Anda di halaman 1dari 4

Bab 1

Tugas 1 Hal 7

1. Hal ini kemungkinan karena pengaruh Islam yang begitu kuat di Indonesia.
2. Sejarah dalam arti subjektif adalah suatu bangunan yang disusun penulis sebagai suatu uraian atau
cerita. Adapun sejarah dalam arti objektif adalah proses sejarah dalam aktualitasnya, merujuk pada
kejadian atau peristiwa itu sendiri.
Contohnya: Sartono Kartodirjo mengkaji pemberontakan petani Banten pada 1888. Sartono
Kartodirjo menjadi sejarah dalam arti subjektif, sedangkan pemberontakan petani Banten pada
1888 menjadi sejarah dalam arti objektif.

Tugas 1 Hal 11

1. Hal ini karena manusia menjadi penggerak sejarah atau peristiwa hidupnya dalam rangka
mewujudkan perubahan dan kemajuan yang dicita-citakannya. Dengan kata lain, sejarah adalah
sejarahnya manusia. Menurut R. Moh. Ali, sejarah meneliti dan menceritakan riwayat dan
perjalanan hidup manusia. Riwayat itu dialami, diceritakan, dan dibaca oleh manusia.
2. (sesuai pendapat siswa)

Tugas 1 Hal 16

Hal ini karena masa lampau mempunyai kearifan yang memberikan kita perspektif untuk memahami
masa kini dan masa depan. Selain itu, peristiwa masa depan bukanlah hal yang pasti yang mudah untuk
diprediksi. Sejarah dapat memberikan perspektif masa depan, contohnya kearifan masa lalu dapat
dijadikan landasan pemerintah dalam mengambil keputusan ataupun kebijakan.

Tugas 1 Hal 18

Perubahan Keberlanjutan

Perbedaan Perubahan adalah peristiwa atau kejadian Peristiwa-peristiwa lanjutan dari peristiwa-
yang membuat perbedaan. peristiwa sebelumnya.

Contoh Masa Islam adalah keberlanjutan dari Mulai dikenalnya tulisan aksara Pallawa
masa Hindu-Buddha dan masa Hindu- dan bahasa Sanskerta menandai
Buddha adalah keberlanjutan dari masa perubahan dari Masa Praaksara ke Masa
praaksara. Hindu-Buddha. Selanjutnya, Masa Hindu-
Buddha kemudian digantikan Masa Islam.
Berkembangnya ajaran Islam hingga
berdirinya kerajaankerajaan Islam menjadi
penanda perubahan tersebut.
Tugas 1 Hal 24

1. Sejarah dapat memberi kita pelajaran atau makna, misalnya sejarah kelam itu tidak terulang
kembali dan hasil kajian itu dapat membantu memecahkan masalah-masalah yang sedang dihadapi
bangsa saat ini, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun sosial-budaya.
2. Dengan mempelajari sejarah, kita akan lebih menghargai hal-hal yang telah kita miliki sebagai
bangsa mulai dari awal perkembangannya di Nusantara sampai terbentuknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Mempelajari sejarah juga membuat kita mengenal bangsa-bangsa lain. Hal ini
akan membuat kita mendapat banyak inspirasi dan wawasan yang memengaruhi perilaku dan
pandangan hidup kita, baik sebagai pribadi maupun sebagai bangsa. Sebagai contoh, kita dapat
belajar banyak dari tokoh-tokoh nasional atau spiritual bangsa lain, seperti Mahatma Gandhi,
Abraham Lincoln, dan Winston Churchill yang sangat berpengaruh membentuk jati diri dan karakter
bangsanya. Sikap dan pilihan tindakan mereka dapat menjadi inspirasi bagi kita juga. Tidak hanya
tokoh tertentu, pengalaman jatuh-bangun sebuah bangsa membangun negerinya juga dapat
memberi pelajaran tentang cara kita seharusnya membangun bangsa.
3. Suatu masyarakat atau bangsa tak mungkin akan mengenal identitas dan perkembangan mereka
hingga sekarang ini tanpa mengenal sejarah. Sejarah dan identitas bangsa memiliki hubungan
timbal-balik. Akar sejarah yang dalam dan panjang akan memperkokoh keberadaan, identitas, serta
kepribadian suatu bangsa. Dengan demikian, suatu bangsa akan bangga dan mencintai sejarahnya.
4. Dengan membuat penelitian tentang suatu peristiwa sejarah, kita dilatih untuk melihat peristiwa
dalam konteks yang besar dan menggunakan banyak sudut pandang. Dalam proses itu, kita belajar
menarik benang merah dan sebab-akibat, yang akhirnya bermuara pada suatu uraian sebab-akibat
dampak yang logis dan dapat dipercaya.
5. Jika sejarah menggunakan perspektif diakronik, ilmu sosial lainnya mengunakan perspektif
sinkronik. Kajian sejarah tidak identic dengan kronik, tetapi identik dengan kronologi atau urutan
waktu tentang kejadian-kejadian yang sangat penting. Fenomena sejarah yang hendak dikaji secara
utuh memerlukan pendekatan diakronik (memanjang dalam waktu). Sebaliknya, ilmu-ilmu sosial
lainnya menganalisis peristiwa atau fenomena sosial dengan pendekatan sinkronik (melebar dalam
ruang).

