Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PRINSIP DAN TUJUAN PERCOBAAN

1.1. Tujuan Praktikum


Mahasiswa dapat memahami dan melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif bahan
baku dengan metode Spektrofotometri UV-sinar tampak.

1.2. Tujuan Percobaan


1. Melakukan analisis kualitatif bahan baku dengan metode Spektrofotometri UV-
sinar tampak.
2. Melakukan analisis kuantitatif bahan baku dengan metode Spektrofotometri UV-
sinar tampak
3. Menyimpulkan mutu bahan baku dengan data spektrum UV-sinar tampak dan hasil
penetapan kadar.

1.3. Teori dan Prisnsip Percobaan


Spektrofotometri adalah metode analisis kimia yang berdasarkan interaksi energi
dengan materi. Alat untuk analisis secara spektrofotometri disebut spektrofotometer,
yang dapat digunakan untuk menganalisis suatu senyawa secara kuantitatif maupun
kualitatif. Metode analisis yang digunakan adalah dengan spektrofotometer UV-sinar
tampak (Suhamarnto, 2013 : 1).

Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang di dasarkan pada


pengukuran serapan sinar monokromatik oleh suatu laju larutan berwarna pada panjang
gelombang spesifik dengan menggunakan monokrometer prisma atau kiri difraksi
dengan defektor. Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang di dasarkan
pada absorbsi radiasi elektromagnetik . cahaya terdiri dari radiasi terhadap masa mata
manusia peka. Gelombang dengan panjang gelombang beraliran akan menimbulkan
cahaya yang berlainan. Sedangkan campuran cahaya dengan panjang panjang ini akan
menyusun cahaya putih. Cahaya putih meliputi seluruh sprektum nampak 400 – 760
nm. Keuntungan utama pemilihan metode spektrifotometri bahwa metode ini
memberikan metode sangat sederhana untuk menetapkan kuantitatif zat yang sangat
kecil. Dalam analisis spektrofotometri suatu sumber radiasi yang menjorok ke dalam

1
daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih panjang –panjang gelombnag
tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm. Cahaya putih meliputi seluruh
spektrumnampak 400 – 760 nm. Jangka panjang gelombang kasar, yaitu:
Ultraviolet < 400 nm , k 570 – 590 n
Violet 400 – 450 nm , jingga 590 – 620
Biru 450 – 500 nm, merah 620 – 760 n
Hijau 500 – 570 nm , inframerah > 760 nm
Dalam bidang fisikan cahaya manokromatik adalah cahaya dengan suatu panjang
gelombang atau rentang panjang gelombang yang sempit. Dalam bidang seni warna,
objek atau gambar yang rentang warnanya hanya terdiri dari bayanagan warna
tunggal.Obat golongan sulfanamida yang mempunyai struktur umum C6H4 – 5 – 4 –
NHR3 mengabsorbsi cahaya dalam daerah ultraviolet karena mengandung kromotor
fenil. Namun tidak memperlihatkan absorbsiyang persis sama karena gugus R dapat
menyebabkan absorbsi tambahan mengubah sifat spektrum aromatik dasar nya.
Spektrum ini kuat sehingga memungkinkan untuk menganalisis obat dalam percobaan
ini . diadakan pengukuran spektrum absorbsi senyawa campuran 2 sulfanamida. Analisis
kuantitatif secara spektrofotometri di lakuakan pada larutan yang mengandung senyawa
tunggal maupun campuran 2 komponen.
Parasetamol atau asetaminofen adalah turunan apara-aminophenol memiliki
khasiat sebagai analgesik, antipiretik, danaktivitas antiradang yang lemah. Parasetamol
merupakan metabolithenasen dengan efek antipiretik yang ditimbulkan oleh
gugusaminobenzena dengan efek analgetik parasetamol menghilangkanatau mengurangi
nyeri ringan sampai sedang. Efek antiinflamasisangat lemah. Parasetamol diamsorgbsi
cepat dan sempurna melaluisaluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai
dalamwaktu ½ jam dan masa penuh plasma antara 1-3 jam. Dalam plasma25%
paracetamol terikat oleh plasa, dimetabolisme oleh enzimmikrosom dihati (Sulistia,
2007).
Aspirin ditemukan oleh Bayer pada tahum 1893. Aspirin merupakan obat yang
ditemukan tertua dan banyak dikonsumsi sebagai obat dan diproduksi di US sebanyak
10.000 juta Kg/tahun.Aspirin disebut juga asam asetil salisilat, sering digunakan sebagai
pereda sakit (analgesic).Aspirin adalah turunan dari asam salisilat. Berikut sifat-sifat
dari aspirin :
a. Aspirin berbentuk kristal berwarna putih
b. Bersifat asam lemah (pH 3,5) dengan titik lebur 135°C

