Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


AL-Qur’an adalah firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW
melalui malaikat Jibril dan Al-Qur’an merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW, yang paling
agung. Didalamnya terkandung petunjuk dan pedoman bagi umat manusia dalam mencapai
kebahagian hidup, baik di dunia dan di akhirat, sebagaimana berfirman Allah dalam (QS, al-
isra’17 : 9), “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk menuju jalan yang sebaik-
baiknya”.
Al-Qur’an yang terdiri atas 114 surat, yang diawali dengan beberapa macam
pembukaan (Fawatih al-Suwar), di antara macam pembuka surat yang tetap aktual
pembahasannya hingga sekarang ini adalah huruf muqaththa’ah.
Dalam makalah ini akan membahas huruf Muqaththa’ah yaitu potongan-potongan
ayat dimana terdapat pada awal surat dalam Al-Qur’an. Huruf Muqaththa’ah termasuk
Mutasyabih yang sebagian ulama’ berpendapat bahwa tidak ada yang mengetahui artinya
kecuali Allah sendiri. seperti surat yang dimulai dengan huruf Alif Lam Mim, Alif Lam Ra, Tha
Ha, Ha Mim, Shad, Qaf, Nun, Ya Sin, Tha Sin Mim, dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian huruf muqatha’ah?
2. Apa saja huruf-huruf muqatha’ah, bentuk dan bagaimana contohnya?
3. Apa saja makna dari huruf muqatha’ah?
4. Bagaimana sosiolinguistik dari huruf muqatha’ah?

1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui pengertian huruf muqatha’ah
3. Untuk mengetahui apa saja huruf-huruf muqatha’ah, bentuk dancontohnya.
4. Untuk mengetahui makna dari huruf muqatha’ah
5. Untuk mengetahui bagaimana sosiolinguistik dari huruf muqatha’ah

Huruf Muqatha’ah | 1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Huruf Muqatha’ah

Fawatihus Suwar Al-Qur’an memiliki banyak keistimewaan dari segi makna dan
kebahasaan. Fawatihus suwar merupakan salah satu realitas keistimewaan misterius yang terdapat
di dalam Al-Qur’an. Pemaparan tentang fawatihus Suwar, khususnya menyangkut Al-Huruf Al
Muqotta‟ah, tidak banyak bahkan hampir tidak ada yang berhasil mengungkapkan latar belakang
ataupun keterangan yang valid yang secara historis bisa membuktikan hubungan-hubungan
fawatihus suwar. Dari segi makna, memang banyak sekali penafsiran-penafsiran spekulatif
terhadap huruf-huruf itu1. Apabila dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah, huruf tersebut sering
dinamakan dengan Ahruf Muqatta’ah (huruf-huruf yang terpisah) karena posisi dari huruf tersebut
yang cenderung menyendiri dan tidak bergabung membentuk suatu kalimat secara kebahasaan.
Dari segi pembacaannya pun, tidaklah berbeda dari lafazh yang diucapkan pada huruf hijaiyah.
Manna Khalil Al Qhatthan dalam kitabnya Mabahits fi ulumil Qur’an mengidentikan fawatihus
suwar dengan huruf-huruf yang terpisah (Al ahruful muqotho’ah). Menurut Ibnu Abi Al Asba’,
seperti dikutip Ahmad bin Musthafa, bahwa pembuka-pembuka surat itu untuk menyempurnakan
dan memperindah bentuk-bentuk penyampaian, dengan sarana pujian atau melalui huruf-huruf.

Huruf Muqotho’ah adalah huruf yang dibaca sebagaimana nama hurufnya. Huruf
Muqotho’ah terdapat pada ayat pertama surat-surat tertentu sebagai pembuka surat, oleh karena itu
Huruf Muqotho’ah juga disebut Fawatikhus Suwar. Secara garis besar, Huruf Muqotho’ah dibaca
dengan 3 pola sebagai berikut :

1. Tidak ada mad (pemanjangan suara) yaitu huruf Alif. Huruf Alif sebagai Huruf
Muqotho’ah dibaca dengan bunyi “Alif”.
2. Kedua : Mad sepanjang 2 ketukan, terjadi pada huruf-huruf berikut: Haya Thohara.

3. Ketiga : Mad sepanjang 6 ketukan, terjadi pada huruf-huruf berikut : Naqushu


'Asalukum.

