Anda di halaman 1dari 35

Buku Penuntun Praktikum

Sistematika Hewan Vertebtara

TIM DOSEN BIOLOGI

KARTIKA APRILIA PUTRI, S.Pd, M.Si


VIVI MARDINA, S.Si, M.Sc

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAMUDRA
2017
DASAR DETERMINASI SECARA UMUM

I. Tujuan
Mengenali hewan bertulang sejati dan cara identifikasi umum

II. Dasar Teori


1. Ciri ikan untuk dideterminasi antara lain:
Sirip meliputi rumus sirip, yakni menggambarkan bentuk dan jumlah jari-
jari sirip dan serta bentuk sirip sendiri sendiri. Jari-jari sirip dapat dibedakan
menjadi dua macam:
 Jari-jari keras
 Jari-jari lemah
Jari-jari keras tidak beruas-ruas,pejal (tidak berlobang) keras dan tidak
dapat dibengkokkan. Biasanya jari-jari keras batil atau duri yang merupakan alat
pertahanan diri pada ikan. Jumlah jari-jari keras dinotasikan dengan huruf
romawi. (I, II,III,........dst)
Jari-jari lemah biasanya bening seperti ruang rawan, mudah dibengkokkan
dan beruas-ruas. Bentuknya berbeda-beda tergantung pada jenis ikannya. Jari-jari
lemah mungkin sebagian mengalami pengerasan atau bergerigi, bercabang atau
antara satu dengan yang lainnya berhimpitan.jumlah jari-jari lemah dinotasikan
dengan angka biasa (1,2,3.........dst)
Notasi yang digunakan untuk penulisan rumus sirip adalah:
(1) Sirip punggung (pinna dorsalis) = D
Jika jumlah sirip punggung dua maka penulisan dengan =D1 (untuk
sirip punggung pertama) D2 (untuk sirip punggung kedua).
(2) Sirip ekor (pinna caudalis)
(3) Sirip dubur/anus (pinna analis)
(4) Sirip perut (pinna ventralis)
(5) Sirip dada (pinna pectoralis)
2. Menghitung jari-jari sirip
Cara menuliskan rumus sirip, pertama-tama dicantumkan kode rumus sirip
yang akan diamati. Misalnya, sirip punggung yang terdiri dari satu buah dengan
jari-jari keras 2, dan jari-jari lemah 8 maka penulisannya adalah D.II.8, dan bila
sirip punggung 2 buah pada sirip pertama terdapat 2 jari-jari keras,8 jari-jari
lemah,sedangkan pada sirip punggung kedua terdiri dari 1 jari-jari keras dan 9
jari-jari lemah, berikut sirip ekor hanya terdiri dari 12 jari-jari lemah, sirip dubur
terdiri dari 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari keras,sirip perut terdiri dari 7 jari-jari
lemah maka notasi penulisan rumus siripnya adalah: D1.II.8; D2.I.9; C.12; A.I.5;
V.7; P. 7 (pada sirip dada karena berpasangan,maka yang dihitung cukup yang
disebelah kiri).
Pada ikan-ikan yang memiliki sirip punggung dan sirip dubur dengan jari-jari
yang jelas, maka 2 jari-jari sirip ekornya bercabang, jumlah jari-jari sirip ini
ditetapkan sebanyak jumlah jari-jari yang bercabang ditambah dua.

1) Jari-jari sirip punggung (a) dan sirip lemah pada sirip punggung (b)
2) Bagian sirip punggung pertama yang keras (a) dan bagian kedua yang lunak
(b)
3) Gabungan antara duri (a) dan jari-jari (b) pada sirip punggung
3. Tipe sirip ekor

Tipe sirip ekor (a) membulat, (b) bersegi, (c) sedikit cekung, (d) bentuk bulan
sabit, (e) bercagak, (f) meruncing, (g) lanset (Fisher dan Bianchi, 1983)

4. Morfometrik
Perbandingan ukuran tubuh merupakan perbandingan panjang total, panjang
baku dan tinggi badan ikan. Berdasarkan bentuk dan ukurannya ikan sangat
berlainan tergantung pada jenis ikannya, demikian juga umur dan tempat
hidupnya. Untuk itu ukuran tidak diberlakukan dengan ukuran mutlak tetapi
cukup dengan perbandingan. Antara lain:
Skema ikan untuk menunjukkan ciri-ciri morfologi utama dan ukuran-ukuran
yang digunakan dalam identifikasi (A) sirip punggung, (B) sirip ekor, (C)
gurat sisi, (D) lubang hidung, (E) sungut, (F) sirip dada,(G) sirip perut, (H)
sirip dubur, (a) panjang total, (b) panjang standar, (c) panjang kepala, (d),
panjang batang ekor, (e) panjang moncong, (f) tinggi sirip punggung, (g)
panjang pangkal sirip punggung, (h) diameter mata, (i) tinggi batang ekor,
(j) tinggi badan,(k) panjang sirip dada,(l) panjang sirip perut.

