Tentang Sejarah Hasan Basry dan Penamaan Pulau Kembang Profil Hasan Basry Brigjen TNI H Hasan Basry adalah salah satu pahlawan nasional di Indonesia, yang dikenal, sebagai tokoh pejuang gerilyawan di Kalimantan Selatan. Tokoh militer ini punya peran besar dalam memimpin gerakan perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan. Lahir di Kandangan, Pada 17 Juni 1923, dia meninggal dunia pada 15 Juni 1984 di Jakarta, dan dimakamkan di Simpang Empat Liangganggang Banjarbaru, namanya kini diabadikan di beberapa fasilitas publik, seperti jalan-jalan di Kalsel dan rumah sakit mililk Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Hasan Basry sendiri baru dianugerahi gelar pahlawan nasional indonenesia pada 3 Nopember 2001 berdasarkan SK Presinden Nomor 110/TK/2001. karier perjuangan Hasan Basry dimulai pada usia 22 tahun saat menjadi guru agama di sebuah SMP Islam di Malang, Jawa Timur. Pada Tahun 1945 dia aktif dalam organisasi Pemuda RI Kalimantan di Surabaya dan sering terlibat perebutan senjata melawan tentara Jepang. Pada 13 Oktober, berangkat ke Kalsel, dengan kapal layar Bintang Tolen, dari Pelabuhan Kalimas Surabaya dan tiba di Banjarmasin 30 Oktober 1945. Kepulangannya ke Kalsel untuk melaksanakan tugas sebagai relawan Badan Pembantu Oesaha Gubernur Kalimantan, dalam rangka menyiapkan penyambutan ekspedisi militer di Kalsel. Di Banjarmasin, Hasan Basry menemui tokoh ulama H Abdurrahman dan Abdul Hamid. Pada bertemuan tersebut dia menyerahkan dokumen dan pamflet perjuangan yang dibawa dari Surabaya. Selanjutnya secara rahasia, membangun jaringan hunungan dengan organisasi perjuangan rakyat seperti Laskar Syaifullah yang kemudian dipimpinnya. Kemudian, Hasan Basry berupaya mengadakan kontak dengan pulau Jawa yang terputus akibat blokade Belanda, namun selalu gagal mencari bantuan senjata. Keberadaannya, diketahui tentara NICA Belanda sehingga pada 1946 tokok-tokoh laskar Syaifullah ditangkap.Namun, Hasan Basry berhasil lolos. Setelah Laskar Syaifullah bubar, Hasan Basry mendirikan organisasi perjuangan Banteng Indonesia, yang berkembang pesat ke berbagai daerah. Organisasi ini sering melakukan aksi pemberontakan terhadap militer Belanda. Pada 18 November 1946 Kalsel mendapat tugas Komandan ALRI Divisi IV di Jawa, Kolonel Zakaria Madun menyiapkan membentuk Bataliyon ALRI Divisi VI di Kalimantan Selatan, yang kemudian dibentuk H Hasan Basri dengan cara melebur Banteng Indonesia yang dipimpinnya sebagai personel inti. Organisasi rahasia itu disebut Gerakan Rahasia ALRI Devisi IV Pertahanan Kalimantan. Dia pun diangkat sebagai komandan Bataliyon Rahasia yang bermarkas di Kandangan. Namun, Perjanjian Linggarjati memutuskan hubungan antara H Basry dengan Gubernur Kalimantan Ir Pangeran Muhammad Noor yang berkedudukan di Jogjakarta, karena secara de facto RI hanya meliputi Jawa, Madura, dan Sumatera.Wilayah Indonesia lainnya, termasuk Kalimantan dalam kekuasaan , Belanda. Mengatasi blokade, H Hasan Basry membentuk Sentral Organisasi Pemberontak Indonesia kalimantan dan ALRI Devisi IV Pertahanan Kalimantan, di bawah kepemimpinannya. Di sini dia mengatur strategi dengan mengatur kontak dengan tokoh pimpinan organisasi perjuangan di daerah-daerah hingga berhasil merangkul kekuatan di luar ALRI. Pada 16 Mei Hasan Basry mengeluarkan pengumuman tentang pernyataan sikap terhadap persetujuan renville 1 Januari 1948 yaitu : ALRI Devisi IV pertahanan Kalimantan bagian dari Angkatan Perang RI, ALRI Devisi IV tidak akan melanggar gencatan senjata, dan tidak akan hijrah ke daerah RI di Jawa, tetapi tetap berada di Kalimantan. Selanjutnya, agar Belanda mengosongkan Kota Barabai untuk dijadikan Pos Hubungan AlLRI dengan Belanda. Berbagai ultimatum Belanda tak menyurutkan semangat Hasan Basry. Dia justru menjawab dengan memerintahkan semua unit perjuangan melakukan penyerangan terhadap pos pertahanan Belanda dan memimpin langsung penyerangan pos di Bungkukan dan berhasil. Pada 1 Januari 1949, serangan umum terhadap pos-pos NICA dimulai dilakukan di Haruai, Nagara, Tanjung dan daerah lainnya. Pada 1949 Hasan Basry memproklamasikan berdirinya pemrintahan Gubernur Tentara ALRI yang meliputi seluruh Kalimantan menjadi bagian RI, yang berarti dia menolak Kalimantan di bawah kekuasaan Belanda. Selanjutnya dia diangkat menjadi Gubernur Tentara Kalimantan, hingga wafat pada 15 Juli 1984, dimakamkan di Lianggang Banjarbaru. Dedikasinya sebagai sosok pejuang kemerdekaan RI di Bumi Kalimantan pun telah dibukukan. Nilai-nilai kepahlawanan mantan Pangdam X Lambung Mangkurat ini pun dirangkum dalam buku Napak Tilas Pahlawan Nasional Brigjen TNI Hasan Basry yang diluncurkan pada 2017 lalu. Kini berbagai tempat bersejarah di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan dikunjungi tiap tahun dalam pelaksanaan Napak Tilas Gubernur Tentara ALRI Kalimantan tersebut. Seperti lokasi tugu monumen Proklamasi di Desa Batu Bini Padang Batung, rumah lokasi rapat di Desa Durian Rabung, Padang Batung, Tugu Niih di Kecamatan Loksado.