1
Acep Hermawan. 2011. ‟Ulumul Quran. PT.Remaja Rosdakarya. Bandung

Huruf Muqatha’ah | 2
Contoh :

Huruf berwarna merah dibaca dengan durasi 2 ketukan, sedangkan huruf berwarna biru
panjangnya 6 ketukan. Bagaimana cara membedakan huruf yang dibaca 2 ketukan dan 6 ketukan?
Perhatikan bedanya! Huruf-huruf yang apabila dituliskan namanya, ia terdiri dari 2 huruf, maka ia
dibaca 2 ketukan (seperti : ro', ha, ya, tho dan kha). Huruf-huruf yang apabila dituliskan namanya,
ia terdiri dari 3 huruf, maka ia dibaca 6 ketukan, seperti : nun, qaf, shod, ‘ain, sin, lam, kaf dan
mim).2

2.2 Jumlah, Bentuk dan Contoh Huruf Muqatha’ah


Huruf muqatha’ah adalah huruf-huruf terpisah yang berfungsi sebagai fawaatihus suwaar
(pembuka surat). Ayat-ayat tersebut tidak dibaca sebagaimana ayat-ayat yang lain karena tidak
memiliki harakat. Membacanya adalah dengan mengucapkan nama dari huruf-huruf yang dimaksud.

Ayat-ayat ini memiliki lima bentuk yang berbeda berdasarkan jumlah hurufnya.

1. Satu Huruf

Bentuk ini terdapat pada tiga surat, yaitu surat Shaad, Qaaf, dan Al-Qalam.
Surat Ayat Cara Membaca
‫ص‬ ‫صآ د‬
Shad Shaaaaaad

‫ق‬ ‫قآف‬
Qaf Qaaaaaaf

‫ن‬ ‫ن ون‬
Al-Qalam Nuuuuuun

2
Soenarto, Ahmad.2015. Pelajaran Tajwid Praktis dan Lengkap. Bintang Terang. Jakarta.

Huruf Muqatha’ah | 3
2. Dua Huruf

Pembukaan surat yang terdiri atas dua huruf terdapat pada sepuluh surat dengan empat bentuk
yang berbeda, yaitu satu bentuk pada surat Ghaafir, Fushshilat, AsySyuura, Az-Zukhruuf, Ad-
Dukhaan, Al-Jatsiah, dan Al-Ahqaaf, serta tiga bentuk yang lain pada surat Thaaha, An-Naml, dan
Yaasiin.

Surat Ayat Cara Membaca

‫طه‬ ‫طا ها‬


Thaaha Thaa Haa

‫طس‬ ‫طا س ي‬
An-Naml Thaa Siiiiiin

‫يس‬ ‫ي ا س‬
Yaasiin Yaa Siiiiiin
‫ي‬
‫حم‬ ‫حا مي م‬
Ghaafir, dll Haa Miiiiiim

3. Tiga Huruf

Pembukaan surat yang terdiri atas tiga huruf terdapat pada 13 (tiga belas) tempat dengan empat
bentuk yang berbeda. Enam tempat dengan huruf ‫( الم‬Alif Lam Mim), yaitu pada surat Al-Baqarah, Aali
‘Imraan, Al-‘Ankabut, Ar-Ruum, Luqmaan, dan AsSajdah. Lima dengan huruf ‫( الر‬Alif Lam Ra) yaitu
pada surat Yuunus, Huud, Yuusuf,

Ibraahim, dan Al-Hijr. Serta dua surat dengan sununan ‫( طسم‬Tha Sin Mim) yang terdapat pada
pembukaan surat Asy-Syu’ara dan Al-Qashash.

Surat Ayat Cara Membaca


‫ال م‬ ‫أل فٓ ل م م ي م‬
Al-Baqarah, dll Alif Laaaaaammmiiiiiim

‫ال ر‬ ‫أل فٓ ل مٓ را‬


Yunus, dll Alif Laaaaaam Raa

Asy-Syu’ara dan ‫طسم‬ ‫طا س ي م ي م‬


Thaa Siiiiiimmmiiiiiim
Al-Qashash

4. Empat Huruf

Pembukaan surat yang terdiri atas empat huruf terdapat pada dua surat, yaitu ‫ المص‬pada surat
Al-A’raaf dan ‫ المر‬pada surat Al-Ra’d.

Huruf Muqatha’ah | 4
Surat Ayat Cara Membaca
‫ال م ص‬ ‫أل فٓ ل م م ي م صآ د‬
Al-A’raaf Alif Laaaaaammmiiiiiim Shaaaaaad

‫ال مر‬ ‫أل فٓ ل م م ي م را‬


Ar-Ra’d Alif Laaaaaammmiiiiiim Raa

5. Lima Huruf

Pembukaan surat yang terdiri atas lima huruf hanya satu, yaitu ‫ كهيعص‬pada surat Maryam.

