Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA)


DI RUANG PERAWATAN CATLEYA
RSD dr SUBANDI JEMBER

Oleh
YogieLashaLibertysia,S.kep
NIM 192311101039

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan aplikasiklinis yang dibuat oleh:

Nama : YogieLashaLibertysia
NIM : 192311101039
Judul : LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA)
DI RUANG PERAWATAN ANGGREK RSD BALUNG
JEMBER

telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :

Jember, Januari 2018

Mengetahui,

Mahasiswa, Pembimbing Klinik (CI),

Zumrotul Farikhah _________________________


NIM 152310101142 NIP............................................

Pembimbing Akademik, Kepala Ruang,

__________________________ _________________________
NIP................................
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Anatomi Fisiologi
Usus terbagi menjadi 2 yaitu usus halus dan besar. Usus halus adalah bagian
dari saluran pencernaan yang terletak diantara lambung dan usus besar. Dinding
usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati
melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir dan air (membantu
melarutkan pecahan-ecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula, dan lemak.
Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot
melingkar, lapisan otot memanjang dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga
bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejenum), dan usus
penyerapan (ileum).

Gambar 1.1 Saluran pencernaan manusia


1. Usus dua belas jari
Usus dua belas jari (duodenum) adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkan ke usus kosong (jejenum).
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus,
dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum treitz. Pada usus dua
belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Fungsi utama usus dua belas
jari adalah mengabsorbsi produk-produk pencernaan. Makanan masuk ke
dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna
oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada
lambung untuk berhenti mengalirkan makanan (Faiz dan david moffat, 2002).
2. Jejenum (Usus kosong)
Panjangnya 2-3 meter dan berkelok-kelok, terletak di sebelah kiri atas
intestinum minor. Dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk
kipas (mesentrium) memungkinkan keluar masuknya arteri dan vena
mesentrika superior, pembuluh limfe, dan saraf ke ruang antara lapisan
peritoneum. Penampang jejunum lebih lebar, dindingnya lebih tebal, dan
banyak mengandung pembuluh darah.
3. Ileum (Usus penyerapan)
Ujung batas antara ileum dan jejunum tidak jelas, panjangnya ±4-5 m.
Ileum merupakan usus halus yang terletak di sebelah kanan bawah
berhubungan dengan sekum dengan perantaraan lubang orifisium ileosekalis
yang diperkuat sfingter dan katup valvula ceicalis (valvula bauchini) yang
berfungsi mencegah cairan dalam kolon agar tidak masuk lagi ke dalam
ileum.
Kedua adalah usus besar. Usus besar merupakan tabung muscular berongga
dengan panjang sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai
kanalisani.

