Anda di halaman 1dari 6

LITERASI MATEMATIKA DI ERA ABAD 21

UNTUK SEKOLAH DASAR

Disusun oleh :

Prihatina Hikmasari 0401518003

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2019
LITERASI MATEMATIKA DI ERA ABAD 21
UNTUK SEKOLAH DASAR

Tingkat literasi siswa di seluruh dunia dapat diketahui dari tiga studi internasional
yang dipercaya sebagai instrumen untuk menguji kompetensi global, yaitu PIRLS (Progress in
International Reading Literacy Study), PISA (Programme for International Student
Assessment), dan TIMSS (Trend in Internasional Mathematics and Science Study). Namun
khusus untuk literasi bahasa dilakukan hanya oleh PIRLS dan PISA, sedangkan TIMSS untuk
kemampuan literasi matematika dan sains.
Adapun penyebab rendahnya minat baca peserta didik yang diterangkan oleh Taufani
G. K. (dalam Rohman, 2017), yaitu (a) sistem pembelajaran yang belum mampu memicu
peserta didik agar memiliki minat baca; (2) banyaknya jenis hiburan sehingga mengalihkan
perhatian untuk membaca buku; (3) Tradisi oral nenek moyang yang turun menurun
menyebabkan seorang anak memilih mendengarkan cerita dongeng daripada membaca sendiri;
dan (4) masih belum meratanya sumber bacaan diberbagai daerah.
Menurut Kharizmi (2015: 15), kemampuan literasi yang tinggi adalah kemampuan
yang memungkinkan orang untuk membaca dunia bukan hanya kata, kalimat, paragraf, ataupun
wacana. Literasi melibatkan penggunaan berbagai bentuk komunikasi yang memberikan kita
kesempatan lebih besar untuk memajukan diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan bangsa.
Sehingga literasi bukan lagi bermakna tunggal melainkan mengandung beragam arti
(multiliteracies).
Peserta didik pada usia 7-12 tahun mulai berpikir untuk mengoperasikan kaidah-
kaidah logika, namun masih terkait dengan objek yang bersifat konkrit (Nurkamilah, Milah,
dkk. 2018). Oleh karena ketika mengajarkan konsep matematika yang abstrak maka
memerlukan alat bantu berupa media untuk menjelaskan konsep matematika yang diajarkan.
Karakteristik pembelajaran yang menjadikan konteks nyata sebagai inti dalam
pembelajarannya salah satunya yaitu PMRI. Melalui soal-soal penilaian literasi PISA yang
membutuhkan kreatifitas peserta didik dalam menyelesaikannya. Sehingga dengan PMRI
mampu mendukung untuk mengembangkan kemampuan literasi matematika peserta didik SD.
Berikut ini adalah sintaks pembelajaran PMRI yang berkaitan dengan literasi
matematika.

2
Tabel 1. Sintaks PMRI berbasis Literasi Matematika

Kategori Proses Karakteristik PMRI / Pengembangan


Literasi Matematika Aktivitas Guru dan Siswa Literasi Matematika
Memformulasikan 1. Menggunakan konteks a. Mengetahui penggunaan
situasi matematika Guru menyampaikan materi matematika dalam
kompetensi dasar dan konteks nyata pribadi, sosial,
tujuan pembelajaran. pekerjaan atau sains
2. Guru memberikan b. Masalah kontekstual yang nyata,
pengantar sesuai materi rumit dan menarik dapat dibuat
berupa konteks nyata dalam bentuk alur cerita atau
aplikasi materi dalam gambar berkaitan dengan materi
kehidupan sehari-hari di yang akan diajarkan pada bahan
sekitar peserta didik. ajar, kelengkapan informasi
3. Guru memberikan masalah dirancang sedemikian sehingga
kontekstual awal siswa mampu menganalisis
kekurangan dan kelebihan
informasi serta ketepatan dalam
merumuskan masalah
c. Melakukan formulasi masalah
dan rencana penyelesaian
Menggunakan Menggunakan model, dan d. Menggunakan konsep, fakta,
konsep, fakta, format interaktif prosedur dan alat matematika
prosedur dan yang tepat untuk
4. Guru memberikan
penalaran menyelesaikan masalah
kesempatan kepada siswa
matematika
untuk bertanya
5. Siswa melakukan interaksi
baik dengan siswa lain,
atau dengan guru untuk
membahas masalah yang
diberikan
Menginterpretasikan Kontribusi Siswa, guided e. Menginterpretasikan hasil
dan mengevaluasi reinvention, matematisasi penyelesaian masalah untuk