Surat Ayat Cara Membaca


‫صآ د كهي ع ص‬ ‫هاي ا ع ي‬ ‫كآ ف‬ Kaaaaaaf Haa Yaa ‘Aiiiiiingngng
Maryam
Shaaaaaad

Telah diuraikan dalam sub bab konsistensi dalam mad, bahwa ada tanda mad yang tidak dibaca
panjang, di antaranya adalah tanda alif washal atau hamzah washal, yaitu huruf alif yang di atasnya
terdapat tanda khusus : ‫ ٱ‬. Tanda yang berada di atas alif diambil dari kepala huruf “Shad” yang
merupakan kependekan dari kata “Shil” (sambungkanlah) atau bermakna washal. Dengan adanya tanda
tersebut, maka huruf alif tidak dibaca dan bacaan langsung dilanjutkan atau disambungkan ke huruf
setelahnya.

Hamzah washal tidak dibaca bila berada di tengah kata atau kalimat, namun bila ia berada di
awal kalimat, maka ia berbunyi sebagaimana hamzah biasa. Hanya ada beberapa catatan mengenai
bagaimana ia dibunyikan, apakah dengan dhammah, kasrah, atau fathah.

1. Hamzah Washal sebelum Lam Ta’rif

Lam Ta’rif (atau juga dikenal dengan istilah “alif lam ta’rif”) adalah huruf Lam Sakinah (Lam
Mati) yang berfungi sebagai tanda pengenal pada kata-kata benda, yang asalnya tidak tertentu menjadi
tertentu. Secara sederhana, lam ta’rif memiliki kesamaan makna dengan kata “the” dalam Bahasa
Inggris.

Seluruh hamzah washal dibaca dengan fathah (vokal “a”) sebelum lam ta’rif (baik syamsiyyah
atau qamariyyah). Alif Lam Qamariyyah adalah alif lam yang lam matinya dibaca jelas, tandanya
terdapat tanda sukun pada huruf Lam. Alif Lam Syamsiyyah adalah alif lam yang lam matinya tidak
dibaca namun langsung dibaca huruf selanjutnya, tandanya adalah tanda tasydid.

Kaidah di atas berlaku umum, kecuali pada kata ‫ٱ تلْ ق‬, seperti pada QS. Al-Anfaal,

8: 41, dimana ia dibaca dengan kasrah menjadi : iltaqa.

Huruf Muqatha’ah | 5
Adapun pada selain kata tersebut maka hamzah washal dibaca dengan fathah.

Alif Lam Syamsiyyah Alif Lam Qamariyyah

2. Hamzah Washal pada Fi’il (Kata Kerja)

Hamzah washal pada fi’il dibaca dhammah (vokal “u”) bila huruf ketiganya dhammah dan
dibaca kasrah (vokal “i”) bila huruf ketiganya kasrah atau fathah. AlImam Ibnul Jazariy berkata: ْٓ ْ‫َوا ْبدَأ‬
‫ضـ ْم‬
َ ُ ‫هل يـ‬ ْ ‫إن ْٓ َكـانَ ْٓ ثَالهـ‬
ْ ‫ث همـنَ ْٓ ال هفـ ْعـ‬ ْ ْ ‫ضـ ْم‬ ْ
َ ‫همـن هف ْعـ ْل هب‬ ْ ‫صـ‬
‫هل‬ ْ ْٓ ‫الو‬
َ ‫هز‬ْ ‫بٓ ْم‬
َ ‫ه‬
ْ‫الف ْٓتْـهح‬ ْ ‫هسٓ ْه حَُٓ ـال َْٓ ْال َكسْـ‬
َ ‫هر َو‬ ْ ْ ‫َو‬
‫اك‬
“Dan bacalah hamzah washal pada fi’il (kata kerja) dengan dhammah,

Bila huruf ketiga pada fi’il tersebut dhammah,

Dan bacalah dengan kasrah bila huruf ketiganya kasrah atau fathah.”

