Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk

membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk

berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh (Rock CL, 2004).

Status nutrisi normal menggambarkan keseimbangan yang baik antara asupan

nutrisi dengan kebutuhan nutrisi (Denke, 1998; Klein S, 2004). Kekurangan

nutrisi memberikan efek yang tidak diinginkan terhadap struktur dan fungsi

hampir semua organ dan sistem tubuh (Suastika, 1992).

Terdapat 3 pilihan dalam pemberian nutrisi yaitu diet oral, nutrisi enteral dan

nutrisi parenteral. Diet oral diberikan kepada penderita yang masih bisa menelan

cukup makanan dan keberhasilannya memerlukan kerjasama yang baik antara

dokter, ahli gizi,penderita dan keluarga. Nutrisi enteral bila penderita tidak bisa

menelan dalam jumlah cukup, sedangkan fungsi pencernaan dan absorbsi usus

masih cukup baik. Selama sistem pencernaan masih berfungsi atau berfungsi

sebagian dan tidak ada kontraindikasi maka diet enteral (EN) harus

dipertimbangkan, karena diet enteral lebih fisiologis karena meningkatkan aliran

darah mukosa intestinal, mempertahankan aktivitas metabolik serta keseimbangan

hormonal dan enzimatik antara traktus gastrointestinal dan liver.

Diet enteral mempunyai efek enterotropik indirek dengan menstimulasi hormon

usus seperti gastrin, neurotensin, bombesin, enteroglucagon. Gastrin mempunyai

efek tropik pada lambung, duodenum dan colon sehingga dapat mempertahankan

1
integritas usus,mencegah atrofi mukosa usus dan translokasi bakteri, memelihara

gut-associated lymphoid tissue (GALT) yang berperan dalam imunitas mukosa

usus (Shike, 1996;Bruera, 2003; Rombeau, 2004; Trujillo, 2005; Boediwarsono,

2006).

1.2 Rumusan masalah

1. Apakah yang dimaksud enteral nutrition?


2. Bagaimana formula enteral nutrition?
3. Bagaimana cara pemberian enteral nutrition?

1.3 Tujuan

1. Untuk mangetahui apakah yang dimaksud enteral nutrition


2. Untuk mangetahui bagaimana formula enteral nutrition
3. Untuk mangetahui bagaimana cara pemberian enteral nutrition

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Enteral Nutrition (EN)

Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat

memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral. Formula nutrisi diberikan

kepada pasien melalui tube kedalam lambung (gastric tube), nasogastric tube

(NGT), atau jejunum, dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin.

2
Rute pemberian nutrisi secara enteral diantaranya melalui nasogastric,

transpilorik, perkutaneus.

Tujuan dari pemberian nutrisi secara enteral adalah untuk memberikan

asupan nutrisi yang adekuat pada pasien yang belum mampu menelan atau

absorbsi fungsi nutrisinya terganggu. Pemberian nutrisi secara enteral juga

berperan menunjang pasien sebagai respons selama mengalami keradangan,

trauma, proses infeksi, pada sakit kritis dalam waktu yang lama.

Kontraindikasi pemberian nutrisi secara enteral diantaranya keadaan

dimana saluran cerna tidak berjalan sesuai mestinya, kelainan anatomi saluran

cerna, iskemia saluran cerna, dan peritonitis berat.

Pemberian nutrsi enteral terkadang mengalami hambatan. Beberapa

hambatan yang terjadi diantaranya adalah:

 Gagalnya pengosongan lambung


 Aspirasi dari isi lambung
 Sinusitis
 Esophagitis
 Salah meletakkan pipa

Pada prinsipnya, pemberian formula enteral dimulai dengan dosis rendah

dan ditingkatkan bertahap hingga mencapai dosis maksimum dalam waktu

seminggu. Makanan enteral yang telah disediakan sebaiknya dihabiskan dalam

waktu maksimal 4 jam, waktu selebihnya akan membahayakan karena

kemungkinan makanan tersebut telah terkontaminasi bakteri.