2
c. Mudah larut dalam cairan ammonium asetat, karbonat, sitrat atau hidroksida dari
logam alkali.
d. Stabil dalam udara kering, tetapi terhidrolisis perlahan menjadi asetat dan asam
salisilat bila kontak dengan udara lembab.
e. Dalam campuran basa, proses hidrolisis ini terjadi secara cepat dan sempurna.
f. Bersifat analgesik, antipyretic (fever reducer), nti-inflammatory (inhibition of the
synthesis of prostaglandins), dan memiliki efek samping seperti: gastric
irritation dan bleeding .

Kegunaan aspirin
Aspirin digunakan sebagai penurun demam (antipiretik) dan sebagai obat anti
peradangan. Aspirin juga memiliki sifat anti penggumpalan darah karena menghambat
pembentukan tromboksan (protein pengikat yang dihasilkan oleh platelet). Oleh karena
itu aspirin digunakan sebagai obat jangka panjang dalam dosis rendah untuk mencegah
penyumbatan pembuluh darah, stroke dan serangan jantung. Tetapi efek
antipenggumpalan ini dapat menyebabkan pendarahan berlebihan terjadi, karena itu
orang yang akan menjalani pembedahan atau mempunyai masalah pendarahan tidak
diperbolehkan mengonsumsi aspirin.

Efek samping aspirin


Efek samping utama aspirin adalah pengikisan saluran pencernaan, pendarahan
usus dan tinnitus (gejala telinga berdenging). Aspirin sebaiknya tidak digunakan oleh
anak-anak dan remaja dibawah umur, karena dapat menyebabkan Sindrom Reye, yaitu
kerusakan pada mitokondria liver sehingga liver tidak mampu mengubah timbunan
glikogen menjadi glukosa.
Dalam dosis tinggi, aspirin dapat menyebabkan kematian. Kadar mematikan aspirin
adalah LD50 1,1 g/kg atau 1,1 gram aspirin untuk setiap 1 kilogram berat tubuh suatu
organisme.

Sintesis aspirin
Tahun 1853 seorang alkemis Prancis, Charles Frederic Gerhardt berhasil
mensistetis asam salisilat untuk pertama kalinya. Dia mencampur asetil klorida dengan
garam sodium salisilat. Hasil sintetis ini dinamai Gerhardt anhidrin asam salisilat. 6 tahun

3
kemudian, 1859, seorang alkemis Jerman, von Gilm berhasil mensintetis asam asetil
salisilat murni dengan mereaksikan asam salisilat dan asetil klorida.
Pada 1869 Schröder, Prinzhorn dan Kraut merekonstruksi baik reaksi Gerhardt
(dari sodium salisilat) maupun reaksi von Gilm’s (dari asam salisilat) dan menyimpulkan
bahwa kedua reaksi tersebut memberi hasil yang sama. Meraka adalah yang pertama
menemukan struktur kimia kelompok asetil berhubungan dengan alkanol.
Pada 1897, ilmuwan dari perusahaan obat dan pewarna Bayer mulai meneliti asam
asetil salisilat sebagai pengganti yang lebih aman dari obat salisin yang umum. Pada
1899, Bayer melabeli obat ini Aspirin dan menjualnya ke seluruh dunia. Nama aspirin
berasal dari “a” dari asetil dan “spirsäure” yaitu nama kuno jerman bagi asam salisilat.
Sekarang, aspirin merupakan obat yang paling banyak digunakan di seluruh dunia,
dengan perkiraan 40.000 ton aspirin dikonsumsi setiap tahun.

