Anda di halaman 1dari 11

ABSTRAK

Penyusunan kladogram dan fenogram ini bertujuan untuk menganalisis hubungan


kekerabatan pada hewan yang diamati craniumnya. Takson yang digunakan dalam
penyusunan kladogram berasal dari filum Chordata dengan kelas mamalia, aves, reptilia,
amphibi dan pisces. Cranium terdiri dari Neanderthal, Gorilla, Simpanse, Rusa, Lembu,
Buaya, Komodo, Tuatara, Burung, Amphibi dan Ikan. Tahapan yang harus dilakukan dalam
pembuatan kladogram adalah (1) menyusun deskripsi taksonomi; (2) membuat tabel karakter;
(3) membuat tabel transformasi dan (4) menyusun kladogram. Dalam penyusunan kladogram
digunakan metode Wagner. Metode Wagner menggunakan algoritma untuk menyusun
kladogram. Dalam menggambarkan kladogram dengan cara statistik yang akan digunakan
adalah Consistency Index (CI), dan Retention Index (RI). Nilai CI berkisar antara 0 sampai 1.
Bila nilai CI mendekati 1 berarti dalam kladogram tersebut homoplasinya sangat rendah atau
tidak ada sama sekali. Kladogram dan Fenogram dibandingkan untuk melihat sinkronnya.

Key wards: Cranium, kladogram, metode Wagner.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laboratorium biosistematik terdapat puluhan cranium baik primata sampai pisces
yang belum pernah diteliti. Maka pada kerja kali ini akan dipelajari hubungan filogeni
yang mewakili setiap kelas meliputi mamalia, aves, reptilia, amphibi dan pisces. Terdapat
10 cranium pada bab selanjutnya yang akan dijelaskan masing-masing analisis
filogeninya.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Mengetahui hubungan kekerabatan regnum animalia dengan mengamati craniumnya
dengan analisis kladistik menggunakan kladogram metode Wagner.

BAB II
METODE
2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah cranium yang terdiri dari kelas
mamalia, reptilian, aves, amphibi, dan pisces. Cranium tersebut yaitu:
1. Neanderthal ( )
2. Gorilla( )
3. Simpanse ( )
4. Rusa (MAR060)
5. Lembu ( )
6. Buaya (RCP020)
7. Komodo (RSR010)
8. Tuatara( )
9. Burung ( )
10. Ikan (IPR010)
2.2 Metode

Dalam penyusunan filogeni hewan digunakan analisis kladistik dengan membuat


kladogram menggunakan metode Wagner. Hal yang harus dilakukan terlebih dahulu
adalah dengan menyusun tabel karakter apomorfi dari semua takson hewan yang telah
diamati craniumnya. Setelah itu,menyusun tabel transformasi untuk menghitung total
nilai karakter dari masing-masing cranium dan total karakter paling apomorfi serta total
jumlah karakter paling sedikit. Pembuatan kladogram kemudian disusun berdasarkan
tabel kesamaan karakter apomorfi. Berdasarkan tabel kesamaan apomorfi tersebut dapat
disimpulkan hubungan filogeni hewan yang digambarkan dengan kladogram. Langkah
terakhir yaitu mengevaluasi hasil kladogram dengan menghitung CI (Consistency index)
dan RI (Retention Index). CI didapat dengan menghitung total karakter paling apomorfi
dibagi dengan panjang kladogram. RI didapat dengan mengurangi total karakter paling
apomorfi dikurangi panjang kladogram dibagi dengan total karakter paling apomorfi
dikurangi total jumlah karakter paling sedikit.

BAB III
HASIL PENGAMATAN

A. Deskripsi
Tengkorak atau cranium adalah suatu pelindung yang tersusun atas jaringan keras, dapat
berupa tulang sejati maupun tulang rawan. Di dalam tengkorak terdapat organ-organ yang
dilindungi, seperti otak, mata, indra penciuman dan organ telinga dalam.tidak semua hewan
memiliki tengkorak. Hewan-hewan yang memiliki tengkorak dikelompokkan dalam suatu
kelompok yang disebut Craniata.
Berikut ini adalah deskripsi hewan-hewan yang akan dibahas.
1. Tengkorak Fosil Neanderthal (MPF001)

Gambar 1. Fosil Neanderthal tampak depan, samping dan belakang


Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Neanderthal memiliki panjang tengkorak 22 cm, dengan lebar 16 cm. Jarak antara
rongga mata dengan mulut yaitu 9,5 cm. Jarak antara rongga mata dengan ujung tengkorak
yaitu 9 cm. Neanderthal memiliki gigi. Gigi neanderthal bertipe heterodon. Caninus
neanderthal mereduksi. Neanderthal memiliki dahi yang landai. Terdapat prognasia pada
neanderthal. Dagu prognasia berkembang. Lokasi mata neanderthal terletak di depan.
Neanderthal memiliki tulang pipi yang menonjol. Tulang nasal neanderthal besar. Os.
supra neanderthal besar. Neanderthal memiliki dua condylus occipitalis yang terpisah.
Arah foramen occipital magnum neanderthal yaitu ventral. Atap rongga mulut Neanderthal
tidak berlubang.
2. Tengkorak gorila
Gambar 8. Fosil gorila tampak depan, samping,dan bawah
Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia

