Keberhasilan
Perencana Pelaksana pengendali
perusahaan
Strategis
4) Ancaman (threath)
Ancaman (threath) adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan
perusahaan atau organisasi. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi
sekarang yang diinginkan organisasi. Masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan
pasar, meningkatnya kekuatan tawar-menawar pembeli atau pemasok penting,
perubahan teknologi serta peraturan baru atau yang direvisi dapat menjadi ancaman
bagi keberhasilan perusahaan. Ancaman merupakan kebalikan pengertian peluang,
dengan demikian dapat dikatakan bahwa ancaman adalah faktor-faktor lingkungan
yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis, jika tidak diatasi, ancaman akan
menjadi ganjalan bagi satuan bisnis yang bersangkutan baik untuk masa sekarang
maupun masa depan. Ringkasnya, peluang dalam lingkungan eksternal mencerminkan
kemungkinan dimana ancaman adalah kendala potensial
5) Proses Analisis SWOT
Analisis kasus adalah kegiatan intelektual untuk memformulasikan dan membuat
rekomendasi, sehingga dapat diambil tindakan manajemen yang tepat sesuai dengan
kondisi atau informasi yang diperoleh dalam pemecahan kasus tersebut. Analisis kasus
ini penting bagi setiap pengambil keputusan. Dalam analisis kasus yang bersifat
strategis, tidak ada jawaban yang benar atau salah, ini disebabkan karena setiap kasus
yang berhasil diselesaikan diikuti oleh pendekatan baru dan pencarian masalah baru
yang muncul dari permasalahan sebelumnya. Tahap akhir analisis kasus adalah
memformulasikan keputusan yang akan diambil. Keputusan yang berbobot hanya dapat
dibuktikan oleh waktu, artinya keputusan yang diambil akan benar-benar terbukti
setelah periode waktu tertentu. Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis
adalah memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus, menganalisis
situasi untukmengetahui isu apa yang sedang terjadi, dan memutuskan tindakan apa
yang harussegera dilakukan untuk memecahkan masalah. Dalam proses pembuatan
analisis SWOT, penulis mengambil kesimpulan bahwa penelitian ini menunjukkan
kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal.
Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam kasus analisis SWOT. Dimana
dalam hal ini Freddy Rangkuti menjelaskan bahwa Analisis SWOT membandingkan
antara eksternal peluang dan ancaman dengan faktor
internal kekuatan dan kelemahan
D. Analisis Lingkungan Internal
Tahapan ini berintikan pada analisis kondisi internal yang meliputi faktor
kelebihan atau kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) organisasi. Analisis
kondisi internal juga dimaksudkan untuk mengidentifikasi keunggulan bersaing
(competitive advantage) organisasi.
Analisis internal adalah kajian terhadap kekuatan dan kelemahan organisasi.
Analisis ini mengidentifikasi kuantitas dan kualitas sumbersumber yang tersedia bagi
organisasi. Komponen ini melibatkan sejumlah alternatif strategik dalam upaya
pencapaian tujuan organisasi. Kajian ini melibatkan analisis kritis terhadap kondisi
kekuatan dan kelemahan internal, peluang dan ancaman eksternal. Perbandingan
kekuatan (Strength), kelemahan (Weaknesess), peluang (opportunities) dan ancaman
(threaths) dikenal sebagai analisis SWOT. Suatu analisis SWOT menghasilkan
sejumlah alternatif strategi. Untuk memilih alternatif terserbut organisasi mengevaluasi
satu sama lain dengan memperhatikan kemampuan untuk mencapai tujuan.Lingkungan
internal merupakan suatu kondisi yang ada didalam organisasi yang tercipta karena
proses kerja sama atau karena proses konflik yang ada didalam organisasi. Organisasi
disamping terdapat proses kerja sama didalamnya juga ada proses konflik. Proses
konflik dapat bersifat disfungsional atau bersifat fungsional. Lingkungan internal akan
ada disetiap fungsi dan bagian. Oleh karena itu lingkungan internal harus diperhatikan.
Lingkungan internal bersifat dapat dikendalikan dibandingkan dengan lingkungan
eksternal. Jika lingkungan internal sudah tidak dapat dikendalikan maka perusahaan
telah berada diujung kematian (kebangkrutan).
