Anda di halaman 1dari 8

PRIVATE SECURITY

(Kokam Sebagai Keamanan Internal Muhammadiyah)

MOCHAMAT NURDIN
NIDN. 0918038101

ABSTRAK
Tulisan ini akan membahas mengenai KOKAM yang bertugas sebagai Jasa
Keamanan internal Muhammadiyah. Dalam tulisan ini akan kami sampaikan
mengenai bagaimana KOKAM bekerja untuk pelaksanaan keamaanan yang ada
dalam persyarikatan Muhammadiyah. Dimulai dari sejarah kemunculannya yang
dianggap kontroversi hingga keberlangsungannya sampai sekarang. Dimana peranan
dan fungsi dari kokam telah berubah dalam rangka pengamanan internal yang ada
didalam tubuh persyarikatan Muhammadiyah.
Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan fokus
kajian pada studi tentang KOKAM sebagai Private Security yang ada di
Muhammadiyah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kehadiran KOKAM pada
awalnya dikarenakan adanya ketidak stabilan politik dan keamanan pada masa itu
patut dimaklumi dan bernilai positif pada waktu itu, karena kondisi yang menuntut
seperti itu. Namun ketika keadaan sudah membaik dan stabil alur perjuanganpun
harus berubah untuk mengikuti perkembangan zaman dan lebih mengarah kepada
penggunaan tenaga untuk kemanusiaan dan bencana. KOKAM saat ini telah mampu
mengatur kembali arah kebijakan yang lebih kepada aspek kemanusiaan dan
kebencanaan. Bukan malah menjadi Private security yang berorientasi pada sisi
mencari keuntungan Provite Oriented hal yang tidak aman itu sendiri bagi
masyarakat. Sehingga kehadiran KOKAM ini masih dibutuhkan baik dari internal
selaku pengamanan sedangkan eksternal untuk kesiap siagaan bencana dan tragedy
kemanusiaan.
Negara harus bersifat tegas terhadap ormas-ormas yang menggunakan
kekerasan dalam setiap tindakannya. Baik atas nama kepentingnan apapun tidak
diperkenankan antar masyarakat melakukan kekerasan terhadap warganegara lain.
Karena yang berhak secara legal menggunakan kekerasan hanyalah negara, diluar
institusi negara tidak diperkenankan. Regulasi yang tegas harus dibuatkan bagi
ormas-ormas yang menggunakan kekerasan tersebut. Bagi ormas yang tetap eksis
dalam proses perjuangannya harus didukung dalam rangka belanegara. Namun
pergerakannya harus dibatasi agar tidak terjadi antagonisme dalam masyarakat.

Kata Kunci : KOKAM, Private Security.


Pengantar
Tulisan ini akan membahas mengenai KOKAM yang bertugas sebagai Jasa
Keamanan internal Muhammadiyah. Dalam tulisan ini akan kami sampaikan
mengenai bagaimana KOKAM bekerja untuk pelaksanaan keamaanan yang ada
dalam persyarikatan Muhammadiyah. Dimulai dari sejarah kemunculannya yang
dianggap kontroversi hingga keberlangsungannya sampai sekarang. Dimana peranan
dan fungsi dari kokam telah berubah dalam rangka pengamanan internal yang ada
didalam tubuh persyarikatan Muhammadiyah.
KOKAM sebagai organisasi semi otonom dari Pemuda Muhammadiyah yang
bekerja dan bertugas mengamankan ideologi dan asset Muhammadiyah dari
serangan pihak luar yang tidak bertanggung jawab. Serangan yang dimaksud adalah
serangan yang ditujukan kepada tokoh-tokoh Muhammadiyah ataupun yang
dilakukan kepada organisasi-organisasi otonom dibawah Muhammadiyah lainnya.
Kehadiran KOKAM ini tidak terlepas dari sejarah terbentuknya yang memiliki
kontroversi tersendiri dalam ruang lingkup Muhammadiyah sebagai wujud konkrit
dari peran serta bela negara.

