Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERBEDAAN PENGADILAN BIASA DAN


PENGADILAN HAM

DISUSUN OLEH :

CENDANI LESIANA
NPM. B1A017014

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Bismillaahirohmaanirrohiim
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat, rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Perbedaan Pengadilan Biasa Dan Pengadilan Ham”. Makalah ini kami susun
berdasarkan sumber-sumber tertulis, baik dalam suatu bidang mata kuliah maupun
dari media teknologi ataupun elektronika.
Dengan segala kerendahan hati kami menyajikan makalah ini, sebab kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kendati demikian
kami telah berusaha maksimal agar makalah ini menjadi sebuah tugas yang
memiliki nilai manfaat.Kami menyadari bahwa dalam makalah yang kami susun
ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan baik pengetikan maupun isi dari
makalah ini. Namun demikian, setidaknya dapat memberikan gambaran secara
minimal hasil kami menelaah segala kajian tentang judul makalah ini.
Oleh sebab itu saran dan kritik yang bersifat perbaikan serta penyempurnaan
makalah ini kami menerima dengan segala kelapangan dada, dan kami
mengucapkan mohon maaf atas segala kekurangan dan terima kasih bila ada saran
dan kritik untuk penyempurnaan, agar di masa akan datang kami dapat membuat
makalah lebih baik. Semoga Allah SWT meridhoi usaha serta kerja kami dan
diharapkan makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan semua pihak.

Bengkulu, Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ....................................................................................... 3
B. Sifat ................................................................................................ 4
C. Kejahatan atau Pelanggaran HAM yang Ditangani ....................... 5
D. Kedudukan ..................................................................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 8
B. Saran ............................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jika kita melihat sejarah bangsa ini, maka akan kita dapati banyak hal
yang menyebabkan terbentuknya pengadilan Ham. Pada masa orde baru
memengang tampuk kekuasaan, selama 33 tahun (1965-1998) terlalu banyak
tindakan-tindakan yang melanggar dari pada hak-hak asasi manusia yang
dilakukan karena perilaku negara dan aparatnya yang memerintah Secara
otoriter. Sehingga Indonesia dikenal dengan negara yang paling buruk dalam
hal hak asasi manusia. Banyak kasus yang telah terjadi, mulai dari kasus
timor-timur pra referendum, Tanjung Priok, Trisakti, Semanggi, kasus-kasus
di papua dan Dom di Aceh.
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) menyebutkan data
pada triwulan pertama 1998 telah terjadi 1.629 pelanggaran HAM yang
fundamental yang tergolong ke dalam hak-hak yang tak dapat dikurangi di 12
propinsi yang menjadi sumber data. Hak-hak tersebut adalah hak atas hidup,
hak bebas dari penyiksaan, hak bebas dari penangkapan sewenang-wenang,
hak bebas dari pemusnahan seketika, dan hak bebas dari penghilangan paksa.
Dengan adanya pembentukan pengadilan Ham yang khusus ini, maka
akan lebih mudah dalam menjerat pelanggar ham itu sendiri. Namun bukan
berarti tindakan yang dilakukan oleh pelanggar ham tersebut tidak diatur
didalam undang-undang. Tindakan tersebut sangat jelas diatur didalam KUHP
namun tidakan itu tergolong kedalam tindakan kejahatan yang biasa atau
ordinary crime, yang jika dibandingkan dengan pelanggaran HAM yang berat
harus memenuhi beberapa unsur atau karakteristik tertentu yang sesuai dengan
Statuta Roma 1999 untuk bisa diklasifikasikan sebagai pelanggaran HAM
yang berat.
Sedangkan tindakan kejahatan yang melanggar ham dalam tuntutan
internasional merupakan tindakan kejahatan yang extra ordinary crimes, yang
berdampak Secara luas baik tingkat nasional maupun internasional.

1
Pelanggaran tersebut menimbulkan kerugian baik materiil maupun immaterial
yang menyebabkan perasaan tidak aman bagi orang Secara individual,
maupun orang Secara kelompok. Dengan perumusan yang berbeda ini tidak
mungkin menyamakan perlakuan dalam menyelesaikan masalahnya, artinya
KUHP tidak dapat untuk menjerat secara efektif para pelaku pelanggaran
HAM yang berat. Disamping itu sesuai dengan prinsip International Criminal
Court, khususnya prinsip universal yang tidak mungkin memperlakukan
pelanggaran HAM berat sebagai ordinary crimes dan adanya kualifikasi
universal tentang crimes against humanity masyarakat mengharuskan
didayagunakannya pengadilan HAM yang bersifat khusus, yang mengandung
pula acara pidana yang bersifat khusus pula (Muladi:2000). Atas dasar
tersebut, maka pada tanggal 27 desember 2002 dikeluarkanlah undang-undang
no 26 tahun 2002 tentang pengadilan hak asasi manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Perbedaan Pengertian Pengadilan Biasa Dan Pengadilan Ham?
2. Jelaskan Sifat Pengadilan Biasa Dan Pengadilan Ham?
3. Jelaskan Kejahatan atau Pelanggaran HAM yang Ditangani?
4. Jelaskan Perbedaan Kedudukan6 Pengadilan Biasa Dan Pengadilan Ham?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami Perbedaan Pengertian Pengadilan Biasa
Dan Pengadilan Ham
2. Untuk mengetahui dan memahami Sifat Pengadilan Biasa Dan Pengadilan
Ham
3. Untuk mengetahui dan memahami Kejahatan atau Pelanggaran HAM yang
Ditangani
4. Untuk mengetahui dan memahami Perbedaan Kedudukan6 Pengadilan
Biasa Dan Pengadilan Ham