Hamzah Washal yang dibaca dengan Kasrah (vokal “i”)

Huruf Muqatha’ah | 6
Hamzah Washal yang dibaca dengan Dhammah (vokal “u”)

Kaidah di atas berlaku bila hamzah washal berhadapan dengan kata asli (bentuk tunggal). Bila
kata tersebut merupakan bentuk jamak, maka mesti dicari dulu bentuk tunggalnya untuk menentukan
apakah hamzah washal dibaca dengan dhammah atau kasrah. Contoh (QS. Yuunus, 10: 71):

Bila kita mengikuti kaidah di atas secara mentah-mentah, hamzah washal pada kata yang
berada dalam kotak merah akan dibaca dengan dhammah, karena huruf ketiga pada kata tersebut
berharakat dhammah. Namun, bila kita ingin memulai membaca pada kata tersebut, maka ia dibaca
dengan kasrah, karena bentuk asli (tunggal) dari kata terebut adalah: ‫ٱقت ض‬, dimana huruf ketiganya
berharakat kasrah, bukan dhammah.
3. Hamzah Washal yang Diikuti Hamzah

Huruf Muqatha’ah | 7
Kaidah yang mesti kita pahami adalah:

1) Jika ada dua hamzah bertemu, yang pertama berharakat kasrah, sedangkan yang kedua
bertanda sukun, maka hamzah kedua berubah menjadi “Ya Mad”, lalu dibaca dengan
panjang 2 harakat.
2) Jika ada dua hamzah bertemu, yang pertama berharakat dhammah, sedangkan yang kedua
bertanda sukun, maka hamzah kedua berubah menjadi “Wawu Mad”.

Telah kita pelajari sebelumnya bahwa dalam kata kerja, hamzah washal mengikuti harakat
huruf ketiga, bila huruf ketiga dhammah, maka hamzah washal dibaca dhammah. Adapun bila huruf
ketiga berharakat fathah atau kasrah maka hamzah washal dibaca kasrah. Bila huruf kedua adalah
hamzah sakinah (hamzah mati), sedangkan hamzah washal dibaca kasrah atau dhammah, maka hamzah
sakinah yang merupakan huruf kedua pada kata tersebut berubah menjadi huruf mad. Contohnya:
• QS. At-Taubah, 9: 49

Bila kita ingin mengawali bacaan dari kata yang berada dalam kotak merah, maka hamzah
washal pada kata tersebut dibaca kasrah, karena huruf ketiga kata tersebut berharakat fathah. Namun
ia tidak dibaca i’dzan, melainkan iidzan. Hal ini disebabkan huruf kedua kata tersebut adalah hamzah
sakinah.
• QS. Yuunus, 10: 15

Hamzah washal pada kata di atas tidak dibaca i’ti, karena huruf keduanya merupakan hamzah
sakinah, maka hamzah tersebut berubah menjadi huruf mad yang mengakibatkan kata tersebut dibaca
iiti.

• QS. Thaaha, 20: 64

Begitu pula dengan kata tsumma’tuu pada ayat di atas. Bila kita memulai bacaan dari kata yang
diberi kotak merah, maka ia dibaca iituu karena huruf keduanya merupakan hamzah sakinah yang
berubah menjadi mad. Adapun hamzah washal dibaca

Huruf Muqatha’ah | 8
ْ ‫ٱ‬
kasrah adalah disebabkan bentuk asli kata tersebut adalah: ‫ئ‬ ْ‫هت‬, dimana huruf ketiganya

berharakat kasrah.

• QS. Al-Ahqaaf, 46: 4

Kasus pada ayat di atas mirip dengan pada ayat sebelumnya, dimana kata yang berada dalam
lingkaran merah berasal dari kata: ْ‫ئ هت‬
ْ ‫ٱ‬, dimana huruf ketiganya berharakat kasrah. Maka, bila kita
ingin memulai bacaan dari kata tersebut, ia dibaca iituunii.

4. Hamzah Washal pada Isim (Kata Benda) yang tidak didahului Lam Ta’rif

‫َس ْٓٓهَـا َو هفــي‬


ُ ‫هم ْٓ ك‬ َ ‫االس ْٓ ْٓـا ه ْء‬
َ ‫غيْـ َٓ ْر الـل‬ َ ‫َوفهـي‬

ْ ‫َوا ْمــ َ رأ ة َْٓ َواسْــ ْم َمـــ َع ْٓ اثْنـَت َـيْـ‬


‫هن‬ ْ ‫ئ َواثْنـَيْـ‬
‫هن‬ ْ ‫ابْـ ْن َمـ َع ْٓ ابْـنـَهة ا ْمـهر‬

“Dan pada kata benda yang tidak didahului Lam Mati, hamzah washal dibaca

kasrah... Seperti pada ibnun, ibnati, imriin, itsnaini, imraatin, ismin, dan itsnataini.”

5. Nun Wiqayah pada Hamzah Washal yang Sebelumnya Tanwin

Nun wiqayah adalah bunyi nun kasroh (“ni”) yang terjadi ketika tanwin dibaca bersambung
dengan hamzah washal. Pada mushaf standar internasional, nun wiqayah tidak diberi tanda apapun
karena orang-orang Arab sudah secara otomatis membacanya demikian. Adapun pada mushaf
Indonesia, maka nun wiqayah dilambangan dengan nun kecil yang berada di bawah hamzah washal
(alif).

