Advokasi Konseling Komunitas
Advokasi Konseling Komunitas
M. Wahyu Kurniadi
Kekerasan adalah kata yang sudah akrab ditelinga kita. Persepsi yang pertama
kali terpikirkan oleh kita ketika mendengar kata “Kekerasan” adanya pelaku,
korban, dan tindak fisik yang merugikan orang lain. Kekerasan bisa saja terjadi
pemerintah. Kekerasanpun dapat menimpa siapa saja baik itu laki-laki atau
Setiap hari kita pasti ada mendengar berita atau membaca di media massa
seksual, hingga adanya kasus pembunuhan yang dilakukan terhadap anak. Ironisnya
pelaku tindak kekerasan terkadang melibatkan orang terdekat, baik itu keluarga
sendiri seperti ayah atau ibu, saudara ataupun masyarakat sekitar tempat tinggal
anak berada. Anak-anak yang menjadi koraban kekerasan hingga kini belum
anak dapat diartikan sebagai perilaku yang sengaja maupun tidak sengaja ditujukan
untuk melukai anak, baik berupa serangan fisik maupun mental. Tindak kekerasan
terhadap anak, memang sering sekali terjadi di masyarakat. Namun demikian untuk
pembuktiannya dari segi hukum, ternyata tidaklah semudah kita membalik telapak
tangan. Dalam berbagai kasus yang kita ketahui bahwa trauma fisik akibat tindak
kekerasan terhadap anak dapat hilang setelah 48 jam kecuali tindak kekerasan itu
menimbulkan bekas luka yang serius dan parah, baik itu fisik atau mental (Suyanto,
2010: 96).
PEMBAHASAN
Lewis & Bradley (Dalam Lewis, 2011) Layanan advokasi dirancang untuk
melayani dua tujuan dasar: (a) meningkatkan rasa pribadi dan kekuasaan klien dan
untuk merespons melalui advokasi. Peran advokasi klien sangat penting ketika
individu atau kelompok rentan tidak memiliki akses ke layanan yang sangat mereka
Advokasi atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah advocacy adalah
suatu bentuk tindakan yang menjurus pada pembelaan, dukungan atau suatu bentuk
rekomendasi. Advokasi juga diartikan sebagai suatu bentuk upaya persuasi yang
tindak lanjut mengenai suatu hal/kejadian. Istilah advokasi lebih dikenal dengan
2017).
Pada kasus anak yang menjadi korban dari kekerasan, pendampingan yang
dibutuhkan sang anak bisa saja dalam hal memperkuat atau mengembalikan kondisi
fisik dan mental sebelum terjadi kekerasan. Walaupun pada dasarnya membutukan
waktu yang tidak sebentar. Idealnya, proses konseling dapat mengarahkan klien ke
arah pemberdayaan diri. Namun terkadang, klien menghadapi hambatan yang tidak
dapat mereka atasi dengan sendiri. Ketika itu terjadi, konselor komunitas dapat
Faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak terbagi atas faktor internal dan
faktor eksternal (Nandang, 2016). Faktor keluarga ini tidak hanya berkaitan dengan
berasal dari keluarga sendiri, baik yang dilakukan oleh orang tua ataupun saudara.
Faktor keluarga ini biasanya berhubungan dengan kondisi ekonomi keluarga dan
kondisi keluarga itu sendiri. Selain faktor ekonomi, faktor keharmonisan keluarga
juga menjadi penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak. Keluarga yang tidak
harmonis cenderung terjadi kekerasan, baik dilakaukan oleh orang tua maupun
saudara. Ayah dan ibu yang tidak harmonis cenderung bersikap tidak peduli dengan
tinggi dalam hal pemberian intervensi (Lewis, Toporek, & Ratts, 2010), termasuk
sosial tingkat makro. Untuk melaksanakan secara efektif peran advokat klien,
konselor harus dapat mempertimbangkan (1) Sistem layanan dan pendidikan yang
relevan atas nama klien dan siswa, (2) Bantu klien mendapatkan akses ke sumber
daya yang dibutuhkan, (3) Identifikasi hambatan untuk kesejahteraan individu dan
sistemik antar setiap komponen pendukung yang ada dalam komunitas (Lewis,
Lewis, Daniels, & D'Andrea, 2011). Adanya campur tangan institusi untuk
membantu anak korban kekerasan juga menjadi bantuan yang sangat bermanfaat
kekerasan bisa menggunakan tahapan pada gambar diatas. Pada setiap titik,
konselor dan klien harus menentukan tidak hanya perubahan seperti apa - individu,
lingkungan, atau keduanya - yang paling efektif akan menyelesaikan masalah yang
dihadapi tetapi juga seberapa siap individu atau orang lain yang signifikan dalam
lingkungan untuk perubahan tersebut. Jadi, mereka harus bertanya tidak hanya
perubahan apa yang mungkin terjadi tetapi juga perubahan apa yang lebih disukai.
lingkungan; mereka tidak perlu memilih antara menjadi penasihat atau agen
perubahan lingkungan. Justru sebaliknya, semua peran yang ada itu malah akan
terus berinteraksi untuk mencapai tujuan. Ketika klien menyadari bahwa lebih dari
perilaku mereka sendiri harus berubah, mereka belajar untuk menghadapi secara
aktif sistem yang memengaruhi kehidupan mereka. Akibatnya, sikap dan perilaku
PENUTUP
dikarenakan kekerasan terhadap anak mempunyai dampak yang luas dan berjangka
panjang. Trauma yang akan dihadapi anak akan selalu dibawa sepanjang
nanti dewasa. Karena mereka akan selalu teringat apa saja yang telah dirasakan dan
akhirnya berdampak pada mental mereka apabila kekerasan yang mereka alami
sangat parah.
Permasalahan kekerasan yang dialami oleh anak tidak lepas dari tanggung
jawab keluarga, baik itu orang tua ataupun saudara. Karena bisa saja hal yang
dirasakan oleh anak-anak ini adalah dampak dari perilaku mereka. Bantuan segera
sangat diperlukan untuk memperbaiki para calon generasi penerus bangsa ini.
Melakukan kolaborasi dengan institusi juga menjadi jalan keluar lain dalam
melakukan advokasi konseling. Meminta bantuan dari sumber daya lain juga akan
pentingnya seperti (1) Sistem layanan dan pendidikan yang relevan atas nama klien
dan siswa, (2) Bantu klien mendapatkan akses ke sumber daya yang dibutuhkan,
Lewis, J. A., Toporek, R. L., & Ratts, M. (2010). Advocacy and Social Justice:
Counseling Association.