Lingkungan internal adalah sikap kemampuan kinerja dan harapan pimpinan,
staf, karyawan. Adapula yang menyebutkan bahwa Lingkungan Internitu sebenarnya
adalah situasi di dalam perusahaan yang meliputi kekuatan dan kelemahan perusahaan
baik dari segi operasional maupun manajerial. Selanjutnya perlu pula dilihat bagaimana
efisiensi struktur organisasi dan tingkat laba yang diperoleh semua mempengaruhi
tindakan pencapaian tujuan Analisis lingkungan internal bersumber pada sumberdaya
perusahaan yang mencakup faktor SDM, sumber daya organisasi dan sumber daya fisik.
Faktor pertama berkenaan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan SDM,
seperti pengalaman, reputasi, kapabilitas, pengetahuan dan wawasan. Keahlian dan
kebijakan perusahaan terhadap hal ihwal ketenagakerjaan. Faktor kedua berkaitan
dengan sistem dan proses yang dianut perusahaan termasuk didalamnya
strategi,struktur organisasi, budaya, manajemen pembelian, operasi atau produksi,
keuangan, penelitian dan pengembangan, pemasaran, sistem informasi dan sistem
pengendalian. Faktor ketiga meliputi perlengkapan, lokasi, geografis, akses terhadap
sumber bahan mentah, jaringan distribusi dan teknologi
E. AnalisisValue Chain (Rantai Nilai)
Pengertian dan Kerangka Rantai Nilai Dasar Menurut Pearce & Robinson
(2008) istilah Value Chain (Rantai Nilai) menggambarkan cara untuk memandang suatu
perusahaan sebagai rantai aktivitas yang mengubah input menjadi output yang bernilai
bagi pelanggan.Nilai bagi pelanggan berasal dari tiga sumber dasar : aktivitas yang
membedakan produk, aktivitas yang menurunkan biaya produk dan aktivitas yang dapat
segera memenuhi kebutuhan pelanggan. VCA berupaya memahami bagaimana suatu
bisnis menciptakan nilai bagi pelanggan dengan memeriksa kontribusi dari aktivitas-
aktivitas yang berbeda dalam bisnis terhadap nilai tersebut.
(Womack & Jones ; 1990). Sedang Porter dalam David (2006) mendefinisikan
VCA merupakan alat untuk memahami rantai nilai yang membentuk suatu produk.
Rantai nilai ini berasal dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan, mulai dari bahan baku
sampai ketangan konsumen, termasuk juga pelayanan purna jual. Selanjutnya Porter
menjelaskan VCA merupakan alat analisis strategik yang digunakan untuk memahami
secara lebih baik terhadap keunggulan kompetitif, untuk mengidentifikasi dimana value
pelanggan dapat ditingkatkan atau penurunan biaya, dan untuk memahami secara lebih
baik hubungan perusahaan dengan pemasok/ supplier, pelanggan dan perusahaan lain
dalam industri. Value Chain mengidentifikasikan dan menghubungkan berbagai
aktivitas strategik di perusahaan (Hansen & Mowen : 2000). Menurut Pearce &
Robinson (2008), VCA mengambil sudut pandang proses. Analisis ini
membagi/memecah bisnis menjadi kelompok-kelompok aktivitas yang terjadi dalam
bisnis tersebut, diawali dengan input yang diterima oleh perusahaan dan berakhir
dengan produk atau jasa perusahaan dan layanan purna jual bagi pelanggan. VCA
berupaya melihat biaya lintas rangkaian aktivitas yang dilakukan oleh bisnis tersebut
untuk menentukan dimana terdapat keunggulan biaya rendah atau kelemahan biaya.
