Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN. MR DENGAN MASALAH


PSIKOSOSIAL KETIDAKMAMPUAN KOPING KELUARGA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS 3 DENPASAR UTARA

OLEH :
KELOMPOK 1
Ni Luh Putu Santi Detiana Sari (1902621014)
Putu Saras Widar Yuliantari (1902621017)
Ni Made Krisna Dewi Widya Permata Adi (1902621020)
I Gusti Ngurah Bagus Yogi Saputra (1902621023)
Komang Hadpani (1902621029)
Rika Septiani (1902621032)
Ni Kadek Devi Budi Cahyani (1902621039)
Elizabeth Marques Leite (1902621041)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang

Gangguan jiwa merupakan suatu masalah kesehatan yang penting untuk diperhatikan,
hal itu dikarenakan penderita tidak mempunyai kemampuan untuk menilai realitas
yang buruk. Gejala dan tanda yang ditunjukkan oleh penderita gangguan jiwa antara lain
gangguan kognitif, gangguan proses pikir, gangguan kesadaran, gangguan emosi,
kemampuan berpikir, serta tingkah laku aneh ( Nasir, 2011).

Laporan WHO pada tahun 2013 menyebutkan satu dari empat orang bakal menderita
gangguan mental atau neurologis pada fase kehidupannya. Hal tersebut mengindikasikan
hampir setiap orang berisiko menderita gangguan jiwa. Saat ini diperkirakan 450 juta
orang menderita gangguan mental, neurologis maupun masalah psikososial, termasuk
kecanduan alkohol dan penyalahgunaan obat. Tak kurang dari 121 juta orang mengalami
depresi, 50 juta orang menderita epilepsi, dan 24 juta orang mengidap skizofrenia.

Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan
gejala-gejala positif seperti pembicaraan kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitif dan
persepsi; gejala-gejala negatif seperti avolition (menurunnya minat dan dorongan),
berkurangnya keinginan bicara dan miskinnya isi pembicaraan, afek yang datar; serta
terganggunya relasi personal (Arif, 2016). Tampak bahwa gejela-gejala skizofrenia
menimbulkan efek yang berat dalam kemampuan individu berpikir dan memecahkan
masalah, kehidupan afek dan mengganggu relasi sosial.

Skizofrenia sampai saat ini masih belum dipahami oleh sebagian besar masyarakat.
Masyarakat masih menganggap atau sekedar tahu bahwa skizofrenia adalah sakit jiwa
atau gila, tidak sampai mengetahui istilah skizofrenia. Hal inilah yang menyebabkan
munculnya persepsi yang salah di kalangan masyarakat secara umun, sehingga orang
yang mengalami sakit jiwa dipandang sebelah mata hingga dikucilkan (Kompas, 2012).

Orang Dengan Skizofrenia (ODS) yang mengalami kambuh disebabkan oleh dua faktor
utama, yaitu faktor ODS seperti ketidakpatuhan minum obat dan faktor lingkungan
(Rossi, et all, 2012). Keluarga yang memiliki anggota keluarga ODS merasa takut dan
bingung, karena pada umumnya keluarga tidak tahu bagaimana cara untuk menyikapi
perubahan anggota keluarga dengan ODS yang membutuhkan dukungan penyembuhan
(Stanley, et al, 2017).

Keluarga perlu memahami tentang skizofrenia, perubahan perilaku ODS yang tidak
terduga, mengatasi beban psikis, manajemen dukungan keluarga/ masyarakat, dan timbal
balik dalam hubungan dengan ODS agar dapat merawat ODS. Terapi psikoedukasi
keluarga merupakan terapi yang dapat digunakan dalam menyelesaikan permasalahan
pada ODS seperti ketidakpatuhan minum obat.

