Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH INTERMEDIATE TRAINING (LK II)

Judul Makalah :

“KEPEMIMPINAN : Antara Fitrah dan Kekuasaan”


Tema Besar :
“Kepemimpinan Manajemen Organisasi” (Kode P)
Di susun guna memenuhi persyaratan Latihan kader II (intermediate training) Himpunan
mahasiswa islam (HMI) Cabang Jakarta Pusat-Utara

Di susun oleh :
Yosi Darma Sagita

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)


Cabang Yogyakarta
Komisariat Maisaroh Hilal FSBK UAD
2019

1|MAKALAH LK2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Esa Yang senantiasa memberikan rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya kepada kita sekalian sehingga kita dapat menjalankan aktivitas sehari-
hari. Shalawat serta salam selalu terhatur kepada Nabi dan Rasul kita, Rasul yang menjadi
panutan semua ummat, yakni Nabi Besar Muhammad SAW serta keluarga dan sahabat beliau
yang telah membawa kita dari jurang yang penuh kesesataan menuju sebuah kehidupan yang
penuh kebahagiaan dan kedamaian.
Suatu rahmat yang besar dari Allah SWT yang selanjutnya penulis syukuri, karena
dengan kehendaknya, taufiq dan rahmatnya pulalah akhirnya penulis dapat menyelasaikan
makalah ini guna persyaratan untuk mengikuti Intermediate Training (LK II) Tingkat Nasional
Yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Jakarta Pusat-Utara
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada HMI
Cabang Yogyakarta dan juga rekan-rekan kader-kader HMI yang selalu berjuang, yang selalu
memberikan saran, koreksi dan motivasi yang sangat membangun. Dan juga tidak lupa penulis
mengucapkan ribuan terima kasih kepada Kanda-Kanda Alumni (KAHMI) yang juga tidak
luput memberi bantuan kepada penulis, dari segi moril maupun materil serta ucapan terima
kasih juga penulis sampaikan untuk semua kader HMI Cabang Jakarta Pusat-Uatara yang telah
berjuang untuk mengadakan Latihan Kader (LK II) ini dengan harapan dan tujuan yang sangat
mulia.
Makalah ini merupakan hasil jerih payah penulis yang sangat maksimal sebagai
manusia yang tidak lepas dari salah dan khilaf. Namun penulis menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Jadi saran, kritik dan koreksi yang
membangun sangat penulis harapkan dari rekan-rekan semua
Akhirnya, kepada Allah jualah kita memohon. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita sebagai penambah wawasan dan cakrawala pengetahuan. Dan dengan memanjatkan do’a
dan harapan semoga apa yang kita lakukan ini menjadi amal dan mendapat ridha dan balasan
serta ganjaran yang berlipat ganda dari Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Billahittaufiq Wal Hidayah
Wasslamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, 21 September 2019


Penulis

Yosi Darma Sagita

2|MAKALAH LK2
DAFTAR ISI
Kata Pengantaar.................................................................................................2
Daftar Isi ...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………..........................................................................4
B. Runusan Masalah ..................................................................................6
C. Tujuan ....................................................................................................6
D. Manfaat..................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Pemimpin ................................................................................6
B. Definisi Kepemimpinan .......................................................................8
C. Teori – Teori Kepemimpinan ..............................................................10
D. Tipe dan Gaya Kepemimpinan ............................................................12
E. Karakteristik Ideal Pemimpin Dalam Islam ........................................14
F. 7 Sifat Wajib Seorang Pemimpin Menurut Khalifah Abu
Bakar Ash-Shiddik...............................................................................16
G. Memahami fitrah dan orientasi kekuasaan ..........................................19

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..........................................................................................22
B. Saran....................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................24

3|MAKALAH LK2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat Allah yang harus dipertanggung jawabkan
di hadapan-Nya. Tugas hidup yang harus dipikul manusia di muka bumi adalah tugas
kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah untuk mengelola dan memelihara alam.

Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah
berarti manusia memperoleh mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi.
Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya
mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi ini untuk kepentingan hidupnya
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah.