a. Panjang baku/biasa adalah panjang badan dimulai dari kepala paling


depan (moncong rahang) sampai pada perlipatan pangkal sirip ekor.
b. Panjang total/seluruhnya adalah panjang badan dimulai dari kepala paling
depan sampai sirip ekor yang paling belakang
c. Tinggi badan adalah ukuran panjang dimulai dari pangkal sirp punggung
sampai pangkal sirip perut.
d. Tinggi batang ekor adalah panjang terendah pada pelipatan sirip ekor
e. Panjang batang ekor adalah panjang antara tepi caudaldasar sirip dubur
dengan pangkal jari-jari pertama sampai selaput irip dibelakang jari-jari
terakhir.
f. Panjang dasar sirip punggung atau sirip adalah panjang antara pangkal
jari-jari pertama sampai selaput sirip dibelakang jari-jari terakhir
g. Panjang bagian muka sirip punggung adalah panjang antara ujung hidung
(antara bibir) hingga ke pangkal jari-jari pertama sirip punggung
h. Panjang kepala adalah panjang antara ujung depan dengan hidung sampai
tepi belakang keeping tutup insang
i. Tinggi kepala adalah panjang garis tegak antara pertengahan kepala
sampai bawah
j. Lebar mata adalah panjang garis tengah rongga mata.
5. Linea lateralis
Bentuk dan jumlah sisik yang membentuk linea lateralis
a. Bentuk linea lateralis ikan jumlahnya bermacam-macam, ada yang hanya
satu ada pula yang lebih, sedang bentuk ada yang lurus tidak terputus,
atau bengkok, atau terputus menjadi dua bagian. Sisik yang membentuk
linea lateralis berlobang atau berpori dan di bawah sisik terdapat berkas
syaraf. Cara menghitung sisik pada linea lateralis dimulai dari sisik di
belakang lengkung operculu, sampai sisik pada permukaan pangkal ekor,
atau pada ruas tulang belakang bagian ekor yang terakhir.
b. Menghitung jumlah sisik di atas dan di bawah linea lateralis (gurat sisi)
WEBER dan DE BEAUFORT menghitung jumlah sisik di atas dan di
bawah linea lateralis dengan membuat garis tegak dari permukaan sirip
punggung pertama hingga pertengahna dasar perut, dan menghitung
jumlah sisik yang dilalui garis ini, tetapi apabila cara ini tidak mungkin
diterapkan, karena melalui dasar sirip perut maka diambil garis tegak dari
ujung dasar sirip perut (jari-jari terakhir) ke sirip punggung (jari-jari
pertama).

Cara lain untuk menghitung sirip di atas linea lateralis adalah dengan
menghitung sisik dari awal permulaan sirip punggung dan dihitung miring ke
bawah, sedang sisik di bawah linea lateralis dimulai dari permulaan sirip dubur
dihitung miring ke atas. Pada kedua cara penghitungan ini sisik linea lateralis
sendiri tidak dihitung.

Jumlah sisik melintang badan jumlah baris sisik antara gurat sisi dan
awal sirip punggung (sirip punggung pertama jika terdapat lebih dari 1
sirip punggung dan antara surat sisi dan awal sirip dubur. Sisik yang
terdapat persis di depan awal sirip punggung dan sirip dubur dihitung A2
contoh jumlah sisik melintang badan pada ikan dalam gambar adalah
swatu sisik persis di depan awal sirip punggung atau di depan sirip dubur.
1 sisik pada gurat sisi, dan 3 sisik antara gurat sisi dan awal sirip dubur.
6. Sisik meliputi bentuk sisik, komponen penyusun sisik serta bentuk garis-garis
pada sisik.
a. Cycloid adalah tipe sisik yang terbentuk dari corium atau dermis. Bentuk
circuler atau ovoid, secara mikrokopik tampak adanya garis-garis
konsentris, garis-garis radier guanophore dan sel-sel pigmen
b. Ctenoid merupakan tipe sisik yang tepi luarnya berigi-rigi seperti duri-
duri halus atau gigi sisir, sedang bagian tepi yang melekat mempunyai
tonjolan-tonjolan sehingga memperkuat perekatannya. Baik sisik tipe
cycloid maupun ctenoid mempunyai lapisan luar yang mengandung
unsure tulang yang disokong oleh suatu lapisan jaringan pengikat fibrosa.
c. Tipe ganoid adalah tipe sisik yang sebagian besar terdiri atas lapisan
tulang, dan permukaan luarnya diselubungi oleh ganion yaitu suatu bahan
yang mempunyai email yang dibentuk oleh corium.
d. Sisik placoid ini merupakan tipe sisik paling primitive, berasal dari
dermis. Sisik ini pipih dan tertanam di dalam kulit dengan suatu spina
yang meruncing atau membulat yang menonjol terdiri atas dentin yang
keras.

Contoh 2 tipe sisik: (a) pinggiran sisik bergerigi (Stenoid), dan (b)
pinggiran sisik halus (sikloid)

Gambar 1 : menurut Fisher dan Biachi, 1983)


Macam-macam tipe gigi pada langit mulut (kanan) (menurut May dan
Maxwell, 1986). (a) bercabang tiga, (b) bentuk kerucut, (c) gigi bentuk
taring, (d) gigi seri, (e) tiga baris gigi seperti perut, (f) gigi geraham.