1.2 Tujuan
a. Tujuan umum
- Untuk menganalisis kasus skizofrenia dengan masalah ketidakefektifan keluarga.
b. Tujuan Khusus
- Mengetahui asuhan keperawatan dengan masalah ketidakmampuan koping
keluarga.
- Mengetahui evidenbase terkait intervensi yang dapat di berikan pada keluarga
dengan masalah ketidakmampuan koping keluarga
1.3 Manfaat
- Untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan masalah ketidakmampuan koping
keluarga.
- Uuntuk mengetahui evidenbase terkait intervensi yang dapat di berikan pada
keluarga dengan masalah ketidakmampuan koping keluarga

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Ketidakmampuan koping keluarga merupakan masalah psikososial dengan perilaku
individu pendukung (anggota keluarga, orang terdekat, atau teman dekat) yang
membatasi kapasitas/kemampuannya dan kemampuan klien untuk secara efektif
melakukan tugas penting untuk adaptasi keduanya terhadap masalah kesehatan
(Herdman dan Kamitsuru, 2018).
II. Batasan Karakteristik
Adapun batasan karakteristik menurut Herdman dan Kamitsuru (2018) mengenai
masalah psikososial ketidakmampuan koping keluarga, yaitu:

a. Penolakan s. Hiperfokus pada klien dalam


b. Mengadopsi gejala penyakit
waktu lama
klien t. Gejala psikosomatis
c. Agresi
d. Agitasi
e. Ketergantungan klien
f. Depresi
g. Membelot
h. Tidak menghargai kebutuhan
klien
i. Distorsi realitas tentang
masalah kesehatan klien
j. Perilaku keluarga yang
mengganggu kesejahteraan
k. Permusuhan
l. Gangguan kemampuan untuk
menyusun kehidupan yang
berarti
m. Gangguan individualisasi
n. Intoleransi
o. Mengabaikan kebutuhan
dasar klien
p. Mengabaikan hubungan
dengan anggota keluarga
q. Mengabaikan program
pengobatan
r. Melakukan rutinitas tanpa
memperdulikan kebutuhan
klien
III. Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Setelah diberikan asuhan NIC Label: Family Support NIC Label: Family Support
keperawatan selama ….x 24 jam 1. Dengarkan keluhan, 1. Ungkapan keluhan, perasaan,
diharapkan koping keluarga efektif perasaan, dan pertanyaan dan pertanyaan dari keluarga
dengan kriteria hasil: dari keluarga merupakan awal perilaku
NOC Label: Family Coping keterbukaan dan adaptif dari
1. Mampu memanajemen keluarga
masalah keluarga 2. Fasilitasi komunikasi untuk
2. Mampu melibatkam seluruh keluhan, perasaan, dan
anggota keluarga dalam pertanyaan antara pasien 2. Keterbukaan antaranggota
pengambilan keputusan dengan keluarga atau keluarga mampu
3. Mengekspresikan perasaan dan antaranggota keluarga meminimalkan perselisihan
emosi secara terbuka 3. Bina hubungan saling
antaranggota keluarga percaya dengan keluarga
4. Mampu menggunakan strategi 3. Bina hubungan saling
untuk memanajemen konflik percaya menjadi awal dan
5. Mampu membentuk jadwal hal paling penting dalam
4. Terima nilai-nilai di dalam melakukan asuhan
rutinitas dan aktivitas keluarga
6. Mampu berbagi tanggung keluarga tanpa keperawatan pada pasien
jawab untuk setiap menyalahkan
tugas/pekerjaan dalam
keluarga 4. Nilai-nilai dan keyakinan
5. Jawab seluruh pertanyaan dalam keluarga berkaitan
7. Mampu menggunakan support
atau bantu keluarga dalam erat dengan bagaimana
system keluarga yang ada
mencari jawaban atas keluarga bertindak dan
8. Mampu menggunakan sumber
pertanyaan yang dimiliki berperilaku
daya di komunitas
(Moorhead, Johnson, Maas, dan
Swanson, 2013) 6. Identifikasi kebutuhan 5. Menjawab pertanyaan
spiritual keluarga bertujuan memenuhi
ketidaktahuan keluarga