3
hasil matematika progresif dan menggunakan dikomunikasikan dengan
dalam konteks model menyusun laporan hasil pada LKS
nyata atau lembar karton untuk
6. Siswa merancang
dipresentasikan.
penyelesaian masalah yang
f. Mengevaluasi hasil kerja dengan
diberikan
memberikan tanggapan terhadap
7. Guru memberikan
hasil kerja kelompok/orang lain,
pertanyaan yang dapat
g. Diperkaya masalah-masalah dalam
membimbing siswa dalam
konteks berbeda dengan
menemukan konsep
berpedoman penilaian literasi
matematika untuk
matematika model PISA
menyelesaikan masalah
h. Menggunakan dasar matematika
8. Menyusun deskripsi hasil
yang dipelajari pada konteks yang
peneylesaian masalah
berbeda
untuk dipresentasikan
9. Mengevaluasi strategi dan
menggunakannya pada
masalah dengan konteks
yang berbeda

Meningkatkan kemampuan literasi membutuhkan dukungan semua pihak yang


disesuaikan dengan perannya terhadap peserta didik, diantaranya pembuat kebijakan, sekolah
dan guru, serta orangtua.
1. Pembuat Kebijakan.
Dalam hal ini pemerintah melakukan beberapa kebijakan, misalnya (a) melakukan
pembenahan pendidikan dalam aspek penciptaan lingkungan sekolah, guru, kurikulum,
kegiatan PBM; b) pemberian kesempatan kepada para guru untuk dapat mengembangkan
kompetensinya; c) penyelenggarakan peningkatan profesionalisme, d) materi pembelajaran
dipilih yang esensial dan strategis; e) perbaikan standard dan praktik penilaian hasil belajar
siswa; f) pengadaan buku teks dan fasilitas.
2. Sekolah dan Guru
Guru sebagai fasilitator dalam memperoleh literasi berperan penting dalam upaya
meningkatkan pemerolehan literasi pada peserta didik. Menurut Allington dan
Cunningham (dalam Kharizmi, 2015), terdapat tujuh tanda literasi yang mulai muncul pada

4
peserta didik, diantaranya (1) mereka pura-pura melakukan aktivitas membaca; (2) mereka
menulis dan membaca tulisannya walaupun tidak ada yang bisa membaca tulisannya; (3)
menunjukkan apa yang ingin dibaca; (4) mengenal kata dan huruf; (5) mengenal kata
konkret; (6) mengenali intonasi kata; (7) menyebutkan huruf. Ketika tujuh tanda literasi
dapat dikenali dengan baik, maka guru dapat memaksimalkan usahanya dalam menggiring
peserta didik untuk memperoleh kemampuan literasinya.
3. Orangtua
Peserta didik memperoleh literasi awal dari lingkungan rumah. Peran orangtua tidak kalah
penting dari peran guru dan sekolah. Fitgerald, dkk. (dalam Kharizmi, 2015)
mengemukakan bahwa sangat mungkin terdapat hubungan yang positif antara tingkat
kemampuan dan pendidikan orangtua dan tingkat apresiasi terhadap lingkungan literasi.
Dengan demikian orangtua haruslah senantiasa menstimulus literasi dengan cara berikut;
(a) membiasakan praktik literasi yang konkret; (2) menyediakan praktik literasi yang
konkret; dan (3) melibatkan dalam interaksi literasi. Peserta didik yang berasal dari
lingkungan keluarga yang literat, kemungkinan besar apabila memasuki sekolah, mereka
telah memiliki ribuan jam pengalaman membaca seperti yang dilakukan di sekolah.
Sehingga generasi Indonesia yang literat akan terwujud.

5
DAFTAR PUSTAKA

Faizah, D. U, dkk. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar. Jakarta.
Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kharizmi, Muhammad. 2015. Kesulitan Siswa Sekolah Dasar dalam Meningkatkan


Kemampuan Literasi. Jupedas, ISSN 2355-3650, Vol. 2, No. 2, September 2015.

Nurkamilah, Milah, dkk. 2018. Mengembangkan Literasi Matematika Siswa Sekolah Dasar
melalui Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia. Universitas Muhammadiyah
Majalengka. Vol.2 No.2, Januari 2018 hal. 70-79.

Rohman, Syaifur. 2017. Membangun Budaya Membaca pada Anak melalui Program Literasi
Sekolah. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. Vol. 4 No. 1 Juni 2017. P-ISSN
2355-1925. E-ISNN 2580-8915.

Teguh, Mulyo. 2017. Aktualisasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar melalui Gerakan Literasi
Sekolah untuk Menyiapkan Generasi Unggul dan Berbudi Pekerti. Prosiding Seminar
Nasional 15 Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai