Muhammad Iqbal - Seni Islam
Muhammad Iqbal - Seni Islam
6
Iqbal mengatakan, bahwa seni tidak mempunyai arti tanpa
pertaliannya dengan kehidupan, manusia dan masyarakat.
Sehubungan dengan latar pribadi dengan kehidupan Iqbal, memang
tampak jelas bahwa gagasan seni yang umumnya dituangkan lewat
media puisi sangat ditentukan oleh kondisi sosial yang terjadi di
negerinya. Puisi-puisinya merupakan hasil dari reaksi
pemberontakannya melawan kemerosotan dan mentalitas budak
yang merasuk kedalam masyarakatnya, sebagai akibat tak
terelakkan dari kekuatan imprealisme Barat.
Sajak-sajak Iqbal yang menyuarakan visi patriotik,keadilan sosial,
perubahan sosial, kemerdekaan dan moralitas, dapat dijumpai dalam
setiap diwan-diwannya.
Bagi Iqbal, fungsi estetis seni yang bertujuan memberi
kesenangan tidak memperoleh pengakuan teguh dalam
pandangan keseniannya. Meskipun ia menyadari bahwa
seluruh seni menyenangkan, namun menurutnya, kesenangan
hanyalah salah satu akibat dan bukan tujuan. Terkadang,
kesenangan justeru membunuh hasrat, dan ketika seni
berprilaku demikian maka sesungguhnya ia tak memiliki arti
sama sekali.
Iqbal tidak segan menyerang puisi-puisi dekaden semisal
puisi Parsi klasik yang membunuh semangat akibat orientasi
estetis berlebihan.
KRITIK TERHADAP SENI YANG DEKADEN
Iqbal mencela seni dekaden, yang membawa visi dan implikasi negatif.
Baginya, seorang seniman lebih baik diam daripada menyanyi dengan
nada-nada sedih, pilu dan putus asa. Sebagaimana Plato mencela
Homerus dan Hesoid karena puisi-puisinya didasarkan atas legenda-
legenda bohong, sehingga menyajikan ideal-ideal yang tidak benar
kepada para pemuda, yang berarti pula merusak moral mereka.
Sebagaimana Tolstoy yang mengutuk seni dekaden Prancis karena lebih
mengungkapkan pandangan kelas penguasa dan memenuhi nafsu kaum
kaya yang bobrok.
Di bawah matahari kau berjalan bagai percikan api
Peringkat-peringkat wujud kau tak tahu
Jika pada pribadi senimu tidak membangun
Celakalah seni lukis dan lagumu itu !
KRITIK KEPADA ART FOR ART
• Sebagai seorang fungsionalis yang mengabdi pada kehidupan,
Iqbal menentang haluan pemikiran seni l'art pour l'art atau art
for art's sake, yang mengemukakan teori otonomi seni bahwa
seni tidak perlu mengabdi pada sesuatu apa pun di luar dirinya
seperti pertimbangan moral, politik, sosial dan agama.
• Bagi Iqbal," dogma seni untuk seni adalah penemuan cerdas dari
kemunduran untuk menipu kita keluar dari kehidupan dan
kekuasaan. Seniman sejati, bukan sekedar penggubah musik
melainkan seorang penggugah; ia tidak hidup di luar masyarakat
melainkan berada di tengah-tengah mereka"
KRITIK TERHADAP FORMALISME
• Iqbal menolak pendirian teori yang menekankan aspek
formalistik seni, dan lebih focus kepada fungsionalismenya yang
mengakomodir pentingnya isi atau kandungan dalam seni.
• “Seni tanpa kandungan kemauan, emosi dan gagasan tidak lebih
dari api yang telah padam".
• Iqbal seorang ekspresionis: keindahan suatu karya seni tidak
timbul dari hal-hal yang bersifat material, seperti suara, warna,
dan nada-nada melainkan berasal dari ungkapan jiwa sang
seniman.
KRITIK TERHADAP SENI YANG BERSANDAR
KEPADA KHAYAL DAN IMPIAN BELAKA
• “Diam lebih baik ketimbang sajak yang tidak membangkitkan
kekuatan dan kematangan harapan dalam jiwa; tidak mendorong
orang pada keluhuran dan untuk membuat mereka senang pada
kehidupan mulia dan terpuji”.
• Idealisasi Iqbal tentang ketentuan seni yang didambakannya, merujuk
pada peringatan al-Qur'an terhadap para penyair yang bersandar di
atas impian dan hayalan belaka, tanpa peduli terhadap keindahan
realitas kehidupan yang sesungguhnya. Tipologi penyair semacam ini,
oleh al-Qur’an dikritik sebagai "berkawan dengan kesesatan".
• Iqbal memperingatkan kepada pembacanya agar tidak mendekati
penyair semacam ini, karena melodi yang dilantunkannya merupakan
candu yang menawan.
Q.S. ASY-SYU’ARA: 224-227
َوال ُّش َع َرا ُء َي َّت ِب ُع ُه ُم ْال َغاوُ َ
ون
أَلَ ْم َت َر أَ َّن ُه ْم فِي ُك ِّل َوا ٍد َي ِهيم َ
ُون
ون َما ََل َي ْف َعلُ َ
ون َوأَ َّن ُه ْم َيقُولُ َ
يرا َوا ْن َت َ
ص ُروا ت َو َذ َكرُوا ََّ
َّللا َك ِث ً ين آ َم ُنوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا ِ إِ ََّل الَّ ِذ َ
ٍ َي ْن َقلِ ُب َ
ون ين َظلَمُوا أَ ََّّ ُم ْن َقلَ ٍ
ظلِمُوا ۗ َو َس َيعْ لَ ُم الَّ ِذ َِمنْ َبعْ ِد َما ُ
KRITIK TERHADAP ‘PARA PENIRU’
• Dari sekian banyak teori seni, yang paling tua barangkali adalah
teori yang mengatakan bahwa seni adalah imitasi. Teori ini
berasal dari Plato dan Aristoteles.
• Menurut Iqbāl, seni bukanlah imitasi alam sekalipun, karena
seorang seniman mencipta, sedang imitasi tidak sama dengan
kreasi. Seniman yang meniru alam adalah seorang pengemis di
depan pintu alam.
• Harusnya manusia lewat kegiatan estetisnya dalam lingkungan
seni tidak meniru alam, tetapi memperbaiki alam.
CIRI SENI ISLAM 1: KARYA KREATIF
• Karya seni merupakan buatan manusia dalam citra ciptaan Tuhan. Ini sesuai
dengan pandangan Iqbal tentang hidup dan kehidupan. Menurutnya, hakekat
hidup adalah kreativitas karena dengan sifat-sifat itulah Tuhan sebagai sang
Maha Hidup mencipta dan menggerakan semesta
• Selain itu, hidup manusia pada dasarnya tidaklah terpaksa melainkan
sukarela, sehingga harus ada kreativitas untuk menjadikannya bermakna.
• Dalam pandangan Iqbal, dunia bukan sesuatu yang hanya perlu dilihat atau
dikenal lewat konsep-konsep tetapi sesuatu yang harus dibentuk dan
dibentuk lagi lewat tindakan-tindakan nyata.
Tuhan menciptakan dunia dan
Manusia membuatnya lebih indah
Apakah manusia ditakdirkan
Untuk menjadi saingan Tuhan?
Elang tolol yang meniru cara hidup burung pipit yang pemalu
Akan menjumpai nasib malang sebab ialah yang menjadi mangsa buruannya
Kutahu banyak elang yang jatuh dalam debu di mata mangsanya
Oleh karena mereka memilih jalan hidup burung pemakan gandum.