I. Tujuan
Mengenali hewan bertulang sejati dan cara identifikasi umum
1) Jari-jari sirip punggung (a) dan sirip lemah pada sirip punggung (b)
2) Bagian sirip punggung pertama yang keras (a) dan bagian kedua yang lunak
(b)
3) Gabungan antara duri (a) dan jari-jari (b) pada sirip punggung
3. Tipe sirip ekor
Tipe sirip ekor (a) membulat, (b) bersegi, (c) sedikit cekung, (d) bentuk bulan
sabit, (e) bercagak, (f) meruncing, (g) lanset (Fisher dan Bianchi, 1983)
4. Morfometrik
Perbandingan ukuran tubuh merupakan perbandingan panjang total, panjang
baku dan tinggi badan ikan. Berdasarkan bentuk dan ukurannya ikan sangat
berlainan tergantung pada jenis ikannya, demikian juga umur dan tempat
hidupnya. Untuk itu ukuran tidak diberlakukan dengan ukuran mutlak tetapi
cukup dengan perbandingan. Antara lain:
Skema ikan untuk menunjukkan ciri-ciri morfologi utama dan ukuran-ukuran
yang digunakan dalam identifikasi (A) sirip punggung, (B) sirip ekor, (C)
gurat sisi, (D) lubang hidung, (E) sungut, (F) sirip dada,(G) sirip perut, (H)
sirip dubur, (a) panjang total, (b) panjang standar, (c) panjang kepala, (d),
panjang batang ekor, (e) panjang moncong, (f) tinggi sirip punggung, (g)
panjang pangkal sirip punggung, (h) diameter mata, (i) tinggi batang ekor,
(j) tinggi badan,(k) panjang sirip dada,(l) panjang sirip perut.
Cara lain untuk menghitung sirip di atas linea lateralis adalah dengan
menghitung sisik dari awal permulaan sirip punggung dan dihitung miring ke
bawah, sedang sisik di bawah linea lateralis dimulai dari permulaan sirip dubur
dihitung miring ke atas. Pada kedua cara penghitungan ini sisik linea lateralis
sendiri tidak dihitung.
Jumlah sisik melintang badan jumlah baris sisik antara gurat sisi dan
awal sirip punggung (sirip punggung pertama jika terdapat lebih dari 1
sirip punggung dan antara surat sisi dan awal sirip dubur. Sisik yang
terdapat persis di depan awal sirip punggung dan sirip dubur dihitung A2
contoh jumlah sisik melintang badan pada ikan dalam gambar adalah
swatu sisik persis di depan awal sirip punggung atau di depan sirip dubur.
1 sisik pada gurat sisi, dan 3 sisik antara gurat sisi dan awal sirip dubur.
6. Sisik meliputi bentuk sisik, komponen penyusun sisik serta bentuk garis-garis
pada sisik.
a. Cycloid adalah tipe sisik yang terbentuk dari corium atau dermis. Bentuk
circuler atau ovoid, secara mikrokopik tampak adanya garis-garis
konsentris, garis-garis radier guanophore dan sel-sel pigmen
b. Ctenoid merupakan tipe sisik yang tepi luarnya berigi-rigi seperti duri-
duri halus atau gigi sisir, sedang bagian tepi yang melekat mempunyai
tonjolan-tonjolan sehingga memperkuat perekatannya. Baik sisik tipe
cycloid maupun ctenoid mempunyai lapisan luar yang mengandung
unsure tulang yang disokong oleh suatu lapisan jaringan pengikat fibrosa.
c. Tipe ganoid adalah tipe sisik yang sebagian besar terdiri atas lapisan
tulang, dan permukaan luarnya diselubungi oleh ganion yaitu suatu bahan
yang mempunyai email yang dibentuk oleh corium.
d. Sisik placoid ini merupakan tipe sisik paling primitive, berasal dari
dermis. Sisik ini pipih dan tertanam di dalam kulit dengan suatu spina
yang meruncing atau membulat yang menonjol terdiri atas dentin yang
keras.
Contoh 2 tipe sisik: (a) pinggiran sisik bergerigi (Stenoid), dan (b)
pinggiran sisik halus (sikloid)
I. Tujuan
Membedakan ikan bertulang sejati dengan ikan bertulang rawan.
