OLEH :
KELOMPOK 1
Ni Luh Putu Santi Detiana Sari (1902621014)
Putu Saras Widar Yuliantari (1902621017)
Ni Made Krisna Dewi Widya Permata Adi (1902621020)
I Gusti Ngurah Bagus Yogi Saputra (1902621023)
Komang Hadpani (1902621029)
Rika Septiani (1902621032)
Ni Kadek Devi Budi Cahyani (1902621039)
Elizabeth Marques Leite (1902621041)
Gangguan jiwa merupakan suatu masalah kesehatan yang penting untuk diperhatikan,
hal itu dikarenakan penderita tidak mempunyai kemampuan untuk menilai realitas
yang buruk. Gejala dan tanda yang ditunjukkan oleh penderita gangguan jiwa antara lain
gangguan kognitif, gangguan proses pikir, gangguan kesadaran, gangguan emosi,
kemampuan berpikir, serta tingkah laku aneh ( Nasir, 2011).
Laporan WHO pada tahun 2013 menyebutkan satu dari empat orang bakal menderita
gangguan mental atau neurologis pada fase kehidupannya. Hal tersebut mengindikasikan
hampir setiap orang berisiko menderita gangguan jiwa. Saat ini diperkirakan 450 juta
orang menderita gangguan mental, neurologis maupun masalah psikososial, termasuk
kecanduan alkohol dan penyalahgunaan obat. Tak kurang dari 121 juta orang mengalami
depresi, 50 juta orang menderita epilepsi, dan 24 juta orang mengidap skizofrenia.
Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan
gejala-gejala positif seperti pembicaraan kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitif dan
persepsi; gejala-gejala negatif seperti avolition (menurunnya minat dan dorongan),
berkurangnya keinginan bicara dan miskinnya isi pembicaraan, afek yang datar; serta
terganggunya relasi personal (Arif, 2016). Tampak bahwa gejela-gejala skizofrenia
menimbulkan efek yang berat dalam kemampuan individu berpikir dan memecahkan
masalah, kehidupan afek dan mengganggu relasi sosial.
Skizofrenia sampai saat ini masih belum dipahami oleh sebagian besar masyarakat.
Masyarakat masih menganggap atau sekedar tahu bahwa skizofrenia adalah sakit jiwa
atau gila, tidak sampai mengetahui istilah skizofrenia. Hal inilah yang menyebabkan
munculnya persepsi yang salah di kalangan masyarakat secara umun, sehingga orang
yang mengalami sakit jiwa dipandang sebelah mata hingga dikucilkan (Kompas, 2012).
Orang Dengan Skizofrenia (ODS) yang mengalami kambuh disebabkan oleh dua faktor
utama, yaitu faktor ODS seperti ketidakpatuhan minum obat dan faktor lingkungan
(Rossi, et all, 2012). Keluarga yang memiliki anggota keluarga ODS merasa takut dan
bingung, karena pada umumnya keluarga tidak tahu bagaimana cara untuk menyikapi
perubahan anggota keluarga dengan ODS yang membutuhkan dukungan penyembuhan
(Stanley, et al, 2017).
Keluarga perlu memahami tentang skizofrenia, perubahan perilaku ODS yang tidak
terduga, mengatasi beban psikis, manajemen dukungan keluarga/ masyarakat, dan timbal
balik dalam hubungan dengan ODS agar dapat merawat ODS. Terapi psikoedukasi
keluarga merupakan terapi yang dapat digunakan dalam menyelesaikan permasalahan
pada ODS seperti ketidakpatuhan minum obat.
1.2 Tujuan
a. Tujuan umum
- Untuk menganalisis kasus skizofrenia dengan masalah ketidakefektifan keluarga.
b. Tujuan Khusus
- Mengetahui asuhan keperawatan dengan masalah ketidakmampuan koping
keluarga.
- Mengetahui evidenbase terkait intervensi yang dapat di berikan pada keluarga
dengan masalah ketidakmampuan koping keluarga
1.3 Manfaat
- Untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan masalah ketidakmampuan koping
keluarga.
- Uuntuk mengetahui evidenbase terkait intervensi yang dapat di berikan pada
keluarga dengan masalah ketidakmampuan koping keluarga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Ketidakmampuan koping keluarga merupakan masalah psikososial dengan perilaku
individu pendukung (anggota keluarga, orang terdekat, atau teman dekat) yang
membatasi kapasitas/kemampuannya dan kemampuan klien untuk secara efektif
melakukan tugas penting untuk adaptasi keduanya terhadap masalah kesehatan
(Herdman dan Kamitsuru, 2018).
