Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL

Uji Kualitas Mikrobiologis Minuman Teh Poci yang Dijual


Pedagang Kaki Lima di Pasar Raya Padang

Disusun Oleh:

DIAN CANDRA WULANDARI 1010171005

PROGRAM STUDI D – III ANALIS KESEHATAN


UNIVERSITAS MH.THAMRIN
JAKARTA TIMUR

2020
1
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... 2
BAB I ................................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 3
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................................................... 3
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................... 5
1.3 TUJUAN PENELITIAN ................................................................................................................ 5
1.4 MANFAAT PENELITIAN ............................................................................................................. 5
BAB II ................................................................................................................................................ 7
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................................................... 7
2.1 AIR ........................................................................................................................................... 7
2.2 TEH ........................................................................................................................................ 10
2.3 BAKTERI E.COLI ...................................................................................................................... 13
2.4 MPN (Most Probable Number)............................................................................................... 14
BAB III ............................................................................................................................................. 18
METODE PENELITIAN ....................................................................................................................... 18
3.1 Definisi Operasional Variabel ................................................................................................. 18
3.2 TEMPAT PENELITIAN .............................................................................................................. 19
3.3 POPULASI SAMPEL ................................................................................................................ 19
3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA ............................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 23

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan ekonomi di Indonesia telah berkembang kearah yang lebih. Hal ini

terlihat sejalan dengan pesatnya perkembangan dunia bisnis dimana semakin banyak

orang yang mengembangkan usaha. Kondisi pertumbuhan bisnis sekarang ini cukup

tinggi dilihat dari banyaknya perusahaan-perusahaan dengan produk yang sejenis sebagai

pesaing dalam memperebutkan mangsa pasar dan konsumen.

Strategi merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan dimana strategi

merupakan suatu cara mencapai tujuan dari sebuah perusaahaan. Dengan melakukan

penerapan strategi pemasaran yang akurat melalui pemanfaatan peluang dalam

meningkatkan penjualan, sehingga posisi atau kedudukan perusahaan dipasar dapat

ditingkatkan atau dipertahankan.

Minuman teh merupakan minuman yang digemari konsumen rumah makan karena

harganya terjangkau dan dapat dijadikan pendamping makanan. Teh poci merupakan

minuman yang banyak dikonsumsi oleh masyarat. Minuman teh poci yang dijual oleh

pedagang kaki lima tidak mempunyai standar kebersihan dalam penyajian, hal ini

disebabkan oleh lokasi pedagang kaki lima tidak mempunyai standar kebersihan dalam

penyajian. Teh poci yang dijual dipasar biasanya menggunakan air yang dimasak sendiri

atau air dari depot air minum isi ulang yang masih belum terjamin standar kebersihannya.

Salah satu penyakit yang disebabkan oleh minuman yang tercemar adalah diare.

Berdasarkan laporan WHO (World Health Organization ) tahun 2001 terdapat 20 juta

kasus diare pertahun dengan 2,1 juta meninggal karena masalah kebersihan minum.

3
Bisnis usaha teh poci merupakan bisnis yang didirikan pada tahun 2009. Selama 2

tahun usaha ini belum ada perkembangan pemasarannya, pemasarannya masih

dilingkungan rumah saja dan penjualannya masih melalui mulut kemulut. Sekitar tahun

2012 perusahaan mulai melakukan pemasaran ke agen dan ke sekolah dan hingga

sekarang.

Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia, Undang Undang

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 memberi batasan tentang kesehatan

yaitu kesehatan adalah keadaan sehat , baik secara fisik,mental,spiritual,maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Menurut Dapartermen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1993 tentang pedoman

Pelatihan Teknisi Laboratorium Pemeriksaan Bakteriologis Air, air minum yang ideal

seharusnya jernih tidak berwarna, dan tidak berbau. Air minum pun seharusnya tidak

mengandung kuman patogen dan segala bentuk makhluk yang membahayakan kesehatan

manusia, tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh dan dapat

merugikan secara ekonomis.