7. Hilangkan perbedaan
persepsi yang ada pada
pasien, keluarga, dan tenaga 6. Pemenuhan kebutuhan
kesehatan melalui spiritual dapat
penggunaan komunikasi mempengaruhi keyakinan
terapeutik dan nilai-nilai keluarga yang
berdampak pada sikap dan
8. Respek dan dukung
perilaku keluarga
mekanisme koping adaptif
yang digunakan keluarga
9. Konseling keluarga untuk 7. Perbedaan persepsi mampu
tambahan skill koping menimbulkan konflik.
efektif Komunikasi terapeutik dapat
membantu komunikasi
menjadi lebih efektif

8. Mekanisme koping adaptif


merupakan mekanisme
10. Sediakan informasi
pertahanan diri dari setiap
progres kesehatan pasien
individu dalam menghadapi
secara berkala untuk
suatu masalah untuk
keluarga
perlindungan diri
(Setyaningsih, 2012)
11. Sediakan informasi
penting yang dipilih 9. Konseling merupakan proses
keluarga dalam membuat yang dapat membantu
keputusan untuk individu untuk mengatasi
perawatan pasien hambatan-hambatan
perkembangan dirinya dan
untuk mencapai
12. Dorong keluaga untuk perkembangan kemampuan
membuat keputusan pribadi yang dimilikinya
untuk rencana jangka secara optimal (Husen, 2017)
panjang bagi pasien
10. Berbagi informasi terutama
progres kesehatan pasien
NIC Label: Family Therapy bertujuan meningkatkan
1. Gunakan riwayat keluarga
pengetahuan dan
atau sejarah keluarga
pemahaman keluarga sebagai
untuk mendorong diskusi
caregiver tentang kesehatan
keluarga
pasien
2. Tentukan pola
komunikasi keluarga 11. Penyediaan informasi
3. Identifikasi bagaimana mampu meningkatkan
keluarga menyelesaikan pengetahuan dan
suatu masalah pemahaman keluarga tentang
hal yang berkaitan dengan
4. Tentukan bagaimana perawatan pasien
keluarga membuat suatu
keputusan 12. Kemampuan pengambilan
keputusan keluarga harus
berorienntasi pada manfaat
5. Identifikasi sumber jangka panjang dan jangka
kekuatan keluarga pendek

6. Identifikasi aturan yang NIC Label: Family Therapy


diterapkan dalam 1. History atau cerita seputaran
keluarga keluarga dapat mendorong
anggota keluarga memulai
diskusi
7. Bantu anggota keluarga
untuk lebih
berkomunikasi efektif 2. Pola komunikasi dapat
8. Fasilitasi diskusi keluarga mempengaruhi persepsi dan
pemahaman antarkeluarga
9. Fasilitasi strategi untuk 3. Cara penyelesaian masalah
mengurangi stress mempengaruhi pemahaman
dan persepsi antarkeluarga
10. Minta anggota keluarga
untuk berpartisipasi 4. Cara pembuatan keputusan
dalam pekerjaan rumah, mempengaruhi pemahaman
seperti makan bersama dan persepsi antarkeluarga

5. Sumber kekuatam keluarga


11. Fasilitasi keluarga dalam penting dalam mendukung
menyusun ulang struktur keluarga
keluarga jika diperlukan
(Bulechek, Butcher, 6. Aturan dalam keluarga
Dochterman, dan Wagner, berpengaruhi besar bagi
2013) pemahaman dan perilaku
serta sikap antaranggota
keluarga

7. Komunikasi efektif dapat


meminimalkan
kesalahpahaman

8. Diskusi sebagai wadah


keluarga menyalurkan
persepsi dan pemikiran

9. Stress dapat menjadi pemicu


timbulnya konfilk

10. Partisipasi seluruh anggota


keluarga dapat meningkatkan
keterikatan hubungan
antaranggota keluarga

11. Penyusunan dan penyesuaian


struktur dan pembagian tugas
yang sesuai antaranggota
keluarga dapat menjadi kunci
penting dalam interaksi dan
hubungan antaranggota
keluaga

