No. absen : 26
Jawab :
Setelah mengalami proses translasi, sebagian besar polipeptida mengalami suatu proses lebih
lanjut sebelum menjadi protein fungsional. Hal pertama kali adalah polipeptida akan diarahkan
ke berbagai macam komponen selular. Kedua, sebagian besar polipeptida akan mengalami
substitusi melalui reaksi kimiawi tertentu sebelum membentuk protein aktif. Dan ketiga, protein
akan mengalami mekanisme degradasi yang terprogram. Langkah-langkah tersebut
membutuhkan mekanisme regulasi yang mana regulator tersebut tersusun dari urutan asam
amino yang disebut dengan signal sequence. Signal sequence tersebut berada bersamaan dengan
polipeptida yang bersangkutan dan berfungsi untuk mampu mengenali daerah target dari ribosom
menuju ke organel yang lain. Pada organisme eukariotik signal sequence bekerja dengan
ribonukloprotein, yakni SRP – signal recognition particle. Jalur Target Protein Didalam
sitoplasma, ribosom yang berfungsi sebagai translator mRNA dan menghasilkan polipetida,
maka polipeptida tersebut akan ditranspor ke berbagai macam tempat. Adapun jalur target
polipeptida yaitu:
Gambar 1. Peta konsep jalur polipetida yang dimulai dari ribosom menuju ke berbagai tempat target.
Garis warna merah menunjukkan bahwa daerah target membutuhkan signal sequence, sementara garis
warna hitam tidak membutuhkan signal sequence (modifikasi dari Kalthoff, 2001).
Setelah terjadi sintesis polipeptida, maka polipeptida akan dikirim ke daerah target. Namun
terkadang ukuran polipeptida yang terlalu besar, maka ada mekanisme tersendiri yakni
polipeptida yang akan dikirim menuju daerah target belum mengalami pelipatan. Pada daerah
polipeptida yang belum mengalami pelipatan tersebut memiliki signal sequence yang terletak di
bagian N-terminal yang terdiri dari 13-36 residu. Signal sequence banyak ditemukan asam amino
hidrofobik yang berfungsi untuk memudahkan polipeptida yang akan dibawa masuk menuju
daerah target yang memiliki membran hidrofobik. Kemudian satu atau lebih dari signal sequence
tersebut memiliki residu asam amino yang bermuatan positif sebelum urutan residu hidrofobik
serta memiliki residu asam amino polar pada C-terminal yang berdekatan dengan daerah
cleavege site atau tempat pemutusan antara signal sequence dengan polipeptida. Signal sequence
bukan dari protein fungsional, melainkan sebuah urutan asam amino yang jika setelah selesai
mengenali reseptor target, maka signal sequence akan di putus ikatannya dengan enzim signal
peptidase.
1. Transpor Protein Menuju RE
Untuk mentransfer protein yang sudah terlipat dari retikulum endoplasma menuju
badan golgi, maka diperlukan perantara berupa vesikel yang akan menjembatani antar
orgenel tersebut. Adapun RE akan menghasilkan vesikel yang berbeda-beda sesuai
dengan target yang diharapkan. Sehingga diperlukan suatu sinyal yang akan direspon
oleh organel target tertentu. Sinyal-sinyal tersebut dapat dilihat di tabel 3. Di dalam tabel
tersebut tidak hanya vesikel yang menuju ke RE, melainkan ke beberapa daaerah target
yang lain seperti lisosom.
Sebelum RE mentranslokasi protein menuju ke badan golgi, maka RE akan
mengemas protein dalam vesikel. Adapun proses terbentuknya vesikel yaitu cargo
(protein) akan berikatan baik secara langsung maupun secara tidak langsung dengan
mantel (coat) dari COPII, membran, dan adanya exit signal. Setelah terkonsentrasi dalam
suatu membran RE, maka terbentuklah kuncup (budding) dan selanjutnya terbentuklah
vesikel.
Setelah terbentuk vesikel yang di dalamnya berisi protein, maka vesikel tersebut akan
ditransfer menuju badan golgi. Seperti halnya translokasi protein yang lain, di dalam
protein tersebut juga terdapat signal sequence yang secara umum tersusun dari urutan
asam amino dengan ciri khas berupa adanya dua asam amino asidisik (Asp-X-Glu)
Mekanisme sekresi protein dari RE menuju badan golgi yaitu vesikel dari badan golgi
yang akan dikembalikan lagi menuju RE dengan membawa resident protein (warna
merah) yang mana vesikelnya akan dibungkus dengan sinyal pembawa vesikel berupa
COPI (warna biru). Agar resident protein tersebut dapat di terima oleh RE, maka resident
protein memiliki signal sequence berupa Lys-Asp-Glu-Le (KDEL). Sementara pada
gambar 10. B. Menjelaskan dua jalur, yakni sekresi dari RE ke badan golgi dan
pengembalian resident protein dari badan golgi ke RE. Pada saat secretory protein yang
memiliki sinyal Asp-X-Glu (warna kuning) akan disekresikan, RE akan membentuk
vesikel dengan dibungkus oleh COPII. Selanjutnya vesikel tersebut ditransfer menuju
badan golgi. Disisi lain resident protein dari badan golgi akan ditransfer menuju ke RE
dengan dibungkus oleh COPI.
6. Transpor Protein Menuju Lisosom
Lisosom merupakan organel yang memiliki enzim hidrolitik yang hanya ditemukan
pada hewan dengan fungsi sebagai pencerna makromolekul, baik material intraselular
maupun ekstraselular. Di dalam lisosom banyak mengandung ditemukan enzim protease
yang sering disebut cathepsin yang mana jika protease yang aktivasinya membutuhkan
ion Ca2+ disebut calpain dan protease yang aktivasinya membutuhkan ATP disebut
proteasome.
Protein-protein yang berasal dari badan golgi tersebut yang akan di transpor menuju
lisosom tidak memiliki signal sequence seperti yang ada pada protein-protein yang lain.
Sinyal yang digunakan pada mekanisme transpor protein dari badan golgi ke lisosom
berupa mannose-6 -phosphate. mannose-6-phosphate (M6P) merupakan karbohidrat yang
digunakan sebagai marker protein dari badan golgi menuju ke lisosom. Proses
pembentukan M6P dijelaskan melalui gambar 11 dengan cara penambahan gugus
phospho – N – acetylglucosamine pada residu manosa dengan bantuan enzim
phosphotransferase, selanjutnya phospho-diesterase membentuk manosa-6-fosfat yang
akan digunakan sebagai sinyal.
Selanjutnya di dalam badan golgi bagian TGN (Trans Golgi Network) M6P akan
berikatan dengan protein untuk lisosom, misalnya enzim hidrolitik. Ikatan antara M6P
dengan enzim hidrolitik dihubungkan oleh senyawa oligosakarida. Kompleks M6P-enzim
hidrolitik akan berikatan dengan reseptor yang ada di TGN. Setelah enzim hidrolitik
membentuk kompleks dengan M6P, maka terbentuklah vesikel yang dibungkus dengan
reseptor clathrin. Kemudian vesikel tersebut ditransfer menuju ke endosom. Setelah itu
enzim hidrolitik akan dilepaskan ke dalam endosom. Rendahnya pH dalam endosom
menyebabkan disosiasi atau lepasnya reseptor M6P dari enzim hidrolitik. Dan di dalam
endosom tersebut reseptor akan dikembalikan ke TGN melalui vesikel yang dibungkus
dengan retromer dalam keadaan tanpa protein. Sementara itu di dalam endosom, gugus
fosfat dari M6P akan dilepaskan.