I. Tujuan
Membuat klasifikasi, mengenal dan mengidentifikasi berbagai jenis ikan
menggunakan kunci determinasi
1. Tujuan
Mempelajari ciri amphibia yang penting untuk identifikasi
1. Kepala
Kepala berbentuk segitiga dengan moncong yang tumpul, celah mulut
lebar, bentuk seperti bulan sabit. Rahang bawah bergerigi, kedudukan vomer
terhadap nares posteriores sangat penting untuk diidentifikasi. Di dalam mulut
terdapat lidah yang melekat pada dasar mulut bagian anterior, ujungnya berbelah
atau tidak (utuh), runcing atau tumpul. Lubang hidung sepasang terletak dekat
ujung moncong. Mata besar dan bulat, menonjol arah dorso lateral dilengkapi
dengan kelopak mata atas yang tebal berdaging dan kelopak mata bawh yang
lebih tipis, kedua kelopak mata tidak dapat digerakkan. Di sebelah dalam kedua
macam kelopak terhadap kelopak mata ke 3 yang berupa selaput tipis yang
disebut membrana nictitans. Selaput ini dapat digerakkan ke dorsal menutup bola
mata, yang berguna untuk menjaga agar bola mata tidak kering apabila hewan
berada di darat, atau untuk melindungi bola mata apabila hewan berada di air.
Disebelah ventro caudal mata terdapat selaput pendengaran yang lebar dan jelas
tetapi kadang-kadang tertutup kulit sehingga bentuknya menjadi tidak jelas organ
ini ninamakan membrana tympanum.
Disebelah dorso caudal selaput pendengaran pada Bufo terdapat
kelenjar paratoid yang bentuknya lebih kurang oval atau bulat panjang. Kelenjar
ini merupakan kelenjar bisa yang menghasilkan getah bewarna putih. Pada
permukaan dorsal kepala Bufo terdapat pematang-pematang tulang yang dapat
dibedakan atas pematang preorbital, pematang supraorbital, pematang post orbital
dan pematang supra tympanum.
2. Badan
Bentuk badan pada Bufo bulat, sedang pada rana lebih langsing. Pada
Bufo punggung hampir rata, tanpa penonjolan sedang pada Rana ada penonjolan
pada tempat persendian antara columna vertebralis dengan gelang panggul. Pada
ujung posterior terhadap lubang cloaca, lubang ini dapat polos tetapi ada pula
yang dilengkapi dengan rumbai-rumbai.
3. Anggota Gerak
Tungkai depan lebih pendek dari tungkai belakang, perbandingan tukai
antara Bufo dan Rana, tukai pada Rana relatif lebih panjang dibanding dengan
Bufo. Bagian tukai terdiri atas humerus, radioulna, karpus, dan dilengkapi dengan
4 buah jari. Tungkai belakang lebih panjang dan dibedakan atas femur, fibio-
fibula, fibiale, fibulare dan dilengkapi dengan 5 buah jari. Diantara jari-jari
terdapat selaput tipis dengan ukuran lebarnya tergantung dari jarinya. Ujung dari
biasanya tumpul dan di lengkapi dengan bantalan yang lebar dan tebal. Pada sisi
ventral jari-jari kadang-kadang dilengkapi dengan tuberculum metatarsal luar atau
tuberculum metatarsal dalam.
Struktur gelang bahu bagian ventral terutama coracoid dan precoracoid
dapat berbeda antara satu dengan yang lain. Tulang-tulang tersebut dapat tersusun
overlapping (tumpang tindih antara pasanga masing-masing atau hanya
berdampingan atau bertemu dan bersatu pada bagian tengah).
Pada gelang panggul bentuk diapophysis sacralis dapat berbeda-beda, ada
yang silindrid seperti pada Rana (katak) dan ada yang melebar seperti pada Bufo
(kodok) disamping itu terdapat variasi bentuk tergantung dari jenisnya.
Pada Bufo kulit berbintil-bintil, sedangkan padaRana memiliki kulit yang
licin. Pada katak dan kodok tidak memiliki sisik, kadang-kadang kulit membentuk
lipatan-lipatan pada badan atau pada tungkai. Wrna kulit Rana sp. Ditentukan oleh
adanya kromatophore pada kelenjar kulit, kromatophore yang mengandung
pigmen merah, kuning dan orange.
1. Toples
2. Kapas
3. Ether/Cloroform (pembius)
4. Bak parafin
5. Pinset, gunting, jarum penusuk, scapel
6. Rana sp (katak hijau)
7. Bufo (kodok)
1. Katak dan kodok dimasukin ke dalam toples, berikan kapas yang telah
dibubuhi dengan cloroform.
2. Ditunggu hingga kodok dan katak pingsan (ditandai dengan cara
menyentuhnya dan tidak memberikan reaksinya).