Bagi ahli kebersihan air minum tidak semua jasad renik didalam air penting, tetapi hanya

sekelompok kuman tergolong penting seperti kuman-kuman coliform, yaitu kuman yang

tumbuh cepat dan terdapat dalam kotor manusia. Penyakit-penyakit utama yang tumbuh

cepat dan terdapat dalam kotoran manusia. Penyakit-penyakit utama yang ditularkan lewat

air ialah : disentri,kolera,dan tifoid. Penyakit tersebut adalah penyakit usus sehingga

kuman-kuman penyebabnya terdaapat dalam tinja. Untuk menentukan apakah air tdapat

diminum atau tidak haruslah dipenuhi syarat-syarat fisik,kimia dan bakteriologik. Syarat

bakteriologik ialah bahwa air tersebut tidak mengandung kuman coliform (Misnadiarly dan

Djajaningrat 2014).

4
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

492/MENKES/PER/IV/2010. Tentang persyaratan kualitas air minum, yang dimaksud air

minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang

memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum aman bagi kesehatan

apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif, dengan jumlah

bakteri coliform adalah 0 MPN/100 ml.

Bakteri coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya

polusi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produk

produk susu. Adanya bakteri coliform didalam makanan atau minuman menunjukan

kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik dan toksigenetik yang

berbahaya bagi kesehatan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah nilai MPN coliform pada sampel teh poci yang diambil sesuai dengan standar

kualitas air baku ?

2. Apakah terdapat bakteri e.coli pada sampel teh poci ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pencemaran bakteri coliform pada minu teh poci.

2. Untuk mengetahui jumlah MPN (Most Probable Number) pada minuman teh poci.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Untuk menambah dan memperluas pengetahuan mikroba bakteri coliform pada

minuman.

2. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat agar lebih selektif untuk memilih

jenis minuman yang aman untuk dikonsumsi.

5
3. Untuk memberikan informasi kepada pedagang agar lebih memperhatikan hygiene

sanitasi pada pengolahannya.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 AIR

Air baku merupakan air bersih yang dapat dipakai untuk kebutuhan air minum, air

rumah tangga , industri, maupun untuk sarana rekreasi seperti kolam renang. Untuk

memenuhi air baku yang semakin hari semakin bertambah maka air baku dapat diperoleh dari

sungai, air tanah dan air sumur. Air yang dipakai untuk air baku harus memenuhi syarat

sesuai dengan kegunaannya. Dan air baku dapat berasal dari sumber permukaan, cengkungan

air tanah, atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum

maupun air bersih (Prayitno ,2009).

Berdasarkan peraturan Mentri kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang “Syarat –

syarat Pengawasan kualitas Air”, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari

– hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah

dimasak. Adapun syarat- syarat kesehatan air bersih adalah :

1. Persyaratan bakteriologis

Parameter persyaratan bakteriologis adalah jumlah maksimum E.coli atau fecal coli

dan total bakteri coliform per 100 ml sampel. Persyaratan tersebut harus dipenuhi oleh air

minum, air masuk sistem distribusi, dan air pada sistem distribusi. ( Joko, 2010 : 12 ). Resiko

terbesar dari ikroba di dalam air terkait konsumsi air minum yang terkontaminasi tinja

manusia dan binatang walaupun sumber dan jalur pajanan lain mungkin juga signifikan

(Widyastuti, 2011 : 182 ).

2. Persyaratan fisik

Dalam standar fisik air bersih terdapat lima unsur yang harus diperhatikan yaitu :

7
a. Suhu

Air dinngin umumnya lebih dapat dirasakan dari pada air hangat, dan suhu akan

berdampak pada kelayakan sejumlah komponen anorganik dan kontaminasi kimia lain yang

dapat mempengaruhi ras. Suhu air yang tinggi akan mempercepat perkembangan

mikroorganisme dan dapat memperbanyak masalah rasa bau,warna,dan korosi ( Widyastuti,

2011 : 325 ).

b. Kekeruhan (Turbidatas)

Kekeruhan atau turbidatas disebabkan oleh banyak faktor antara lain adanya bahan

yang tidak terlarut seperti debu,tanah liat,bahan organik atau anorganik dan mikroorganisme

air. Disini berakibat air kotor dan tidak jernih. Turbidity mengganggu penetrasi sinar

matahari,sehingga mengganggu photosynthesis tanaman air,selain itu bakteri patogen dapat

berlindung didalam atau disekiitar bahan penyebab turbidity ( Sutrisno,2010 : 71 ).

c. Warna

Air yang bersih harus berwarna jernih atau tidak boleh berwarna. Pemeriksaan warna

dapat dilakukan dengan kalorimeter. Batasan yang diperbolehkan untuk air minum adalah

kurang lebih dari 15 unit ( Chandra,2012 : 66 ).