Cara penentuan kadar aspirin dalam tablet


Senyawa ini bersifat asam, untuk mengetahui konsentrasi aspirin dalam tablet
dilakukan titrasi dengan larutan NaOH standar. Dalam reaksi netralisasi ini gugusan
asetil lebih sukar dilepaskan daripada gugusan karbonil hingga terjadi reaksi :Untuk
mengetahui kadar aspirin dalam tablet, dapat dilakukan titrasi dengan larutan basa.
Titrasi diakhiri jika terjadi perubahan warna yang konstan selama satu menit dari
indikator fenolftalein.

Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert-Beer, bila cahaya


monokromatik (I0), melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut
diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir) dan sebagian lagi dipancarkan (It). Transmitans
adalah perbandingan intensitas cahaya yang ditransmisikan ketika melewati sampel (It)
dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel (Io). Persyaratan hukum
Lambert-Beer antara lain : Radiasi yang digunakan harus monokromatik, energi radiasi
yang diabsorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi kimia, sampel (larutan) yang
mengabsorpsi harus homogen, tidak terjadi fluorosensi atau phosphorensi dan indeks
refraksi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan harus pekat (tidak encer).
Pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet (200-400 ppm) dan sinar tampak
(400-800nm) oleh suatu senyawa. Serapan cahaya uv atau cahaya tampak mengakibatkan
transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang

4
berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Panjang
gelombang cahaya tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron.
Spektrofotometri dapat digunakan untuk menganalisis konsentrasi suatu zat di
dalam larutan berdasarkan absorbansi terhadap warna dari larutan pada panjang
gelombang tertentu. Metode spektrofotometri memerlukan larutan standar yang telah
diketahui konsentrasinya. Larutan standarnya terdiri dari beberapa tingkat konsentrasi
mulai yang rendah rendah sampai konsentrasi tinggi.

Metode Kurva Kalibrasi dan One Point Methode dalam Analisa Spektrofometri
Ada 2 metode yang digunakan dalam analisa kuantitatif suatu senyawa dengan
spektrofotometer yaitu:
1. Metode kurva kalibrasi yaitu dengan cara mengukur absorban (A) sampel pada
beberapa konsentrasi (C), kemudian dibuat kurva kalibrasi konsentrasi (C)
terhadap absorban (A). Spektrum absorbsi yang diperoleh dari hasil analisis dapat
memberikan informasi panjang gelombang dengan absorban maksimum dari
senyawa atau unsur. Panjang gelombang dan absorban yang dihasilkan selama
proses analisis digunakan untuk membuat kurva standar. Konsentrasi suatu
senyawa atau unsur dapat dihitung dari kurva standar yang diukur pada panjang
gelombang dengan absorban maksimum. Dari kurva standar kalibrasi, diperoleh
persamaan garis: y=ax+b
Dimana y merupakan serapan dan x adalah konsentrasi unsur atau senyawa.
Dengan persamaan garis tersebut dapat ditentukan konsentrasi sampel.
2. Metode “one point methode” digunakan untuk penentuan kadar secara rutin pada
suhu pelarut dan instrumen yang sama. Dalam analisis menggunakan one point
methode, konsentrasi baku yang digunakan hanyalah satu tingkat.

5
BAB II
PROSEDUR PERCOBAAN

2.1. Alat dan Bahan


Alat
1. Spektrofotometer Shimadzu UV Mini-1240/Thermo Genesys 10 UV

2. Labu ukur 10 mL

3. Gelas ukur / pipet

4. Micropipet
5. Kuvet

6. Timbangan

6
Bahan

1. Parasetamol
2. Metanol
3. Air destilasi
4. HCl 0,1 N dalam metanol
5. Baku pembanding asam salisilat dan aspirin yang diperoleh dari industri farmasi
6. Sediaan farmasi yang mengandung aspirin
7. NaOH 1 M
8. FeCl3 0-02 M (yang telah dibuffer di pH 1,6 dengan HCl 4-5 N/KCl)