VCA melihat kepada atribut-atribut dari setiap aktivitas yang berbeda ini untuk
menentukan dengan cara bagaimana setiap aktivitas yang terjadi antara pembelian input
dan layanan purna jual dapat membedakan produk atau jasa perusahaan. Para
pendukung VCA berpendapat bahwa analisis ini memungkinkan manajer untuk dapat
mengidentifikasikan secara lebih baik keunggulan kompetitif perusahaan dengan
melihat perusahaan sebagai suatu proses- rantai – aktivitas yang betul-betul terjadi
dalam bisnis
3. The Company’s Internal Value Chain Value chain internal perusahaan
merupakan penyusunan seluruh aktivitas penciptaan nilai yang ada di dalam perusahaan
tertentu. Value chain ini terdiri atas seluruh aktivitas, baik yang bersifat fisik maupun
teknologi yang ada di dalam perusahaan yang dapat menambah nilai produk. Hal
penting untuk menganalisis value chain internal perusahaan adalah dengan memahami
setiap aktivitas dalam perusahaan yang dilakukan untuk menciptakan keunggulan
kompetitif. Kemudian mengelola aktivitas-aktivitas itu lebih baik dari pada perusahaan-
perusahaan lain yang ada dalam industri tersebut. Value chain internal perusahaan dapat
dicapai dengan beberapa langkah. (Pearce & Robinson : 2008) (1) Mengidentifikasi
aktivitas value chain Langkah awal dalam analisis rantai nilai adalah memecah operasi
perusahaan menjadi aktivitas atau proses bisnis tertentu, biasanya dengan
mengelompokkan aktivitas atas proses tersebut ke dalam kategori aktivitas primer dan
pendukung. Pada setiap kategori, suatu perusahaan biasanya melakukan sejumlah
aktivitas berbeda yang mungkin merupakan kunci bagi keberhasilan perusahaan.
Aktivitas layanan misalnya, dapat mencakup aktivitasaktivitas yang berbeda seperti
instalasi, perbaikan distribusi suku cadang dan pemuktahiran, salah satunya mungkin
merupakan sumber utama dari keunggulan atau kelemahan kompetitif. Tantangan bagi
manajer pada titik ini adalah untuk secara sangat rinci “menguraikan” apa yang
sebenarnya terjadi ke dalam aktivitas-aktivitas berbeda yang dapat di analisis dan bukan
terpaku pada kategori yang luas dan umum.
(2) Alokasi Biaya Langkah berikutnya adalah mencoba mengaitkan biaya ke
setiap aktivitas yang berbeda. Setiap aktivitas dalam rantai nilai mengeluarkan biaya
serta mengikat waktu dan asset. Analisis rantai nilai mengharuskan manajer untuk
mengalokasikan biaya dan asset ke setiap aktivitas, dan dengan demikian menyediakan
sudut pandang yang sangat berbeda terhadap biaya dibandingkan dengan yang
dihasilkan oleh metode akuntansi biaya tradisional. Tabel 1 memperlihatkan perbedaan
antara sistem akuntansi tradisional dengan Activity Based Costing System.
(3) Identifikasi Aktivitas yang membedakan perusahaan. Mencermati rantai
nilai perusahaan mungkin tidak hanya akan mengungkapkan keunggulan atau
kelemahan biaya, namun juga mengarahkan perhatian pada beberapa sumber
keunggulan diferensiasi relatif terhadap pesaing
(4) Menilai rantai nilai atau menggunakan informasi biaya aktivitas untuk
mengelola setiap aktivitas secara lebih baik dari pada perusahaan yang lain dalam
industri tersebut.
