
sekretaris umum ECFR menerima, mengatur, dan menyampaikan pertanyaan
kepada Mufti ECFR. Dalam hal membuat Fatwa, para Mufti tidak pernah
menggunakan metode Voting dalam menentukan keputusan akhir dari fatwa tsb.
fatwa dan resolusi ECFR juga harus dibuat relevan untuk berbagai komunitas
Muslim dan heterogenitas konteks Eropa. Untuk melakukannya, para mufti
terkadang menarik perbandingan antara norma-norma Islam dan hukum positif.
Dengan kata lain, fatwa harus mengukur batas-batas wacana keagamaan yang dapat
diterima pada setiap saat dan di seluruh negara-negara Eropa agar dapat melayani
kepentingan umat Islam dan kepentingan masyarakat yang mereka tinggali.
Guna mempertahankan eksistensi dari Majma Fiqh Urubi, maka dari itu
Majma Fiqh Urubi menggandeng beberapa Organisasi Islam lainnya yang berada
di Eropa, antara lain :
D. Mufti ECFR
Mufti ECFR terdiri dari sekitar tiga puluh ulama Islam, yang berasal dari
berbagai belahan Eropa, Amerika Utara, dan dunia Muslim. Antara lain :
71
. www.wikipedia.org
99
6. Mufti Ismail Kashoulfi ( Inggris Raya )
72
Edinburgh.universitypressscholarship.com
100
12.
ANALISIS FATWA
MAJMA’ FIQH
URUBI
DISUSUN OLEH:
FACHMI LUTH HERYADI
SITI NUR WAHYU NINGSIH
M ZAHID AINUL YAQIN
IQBAL GIFARI
PENDAHULUAN
101
Latar Belakang
A. PENGERTIAN VAKSINASI
102
Vaksin mengandung kuman mati/hidup yang kekuatannya lemah, tetapi
masih dapat menyebabkan penyakit tertentu. Ketika kita diberi vaksin, tubuh kita
segera menghasilkan antibodi terhadap antigen atau benda asing tersebut.
Ketika anak mendapat penyakit baru, dia mungkin merasa sakit selama
beberapa hari, namun setelah itu dia akan sembuh. Satu-satunya perbedaan adalah
vaksinasi melakukannya secara buatan, dan dengan cara yang lebih aman.
Suka tidak suka memang harus diakui bahwa di tengah dunia Islam,
berkembang beberapa pendapat yang saling berbeda tentang suatu hukum.
Sebagian mengharamkan dan sebagian yang lain menghalalkannya. Tentunya
masing-masing datang dengan argumen dan alasan yang dianggap kuat untuk
dijadikan pegangan.
103
zat-zat berbahaya lainnya yg akan memicu autisme, cacat otak, dan lain-
lain.
104
musuh Islam, yang tentunya keuntungannya dimanfaatkan untuk
menghancurkan agama Islam.
1. Mencegah Lebih Baik Dari Mengobati. Karena telah banyak kasus ibu hamil
membawa virus yang membahayakan ibu dan janin. Bahkan bisa
menyebabkan bayi baru lahir langsung meninggal. Dan hal ini bisa dicegah
dengan vaksinasi. Vaksinasi penting dilakukan untuk mencegah penyakit
infeksi berkembang menjadi wabah. Apalagi saat ini berkembang virus flu
burung yg telah mewabah. Hal ini menimbulkam keresahan bagi petugas
kesahatan yang menangani. Jika tidak ada, mereka tidak akan mau dekat-
dekat.
105
2. Rendahnya Standar Kesehatan. Walaupun kekebalan tubuh sudah ada, akan
tetapi kita hidup di negara berkembang yang standar kesehatan lingkungan
masih rendah. Apalagi pola hidup di zaman modern. Belum lagi kita tidak
bisa menjaga gaya hidup sehat. Maka untuk antisipasi, perlu dilakukan
vaksinasi.
3. Minimnya Efek Samping. Tidak bisa dipungkiri bahwa semua jenis obat pasti
ada efek samping. Namun efek samping itu tidak seberapa dibandingkan
dengan resiko yang harus diderita suatu bangsa akibat wabah penyakit yang
menjangkit. Efek samping tentu bisa diminimalisasi dengan tanggap terhadap
kondisi ketika hendak vaksinasi.
6. Banyak Fatwa Yang Membolehkan. Ada beberapa fatwa halal dan bolehnya
imunisasi. Contohnya Fatwa MUI yang menyatakan halal. Dan jika memang
benar haram, maka tetap diperbolehkan karena mengingat keadaan darurat,
106
daripada penyakit infeksi mewabah di negara kita. Harus segera dicegah
karena sudah banyak yang terjangkit polio, Hepatitis B, dan TBC.
1. Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Baz, beliau adalah Mufti Besar Kerajaan Arab
Saudi, ketua Lajnah Daimah dan Mantan Rektor Universitas Islam
Madinah) Ketika beliau ditanya ditanya tentang hal ini,
107
penyakit dan dilakukan vksinasi untuk melawan penyakit yang muncul di suatu
tempat atau di mana saja, maka hal ituatidak masalah, karena hal itu termasuk
tindakan pencegahan. Sebagaimana penyakit yang datang diobati, demikian juga
.penyakit yang dikhawatirkan kemunculannya
ولكنھا عولجت كيميائيا او اضيفت اليھا مواد, ما كان منھا مواد محرمة او نجسة في اصلھا:لقسم الثالث
ویكون لھا اثارنافعة وهذه اللقاحات,"اخرىغيرت مناسمھا ووصفھا إلى مواد مباحةو وهو ما یسمى "الستحالة
یجوز تناولھا ألن اَلستحالة التي غيرت اسم موادها ومواصفاتھا قد غيرت حكمھا فصارت مباحة
bagian ketiga: vaksin yang terdapat didalamnya bahan haram atau najis “.اَلستعمال
pada asalnya. Akan tetapi dalam proses kimia atau ketika ditambahkan bahan yang
lain yang mengubah nama dan sifatnya menjadi bahan yang mubah. Proses ini
dinamakan “istihalah”. Dan bahan ini mempunyai efek yang bermanfaat. Vaksin
jenis ini bisa digunakan karena “istihalah” mengubah nama bahan dan sifatnya.