2.2. Prosedur Percobaan


2.2.1. Analisis Parasetamol
1. Analisis Kualitatif
a. Larutan standar
Timbang dengan seksama 5mg baku pembanding parasetamol ke dalam labu
takar 10 mL. Larutkan dalam HCl 0,1 N dalam metanol (1 dalam 100). Kocok
larutan hingga homogen. Pipet 1,0 mL larutan tersebut ke dalam labu takar
10 mL. Encerkan dengan HCl 0,1 N dalam metanol (1 dalam 100). Pipet 1,0
mL larutan tersebut kemudian encerkan hingga 10 mL dalam labu takar 10
mL.
b. Larutan uji
Timbang dengan seksama 5 mg bahan baku parasetamol ke dalam labu takar
10 mL. Larutkan dalam HCl 0,1 N dalam metanol (1 dalam 100). Kocok
larutan hingga homogen. Pipet 1,0 mL larutan tersebut ke dalam labu takar
10 mL. Encerkan dengan HCl 0,1 N dalam metanol (1 dalam 100). Pipet 1,0
mL larutan hasil pengenceran kemudian encerkan hingga 10 mL.

7
Bandingkan spektrum UV larutan standar dan larutan uji. Spektrum UV
larutan standar dan larutan uji harus menunjukkan panjang gelombang (λ)
yang memberikan absorbansi maksimum dengan nilai yang sama.

2. Analisis Kuantitatif
a. Larutan standar
Timbang dengan seksama 30 mg bahan baku pembanding parasetamol ke
dalam labu takar 10 mL. Tambahkan 10 ml metanol ke dalam labu takar.
Encerkan dengan air destilasi hingga tanda batas. Kocok larutan hingga
homogen (larutan stok baku pembanding 300 ppm).
Pipet masing-masing larutan 1, 1.5, 2, 2.5, 3, 3.5 dan 4 mL larutan stok baku
pembanding ke dalam labu takar 10 mL. Encerkan dengan air destilasi hingga
tanda batas. Diperoleh satu seri larutan standar dengan konsentrasi masing-
masing 3; 4.5; 6; 7.5; 9; 10.5; 12 ppm.
b. Larutan uji
Timbang dengan seksama 7.5 mg bahan baku parasetamol yang akan
ditentukan kadarnya. Masukkan ke dalam labu takar 10 mL. Tambahkan 10
ml metanol kemudian encerkan dengan air destilasi hingga tanda batas.
Kocok larutan hingga homogen. Pipet 1.0 mL larutan kemudian encerkan
hingga 10 mL.

Cara Kurva Kalibrasi (untuk menghitung kadar)


Pada panjang gelombang adsorban maksimumnya, ukur absorbandi setiap
larutan pembanding dan juga larutan sampel. Dengan menggunakan kurva
kalibrasi atau persamaan garis, hitunglah kadar larutan sampel.

Cara One Point


Ambillah absorban salah satu larutan pembanding kemudian gunakan untuk
menghitung kadar larutan sampel dengan menggunakan metode “One Point”.
Cu= Au/As x Cs
Cu= konsentrasi larutan uji
Au=absorbansi larutan standar
As=absorbansi larutan uji
Cs=konsentrasi larutan standar