Ketika rantai nilai di dokumentasikan, para manajer perlu mengidentifikasikan
aktivitas yang penting bagi kepuasan pembeli dan keberhasilan pasar. Aktivitas-
aktivitas tersebut adalah aktivitas-aktivitas yang perlu mendapat perhatian khusus
dalam analisis internal. Terdapat tiga pertimbangan penting dalam tahap analisis rantai
nilai. Pertama, misi utama perusahaan perlu mempengaruhi pilihan aktivitas yang akan
diteliti secara rinci oleh manajer. Jika perusahaan tersebut fokus untuk menjadi
penyedia dengan biaya rendah, perhatian manajemen terhadap penurunan biaya harus
sangat terlihat. Selain itu, jika misi perusahaan didasarkan pada komitmen terhadap
diferensiasi, para manajer perusahaan harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk
aktivitas-aktivitas yang menjadi kunci diferensiasi. Kedua, sifat dari rantai nilai dan
relatif pentingnya aktivitas-aktivitas dalam rantai nilai tersebut bervariasi dari satu
industri ke industri lain. Ketiga, relatif pentingnya aktivitas nilai dapat bervariasi sesuai
dengan posisi perusahaan dalam sistem nilai yang lebih luas yang mencakup rantai nilai
dari para pemasoknya di hulu serta pelanggan atau rekanan di hilir yang terlibat dalam
penyediaan produk atau jasa bagi para pemakai akhir. Penting bagi para manajer untuk
mempertimbangkan tingkat integrasi vertikal dari perusahaannya ketika
membandingkan struktur biaya dari aktivitasaktivitas dalam rantai nilainya dengan
pesaing utamanya. Membandingkan pesaing yang terintegrasi penuh dengan yang
terintgrasi sebagian membutuhkan penyesuaian atas lingkup aktivitas yang dilakukan
untuk memperoleh perbandingan yang berarti. Hal ini juga menunjukkan adanya
kebutuhan untuk memeriksa biaya yang berkaitan dengan aktivitas yang disediakan
oleh perusahaan hulu atau hilir. Aktivitasaktivitas ini pada akhirnya akan menentukan
biaya final untuk pemakai akhir yang dapat diperbandingkan. Dengan perkataan lain ,
kelemahan atau keunggulan biaya komperatif suatu perusahaan dapat berasal dari
aktivitas yang dilakukan oleh “rekan” di hulu atau hilir dan bukan dari aktivitas yang
langsung berada dibawah kendali perusahaan tersebut, sehingga dengan demikian
menunjukkan keuntungan atau kelemahan yang relatif lebih kecil dalam rantai nilai
langsung dari perusahaan tersebut
Konsep Value Added Dan Value Coalitions Konsep Value Chain berbeda
dengan konsep value added. Konsep value added merupakan analisis nilai tambah yang
dimulai dari saat pembelian bahan baku sampai dengan produk jadi. Konsep value
added menekankan pada penambahan nilai produk selama proses di dalam perusahaan.
Semua biaya yang non value added akan dihilangkan dan perusahaan fokus pada halhal
yang mempunyai nilai pada produk. Konsep ini mengakibatkan kerugian pada
perusahaan karena analisisnya terlalu lambat dimulai, analisis di mulai saat bahan baku
dibeli dan tidak memperhatikan saat pembentukan nilai yang terjadi pada aktivitas yang
dilakukan pemasok bahan baku tersebut, dan terlalu cepat selesai, analisis berakhir saat
produk selesai diproses dan mengabaikan proses distribusi produk ke tangan konsumen
dan penanganan setelah itu. Hal ini mengakibatkan perusahaan kehilangan kesempatan
(missed opportunities) untuk mengeksplorasi hubungannya dengan pemasok dan
konsumen untuk memantapkan posisinya dalam persaingan di pasar. Konsep value
chain lebih luas dibandingkan dengan value added dan dapat dikatakan value added
merupakan bagian dari value chain. Berbeda dengan value added, value coalitions yang
direkomendasikan oleh Weiler (2003), bahwa value coalitions analysis merupakan
pengembangan dari model Value Chain Analysis, dimana Value coalitions diharapkan
dapat dijadikan alat yang lebih baik (fleksibel) dalam menghadapi kegiatan bisnis yang
kompetitif. Model value coalitions merekomendasikan bahwa nilai yang tercipta adalah
sering diperoleh dari adanya hubungan secara simultan dari beberapa unit pendukung
dalam menghasilkan produk. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa pendekatan
yang didesain untuk sebuah perusahaan diidentifikasi melalui nilai ekonomi dari
konsumen, yaitu didasarkan pada pemikiran bahwa pendekatan yang didesain untuk
sebuah perusahaan diidentifikasi melalui nilai ekonomi dari konsumen, yaitu yang
didasarkan pada pertama, work activity based ; merupakan pola pemrosesan yang
didasarkan pada suatu set aktivitas pendukung dari sebuah arus kerja (workflow).
Kedua, functional organization ; yaitu didasarkan pada fungsi organisasi keseluruhan
dari puncak sampai kebawah organisasi yang ada dan terlihat di dalamnya.