Potongan melintang pada badan ikan menunjukkan bentuk badan (a


ramping bergeligir (b) pipih tegak, (c) bundar, (d) piph datar dan (e)
sangat pipih.)
III. Alat dan bahan
1. Bak paraffin (baki bedah)
2. Ikan mas (Cyprinus carpio L.)
3. Ikan nila merah (Oreochromis niloticus)
4. Penggaris
5. Mikroskop / loupe
IV. Cara kerja
1. Letakkan ikan mas ke bak paraffin dengan kepala disebelah kiri
2. Amati dengan cermat bagian-bagian ikan yang tampak dari luar
(operculum, linea lateralis, squata, fovea nasalis, pinna ventralis, pinnae
pectoralis, dan anus)
3. Gambar ikan secara lengkap dan berikan keterangan masing-masing
4. Ukurlah panjang bakunya (mulai dari ujung mulut sampai perlipatan
ujung sirip ekor) dan panjang totalnya (mulai dari ujung mulut hingga
sirip ekor paling belakang), dan lebar ikan (mulai dari awal sirip
punggung sampai awal sirip perut/ ventral)
5. Amati tipe caudalis (homocercal, heterocercal, protocercal, atau
dipicercal) dan jumlah linea lateralis (satu atau dua).
6. Amati squama yang menyusun linea lateralis (gambarkan dan sebutkan
bagian-bagiannya) garis radier, garis sirkuler, melanofor berupa bercak-
bercak pada sisik yang member zat warna.
7. Tulisan rumus siripnya dengan pengkodean jenis sirip punggung (D), sirip
ekor (C), sirip anal (A), sirip perut/bawah (V), sirip dada (P). bedakan
antara jari-jari keras dan jari-jari lunaknya
8. Tuliskan klasifikasinya secara lengkap
OSTEICHTYES DAN CHONDRICHTYES

I. Tujuan
Membedakan ikan bertulang sejati dengan ikan bertulang rawan.

II. Dasar Teori


Perbedaan pokok secara morfologi luar antara ikan bertulang sejati
(Osteichtyes) dengan ikan bertulang rawan (Chondricthyes) antara lain ada
tidaknya tutup insang. Bila terdapat tutup insang termasuk ke dalam ikan
bertulang sejati, bila tidak ada tutup insang dan hanya berupa celah insang
termasuk ke dalam ikan bertulang rawan. Pada ikan tulang rawan berdasarkan
bentuk badan dan letak celah insang, dibedakan menjadi ikan dengan ventral
termasuk ke dalam jenis ikan pari (Rajiformes) sedang ikan dengan bentuk
gilig dengan celah insang di samping kanan dan kiri kepala termasuk ke
dalam jenis hiu (Squaliformes).

III. Alat dan Bahan


1. Bak paraffin
2. Berbagai ikan bertulang sejati
3. Berbagai ikan bertulang rawan

IV. Cara Kerja


1. Amati dengan cermat ikan-ikan yang bertulang sejati (catat bentuk tubuh,
letak mulut, sisik, tipe sirip ekor protocercal, diphycercal, heterocercal,
atau homocercal, jumlah sirip punggung, tutup insang).
2. Gambarkan dua contoh ikan dengan sirip yang berbeda
3. Amati dengan cermat ikan-ikan yang bertulang rawan (letak mulut, celah
insang dan jumlah celah insang, bentuk tubuh, bentuk ekor, bentuk kepala)
4. Gambarkan dua contoh ikan bertulang rawan dan beri keterangan dari
masing-masing ikan tersebut.
IDENTIFIKASI IKAN

I. Tujuan
Membuat klasifikasi, mengenal dan mengidentifikasi berbagai jenis ikan
menggunakan kunci determinasi

II. Dasar teori


Di dalam mengidentifikasi ikan berdasarkan cirri - ciri yang ada selalu
didahului dari taksa tertinggi yakni Filum, Kelas, Ordo, Famili, Genus, dan
Spesis. Identifikasi juga dapat dilakukan dengan mencocokkan dengan
specimen yang telah ada atau mencocokkan dengan gambar.
III. Bahan
1. Ikan bertulang sejati (belut, lele, mas, nila, lidah, dan ikan laut lainnya)
2. Ikan bertulang rawan (berbagai jenis ikan hiu, dan berbagai jenis ikan pari)
3. Kunci determinasi ikan.

IV. Cara kerja


1. Cocokkan cirri-ciri tubuh pada ikan, baik pada ikan yang bertulang sejati
maupun pada ikan yang bertulang rawan dengan kunci identifikasi ikan.
2. Tuliskan klasifikasinya berdasarkan cirri-ciri yang ada.
KELAS AMPHIBIA

1. Tujuan
Mempelajari ciri amphibia yang penting untuk identifikasi

II. Dasar Teori

Tubuh katak dan kodokdibedakan menjadi 3 bagian yakni kepala, badan,


dan anggota gerak (extremitas)

1. Kepala
Kepala berbentuk segitiga dengan moncong yang tumpul, celah mulut
lebar, bentuk seperti bulan sabit. Rahang bawah bergerigi, kedudukan vomer
terhadap nares posteriores sangat penting untuk diidentifikasi. Di dalam mulut
terdapat lidah yang melekat pada dasar mulut bagian anterior, ujungnya berbelah
atau tidak (utuh), runcing atau tumpul. Lubang hidung sepasang terletak dekat
ujung moncong. Mata besar dan bulat, menonjol arah dorso lateral dilengkapi
dengan kelopak mata atas yang tebal berdaging dan kelopak mata bawh yang
lebih tipis, kedua kelopak mata tidak dapat digerakkan. Di sebelah dalam kedua
macam kelopak terhadap kelopak mata ke 3 yang berupa selaput tipis yang
disebut membrana nictitans. Selaput ini dapat digerakkan ke dorsal menutup bola
mata, yang berguna untuk menjaga agar bola mata tidak kering apabila hewan
berada di darat, atau untuk melindungi bola mata apabila hewan berada di air.
Disebelah ventro caudal mata terdapat selaput pendengaran yang lebar dan jelas
tetapi kadang-kadang tertutup kulit sehingga bentuknya menjadi tidak jelas organ
ini ninamakan membrana tympanum.
Disebelah dorso caudal selaput pendengaran pada Bufo terdapat
kelenjar paratoid yang bentuknya lebih kurang oval atau bulat panjang. Kelenjar
ini merupakan kelenjar bisa yang menghasilkan getah bewarna putih. Pada
permukaan dorsal kepala Bufo terdapat pematang-pematang tulang yang dapat
dibedakan atas pematang preorbital, pematang supraorbital, pematang post orbital
dan pematang supra tympanum.