3. Letakkan katak dan kodok pada bak parafin dan amati perbedaan antara
keduanya dari segi morfologi luarnya.
4. Coba bedah katak dan kodok tersebut dan amati perbedaan gelang bahu
dan gelang panggulnya.
IDENTIFIKASI AMPHIBIA
I. Tujuan
I. Tujuan
Pada sisi lateral, rostral, nasal, loreal anterior, loreal posterior, preocular,
superciliaris 1 deret, labial atas 1 deret, labial bawah 1 deret, postlabial.
Pada sisi ventral, mental, postmental, perisai dagu 3 pasang, post genital.
Ekor panjangnya lebih kurang 1,5 kali panjang kepala dan badannya. Susunan
sisik pada ekor kurang mempunyai arti penting dalam identifikasi.
Tungkai depan dan belakang hampirsama panjang, masing-masing tungkai
berjari-jari 5. Jari-jari panjang pada ujungnya terdapat cakar yang runcing. Pada
sisi ventral jari-jari terdapat lamella subdigitalis halus.
I. Tujuan
Mengenal jenis-jenis ular dan reptilia lain
I. Tujuan
Mempelajari bagian-bagian luar tubuh anggota Aves yang penting untuk
identifikasi
II. Dasar Teori
Paruh pada burung dapat dibedakan menjadi: panjang bila ukurannya lebih
panjang dari kepala, pendek bila ukurannya lebih pendek dari kepala, berkait
bila paruh bagian atas lebih panjang dan melengkung menutupi paruh bagian
bawah atau membentuk bangunan seperti kait, pipih datar bila paruh lebih
mendatar (pipih) dari pada tingginya.
Bentuk kepala burung dapat dibedakan atas beberapa bentuk yaitu: Bulat
atau Oval tanpa asessoris pada bagian atasnya.
Sayap memiliki beberapa kreteria antara lain: panjang bila ukuran
bengkokan kedua sampai keujung atau lebih panjang dari badannya. Pendek bila
bengkokan kedua pada sayap lebih pendek dari badan. Bulat bila primarius
bagian tegah merupakan bulu-bulu yang paling panjang, sisanya berangsur-
angsur memendek kepangkal dan keujung sayap. Runcing bila primarius paling
ujung merupakan bulu-bulu yang paling panjang.
Bulu pada aves dibedakan menjadi dua macam:
1. Bulu lengkap (plumae) terdiri atas, batang bulu dan lembaran bulu. Batang
bulu dibedakan atas; calamus dan rachis. Lembaran bulu tersusun atas
deretan barbae, diantara barbae terdapat barbulaeyang terkait.
2. Bulu taklengkap dibedakan atas;
Plumae terdiri calamus (pendek) barbae tidak membentuk lembaran bulu,
barbulae tidak berkait
Filoplumae terdiri atas calamus, dan rachis (batas tidak jelas), barbae
(pada bagian ujung), pada bulu ini tidak dijumpai adanya barbulae.
Fungsi bulu untuk menutupi badan, menjaga suhu tubuh dan untuk
terbang. Warna bulu disebabkan oleh adanya subtansi kimia karena adanya
pigmen biochrome yang menyerap dan memantulkan cahaya dengan anjang
gelombang tertentu. Warna-warna yang ditimbulkan cahaya ialah merah, jingga,
kuning, hitam, kelabu, coklat. Warna-warna yang disebabkan adanya elemen-
elemen fisik ialah putih, biru dan germelapan.
Kegunaan warna bulu untuk membaurkan tubuh dengan lingkungannya, untuk
mengelabui predator, dan untuk menarik pasangan.
Kaki memiliki bagian-bagian yaitu;
Tarsometatarsus dengan ciri bagian ini ialah: scutellata, bila sisik tersusun saling
menutup. Reticulata, bila sisik tidak teratur. Serrata, bila sisik-sisik pada tepi
posterior tersusun berigi-rigi. Boated, bila tersus tidak bersisik.
1) Jari-jari
Rata halluk melekat pada ujung tartus seperti jari-jari yang lain. Terangkat
halluk melekat pada bagian yang lebih tinggi diatas perlekatan jari-jari
yang lain.
Cakar mempunyai kriteria bentuk: Runcing, bila cakar melangkung dan
runcing, Obtuse bila cakar agak melengkung ujung tumpul.