Pada gambar 2, Research & Development, Marketing, Production dan
Customer, semuanya terlihat bekerja bersama-sama untuk meningkatkan nilai. Problem
dari model ini bahwa dari beberapa unit yang terlibat tersebut diperlukan partisipasi
simultan untuk menemukan solusi terbaik. Sebagai contoh, customer pada
pengelompokan yang terfokus oleh marketing mungkin mengkomunikasikan
bagaimana produk/jasa yang belum dikembangkan yang akan memberikan nilai
tambah. Marketing kemudian akan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada
Research & Development. Sementara produk baru masih dalam konsep, R & D dan
Production mengkomunikasikan tentang bagaimana pola produk yang berbeda,
kekurangan atau kelebihan sampai kepada kesulitan produk untuk diproduksi.
Marketing akan menganalisis reaksi Customer atas modifikasi produk yang belum
dikembangkan tersebut. Value Coalitions Model, mengharuskan adanya kerjasama
(koalisi) dari beberapa unit yang terlibat secara simultan dalam pengembangan dan
pembuatan produk yang dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan, dengan cara
cross functional communication dan penekanan-penekanan yang harus diperhatikan
bersama. Dengan demikian value chain analysis dan Value Coalitions Analysis perlu
disinergikan secara bersama untuk memberikan nilai tambah bagi perusahaan, sehingga
perusahaan dapat lebih kompetitif.
VALUE CHAIN ANALYSIS – VCA UNTUK KEUNGGULAN
KOMPETITIF MELALUI KEUNGGULAN BIAYA VCA merupakan analisis
aktivitasaktivitas yang menghasilkan nilai, baik yang berasal dari dalam dan luar
perusahaan. Konsep Value Chain memberikan perspektif letak perusahaan dalam rantai
nilai industri. VCA membantu perusahaan untuk memahami rantai nilai yang
membentuk produk. Nilai yang berawal dari bahan mentah sampai dengan penanganan
produk setelah dijual kepada konsumen. Perusahaan harus mampu mengenali posisinya
pada rantai nilai yang membentuk produk atau jasa tersebut. Hal ini sangat penting
untuk meengidentifikasi kesempatan dari persaingan.
Setelah mengidentifikasi posisinya, maka perusahaan mengenali
aktivitasaktivitas yang membentuk nilai tersebut. Aktivitas-aktivitas tersebut dikaji
untuk mengidentifikasi apakah memberikan nilai bagi produk atau tidak. Jika aktivitas
tersebut memberikan nilai, maka akan terus digunakan dan diperbaiki untuk
memaksimalkan nilai. Sebaliknya, jika aktivitas tersebut tidak memberikan nilai
tambah maka harus di hapus. Perusahaan dapat menggunakan Activity Based Costing
System untuk menganalisis aktivitas. Activity Based Costing System mengidentifikasi
cost driver pada masing-masing aktivitas tersebut. Activity Based Costing System
menerapkan pembebanan biaya ke produk berdasarkan pemakaian sumber daya yang
disebabkan oleh aktivitas tersebut. Metode ini mampu mengalokasikan biaya kepada
produk secara lebih baik dibandingkan system akuntansi tradisional (Pearce &
Robinson : 2008) Informasi yang diberikan akan membantu manajer dalam mengambil
keputusan yang lebih baik (Tabel 1). Keberhasilan bisnis yang dibangun atas dasar
keunggulan biaya mengharuskan bisnis tersebut untuk mampu menyediakan produk
atau jasanya dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan yang dapat dicapai
oleh pesaingnya. Keunggulan biaya tersebut harus berkesinambungan. Melalui
keahlian dan sumber daya yang diidentifikasikan dalam gambar 3, suatu bisnis harus
mampu menyelesaikan satu atau lebih aktivitas dalam rantai nilainya : membeli
bahanbaku, memprosesnya menjadi produk, memasarkan dan mendistribusikan produk
tersebut atau aktivitas-aktivitas pendukung lainnya dengan suatu cara yang lebih efektif
dari segi biaya , dibandingkan dengan pesaingnya atau bisnis tersebut harus
mengonfigurasi ulang rantai nilainya agar dapat mencapai keunggulan biaya (gambar
3). Inilah strategi bisnis yang mencoba untuk membangun keunggulan kompetitif
jangka panjang dengan penekanan dan penyempurnaan pada aktivitas rantai nilai yang
dapat dicapai dengan biaya yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah yang
dapat ditandingi oleh para pesaing secara berkesinambungan.