2. Badan
Bentuk badan pada Bufo bulat, sedang pada rana lebih langsing. Pada
Bufo punggung hampir rata, tanpa penonjolan sedang pada Rana ada penonjolan
pada tempat persendian antara columna vertebralis dengan gelang panggul. Pada
ujung posterior terhadap lubang cloaca, lubang ini dapat polos tetapi ada pula
yang dilengkapi dengan rumbai-rumbai.

3. Anggota Gerak
Tungkai depan lebih pendek dari tungkai belakang, perbandingan tukai
antara Bufo dan Rana, tukai pada Rana relatif lebih panjang dibanding dengan
Bufo. Bagian tukai terdiri atas humerus, radioulna, karpus, dan dilengkapi dengan
4 buah jari. Tungkai belakang lebih panjang dan dibedakan atas femur, fibio-
fibula, fibiale, fibulare dan dilengkapi dengan 5 buah jari. Diantara jari-jari
terdapat selaput tipis dengan ukuran lebarnya tergantung dari jarinya. Ujung dari
biasanya tumpul dan di lengkapi dengan bantalan yang lebar dan tebal. Pada sisi
ventral jari-jari kadang-kadang dilengkapi dengan tuberculum metatarsal luar atau
tuberculum metatarsal dalam.
Struktur gelang bahu bagian ventral terutama coracoid dan precoracoid
dapat berbeda antara satu dengan yang lain. Tulang-tulang tersebut dapat tersusun
overlapping (tumpang tindih antara pasanga masing-masing atau hanya
berdampingan atau bertemu dan bersatu pada bagian tengah).
Pada gelang panggul bentuk diapophysis sacralis dapat berbeda-beda, ada
yang silindrid seperti pada Rana (katak) dan ada yang melebar seperti pada Bufo
(kodok) disamping itu terdapat variasi bentuk tergantung dari jenisnya.
Pada Bufo kulit berbintil-bintil, sedangkan padaRana memiliki kulit yang
licin. Pada katak dan kodok tidak memiliki sisik, kadang-kadang kulit membentuk
lipatan-lipatan pada badan atau pada tungkai. Wrna kulit Rana sp. Ditentukan oleh
adanya kromatophore pada kelenjar kulit, kromatophore yang mengandung
pigmen merah, kuning dan orange.

III. Alat dan Bahan

1. Toples
2. Kapas
3. Ether/Cloroform (pembius)
4. Bak parafin
5. Pinset, gunting, jarum penusuk, scapel
6. Rana sp (katak hijau)
7. Bufo (kodok)

IV. Cara Kerja

1. Katak dan kodok dimasukin ke dalam toples, berikan kapas yang telah
dibubuhi dengan cloroform.
2. Ditunggu hingga kodok dan katak pingsan (ditandai dengan cara
menyentuhnya dan tidak memberikan reaksinya).
3. Letakkan katak dan kodok pada bak parafin dan amati perbedaan antara
keduanya dari segi morfologi luarnya.
4. Coba bedah katak dan kodok tersebut dan amati perbedaan gelang bahu
dan gelang panggulnya.
IDENTIFIKASI AMPHIBIA

I. Tujuan

Identifikasi dan mengenal beberapa jenis anggota Amphibia

II. Dasar Teori

Amphibia memiliki 40 jenis yang tergolong kedalam dua bangsa (ordo),


yakni Gymnophiona (Apoda) dan Anura (Salientia). Bangsa yang pertama seperti
cacing yang diwakili oleh ichtiophiidae (dahulu termasuk kedalam suku
Caesiliidae). Di jawa anura terdiri dari 5 suku. Bufonidea, Microhilydae,
Megophridae (dulu Pelobatidae), Ranidae, dan Rocophordae.

Jenis katak amerika Rana catesbiana telah diintroduksi di jawa untuk


keperluan konsumsi, sedang Xenopus laevis dan Hymenochirus sp. (pipidae).
Diintroduksi untuk keperluan penelitian di laboratoprium. Amphibia pada
umumnya sering dikenal dengan kodok untuk penyebutan amphibi yang memiliki
kulit tubuh kasar/berbintil-bintil, dan katak untuk penyebutan amphibi yang
memiliki kulit licin.

III. Alat dan Bahan


1. Specimen katak dan kodok
2. Buku determinasi amphibi

IV. Cara Kerja


1. Ambil spesimen amphibia yang ada, amati ciri-ciri yang ada.
2. Buatlah diterminasi, dan selanjutnya klasifikasikan ciri-ciri tersebut masing-
masing hinggak spesies.
KELAS REPTILIA

I. Tujuan

Mempelajari ciri-ciri umum kelas Reptilia yang penting untuk identifikas

II. Dasar Teori

Kelas reptilia dibedakan menjadi sub kelas berdasarkan tengkoraknya


yakni berdasarkan ada tidaknya fosa temporalis. Dibedakan menjadi Anapsida,
Sinapsid, Diapsid, dan Parapsid.