BAB III
KASUS SEMINAR DAN ASKEP

Tn. MR berusia 45 tahun terdiagnosa skizofrenia sejak berusia 25 tahun setelah


datang dari seleksi Taspen di Jakarta. Berdasarkan penjelasan dari adik pasien,
sebelum sakit Tn. MR adalah pribadi yang tertutup dan jarang bercerita jika memiliki
masalah. Adik pasien menyatakan, setelah datang dari Jakarta Tn. MR sempat
berdiam diri di kamar dan kabur dari rumah. Selama ini pasien sudah mendapatkan
pengobatan yaitu risperidon dengan dosis 1 tablet / hari setiap 24 jam, namun saat
pengkajian dilakukan, saudara pasien menyatakan memberikan obat dengan dosis 2
tablet / hari dengan jam yang tidak menentu. Hal ini dilakukan karena saat diberikan
1 tablet obat, pasien justru sering keluar rumah hingga jam 4 pagi dan susah untuk
diajak pulang. Adik pasien menyatakan Tn. MR sempat direkomendasikan untuk
mengikuti rehabilitasi di Rumah Berdaya. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan
pada pasien, beliau mengatakan sangat senang ketika berada di Rumah Berdaya
karena dapat melakukan aktivitas bersama dengan teman – temannya seperti
membungkus dupa dan mencuci motor. Namun, saat ini pasien tidak ke Rumah
Berdaya lagi karena tidak ada yang menjemput dan keluarga mengatakan tidak ada
transport untuk mengantar pasien. Penampilan umum pasien saat ini, tampak kotor
(kuku pasien panjang dan hitam, pakaian tidak diganti dan tampak kotor).

BAB IV

RINGKASAN JURNAL

Judul :Pengaruh Terapi Psikoedukasi Keluarga Skizofrenia Paranoid Terhadap


Kepatuhan Minum Obat Pasien
Penulis : Mohammad Fatkhul Mubin, Desi Ariyana Rahayu

Tahun : 2019

Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan kronik dan berisiko kambuh. ODS yang
mengalami kambuh ditahun pertama atau kembali dirawat di rumah sakit sebanyak
50- 60%. Pasien ODS paranoid yang mengalami kambuh disebabkan oleh dua faktor
utama, yaitu faktor ODS dan faktor lingkungan. Faktor yang bersumber dari ODS
adalah ketidakpatuhan sehubungan dengan perilaku ODS paranoid (ketidakmampuan
mengontrol perilaku) (26%), ketidakpatuhan ODS paranoid sehubungan dengan
pengobatan (15%) dan pekerjaan (9%). Ketidakpatuhan minum obat dan
menyebabkan kekambuhan ODS cukup tinggi yang memerlukan penanganan yang
serius. Dampak kekambuhan bagi keluarga adalah peningkatan beban keluarga dalam
merawat.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi psikoedukasi keluarga