Gambar 1.3 Usus besar


Bagian-bagian usus besar terdiri dari :
1. Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area katup
ileosekal apendiks. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks
yang melekat pada ujung sekum. Apendiks vermiform, suatu tabung buntu
yang sempit yang berisi jaringan limfoit, menonjol dari ujung sekum.
2. Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon
memiliki tiga divisi, yaitu :
a. Kolon ascenden : merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di
sebelah kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.
b. Kolon transversum: merentang menyilang abdomen di bawah hati dan
lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke
bawah fleksura splenik.
c. Kolon desenden : merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan
menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.
3. Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12-
13 cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di
anus.
1.2 DefinisiPenyakit
Gastroenteritis akut atau lebih dikenal dengan diare akut adalah penyakit yang
ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (Sudaryat,
2007 dalam Yanih & Noveliani, 2017). Diare adalah buang air besar dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih
banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. World
gastroenterologi organisation global guidelines 2005 mendefinisikan diare akut
adalah sebagai pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak
dari normal, dan berlangsungnya kurang dari 14 hari.
1.3 Epidemiologi
Kejadian diare sangat umum ditemukan diseluruh dunia. Di Amerika serikat
keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan penyakit pada ruang
praktek dokter, sementara di Indonesia kasus diare akut menempati peringkat
pertama sampai dengan ke empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah
sakit karena masalah ini. Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan
99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap tahun. WHO memperkirakan
ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta
pertahun. Bila angka tersbut diterapkan di Indonesia, kejadian diare setiap
tahunnya sekitar 100 juta episode diare terjadi pada orang dewasa. (Zein, Sagala,
& Ginting, 2004).
1.4 Etiologi
Berdasarkan faktor penyebab (predisposisi) gastroenteritis (diare) disebabkan
oleh :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama gastroenteris adalah :
- Infeksi bakteri : vibrio cholera, E. Coli, Salmonella shigella, Campylobacter
jejuni, dan lain-lain. Bakteri-bakteri ini memperbanyak diri dan membentuk
toksin yang mana dapat diresorbsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala-
gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala, kejang-kejang, disamping
mencret berdarah dan lendir.
- Infeksi virus : entero virus, adenovirus, Norwalk virus. Virus ini dapat
melekat pada sel-sel mukosa yang dapat menyebabkan kerusakan, sehingga
kapasitas resorbsi menurun, tetapi sekresi air dan elektrolit bertambah. Diare
ini terjadi beberapa hari hingga virusnya bertambah dan dapat lenyap dengan
sendirinya dan biasanya terjadi selama 6 hari. Penderita akan sembuh kembali
setelah enterosit usus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru dan normal
serta sudah matang, sehingga dapat menyerap dan mencerna cairan serta
makanan dengan baik. (Tjay dan rahardja, 1968 dalam Wijaya, 2010)
- Infeksi parasit : cacing (ascaris, tricuris, oxyuris, srongyloidis, protozoa,
jamur).
b. Infeksi parenteral : infeksi di luar alat pencernaan, seperti karena penyakit :
OMA, tonsilitis, bronkopneumonia, dan sebagainya.
2. Faktor malabsorbsi :
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa). Monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa).
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis : rasa takut ,cemas,dan ketegangan dapat memicu
peningkatan peristaltik usus sehingga mengakibatkan diare
1.5 Klasifikasi
Diare akut infeksi secara klinis dan patofisiologis diklasifikasikan menjadi
diare non inflamasi dan diare inflamasi (Zein, Sagala, & Ginting, 2004) :
1. Diare inflamasi disebabkan oleh invasi bakteri dan sitotoksin di kolon
dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir
dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas
sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala
dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis
ditemukan lendir dan / atau darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit
polimorfonuklear.
2. Pada diare non inflamasi disebabkan oleh enterotoksin yang
mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan
darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali,
namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang
tidak mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin
tidak ditemukan leukosit.
Berdasarkan mekanismenya, diare dibedakan menjadi diare akut maupun
kronik. Diare akut terjadi mendadak dan berlangsung kurang dari 2 minggu.
Gejalanya antara lain : tinja cair, biasanya mendadak, desertai lemah dan kadang-
kadang demam atau muntah. Biasanya berhenti atau berakhir dalam beberapa jam
sampai beberapa hari. Diare akut dapat terjadi akibat infeksi virus, infeksi bakteri,
dan akibat makanan. Diare kronik adalah diare yang melebihi jangka waktu 15
hari sejak awal diare. Batasan waktu 15 hari tersebut semata-mata suatu
kesepakatan karena banyaknya usul untuk menentukan batasan waktu diare kronis
(Wijaya, 2010).
Diare akut dan kronik dapat dibedakan menjadi kelompok osmotik, sekretorik,
eksudatif dan gangguan motilitas (Zein, Sagala, & Ginting, 2004) :
1. Diare osmotik terjadi apabila ada bahan yang tidak dapat diserap sehingga
dapat meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari
plasma sehingga terjadi diare.
2. Diare sekretorik terjadi apabila adanya gangguan transport elektrolit baik
absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. \
3. Diare eksudatif terjadi akibat infeksi bakteri atau non infeksi seperti gluten
sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat
radiasi, hal ini dapat mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus
maupun usus besar.
1.6 Patofisiologi
Gastroenteritis akut merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
diare dan muntah-muntah, yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Penyebab utama
gastroenteritis akut adalah virus (rotavirus, adenovirus enteric, virus Norwalk, dan
lain lain), bakteri atau toksinnya (Campylobacter, Salmonella, Shigella,
Escherichia coli, Yersinia dan lain lain), serta parasit (Giardia lamblia,
Cryptosporidium). Patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-sel,
menghasilkan enterotoksin atau sitotoksin yang merusak sel. Atau melekat pada
dinding usus. Pada gastroenteritis akut, usus halus adalah alat pencernaan
pencernaan yang paling sering terkena. Gastroenteritis akut ditularkan melalui
rute fekal-oral dari orang ke orang atau melalui air dan makanan yang
terkontaminasi. Tinggal difasilitas day care juga meningkatkan resiko
gastroenteritis, salain berpergian ke negara berkembang. Sebagian besar
gastroenteritis dapat sembuh sendiri dan prognosisnya baik dengan pengobatan.
anak-anak malnutrisi dapat menderita infeksi yang lebih berat dan lebih
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh (Betz, 2009. Hal 185).
1.7 Pathway

Virus : rotavirus, adenovirus enteric, virus Norwalk, dan lain lain

bakteri atau toksinnya (Campylobacter, Salmonella, Shigella,


Escherichia coli, Yersinia dan lain lain)

parasit (Giardia lamblia, Cryptosporidium)

Masuk ke tubuh dan melekat di usus

menghasilkan enterotoksin atau


sitotoksin yang merusak sel usus

Absorbsi dan motilitas Bakteri/Virus


Mual usus terganggu menginfeksi usus

Kekurangan Diare Tanda-tanda Inflamasi


Volume
Cairan dan
Elektrolit
Nyeri Hipertermia
Abdomen

Nafsu makan Ketidakseimbangan Nutrisi :


menurun kurang dari kebutuhan tubuh
1.8 ManifestasiKlinis
Manifestasi klinis gastroenteritis akut yaitu diare, muntah, demam, anoreksia,
nyeri perut, Adanya darah atau nanah di feses, demam Mialgia dan artralgia, .
Muntah diikuti dengan diare merupakan tanda gejala awal yang muncul pada
anak-anak. Karakternya dari muntah, seperti warna, intensitas, dan frekuensi,
beberapa tanda gejala tersebut merupakan sebagian besar tanda gejala yang
dialami pasien GEA (Villar dkk, 2015). Orang dengan riwayat penyakit
imunosupresif seperti HIV/AIDS, atau obat imunosupresif mis. steroid, ada di
risiko lebih besar terkena gastroenteritis akut.
Riwayat lengkap dan pemeriksaan fisik selalu harus dilakukan dokter dan
perawat seperti menanyakan tentang durasi penyakit; jumlah episode muntah dan
diare per hari; output urin; kehadiran dari darah di feses; gejala yang
menyertainya seperti demam, sakit perut, dan keluhan kemih; dan baru-baru ini
asupan cairan dan makanan. Pemeriksaan Fisik harus fokus pada identifikasi
tanda-tanda dehidrasi seperti tingkat kewaspadaan, adanya cekung mata, selaput
lendir kering, dan turgor kuli (Villar dkk, 2015).
Tanda dan gejala dehidrasi yang ditimbulkan akibat penyakit GEA :
• Durasi / frekuensi diare
• Darah atau nanah di feses
• Sakit perut
• Demam
• Gejala virus (sakit kepala, mialgia, artrralgia)
• Review sistem, terutama pada anak-anak
• Sistemik tidak sehat
• Demam lebih dari 38,5
• Durasi> 3-4 hari
• Diare berat yang menyebabkan dehidrasi
• Tanpa imunisasi atau penderita penyakit imunosupresi
Gambar 1.1 Derajat Dehidrasi Pasien Diare ( Pujiarto, 2014)
Tanda-tanda klinis yang menunjukkan tingkat keparahan dehidrasi :