d. Rasa dan Bau

Rasa dan bau bisa dapat berasal dari kontaminan kimia anorganik dan organik serta

sumber atau proses biologis (mis. Mikroorganisme akuatik) dari kontaminan zat kimia

sintesis dari korosi atau sebagai hasil pengobatan penyimpanan dan distribusi akibat aktivitas

mikroba. Rasa dan bau dalam air minum menjadi petunjuk beberapa bentuk pencemaran atau

penyimpangan selama masa pengolahan atau distribusi air. Hal tersebut tentunya juga dapat

menjadi petunjuk keberadaan substansi yang potensial berbahaya (Widyastuti,2011 : 312).

8
3. Persyaratan Kimiawi

Sebagian besar zat kimia yang terbentuk dalam air minum menjadi masalah kesehatan

hanya setalah berlangsung pajanan selama beberapa tahun,bukan hitungan bulan. Biasa

perubahan mutu air berlangsung secara progresif kecuali untuk substansi yang dilepas atau

merembes secara perlahan kedalam aliran air permukaan atau persediaan air tanah,misalnya

dari lokasi akhir penimbunan sampah (Widyastuti, 2011 : 216).

4. Persyaratan Radiologi

Bahaya radiologi dapat berasal dari radiasi pengion yang dipancarkan oleh sejumlah

zat radioaktif (zat kimia) dalam air minum. Bahaya semacam itu dari air minum jarang

menimbulkan masalah besar dalam kesehatan masyarakat,dan pajanan radiasi air minum

harus dikaji bersamaan dengan pejanan dari sumber lain (Widyastuti, 2011 : 291).

Sumber cemaran adalah proses dapat terjadi dari sumber air baku,selama proses

pengolahan ataupun pada pipa distribusinya. Biasanya terjadi karena :

1. Kontaminasi sumber air baku

Sungai , danau , air tanah merupakan sumber air baku air minum untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat umum maupun kebutuhan industri. Dengan semakin cepatnya

pertumbuhan penduduk dengan segala aktivitasnya telah menyebabkan menurunnya kualitas

sumber sumber air tersebut. Pertumbuhan diperkotaan tanpa diimbangi dengan fasilitas

sanitasi yang memadai telah menyebabkan penurunan kualitas lingkungan.

2. Kontaminasi selama proses pengolahan

Teknologi dan prosedur operasi dapat digunakan untuk mencegah masuknya senyawa

polutan kedalam air minum. Akan tetapi dengan semakin buruknya kualitas air bakunya

maka biaya produksinya menjadi semakin besar pula. Untuk menghilangkan kotoran dalam

air baku misalnya zat organik,padatan tersuspemsi,bau,dan bakteri patogen,banyak

menggunakan bahan koagulan misal alum,garam besi atau koagulan dari bahan polimer,zat

9
alkali dan juga senyawa untuk membunuh bakteri patogen misalnya gas khlorine atau kaporit

atau zat oksidant lainnya,dan semua itu menunggalkan zat sisa atau prosuk hasil sampling

didalam air olahannya.

3. Kontaminasi pada sistem distribusi

Pencemaran air dapat terjadi juga selama proses pengolahan,yaitu selama mengalirkan

dari tempat pengolahan ke konsumen di dalam sistem perpipaan distribusi. Pipa yang

digunakan pada distribusi air minum pada umumnya dari bahan besi galvanis,tembaga,semen

asbestos,atau bahan polimer misalnya PVC dan lainnya. Semua bahan bahan tersebut dapat

memberikan kontribusi didakam pencemaran air minum terutama apabila pH air agak rendah

dan bersifat korosif. Logam timbal (Pb) , tembaga (Cu) , kadmium (Cd) dan hidrokarbon

poliamiratis adalah senyawa polutan yang umum terjadi selama air mengalir pada pipa

distribusi. Adanya kerusakan atau kebocoran pipa dapat menyebabkan masuknya air tanah

kedalam sistem distribusi terutama apabila tekanan airnya rendah dan lebih kecil dari tekanan

air tanah. Dengan masuknya air tanah kedalam sistem distribusi akan menyebabkan

pencemaran baik secara kimiawi maupun pencemaran biologis.