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Perbedaan yang pertama dapat dilihat dari perbedaan pengertian dari
Pengadilan HAM dan Pengadilan HAM Ad Hoc itu sendiri. Walaupun pada
dasarnya, keduanya sama-sama merupakan pengadilan yang mengatasi
kejahatan atau pun pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia.
1. Pengadilan HAM Biasa
Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus untuk mengatasi
atau memproses kejahatan maupun pelanggaran Hak Asasi Manusia yang
terjadi, baik yang bersifat pelanggaran ringan maupun pelanggaran berat.
Pengadilan HAM juga salah satu Pengadilan khusus yang dibentuk di
lingkungan Peradilan Umum.
Peradilan Umum (Peradilan Sipil) adalah lingkungan peradilan di
bawah Mahkamah Agung yang menjalankan kekuasaan kehakiman bagi
rakyat pencari keadilan pada umumnya.
Sementara, menurut UU No. 2 pasal 2 Tahun 1986 tentang ketentuan
umum, bahwa peradilan umum merupakan pelaksanaan kekuasaan
kehakiman bagi siapa saja yang ingin mencari keadilan. Jika seseorang
melakukan suatu pelanggaran, maka dapat diberikan hukuman serta diadili
pada lingkungan peradilan umum. Selanjutnya, dalam UU No.2 pasal 3
ayat 1 Tahun 1986, kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan umum
dilaksanakan oleh Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi dimana
Mahkamah Agung adalah puncak dari Pengadilan Negara Tertinggi.
2. Pengadilan HAM
Pengadilan HAM merupakan pengadilan yang dibentuk dan
memiliki wewenang untuk memproses kejahatan atau pelanggaran HAM
yang dilakukan seseorang atau kelompok yang bersifat pelanggaran berat
saja dan juga merugikan. Pengadilan HAM Ad Hoc juga ditujukan untuk

3
memelihara perdamaian dan juga memberikan perasaan aman dan juga
adil bagi setiap orang atau pun kelompok yang bersangkutan.
Pengadilan Hak Asasi Manusia (disingkat Pengadilan HAM) adalah
Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat.
Pengadilan Hak Asasi Manusia merupakan salah satu Pengadilan Khusus
yang berada di lingkungan Peradilan Umum.
Dalam pasal 1 ayat 2 atau dasar hukum HAM, pengadilan HAM
merupakan suatu pengadilan khusus untuk menangani masalah hak asasi
manusia yang berat. Pengadilan HAM tediri dari dua bentuk, yaitu
pengadilan bersifat permanen adalah pengadilan yang menangani atau
mengusut jenis-jenis pelanggaran HAM yang dilakukan setelah Undang-
Undang HAM disahkan. Salah satu perbedaan pengadilan HAM dan
pengadilan HAM Ad Hoc di Indonesia adalah pengadilan HAM yang
bersifat ad hoc merupakan pengadilan yang menyelesaikan pelanggaran
HAM sebelum Undang-Undang HAM disahkan.

B. Sifat
Perbedaan kedua dari Pengadilan HAM Biasa dan Pengadilan HAM
adalah dari sifat kedua pengadilan yang dibentuk tersebut. Memang keduanya
merupakan Pengadilan yang dibentuk dan didasarkan pada UU No. 26 Tahun
2000 tentang peradilan HAM yang diberlakukan di Indonesia. Namun dari
landasan hukum tersebut pula dapat dilihat sifat dari kedua Pengadilan HAM
yang berlaku di Indonesia.
Pengadilan HAM bersifat tetap atau permanen untuk mengatasi
pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi, baik yang bersifat ringan
maupun berat. Selama landasan hukumnya masih berlaku dan tidak merubah
kewenangan dari Peradilan HAM, maka kedudukannya akan tetap sama dan
tetap di Indonesia. Berbeda dengan Pengadilan HAM Ad Hoc dimana
memiliki sifat yang tidak tetap atau tidak permanen. Pengadilan HAM Ad Hoc
akan dibentuk ketika ada pelanggaran atau kejahatan HAM yang bersifat berat
dan merugikan saja, serta peristiwa-peristiwa tertentu saja. Artinya bahwa