8
Pada metode One Point hanya satu data yang diambil dan pada metode Kurva
Kalibrasi banyak data yang digunakan.

2.2.2. Analisis Aspirin


Pembuatan larutan standar Fe-salisilat dan kurva kalibrasi
a. Larutan standar
1. Timbang dengan seksama 160 mg baku pembanding asam salisilat ke
dalam labu Erlenmeyer 50 mL. Catat jumlah asam salisilat yang
ditimbang.
2. Tambahkan 5 mL NaOH 1,0 N (menggunakan pipet seukuran).
3. Bila perlu, tempatkan labu Erlenmeyer di atas hot plate. Panaskan
campuran selama 5 menit secara perlahan sambil sesekali diaduk
dengan batang pengaduk, hingga padatan larut sempurna. Setelah itu,
dinginkan larutan.
4. Pindahkan larutan yang diperoleh ke dalam labu takar 10 mL. Lalu
encerkan dengan air destilasi hingga tanda batas. Larutan yang
diperoleh adalah larutan stok baku pembanding.
5. Pipet masing-masing 0.5; 0.4; 0.3; 0.2 dan 0.1 mL larutan stok baku
pembanding ke dalam labu takar 10 mL. Encerkan dengan larutan
FeCL3 0,02 M.
6. Ukur absorbansi masing-masing larutan standar tersebut pada panjang
gelombang 530 nm. Mulailah pengukuran dari larutan yang paling
encer. Bilas kuvet terlebih dahulu sebelum diisi dengan larutan standar
yang selanjutnya. Gunakan larutan FeCl3 0.02 M sebagai larutan
blanko.
b. Larutan uji
1. Serbukkan lima tablet aspirin yang dijual di pasaran. Timbang serbuk
tablet aspirin setara dengan 160 mg aspirin.
2. Persiapkan larutan stok aspirin “ASA” (seperti pengerjaan 1 s/d 3 pada
larutan standar, dengan mengganti asam salisilat dengan aspirin.
3. Buat pengenceran larutan stok standar “ASA” yaitu dengan memipet
0,3 mL larutan stok ASA ke dalam labu takar 10 mL, lalu encerkan
dengan larutan FeCl3 0,02 M hingga tanda batas. Adanya pengikat dan

9
penghancur pada formula tablet akan membuat larutan awal menjadi
keruh. Namun, hal ini akan hilang pada saat pengenceran dengan
larutan FeCl3.
4. Ukur dan catat absorbansi dari larutan tersebut pada panjang
gelombang 530 nm.
5. Tentukan kadar aspirin dalam tablet aspirin dengan menggunakan
persamaan regresi linier yang didapat dari kurva kalibrasi.

10
BAB III
HASIL PERCOBAAN

3.1. Hasil pengamatan


3.1.1. Analisis Parasetamol

NO Sampel C (ppm) Absorbansi


1 Standar 1 3 ppm 0,733
2 Standar 2 6 ppm 0,915
3 Standar 3 7,5 ppm 1,046
4 Standar 4 10,5 ppm 1,211
5 Standar 5 12 ppm 1,536

C= konsentrasi
ABSORBANSI

ABSORBANSI
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6 y = 0,0837x + 0,433
0.4 R² = 0,9424

0.2
0
0 2 4 6 8 10 12 14

11
3.1.2. Analisis Aspirin

NO Sampel C (ppm) Absorbansi


1 Standar 1 16 ppm 0.185
2 Standar 2 32 ppm 0.230
3 Standar 3 48 ppm 0.260
4 Standar 4 64 ppm 0.470
5 Standar 5 80 ppm 0.580

C= konsentrasi

ABSORBANSI

ABSORBANSI
0.7

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2
y = 0.0064x + 0.036
R² = 0.9075
0.1

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

3.2. Pembahasan
1. Perhitungan Analisis Parasetamol
Konsentrasi larutan
3mg / 10 ml x 1000 = 300 ppm

Perhitungan pengenceran tiap labu ukur


1) V1.N1 = V2.N2
10.X = 0,1 . 300
X = 3 ppm

12
2) V1.N1 = V2.N2
10.X = 0,2 . 300
X = 6 ppm
3) V1.N1 = V2.N2
10.X = 0,25 . 300
X = 1,5 ppm
4) V1.N1 = V2.N2
10.X = 0,35 . 300
X = 10,5 ppm
5) V1.N1 = V2.N2
10.X = 0,4 . 300
X = 12 ppm

Jadi nilai absorbansi yang didapat pada praktikum kali ini adalah:
Larutan uji (y)
Kelompok 1= 0,223
Kelompok 2= 0,176

Konsentrasi sampel
y= bx + a

kelompok 1
y = 0,0837. x + 0,433
0,223 = 0,0837x + 0,433
x = 0,223-0,433 / 0,0837
x = -4,95 ppm

Kelompok 2
y = 0,0837.x + 0,433
0,176 = 0,0837x + 0,433
x = 0,176 – 0,433 / 0,0837
x = -4,99 ppm

% konsentrasi:

13
Kelompok 1 = -4,95 / 300 x 100 % = -1,65 %
Kelompok 2 = -4,99 / 300 x 100 % = -1,66 %

2. Perhitungan Analisis Aspirin


Perhitungan FeCl3 dalam 250 mL
gr= m . Mr . volume / 1000
0,02 . 124 . 250 / 1000
gr= 0,62 gr

larutan stok
160 mg / 10 mL
ppm= part per million = mikrogram / mL
160 mg/ 100 m = 1600 ppm

Perhitungan pengenceran tiap labu ukur


6) V1.N1 = V2.N2
10.X = 0,1 . 1600
X = 16 ppm
7) V1.N1 = V2.N2
10.X = 0,2 . 1600
X = 32 ppm
8) V1.N1 = V2.N2
10.X = 0,3 . 1600
X = 48 ppm
9) V1.N1 = V2.N2
10.X = 0,4 . 1600 ppm
X = 64 ppm
10) V1.N1 = V2.N2
10.X = 0,5 . 1600
X = 80 ppm

Jadi nilai absorbansi yang didapat pada praktikum kali ini adalah:
Larutan uji (y)
Kelompok 1= 0,141

14
Kelompok 2= 0,157

Konsentrasi sampel
y= bx + a

kelompok 1
y = 0,064. x + 0,036
0,141 = 0,064x + 0,036
x = 0,141 – 0,036 / 0,064
x = 0,105 / 0,064
x = 1,64 ppm

Kelompok 2
y = 0,064.x + 0,036
0,157 = 0,064x + 0,036
x = 0,157 – 0,036 / 0,064
x = 0,121 / 0,064
x = 1,89 ppm

% kadar Aspirin dalam 1 tablet di pasaran:


Konsentrasi Aspirin dalam sampel x 100 % adalah
Kelompok 1 = 1,64 / 1600 x 100 % = 0,1025 %
Kelompok 2 = 1,89 / 1600 x 100 % = 0,1181 %

15
BAB IV
PENUTUP

4.1. Pembahasan
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisis yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang
gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi di fraksi
dengan detektor fototube. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau
absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometri terdiri dari
beberapa jenis berdasarkan sumber cahaya yang digunakan, yaitu Spektofotometri UV
(Ultra Violet), spektrofotometri visible ( Sinar Tampak ), spektrofotometer UV-Vis, dan
Spektrofotometri IR (Inframerah), memiliki prinsip kerja yang sama yaitu “adanya
interaksi antara materi materi dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang
tertentu”. Perbedaannya terletak pada panjang gelombang yang digunakan.

Spektrofotometri UV-Vis dapat digunakan baik untuk sampel yang berwarna


maupun tidak berwarna. Metode spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk
analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa
ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan
menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis yaitu suatu molekul yang dikenai sinar dari
sumber radiasi akan diteruskan menuju monokromator. Cahaya dari monokromator di
arahkan terpisah melalui sampel dengan sebuah cermin berotasi. Detektor menerima
cahaya dari sampel secara bergantian dan berulang, sinyal listrik dari detektor diproses
sehingga di dapatkan nilai absorbansi.Pada percobaan kali ini dilakukan penentuaan
kadar aspirin (asam asetil salisilat) di dalam suatu sediaan farmasi dengan cara analisis
kuantitatif. Aspirin merupakan asam organik yang lemah, mengandung gugus kromofor
yaitu karboksil (asam karboksilat) dan benzene. Gugus kromofor pada aspirin merupakan
gugus yang dapat menghasilkan warna.Sesuai dengan literatur penentuan kadar aspirin
dilakukan pada panjang gelombang 530 nm. Akan tetapi dilakukan pemastian kembali
untuk penentuan panjang gelombang yang digunakan pada aspirin. Setelah didapatkan
panjang gelombang yang pasti, barulah dapat dilakukan pemilihan metode yang akan
digunakan. Pemilihan metode ini didasarkan pada karakteristik dari aspirin. Karena
aspirin memiliki gugus kromofor dan panjang gelombang penyerapan cahayanya berada