Ciri-ciri yang penting untuk identifikasi anggota-anggota Lacertilia


(kadal), dan Ophidia (ular), dan dari Ordo Squamata pada umumnya terlihat dari
pilia sisik-sisiknya. Pada kadal, tubuhnya memanjang dan dapat dibedakan
menjadi kepala, leher, badan, ekor dan dua pasang tungkai. Kepada berbentuk
piramida, moncong tumpul, kelopak mata bagian bawah bersisik, lubang telinga
bulat dengan ukuran setengah diameter mata. Sisik pada kepala tersusun simetris
dan diberi nama sesuai dengan letaknya sisik tersebut yakni: rostral, supranasal 1
pasang, frontonasal, prefrontal 1 pasang, frontal, supraocular 4 pasang,
frontoparietal 1 pasang, parietal 1 pasang, interparietal, nuchal 1 pasang.

Pada sisi lateral, rostral, nasal, loreal anterior, loreal posterior, preocular,
superciliaris 1 deret, labial atas 1 deret, labial bawah 1 deret, postlabial.

Pada sisi ventral, mental, postmental, perisai dagu 3 pasang, post genital.

Pada badan sisik ventral bewarna coklat kehitaman, kadang-kadang mengkilat.


Sisik pada badan tersusun berderet memanjang kurang teratur. Pada pertengahan
badan sisik tersebut tersusun dalam 30-34 deret. Sisik pada sisi dorsal berlunas 3-
5 buah pada tiap sisik.

Ekor panjangnya lebih kurang 1,5 kali panjang kepala dan badannya. Susunan
sisik pada ekor kurang mempunyai arti penting dalam identifikasi.
Tungkai depan dan belakang hampirsama panjang, masing-masing tungkai
berjari-jari 5. Jari-jari panjang pada ujungnya terdapat cakar yang runcing. Pada
sisi ventral jari-jari terdapat lamella subdigitalis halus.

III. Alat dan Bahan


1. Spesimen kura-kura (wakil dari Anapsida)
2. Spesimen ular (wakil dari Diapsida Ordo Squamata)
3. Spesimen kadal (wakil dari Diapsida Ordo Squamata).

IV. Cara Kerja


1. Amati kepala dari masing-masing spesimen baik bentuk, ukuran, dan sisik
yang ada.
2. Amati bentuk badan, ukuran, dan sisik tubuhnya.
3. Amati alat geraknya dari masing-masing spesimen.
4. Buatlah klasifikasi dari masing-masing contoh.
IDENTIFIKASI DAN MENGENAL BEBERAPA JENIS ULAR

I. Tujuan
Mengenal jenis-jenis ular dan reptilia lain

II. Dasar Teori


Ular selain ditandai dengan bentuk tubuh yang memanjang, tanpa tungkai
memiliki tipe sisik pada tubuh yang berbeda antara sisik kepala, badan dan sisik
perut.
Sisik kepala: sisik yang menutup seluruh permukaan kepala dari dorsal, lateral
dan ventral, tiap-tiap sisik mempunyai nama sendiri sesuai dengan letaknya.
Susunan sisik tidak Saling menutup, tetapi bersentuhan pada tepi-tepinya,
sebagian dari sisik berpasangan dan tersusun simetris.
Sisik badan: dibedakan atas sisik dorsal dan sisik ventral.
Sisik dorsal: deretan sisik yang menutup seluruh permukaan dorsal sampai lateral,
sisik relatif kecil dengan permukaan halus atau berlunas, ukurannya relatif sama,
untuk keperluan identifikasi tidak perlu sisik seluruhnya dihitung, tetapi cukup
satu deret pada pertengahan tubuh saja.
Sisik Ventral: merupakan sederetan sisik disisi ventral badan, umumnya sisik
lebar dan lebih lebar dari sisik yang lain, permukaan halus atau berlunas dengan
tepi posterior rata atau bertakik, jumlah bervariasi.
Sisik ekor: pengamatan sisik ventral meliputi sisik anal, dan sisik subcaudal, sisik
anal satu atau sepasang, sisik yang menutup celah cloaca, sisik subcaudal, deretan
sisik-sisik desebelah posterior sisik anal, susunanya dapat satu deret dapat pula
berpasangan atau campuran dengan jumlah yang bervariasi.
Mata: ular memiliki mata yang tidak berkelopak, tetapi tertutup oleh titik yang
strasparan. Ular yang mencari makan siang hari mempunyai pupil yang vertikal.
Alat pemabau: Alat pembau sangan tajam sehingga mempu mengikuti jejak dari
mangsanya serta dapat mengenali jenisnya sendiri. Lidah yang bercabang sengan
membantu di dalam alat pembau (penciuman). Lidah yang dijulur-julurkan dapat
menangkap partikel-partikel tersebut diteruskan ke langit-lagit mulut. Pada celah-
celah kecil terdapat cabang nervus olfactorius yang dapat mengenali partikel-
partikel tersebut. Lidah juga merupakan alat peraba yang sangat halus meskipun
tidak mempunyai alat pendegaran, seperti alat pendengaran pada umumnya
sehingga tidak mampu menerima getaran-getaran dari luar melalui udara tetapi
dapat menerima getaran-getaran yang berasal dari tanah melalui tulang tengkorak