”.Dan mengubah hukumnya menjadi mubah/boleh digunakan
3. Fatwa Majelis Ulama Eropa untuk Fatwa dan Penelitian memutuskan dua
hal:
Pertama: Penggunaan obat semacam itu ada manfaatnya dari segi medis. Obat
semacam itu dapat melindungi anak dan mencegah mereka dari kelumpuhan
dengan izin Allah. Dan obat semacam ini (dari enzim babi) belum ada gantinya
hingga saat ini. Dengan menimbang hal ini, maka penggunaan obat semacam itu
dalam rangka berobat dan pencegahan dibolehkan. Hal ini dengan alasan karena
mencegah bahaya (penyakit) yang lebih parah jika tidak mengkonsumsinya. Dalam
bab fikih, masalah ini ada sisi kelonggaran yaitu tidak mengapa menggunakan yang
najis (jika memang cairan tersebut dinilai najis). Namun sebenarnya cairan najis
tersebut telah mengalami istihlak (melebur) karena bercampur dengan zat suci yang
108
berjumlah banyak. Begitu pula masalah ini masuk dalam hal darurat dan begitu
primer yang dibutuhkan untuk menghilangkan bahaya. Dan di antara tujuan syari’at
adalah menggapai maslahat dan manfaat serta menghilangkan mafsadat dan
bahaya.
Kedua: Majelis merekomendasikan pada para imam dan pejabat yang berwenang
hendaklah posisi mereka tidak bersikap keras dalam perkara ijtihadiyah ini yang
nampak ada maslahat bagi anak-anak kaum muslimin.
4. Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) 4 Sya’ban 1431 H/16 Juli 2010 M
Fatwa no. 06 tahun 2010 tentang, Penggunaan vaksin meningitis bagi
jemaah haji atau umrah Menetapkan ketentuan hukum:
Ketentuan dalam fatwa MUI nomor 5 tahun 2009 yang menyatakan bahwa
bagi orang yang melaksanakan wajib haji atau umrah wajib, boleh menggunakan
vaksin meningitis haram karena Al-hajah (kebutuhan mendesak) dinyatakan tidak
berlaku lagi.
109
memakannya. Sehingga suatu saat nanti dapat ditemukan vaksin yang
benar-benar bebas dari barang-barang yang hukum asalnya adalah haram.
Kesimpulan
Dengan menimbang hal ini, maka penggunaan obat semacam itu dalam
rangka berobat dan pencegahan dibolehkan. Hal ini dengan alasan karena mencegah
bahaya (penyakit) yang lebih parah. Dalam bab fikih, masalah ini ada sisi
kelonggaran yaitu tidak mengapa menggunakan yang najis (jika memang cairan
tersebut dinilai najis). Namun sebenarnya cairan najis tersebut telah mengalami
istihlak (melebur) karena bercampur dengan zat suci yang berjumlah banyak.
Begitu pula masalah ini masuk dalam hal darurat dan begitu primer, dibutuhkan
untuk menghilangkan bahaya. Dan di antara tujuan syari’at adalah menggapai
maslahat dan manfaat serta menghilangkan mafsadat dan bahaya.
110
13.
MAJELIS JURIS
MUSLIM AMERIKA
(AMJA)
DISUSUN OLEH:
RIFQI AZIZ AMRULLAH
DAYU DIANA DZAHIR
M ZOLA SUDRAJAT
111
MAJELIS JURIS MUSLIM AMERIKA (AMJA)
Didirikan pada tahun 2003, Majelis Dakwah Agama Islam Juris Amerika
(AMJA) dirancang untuk memberikan dan memperjelas putusan syariah terhadap
para umat muslim yang tinggal di amerika, sehingga umat Islam di AS dapat dengan
baik mematuhi mandat hukum Islam dalam semua hal yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari mereka. Misalnya, hubungan interpersonal, pekerjaan,
keuangan, pernikahan, seksualitas, pakaian pribadi, dan banyak lagi. Majelis Juris
Muslim Amerika (AMJA) telah di akui dan Diterima secara luas sebagai suara
otoritas yang sah oleh komunitas Muslim Amerika arus utama, AMJA dikelola oleh
para ahli yang berjumlah lebih dari 50 sarjana dan mereka semuanya memegang
posisi yang berpengaruh di berbagai tempat, seperti universitas, pusat Islam dan
masjid di seluruh Amerika Serikat.
Tentang kami
112
ahli, dan Imam memimpin komunitas Muslim ke dalam pemahaman yang lebih
baik tentang praktik agama Islam di masyarakat Barat.
Terlepas dari para sarjana terkenal kami, AMJA juga melayani kebutuhan
Imam dengan mendedikasikan Konferensi Imam tahunan yang memungkinkan
mereka akses ke interaksi satu-satu dengan para sarjana, jaringan dengan Imam lain
di seluruh AS dan Kanada, dan terpapar dengan novel dan penelitian baru tentang
isu-isu fiqhi kontemporer.
AMJA terdiri dari Dewan Direksi yang berdedikasi, Komite Fatwa, Dewan
Penasihat Fatwa, dan Ahli di berbagai bidang.
113
medis seperti transplantasi organ-organ tubuh, pembuahan buatan manusia dan
kloning manusia, dll. Namun, tidak ada yang mengatakan bahwa jurnalis adalah
benar-benar seorang dokter untuk dapat memberikan fatwa tentang masalah-
masalah ini, tetapi cukup baginya untuk mengetahui rincian para ahli yang terkait
dengan majelis semacam itu; meskipun para ahli itu tidak berpartisipasi dalam
pemungutan suara untuk memutuskan pendapat hukum.
114
pengakuan atas realitas. "A Fatwa" - seperti yang dikatakan para sarjana - adalah
pengetahuan tentang kebutuhan dalam kenyataan; ini bisa dicapai melalui apa yang
sebelumnya disebut yaitu; ketersediaan sejumlah ahli - tidak kurang dari ahli hukum
di AMJA - mewakili mata AMJA dimana realitas terlihat dan beberapa aspeknya
diketahui. Majelis Juris di seluruh dunia meneliti masalah medis seperti
transplantasi organ tubuh, pemupukan buatan manusia dan kloning manusia, dll.
Namun tidak ada yang mengatakan bahwa ahli hukum harus menjadi dokter
sehingga mampu memberikan fatwa tentang masalah ini, tetapi cukup baginya
untuk mengetahui semua perincian tentang hal-hal semacam itu melalui para pakar
yang terkait dengan majelis semacam itu;
Dalam kasus konflik antara negara Muslim dan Amerika Serikat, Muslim di
Amerika didorong untuk memainkan peran aktif dalam menjembatani perbedaan
ini dan menghasilkan resolusi damai. AMJA menganggap kewarganegaraan dari
negara manapun, baik yang didapat dari kelahiran atau emigrasi, untuk menjadi
perjanjian yang mengikat, yang merinci ketidakmungkinan mengkhianati negara
dan orang-orangnya. Kesucian darah dan harta mereka yang memiliki perjanjian
115
Muslim adalah kesucian darah dan harta Muslim. AMJA menyerukan kepada
komunitas Muslim Amerika untuk memainkan peran positif di negara mereka dan
bersama dengan rekan-rekan mereka menuju aktualisasi kesejahteraan umum
bangsa mereka. Untuk tujuan ini, AMJA telah melakukan dua konferensi mengenai
yurisprudensi Islam yang mengatur partisipasi dalam sistem politik Amerika dan
dialog antaragama.