2.2 TEH

1. Sejarah teh

Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684 berupa biji teh dari jepang

yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun 1994 terdapat teh

perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Jakarta. Teh jenis Assam mulai masuk ke

Indonesia dari Sri Lanka (Ceylon) pada 1877 dan ditanam di Kebun Gambung , Jawa

Barat oleh R.E Kerk Hoven. Sejak saat itu, teh China secara berangsur angsur diganti

oleh teh Assam sejalan dengan perkembangan industri teh di Indonesia mengalami

10
pasang surut sesuai dengan situasi pasar dunia maupun Indonesia antara lain pada masa

pendudukan Jepang (1942 – 1945). Banyak areal perkebunan teh menjadi terlantar.

Tanaman teh dapat tumbuh hingga setinggi 6-9 meter. Diperkebunan-perkebunan

tanaman teh dipertahankan hanya sekitar 1 meter tingginya dengan pemangkasan secara

berkala. Hal ini untuk memudahkan pemetikan daun dan agar diperoleh tunas-tunas

daun teh yang cukup banyak. Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya

secara terus menerus setelah 5 tahun dan dapat memberikan hasil daun teh yang cukup

besar selama 40 tahun baru kemudian diadakan peremajaan. Tanaman ini dapat tumbuh

dengan subur didaerah ketinggian 200-2000 meter diatas permukaan laut. Semakin

tinggi letak daerahnya,semakin menghasilkan mutu teh yang baik.

2. Manfaat teh

a) Sebagai antioksidan

 Mencegah pembentukan radikal (bebas) oksigen dalam tubuh.

 Melindungi lemak dalam plasma darah.

 Melindungi kerusakan minyak dan lemak makan,dapat digunakan sebagai

pewarna alami.

b) Anti radiasi

c) Anti mutasi gen

d) Anti tumor

 Menekan pertumbuhan sel tumor.

 Menekan pemprosesan bentuk tumor.

 Menekan kanker payudara yang tumbuh spontan.

e) Menghambat aktivitas enzim

f) Anti peningkatan kolesterol

g) Anti peningkatan darah

11
h) Anti peningkatan kadar gula darah

i) Anti koreng

2.1 DEFINISI BAKTERI

Bakteri adalah sebuah kelompok mikroorganisme bersel tunggal dengan konfigurasi

selular prokariotik (tidak mempunyai selubung inti). Bakteri sebagai makhkuk hidup

tertentu memiliki informasi genetik berupa DNA, tapi tidak terkolerasi dalam tempat

khusus (nukleus) dan tidak ada membran inti. DNA pada bakteri berbentuk sirkuler,

panjang dan biasa disebut nukleoid (Prasetyo,2009).

2.2 BAKTERI COLIFORM

Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal yaitu hidup didalam saluran

pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri

patogenik lain. Penentuan bakteri coliform menjadi indikator pencemaran dikarenakan

jumlah koloninya pasti berkolerasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu,

mendeteksi bakteri colifom jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi

bakteri patogenik lain. Contoh bakteri coliform adalah E.coli dan Enterobacter

aerogenes. Jadi coliform indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform artinya

kualitas air tersebut semakin baik (Khairunnisa,2012)

Kelompok bakteri colifom terdiri atas E.coli, Enterobacter aerogenes , Citrobacter

fruendii dan baktei lainnya. Meskipun jenis bakteri ini tidak menimbulkan penyakit

tertentu secara langsung. Keberadaannya didalam air minum menunjukan tingkat sanitasi

rendah. Oleh karena itu, air minum harus bebas dari semua jenis colifom. Bakteri colifom

dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu :

a) Coliform fekal , misalnya E.coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran

hewan atau manusia.

12
b) Coliform non fekal, misalnya Enterrobacter aeroginosa biasanya ditemukan

pada hewan atau tanaman yang telah mati.

Sifat sifat bakteri coliform yang penting menurut Mahdiasanti (2010) antara lain :

 Mampu tumbuh baik pada beberapa jenis substrat dan dapat mempergunakan berbagai

jenis karbohidrat dan komponen organik lain sebagai sumber energi dan beberapa

komponen nitrogen sederhana sebagai sumber nitrogen.

 Meempunyai sifat dapat mensisteva vitamin.

 Mempunyai interval pertumbuhan antara 10 – 46,5 .

 Mampu menghasilkan asam dan gas.

 Dapat menghilangkan rasa pada bahan pangan.