Gorilla memiliki panjang tengkorak 27,8 cm, dengan lebar 14 cm. Jarak antara
rongga mata dengan mulut yaitu 10 cm. Jarak antara rongga mata dengan ujung tengkorak
yaitu 18 cm. Gorila memiliki gigi. Gigi gorila bertipe heterodon. Caninus gorila besar.
Gorila memiliki dahi vertikal. Terdapat prognasia pada gorila. Dagu prognasia
berkembang. Lokasi mata gorila terletak di depan. Gorila memiliki tulang pipi yang
menonjol. Tulang nasal gorila mereduksi. Os. supra gorila besar. Gorila memiliki dua
condylus occipitalis yang terpisah. Arah foramen occipital magnum gorila yaitu ventral.
Atap rongga mulut gorilla tidak berlubang.

3. Tengkorak Simpanse

Gambar 3. Fosil simpanse tampak depan, samping, atas dan belakang


Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia

Simpanse memiliki panjang tengkorak … cm, dengan lebar … cm. Jarak antara rongga
mata dengan mulut yaitu …cm. Jarak antara rongga mata dengan ujung tengkorak
yaitu…cm. Simpanse memiliki gigi. Gigi simpanse bertipe heterodon. Caninus simpanse
mereduksi. Simpanse memiliki dahi yang vertikal. Terdapat prognasia pada simpanse. Dagu
prognasia berkembang. Lokasi mata simpanse terletak di depan. Simpanse memiliki tulang
pipi yang menonjol. Tulang nasal simpanse mereduksi. Os. supra simpanse kecil. Simpanse
memiliki dua condylus occipitalis yang terpisah. Arah foramen occipital magnum berada di
horizontal dan atap rongga mulut tidak berlubang.

4. Tengkorak rusa (MARG-060)

Gambar 4. Fosil rusa tampak depan, samping dan belakang


Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Simpanse memiliki panjang tengkorak 34,8 cm, dengan lebar 16,5 cm. Jarak
antara rongga mata dengan mulut yaitu 1,9 cm. Jarak antara rongga mata dengan ujung
tengkorak yaitu 17 cm.Rusa memiliki gigi. Gigi rusa bertipe heterodon. Caninus rusa
besar. Rusa memiliki dahi yang horizontal. Prognasia pada rusa sangat panjang. Dagu
prognasia tidak berkembang. Lokasi mata rusa terletak di samping. Rusa memiliki tulang
pipi yang rata. Tulang nasal rusa besar. Os. supra rusa besar. Rusa memiliki dua condylus
occipitalis yang terpisah. Arah foramen occipital magnum rusa yaitu horizontal. Atap
rongga mulut rusa lubang kecil.
5. Tengkorak lembu
Gambar 5. Fosil lembu tampak depan, samping, atas dan belakang
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Lembu memiliki panjang tengkorak 45 cm, dengan lebar 22 cm. Jarak antara
rongga mata dengan mulut yaitu 27 cm. Jarak antara rongga mata dengan ujung tengkorak
yaitu 17 cm.. Lembu memiliki gigi. Gigi lembu bertipe heterodon. Caninus lembu besar.
Lembu memiliki dahi yang landai. Prognasia pada lembu sangat panjang. Dagu prognasia
tidak berkembang. Lokasi mata lembu terletak di samping. Lembu memiliki tulang pipi
yang menonjol. Tulang nasal lembu besar. Os. supra lembu besar. Lembu memiliki dua
condylus occipitalis yang terpisah. Arah foramen occipital magnum lembu yaitu ventral.
Atap rongga mulut lembu terdapat lobang kecil.

6. Tengkorak buaya (RCP-020)

Gambar 6. Fosil buaya tampak depan, samping, belakang dan bawah

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Buaya memiliki panjang tengkorak 67,9 cm, dengan lebar belakang 36,5 cm dan lebar
depan13,5 cm. Jarak antara rongga mata dengan mulut yaitu 42,3 cm. Jarak antara rongga
mata dengan ujung tengkorak yaitu 28,7 cm. Buaya memiliki gigi. Gigi buaya bertipe
homodon. Caninus buaya besar. Buaya memiliki dahi yang landai. Prognasia pada buaya
sangat panjang. Dagu prognasia tidak berkembang. Lokasi mata buaya terletak di
samping. Buaya memiliki tulang pipi yang rata. Tulang nasal buaya besar. Os. supra buaya
besar. Buaya memiliki dua condylus occipitalis yang menyatu. Arah foramen occipital
magnum buaya yaitu horizontal. Atap rongga mulut buaya tidak berlubang.