2.3 Formula enteral

3
Makanan enteral sebaiknya mempunyai komposisi yang seimbang. Kalori

non protein dari sumber karbohidrat berkisar 60-70%, bisa merupakan

polisakarida, disakarida, maupun monosakarida. Glukosa polimer merupakan

karbohidrat yang lebih mudah diabsorbsi. Sedangkan komposisi kalori non protein

dari sumber lemak berkisar 30-40%. Protein diberikan dalam bentuk polimerik

(memerlukan enzim pancreas) atau peptide.

Pada formula juga perlu ditambahkan serat. Serat akan mengurangi resiko

diare dan megurangi resiko konstipasi, memperlambat waktu transit pada saluran

cerna, dan merupakan control glikemik yang baik. Serat juga membantu

fermentasi di usus besar sehingga menghasilkan SCFA. SCFA menyediakan

energy untuk sel epitel untuk memelihara integritas dinding usus.

Jenis Makanan / Nutrisi Enteral diantaranya:

a) Makanan / nutrisi enteral formula blenderized: Makanan ini dibuat dari

beberapa bahan makanan yang diracik dan dibuat sendiri dengan

menggunakan blender. Konsistensi larutan, kandungan zat gizi, dan

osmolaritas dapat berubah pada setiap kali pembuatan dan dapat

terkontaminasi. Formula ini dapat diberikan melalui pipa sonde yang agak

besar, harganya relatif murah.

Contoh :

1 Makanan cair tinggi energi dan tinggi protein (susu full cream, susu rendah

laktosa, telur, glukosa, gula pasir, tepung beras, sari buah).

2 Makanan cair rendah laktosa (susu rendah laktosa, telur, gula pasir, maizena)

4
3 Makanan cair tanpa susu (telur, kacang hijau, wortel, jeruk)

4 Makanan khusus (rendah protein untuk penyakit ginjal, rendah purin untuk

penyakit gout, diet diabetes)

b) Makanan / nutrisi enteral formula komersial: Formula komersial ini berupa

bubuk yang siap di cairkan atau berupa cairan yang dapat segera diberikan.

Nilai gizinya sesuai kebutuhan, konsistensi dan osmolaritasnya tetap, dan

tidak mudah terkontaminasi.

Contoh :

1 Polimerik : mengandung protein utuh untuk pasien dengan fungsi saluran

gastrointestinal normal atau hampir normal (panenteral, fresubin)

2 Pradigesti : diet dibuat dengan formula khusus dalam bentuk susu

elementar yang mengandung asam amino dan lemak yang langsung

diserap usus untuk pasien dengan gangguan fungsi saluran gastrointestinal

(pepti 2000)

3 Diet enteral khusus untuk sirosis (aminolebane EN, falkamin), diabetes

(diabetasol), gagal ginjal (nefrisol), tinggi protein (peptisol)

4 Diet enteral tinggi serat (indovita)

2.3 Cara pemberian nutrisi secara enteral

 Pada anak dengan gangguan pernapasan (fungsi pulmo tidak adekuat),

maka nutrisi yang diberikan sebaiknya tinggi lemak (50%) serta rendah

karbohidrat. Pada penyakit hepar, sebaiknya menggunakan sumber protein

5
tinggi BCAA, asam amino rendah aromatik. Bila ada ensefalopati hepatik,

protein sebaiknya diberikan <0.5 g/kgBB/hari.

 Pada pasien dengan gangguan renal sebaiknya diberikan rendah protein,

padat kalori, rendah PO4, K, Mg. Pemberian protein dengan menggunakan

patokan GFR sebagai berikut: GFR >25: 0.6-0.7 g/kgBB/hari, bila GFR

<25: 0.3 g/kgBB/hari.

Pemberian dukungan nutrisi enteral dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu bolus feeding dan continuous drip feeding. Pemberian bolus feeding

dapat dilakukan di rumah sakit maupun di rumah, sementara pemberian

nutrisi enteral dengan menggunakan continuous drip feeding diberikan

pada penderita yang dirawat di rumah sakit.