AMJA didirikan untuk memberikan panduan bagi umat Islam yang tinggal
di Amerika Utara. AMJA adalah organisasi keagamaan yang tidak mengeksploitasi
agama untuk mencapai tujuan politik, tetapi memberikan solusi praktis dalam
pedoman Islam dan hukum negara untuk berbagai tantangan yang dialami oleh
komunitas Muslim.
STRUKTUR ORGANISASI
Ketua Dewan
116
Hussein Hamid Hassan dianggap sebagai bapak keuangan Islam. Ia
menerima gelar PhD dari fakultas Syariah di Universitas Al Azhar di Kairo pada
1965 dan memegang dua gelar dalam hukum dari Institut Internasional Hukum
Perbandingan, Universitas New York. Dia memimpin Komite Pengawas Syariah
dari banyak bank Islam di Timur Tengah, dan telah menyarankan beberapa
pemerintah.
Deputi Pertama
Wakil Kedua
117
Saat ini, syekh adalah Presiden Akademi Syariah dan Sekretaris Jenderal
untuk Majelis Juris Muslim di Amerika.
Sekretaris Umum
Saat ini, syekh adalah Presiden Universitas Mishkah dan Sekretaris Jenderal
untuk Majelis Juris Muslim di Amerika.
6. Sadeq AlHasan
COMITE FATWAA
1. Dr Salah Asawy
Saat ini, syekh adalah Presiden Universitas Mishkah dan Sekretaris Jenderal
untuk Majelis Juris Muslim di Amerika.Dr. Salah Assawy adalah seorang Mesir
yang lahir di desa Fazarah. Pada tahun 1976, ia menyelesaikan gelar sarjananya di
118
fakultas Perundang-undangan dan Hukum di Universitas Al Azhar dan pada tahun
1985, ia meraih gelar Ph.D di bidang Ilmu Agama Islam di fakultas Legislasi dan
Hukum. Ia meraih gelar dengan perbedaan dan penghargaan tingkat tertinggi.
Dr Main adalah dosen yang berpengalaman dalam Studi Islam. Dalam karir
mengajarnya, dia telah memberikan instruksi dan pelatihan kepada para pelajar di
sekolah-sekolah serta tingkat perguruan tinggi. Dia juga melayani sebagai Imam
dari beberapa pusat Islam di seluruh Amerika Serikat dan di luar negeri. Selain itu,
ia disertifikasi sebagai memorizer dari seluruh Al Qur'an dengan Ijazah (Lisensi)
untuk mengajarkannya kepada orang lain.
Ia memperoleh gelar Ph.D. pada tahun 2004 dalam sains dan teknologi
Ekonomi dalam Islam dari American Open University. Ia menerima gelar Master
dalam Studi Islam pada tahun 1996 dari Universitas Al-Yarmook, Yordania dan
119
Sarjana Seni dalam Ekonomi, 1991 dari Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Dia
memiliki sertifikasi untuk membaca dan mengajarkan Al-Quran (Ijazah) dan
menghafal dengan rantai pembaca yang sanadnya sampai ke Nabi Muhammad (doa
dan saw).
Saat ini Syekh adalah asisten profesor studi Islam di American Open
University dan Imam MAS Katy Center di Houston Texas. Dia adalah dekan
akademis dan asisten profesor di Islamic American University dan asisten peneliti
di Universitas Al-Yarmook.
Dr Hatem lahir di Kairo, Mesir dan saat ini tinggal di Amerika Serikat. Ia
mendapatkan gelar PhD di Fiqh Komparatif dari Universitas al-Jinan, Tripoli,
Lebanon dan gelar Masternya dalam hukum Islam dari American Open University.
Dia lulus atas kelasnya dengan nilai cum cummaude. Ia juga merupakan dewan
bersertifikat di Pediatrics oleh American Board of Pediatrics. Dia memiliki gelar
Sarjana Kedokteran, Sarjana Bedah (M.B., CH.B.). Dia lulus dengan pujian dari
Alexandria University Medical School, Alexandria, Mesir.
Dr. Hatem saat ini mengajar Fiqh di Sharia Academy of America dan dokter
spesialis anak di Albert Lea Medical Centre (Sistem Kesehatan Mayo). Dia adalah
anggota senior Komite Fatwa AMJA, Dewan Yurisprudensi Islam Minnesota,
Federasi Imam Amerika Utara (NAIF), dan seorang fellow di American Academy
of Pediatrics. Ia mendirikan "Blok Bangunan Islam" dan saat ini adalah
presidennya.
120
Waleed dilahirkan di Alexandria, Mesir dan saat ini tinggal di Minnesota.
Saat ini Syekh adalah anggota senior dari Komite Fatwa Permanen, dari Majelis
Juris Muslim di Amerika (AMJA), wakil presiden Universitas Islam Minnesota,
Anggota Komite Pendidikan di American Open University, Imam dan presiden dari
dewan pengawas dari Pusat Islam Dar-Al-Farooq, dan anggota dewan pengawas
dari Federasi Imam Amerika Utara (NAIF).
Dr. Mohammad Saei adalah pemegang PhD dalam Studi Islam, dengan
spesialisasi dalam Fiqh. Dia telah mengajar Fiqh Sciences di American Open
University (AOU) sejak 1997. Dia juga seorang profesor Sejarah Islam
121
mengunjungi di University of Texas. Dia telah bekerja di da'wah dan mengajar di
Amerika Serikat dan Timur sejak 1973. Dia adalah spesialis masalah Minoritas
Muslim di Barat. Dia juga penulis banyak buku dalam Hadis, Fiqh, Aqeeda, dan
Dakwah, seperti “Masa'il Al-Jamhour” dan “Fiqh Al-Sunan”.
Dr. Jamaal Zarabozo adalah penulis, peneliti, dan pembicara yang produktif,
yang telah mengajar di seluruh dunia tentang banyak masalah tradisional dan
kontemporer dan memperoleh perbedaan dalam bidang dakwah. Dipercaya secara
luas di kalangan ilmiah Islam, ia telah menulis banyak buku termasuk penjelasan
multi-volume dari 40 Hadis Imam Nawawi dan "Bagaimana Cara Mendekati dan
Memahami Al-Quran," dan dia juga telah menerjemahkan, mengedit dan menyusun
banyak lainnya. Karya-karyanya yang beragam menarik baik siswa yang serius
maupun yang beragama Islam yang mencari pemahaman yang lebih baik tentang
din mereka.