Sejarah KOKAM
Komitmen kemanusiaan dan kebangsaan persyarikatan Muhammadiyah
tertulis nyata di atas bentang perjalanan usia dan terpatri kuat dalam sejarah bangsa
Indonesia. Dengan tanpa menyinggung peran kongritnya dalam kehidupan sosial,
ekonomi, dan politik tanpa melupakan arti penting peran kader-kader
Muhammadiyah yang berjuang secara individual dan menjadi tokoh besar di
berbagai bidang dalam zamannya masing-masing ; mulai fase perjuangan fisik
hingga pada era pembentukan wajah Indonesia modern. Maka sikap istiqomah
Muhammadiyah secara kelembagaan tersebut tercermin secara nyata dalam kancah
pertahanan keamanan dan lapangan bela negara, seperti Hisbul Wathan pra zaman
perjuangan kemerdekaan dan Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda
Muhammadiyah (KOKAM) pada era G.30 S. Perjuangan membangun bangsa dan
negara bagi persyarikatan Muhammadiyah bersifat holistic tanpa batas dan tanpa
melihat suasana “era menyenangkan atau era pahit” dan menguntungkan secara
material atau tidak.
Keterlibatan persyarikatan Muhammadiyah di lapangan belanegara pada era
G.30 S, terlepas dari kontradiksi sejarah yang menyertai pergolakan ini, akan tetapi
kasus tersebut mendorong momentum penghancuran rasa kemanusiaan secara
massif dan mengganggu stabilitas dan eksistensi Indonesia sebagai negara dan
bangsa. Maka dengan penuh kesadaran institusional, pada tanggal 1 Oktober 1965
jam 21.30 WIB, Muhammadiyah menetapkan berdirinya barisan bela negara yang
dikenal dengan nama KOKAM. Keputusan tersebut sekaligus menjadi salah salah
satu bentuk peran konkrit persyarikatan Muhammadiyah bersama dengan
komponen bangsa lainnya dalam memberi dukungan fisik terhadap berbagai bentuk
ancaman bagi kedaulatan negara RI.
Seiring dengan usainya masa pergolakan tersebut dan Indonesia memasuki
masa damai, KOKAM secara alamiah juga berubah fungsi dan peran, yakni sebagai
salah satu jalur pembinaan anggota Pemuda Muhammadiyah berdasarkan minat,
bakat, dan kemampuannya, dengan catatan tidak menggunakan uniform militer
secara mencolok dan merubah arah aktivitas dari satuan pengamanan ke arah
penyiapan sumber daya terlatih untuk penanganan masalah – masalah publik
berbasis bencana.
Adapun pembinaan KOKAM Pemuda Muhammadiyah mengarahkan pada
pembentukan profil personal sebagai subyek dan pelaku dengan dukungan sistem
kelembagaan dan kualifikasi spesifik dan profesional pada bidang yang digelutinya,
bedasarkan minat, bakat, dan kemampuan masing-masing, sehingga nanti akan
tercipta “Pemuda Islam yang ahli SAR, ahli Kepalangmerahan, dan paham tentang
tugas-tugas kemanusiaan”.