1. Bolus feeding

Pemberian formula enteral dengan cara bolus feeding dapat dilakukan

dengan menggunakan NGT/OGT, dan diberikan secara terbagi setiap 3-4

jam sebanyak 250-350 ml.Bolus feeding dengan formula isotonik dapat

dimulai dengan jumlah keseluruhan sesuai yang dibutuhkan sejak hari

pertama,sedangkan formula hipertonik dimulai setengah dari jumlah yang

dibutuhkan pada hari pertama Pemberian formula enteral secara bolus

feeding sebaiknya diberikan dengan tenang, kurang lebih selama 15 menit,

dan diikuti dengan pemberian air 25-60 ml untuk mencegah dehidrasi

hipertonik dan membilas sisa formula yang masih berada di feeding tube.

Formula yang tersisa pada sepanjang feeding tube dapat menyumbat

feeding tube, sedangkan yang tersisa pada Ujung feeding tube dapat

6
tersumbat akibat penggumpalan yang disebabkan oleh asam lambung dan

protein formula.

2. Continuous drip feeding

Pemberian formula enteral dengan cara continuous drip feeding

dilakukan dengan menggunakan infuse pump .Pemberian formula enteral

dengan cara ini diberikan dengan kecepatan 20-40 ml/jam dalam 8-12 jam

pertama,ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan kemampuan toleransi

anak.Volume formula yang diberikan ditingkatkan 25 ml setiap 8-12 jam,

dengan pemberian maksimal 50-100 ml/jam selama 18-24 jam. Pemberian

formula enteral dengan osmolaritas isotonik (300 mOsm/kg air) dapat

diberikan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan, sedangkan pemberian

formula hipertonis (500 mOsm/kg air) harus dimulai dengan memberikan

setengah dari jumlah yang dibutuhkan. Pada kasus pemberian formula

yang tidak ditoleransi dengan baik, konsentrasi formula yang diberikan

dapat diturunkan terlebih dahulu dan selanjutnya kembali ditingkatkan

secara bertahap.

2.4 Rute Pemberian Nutrisi Enteral

Rute Pemberian Nutrisi Enteral dan Alatnya Nutrisi enteral dapat

diberikan langsung melalui mulut (oral) atau melalui selang makanan bila pasien

tak dapat makan atau tidak boleh per oral. Selang makanan yang ada yaitu:

a) Selang nasogastrik :

 Pemberian nutrisi melalui pipa penduga atau lambung merupakan

tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu

7
memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak mampu menelan

dengan cara memberi makan melalui pipa lambung atau pipa

penduga.

 Selang nasogsatrik biasa yang terbuat dari plastic, karet, dan

polietilen. Ukuran selang ini bermacam-macam tergantung kebutuhan.

Selang ini hanya tahan dipakai maksimal 7 hari.

 Selang nasogastrik yang terbuat dari polivinil. Selang ini berukuran 7

french, kecil sekali dapat mencegah terjadinya aspirasi pneumonia

makanan dan tidak terlalu mengganggu pernapasan atau kenyamanan

pasien. Selang ini tahan dipakai maksimal 14 hari.

 Selang nasogastrik yang terbuat dari silicon. Ukuran selang ini

bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini maksimal 6

minggu.

 Selang nasogastrik yang terbuat dari poliuretan. Selang ini berukuran

7 french dan dapat dipakai selama 6 bulan.

b) Selang Nasoduodenal / nasojejunal. Ukuran selang ini bermacam-

macam namun lebih panjang daripada selang nasogastrik.

c) Selang dan set untuk gastrotomi atau jejunostomi. Alat yang rutin

dipakai untuk pasien yang tidak dapat makan per oral atau terdapat

obstruksi esophagus / gaster.

2.5 Alternatif Pemberian Rutin Formula

8
Pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral.

Tujuan dari pemberian nutrisi secara enteral adalah untuk memberikan asupan

nutrisi yang adekuat pada pasien yang belum mampu menelan atau absorbsi

fungsi nutrisinya terganggu. Pemberian nutrisi secara enteral juga berperan

menunjang pasien sebagai respons selama mengalami keradangan, trauma, proses

infeksi, pada sakit kritis dalam waktu yang lama. Makanan enteral sebaiknya

mempunyai komposisi yang seimbang. Kalori non protein dari sumber

karbohidrat berkisar 60-70%, bisa merupakan polisakarida, disakarida, maupun

monosakarida. Glukosa polimer merupakan karbohidrat yang lebih mudah

diabsorbsi. Sedangkan komposisi kalori non protein dari sumber lemak berkisar

30-40%. Protein diberikan dalam bentuk polimerik (memerlukan enzim pancreas)

atau peptide.