skizofrenia paranoid (TPEK-SP) terhadap kepatuhan minum obat pasien dengan
menggunakan studi kuantitatif yang menggunakan desain eksperimental dengan
randomized pre post control group design. Populasi pada penelitian ini berjumlah 84
responden yang terdiri dari 42 orang pada kelompok intervensi dan 42 orang pada
kelompok kontrol dengan menggunakan uji beda. Langkah awal yaitu mencari
instrumen pengukuran yang sudah terstandar secara nasional atau internasional.
Kepatuhan minum obat ODS dengan mengelompokan jawaban, yaitu skor “0“, jika
lupa dan atau menolak minum obat; “1”, jika teratur minum obat. Kepatuhan minum
obat ODS dikategorikan sebagai berikut: patuh dan tidak patuh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas permasalahan yang muncul dari ODS
terkait kepatuhan minum obat, yaitu disebabkan ODS merasa tidak sakit lagi,
mengantuk, lemas, kaku bagian rahang atau lidah, dan kurangnya disiplin minum
obat. Ketidakmampuan merawat keluarga dan ekspresi emosi keluarga juga menjadi
sebab ODS tidak patuh minum obat karena ODS merasa tertekan. Sedangkan
kekambuhan ODS ditandai dengan munculnya kembali halusinasi, waham dan
perilaku kekerasan disebabkan ketidakpatuhan ODS dalam minum obat, stres ODS
dan permasalahan yang muncul akibat ketidakmampuan keluarga dalam merawat
ODS. Hasil uji terapi menunjukkan kepatuhan minum obat ODS paranoid pada
kelompok intervensi dan kontrol setelah diberi terapi psikoedukasi keluarga
skizofrenia paranoid, kepatuhan minum obat kelompok intervensi lebih baik dan
berpengaruh secara bermakna dibanding kelompok kontrol
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan
gejala-gejala positif seperti pembicaraan kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitif
dan persepsi; gejala-gejala negatif seperti avolition (menurunnya minat dan
dorongan), berkurangnya keinginan bicara dan miskinnya isi pembicaraan, afek yang
datar; serta terganggunya relasi personal. Penelitian Pengaruh Terapi Psikoedukasi
Keluarga Skizofrenia Paranoid Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pasien
menunjukkan bahwa mayoritas permasalahan yang muncul dari ODS terkait
kepatuhan minum obat. Ketidakmampuan merawat keluarga dan ekspresi emosi
keluarga juga menjadi sebab ODS tidak patuh minum obat karena ODS merasa
tertekan. Sedangkan kekambuhan ODS ditandai dengan munculnya kembali
halusinasi, waham dan perilaku kekerasan disebabkan ketidakpatuhan ODS dalam
minum obat, stres ODS dan permasalahan yang muncul akibat ketidakmampuan
keluarga dalam merawat ODS. Hasil uji terapi menunjukkan kepatuhan minum obat
ODS paranoid pada kelompok intervensi dan kontrol setelah diberi terapi
psikoedukasi keluarga skizofrenia paranoid, kepatuhan minum obat kelompok
intervensi lebih baik dan berpengaruh secara bermakna dibanding kelompok kontrol.

5.2 Saran

Kemampuan keluarga merawat ODS dapat membantu kepatuhan ODS mengonsumsi


obat sehingga diharapkan keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan
skizofrenia dapat diberikan psikoedukasi agar meningkatkan kepatuhan minum obat.
DAFTAR PUSTAKA

Arif. (2016). Prevalensi orang dengan Skizofrenia. Retieved from :


http://eprints.ums.ac.id Diakses 31 Oktober 2019
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. (2013). Nursing
intervention classification (sixth edition). USA: Elsevier Mosby
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I diagnosis keperawatan : definisi
dan klasifikasi 2018-2020, (alih bahasa: Budi Anna Keliat, Henny Suzana
Mediani, Teuku Tahlil)(ed. 11). Jakarta: EGC
Husen, K. (2016). Pengaruh pemberian konseling individu sebelum melahirkan
terhadap tingkat kecemasan pada ibu postpartum. Karya Tulis Ilmiah. Retrieved
from http://eprints.undip.ac.id/ (Diakses pada 27 Oktober 2019).
Mohammad, F. Desi, A. (2018). Pengaruh Terapi Psikoedukasi Keluarga Skizofrenia
Paranoid Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pasien . Jurnal Keperawatan
Volume 11 No 2 Juni 2019, Hal 93 – 102
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., & Swanson, E. (2013). Nursing outcome
classification (fifth edition). USA: Elsevier Mosby.
Nasir. (2011). Penerapan Terapi Kognitif dan Psikoedukasi Keluarga pada Klien
Skizofrnia . Retieved from : http://eprints.ums.ac.id Diakses 31 Oktober 2019
Setyaningsih, D. (2012). Mekanisme koping remaja dalam menghadapi sindrom
premenstruasi di sma n 1 sokaraja. Skripsi. Retrieved from epository.ump.ac.id/
(Diaskes pada 27 Oktober 2019).
World Health Organization .(2013). Psychological distress, perceived burden and
quality of life in caregivers of persons with schizophrenia. Journal of mental
health 26(2):134-41.

Anda mungkin juga menyukai