Pilihan Ganda

1. E 6. E 11. D
2. D 7. B 12. A
3. A 8. D 13. B
4. A 9. B 14. C
5. E 10. B 15. A

Sebab-Akibat

1. B
2. B
3. B
4. A
5. A

Esai

1. Secara etimologis, kata sejarah berasal dari bahasa Arab syajaratun yang artinya ‘pohon’. Sebagai
simbol kehidupan, pohon, dari akar hingga daunnya saling berkaitan. Seperti pohon, sejarah pada
setiap peristiwanya berkaitan dan memengaruhi masa yang akan datang. Definisi ini juga merujuk
pada silsilah, terutama silsilah raja atau dinasti pada masa lalu.
2. Hal ini karena sejarah mengkaji masa lalu manusia dan tidak semua peristiwa masa lalu
menempatkan manusia sebagai tokoh utama, misalnya peristiwa bencana alam di masa lalu dan
kehidupan dinosaurus.
3. Sejarah adalah rekonstruksi peristiwa masa lalu (bersifat penting, abadi, dan unik) yang benar-
benar terjadi berisi segala kegiatan manusia, masyarakatnya, dan peradabannya. Rekonstruksi
tersebut dibuat oleh sejarawan dari hasil kesimpulan berdasarkan data-data yang telah teruji.
4. Sejarah dalam arti subjektif adalah suatu bangunan yang disusun penulis sebagai suatu uraian atau
cerita. Adapun sejarah dalam arti objektif adalah proses sejarah dalam aktualitasnya, merujuk pada
kejadian atau peristiwa itu sendiri.
5. Hubungan manusia, ruang, dan waktu tidak dapat dipisahkan. Setiap peristiwa sejarah (event) yang
dialami manusia pada masa lampau berlangsung dalam ruang (space) dan waktu (time) tertentu.
Segala tindakan dan perilaku manusia terjadi di tempat atau lokasi tertentu. Adanya ruang
memungkinkan kita membuat kategorisasi peristiwa sejarah berdasarkan tempat, seperti sejarah
lokal, sejarah daerah, sejarah nasional, sejarah wilayah, sejarah kawasan, dan sejarah dunia.
Perjalanan hidup manusia tidak dapat dilepaskan dari waktu. Lebih daripada itu, dalam sejarah,
masa lampau itu bukan merupakan suatu masa yang final, berhenti, ataupun tertutup, melainkan
terus berproses memengaruhi masa kini dan masa depan. Masa lampau dalam hal ini bukanlah
keadaan atau peristiwanya melainkan kearifannya.
6. Tujuan berpikir diakronik adalah untuk melihat perubahan yang terjadi dalam proses
perkembangan peristiwa sejarah tersebut. Adapun tujuan berpikir sinkronik adalah mengkaji
peristiwa sejarah melalui berbagai aspek, misalnya aspek ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
7. Suatu masyarakat atau bangsa tak mungkin akan mengenal identitas dan perkembangan mereka
hingga sekarang ini tanpa mengenal sejarah. Sejarah dan identitas bangsa memiliki hubungan
timbal-balik. Akar sejarah yang dalam dan panjang akan memperkokoh keberadaan, identitas, serta
kepribadian suatu bangsa. Dengan demikian, suatu bangsa akan bangga dan mencintai sejarahnya.
Contohnya, dengan mempelajari sejarah, kita dapat mengetahui bahwa kemerdekaan bangsa
Indonesia tidak didapat dengan jalan damai dan dalam waktu singkat. Untuk itu, kita harus menjaga
kemerdekaan dan membangun negara agar menjadi negara yang maju.
8. Manusia menjadi penggerak sejarah atau peristiwa hidupnya dalam rangka mewujudkan
perubahan dan kemajuan yang dicita-citakannya. Perannya dalam peristiwa sejarah layaknya
pemeran utama dalam drama. Dengan kata lain, sejarah adalah sejarahnya manusia.
9. Periodisasi adalah cara untuk menandai perubahan dan keberlanjutan dalam sejarah. Periode
sejarah ditentukan oleh perubahan penting. Adapun keberlanjutan berfungsi menghubungkan
periode-periode dalam sejarah. Sebagai contoh, periodisasi dalam sejarah Indonesia dari masa
praaksara hingga masa Islam. Masa Islam adalah keberlanjutan dari masa Hindu-Buddha dan masa
Hindu-Buddha adalah keberlanjutan dari masa praaksara. Mulai dikenalnya tulisan aksara Pallawa
dan bahasa Sanskerta menandai perubahan dari masa praaksara ke masa Hindu-Buddha.
Selanjutnya, masa Hindu-Buddha kemudian digantikan masa Islam. Berkembangnya ajaran Islam
hingga berdirinya kerajaan-kerajaan Islam menjadi penanda perubahan tersebut.
10. Lima manfaat mempelajari sejarah:
 Menjadi panduan moral dan politik.
 Mengenal lebih dekat bangsa sendiri dan bangsa-bangsa lain.
 Memperkokoh identitas bangsa.
 Latihan berpikir menyeluruh (holistik) dan multiperspektif.
 Melatih berpikir diakronik dan sinkronik.

Anda mungkin juga menyukai