Dr. Zarabozo juga mengajar kursus online dan kursus di Sacramento dan di
Bay Area tentang Fiqh, Hadits, Arab, dan Teori Hukum. Selain dari latar belakang
dibedakan dalam Ilmu Islam, Sh. Zarabozo juga memiliki latar belakang pendidikan
di bidang ekonomi - ia memperoleh gelar Sarjana dan Master dalam bidang
Ekonomi dari University of California di Berkeley dan Davis. Pada 2015, ia
dianugerahi gelar doktor kehormatan oleh Universitas Mishkah. Dia berfungsi
sebagai salah satu ahli hukum di Majelis Juris Muslim di Amerika (AMJA) dan
telah berpartisipasi dalam penerbitan fatwa penting tentang isu-isu yang
mempengaruhi umat Islam saat ini.
122
14.
ANALISIS MAJMA’
FIQUHA AS-
SYARIAH FI
AMRIKA
DISUSUN OLEH:
WIDYA WATI
MAULANA FAJRI
DELIA
FAJAR ISLAMI
123
LATAR BELAKANG
Mahram diambil dari kata bahasa Arab: mahram adalah semua orang yang
dilarang atau haram untuk dinikahi selamanya karena sebab keturunaan, persusuan
dan pernikahan dalam syari’at islam.
BAB II
:رقم الفتوى80157
المرأة:تصنيف الفتوى
صالح الصاوي.د:المفتي
:السؤال
73
https://id.wikipedia.org/org/wiki/mahram (diakses pada 21 Januari 2016) 2 Tihami dan Sohari
Sahrani, Fiqh Munakahat (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2013),p.63
124
فھل یترتب على العقد،السالم عليكم و رحمة هللا و بركاته من المعلوم أن أم المعقود عليھا تكون محرمة أبدیا
بمعنى أنه بعد طالق البنت هل،المحرمية األبدیة أم فقط التحریم األبدي و المحرمية حال بقاء عقد الزوجية
و جزاكم هللا خيرا.تستمر المحرمية مع األم أم أنه یحرم فقط الزواج منھا
فإن محرمية أم الزوجة محرمية:الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن واَله
، فتظل محرما بالنسبة لزوج ابنتھا وإن طلق ابنتھا،مؤبدة وَل عالقة لذلك ببقاء الزوجية بابنتھا أو بانقضائھا
وهللا تعالى أعلى وأعلم،وقاك هللا شر الفتن ما ظھر منھا وما بطن
Pengertian mahrom
Berasal dari bahasa arab محرمyang artinya adalah semua orang yang haram
untuk dinikahi selamanya karena sebab keturunan, persusuan dan pernikahan dalam
syariat Islam.
Mahram muabbad
a) Ibu, nenek dan seterusnya ke atas, baik jalur laki-laki maupun wanita
b) Anak perempuan (putri), cucu perempuan, dan seterusnya, ke bawah baik
dari jalur laki-laki-laki maupun perempuan
c) Saudara perempuan (kakak atau adik), seayah atau seibu
d) Saudara perempuan bapak (bibi), saudara perempuan kakek (bibi orang tua)
dan seterusnya ke atas baik sekandung
125
e) Saudara perempuan ibu (bibi), saudara perempuan nenek (bibi orang tua)
dan seterusnya ke atas baik sekandung
f) Putri saudara perempuan (keponakan) sekandung, seayah atau seibu, cucu
perempuannya dan seterusnya ke bawah, baik dari jalur laki-laki maupun
wanita
g) Putri saudara laki-laki (keponakan) sekandung, seayah atau seibu, cucu
perempuannya dan seterusnya ke bawah baik dari jalur laki-laki maupun
wanita
Mahram muaqqot
126
a) Kakak atau adik ipar (saudara perempuan dari istri)
b) Bibi (ayah atau ibu mertua) dari istri
c) Istri yang telah bersuami dan istri orang kafir jika ia masuk Islam
d) Wanita yang telah ditalak tiga, maka ia tidak boleh dinikahi oleh suaminya
yang dulu sampai ia menjadi istri dari laki-laki lain
e) Wanita musyrik sampai ia masuk Islam
f) Wanita muslimah tidak boleh menikah dengan laki-laki ahli kitab atau laki-
laki kafir
g) Wanita pezina sampai ia bertaubat dan melakukan istibro’ (pembuktian
kosongnya rahim)
h) Wanita yang sedang ihrom sampai ia tahalul
i) Wanita dijadikan istri kelima sedangkan masih memiliki istri yang keempat.
1. Pendapat ulama tentang mantan mertua
Pertama, mereka bisa menjadi mahram hanya dengan akad nikah, meskipun belum
terjadi hubungan. Ini adalah pendapat mayoritas ulama.
إن من تزوج امرأة ثم طلقھا قبل الدخول بھا أو ماتت َل یجوز له أن یتزوج أمھا عند عامة العلماء
Kedua, mereka baru bisa menjadi mahram dengan mertuanya, hingga terjadi
hubungan badan setelah akad.
إن أم الزوجة َل تحرم على الزوج: وقال مالك وداود األصفھاني ومحمد بن شجاع البلخي وبشر المریسي
بنفس العقد ما لم یدخل ببنتھا
127
“Imam Malik, Daud al-Asfahani, Muhammad bin Syuja’ al-Bulkhi, dan Bisyr al-
Marisi berpendapat, bahwa ibu mertua tidak bisa menjadi mahram dengan anak
menantunya, hanya dengan sebab akad, selama dia belum berhubungan badan
dengan putrinya.” (Badai as-Shanai, 2/258)
سواء دخل بھا أو لم یدخل،أما أم المرأة فإنھا تحرم بمجرد العقد على ابنتھا
“Adapun ibu istri, ia menjadi mahram dengan sebab akad nikah kepada anaknya;
baik ia sudah menggaulinya atau belum.”
Berdasarkan dalil di atas syaikh ibnu utsaimin berpendapat mantan menantu laki-
laki boleh bersafar bersama ibu mertuanya, bersalaman (jabat tangan ) kepadanya,
dan wanita itu boleh membuka kerudungnya di hadapannya. Karena, laki laki
tersebut telah menjadi mahramnya
KESIMPULAN
Muhrim dalam bahasa Arab berarti orang yang sedang mengerjakan ihram
(haji atau umrah). Tetapi bahasa Indonesia menggunakan kata muhrim dengan arti
yang semakna dengan mahram, dan ini adalah kekeliruan dalam hal bahasa yang
sudah seharusnya dibenahi.