Gambar 1.2 Tingkat Keparahan Dehidrasi pasien GEA ( Pujiarto, 2014)


1.9 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu (Trissilowati, 2014) :
1.9.1 Anamnesa Infeksi, toksin mikroba, mediatormediator inflamasi, reaksi imun
Monosit/ makrofag, sel endotelial, lain-lain

Pasien dengan diare akut infektif pada umumnya mengalami keluhan khas yaitu
mual, muntah, nyeri abdomen, demam dan feses yang sering, busa dalam feses,
malabsorbtif, atau berdarah tergantung bakteri yang menyebabkan (Simadibrata K
et al., 2009). Gastroenteritis dapat dicurigai apabila terjadi perubahan tiba-tiba
pada konsistensi feses, biasanya feses menjadi lebih berair, dan/atau muntah yang
terjadi tiba-tiba. Pada anak biasanya diare berlangsung selama 5-7 hari dan
kebanyakan berhenti dalam 2 minggu. Muntah biasanya berlangsung selama 1-2
hari, dan kebanyakan berhenti dalam 3 hari. Hal yang harus ditanyakan kepada
pasien yaitu kapan kontak terakhir dengan seseorang yang mengalami diare akut
dan/atau muntah, Pajanan terhadap sumber infeksi enterik yang diketahui
(mungkin dari makanan atau air yang terkontaminasi), dan sebelumnya pernah
melakukan perjalanan atau bepergian.

1.9.2 Pemeriksaan fisik

Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam


menentukan keparahan penyakit. Status volume dinilai dengan menilai perubahan
pada tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan
abdomen yang seksama juga merupakan hal yang penting dilakukan (Simadibrata
K et al., 2009). Selain pemeriksaan abdomen, juga harus dilakukan pemerksaan
feses. Pemeriksaan feses yang dilakukan adalah pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik, biakan kuman, tes resistensi terhadap berbagai antibiotika, pH dan
kadar gula, jika diduga ada intoleransi laktosa. Karkteristik hasil pemeriksaan
feces sebagai berikut :
a) feses berwarna pekat" putih kemungkinan disebabkan karena adanya
pigmen empedu
b) feses berwarna hitam disebabkan karena efek dari obat dan diet tiggi buah
merah dan sayur hjau tua seperti bayam
c) feses berwarna pucat disebabkan karena malabsorbsi lemak, diet tnggi susu
d) feses berwarna orage atau hijau disebabkan karena infeksi usus
e) feses cair dan berlendir disebabkan karena diare yang penyebabnyaadalah
bakteri
f) feses seperti tepung berwarna utih disebabkan karena diare
yangpenyebabnya adalah virus
g) feses seperti ampas disebabkan karena diare yang penyebabnya dalah
parasite.
h) feses yang didalamnya terdapat unsur pus atau mucus disebabkankarena
bakteri, darah jika terjadi peradangan usus, terdapat lemak dalam feses jika
disebabkan krena malabsorbsi lemak dalam usus halus.
1.9.3 Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium)

Pemeriksaan darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit terutama K
dan P serum pada diare yang disertai kejang, anemia hipokronik, kadang
malnutrisi, malabsorbsi tekanan fungsi sumsum tulang, proses inflamasi kronis,
dan peningkatan sel-sel darah putih. Pemeriksaan elektrolit tubuh juga diperlukan
untuk mengetahui kadar (atrium, kalim, kalsium karbonat). Pemeriksaan kadar
ureum untuk mengetahui faal ginjal. jika terjadi gangguan faal ginjal maka kadar
ureum dan creatinin akan meingkat.

1.10 Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi


1.10.1 Farmakologi
a. Agen antimikroba

Agen antimikroba dapat mengurangi resiko komplikasi berkepanjangan dan


kambuhan pada Salmonella nontyphoid gangguan gastrointestinal infeksi
gastroenteritis (Villar dkk, 2015).

b. Agen Antidiarrheal

Obat antidiarrheal tidak dianjurkan untuk penggunaan rutin karena risiko efek
sampingnya. Agen antimotilitas, seperti loperamida, diketahui menyebabkan
opiat-induksi ileus, kantuk, dan mual pada anak-anak di bawah umur 3 tahun.
Sebaliknya, agen seperti bismuth subsalicylate telah menunjukkan khasiat terbatas
dalam mengobati gastroenteritis akut pada anak-anak. Namun, obat tersebut
masih dalam tahap perbaikan yaitu dengan cara melakukan penelitian khasiat dan
keamanannya(Villar dkk, 2015).

c. Agen antiemetik

Obat antiemetik digunakan untuk meringankan atau mengurangi gejala muntah


agar mencegah dehidrasi ke tingkat yang lebih lanjut. Generasi lama antiemetik
seperti prometazin, turunan fenotiazin dengan antihistamin dan aktivitas
antikolinergik, telah ditemukan kurang efektif dalam mengurangi emesis.
Metoklopramid, turunan procainamide yang merupakan dopamin antagonis
reseptor, telah terbukti lebih banyak efektif daripada plasebo, namun laju reaksi
ekstrapiramidal dilaporkan berhubungan dengan penggunaannya hingga 25%
(Villar dkk, 2015).