4
Pengadilan HAM Ad Hoc bersifat sementara hingga kasus atau peristiwa yang
ditangani dianggap telah selesai diadili.

C. Kejahatan atau Pelanggaran HAM yang Ditangani


Kejahatan atau jenis-jenis pelanggaran HAM biasa sendiri sebenarnya
dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Ordinary Crimes yaitu kejahatan umum seperti pembunuhan, perampasan
kemerdekaan, penganiayaan, penyiksaan, perkosaan, dan lain sebagainya.
2. Extraordinary Crimes yaitu kejahatan atau pelanggaran berat atau tidak
umum, seperti kejahatan genocida, war crime, dan lain sebagainya.
Dilihat dari kedua jenis tersebut, pelanggaran atau kejahatan HAM yang
ditangani oleh Pengadilan HAM dan Pengadilan HAM Ad Hoc pastinya
berbeda. Secara umumnya, Pengadilan HAM akan menangani kejahatan atau
pelanggaran HAM yang termasuk kedalam Ordinary Crimes saja, sedangkan
Pengadilan HAM Ad Hoc akan menangani kejahatan atau pelanggaran yang
termasuk kedalam Extraordinary Crimes.
Kejahatan atau pelanggaran HAM biasa yang dapat diperiksa atau
diputuskan oleh Pengadilan Hukum HAM Ad Hoc merupakan perkara
pelanggaran HAM berat yang dilakukan sebelum keluarnya UU No. 26 Tahun
2000. Sebagai contoh seperti kasus pelanggaran HAM di Tanjung Priok
maupun peristiwa Timur-Timur yang melepaskan diri dari Indonesia.
Sedangkan Pengadilan HAM permanen memiliki wewenang untuk mengadili
maupun memutuskan perkara umum maupun berat yang terjadi setelah adanya
UU No. 26 Tahun 2000. Jadi segala kejahatan atau pelanggaran HAM yang
terjadi setelah diundangkannya UU No. 26 Tahun 2000 akan di adili melalui
Pengadilan HAM di Indonesia, itu juga merupakan salah satu tujuan
dibentuknya Pengadilan HAM.
Itulah beberapa perbedaan dari Pengadilan HAM biasa dan Pengadilan
HAM Ad Hoc. Dimana jika di lihat dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa Pengadilan yang digunakan untuk menangani kejahatan maupun
pelanggaran HAM saat ini maupun setelah munculnya UU No. 26 Tahun 2000

5
adalah Pengadilan HAM yang bersifat permanen. Sedangkan untuk kejahatan
atau pelanggaran HAM berat sebelum keluarnya UU No. 26 Tahun 2000 akan
diproses oleh Pengadilan HAM Ad Hoc, dimana Pengadilan HAM Ad Hoc ini
juga memiliki beberapa persyaratan untuk di bentuk. Beberapa syarat
pembentukannya diantaranya adalah:
1. Adanya dugaan kejahatan atau pelanggaran HAM yang berat atas hasil
penyelidikan yang telah dilakukan oleh Komnas HAM sebelumnya.
2. Adanya hasil dari penyelidikan yang dilakukan oleh Kejahatan Agung
terhadap peristiwa yang sama tersebut.
3. Adanya rekomendasi dari DPR kepada pemerintah untuk dibentuk
Pengadilan Hukum Ad Hoc, beserta dengan tempus dan locus delicti
tertentu didalamnya.
Keluarnya keputusan Presiden atau Keppres untuk di bentuk atau
didirikannya Pengadilan HAM Ad Hoc.

D. Kedudukan
Seperti kita ketahui, pengadilan HAM biasa adalah pengadilan khusus
yang berada di lingkungan peradilan umum dimana kedudukannya berada di
kabupaten atau kota. Kedudukan adanya tujuan dibentuknya Pengadilan HAM
sendiri tentunya mengikuti pengadilan Umum atau pengadilan Negeri
termasuk pada urusan administrasinya. Dukungan administrasi tersebut
meliputi :
1. Ruangan pengadilan
Ruangan pengadilan tersedia untuk kasus-kasus lainnya dan tidak
ada ruangan khusus bagi upaya penyelesaian pelanggaran HAM. Hal
inilah yang menjadi penyebab jika jadwal persidangan menyesuaikan
dengan jadwal persidangan lain yang dilakukan oleh pengadilan Negeri
tempat kasus pengadilan HAM digelar.
2. Staf administrasi dan panitera
Staf administrasi merupakan staf yang menangani kasus pelanggaran
Hak Asasi Manusia, sedangkan panitera adalah staf yang membantu hakim