128
Wanita yang haram dinikahi sementara yaitu: Mengumpulkan dua perempuan
yang bersaudara , Mengumpulkan seorang isteri dengan bibinya dari pihak ayah
ataupun dari pihak ibunya. Isteri orang lain dan wanita yang menjalani masa iddah.
129
15
HAITU
KIBARIL ULAMA
DISUSUN OLEH:
M. FAZLURRAHMAN ADINUGRAHA
RAODATUL AINI
LUKMAN MARGIYANTO
130
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ajaran agama sebagai suatu nilai-nilai kehidupan yang telah ada semenjak
dahulupun harus berkembang mengikuti arus kehidupan manusia. Artinya dengan
ajaran agama yang telah ada harus mampu mengontrol dan memfilter
perkembangan kehidupan manusia agar tidak keluar dari ajaran agamanya tersebut.
Di Indonesia, MUI sebagai lembaga keagamaan di bawah naungan negara
menjadi lembaga yang sangat penting perannya untuk mengontrol perkembangan
kehidupan di aspek hukum keagamaan. Di negara lain, ada beberapa negara dunia
memiliki lembawa fatwa layaknya MUI di Indonesia. Pada makalah ini, kami akan
memaparkan tentang salah satu lembaga fatwa di negara Arab Saudi, yaitu Haiatu
Kibarul Ulama.
Dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana sejarah lahirnya Haiatu
Kibarul Ulama, siapa saja pendirinya, dan siapa saja tokoh-tokoh yang ada dalam
lembaga fatwa Haiatu Kibarul Ulama.
PEMBAHASAN
Dewan Ulama Senior Arab Saudi (Arab: )هيئت كبار العلماء السعودیةadalah sebuah
lembaga negara yang bertugas di bidang agama Islam di Arab Saudi, lembaga ini
berdiri sejak tahun 1971 mencakup sebuah komite terbatas yang terdiri dari pemuka
agama, yang diketuai oleh Mufti Arab Saudi.
Anggota Pertama Dewan Ulama Senior Arab Saudi
Pembentukan Dewan Ulama Senior Arab Saudi pada tahun 1971 yang
diketuai oleh Syaikh Ibrahim Alu Syaikh, dan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah
bin Baz menjadi ketua sementara selama 4 tahun, dan memiliki 17 anggota,
mereka adalah:
1. Muhdhar Aqil
2. Abdurrazzaq Afifi
131
3. Muhammad al-Amin asy-Syinqithi
4. Abdullah Khayyath
5. Abdullah bin Hamid
6. Abdul Aziz bin Baz
7. Abdul Aziz bin Shalih
8. Abdul Majid Hasan
9. Muhammad al-Harakan
10. Sulaiman bin Ubaid
11. Ibrahim bin Muhammad Alu Syaikh
12. Shalih bin Ridhwan
13. Rasyid bin Khunain
14. Abdullah bin Ghaydan
15. Muhammad bin Jubair
16. Abdullah bin Sulaiman al-Mani’
17. Shalih bin al-Luhaidan.
132
11. Abdul Karim bin Abdullah bin Abdurrahman aal-Khudhair
(Anggota)
12. Ali bin Abbas bin Utsman Hakami (Anggota)
13. Abdullah bin Muhammad al-Khunain (Anggota)
14. Muhammad bin Muhammad al-Mukhtar asy-Syinqithi (Anggota)
15. Muhammada bin Hasan Alu Syaikh (Anggota)
16. Qais bin Muhammad bin Abdul Muthallib Alu Mubarok (Anggota)
17. Muhammad bin Abdul Karim al-Isa (Anggota)
18. Abdurrahman bin Abdul Aziz al-Kuliyah (Anggota)
19. Saad bin Turki at-Khatian (Anggota)
133
15. Muhammad bin Hasan bin Abdurrahman bin Abdul Lathif Alu
Syaikh (Anggota)
16. Abdul Karim bin Abdullah bin Abdurrahman al-Khudair (Anggota)
17. Muhammad bin Muhammad al-Mukhtar Muhammad (Anggota)
18. Sulaiman bin Abdullah Abal Khail (Anggota)
19. Jibril bin Muhammad bin Hasan al-Bushiil (Anggota)
20. Shalih bin Abdullah bin Hamad al-Ushaimi (Anggota)
Dialah Syekh Muhammad bin Ibrahim bin Abdul Lathif bin Abdurrahman
bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahhab at-Tamimi an-Najdi.
Syekh lahir di Riyadh pada 1311 Hijriyah atau 1893 Masehi. Keluarganya
merupakan klan dari Bani Tamim, salah satu bani dari suku Quraisy. Alu Syaikh
merupakan keluarga dia yang sebagai besar anggota keluarganya merupakan ulama.
Maka, Syekh Muhammad pun dibesarkan dalam didikan Islam yang sangat kental.
Sang ayah, Syekh Ibrahim bin Abdul Lathif, merupakan seorang qadhi
(hakim) di kota Riyadh. Paman-pamannya pun ulama yang terkenal, salah satunya,
yakni Syekh Abdullah bin Abdul Lathif, imam masjid agung di Riyadh. Jabatan
imam ini kemudian diemban Syekh Muhammad saat pamannya meninggal. Sejak
itulah dia mengajarkan ilmu agama di sana dengan jumlah murid yang sangat
bnyak. Alhasil, hingga kini masjid tersebut terkenal dengan nama Masjid Syekh
Muhammad bin Ibrahim.
Dari ayah dan pamannya, Syekh Muhammad kecil mulai mempelajari
agama. Pada usia tujuh tahun, dia memahami ilmu tajwid. Kemudian, pada usia 11
tahun, dia menghafal seluruh Al-Qur’an. Setelah hafiz, barulah dia menghafal
kitab-kitab ulama. Saat menginjak remaja, yakni pada usia 16 tahun, Syekh
134
mengalami sakit mata hingga menyebabkan kebutaan. Namun, buta mata tidaklah
menjadikannya buta haati. Dia makin bersemangat menuntut ilmu,
Sejak itu, ia mulai gigih mempelajari beragam bidang ilmu agama.
Apalagi, pada 1329 Hijriya, sang ayah, sang guru utama, meninggal dunia. Maka,
Syekh pun mulai mencari guru yang ahli di bidangnya. Dalam kondisi buta, ia gigih
mendatangi sang guru dan belajar padanya. Semua bidang ilmu agama dia pelajari.