Agar manusia dapat menjalankan kekhalifahannya dengan baik, Allah mengajarkan kepada
manusia kebenaran dalam segala ciptaan Allah, manusia dapat menyusun konsep-konsep serta
melakukan rekayasa membentuk sesuatu yang baru dalam alam kebudayaan.
1. Ayat Tentang Bumi
a. Al baqarah (2): 30
ِ ُ‫ض َخ ِليفَةً ۖ قَالُوا أَت َجْ عَ ُل فِي َها َم ْن يُ ْف ِسدُ فِي َها َويَ ْس ِفك‬
َ ُ‫الد َما َء َونَحْ نُ ن‬
‫سبِ ُح‬ ِ ‫َوإِذْ قَا َل َربُّكَ ِل ْل َم ََلئِ َك ِة إِنِي َجا ِع ٌل فِي ْاْل َ ْر‬
َ‫ِس لَكَ ۖ قَا َل إِنِي أَ ْعلَ ُم َما ََل تَ ْعلَ ُمون‬
ُ ‫بِ َح ْمدِكَ َونُقَد‬
Artinya: Ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.mereka berkata: “mengapa
engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji engkau dan mensucikan engkau?” tuan berfrman :“sesungguhnya aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.

2. Pemakmuran Bumi
a. Surah Hud (11): 61-62
‫ض َواَ ْستَ ْع َم َر ُك ْم‬ ِ ‫شأ َ ُكم ِمنَ ا ْْل َ ْر‬ َ ‫ ه َُو أ َ ْن‬, ُ‫ قَا َل يَقَ ْو ِم ا ْعبُد ُوا ا هللَ َما لَ ُك ْم ِم ْن اِ لَ ٍه َغي ُْره‬, ‫ص ِل ًحا‬
َ ‫َوإِ لَى ثَ ُمود ُ أَ خَا ُه ْم‬
َ‫ أَتَ ْن َهنَا أ‬, ‫ص ٍل ُح قَدْ ُك ْنتَ فِينَا َم ْر ُج ًّوا قَ ْب َل َهذَا‬
َ َ‫} قَا لُو ا ي‬16{ ٌ‫ اٍ َّن َربِي قَ ِر يْبٌ ُّم ِجيْب‬, ‫فِ ْي َها فَا َ ْست َ ْغ ِف ُروهُ ث ُ َّم تُو بُوا اِ لَ ْي ِه‬
ٍ ‫{ ن نَ ْعبُدَ َما َي ْعبُد ُ َءا بَا ؤُ نَا َواِ َّننَا لَ ِفى ش ٍَك ِم َّما تَدْ ع ُْو نَا اِ لَ ْي ِه ُم ِر ي‬16}
‫ب‬

4|MAKALAH LK2
Artinya : Dan kepada kaum Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata:
“Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia
telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena
itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertaubatlah kepada-Nya, sesungguhnya
Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya). “Kaum
Tsamud berkata: “Hai Shaleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara
kami yang kami harapkan, mengapakah kamu melarang kami untuk menyembah apa
yang disembah oleh bapak-bapak kami? Dan, sesungguhnya kami betul-betul dalam
keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan itu kepad kami.”

Faktanya di saat ini banyak sekali kita temukan pola-pola kepemimpinan yang jauh dari nilai-
nilai kepemimpinan yang ideal dalam perspektif ajaran islam, misalnya ditemu pemimpin yang
membohongi rakyatnya hanya karena ingin mendapatkan pujian dan pengakuan yang padahal
semuanya mengetahui bahwa apa yang di sampaikan pemimpin tadi adalah kebohongan.
Contoh kasusnya pada saat debat pemilihan presiden dan wakil presiden lalu salah satu
kandidat calon presiden mengatakan “Tak da lagi kebakaran hutan dan lahan dalam 3 tahun
terakhir”. Sedangkan selang beberapa hari setelah debat panglima TNI terjun langsung ke
lokasi membantu pemadaman kebakaran hutan.

Kebohongan publik sangat nyata dan secara terang-terangan disampaikan ke public oleh
seorang pemimpin seperti ini sudah banyak terjadi mulai dari pemimpin tingkat bawah hingga
atas. Sehingga sudah dianggap bukan suatu hal yang tabu untuk dilakukan oleh seorang
pemimpin. Yang ditakutkan, efek yang ditimbulkan adalah terjadinya distrust terhadap
pemimpin yang akan diikuti ketidak percayaan rakyat terhadap sistem-sitem peraturan hukum
suatu Negara. Sehingga akan terjadi kekacauan yang bisa disebut hukum rimba, yang kuat
menekan yang lemah dan masih banyak lagi efek-efek buruk lainnya.