III. Alat dan Bahan


1. Beberapa jenis ular (Serpentes)
2. Beberapa jenis kura-kura (Chelonia)
3. Beberapa jenis kadal (Lacertilia)

IV. Cara Kerja


1. Ambilah beberapa contoh ular, amati sisik bagian kepala, badan,
dan ekor.
2. Gunakan kunci determinasi ordo Serpentes
3. Lakukan hal yang sama untuk ordo Chelonia dan ordo Lacertilia.
KELAS AVES

I. Tujuan
Mempelajari bagian-bagian luar tubuh anggota Aves yang penting untuk
identifikasi
II. Dasar Teori
Paruh pada burung dapat dibedakan menjadi: panjang bila ukurannya lebih
panjang dari kepala, pendek bila ukurannya lebih pendek dari kepala, berkait
bila paruh bagian atas lebih panjang dan melengkung menutupi paruh bagian
bawah atau membentuk bangunan seperti kait, pipih datar bila paruh lebih
mendatar (pipih) dari pada tingginya.
Bentuk kepala burung dapat dibedakan atas beberapa bentuk yaitu: Bulat
atau Oval tanpa asessoris pada bagian atasnya.
Sayap memiliki beberapa kreteria antara lain: panjang bila ukuran
bengkokan kedua sampai keujung atau lebih panjang dari badannya. Pendek bila
bengkokan kedua pada sayap lebih pendek dari badan. Bulat bila primarius
bagian tegah merupakan bulu-bulu yang paling panjang, sisanya berangsur-
angsur memendek kepangkal dan keujung sayap. Runcing bila primarius paling
ujung merupakan bulu-bulu yang paling panjang.
Bulu pada aves dibedakan menjadi dua macam:
1. Bulu lengkap (plumae) terdiri atas, batang bulu dan lembaran bulu. Batang
bulu dibedakan atas; calamus dan rachis. Lembaran bulu tersusun atas
deretan barbae, diantara barbae terdapat barbulaeyang terkait.
2. Bulu taklengkap dibedakan atas;
Plumae terdiri calamus (pendek) barbae tidak membentuk lembaran bulu,
barbulae tidak berkait
Filoplumae terdiri atas calamus, dan rachis (batas tidak jelas), barbae
(pada bagian ujung), pada bulu ini tidak dijumpai adanya barbulae.
Fungsi bulu untuk menutupi badan, menjaga suhu tubuh dan untuk
terbang. Warna bulu disebabkan oleh adanya subtansi kimia karena adanya
pigmen biochrome yang menyerap dan memantulkan cahaya dengan anjang
gelombang tertentu. Warna-warna yang ditimbulkan cahaya ialah merah, jingga,
kuning, hitam, kelabu, coklat. Warna-warna yang disebabkan adanya elemen-
elemen fisik ialah putih, biru dan germelapan.
Kegunaan warna bulu untuk membaurkan tubuh dengan lingkungannya, untuk
mengelabui predator, dan untuk menarik pasangan.
Kaki memiliki bagian-bagian yaitu;

Tarsometatarsus dengan ciri bagian ini ialah: scutellata, bila sisik tersusun saling
menutup. Reticulata, bila sisik tidak teratur. Serrata, bila sisik-sisik pada tepi
posterior tersusun berigi-rigi. Boated, bila tersus tidak bersisik.

1) Jari-jari
Rata halluk melekat pada ujung tartus seperti jari-jari yang lain. Terangkat
halluk melekat pada bagian yang lebih tinggi diatas perlekatan jari-jari
yang lain.
Cakar mempunyai kriteria bentuk: Runcing, bila cakar melangkung dan
runcing, Obtuse bila cakar agak melengkung ujung tumpul.
2) Tipe-tipe kaki
i. Tipe bertengger dibedakan atas: passerine, bila halluk melekat datar
dengan jari-jari yang lain (tiga jari kedepan, satu jari kebelakang)
Zygodactyla, bila dua jari kedepan, dua jari yang lain kebelakang.
ii. Tipe berjalan, bila halluk terangkat sehingga kedudukannya lebih
tinggi dari jari yang lain.
iii. Tipe perenang dibedakan atas: Pelmata, tiga jari depan dihubungkan
dengan selaput, sedang jari ke satu bebas. Titipelmata keempat jari
dihubungkan dengan selaput yang halus.

Ekor adalah bulu-bulu retriches. Panjang pendeknya retriches pada tepi


posterior ekor berbeda-bedan dan memperlihatkan ciri yang spesifik. Berdasarkan
ukurannya ekor dapat dibedakan menjadi: Panjang, bila ukurannya lebih panjang
dari badannya. Pendek, bila ekor lebih pendek ukurannya daripada badannya.
Rata, bila semua bulu sama panjang. Bulat, bila bulu tegah lebih panjang,
makinketepi secara berangsur semakin memendek. Runcing, bila bulu ekor bagian
tengah jauh lebih panjang dari yang lainnya.