Setelah ilmunya mantap, Syekh dianggap para gurunya layak untuk
mengajar. Apalagi, setelah sang paman meninggal dan menyerahkan yugas sebagai
imam masjid di Riyadh. Syekh pun memulai aktivitasnya untuk berdakwah.
Padahal, saat itu Syekh masih sangat muda, yaitu 28 tahun. Majelis ilmunya di
masjid tersebut didatangi banyak penuntut ilmu. Semakin hari jumlah mereka
makin bertambah. Pada usia 34 tahun, Syekh diutus oleh Raja Saudi kala itu, Malik
Abdul Aziz, untuk berdakwah di kawasan Ghathghath.
Dia sangat gigih dalam berdakwah. Acap kali musim haji tiba, dia
mengumpulkan para dai dari seluruh penjuru dunia untuk mengetahui
perkembangan dakwah mereka. Tak sedikit nasihat yang dia sampaikan untuk para
dai tersebut.
Tak hanya itu, Syekh pun kemudian menjadi pengusung dakwah di Afrika,
juga menjadi pembina beragam pusat studi islam di Eropa. Para dai dari seluruh
penjuru dunia selalu meminta arahan untuk mengembangkan dakwah. Yak heran
jika kemudian beberapa tahun sebelum meninggal, yakni pada 1384 H, Syekh
sempat mendirikan sebuah lembaga dakwah bernama Mu’assasah Dakwah
Islamiyah.
Tak hanya sebagai pengajar dan juru dakwah, Syekh pun menduduki
jabatan penting sebagai mufti atau penasihat agung kerajaan pada 1311 Hijriyah
atau 1893 Masehi. Inilah mufti pertama kerajaan. Syekh menjadi penasihat bagi dua
periode raja, yakni Raja Abdul Aziz bin Ibrahim dan Raja Faisal bin Abdul Aziz.
Dengan jabatan tersebut, dia memberikan fatwa terkait Muslimin yang kemudian
dijalankan pihak kerajaan dan dipatuhi masyarakat.
135
Melihat banyaknya fatwa yang dibutuhkan masyarakat, Syekh kemudian
mendirikan Hai’ah Kibarul Ulama (Majelis Ulama Besar). Lembaga inilah yang
hingga kini menjadi rujukan fatwa Muslimin di Saudi, bahkan seluruh dunia.
Kecerdasan Syekh dalam ilmu agama makin dibutuhkan masyarakat. Ia
kemudian menjadi Kepala Dewan Riset Ilmu dan Fatwa Saudi, Darul Ifta’ atau al-
Lajnah al-Ilmiyah wal Ifta’. Lembaga ini banyak menghasilkan karya penelitian
yang bermanfaat. Syekh juga generasi awal saat ilmu agama mulai gigih dipelajari
pemuda dan mulai gencar dibangun Saudi.
Ketika berdiri Universitas Islam Madinah dan Sekolah Tinggi Kehakiman
Arab Saudi, Syekh menjadi rector pertama bagi dua perguruan tinggintersebut.
Selain itu, kefakihannya dalam beragama pun juga diakui ulama dunia. Ia kemudian
diamanahi menjadi ketua Majelis Tinggi Liga Muslim Dunia (Rabithah Alam
Islami).
Setelah banyak berkiprah bagi Muslimin, Syekh Muhammad
menghembuskan napas terakhir saat Ramadhan. Dia wafat di Riyadh pada Kamis,
24 Ramadhan 1389 Hijriyah, atau bertepatan dengan 1969 Masehi. Dia mewariskan
banyak ilmu pada murid-muridnya yang sebagian besar menjadi ulama penerus
dakwah di seluruh penjuru dunia.
Dia pun banyak menghasilkan karya yang hingga kini masih menjadi
rujukan para ulama. Di antaranya, Majmu’ Fatawa dan Rasailnya dalam 13 jilid, al-
Jawabul Wadhih al-Mustaqim, Tahkimul Qawanin, Nashihatul Ikhwan fir Raddi
ala Ibni Hamdan, al-Jawabul Mustaqim fi Naqli Maqami Ibrahim, Tuhfatul
Huffazh wa Marji’ul Qudhat wal Muftiin wal Wu’azh, dan Nazham Ilmi ‘ala
Muqaddimah al-Inshaf.
PENUTUP
Kesimpulan
Dewan Ulama Senior Arab Saudi (Arab: )هيئت كبار العلماء السعودیةadalah
sebuah lembaga negara yang bertugas di bidang agama Islam di Arab Saudi,
lembaga ini berdiri sejak tahun 1971 mencakup sebuah komite terbatas yang terdiri
dari pemuka agama, yang diketuai oleh Mufti Arab Saudi.
136
16
HAI’AH AL-KABAIR
ULAMA
DISUSUN OLEH:
ABU RIZAL HAYYI
ROHMANUL HAKIM
ARIE
137
SEJARAH HAIAH AL-KABAIR
Sejak dibuka oleh sang sultan mantan jenderal penakluk Mongol itu, Al-
Azhar tidak henti-hentinya melahirkan para ulama dan bijak bestari untuk merawat
dan mengembangkan Islam agar tetap dalam rel moderasi dan menjaga bumi agar
tetap seimbang.
138
Sepanjang zaman yang begitu padat dengan ulama, sejarah mencatat bahwa
tidak ada satupun sistem yang mendorong untuk dibentuknya sebuah
kedudukan syekhul masyayikh (gurunya para guru) atausyekhul azhar, atau grand
syekh secara resmi.
Baru kemudian setelah Mesir diambil alih oleh Dinasti Utsmaniyah pada
tahun 1517 M, al-Azhar baru tercatat memiliki pimpinan para masyayikh yang
kemudian dikenal dengan nama “Syekhul Azhar”, yang kita kenal dengan “Grand
Syekh”: salah satu jabatan keagamaan paling bergengsi seantero Utsmaniyah.
Tahun 1961, instansi ini dibekukan oleh Gamal Abdul Naser diganti instansi
lain dengan nama “majma’ul buhuts al-islamiyah” (instansi ini lama mati,
dihidupkan kembali tahun 2012 oleh Prof. Dr. Ahmed at-Tayyeb saat menjabat
sebagai grand syekh).
139
Kemudian pada sekitar tahun 1930 M dibentuklah universitas dengan
terminologi modern yang pada mulanya hanya terdiri dari tiga fakultas;
Ushuluddin, Syariah dan Lughah Arabiyah. Sekarang memiliki 72 fakultas, dari
fakultas agama sampai umum.