2.3 BAKTERI E.COLI

Escherichia coli merupakan salah satu bakteri colifom yang termasuk dalam famili

Enterobacteriaceace. Enterobacteriaceace merupakan bakteri enterik atau bakteri yang

dapat hidup dan bertahan didalam saluran pencernaan. Escherichia coli merupakan

bakteri berbentuk batang bersifat gram negatif , fakultatif anaerob, tidak membuat spora

dan merupakan flora alami pada usus mamalia (Yang dan Wang 2014).

Beberapa strain bakteri ini memberikan manfaat bagi manusia,misalnya mencegah

kolonisasi bakteri patogen pada pencernaan manusia. Namun ada beberapa kelompok lain

yang dapat menyebabkan penyakit bagi manusia, yang dikenal sebagai Escherichia coli

patogen. Escherichia coli patogen pertama kali teridentifikasi pada tahun 1935 sebagai

penyebab diare (Manning , 2010).

Kempuan Escherichia coli untuk bertahan diberbagai kondisi lingkungan salah satu

keuntungan yang menyebabkan seringnya penggunaan E.coli sebagai organisme model.

Organisme model adalah spesies yang dipelajari secara ekstensif untuk memahami

fonomena tertentu dengan tujuan hasil yang diperoleh dapat diterapkan untuk spesies lain.

13
E.coli juga dapat tumbuh dengan cepat (dengan waktu generasi sekitar 20 – 30 menit)

ketika dikulturkan pada media pertumbuhan dan selnya tidak menggumpal

(Cronan,2014).

Patogenis E.coli patogen ditentukan berdasarkan faktor atau gen virulensi spesifik

yang dimiliki bakteri tersebut. Gen vurelensi ini terdapat pada kromosom atau plasmid

indugenus ataupun berasal dari mikroorganisme lainnya. Kombinasi gen vurelensi ini

menentukan penotipe E.coli dan masing – masing penotipe menyebabkan gejala klinis

tertentu yang berbeda. Studi genetik terkait faktor virulensi terus berkembang baik pada

strain E.coli komersal maupun patogen, Strain E.coli patogen mungkin berasal dari strain

komensal dengan perolehan virulensi dari kromosom maupun ekstrakromosom, adanya

perubahan genom yang dapat meningkatkan patogenesis atau mutasi acak yang dapat

meningkatkan adaptasi pada lingkungan patogen.

2.4 MPN (Most Probable Number)

Metode MPN yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba tertentu yang

terdapat diantara campuran mikroba lain, misalnya jika digunakan untuk media kaldu

laktosa ditunjukkan dengan terbentuknya MPN kelompok bakteri coliform, termasuk juga

bakteri-bakteri yang dapat memfermentasi laktosa.

Prinsip metode MPN dengan menggunakan medium cair didalam tabung reaksi.

Perhitungan MPN berdasarkan jumlah tabung reaksi yang positif dapat dilihat dengan

mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas didalam tabung kecil (tabung

durham) yang diletakan pada posisi terbalik yaitu, untuk bakteri yang membentuk gas.

Untuk setiap pengenceran pada umumnya dengan menggunakan zat atau 5 seri tabung.

Lebih banyak tabung yang digunakan menunjukan ketelitian yang lebih tinggi, tetapi

tabung reaksi yang digunakan jauh lebih banyak.

14
Hasil pemeriksaan golongan coli dengan sistem tabung dinyatakan dengan indeks

MPN (Most Probable Number) atau JPT (Jumlah Perkiraan Terdekat). Indeks ini merupakan

indeks dari jumlah kuman golongan coli yang paling mungkin, dan bukan perhitungan yang

sesungguhnya. Walaupun begitu, hasil ini memberikan angka yang dapat digunakan untuk

menunjukkan kualitas air (Widjowati dan Harijoto, 1977).

Pemeriksaan bakteriologi dengan metode MPN, terdiri dari 3 tahap, yaitu:

a. Presumtive Test ( test pendugaan )

Pada test pendugaan digunakan media laktosa broth dan memerlulakan waktu inkubasi

selama 2x24 jam pada suhu 37°C. Jika dalam waktu tersebut terbentuk gas dalam tabung

durham maka test dinyatakan positif dan dilanjutkan pada tes berikutnya yaitu Convirmatife

test.

b. Convirmatife Test ( tes penegasan )

Pada tes penegasan digunakan medium Brilliant Green Lactosa Bille (BGLB) yang dibuat 2

seri. Convirmatife test membutuhkan waktu 2x24 jam dengan suhu 37°C untuk koliform non

fekal dan 40°C untuk koliform fekal. Jika terbentuk gas dalam tabung durham maka

Convirmatife test dinyatakan positif dan dilanjutkan pada tes Completed test.

c. Completed Test ( tes pelengkap )

Pada test pelengkap ini digunakan medium Endo Agar (EA) apabila terbentuk koloni yang

berwarna hijau metalik maka dilanjutkan ke uji bokimia yaitu : TSIA, SIM, MR-VP, Sitrat.