7. Tengkorak komodo

Gambar 7. Fosil komodo tampak atas dan samping

Gambar 8. Fosil komodo tampak bawah dan belakang


Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Komodo memiliki panjang tengkorak 22 cm, dengan lebar 19,5 cm. Jarak antara
rongga mata dengan mulut yaitu …cm. Jarak antara rongga mata dengan ujung tengkorak
yaitu…cm. Komodo memiliki gigi. Gigi komodo bertipe homodon. Caninus komodo
mereduksi. Komodo memiliki dahi horizontal. Prognasia pada komodo sangat panjang.
Dagu prognasia tidak berkembang. Lokasi mata komodo terletak di samping. Komodo
memiliki tulang pipi yang rata. Tulang nasal komodo mereduksi. Os. supra komodo kecil.
Komodo memiliki condylus occipitalis yang menyatu. Arah foramen occipital magnum
komodo yaitu horizontal. Atap rongga mulut komodo berlubang besar.

8. Tengkorak tuatara

Gambar 9. Fosil tuatara tampak atas, samping dan belakang

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia

Tuatara memiliki panjang tengkorak 6,5 cm, dengan lebar 4,5 cm. Jarak antara rongga
mata dengan mulut yaitu 2 cm. Jarak antara rongga mata dengan ujung tengkorak yaitu 3
cm. Tuatara memiliki gigi dengan tipe homodon. Tuatara memiliki caninus yang
mereduksi. Bentuk dahi horizontal. Dahi tuatara berbentuk horizontal. Tuatara terdapat
prognasia tetapi tidak berkembang. Lokasi mata tuatara berada di samping. Tulang pipi
yang dimiliki tuatara menonjol. Tuatara memiliki tulang nasal yang mereduksi serta os
supra occipital yang kecil. Condylus occipitalis tuatara menyatu. Tuatara memiliki arah
foramen occipital horizontal. Atap rongga mulut lubang kecil.
9. Tengkorak burung

Gambar 10. Fosil burung tampak atas, samping dan belakang

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves

Burung memiliki panjang tengkorak 10,5 cm, dengan lebar 4,5 cm. Jarak antara
rongga mata dengan mulut yaitu 6,5 cm. Jarak antara rongga mata dengan ujung tengkorak
yaitu 5 cm. Burung (aves) tidak memiliki gigi dan tidak pula memiliki tipe gigi serta
caninus. Bentuk dahi yang dimiliki burung adalah horizontal. Pada burung ditemukan
adanya prognansia. Dagu pada burung tidak mengalami proses perkembangan. Lokasi
mata burung berada di samping. Tulang pipi yang dimiliki burung berupa tulang rata.
Burung memiliki tulang nasal yang besar serta os supra occipital yang kecil. Condylus
occipitalis yang menyatu. Burung memiliki arah foramen occipital magnum pada bagian
horizontal. Atap rongga mulut (palatum) lubang besar.
10. Tengkorak amphibi

Gambar 11. Fosil amphibi tampak depan, atas, samping dan belakang

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibi

Amphibi memiliki panjang tengkorak … cm, dengan lebar … cm. Jarak antara rongga
mata dengan mulut yaitu …cm. Jarak antara rongga mata dengan ujung tengkorak
yaitu…cm. Amphibi memiliki gigi dengan tipe gigi homodon. Pada amphibi tidak
ditemukan adanya gigi taring (caninus). Bentuk dahi yang dimiliki amphibi adalah
horizontal. Pada amphibi tidak ditemukan adanya prognansia dan dagu pada amphibi tidak
mengalami proses perkembangan. Lokasi mata amphibi berada di samping. Tulang pipi
yang dimiliki rata. Amphibi memiliki tulang nasal yang mereduksi serta os supra occipital
yang kecil. Condylus occipitalis berjumlah dua dan terpisah. Amphibi memiliki arah
foramen occipital magnum pada bagian horizontal. Atap rongga mulut lubang besar.

11. Tengkorak ikan (IPR010)


Gambar 12. Fosil ikan tampak depan, atas, samping dan belakang

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces

Ikan memiliki panjang tengkorak 22 cm, dengan lebar 18,5 cm. Jarak antara rongga
mata dengan mulut yaitu 29 cm. Jarak antara rongga mata dengan ujung tengkorak yaitu
13 cm. Ikan tidak memiliki gigi, tidak memiliki tipe gigi, dan juga tidak memiliki caninus.
Dahi pada ikan berbentuk landai. Terdapat prognasia pada ikan tetapi dagu tidak
berkembang. Lokasi mata berada di samping. Tulang pipi pada ikan rata dan tidak terdapat
tulang nasal. Os supraoccipital pada ikan kecil dan tidak memiliki condylus occipitalis.
Arah foramen occipital berada di horizontal. Atap rongga mulut lubang kecil

BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis kladistik, dapat disimpulkan bahwa Neanderthal merupakan
cranium paling apomorfi. Kemudian urutan paling plesiomorfi hingga paling apomorfi
adalah cranium kan I,burung, amphibi, komodo, buaya, tuatara, lembu, rusa, gorilla,
simpanse, dan Neanderthal.
Nilai CI (Consistency Index) adalah 0,724 dan RI (Retention Index) adalah 0,2.

Anda mungkin juga menyukai