Keamanan Sebagai Public Goods


Robert I. Rotberg mengatakan fungsi utama suatu Negara adalah
menyediakan keamanan sebagai political goods. Hal ini bertujuan untuk mencegah
penyusupan dan invansi lintas Negara; menghilangkan serangan keamanan sosial
dan struktur sosial dalam negeri; mencegah kejahatan dan bahaya-bahaya lain yang
berhubungan dengan keamanan manusia dalam negeri; mampu untuk
menyelesaikan perselisihan Negara dan dengan penduduk dan atau sesama
penduduk tanpa penggunaan bentuk pemaksaan.
Kemudian dia juga memberikan asumsinya tentang karakter Negara lemah.
Berikut beberapa hal yang diasumsikan:
1. Negara yang pada dasarnya lemah karena letak geografi dan dasar ekonomi yang
terbatas.
2. Negara yang pada dasarnya kuat tetapi pada situasi/waktu tertentu lemah karena
pertentangan internal.
3. Negara karena ketamakan dan kelaliman pengelola Negara.
4. Negara karena serangan dari luar negara.
5. Negara karena perbedaan etnis, agama, bahasa ataupun tensi interkomunal
lainnya yang belum bisa atau belum mencapai kesatuan satu sama lain yang bisa
mengakibatkan ketegangan satu sama lain.
6. Negara karena rata – rata kejahatan di urban area meningkat.
Disini terlihat bahwa kemampuan negara dalam menyediakan keamanan
sangatlah urgen kepada warga masyarakatnya. Menjaga keamanan adalah sebagai
salah satu tugas klasik daripada negera. Ketika negara tidak mampu memberikan
rasa aman kepada warga negaranya maka negara tersebut dianggap gagal dalam
menjalankan amanah masyarakatnya.
Negara sebagai penyedia public goods berupa keamanan haruslah mampu
mengakomodir setiap keluhan atas keamanan yang dirasakan oleh warganegaranya.
Negara mempunyai monopoli atas penggunaan kekerasan yang sah dan merupakan
satu-satunya pemberi keamanan, yang bertanggung jawab untuk menyediakan
keamanan dan pertahanan dalam negeri dari ancaman luar. Ketika public goods
tersebut tidak mampu atau kurang disediakan oleh negara, maka warganegara akan
mencari alternatif lain untuk menyediakan rasa aman tersebut. Pergeseran dari
public goods menjadi private goods inilah yang menjadi permasalahan yang muncul
kemudian. Setiap warganegara memiliki keingainan untuk mencukupi kebutuhannya
akan rasa aman. Oleh sebab itu muncullah lembaga-lemabaga atau organisasi-
organisasi yang menyokong terbentuknya penyediaan jasa keamanan (Private
Security).
Ketika keamanan sudah diprivatkan, maka akan muncul beberapa macam
masalah dimana salah satunya adalah penggunaan kekerasan dalam penyelesaian
konflik antar masyarakat. Semakin bertambah ketidak jelasan dalam penggunaan
kekerasan ini akan menimbulkan antagonisme dalam masyarakat yang dapat
menyebabkan instabilitas politik dan keamanan dalam suatu negara tersebut. Oleh
sebab itu kekuatan negara harus mampu mengambil alih kembali fungsi keamanan
yang ada dalam warga masyarakat dengan melalui mekanisme regulasi yang tepat.
Regulasi yang dimaksud adalah memberikan kewenangan keamanan secara internal
dan pengurangan penggunaan kekerasan baik menggunakan senjata maupun tidak.
Kokam Muhammadiyah Saat ini
Perkembangan politik dan keamanan pada saat ini mempengaruhi arah
kebijakan secara organisatoris yang ada didalam organisasi KOKAM yang berada
dibawah koordinasi Muhammadiyah. Situasi politik secara ideologis yang tidak
memiliki masalah secara substansial merubah arah perjuangannya. Dimana pada
waktu itu perjuangan KOKAM adalah bagaimana mengamankan ideologi yang
diyakini oleh Muhammadiyah terhindar dari ideologi komunis. Kondisi politik dikala
itu sangat tidak stabil dan rentan terhadap gesekan dan benturan ideologi. Tingkat
keamanan yang semakin kurang membuat Muhammadiyah membuat partikelir
internal yang mengamankan aset maupun ideologinya dari serangan PKI pada waktu
itu.
Di era reformasi ini pasca runtuhnya rezim suharto arah perjuangan
KOKAM berubah. Yang dulunya berjuang membela dan mempertahankan ideologi,
sekarang lebih kepada bagaimana tenaga KOKAM diarahkan kepada pengamanan
internal dan pejuangan kemanusiaan. Sebagaimana ketika terjadi bencana gempa
bantul dan meletusnya gunung merapi KOKAM Muhammadiyah sigap memberikan
bantuan tenaga penyeleamatan evakuasi korban bencana. Tidak terlepas pula ikut
mengakomodir bantuan logistik yang ada dalam Posko bencana yang bekerjasama
dengan PMI (Republika, 1 April 2009).
Begitu juga dengan bantuan pengamanan yang diberikan KOKAM ketika
melakukan pengamanan pada acara peribadatan umat kristiani. Ini menunjukkan