16
pada daerah visible yaitu 350 – 800 nm, maka dipilihlah metode spektrofotometri
visible atau spektrofotometer berkas tunggal dimana blanko dimasukkan atau disinari
secara terpisah. Keuntungan alat ini yaitu mempunyai sensitivitas yang relatif tinggi,
pengerjaanya mudah sehingga pengukuran yang dilakukan cepat, dan mempunyai
spesifisitas yang baik.
Pada penetapan kadar aspirin dilakukan dengan pembuatan larutan standar Fe
salisilat dan kurva kalibrasi. Pada pembuatan larutan standar baku pembanding yang
digunakan yaitu asam salisilat, sedangkan pada larutan uji digunakan aspirin dan
dilakukan secara duplo, pengerjaan duplo bertujuan untuk menambah keakuratan hasil
pengukuran, dengan membandingkan kadar yang diperoleh keduanya sama atau
tidak. Kedua larutan tersebut diencerkan menggunakan aquadest dan FeCl3. Penambahan
aquadest bertujuan untuk melarutkan sampel, akan tetapi karena kedua jenis sampel yang
digunakan kurang larut dalam volume air yang kecil sehingga kelarutannya kurang
sempurna. Sedangkan FeCl3 berfungsi sebagai blanko dan kromofor (menghasilkan
warna). FeCl3 akan membentuk kompleks ungu dengan asam salisilat karena dalam
gugus asam salisilat terdapat atom O (nukleofil) dalam gugus OH akan menyerang atom
Fe dengan melepaskan atom H nya untuk membentuk ikatan O-FeCl2. Aspirin tidak
membentuk kompleks berwarna ungu karena tidak memiliki gugus OH. Sedangkan,
FeCl3 digunakan sebagai blanko supaya alat spektrofotometer UV/Vis mengenal matriks
selain sampel sebagai pengotor. Kemudian setting blank sehingga ketika pengukuran
hanya sampel yang diukur absorbansinya. Sebelum pengukuran absorbansi
sampel/standar, harus dilakukan blanko terlebih dahulu.
Selama proses pemeriksaan ini, bagian bening kuvet tidak boleh disentuh oleh
tangan karena sumber sinar akan diteruskan melalui bagian bening kuvet. Jika bagian
bening kuvet terkontaminasi oleh tangan, maka akan mempengaruhi nilai absorbansi. Hal
ini akan memungkinkan kesalahan dalam menginterpretasikan data yang
diperoleh. Prinsip penetapan kadar aspirin, dimana terjadi reaksi pembentukan kompleks
aspirin yang diencerkan dengan penambahan basa kemudian terjadi reaksi hidrolisis yang
cepat atau lambat menjadi salisilat dan asetat tanpa tergantung pada konsentrasi ion OH.
aspirin yang terhidrolisis dengan katalis NaOH terurai menjadi salisilat dianion dan
asetat anion. Selanjutnya, senyawa asam salisilat bereaksi dengan larutan FeCl3 sehingga
atom -H terlepasmenjadikan asam salisilat mengandung Fenol. maka reaksi
FeCl3 dengan asam salisilat akan membentuk kompleks ungu. Hal ini menunjukkan
bahwa telah terbentuk senyawa kompleks dari Fe3+ dengan fenol. Fenol merupakan