Cara membacanya adalah dengan menghilangkan bunyi tanwin dengan harakat biasa dan
muncul bunyi tambahan “ni” sesudahnya. Sederhananya dapat dilihat pada rumus berikut:

Huruf Muqatha’ah | 9
bunyi “...an-...” + “hamzah washal” = “...a-ni...” bunyi “...in-...”
+ “hamzah washal” = “...i-ni...” bunyi “...un-...” + “hamzah
washal” = “...u-ni...”

Tulisan Dibaca
‫ك ش ج رة خب ي ثة ٱ ج تث ت‬ ‫ك ش ج رة خب ي ث ةٓ ن ج تث ت‬

‫ت‬ ‫ت‬
‫فض وا‬
ُّ ‫أ و ل ه ًوا ٱن‬ ‫فض وا‬
ُّ ‫أ و ل ه و ن ن‬

‫ٱ للٓٓأ ح د ٱ للٓ ٱلص م د‬ ‫ٱ للٓٓأ ح د ن للٓ ٱلص م د‬

‫م نٓ عل ق ٱ ق رأ‬ ‫م نٓ عل قٓ ن ق رأ‬

Kemudian huruf-huruf tersebut di dalam Al-Qur’an dalam berbagai bentuk, yaitu:


1. Satu huruf yang terdapat pada tiga surah yaitu, surah shad yang diawali huruf shaad (‫)ص‬,
surah qaaf yang diawali dengan huruf qaf (‫)ق‬, dan surah al-qalam yang diawali huruf nun
(‫)ن‬.
2. Dua Huruf terdapat pada sepuluh surah, tujuh diantaranya diawali dengan huruf ‫حم‬, yaitu
surah Al-Mu’min, Fushilat, Al-Syura, Al-Zukhruf, Al-Dukhan, Al-Jatsiyah, dan Al-Ahqaf.
Tiga surah lain yaitu surah Taha diawali dengan ‫ طه‬, surah Al-Naml dimulai dengan ‫ طس‬,
dan surah yasin diawali dengan ‫يس‬.
3. Tiga huruf yang terdapat dalam tiga belas surah, enam surah dimulai dengan ‫الم‬, diantaranya
surah Al-Baqarah, Ali Imran, Al-Ankabut, Ar-Rum, Luqman, Al-Sajdah. Lima surah
diawali dengan ‫الر‬, diantaranya surah Yunus, Hud, Ibrahim, dan Al-Hijr. Dan dua surah
isinya dimulai dengan ‫طسم‬, diantaranya surah Al-Syura dan Al-Qashash.
4. Empat huruf pada dua surah yaitu surah Al-A’raf yang dimulai dengan ‫المص‬, dan surah Ar-
Ra’du yang dimulai dengan ‫المر‬.
5. Lima huruf hanya terdapat pada satu surah saja, yaitu pada surah Maryam yang diawali
dengan ‫كهيعص‬.3

Dengan demikian huruf-huruf tersebut terdiri dari lima macam bentuk. Sedangkan bentuk
susunan bacaannya terdiri dari tiga belas bentuk, yaitu:4

‫كهيعص‬, ‫ المص‬, ‫المر‬, ‫ طسم‬, ‫الر‬, ‫ الم‬, ‫ يس‬, ‫ طس‬, ‫طه‬, ‫ ن‬, ‫ق‬, ‫ص‬

3
Shubhi Shaleh, Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, Dar-Ilmi Li Al-Mahayin, Mesir, 1977, Hal. 234
4
Ibid, Hal. 234

Huruf Muqatha’ah | 10
2.3 Makna Huruf Muqatha’ah

Terdapat beberapa ragam pendapat dari para sarjana klasik (musafir) mengenai huruf muqatha ҆ah,
antara lain :