d. Terapi Zinc Tambahan

Zinc adalah mikronutrien penting yang melindungi sel dari cedera oksidatif.
Dalam kasus diare akut atau kronis, Ada penurunan Zinc yang signifikan akibat
bertambahnya keluaran usus. Beberapa uji klinis dilakukan di negara-negara
berkembang di mana prevalensi defisiensi Zinc tinggi mengungkapkan manfaat
potensial dari terapi Zinc bersamaan dengan terapi ORS (Oral Rehydration
Solution). Zinc dapat memperbaiki penyerapan air dan elektrolit. Studi
membandingkan suplemen Zinc dengan plasebo telah mengungkapkan
pengurangan frekuensi tinja dan memperpendek durasi diare. Tambahan Zinc ke
ORS sekarang direkomendasikan oleh WHO dan United Nation's Children's Fund
di seluruh dunia untuk pengobatan penyakit diare pada anak-anak (Villar dkk,
2015).

e. Prebiotik

Probiotik adalah mikroorganisme yang hidup dalam makanan fermentasi yang


berpotensi menguntungkan tuan rumah dengan mempromosikan keseimbangan di
flora usus. Studi eksperimen membuktikan bahwa L rhamnosus GG dalam
pengobatan diare akut menular dapat mengurangi durasi diare hingga 1 hari
(Villar dkk, 2015).
1.10.2 Non Farmakologi
A. Larutan rehidrasi oral (ORS)

Larutan rehidrasi oral (ORS) adalah cairan yang dirancang khusus yang
mengandung jumlah natrium, glukosa dan elektrolit yang sesuai dan sesuai
osmolalitas, untuk memaksimalkan penyerapan air dari usus. ORS menggunakan
prinsip glukosa- transportasi natrium yang difasilitasi dimana glukosa
meningkatkan transportasi natrium dan air sekunder melintasi mukosa usus bagian
atas. konsentrasi dan osmolalitas natrium dan glukosa sangat penting (NSW
Goverment Health, 2014).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan ORS yang memiliki


konsentrasi sodium 90mmol / L Di negara maju dengan diare non-kolera, memang
Umumnya berpikir bahwa 90mmol / L agak tinggi, karena gastroenteritis non-
kolera hasilnya tidk sama dengan sodium loss yang terlihat pada kolera. Telah
ditunjukkan bahwa penyerapan air di lumen usus manusia maksimal
menggunakan larutan dengan konsentrasi natrium 60mmol / L1 (seperti
Gastrolyte®) dan inilah konsentrasinya direkomendasikan oleh European Society
of Pediatric Gastroenterology and Nutrition (NSW Goverment Health, 2014).

Gambar 1.3 Komposisi ORS (NSW Goverment Health, 2014)


B. Diet
Bayi yang disusui harus terus menyusui sesuai permintaan. Bayi yang diberi susu
formula harus melanjutkan formula biasa mereka segera setelah rehidrasi dalam
jumlah cukup untuk memenuhi energi dan gizi normal. Formula yang
mengandung serat kedelai telah dipasarkan ke dokter dan konsumen di Amerika
Serikat, dan menambahkan Serat kedelai telah dilaporkan mengurangi tinja cair
tanpa merubah keseluruhan output tinja. Makanan Tinggi gula sederhana harus
dihindari karena osmotik beban bisa memperburuk diare; Oleh karena itu, jumlah
yang besar minuman ringan berkarbonasi, jus, makanan penutup gelatin, harus
dihindari. Pedoman tertentu Sebaiknya hindari makanan berlemak, tapi
pertahankan kalori yang memadai tanpa lemak itu sulit, dan lemak mungkin
memiliki efek menguntungkan mengurangi motilitas usus. Makan dini
mengurangi perubahan permeabilitas usus yang disebabkan oleh infeksi,
mengurangi durasi penyakit, dan meningkatkan nutrisi hasil. Makanan yang
sangat spesifik (mis, pisang, nasi, saus apel, dan roti bakar) sudah umum
direkomendasikan karena ada manfaat tertentu. Dari pisang hijau dan pektin pada
diare persisten. Makanan yang disarankan termasuk usia yang sesuai diet tidak
terbatas, termasuk karbohidrat kompleks, daging, yogurt, buah-buahan, dan
sayuran. Pasien harus sebisa mungkin pertahankan asupan kalori selama episode
akut, dan selanjutnya harus mendapat tambahan nutrisi untuk mengkompensasi
kekurangan yang timbul selama penyakit (MMWR-CDC, 2003).
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI
2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas Pasien
Nama : No. RM :
Umur : (pada umumnya Pekerjaan :
diderita bayi, balita, dan
pasien yang mengalami
imunosupressi seperti
pasien HIV/AIDS)
Jenis : Status :
Kelamin Perkawinan
Agama : Tanggal MRS :
Pendidikan : Tanggal :
Pengkajian
Alamat : Sumber Informasi :
2.1.2 Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medis
Gastroenteritis Akut
2. Keluhan utama
Nyeri perut
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya pasien dengan penyakit GEA akan merasakan nyeri perut.
Biasanya pasien masuk rumah sakit karena dehidrasi berat akibat mual, muntah
dan diare berkepanjangan. Diare bisa disertai dengan darah.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Pasien pernah menderita diare, dan dibiarkan hingga infeksi bisa menyebar ke
saluran gastrointestinal yang lainnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
2.1.3 Pengkajian Pola Gordon

No Pola Gordon Komponen Pengkajian

1 Pola persepsi dan Pada umumnya penderita GEA mengalami nyeri pada
pemeliharaan bagian abdomen dan mencari solusi / penawar nyeri,
kesehatan bisa dalam bentuk obat analgesik dan diare. biasanya
jika pasien sudah merasakan lemas (dehidrasi berat)
karena diare yang berkepanjangan, barulah pasien
memeriksakan kesehatannya ke Rumah sakit.