17
senyawa yang mengandung gugus hidroksil yang terikat pada karbon tak jenuh, sehingga
dapat bereaksi dengan besi (III) klorida menghasilkan larutan berwarna. dengan
membuat sederet larutan standar dengan konsentrasi yang telah diketahui secara pasti.
Selanjutnya diukur absorbansinya dan dibuat kurva antara absorbansi dengan konsentrasi
sehingga diperoleh garis linear. Menurut hukum lambert beer absorbansi berbanding
lurus dengan konsentrasi. Namun demikian pada kenyataannya penyimpangan sering
terjadi.
Kurva standar menunjukkan hubungan antara konsentrasi larutan ( sumbu-x )
dengan absorbansi larutan ( sumbu-y ) dari kurva standar dihasilkan suatu persamaan
yang di regresilinierkan, didapat persamaan y =0,0064.x – 0,036. Dengan regresi yang
dihasilkan sebesar 0,9075. Nilai ini menunjukkan koefisien korelasi antara absorbansi
dengan konsentrasi besar sehingga linearitas dari kurva adalah baik. Dimana semakin
tinggi konsentrasi maka semakin besar pula nilai absorbansinya.
Setelah dilakukan pembuatan kurva kalibrasi dan dilakukan perhitungan kadar.
Hasil kadar aspirin secara duplo yaitu 0,10% dan 0,12%. Hal ini dapat dinyatakan kadar
aspirin yang terkandung di dalam sediaan farmasi yang diuji memiliki kadar yang relatif
kecil. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV persyaratan kadar untuk tablet yang
mengandung aspirin adalah mengandung tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari
110,0 %. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa tablet yang mengandung aspirin tersebut
tidak memenuhi persyaratan kadar yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia IV.
Hal tersebut dapat dikarenakan kesalahan atau ketidak telitian alat sangat
berpengaruh besar, ketika aspirin dilarutkan belum terlarut secara sempurna atau masih
terdapat bongkahan kecil, kurang telitinya dalam penimbangan bahan, pengambilan
pelarut, maupun ketidak homogenan dalam pengocokan, akibat kurangnya ketelitian
praktikan dapat memungkinkan perbedaan panjang gelombang yang
diperoleh. Diketahui dari kelarutannya aspirin mudah larut dalam air mendidih
seharusnya pelarutannya memerlukan volume air yang banyak dan memerlukan suhu
yang tinggi sehingga dapat melarut sempurna. Masih adanya zat pengotor dari larutan
tersebut, pengotor seperti pencucian alat yang tidak bersih dimungkinkan membawa
dampak terhadap hasil yang diperoleh dari percobaan ini. Atau juga karena ketersediaan
alat yang minim sebab alat yang digunakan pada saat praktikum bukan spektrofotometer
Visible, melainkan spektrofotometer UV.
Pada percobaan analisis parasetamol hasil yang didapat tidak sesuai karena
mungkin ada kesalahan pada prosedur percobaan yang dilakukan. Seharusnya hasil yang

18
didapat dari tiap sampel semakin tinggi ppm akan semakin naik pula absorbansinya,
tetapi pada percobaan yang kami buat tiap sampel mengalami kenaikan dan penurunan.
Dari hasil pengamatan dan perhitungan, kurva standar menunjukkan hubungan
antara konsentrasi larutan ( sumbu-x ) dengan absorbansi larutan ( sumbu-y ) dari kurva
standar dihasilkan suatu persamaan yang di regresilinierkan, didapat persamaan y
=0,0837.x – 0,433. Dengan regresi yang dihasilkan sebesar 0,9424. Nilai ini
menunjukkan koefisien korelasi antara absorbansi dengan konsentrasi besar sehingga
linearitas dari kurva adalah baik. Dimana semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar
pula nilai absorbansinya.
Setelah dilakukan pembuatan kurva kalibrasi dan dilakukan perhitungan kadar.
Hasil kadar parasetamol secara duplo yaitu -1,65% dan -1,66%.
Pada penentuan analisa kuantitatif ada 2 metode yang digunakan yaitu metode
kurva kalibrasi dan one point methode. Dalam metode “one point”, konsentrasi baku
yang digunakan hanyalah satu tingkat (hanya satu data yang diambil). Karena hanya satu
tingkat maka tentu kemungkinan galat akan lebih besar daripada jika digunakan beberapa
tingkat konsentrasi. Jadi lebih baik menggunakan kurva kalibrasi karena data yang
digunakan lebih dari satu. Semakin banyak data yang digunakan, akan semakin akurat.

4.2. Kesimpulan
1. Semakin tinggi panjang gelombang yang digunakan untuk mengukur sampel, maka
semakin tinggi pula nilai absorbennya
2. Semakin tinggi nilai pengenceran ppm, semakin besar nilai absorbennya.

19
LAMPIRAN

Proses penimbangan

Proses persiapan alat dan pengenceran

Proses pengambilan sampel dan cara menggunakan pada saat melakukan analisa menggunakan
Spektrofotometri

20
Hasil analisa kadar sampel yang tertera otomatis pada bagian komputer

21
22

Anda mungkin juga menyukai