1. Huruf muqatha ҆ah termasuk ayat mutasyabihat yang tak seorang pun dapat mengetahui
takwilnya kecuali Allah SWT
As-Sya b҆ i dan mayoritas sarjana muslim mendukung pendapat ini. Ibnu Mas ҆ud al-Farra ҆
menyatakan bahwa maksud digunakannya huruf muqatha ҆ah sebagai pembuka surah dalam Al-
Quran tidak lain adalah untuk menambah keimanan. 5
Senada dengan ini adlaah mereka yang berpendapat bahwa tidak ada yang dapat mengetahui
makna huruf muqatha ҆ah kecuali Allah SWT. Yang menjadi tugas kita adalah mengimaninya,
karena huruf muqatha ҆ah merupakan rahasia tuhan. Oleh Abu Hatim bahwa, ֕ kami tidak
menemukan huruf muqatha ҆ah di dalam Al-Quran kecuali dalam awal surat. Dan kami tidak
mengerti maksud Allah atas adanya huruf-huruf tersebut.
2. Masing-masing huruf muqatha ҆ah menunjuk pada sebuah nama surah yang dibuka dengan huruf
tersebut
Para ulama berbeda pendapat tentang apa yang di maksud Al-ahruf muqatha a҆ h. Sebagian
berpendapat bahwa ia adalah bagian dari pembuka-pembuka beberapa surat dalam Al-Quran,
sekaligus berfungsi sebagai nama dari surat-surat yang diawalinya. Dengan cara ini Allah
membuka 19 buah surat dalam Al-Quran. Sebagian lagi bahwa al-ahruf muqatha ҆ah adalah
huruf-huruf hijaiyah yang diposisikan pada awal sebuah surah sebagai pembukanya dengan
tujuan untuk memberikan pemahaman kepada orang-orang yang membaca Al-Quran bahwa apa
yang akan mereka baca sesudah itu adalah firman-firman Allah yang terdiri dari rangkain huruf-
huruf HIjaiyah. Sebagian lagi ada yang berpendapat bahwa ia adalah huruf yang diletakkan
sebagai tanda berakhirnya sebuah surat yang lain dan mulainya sebuah surat yang baru yang
datang berikutnya.
3. Menggunakan seruan.
Seruan yang dipergunakan Allah tersebut. Dibagi kepad dua bagian, yaitu seruan kepada rasul,
Muhammad SAW, pada lima surat: yaitu Al-Ahzab, al-Thalaq, al-thabrim, al-muzammil, dan
Al-Mudatsir. Kedua seruan kepad umat secara umum terdapat dalam lima surat yang lain, yaitu:
al-Maidah, al-Nisa, al-Hajj, al-Hujurat, dan al-Mumtahanab.
4. Huruf-huruf tersebut merupakan nama-nama Allah
Menurut Ibnu Abbas, bias saja huruf muqatha a҆ h merupakan nama-nama Allah yang hadir
dalam bentuk terpotong-potong. Jika manusia mampu menyusunnya, maka pasti ia mengetahui
nama Allah yang Agung. Misalnya, Alif lam ra-ha mim-nun yang berarti Ar-Rahman (yang

5
Jalaluddin Abdurrahman al-Suyuthi, Al-Itqan fi Ulum al-Quran, (Beirut : Dar al:Kutub al-Ilmiyah, t.th),
jilid 2, hlm.231.

Huruf Muqatha’ah | 11
Maha Pengasih) dan begitu seterusnya. Huruf muqatha a҆ h bermakna pujian kepada Allah SWT
. Pujian ini terbagi menjadi dua hal, yaitu menetapkan sifat-sifat yang terpuji bagi Allah SWT
dan meniadakan sifat-sifat yang negative bagi Allah SWT. Kalimat tahmid mengawali lima
buah surah, kalimat tabarruk mengawali dua buah surah, dan kalimat tasbih mengawali tujuh
buah surah.
5. Merupakan kalimat do a҆ pada tiga surah, yaitu : al-Muthaffifin, al-Humazah dan al-lahab
6. Huruf itu mengisyaratkan pada sumpah-sumpah yang digunakan Allah
Kalimat sumpah ini untuk membuka 15 surat. Seolah-olah Allah bersumpah dengan huruf-huruf
tersebut bahwa sebenarnya Al-Quran merupakan Kalam-Nya. Huruf-huruf ini sangat mulia
karena menjadi komponen (huruf) Kitab-Nya yang di turunkan kepada Rasul dan Nabi-Nya.
7. Sebagai huruf Mu j҆ am (Kamus)
Artinya, bahwa ia nerupakan symbol dari huruf-huruf (Arab) yang ada, yang dipakai dalam
tulisan maupun ucapan. Para musafir yang mendukung pendapat ini mengajarkan bukti
kebahasaan atas berlakunya bentuk ungkapan bahwa seperti yang ditunjukkan oleh huruf
muqatha ҆ah.

Dari beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan untuk memberikan penjelasan yang
mungkin dapat menjadi rangkuman dari beberapa pendapat. Bahwa al-ahruf al- muqatha ҆ah adalah
huruf-huruf hijaiyah yang sudah dikenal oleh manusia sebelumnya yang berada di awal beberapa surat,
berfungsi sebagai pembuka surat dan merupakan salah satu wujud tantangan Allah SWT kepada
manusia yang meragukan Al-Quran dan bukti kenabian Muhammad SAW.