2 Pola nutrisi dan Pada umumnya, klien penderita ulkus peptikus


metabolisme mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan
muntah dan diare. pasien takut jika sering makan maka
diare akan bertambah parah.

3 Pola eliminasi a. Kebiasaan pola buang air besar :frekuensi, jumlah


(cc), warna, bau, nyeri, mokturia, kemampuan
mengontrol BAB, pengggunaan obat-obatan untuk
melancarkan BAB, adanya perubahan lain, ada
darah dalam feces dan di rektum.
b. Data pemeriksaan fisik yang berhubungan
(abdomen, rektum, danusus)
Pada umumnya, klien penderita GEA yang sudah
komplikasi akan mengalami diare parah dan
terdapat darah dalam fesesnya.

4 Pola aktivitas dan Pola aktivitas dan latihan klien penderita GEA
latihan terganggu karena mereka mengalami dehidrasi
(lemas), dan mual muntah sehingga kekurangan tenaga
untuk beraktivitas. Klien biasanya memilih untuk
istirahat.

5 Pola tidur dan Penderita GEA pada umumnya mengalami gangguan


istirahat pola tidur dikarenakan merasakan nyeri yang hebat di
bagian abdomen. pada malam hari atau dini hari
penderita sering terbangun karena merasakan nyeri dan
diare (mencret) di tempat tidur.

6 Pola Kognitif dan Pada umumnya klien penderita GEA tidak mengalami
konseptual gangguan kognitif dan konseptual.

7 Pola persepsi diri Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurung


diri, frustasi, depresi, murung, tidak mau berinteraksi).
Pada klien dengan GEA, biasanya klien mengalami
depresi, murung, frustasi terutama dengan klien yang
menderita imunosupresi karena mereka merasa sudah
tidak punya harapan hidup lagi.

8 Pola peran dan Pola peran klien penderita GEA terganggu karena
hubungan klien penderita GEA lemas dan tidak berdaya untuk
beraktivitas. Sehingga peran di keluarga dan
masyarakat juga akan terganggu.

9 Pola seksualitas Pola seksualitas dan reproduksi klien terganggu. Pada


dan reproduksi umumnya mereka merasa lemas dan letih karena
dehidrasi sehingga tidak bergairah terhadap seksualitas
mereka.

10 Pola toleransi Cara pasien merespon nyeri ada yang diam, merintih,
coping- stress ataupun menangis.

11 Pola tata nilai dan Aktivitas keagamaan pasien terganggu karena kondisi
kepercayaan pasien yang lemah dan memaksa pasien untuk bedrest.
Tetapi masih ada beberapa ibadah yang bisa dilakukan
klien di atas tempat tidur.

2.1.3 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik dilakukan setelah pengumpulan riwayat kesehatan.
Gunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pengkajian fisik harus
dilakukan secara komprehensif.
1. Keadaan Umum :
Keadaan umum : Keadaan umum pasien GEA yaitu lemas, tampak berbaring,
kesadaran kompos mentis GCS 4,5,6. Tetapi jika klien mengalami dehidrasi
dengan derajat parah maka dapat dimungkinkan klien mengalami penurunan
kesadaran.
Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : tekanan darah pada penderita GEA hipotensi (<90
mmHg)
2. Nadi : >80 x/menit (Takikardi) karena pasien GEA
merasakan nyeri (nyeri termasuk salah satu yang bisa memicu takikardi)
3. Respirasi : >24 x/menit (Takipneu), karena biasanya penderita
GEA akan mengalami kecemasan (karena meraasakan nyeri), dan
frekuensi nafasnya meningkat
4. Suhu : >37,5 0C (Hipertermia, karena pada umumnya
penderita GEA akan mengalami demam tinggi akibat infeksi bakteri,
virus atau parasit)

2.Head to toe :
- Kepala
Inspeksi : bentuk kepala, distribusi, warna, kulit kepala.
Palpasi : nyeri tekan dikepala.
- Wajah
Inspeksi : bentuk wajah, kulit wajah.
Palpasi : nyeri tekan di wajah.
- Mata
Inspeksi : bola mata cekung, konjungtiva anemis
Palpasi : nyeri tekan pada bola mata, warna mukosa konjungtiva, warna mukosa
sclera
- Hidung :
Inspeksi : bentuk hidung, pernapasan cuping hidung, secret
palpasi : nyeri tekan pada hidung
- Mulut :
Inspeksi : biasanya bibir penderita GEA kondisinya kering karena pasien
merasa mual dan muntah, dehidrasi sehingga kurang asupan cairan dan
nutrisi
Palpasi : nyeri tekan pada lidah, gusi, gigi
- Leher
Inspksi : bentuk leher, warna kulit pada leher
Palpasi : nyeri tekan pada leher.
- Dada
Inspeksi : bentuk dada, pengembangan dada, frekuensi pernapasan.
Palpasi : pengembangan paru pada inspirasi dan ekspirasi, fokal fremitus, nyeri
tekan.
Perkusi : batas jantung, batas paru, ada / tidak penumpukan secret.
Auskultasi : bunyi paru dan suara napas
- Payudara dan ketiak
Inspeksi : bentuk, benjolan
Palpasi : ada/ tidak ada nyeri tekan , benjolan
- Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen cekung.
Auskultasi : bising usus lebih dari normal.
Palpasi : jika abdomen ditekan, biasanya penderita GEA akan merasakan
nyeri.
- Genitalia
Inspeksi : bentuk alat kelamin,distribusi rambut kelamin,warna rambut
kelamin,benjolan
Palpasi : nyeri tekan pada alat kelamin
- Integumen
Inspeksi : warna kulit pucat atau berbintik-bintik
Palpasi : nyeri tekan pada kulit abdomen, turgor kulit menurun
- Ekstremitas
Palpasi : CRT > 3 detik, pasien beresiko syok
Ekstremitas dingin
2.1.5 Analisa Data
NO DATA PENGKAJIAN ETIOLOGI MASALAH