2) Tipe-tipe kaki
i. Tipe bertengger dibedakan atas: passerine, bila halluk melekat datar
dengan jari-jari yang lain (tiga jari kedepan, satu jari kebelakang)
Zygodactyla, bila dua jari kedepan, dua jari yang lain kebelakang.
ii. Tipe berjalan, bila halluk terangkat sehingga kedudukannya lebih
tinggi dari jari yang lain.
iii. Tipe perenang dibedakan atas: Pelmata, tiga jari depan dihubungkan
dengan selaput, sedang jari ke satu bebas. Titipelmata keempat jari
dihubungkan dengan selaput yang halus.
I. Tujuan
Identifikasi dan mengenal beberapa jenis burung
II. Alat dan Bahan
Beberapa jenis burung di kebun Binatang Medan (Medan Zoo)
III. Cara Kerja
1. Amati beberapa burung yang ada, catatlah ciri spesifik dari:
Paruhnya (untuk membedakan tipe makanannya) baik ukuran maupun
bentuknya.
Kepalanya, apakah ada asesorisnya atau tidak (keras seperti tanduk atau
lunak dan berwarna). Warna bulu secara keseluruhan dan pada bagian-
bagian tertentu (leher, sayap dan ekor). Ukuran sayap burung, ukuran dan
tipe ekor, ukuran dan tipe kaki.
2. Buatlah masing-masing klasifikasi dari burung yang diamati.
KELAS MAMALIA
I. Tujuan
Mengenal ciri-ciri yang umum yang terpenting pada manusia.
II. Dasar Teori
Morfologi pada mamalia yang penting untuk di amati antara lain:
(1) Pola warna: secara umum warna tubuh mamalia dapat dibedakan atas
warna bagian dorsal dan warna bagian ventral. Beberapa mamalia
memiliki pola warna tertentu, dalam hal ini perlu diperhatikan apakah
pola warna itu tersusun oleh belang-belang, bercak-bercak atau bintik-
bintik , pola warna ekor sangat penting artinya bagi pengenalan hewan
bersangkutan. Ekor sering mempunyai dua warna yang susunannya
berbeda-beda, warna di bagian pangkal dan warna yang lain di bagian
ujung atau satu warna di bagian dorsal dan satu warna dibagaian
ventral.
1. Ukuran tubuh: ukuran panjang dinyatakan dalam milimeter
sedang ukuran berat dalam gram dan kilogram. Bagian yag
perlu untuk diukur:
- Panjang kepala badan: ukuran panjang mulai dari moncong
sampai ke anus
- Ekor: mulai dari anus sampai ujung ekor (mulai dari tumit
sampai ke ujung jari terpanjang.
- Kaki belakang: mulai dan tumit sampai ke ujung jari
terpanjang (jari tidak termasuk).
- Telinga: mulai dari takik (lekukan) pada pangkal telinga
sampai ke ujung telinga (tidak termasuk rambut-rambut
pada ujung telinga).
2. Bentuk dan struktur dan fonnula gigi penting artinya dii dalam
pengenalan hewan. Bentuk dan struktur gigi berkaitan dengan
fungsinya, sedangkan fungsi gigi berkaitan dengan jenis
makanannya. Berdasarkan tipenya dibedakan menjadi:
- Bonodont, pada hewan omnivera
- Secodont, pada hewan carnivora
- Lophodont, pada kebanyakan herbivora
- Bilophodont, pada lagomorpha dan beberapa rodent
- Selonodont, pada kebanyakan artiodactyla
3. Alat gerak
Kedua alat gerak, kaki depan dan belakang terdiri atas
komponen dasar yakni: segmen proximal, segmen tengah,
segmen destal. Walaupun pola dasarnya sama tetapi struktur
luarnya sangat berbeda-beda. Perbedaan ini dapat tercermin
pada postur kaki yakni bersifat plantigrade, digtigrade, dan
unguligrade.
Alat gerakini banyak mengalami perubahan sesuai dengan cara
hidup. Pada mamalia cursorial (pelari), meta carpal dan meta
tarsall sangat memanjang dan ramping. Saltatirial (pelompat),
meta tarsall memanjang. Dan aquatis, kaki depan berubah jadi
filper. Bagian kaki depan terdiri atas humerus, ulna, radius,
carpal, meta carpal serta phalanges. Sedang kaki belakang
terdiri atas: femur, tibia, fibula,patella,meta tarsall,dan
phalanges.
4. Glandulla Mammae:
Puting susu dan beberapa mammae sangat membantu di dalam
pngenalan jenisnya. Glandulla mammae biasanya tersusun
berpasangan, terletak di daerah pectoral atau di daerah pelvis,
atau terbagi dalam dua kelompok, satu kelompok di daerah
pectoral, satukelompok di dearah pelvis atau berderet-deret
memanjang daripectoral.