2.4 Sosiolinguistik dalam Huruf Muqatha’ah

Edward Saphier mengatakan bahwa bahasa merupakan kekuatan paling agung yang dapat
menjadikan seorang individu sebagai realitas sosial. Pernyataan ini dapat dibenarkan secara mutlak.
Karena, melalui bahasa manusia dapat mengungkapkan isi hati dan pikirannya. Dengan bahasa mereka
mampu berinteraksi dengan orang lain. Melalui bahasa kehidupan ini dapat dikomunikasikan dan
dijalankan. Bahkan di dalam bahasa, seorang individu dapat menemukan eksistensinya.

Bahasa memiliki fungsi sosial. Diantaranya, bahasa memberi nilai sosial pada ilmu pengetahuan
dan gagasan manusia; bahasa dapat melestarikan warisan budaya dan tradisi masyarakat; menjadi sarana
untuk menentukan jalan atau cara berperilaku dalam hidup seseorang; dan menjadi media untuk
mengungkapkan pikiran atau gagasan. Ini berlaku untuk semua bahasa.

Dalam proses komunikasi, memahami bahasa tidak saja terkait dengan unsur-unsur
komunikasi, tetapi juga perlu memasukkan unsur budaya. Bahasa adalah cermin budaya. Praktik
berbahasa sangat dipengaruhi oleh budaya setempat. Memahami bahasa berarti memahami budaya.
Dalam bahasa terurai langgam budaya suatu masyarakat. Di dalamnya terdapat pandangan hidup dan
jati dirinya.

Huruf Muqatha’ah | 12
Salah satu karakteristik khas bahasa Arab adalah bahwa bahasa Arab lebih cenderung mengarah
pada aspek idealitas. Dalam bahasa Arab, pikiran menjadi ukuran yang digunakan untuk mengukur
segala sesuatu. Dunia nyata (kasat mata) diputuskan atas dasar ukuran dunia pikiran (emosi). Oleh
karena itu, penciptaan kata-kata dalam bahasa Arab ditujukan untuk menciptakan makna secara emosi
(pikiran) dan bukan wujud-wujud eksternal (dunia nyata). Pikiran-emosi menjadi tingkatan pertama
dalam bahasa Arab.6

Karakteristik bahasa yang seperti itu tentunya tidak terlepas dari budaya yang
melatarbelakanginya, yaitu budaya Arab itu sendiri. Abdurrahmân Badawi dalam bukunya "Min Târîkh
al-Ilhâd fî al-Islâm" menyatakan, bahwa salah satu spirit budaya Arab adalah pembedaan yang nyata
antara ruh (jiwa) dan nafs (raga). Sumber ruh adalah Allah, kerajaan tinggi dan cahaya. Sementara raga
berbaur dengan jisim, tanah dan dilumuri oleh kegelapan.7

Ruh menjadi sumber kebaikan dan nafs merupakan sumber kejelekan. Tidak ada tugas lain
manusia kecuali menenggelamkan diri dalam ruh, dan menolak nafs sekuat tenaga. Atas dasar inilah,
budaya Arab menolak subjektifitasnya, karena budaya ini menenggelamkan subjek ke dalam kekuatan
lebih tinggi.8

Dalam praktik berbahasa, ruh dimanifestasikan ke dalam dunia pikiran (emosi), sedangkan nafs
diejawentahkan dalam wujud eksternal. Dunia pikiran terkait dengan cara "mengabstraksi". Kekuatan
cara "mengabstraksi" inilah yang dimiliki oleh masyarakat Arab. Maka tak pelak, "mengkhayal"
menjadi sejenis kemahiran khas yang dimiliki oleh bangsa Arab, karena mengkhayal merupakan salah
satubagian dari cara "mengabstraksi". Dengan kekuatan ini, mereka dengan mudah mampu menciptakan
puisi dan lantunan bahasa yang indah. Dan, karena ruh-pikiran-emosi menjadi hal yang paling utama,
maka kata yang mereka ciptakan pun lebih mementingkan makna.

Jadi, dalam ruang kehidupan sosial, kehadiran huruf muqâtha'ah mempertegas makna al-Qur'an
sebagai fakta kebahasaan yang menggunakan huruf hijaiyah. Ini menunjukkan bahwa memang al-Qur'an
itu benar-benar menjadikan bahasa Arab sebagai acuannya. Artinya, al-Qur'an sebagai realitas bahasa
tidak terlepas dari realitas di luar dirinya.