Metode MPN yang digunakan, yaitu :

3 x 10 ml, 3 x 1 ml, 3 x 0,1 ml.

15
Tabel I.

Nilai MPN Dengan Tingkat Kepercayaan 95% Jika Menggunakan 3 Tabung

Jumlah Tabung (+) Gas Index MPN

10 ml 1 ml 0,1 ml Per 100 ml

0 0 0 <3

0 0 1 3

0 1 0 3

1 0 0 4

1 0 1 7

1 1 0 7

1 1 1 11

1 2 0 11

2 0 0 9

2 0 1 14

2 1 0 15

2 1 1 20

2 2 0 21

2 2 1 28

3 0 0 23

3 0 1 39

3 0 2 64

3 1 0 43

3 1 1 75

3 1 2 120

3 2 0 93

16
3 2 1 150

3 2 2 210

3 3 0 240

3 3 1 460

3 3 2 1100

3 3 3 > 2400

17
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional Variabel

Untuk memperjelas di dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan beberapa

variabel yang digunakan di dalam penelitian seperti yang terdapat pada table di bawah ini :

Tabel II

Definisi Operasional

Variabel Terikat Definifi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Operasional

Kuaitas bakteri Diihat dari Pemeriksaa Hitung Jumlah a. Memenuhi syarat Nominal

pada air bersih pemeriksaan n Kuman (HJK) menurut Permenkes

bakteri yaitu laboratoriu dan MPN No. 32 Tahun 2017

total koliform m b. Tidak memenuhi

maksimal 50 syarat menurut

CFU/100 ml Permenkes No. 32

sedangkan Tahun 2017

E.coli 0

CFU/100 ml

18
3.2 TEMPAT PENELITIAN

Sampel penelitian ini diambil dari minuman teh poci yang dijual di sepanjang

jalan Raya di Pasar Raya Padang.

3.3 POPULASI SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini aadalah minuman es teh yang dijual disepanjang

jalan Raya di Pasar Raya Padang.

3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

 Melakukan survey lapangan.

 Melakukan wawancara untuk menemukan faktor total coliform per 100 ml air

minum adalah 0.

 Melakukan pengolahan data.

 Menyajikan data dalam bentuk tabel.

3.2 INSTRUMEN PENELITIAN

No ALAT – ALAT MEDIA REAGENSIA

1 Botol sample LBSS Aquadest Steril

2 Pipet Ukur 10 ml LBDS NaCl Fisiologis

3 Pipet Ukur 1 ml PCA Larutan Erlich

4 Tabung Reaksi BGLB Larutan Methyl Red

5 Rak Tabung EA Larutan Gentian Violet

6 Cawan Petri TSIA Larutan Lugol

7 Lampu Spirtus SCA Larutan Fuksin

8 Erlenmeyer 250 ml MR Alkohol 96%

9 Erlenmeyer 100 ml VP Imersi Oil

19
10 Inkubator SIM Alfa Naftol

11 Mikroskop KOH 10%

12 Rak Pewarnaan

13 Ose

14 Nalden

15 Korek Api

16 Objek Glass

17 Lable

MPN (Most Probable Number) :

Tahapan tes perkiraan (presumtive test) :

1) Siapkan 3 buah tabung berisi media LBDS dan 6 buah tabung berisi media LBSS.

2) Ambil masing –masing 10 ml sampel masukkan kedalam media DS (1), DS (2), DS

(3) dan beri label 101, 102, 103. Kemudian ambil kembali sampel masing –masing 1

ml dan masukan ke dalam 3 buah tabung SS dan beri label 1 1, 12, 13. Dan ambil

kembali sampel masing –masing 0,1 ml dan masukkan ke dalam 3 buah tabung SS

dan beri label 0,11, 0,12, 0,13. Pekerjaan ini dilakukan secara aseptis.