bahwa kerjasama keamanan antara ormas dengan pihak keamanan dalam
mengamankan peribadatan umat kristiani sebagai bentuk toleransi antar ummat
beragama dibawah koordinasi Kepolisian (Radar Yogya, 10 februari 2011). Bahkan
Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam) Jatim yang saat
ini mempunyai bagian intelijen dalam struktur organisasinya, juga akan
menerjunkan 400 anggotanya ke lapangan guna membantu tugas polisi
mengamankan perayaan Natal dan Tahun Baru. 400 anggota Kokam yang tergabung
dalam satuan Posegu akan diterjunkan untuk membantu mengamankan jalannya
perayaan Natal dan Tahun Baru. Ke-400 anggota Kokam Jatim tersebut memiliki
kemampuan di bidang intelijen (Pelita Surabaya, 06 Juni 2011).
Pengamanan internal yang dilakukan oleh KOKAM salah satunya adalah
bagaimana mengamankan para tokoh-tokoh Muhammadiyah dari ancaman pihak
luar. Diantaranya adalah adanya Gerakan Anti Din Syamsuddin (Gadis) yang
dikampenyakan oleh pihak-pihak yang tidak senang atas pernyataan tokoh lintas
agama yang salah satunya adalah Din Syamsuddin. Ini merupakan imbas dari apa
yang disampaikan oleh tokoh-tokoh lintas agama yang melakukan kritik terhadap
kinerja pemerintah. Pihak yang kontra dengan kritik para tokoh lintas agama menilai
Din Syamsuddin sebagai provokator dan ada juga yang menilai Din sebagai tokoh
antagonis. M Ihsan mengatakan munculnya serangan terhadap Din Syamsuddin itu
sudah mengkhawatirkan sehingga Kokam Muhammadiyah Jateng mengambil sikap
dan puncaknya akan digelar apel siaga KOKAM se-Jateng pada Minggu, 23 Januari
2011. Puncaknya Minggu ini, kami akan menggelar apel siaga yang akan diikuti lebih
dari 15 ribu pasukan. Tema apel siaga yang akan kami usung adalah Membela Din
Syamsuddin Menyuarakan Kebenaran, Kata M Ihsan (Seruu.com, 21 Januari 2011).
Namun dalam hal ini tidak ditemukan adanya komesialisasi jasa
pengamanan yang dilakukan oleh KOKAM. Apakah ini menunjukkan bahwa KOKAM
tidak bergerak dalam bidang ekonomi security yang dalam hal ini adalah pemburuan
rente melalui pengamanan. Tidak adanya nampak anggota KOKAM secara
intitusional melalui uniform yang mereka gunakan ini menunjukkan bahwa memang
KOKAM tidak bergerak dalam private security dalam perspektif komersialisasi jasa
pengamanan. Pengamanan yang diberikan oleh KOKAM adalah pengamanan
internal dan pengamanan yang tidak bersifat ekonomis, melaikan bersifat sosial.
Tidak sebagaimana yang ada dalam ormas-ormas lain yang melakukan
pembekingan terhadap permasalahan-permasalahan yang ada dalam masyarakat,
dan melakukan pembayaran terhadap jasa pengamanan yang mereka berikan.
Pembentukan pasukan swasta itu bahkan menjadi-jadi beberapa tahun kemudian.
Ini tidak terlepas dari intervensi Orde Baru pada waktu dimana rezim ini
membentuk banyak organisasi kepemudaan terutama untuk mendukung
kemenangan Golkar dan melawan mahasiswa demonstran. Organisasi itu muncul di
hampir semua provinsi, dengan nama Angkatan Muda Siliwangi (Jawa Barat),
Angkatan Muda Diponegoro (Jawa Tengah), dan seterusnya, yang secara tersurat
maupun tersirat menginduk kepada panglima kodam setempat.
Organisasi sejenis yang masih berbau "keluarga militer" adalah Forum
Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI). Indra Bambang Utoyo,
Sekretaris Jenderal FKPPI, mengatakan anggotanya kini sekitar 1 juta orang 60
persennya berada di Pulau Jawa. Surya Paloh, Cokro Suprianto, Kapten Haribowo,
dan K.H. Agus Santoso tercatat sebagai pendirinya, pada 12 September 1978.
Kemudian ada Pemuda Panca Marga, yang beranggotakan khusus putra-
putri veteran RI (pejuang kemerdekaan RI era 1945-1949). Joko Purwongemboro,
Ketua Umum Pemuda Panca Marga, mengklaim organisasinya memiliki 1,5 juta
anggota yang tersebar di seluruh Indonesia.
Organisasi pengamanan partikelir apa pun bentuknya bukannya tanpa ekses.
Beberapa bos organisasi di atas mengakui, ada saja anggota yang malah menjadi
preman atau gemar memalak orang dengan modal seragam. Apa boleh buat.
Seragam memang menjadi "kekuatan" yang bisa menyembunyikan kelemahan
identitas. Tak aneh, ketika ribuan massa tumpah di Senayan dan sekitarnya, orang
masih memerlukan sebuah tanda khusus di luar bambu runcing, kelewang, batu,
jimat, dan segala macam "atribut keamanan" lain. Yakni selembar ikat kepala
berwarna putih, yang menyatukan belasan ribu pribadi ke dalam sebuah identitas
raksasa bernama Pam Swakarsa (tempo, 24 November 1998).