Jenis Makanan / Nutrisi Enteral diantaranya:

a) Makanan / nutrisi enteral formula blenderized: Makanan ini dibuat dari

beberapa bahan makanan yang diracik dan dibuat sendiri dengan

menggunakan blender. Konsistensi larutan, kandungan zat gizi, dan

osmolaritas dapat berubah pada setiap kali pembuatan dan dapat

terkontaminasi. Formula ini dapat diberikan melalui pipa sonde yang

agak besar, harganya relatif murah.

Contoh :

1 Makanan cair tinggi energi dan tinggi protein (susu full cream, susu

rendah laktosa, telur, glukosa, gula pasir, tepung beras, sari buah).

9
2 Makanan cair rendah laktosa (susu rendah laktosa, telur, gula pasir,

maizena)

3 Makanan cair tanpa susu (telur, kacang hijau, wortel, jeruk)

4 Makanan khusus (rendah protein untuk penyakit ginjal, rendah purin

untuk penyakit gout, diet diabetes.

Pemberian dukungan nutrisi enteral dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

bolus feeding dan continuous drip feeding.

1. Bolus feeding

Pemberian formula enteral dengan cara bolus feeding dapat dilakukan dengan

menggunakan NGT/OGT, dan diberikan secara terbagi setiap 3-4 jam

sebanyak 250-350 ml.Bolus feeding dengan formula isotonik dapat dimulai

dengan jumlah keseluruhan sesuai yang dibutuhkan sejak hari

pertama,sedangkan formula hipertonik dimulai setengah dari jumlah yang

dibutuhkan pada hari pertama Pemberian formula enteral secara bolus feeding

sebaiknya diberikan dengan tenang, kurang lebih selama 15 menit, dan diikuti

dengan pemberian air 25-60 ml untuk mencegah dehidrasi hipertonik dan

membilas sisa formula yang masih berada di feeding tube.

2. Continuous drip feeding

Pemberian formula enteral dengan cara continuous drip feeding dilakukan

dengan menggunakan infuse pump .Pemberian formula enteral dengan cara

ini diberikan dengan kecepatan 20-40 ml/jam dalam 8-12 jam

pertama,ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan kemampuan toleransi

10
anak.Volume formula yang diberikan ditingkatkan 25 ml setiap 8-12 jam,

dengan pemberian maksimal 50-100 ml/jam selama 18-24 jam.

Rute Pemberian Nutrisi Enteral dan Alatnya Nutrisi enteral dapat

diberikan langsung melalui mulut (oral) atau melalui selang makanan bila

pasien tak dapat makan atau tidak boleh per oral. Selang makanan yang ada

yaitu:

a) Selang nasogastrik :

• Pemberian nutrisi melalui pipa penduga atau lambung merupakan

tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu

memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak mampu menelan

dengan cara memberi makan melalui pipa lambung atau pipa penduga.

• Selang nasogsatrik biasa yang terbuat dari plastic, karet, dan polietilen.

Ukuran selang ini bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini

hanya tahan dipakai maksimal 7 hari.

• Selang nasogastrik yang terbuat dari polivinil. Selang ini berukuran 7

french, kecil sekali dapat mencegah terjadinya aspirasi pneumonia

makanan dan tidak terlalu mengganggu pernapasan atau kenyamanan

pasien. Selang ini tahan dipakai maksimal 14 hari.

• Selang nasogastrik yang terbuat dari silicon. Ukuran selang ini

bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini maksimal 6

minggu.

11
• Selang nasogastrik yang terbuat dari poliuretan. Selang ini berukuran 7

french dan dapat dipakai selama 6 bulan.

b) Selang Nasoduodenal / nasojejunal. Ukuran selang ini bermacam-macam

namun lebih panjang daripada selang nasogastrik.

c) Selang dan set untuk gastrotomi atau jejunostomi. Alat yang rutin dipakai

untuk pasien yang tidak dapat makan per oral atau terdapat obstruksi

esophagus / gaster

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

12
13

Anda mungkin juga menyukai