3) Inkubasi 9 tabung ke dalam inkubator suhu 37Oc selama 24 – 48 jam.

Tahapan tes pasti (Convirmatife test) :

1) Disiapkan media BGLB dengan jumlah tabung sesuai dengan hasil positif dari

tes perkiraan.

2) Ambil sebanyak 1 ose dari media DS atau SS yang positif dengan ditandai

terjadinya kekeruhan dan adanya gas pada tabung durham dan kemudian

tanamkan kedalam media BGLB. Inkubasi media tersebut. 1 seri pada

20
inkubator suhu 37Oc dan 1 seri pada inkubator suhu 40– 45Oc, selama 24 – 48

jam.

Tahapan tes lengkap (Completed test) :

1) Disiapkan media EA sebanyak jumlah hasil positif, 1 buah cawan petri dapat

digunakan untuk 3 buah pengenceran.

2) Dengan menggunakan ose ambil sampel dari media BGLB positif kemudian

tanamkan secara tipis dan merata pada permukaan agar, kemudian pada suhu

yang sesuai dengan suhu dari BGLB selam 24 – 48 jam.

3) Hasil yang positif dilanjutkan dengan rangkaian tes biokimia (TSIA, SCA,

SIM, MR dan VP) seluruh tes ini diinkubasi pada suhu 37 Oc selama 24 jam.

21
SKEMA KERJA MPN

101 102 103 11 12 13 0,11 0,12 0,13

Inkubasi 37oC @ 1 ose @ 1 ose


s/d 24 – 48 jam @ 1 ose

CONFIRMATIVE
TEST

@ 1 ose @ 1 ose @ 1 ose

suhu40oC
24 – 48 jam
(fecal)

Completed test
Media EA
 Fecal (suhu 37oC 24 – 48jam) Uji Biokimia
 Non Fecal (suhu 40oC 24 – 48)
)jam)

22
DAFTAR PUSTAKA

Chandra, B, Pengantar kesehatan Lingkungan, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2012.

Clonan ,JE . 2014 . Escherichia coli as an exprimental orgasm. Moleculer Biology. John

Wiley and Sons Ltd. Advenced article. doi: 10.1002/9780470015902.a0002026.pub2.

Dapertemen kesehatan Republik Indonesia.2003. surat KeputusanMenteri kesehatan Nomor

942/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Jakarta.

Dapartemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan no. 492 tahun 2010 tentang persyaratan
air kualitas Air minum.2010.

Herawati,W.D .2017.Teknik Budidaya Tanaman Teh. Jogyakarta : TRANS IDEA PUBLISHING.

J , El , Dra. Sy. Miftahul 2005, Penuntun Praktek Mikrobiologi Ligkungan Semester 5.

Joko, T , Unit Air Baku dalam Sistim Penyediaan Air Minum, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010.

Jurnal kesehatan Andalas.2015.

Jurnal Surya Medika volume 2 No.1 (2016).

Khairunnisa, C .2012. Pengaruh Jarak dan Konstruksi Sumur serta Tindakan Penggunaan Air terhadap

Jumlah Coliform Air Sumur Gali Penduduk disekitar Pasar Hewan Desa Cempeuk kecamatan Tanah

Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012. Tesis . Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Manning, SD. 2010. Deadly Diases and Epidemics : Escherichia coli infection ,Ed ke 2. New
York : Chelsea Publishers.

Misnadiarly dan Djajaningrat, H. 2014. Mikrobiologi Untuk Klinik Dan Laboratorium. Jakarta ; Rineka
Cipta.

Prayitno, Agus. 2009. Uji Bakteriologi Air Baku dan Air Siap Konsumsi dari PDAM Surakarta Ditinjau
dari semua bakteri coliform. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Rahayu winiati ,Nurjanah Siti , dan Komalasari Ema. 2018. Escherichia coli :
Patogenesis,Analisis, dan Kajian Risiko. Bogor : PT Penerbit IPB Press.

23
Sutriono, T , Teknologi Penyediaan Air Bersih, Jakarta : Rineka Cipta, 2010.

Widyastuti, P , dan Apriningsih , Pedoman Mutu Air Minum, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC,2011.

World Health Organization (WHO). Guidelines for drink-water quality. Malta ; WHO press ; 2011.

Yang X, Wang H.2014. pathogenic E.coli. Lacombe Reseach Center , Lacombe ,Canada.

24

Anda mungkin juga menyukai