1. DS : pasien mengatakan Infeksi Kekurangan


bahwa sering haus, pasien gastrointestinal Volume Cairan
masih merasa lemas
DO : Diare
CRT >3 dtk
Turgor kulit menurun Kehilangan cairan
Mata cekung banyak
Balance cairan
Hipotensi Dehidrasi
Kekurangan Volume
Cairan

2. DS : Infeksi Nyeri akut


Gastrointerstinal
Klien mengatakan sering
Mengeluarkan toksin
meringis kesakitan
di usus
klien mengeluh nyeri pada
Inflamasi usus
bagian abdomen
Nyeri
DO :

- takikardi

- Ekskpresi wajah meringis

- Nyeri pada skala 3


3 DS : Pasien mengatakan Infeksi Diare
bahwa sudah bab cair lebih Gastrointerstinal
dari 3x dalam sehati
Mengeluarkan toksin
Pasien mengeluh Nyeri di usus
abdomen
Inflamasi
DO : Feses cair, ada darah
Motilitas dan
dama feses,
absorbsi usus
abnormal

Diare

4 DS : pasien mengatakan Bakteri masuk ke Mual


sering mual dan makan saluran pencernaan
hanya habis ¼ porsi, pasien
Asam lambung naik
merasa lemas
mual
DO : Mukosa bibir kering,

5 DS: Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan


- Klien mengatakan nutrisi: kurang dari nutrisi : kurang dari
merasa mual kebutuhan tubuh kebutuhan tubuh
- Klien mengatakan nafsu
makan menurun Kurang asupan
DO: makanan
- Pasien terlihat lemas dan
pucat Kurang minat pada
- Membran mukosa pucat makanan
Klien hanya makah 2 sendok
dari menu rumah sakit
6 DS : Pasien mengatakan Bakteri/virus/patogen Hipertermia
bahwa sekujur tubuh masuk
mengalami demam dan
Respon inflamasi
menggigil
Hipertermia
DO : suhu >37,5 C

2.2 Diagnosa keperawatan


1. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif yang ditandai dengan haus, kelemahan, penurunan tekanan darah,
kulit kering, membran mukosa kering, penurunan turgor kulit
2. Nyeri akut yang berhubungan dengan agen cedera biologis (infeksi
gastrointestinal) yang ditandai dengan pasien mengeluh nyeri, ekspresi
menyeringai, gelisah, merengek, perubahan selera makan
3. Diare yang berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal yang ditandai
dengan bising usus hiperaktif, defekasi cair >3 dalam 24 jam, nyeri
abdomen, ada dorongan untuk defekasi
4. Mual yang berhubungan dengan iritasi gastrointestinal yang ditandai
dengan mual, keengganan terhadap makanan, sensasi muntah
5. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan yang ditandai
dengan nyeri abdomen, penurunan berat badan, membran mukosa pucat.
6. Hipertermia yang berhubungan dengan penyakit yang ditandai dengan
gelisah, hipotensi, kulit kemerahan.

1.3 Intervensi
NO Para
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil NIC
f
1. Kekurangan Setelah dilakukan perawatan selama 3x24
4130 Manajemen Cairan
volume cairan jam, kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi
Definisi: Pengumpulan dan
yang dengan kriteria hasil :
berhubungan 0602. Hidrasi analisis data pasien dalam
dengan Definisi ketersediaan air yang cukup dalam pengaturan keseimbangan
kehilangan kompartemen intraseluler dan ekstraseluler cairan
cairan aktif tubuh
Aktivitas-aktivitas:
yang ditandai Indikator Skala Ket
dengan haus, Skala 1. Tentukan jumlah dan jenis
Awal Akhir
kelemahan, intake atau asupan cairan