Aisyah Abdurrahmân Binti Syâthi' dalam sebuah kajian tafsirnya mengenai huruf muqâtha'ah
menyimpulkan, pertama bahwa huruf muqâtha'ah yang terdapat dalam beberapa surat di dalam al-
Qur'an diturunkan berkaitan dengan terjadinya perdebatan sengit mengenai keberadaan al-Qur'an.
Kedua, seluruh surat yang diawali dengan huruf muqâtha'ah menyinggung masalah kehujahan al-
Qur'an, yaitu bahwa ia berasal dari Allah. Ketiga, bahwa mayoritas surat yang diawali dengan huruf
muqâtha'ah diturunkan pada saat orang-orang musyrik sedang gencar-gencarnya mernyerang dan

6
Utsmân Amîn, Falsafah al-Lughah al-Arabiyah (Mesir: ad-Dâr al-Mishriyah li at-Ta'lîf wa at-Tarjumah,
1965), hal. 29 – 31.
7
Abdurrahmân Badawi, Min Târîkh al-Ilhâd fî al-Islâm (Kairo: Sîna li an-Nasyr, 1993), cet II, hal. 27.
8
Abdurrahmân Badawi, Min Târîkh al-Ilhâd fî al-Islâm, hal. 27.

Huruf Muqatha’ah | 13
mengklaim al-Qur'an sebagai kalâm yang penuh kebohongan, omongan tukang dukun, penyair, sihir
dan sebagainya.9

Jika kesimpulan yang diutarakan oleh Bintu Syâthi' tersebut benar, maka dapat dikatakan bahwa
di hadapan huruf-huruf muqâtha'ah, mereka (masyarakat Arab) seolah diberi tahu bahwa
"sesungguhnya al-Qur'an yang kalian tidak mampu menandinginya itu berasal dari jenis huruf yang
kalian gunakan dalam percakapan sehari-hari. Jika kalian tidak mampu menandinginya, maka ketahuilah
bahwa al-Qur'an itu dari Allah." Huruf muqâtha'ah ini diulang-ulang dalam al-Qur'an untuk
menunjukkan bukti akan kebenarannya. Atau mungkin huruf muqâtha'ah menjadi semacam strategi
untuk membungkam orang-orang kafir, karena diantara mereka saling membisikan kepada satu sama
lain untuk tidak mendengarkan dan terlena dengan al-Qur'an.

9
Ai'syah Abdurrahmân Bintu Syâthi', al-I'jâz al-Bayâni li al-Qur'ân wa Masâ'il Ibn al-Azraq (Mesir: Dâr
al-Ma'arif, 1999), hal. 179 – 180.

Huruf Muqatha’ah | 14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara etimilogis, fawatih al Suwar berarti pembukaan-pembukaan surat, karena posisinya


berada di awal surat-surat dalam Al Qur’an. Apabila dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah, huruf tersebut
sering dinamakan dengan Ahruf Muqatta’ah (huruf-huruf yang terpisah) karena posisi dari huruf
tersebut yang cenderung menyendiri dan tidak bergabung membentuk suatu kalimat secara kebahasaan.
Makna huruf muqatha’ah ada banyak penafsiran, diantaranya sebagai ayat mutasyabihat, nama surah,
takwil huruf abjad, nama-nama lain Allah SWT, sumpah Allah SWT dan sebagai kata kamus.

3.2 Saran

Dalam mengerjakan makalah ini, penulis masih memiliki kesalahan-kesalahan. Tanpa


mengurangi rasa hormat kami meminta kritik dan saran yang membangun untuk keberlangsungan
penulisan makalah yang baik dan benar.

Huruf Muqatha’ah | 15
DAFTAR PUSTAKA

Ai'syah Abdurrahmân Bintu Syâthi'. 1999. al-I'jâz al-Bayâni li al-Qur'ân wa Masâ'il Ibn al-Azraq .
Mesir: Dâr al-Ma'arif.
Amin, utsman. 1965. Falsafah al-Lughah al-Arabiyah
Badawi, Abdurrahman. 1993. Min Tarikh Al-Jihad fi Al-Islam. Kairo: Sîna li an-Nasyr
Soenarto, Ahmad.2015. Pelajaran Tajwid Praktis dan Lengkap. Bintang Terang. Jakarta.
Shaleh, Shubhi. 1977. Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, Dar-Ilmi Li Al-Mahayin. Mesir.
M. Faisol, Fenomena Huruf Muqatha’ah Dalam Al-Qur’an: Sebuah Perspektif Sosiolinguistik.
Diambil dari wwww.diktis.kemenag.go.id yang diakses pada 09 Oktober 2018 pukul 16:19.

Huruf Muqatha’ah | 16

Anda mungkin juga menyukai