II. Batasan Karakteristik
Adapun batasan karakteristik menurut Herdman dan Kamitsuru (2018) mengenai
masalah psikososial ketidakmampuan koping keluarga, yaitu:
7. Hilangkan perbedaan
persepsi yang ada pada
pasien, keluarga, dan tenaga 6. Pemenuhan kebutuhan
kesehatan melalui spiritual dapat
penggunaan komunikasi mempengaruhi keyakinan
terapeutik dan nilai-nilai keluarga yang
berdampak pada sikap dan
8. Respek dan dukung
perilaku keluarga
mekanisme koping adaptif
yang digunakan keluarga
9. Konseling keluarga untuk 7. Perbedaan persepsi mampu
tambahan skill koping menimbulkan konflik.
efektif Komunikasi terapeutik dapat
membantu komunikasi
menjadi lebih efektif
BAB III
KASUS SEMINAR DAN ASKEP
BAB IV
RINGKASAN JURNAL
Tahun : 2019
Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan kronik dan berisiko kambuh. ODS yang
mengalami kambuh ditahun pertama atau kembali dirawat di rumah sakit sebanyak
50- 60%. Pasien ODS paranoid yang mengalami kambuh disebabkan oleh dua faktor
utama, yaitu faktor ODS dan faktor lingkungan. Faktor yang bersumber dari ODS
adalah ketidakpatuhan sehubungan dengan perilaku ODS paranoid (ketidakmampuan
mengontrol perilaku) (26%), ketidakpatuhan ODS paranoid sehubungan dengan
pengobatan (15%) dan pekerjaan (9%). Ketidakpatuhan minum obat dan
menyebabkan kekambuhan ODS cukup tinggi yang memerlukan penanganan yang
serius. Dampak kekambuhan bagi keluarga adalah peningkatan beban keluarga dalam
merawat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas permasalahan yang muncul dari ODS
terkait kepatuhan minum obat, yaitu disebabkan ODS merasa tidak sakit lagi,
mengantuk, lemas, kaku bagian rahang atau lidah, dan kurangnya disiplin minum
obat. Ketidakmampuan merawat keluarga dan ekspresi emosi keluarga juga menjadi
sebab ODS tidak patuh minum obat karena ODS merasa tertekan. Sedangkan
kekambuhan ODS ditandai dengan munculnya kembali halusinasi, waham dan
perilaku kekerasan disebabkan ketidakpatuhan ODS dalam minum obat, stres ODS
dan permasalahan yang muncul akibat ketidakmampuan keluarga dalam merawat
ODS. Hasil uji terapi menunjukkan kepatuhan minum obat ODS paranoid pada
kelompok intervensi dan kontrol setelah diberi terapi psikoedukasi keluarga
skizofrenia paranoid, kepatuhan minum obat kelompok intervensi lebih baik dan
berpengaruh secara bermakna dibanding kelompok kontrol
BAB V
5.1 Kesimpulan
Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan
gejala-gejala positif seperti pembicaraan kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitif
dan persepsi; gejala-gejala negatif seperti avolition (menurunnya minat dan
dorongan), berkurangnya keinginan bicara dan miskinnya isi pembicaraan, afek yang
datar; serta terganggunya relasi personal. Penelitian Pengaruh Terapi Psikoedukasi
Keluarga Skizofrenia Paranoid Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pasien
menunjukkan bahwa mayoritas permasalahan yang muncul dari ODS terkait
kepatuhan minum obat. Ketidakmampuan merawat keluarga dan ekspresi emosi
keluarga juga menjadi sebab ODS tidak patuh minum obat karena ODS merasa
tertekan. Sedangkan kekambuhan ODS ditandai dengan munculnya kembali
halusinasi, waham dan perilaku kekerasan disebabkan ketidakpatuhan ODS dalam
minum obat, stres ODS dan permasalahan yang muncul akibat ketidakmampuan
keluarga dalam merawat ODS. Hasil uji terapi menunjukkan kepatuhan minum obat
ODS paranoid pada kelompok intervensi dan kontrol setelah diberi terapi
psikoedukasi keluarga skizofrenia paranoid, kepatuhan minum obat kelompok
intervensi lebih baik dan berpengaruh secara bermakna dibanding kelompok kontrol.
5.2 Saran