1. Rektor Al-Azhar; 2. Para wakil rektor; 3. Dua anggota dari haiah kibar ulama; 4.
Dua dari anggota majma’ul buhuts al-islamiyah; 5. Sekjen al-majlis al-a’la; 6.
Pimpinan madrasah Al-Azhar (SD-SMA), dan para menteri atau wakil menteri
negara yang terdiri dari: 7. Menteri Agama; 8. Menteri Keadilan; 9. Menteri
Pendidikan; 10. Menteri Pendidikan Tinggi; 10. Menteri Keuangan; dan 11.
Menteri Luar Negeri.
Grand Syekh al-Azhar mengepalai dan punya wewenang penuh atas instansi
yang kami sebutkan di atas. Institusi yang dikepalain ada empat: Haiah Kibar al-
Ulama, al-Majlis al-A’la, Majma’ul Buhuts, Universitas Al-Azhar, dan Sekolah Al-
Azhar. Jadi, grand syekh bukan sekadar rektor Universitas Al-Azhar sebagaimana
banyak diduga oleh masyarakat.
Dengan tanggung jawab yang berat itu, wibawa kedudukan grand syekh
bukan hanya secara keilmuan dan dari sisi keagamaan, namun juga dari sisi
pemerintahan ia ditempatkan satu level dengan perdana menteri dalam segi
protokoler, keamanan, dan segala keistimewaan lainnya.
Tidak ada catatan sejarah yang pasti terkait pemilihan grand syekh Al-Azhar
pada awal-awal pembentukan, tapi mayoritas sejarawan menebak bahwa
pemilihannya dipilih di antara para ulama senior yang berpengaruh sebagaimana
tradisi dalam pemilihan syikhul masjid dan syikhul madrasah yang lain.
140
Namun setelah pembentukan “Haiah Kibar al-Ulama” pada tahun 1911 M,
grand syekh dipilih oleh anggota. Dengan masa jabatan seumur hidup.
Ada banyak grand syekh al-Azhar yang kita sudah akrab dengan nama dan
kitab-kitab mereka namun kebanyakan dari kita tidak tahu kalau beliau pernah
menjabat sebagai pimpinan pucuk al-Azhar. Sebut saja Imam al-Kharasyi (1690 M)
yang memiliki dua syarah atas mukhtashor al-khall. Sebuah kitab pokok dalam
mazhab Malikiyah.
Setelah Imam al-Kharasyi kalau kita membaca Hasyiah al-Baijuri atas fathul
qarîb,Imam al-Baijuri kerap mengutip nama Imam al-Birmawi (1694 M). Ya, beliau
grand syekh kedua.
Lalu ada Imam Hasan al-Athar (1835 M) yang punya hasyiah atas Jam’ul
Jawami’ Imam at-Taj as-Subki. Juga Imam Abdullah Syarqawi (1812 M) yang
punya hasyiah atas kitab at-Tahrar-nya Syekhul Islam Zakaria al-Anshari. Imam
al-Baijuri (1860 M) yang kitabnya sangat fenomenal dan akrab sejak kelas ibtida
(dasar) dengan Fathur Robbil Bariyah sebuah syarah atas nazam al-Jurumiyah,
juga hasyiah al-baijuri yang melegenda. Dan lain sebagainya.
- Dewan Ulama Senior Arab Saudi (Arab: )هيئة َكبار العلماء السعوديةadalah
sebuah lembaga negara yang yang bertugas dibidang agama islam di Arab
Saudi, lembaga ini berdiri sejak tahun 1971 mencakup sebuah komite
terbatas yang terdiri dari pemuka agama, yang diketuai oleh Mufti Arab
Saudi.
Pembentukan Dewan Ulama Senior Arab Saudi pada tahun 1971 yang
diketuai oleh Syaikh Ibrahim Alu Syaikh, dan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin
Baz menjadi ketua sementara selama 4 tahun.
Berikut ini adalah kumpulan fatwa yang kami nukil dari para masyayikh yang
sangat dihormati dan dijadikan rujukan oleh kaum muslimin yang bermanhaj Salaf,
lebih-lebih mereka yang mengaku sebagai SALAFY
141
BEBERAPA FATWA – FATWA.
“Segala sesuatu yang diibadahi selain Allah, diikuti dan ditaati dalam perkara‐
perkara yang bukan ketaatan kepada Allah dan Rasul‐Nya , sedang ia ridha
dengan peribadatan tersebut”.
Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab menjelaskan: “Thaghut itu sangat
banyak, akan tetapi para pembesarnya ada lima, yaitu :
وبھذه النصوص السماویة التي ذكرنا یظھر غایة الظھور أن الذین یتبعون القوانين الوضعية التي شرعھا
الشيطان على لسان أوليائه مخالفة لما شرعه هللا جل وعال على ألسنة رسله [عليھم الصالة والسالم] أنه
َل یشك في كفرهم وشركھم إَل من طمس هللا بصيرته وأعماه عن نور الوحي… فتحكيم هذا النظام في
كفر بخالق السموات واألرض وتمرد،أنفس المجتمع وأموالھم وأعراضھم وأنسابھم وعقولھم وأدیانھم
على نظام السماء الذي وضعه من خلق الخالئق كلھا وهو أعلم بمصالحھا سبحانه وتعالى (أضواء
)84 -83 صـ4البيان جـ
142
sholaatu wat tasliem- BAHWA SESUNGGUHNYA TIDAK DIRAGUKAN
LAGI TENTANG TELAH KAFIR DAN SYIRIK NYA ORANG-ORANG
ITU, kecuali bagi orang yang mata hatinya telah tertutup dan buta dari cahaya
wahyu Allah.
من لم یحكم بما أنزل هللا استخفافا ً به أو احتقارا ً له أو اعتقادا ً أن غيره أصلح منه وأنفع للخلق فھو كافر
لتكون، ومن هؤَلء من یصنعون للناس تشریعات تخالف التشریعات اإلسالمية،كفرا ً مخرجا ً من الملة
فإنھم لم یصنعوا تلك التشریعات المخالفة للشریعة إَل وهم یعتقدون أنھا أصلح،منھاجا ً یسير عليه الناس
إذ من المعلوم بالضرورة العقلية والجبلة الفطریة أن اإلنسان َل یعدل عن منھاج إلى منھاج،وأنفع للخلق
یخالفه إَل وهو یعتقد فضل ما عدل إليه ونقص ما عدل عنه
143
membuat undang-undang yang bertentangan dengan syari’at Islam kecuali
karena mereka berkeyakinan bahwa undang-undang itu lebih baik dan lebih
bermanfaat bagi manusia. Dengan demikian sudah menjadi sesuatu yang
diketahui secara pasti baik oleh logika maupun naluri akal manusia bahwa
manakala seseorang berpaling dari sebuah manhaj lalu pindah ke manhaj
yang lain kecuali karena dia meyakini bahwa manhaj barunya itu lebih baik
dibanding manhaj yang lama” (Majmu’atul Fatwa wa Rosail Syaikh
Utsaimin juz 2 hal 143)
Sekretariat Jendral Dewan Ulama Senior mengutuk keras bom bunuh diri
yang terjadi di Indonesia dengan sasaran tiga gereja dan menyatakan itu sebagai
kejahatan yang sangat keji, sekaligus sebagai bentuk kezhaliman dan sikap
melampaui batas yang telah diharamkan oleh Syari’at Islam dan para pelakunya
dinyatakan sebagai pelaku kejahatan.