III. Alat dan Bahan
1. Tikus putih/tikus rumah/kelinci jantan dan berita
2. Kucing
IV. Cara Kerja
1. Amati bentuk badan secara keseluruhan
2. Pada bagian kepala perhatikan bentuk kepala dan perhatikan mata, telinga
serta indra penciumana (datar dan menonjol)
3. Amati bentuk badannya memnajang, membulat, atau melengkung
4. Amati ekornya (ada atau tidak, panjang atau pendek)
5. Amati jumlah gigi dan tipe giginya
6. Amati alat geraknya dan kuku/cakarnya
7. Amati glandula mammae pada yang betina dan jumlahnya.
IDENTIFIKASI MAMALIA
I. Tujuan
Identifikasi dan mengenal jenis anggota mamalia
II. Dasar teori
Mamalia merupakan kelompok hewan vertebrata yang memiliki ciri umum
sebagai berikut : kulit tertutup rambut-rambut dalam kulit terdapat glandula
sebacea mempunyai glandula mammae mempunyai daun teliga
(kecualiMonotremata), jari-jari pada tiap kaki atau tanggan biasanya lima atau
kurang, bersifat plantigrade, digitigrade, atau unguligrade (kecuali yang hidup di
air), melahirkan anak kecuali Monotremata
Identifikasi dan pengenalan anggota Mamalia yang secara morfologi di
laksanakan di Museum Rahmat dan kebun binatang . Yang antara lain terdapat :
1. Bos sondaicus (banteng)
2. Cervus unicolor (macan)
3. Cervus bicolor (macan dengan dua warna)
4. Axis-axis (macan tutul)
5. Elephas maximus (gajah)
6. Helarctus malayanus (beruang)
7. Panthera pardus (harimau tutul)
8. Panthera tigris (harimau belang)
9. Macaca fascicularis (kera ekor panjang)
10. Presbytis pyerus (lutung)
11. Pongo pygmaeus (orang utan)
12. Hylobates syndactylus (siamang)
13. Tapirus indicus (tapir)
V. Cara Kerja
A. Taxidermi:
- Bius hewan sampai mati dengan cara memasukannya kedalam botol
pembius (berisi kapas yang telah dibasahi dengan kloroform) ukur
bagian utama dari tubuh hewan dan catat.
- Bedah dan keluarkan seluruh isi perut, otak, mata, tulang leher, tulang
dada dan tulang paha, demikian juga dengan sebagian besar otot-
ototnya hati-hati jangan sampai merusak kulit dan bulunya.
- Selesai pembedahan dan pengeluaran bagian tubuh, bersihkan dan
keringkan kulit dan bulu dengan kapas kemudian bubuhi boraks sampai
merata.
- Dengan menggunakan tang, buatlah rangka-rangka kawat sesuai dengan
bentuk dan ukuran tubuh hewan yang saudara catat kemudian masukan
ke dalam tubuh hewan tersebut, masukan kelereng yang sesuai ke
rongga mata.
- Isilah bagian tubuh (seperti leher, badan dan paha) hewan tersebut
dengan kapas sampai padat. Usahakan agar bentuknya tetap
menyurupai bentuk asli (hidup)
- Letakkan hewan tersebut pada papan atau penyangga dengan posisi
alamiah (umpamanya : burung sedang mengapak sayapnya, bertengger
dll).
B. Awetan Basahan
- Bius hewannya menjadi objek saudara sampai mati. Untuk kadal dan
kodok, buat sectio memanjang dibagian viseral sampai seluruh organ-
organ viseralnya terbedah. Cecak, ular dan ikan tidak perluh dibedah.
- Masing-masing objek diletakkan pada keping kaca dengan bagian
ventra’ menghadap keping kacanya, lalu diikat dengan benang (katak
dan kodok doletakkan dengan bagian ventral menghadap keatas).
- Masukan objek diatas kedalam botol objek lalu awetkan dengan
formalin bertingkat yang diganti setiap hari sampai awetan tampak
jernih. Pada penggantian terakhir, isilah botol dengan formalin 30%
sampai seluruh objek terpendam.
- Tutuplah botol objek dengan rapat lalu segel dengan slotip (lem
plastik)
- Buat labelnya.
Catatan:
V.Tugas
TIM Dosen. 2009. Penuntun Praktikum Taksonomi Hewan Tingkat Rendah. Jurusan Biologi.
Medan : Universitas Negeri Medan.
Jasa, M. 2000. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata) untuk Universitas. Surabaya :
Sinar Wijaya.