Didalam tubuh HMI sendiri tidak menafikan bahwa pola-pola kepemimpinan yang sudah
keluar dalam khittah perjuangan HMI itu sendiri. Contoh sederhana kekacauan yang terjadi di
HMI adalah dualisme ketua umum Pengurus Besar (PB) HMI antara versi Respiratori Saddam
Al jihad dan versi Arya Kharisma Hardy. Bisa kita rasakan sekarang imbas yang terjadi dari
permasalahan dualisme PB saat ini terhadap kader-kader HMI sendiri. Ketidak jelasan dan
kebingungan yang dialami kader HMI diranah komisariat yang bercikutat dengan pertanyaan

5|MAKALAH LK2
“mana yang benar dan yang mana yang salah, yang mana yang sah dan yang mana yang
tidak?” Sehingga menimbulkan hilangnya arah orientasi yang akhirnya ikut menyeret cabang
ke dalam arus dualisme kepemimpinan.
dari fakta-fakta diatas kita akan membahas lebih mendalam mengenai apa itu kepemimpinan
dan kearah mana orintasi kepemimpinan di HMI saat ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah kepemimpinan HMI berorientasi pada fitrah atau kekuasaan?


2. Bagaimana konsep kepemimpinan secara fitrah?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah

1. Untuk menegetahui apakah kepemimpinan HMI berorientasi pada fitrah atau


kekuasaan.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep kepemimpinan secara fitrah.

D. Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah, bagaimana para pembaca dapat
memahami konsep – konsep kepemimpinan yang ideal yang sesuai dengan petunjuk dalam Al-
Quran. khususnya saya sebagai penulis, dan juga bagaimana para pembaca dapat menganalisa
kepemimpinan HMI saat ini berorientasi paada fitrah atau kekuasaan.

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Pemimpin

Secara etimologi pemimpin berasal dari kata dasar “pimpin” (lead) yang berarti bimbing atau
tuntun, dengan begitu didalamnya terdapat dua pihak yaitu yang dipimpin (rakyat) dan yang
memimpin (imam). Setelah ditambah awalan “pe” menjadi “pemimpin” (leader) berarti orang
yang mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan komunikasi sehingga orang lain
tersebut bertindak sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Pemimpin adalah seorang yang
mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi individu dan kelompok untuk dapat
bekerjasama mencapai tujuan yang telah ditentukan.

6|MAKALAH LK2
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya
kecakapan dan kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain
untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau
beberapa tujuan. Jadi, pemimpin itu ialah seorang yang memiliki satu atau beberapa kelebihan
sebagai bakat yang dibawa sejak lahir dan merupakan kebutuhan dari satu situasi zaman,
sehingga dia mempunyai kekuasaan dan kewibawaan untuk mengarahkan dan membimbing
bawahan.

Hendry Pratt Fairchild dalam Kartini Kartono (2010:38-39) mengemukakan bahwa pemimpin
dalam pengertian yang luas adalah seseorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai
tingkah laku sosial dengan mengatur, menunjukkan, mengorganisir atau mengontrol
usaha/upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan atau posisi. Sedangkan dalam
pengertian yang terbatas pemimpin ialah seseorang yang membimbing, memimpin dengan
bantuan kualitas-kualitas persuasifnya dan akseptansi/penerimaan secara sukarela oleh para
pengikutnya.

John Gage Allee menyatakan “Leader… a guide, a conductor, a commander” (pemimpin itu
ialah pemandu, penunjuk, penuntun, komandan).

Pemimpin yang efektif dalam menerapkan gaya tertentu dalam kepemimpinannya terlebih
dahulu harus memahami siapa bawahan yang dipimpinnya, mengerti kekuatan dan kelemahan
bawahannya, dan mengerti bagaimana cara memanfaatkan kekuatan bawahan untuk
mengimbangi kelemahan yang mereka miliki. Istilah gaya adalah cara yang dipergunakan
pimpinan dalam mempengaruhi para pengikutnya (Miftah Thoha, 2007:27).