penurunan Turgor 1 3 1 : sangat serta kebiasaan eliminasi


kulit terganggu 2. Tentukan faktor-faktor
tekanan darah, 2:
Membran 2 4 besarly risiko yang mungkin
kulit kering, mukosa compromi menyebabkan
membran lembab sed
mukosa kering, Intake 2 4 3 : cukup ketidakseimbangan cairan
cairan terganggu 3. Monitor asupan dan
penurunan 4 : sedikit
turgor kulit Bola mata 1 4 terganggu pengeluaran pada pasien
cekung 5 : tidak 4. Periksa turgor kulit
dan lunak terganggu
5. Berikan asupan cairan
diare 3 5
dengan tepat
6. Monitor warna, kuantitas,
dan berat jenis urin
Tentukan apakah pasien
mengalami kehausan atau
gejala perubahan cairan
2. Domain 12: Kriteria hasil: 1400 ManajemenNyeri
Kenyamanan Definsi:Penguranganataured
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24
uksinyerisampaipadatingkatk
Kelas 1. jam klien dapat mengontrol nyeri dengan
enyamanan yang
Kenyamanan baik.
dapatditerimaolehpasien.
Fisik
Kontrol Nyeri Aktivitas-aktivitas:
Nyeri akut 1.Lakukanpengkajiannyeriko
Definisi: Tindakan pribadi untuk
yang mprehensif yang
mengontrol nyeri
berhubungan meliputilokasi, karakteristik
dengan efek onset/durasi, frekuensi,
sekresi asam kualitas,
Indikator Skala Ket
lambung pada intensitasatauberatnyanyeri
Skala
jaringan yang Awal Akhir danfaktorpencetus.
rusak yang Mengenali 1 3 1 : tidak 2.Pastikanperawatananalgesik
ditandai kapan pernah bagipasiendilakukandengan
nyeri menunjuk
dengan terjadi kan pemantauan yang ketat.
ekspresi wajah 2 : jarang 3.Galibersamapasienfaktor
Mengguna 2 4 menunjuk
nyeri, kan kan yang
tindakan 3:
perubahan dapatmenurunkanataumemp
pencegaha kadang-
selera makan, n kadang erberatnyeri.
pasien Mengguna 2 4 menunjuk 4.Berikaninformasimengenai
kan kan
mengeluh 4 : Sering nyeri, sepertipenyebabnyeri,
analgesik
nyeri pada yang menunjuk berapa lama
direkomen kan
bagian 5 : secara nyeriakandirasakan,
dasikan
abdomen konsisten danantisipasiakibatketidany
Mengguna 1 4 menunjuk
kan kan amananakibatprosedur.
tindakan 5.Ajarkanprinsip-
pengurang
an nyeri prinsipmanajemennyeri.
tanpa 6. Dorong pasien untuk
analgesik
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya dengan
tepat.
3. Diare yang Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 0460 Manajemen Diare
berhubungan jam, pasien dapat bab dengan normal
Definisi: Manajemen dan
dengan dengan kriteria hasil :
peyembuhan diare
inflamasi 0501. Eliminasi Usus
gastrointestinal Definisi pembentukan dan pengeluaran feses 1. Ambil tinja jika utuk
yang ditandai pemeriksaan kultur dan
dengan bising sensitifitas bila diare
usus hiperaktif, berlanjut
defekasi cair Indikator Skala Ket 2. Ajari pasien cara
>3 dalam 24 Skala penggunaan obat antidiare
Awal Akhir
jam, nyeri secara tepat
abdomen, ada Pola 1 3 1 : sangat 3. Evaluasi kandungan nutrisi
eliminasi terganggu
dorongan 2: dari makanan yang sudah
Feses 2 4 banyak
untuk defekasi lembut dan dikonsumsi sebelumnya
ttergangg
berbentuk u 4. Anjurkan pasien untuk
Suara 2 4 3 : cukup mencoba menghindari
bising usus trganggu
4 : Sedikit makanan pedas dan yang
Nyeri pada 1 4 terganggu menimbulkan gas dalam
saat BAB 5 : tidak
terganggu perut
2280. Majemen Pengobatan

Diare: Fasilitasi tepat


1. Catat masalah BAB yang
sudah ada sebelumnya, BAB
rutin, dan penggunaan
laksatif
2. Instruksikan pasien
mengenai makanan tinggi
serat, dengan cara yang tepat
3. Evaluasi profil medikasi
terkait dengan efek
samping-efek samping
gastrointestinal

4 Mual yang Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 1450. Manajemen Mual
berhubungan jam, mual pada pasien dapat diatasi dengan 1. Dorong pasien untuk
dengan iritasi kriteria hasil. memantau pengalaman diri
gastrointestinal 1618. Kontrol Mual dan Muntah terhadap mual
yang ditandai Definisi : tindakan personal untuk 2. Dorong pasien untuk
dengan mual, mengontrol mual, muntah-muntah dan belajar strategi mengatasi
keengganan gejala muntah mual sendiri
terhadap Indikator Skala Ket 3. Dapatkan riwayat diet
makanan, Skala pasien seperti (makanan
Awal Akhir
sensasi muntah yang disukai) dan yang
Mendeskri 2 4 1 : tidak tidak disukai serta
psikan pernah
faktor ditunjukk preferensi (makanan)
penyebab an terkait budaya
2 : jarang
Mengguna 2 4 ditunjukk 4. Ajari penggunaan teknik
kan an
langkah nonfarmakologi (misalnya,
3:
pencegaha kadang- biofeedback, hipnosis,
n kadang relaksasi, imajinasi
Mengguna 2 4 ditunjukk
an terbimbing, terapi musik,
kan obat
anti emetik 4 : Sering distraksi, akupresur) untuk
ditunjukk
Melaporka 1 5 an mengatasi mual
n mual, 5 : secara 5. Dorong pola makan dengan
muntah konsisten
yang ditunjukk porsi sedikit makanan yang
terkontrol an menarik klien
6. Timbang berat badan
secara teratur
7. Monitor efek dari
manajemen mual secara
keseluruhan

5 Ketidakseimba Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 1100 Manajemen Nutrisi

ngan nutrisi : jam klien dalam status nutrisi yang adekuat Definisi: Menyediakan dan

kurang dari dengan kriteria hasil : meningkatkan intake nutrisi

kebutuhan 1008 Status Nutrisi yang seimbang

tubuh yang Definisi: Sejauh mana nutrisi dicerna dan Aktivitas-aktivitas:

berhubungan diserap untuk memenuhi kebutuhan 1. Tentukan status gizi


dengan metabolik. pasien dan kemampuan
ketidakmampu Indikator Skala Ket [pasien] untuk memenuhi
an mencerna Skala kebutuhan gizi.
Awal Akhir
makanan yang
2. Identifikasi adanya alergi
ditandai Asupan 2 4 1 : sangat
gizi menyimp atau intoleransi makanan
dengan nyeri ang dari
Asupan 2 4 yang dimiliki pasien.
abdomen, rentang
makanan normal 3. Bantu pasien dalam
penurunan 2:
Asupan 2 4
banyak menentukan pedoman
berat badan, cairan
menimpa atau piramida makanan
membran Hidrasi 1 5 ng
3 : cukup yang paling cocok untuk
mukosa pucat.
menyimp memenuhi kebutuhan
ang
4 : sedikit nutrisi dan preferensi.
menyimp
ang 4. Ciptakan lingkungan
5 : tidak yang opotimal pada saat
menyimp
ang mengkomsumsi makanan
(misalnya bersih,
berventilasi, santai ,
bebas bau)

5. Monitor kecenderungan
kenaikan dan penurunan
berat badan.

6. Intruksikan pasien
mengenai kebutuhan
nutrisi dan gizi.

7. Tentukan jumlah kalori


dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan.
8. Monitor kalori dan
asupan makanan.