6
mengadili pelanggaran HAM. Staf-staf ini juga diambilkan dari pengadilan
Negeri dan bukan staf yang secara khusus menangai pelanggaran HAM.
3. Ruangan hakim
Baik itu hakim ad hoc atau hakim karir, mereka memiliki ruangan
tersendiri.
Sementara pengadilan umum memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari
pengadilan HAM. Artinya, pengadilan HAM membawahi pengadilan-
pengadilan yang ada di bawahnya, diantaranya :
1. Pengadilan Negeri
Adalah pengadilan umum yang memeriksa dan memutuskan perkara
pada tingkat pertama dari semua perkara perdata atau pidana sipil pada
seluruh masyarakat serta orang asing sekalipun. Hal ini berbeda dengan
peradilan umum sebab peradilan umum adalah kekuasaan kehakiman bagi
seluruh rakyat untuk mencari keadilan secara umum.
2. Pengadilan Tinggi
Adalah pengadilan yang bertugas memeriksa ulang perkara yang
diputuskan dalam pengadilan negeri.
3. Mahkamah Agung
Adalah lembaga pengadilan tertinggi yang berada di Jakata sebagai
Ibu Kota Indonesia atau daerah-daerah yang ditetapkan Presiden.
4. Mahkamah Konstitusi
Adalah lembaga pengadilan tertinggi yang mengadili pada tingkat
petama dan terakhir dimana putusannya bersifat final. Hakim Konstitusi
yang disarankan terdiri dari 3 (tiga) orang dari Mahkamah Agung, 3 (tiga)
orang dari Dewan Perwakilan Rakyat dan 3 (tiga) orang dari Presiden.
Jabatannya adalah 5 (lima) tahun dan bisa dipilih ulang 1 kali guna masa
jabatan selanjutnya.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengadilan ham adalah suatu pengadilan khusus yang di buat untuk
mengadili orang-orang yang melakukan pelanggaran terhadap hak asasi
manusia yang telah disepakati oleh internasional. Namun ketentuan dalam
mengadilinya masih mengikuti pengadilan negeri atau pengadilan biasa.
Kedudukan pengadilan ham sama dengan kedudukan pengadilan negeri,
Cuma ada beberapa perbedaan yang sangat signifikan seperti perbedaan kasus
yang di adili.
Sejauh ini, pengadilan ham Indonesia masih belum mampu
menyelesaikan perkara-perkara yang telah diajukan oleh komnas ham. Dai
sekian banyak kasus yang telah dituntut, banyak yang tidak siap dan kalaupun
ada keputusan dari pengadilan ham tentang sebuah kasus, itu tidak
memberikan kepuasan bagi masyarakat. Dalam artian, masyarakat masih
beranggapan bahwa keputusan tersebut tidak adil.
Bahwa perbedaan yang paling mencolok adalah kedudukannya. Yakni,
pengadilan HAM adalah pengadilan yang berada di bawah kekuasaan
pengadilan Umum yang berlandaskan pada UU No.26 Tahun 2000.

B. Saran
Banyak hal yang harus dibenahi dalam pengadilan ham di Indonesia.
Terutama dalam hal hokum acara dalam pengadilan yang masih mengikuti
KUHAP. Dan lagi, pengadilan ham di indonesia masih meminjam kantor dari
pada pengadilan negeri. Ini dapat menghambat proses dari peradilan ham,
karena berbagai alasan. Misalnya saja akan terjadi perbenturan jadwal yang
menyebabkan mollornya atau ditundanya jadwal persidangan pengadilan ham.

8
DAFTAR PUSTAKA

KUHAP Indonesia
fauzan, Ahmad. 2005.Perundang-undangan lengkap tentang peradilan umum,
peradilan khusus dan mahkamah konstitusi. Jakarta:Kencana.
Krisnawat, Dani, dkk. 2006. Bunga rampai hukum pidana khusus. Jakarta Selatan:
Pena Pundit Aksara.
Sudidja, Eddy djunaedi karma.2006.Himpunan putusan-putusan mahkamah agung
dalam perkara hak asasi manusia. Jakarta: Tata Nusantara.
Abiding, Zainal. Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara X Tahun 2005
Materi : pengadilan ham Pengadilan hak asasi manusia di Indonesia.
www.elsam.or.id. www.kontras.com
www.kompas.com
bahwa perbedaan yang paling mencolok adalah kedudukannya. Yakni, pengadilan
HAM adalah pengadilan yang berada di bawah kekuasaan pengadilan
Umum. Demikian perbedaan Pengadilan HAM dan Pengadilan Umum,
semoga bermanfaat.
perbedaan Pengadilan HAM dan Pengadilan HAM Ad Hoc di Indonesia yang
berlandaskan pada UU No.26 Tahun 2000, sebagai salah satu macam
instrumen HAM

Anda mungkin juga menyukai