Agama Islam belepas diri dari aksi-aksi kejahatan seperti ini, karena
mengandung banyak keharaman, antara lain: pengkhianatan, penipuan, sikap
melampaui batas, kejahatan, dan membuat takut orang-orang yang sedang dalam
kondisi aman.
144
Islam serta fitrah manusia, sebagaimana yang dikandung oleh keumuman Firman
Allah,
“Jika dia berpaling (dari kalian) dia akan berjalan di muka bumi untuk
melakukan kerusakan padanya serta membinasakan berbagai tanaman dan hewan-
hewan ternak, dan Allah tidak menyukai kerusakan.” (al-Baqarah : 205) ¹
Dewan Ulama Senior Kerajaan Arab Saudi melalui Sekretariat Jendral telah
mengeluarkan sejumlah pertanyaan dan keputusan resmi terkait berbagai aksi
terorisme, terlepas dari kewarganegaraan atau latar belakang agama para
korbannya.
Tokoh – tokoh
145
Syaikh Abu 'Abdullah Muhammad bin Shalih bin Muhammad bin
Sulaiman bin Abdur Rahman Al-'Utsaimin At-Tamimi (Arab: أبو عبد هللا محمد بن
صالح بن محمد بن سليمان بن عبد الرحمن العثيمين التميمي, lahir di Unaizah, Arab Saudi, 29
Maret 1925 – meninggal di Jeddah, Arab Saudi, 5 Januari 2001 pada umur 75
tahun) adalah seorang ulama era kontemporer yang ahli dalam sains fiqh. Lebih
dikenal dengan nama Syaikh Ibn 'Utsaimin atau Syaikh 'Utsaimin. Dilahirkan di
kota Unaizah pada tahun 1928. Pernah menjabat sebagai ketua di Hai'ah Kibarul
Ulama (semacam MUI di Kerajaan Arab Saudi). Dia wafat pada tahun 2001
di Jeddah, disholatkan di Masjidil Haram, dan dimakamkan di pemakaman Al-
Adl Mekkah, Arab Saudi
CIRI KHAS
1. Kata kunci dan tema sentral dari fatwa para ulama Wahabi Salafi berkisar
pada (a) bid'ah; (b) syirik; (c) kufur; (d) syiah rafidlah kepada kelompok
Islam atau muslim lain yang tidak searah dengan mereka. Kita akan sering
menemukan salah satu dari 4 kata itu dalam setiap fatwa mereka.
2. Dalam memberi fatwa, tokoh utama ulama Wahabi Salafi akan langsung
berijtihad sendiri dengan mengutip ayat dan hadits yang mendukung. Atau,
kalau mengutip fatwa ulama, mereka akan cenderung mengutip fatwa dari
Ibnu Taimiyah atau Ibnul Qayyim. Selanjutnya, mereka akan membuat
fatwa sendiri yang kemudian akan menjadi dalil para pengikut Wahabi.
Dengan kata lain, pengikut Wahabi hanya mau bertaklid buta pada ulama
Wahabi.
3. Tokoh atau ulama Wahabi Salafi level kedua ke bawah akan cenderung
menjadikan fatwa tokoh Salafi level pertama sebagai salah satu rujukan
utama. Atau kalau tidak, akan memberi fatwa yang segaris dengan ulama
Wahabi level pertama.
4. Kalangan ulama atau tokoh Wahabi Salafi tidak suka atau sangat jarang
mengutip pendapat ulama salaf seperti ulama madzhab yang empat dan
yang lain kecuali madzhab Hanbali yang merupakan tempat rujukan asal
mereka dalam bidang fiqih walaupun tidak mereka akui secara jelas. Hanya
146
pendapat Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim yang sering dikutip untuk
pendapat ulama di atasnya Muhammad ibnu Abdil Wahhab terutama dalam
bidang yang menyangkut aqidah.
5. Di mata ulama Wahabi, perayaan keislaman yang boleh dilakukan hanyalah
hari raya idul fitri dan idul adha. Sedangkan perayaan yang lain seperti
maulid Nabi Muhammad, peringatan Isra' Mi'raj dan perayaan tahun baru
Islam dianggap haram dan bid'ah.
6. Gerakan-gerakan atau organisasi Islam yang di luar Wahabi Salafi atau yang
tidak segaris dengan manhaj (aturan standar ideologi) Wahabi akan
mendapat label syirik, kufur atau bid'ah.
7. Semua lulusan universitas Arab Saudi dan afiliasinya adalah kader Wahabi
Salafi. Sampai terbukti sebaliknya.
8. Pengikut/aktivis Wahabi Salafi tidak mau taklid (mengikuti pendapat)
ulama salaf (klasik) dan khalaf (kontemporer), tapi dengan senang hati
taklid kepada pendapat dan fatwa ulama-ulama Wahabi Salafi atau fatwa-
fatwa yang dikeluarkan oleh Al-Lajnah ad-Daimah lil Buhuts wal Ifta' ( اللجنة
)الدائمة للبحوث العلمية واإلفتاء والدعوة واإلرشادdan lembaga serta ulama-ulama yang
menjadi anggota Hai'ah Kibaril Ulama ( )هيئة كبار العلماءyang nama
lengkapnya adalah Ar-Riasah al-Ammah lil Buhuts wal Ifta' ( الرئاسة العامة
)للبحوث العلمية واإلفتاء.
9. Pengikut/aktivis sangat menghormati ulama-ulama mereka dan selalu
menyebut para ulama Wahabi dengan awalan Syekh dan kadang diakhiri
dengan rahimahu-Llah atau hafidzahulLah. Seperti, Syeikh Utsaimn,
Syeikh Bin Baz, dll. Tapi, menyebut ulama-ulama lain cukup dengan
memanggil namanya saja.
147