6 3900 Pengaturan Suhu


Definisi: Mencapai atau
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 memelihara suhu tubuh dalam
jam masalah hipertermia dapat teratasi batas normal.
dengan kriteria hasil :
Aktivitas-Aktivitas:
0800 Termoregulasi
Hipertermia 1. Monitor suhu paling tidak
Definisi: Keseimbangan antara produksi setiap 2 jam sesuai
yang
panas, mendapatkan panas, dan kehilangan
berhubungan panas. kebutuhan.
dengan 2. Monitor dan laporkan
Indikator Skala Ket
penyakit yang adanya tanda dan gejala dari
Skala
Awal Akhir hipertermia.
ditandai
dengan Kenyaman 2 4 1 : sangat 3. Tingkatkan intake cairan
an suhu terganggu dan nutrisi adekuat.
gelisah,
2:
hipotensi, kulit Peningkata 2 4 banyak 4. Sesuaikan suhu lingkungan
n suhu ttergangg
kemerahan. kulit untuk kebutuhan pasien.
u
hipertermi 3 : cukup 5. Diskusikan pentingnya
2 4
a trganggu termoregulasi dan
4 : Sedikit
Hipertermi 1 5 terganggu kemungkinan efek negatif
a 5 : tidak dari demam yang
terganggu
berlebihan, sesuai
kebutuhan
2.5 Discharge Planning
1. Kebutuhan cairan harus selalu terpenuhi, satu hari minimal 2 liter air atau
setara dengan 8 gelas
2. Makanannya harus tetap dikontrol, menghindari santan dan makanan
pedas
3. Personal hygiene harus tetap dijaga misalnya setelah buang air kecil dan
buang air besar
4. Istirahat yang cukup agar sistem imun kembali normal
DAFTAR PUSTAKA
Adyanasti, F. (2012). Etiologi dan Gambaran Klinis Diare Akut di RSUP Dr
Kariadi Semarang.
Bulecheck, G. M., H. K. Butcher., J. M. Dochterman, dan C. M. Wagner. 2016.
Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition. (I. Nurjannah &
R. D. Tumanggor, Trans.). United States: Mosby Elsevier. (Original Work
Published 2013).
Faiz, omar., dan david movat. 2004. At a Glance Anatomi. Jakarta : Erlangga
Herdman, T. Heather. 2015. Herdman dan Kamitsuru. 2014. NANDA
International Inc. Nursing diagnosa keperawtaan: definisi & klasifikasi
2015-2017. Jakarta: EGC.

MMWR-CDC. (2003). Managing Acute Gastroenteritis Among Children


Moorhead, Sue., M. Johnson, M. L. Maas, dan E. Swanson. 2016. Nursing
Outcomes Classification (NOC): Measurement of Health Outcomes Fifth
Edition. I. Nurjannah & R. D. Tumanggor, Trans.). United States: Mosby
Elsevier. (Original Work Published 2013).
NSW Goverment Health. (2014). Infants and Children: Management of Acute
Gastroenteritis, Fourth Edition. [serial online]
http://www1.health.nsw.gov.au/pds/ActivePDSDocuments/GL2014_024.p
df. diakses pada tanggal 14 Oktober 2019.
Oral Rehydration, Maintenance, and Nutritional Therapy. [Serial online]
https://www.cdc.gov/mmwr/pdf/rr/rr5216.pdf. diakses pada tanggal 14
Oktobet 2019.
Pujiarto, Purnawati S. (2014). Gastroenteritis Akut (GEA) pada anak. [serial
online].
http://www.inhealth.co.id/uploads/IH%20Gazette%20edisi%20Des14-
Mar15%20%28ok%29.pdf. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2019.

Safe Food. (2017). Guide to Assessment and Management of Acute


Gastroenteritis in Primary Care. [serial online].
http://www.safefood.eu/SafeFood/media/SafeFoodLibrary/Documents/Pub
lications/Research%20Reports/Assesment_Tool.pdf. diakses pada tanggal
14Oktober 2019.

Simadibrata M, Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I, Setiati S. Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam. Edisi 5., Jakarta: Interna., 2009:1035-37.

Trissilowati, Aulia D. (2014). Pemeriksaan Penunjang GEA. [Serial online]


https://id.scribd.com/document/348987168/Pemeriksaan-Diagnostik-
Gastroenteritis. diakses pada tanggal 14 Oktober 2019.

Villar, Deise Granado-., De Sautu, Beatriz Cunill-., Granados, Andrea. (2015).


Acute Gastroenteritis. [serial online]
http://www.nmhs.net/documents/6DehydrationRefArticle6.pdf. diakses
pada tanggal 13 Oktober 2019.

Wijaya, A. A. (2010). Diare pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Karanganyar Tahun 2009.

Yanih, S. candra I., & Noveliani, D. R. (2017). Pemantauan Terapi Obat pada
Pasien GEA di Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit dr.Suyoto Pusrehab
Kemhan, 2(1), 92–97.
Zein, U., Sagala, K. H., & Ginting, J. (2004). Diare Akut disebabkan Bakteri, 1–
15.

Anda mungkin juga menyukai