III. Alat dan Bahan


1. Burung pipit
2. Burung gereja
3. Burung merpati
4. Burung bangau
5. Burung puyuh

IV. Cara Kerja


1. Amati dengan cerman bentuk paruh, ukuran panjang, dan kegunaan
berkaitan dengan makanannya, kepala dan asesorisnya, sayap, bulu dan
warna bulu, kaki, jumlah jari kaki dan ekor.
2. Amati pola jari-jari kaki dan peruntukannya (memanjat, nerenang,
menggantung, pejalan)
IDENTIFIKASI BURUNG

I. Tujuan
Identifikasi dan mengenal beberapa jenis burung
II. Alat dan Bahan
Beberapa jenis burung di kebun Binatang Medan (Medan Zoo)
III. Cara Kerja
1. Amati beberapa burung yang ada, catatlah ciri spesifik dari:
Paruhnya (untuk membedakan tipe makanannya) baik ukuran maupun
bentuknya.
Kepalanya, apakah ada asesorisnya atau tidak (keras seperti tanduk atau
lunak dan berwarna). Warna bulu secara keseluruhan dan pada bagian-
bagian tertentu (leher, sayap dan ekor). Ukuran sayap burung, ukuran dan
tipe ekor, ukuran dan tipe kaki.
2. Buatlah masing-masing klasifikasi dari burung yang diamati.
KELAS MAMALIA

I. Tujuan
Mengenal ciri-ciri yang umum yang terpenting pada manusia.
II. Dasar Teori
Morfologi pada mamalia yang penting untuk di amati antara lain:
(1) Pola warna: secara umum warna tubuh mamalia dapat dibedakan atas
warna bagian dorsal dan warna bagian ventral. Beberapa mamalia
memiliki pola warna tertentu, dalam hal ini perlu diperhatikan apakah
pola warna itu tersusun oleh belang-belang, bercak-bercak atau bintik-
bintik , pola warna ekor sangat penting artinya bagi pengenalan hewan
bersangkutan. Ekor sering mempunyai dua warna yang susunannya
berbeda-beda, warna di bagian pangkal dan warna yang lain di bagian
ujung atau satu warna di bagian dorsal dan satu warna dibagaian
ventral.
1. Ukuran tubuh: ukuran panjang dinyatakan dalam milimeter
sedang ukuran berat dalam gram dan kilogram. Bagian yag
perlu untuk diukur:
- Panjang kepala badan: ukuran panjang mulai dari moncong
sampai ke anus
- Ekor: mulai dari anus sampai ujung ekor (mulai dari tumit
sampai ke ujung jari terpanjang.
- Kaki belakang: mulai dan tumit sampai ke ujung jari
terpanjang (jari tidak termasuk).
- Telinga: mulai dari takik (lekukan) pada pangkal telinga
sampai ke ujung telinga (tidak termasuk rambut-rambut
pada ujung telinga).
2. Bentuk dan struktur dan fonnula gigi penting artinya dii dalam
pengenalan hewan. Bentuk dan struktur gigi berkaitan dengan
fungsinya, sedangkan fungsi gigi berkaitan dengan jenis
makanannya. Berdasarkan tipenya dibedakan menjadi:
- Bonodont, pada hewan omnivera
- Secodont, pada hewan carnivora
- Lophodont, pada kebanyakan herbivora
- Bilophodont, pada lagomorpha dan beberapa rodent
- Selonodont, pada kebanyakan artiodactyla
3. Alat gerak
Kedua alat gerak, kaki depan dan belakang terdiri atas
komponen dasar yakni: segmen proximal, segmen tengah,
segmen destal. Walaupun pola dasarnya sama tetapi struktur
luarnya sangat berbeda-beda. Perbedaan ini dapat tercermin
pada postur kaki yakni bersifat plantigrade, digtigrade, dan
unguligrade.
Alat gerakini banyak mengalami perubahan sesuai dengan cara
hidup. Pada mamalia cursorial (pelari), meta carpal dan meta
tarsall sangat memanjang dan ramping. Saltatirial (pelompat),
meta tarsall memanjang. Dan aquatis, kaki depan berubah jadi
filper. Bagian kaki depan terdiri atas humerus, ulna, radius,
carpal, meta carpal serta phalanges. Sedang kaki belakang
terdiri atas: femur, tibia, fibula,patella,meta tarsall,dan
phalanges.
4. Glandulla Mammae:
Puting susu dan beberapa mammae sangat membantu di dalam
pngenalan jenisnya. Glandulla mammae biasanya tersusun
berpasangan, terletak di daerah pectoral atau di daerah pelvis,
atau terbagi dalam dua kelompok, satu kelompok di daerah
pectoral, satukelompok di dearah pelvis atau berderet-deret
memanjang daripectoral.
III. Alat dan Bahan
1. Tikus putih/tikus rumah/kelinci jantan dan berita
2. Kucing
IV. Cara Kerja
1. Amati bentuk badan secara keseluruhan
2. Pada bagian kepala perhatikan bentuk kepala dan perhatikan mata, telinga
serta indra penciumana (datar dan menonjol)
3. Amati bentuk badannya memnajang, membulat, atau melengkung
4. Amati ekornya (ada atau tidak, panjang atau pendek)
5. Amati jumlah gigi dan tipe giginya
6. Amati alat geraknya dan kuku/cakarnya
7. Amati glandula mammae pada yang betina dan jumlahnya.
IDENTIFIKASI MAMALIA