Kesimpulan
Keamanan sebagai fungsi negara yang paling penting harus berada dalam
gengaman negara. Tidak diperkenankan warganegara menggunakan kekerasan
dalam melakukan setiap tindakannya. Hanya negaralah yang memiliki legalitas dan
memonopoli penggunaan kekerasan dalam rangka menertibkan warganya. Sebagai
negara yang kuat tentu saja didukung dengan kekuatan pertahan dan keamanan
dalam rangka menjaga stabilitas politik ekonomi dan kesinambungan/keberlanjutan
sosial kultural kehidupan bermasyarakat.
Kehadiran private security dalam jangka pendek ketika kondisi keamanan
yang yang tidak stabil memang berdampak positif. Namun untuk kesinambuangan
jangka panjang sangatlah tidak baik karena akan menunjuukkan hal yang negatif.
Banyak permasalahan yang muncul dalam jangka panjangnya. Ketika negara sudah
kembali stabil dan kuat, maka kewajiban pengamanan kembali kepada negara dan
bukan diserahkan kepada swasta karena ini akan berdampak buruk pada jangka
waktu yang lama.
Kehadiran KOKAM pada awalnya dikarenakan adanya ketidak stabilan
politik dan keamanan pada masa itu patut dimaklumi dan bernilai positif pada
waktu itu, karena kondisi yang menuntut seperti itu. Namun ketika keadaan sudah
membaik dan stabil alur perjuanganpun harus berubah untuk mengikuti
perkembangan zaman dan lebih mengarah kepada penggunaan tenaga untuk
kemanusiaan dan bencana. Begitu juga dengan ormas-ormas lain yang bergerak
dalam wilayah pengamanan harus mampu mengatur kembali arah kebijakan yang
lebih kepada aspek kemanusiaan dan kebencanaan. Bukan malah menjadi hal yang
tidak aman itu sendiri bagi masyarakat.
Terakhir bahwa negara harus bersifat tegas terhadap ormas-ormas yang
menggunakan kekerasan dalam setiap tindakannya. Baik atas nama kepentingnan
apapun tidak diperkenankan antar masyarakat melakukan kekerasan terhadap
warganegara lain. Karena yang berhak secara legal menggunakan kekerasan
hanyalah negara, diluar institusi negara tidak diperkenankan. Regulasi yang tegas
harus dibuatkan bagi ormas-ormas yang menggunakan kekerasan tersebut. Bagi
ormas yang tetap eksis dalam proses perjuangannya harus didukung dalam rangka
belanegara. Namun pergerakannya harus dibatasi agar tidak terjadi antagonisme
dalam masyarakat.

Referensi
Robert I. Rotberg. Failed states, collapsed states, weak states: cause and Indicators.
…..
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=5409

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1998/11/24/INT/mbm.19981124.INT
97773.id.html

http://www.radarjogja.co.id/component/content/article/5-metropolis/13678-polisi-
dan-ormas-pantau-gereja.html

Anda mungkin juga menyukai