I. Tujuan
Identifikasi dan mengenal jenis anggota mamalia
II. Dasar teori
Mamalia merupakan kelompok hewan vertebrata yang memiliki ciri umum
sebagai berikut : kulit tertutup rambut-rambut dalam kulit terdapat glandula
sebacea mempunyai glandula mammae mempunyai daun teliga
(kecualiMonotremata), jari-jari pada tiap kaki atau tanggan biasanya lima atau
kurang, bersifat plantigrade, digitigrade, atau unguligrade (kecuali yang hidup di
air), melahirkan anak kecuali Monotremata
Identifikasi dan pengenalan anggota Mamalia yang secara morfologi di
laksanakan di Museum Rahmat dan kebun binatang . Yang antara lain terdapat :
1. Bos sondaicus (banteng)
2. Cervus unicolor (macan)
3. Cervus bicolor (macan dengan dua warna)
4. Axis-axis (macan tutul)
5. Elephas maximus (gajah)
6. Helarctus malayanus (beruang)
7. Panthera pardus (harimau tutul)
8. Panthera tigris (harimau belang)
9. Macaca fascicularis (kera ekor panjang)
10. Presbytis pyerus (lutung)
11. Pongo pygmaeus (orang utan)
12. Hylobates syndactylus (siamang)
13. Tapirus indicus (tapir)

III. Alat Dan Bahan


Anggota mamalia herbivora, carnivora, dan amnivora yang ada dikebun
binatang dan Musium Rahmat.
IV. Cara Kerja
1. Amati morfologi badan secara umum.
2. Perhatikan bentuk dan struktur gigi yang dapat mengindikasikan jenis
makanan dan tipe hewannya.
3. Perhatikan bentuk telapak kakinya untuk menopang berat tubuh hewan
mamalia (plantigrade = menapak dengan telapak, unguli grade = menapak
dengan kuku, atau digitigrade = menapak dengan jari-jari)
4. Buatlah klasifikasi dari masing-masing hewan yang telah diamati

V. Cara Kerja
A. Taxidermi:
- Bius hewan sampai mati dengan cara memasukannya kedalam botol
pembius (berisi kapas yang telah dibasahi dengan kloroform) ukur
bagian utama dari tubuh hewan dan catat.
- Bedah dan keluarkan seluruh isi perut, otak, mata, tulang leher, tulang
dada dan tulang paha, demikian juga dengan sebagian besar otot-
ototnya hati-hati jangan sampai merusak kulit dan bulunya.
- Selesai pembedahan dan pengeluaran bagian tubuh, bersihkan dan
keringkan kulit dan bulu dengan kapas kemudian bubuhi boraks sampai
merata.
- Dengan menggunakan tang, buatlah rangka-rangka kawat sesuai dengan
bentuk dan ukuran tubuh hewan yang saudara catat kemudian masukan
ke dalam tubuh hewan tersebut, masukan kelereng yang sesuai ke
rongga mata.
- Isilah bagian tubuh (seperti leher, badan dan paha) hewan tersebut
dengan kapas sampai padat. Usahakan agar bentuknya tetap
menyurupai bentuk asli (hidup)
- Letakkan hewan tersebut pada papan atau penyangga dengan posisi
alamiah (umpamanya : burung sedang mengapak sayapnya, bertengger
dll).
B. Awetan Basahan
- Bius hewannya menjadi objek saudara sampai mati. Untuk kadal dan
kodok, buat sectio memanjang dibagian viseral sampai seluruh organ-
organ viseralnya terbedah. Cecak, ular dan ikan tidak perluh dibedah.
- Masing-masing objek diletakkan pada keping kaca dengan bagian
ventra’ menghadap keping kacanya, lalu diikat dengan benang (katak
dan kodok doletakkan dengan bagian ventral menghadap keatas).
- Masukan objek diatas kedalam botol objek lalu awetkan dengan
formalin bertingkat yang diganti setiap hari sampai awetan tampak
jernih. Pada penggantian terakhir, isilah botol dengan formalin 30%
sampai seluruh objek terpendam.
- Tutuplah botol objek dengan rapat lalu segel dengan slotip (lem
plastik)
- Buat labelnya.

Catatan:

a. Untuk objek yang banyak ototnya, sebelum rendaman dengan formalin


bertingkat, lebih baik disuntik terlebih dahulu dengan formalin 30%.
b. Formalin bertingkat dibuat dengan cara mencampurkan formalin denga air
(diencerkan) dengan kepekatan naik).

V.Tugas

a. Tuliskan pada label objek saudara (diketik)


- Kedudukan sistematikanya secara lengkap
- Asal objek (tempat darimana objek ditangkap)
- Deskripsi singkat tentang objek (jenis kelamin, ekologi, makanan,
perilaku, dll).
- Nama kolektor (hanya nama anggota kelompok yang hadir pada
saat praktikum).
(catatan : label harus dilaminasi, dan juga dilobangi pada bagian
tegah atas).
b. Bahas dan tuliskan pada kertas ukuran kwarto:
1. Apa fungsi formalin 30% dan boraks. Mengapa pada pengawetan
basah harus digunakan larutan formalin bertingkat naik (dari
konsentrasi rendah sampai tinggi)
2. Pada hewan berotot tebal, apa tujuan dilakukan penyuntikan terlebih
dahulu.
3. Jelaskan apa kegunaan taxidermi dan awetan basah pada hewan.
4. Apa beda pengawetan kering dan pengawetan basah pada hewan.
Sebutkan contoh-contoh nama hewan yang menurut saudara lebih
baik diawetkan secara kering (taxidermi), dan sebaliknya nama
hewan yang lebih baik diawetkan basah. Berikan alasan saudara
Daftar Pustaka

TIM Dosen. 2009. Penuntun Praktikum Taksonomi Hewan Tingkat Rendah. Jurusan Biologi.
Medan : Universitas Negeri Medan.
Jasa, M. 2000. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata) untuk Universitas. Surabaya :
Sinar Wijaya.

Anda mungkin juga menyukai