Selanjutnya Sudriamunawar (Harbani, 2008:3) mengemukakan bahwa Pemimpin adalah


seseorang yang memiliki kecakapan tertentu yang dapat mempengaruhi para pengikutnya
untuk melakukan kerja sama ke arah pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Mifta Thoha dalam bukunya perilaku organisasi (1983:255) mengemukakan pemimpin adalah
seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya.

7|MAKALAH LK2
Kartini Kartono (1994:33) mengemukakan pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki
kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang, sehingga dia
mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

Dahulu orang menyatakan bahwa kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin itu
merupakan bawaan psikologis yang dibawa sejak lahir, khusus ada pada dirinya dan tidak
dipunyai oleh orang lain sehingga disebut sebagai Born Leader (dilahirkan sebagai pemimpin).
Oleh karena itu, kepemimpinannya tidak perlu diajarkan pada dirinya dan tidak bisa ditiru oleh
orang lain. Born Leader (dilahirkan sebagai pemimpin) dianggap memiliki sifat-sifat unggul
dan unik yang dibawa sejak lahir dan tidak dimiliki atau tidak dapat ditiru oleh orang lain.
Namun di zaman modern seperti sekarang, dengan berbagai kegiatan yang serba teknis dan
kompleks, dimana-mana juga selalu dibutuhkan pemimpin. Pemimpin-pemimpin yang
demikian harus dipersiapkan, dilatih, dididik dan dibentuk secara terencana serta sistematis.

Seorang pemimpin (leader) dalam penerapannya mengandung konsekuensi terhadap dirinya,


antara lain; harus berani mengambil keputusan sendiri secara tegas dan tepat (decision making),
harus berani menerima resiko sendiri, dan harus berani menerima tanggung jawab sendiri (the
principle of absoluteness of responsibility).

Dari beberapa definisi tersebut diatas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi individu
dan/atau sekelompok orang lain untuk bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditentukan.

B. Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan suatu interaksi antara anggota suatu kelompok sehingga pemimpin
merupakan agen pembaharu, agen perubahan, orang yang perilakunya akan lebih
mempengaruhi orang lain daripada perilaku orang lain yang mempengaruhi mereka, dan
kepemimpinan itu sendiri timbul ketika satu anggota kelompok mengubah motivasi
kepentingan anggota lainnya dalam kelompok (Bernards M. Bass, 1990: 21).

Secara sederhana, apabila orang berkumpul tiga orang atau lebih kemudian salah seorang
diantara mereka mengajak teman-temannya untuk melakukan sesuatu (apakah menonton film,

8|MAKALAH LK2
bermain sepak bola, dan lain-lain). Pada pengertian yang sederhana orang tersebut telah
melakukan “kegiatan memimpin”, karena ada unsur “mengajak” dan mengkoordinasi, ada
teman da nada kegiatan dan sasarannya. Tetapi, dalam merumuskan batasan atau definisi
kepemimpinan ternyata bukan hal yang mudah dan banyak definisi yang dikemukakan para
ahli tentang kepemimpinan yang tentu saja menurut sudut pandangnya masing-masing.

R Terry (1998:17) mengemukakan kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri
seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam
hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Anagora (1992) dalam Harbani (2008:5) mengemukakan, bahwa kepemimpinan adalah


kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, melalui komunikasi baik langsung maupun tidak
langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang agar dengan penuh pengertian,
kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu.

Kepemimpinan diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan berbagai tugas yang
berhubungan dengan aktivitas anggota kelompok. Kepemimpinan juga diartikan sebagai
kemampuan mempengaruhi berbagai strategi dan tujuan, kemampuan mempengaruhi
komitmen dan ketaatan terhadap tugas untuk mencapai tujuan bersama, dan kemampuan
mempengaruhi kelompok agar mengidentifikasi, memelihara, dan mengembangkan budaya
organisasi.

Dari pengertian di atas, maka pemimpin pada hakikatnya merupakan seorang yang mempunyai
kemampuan untuk menggerakkan orang lain sekaligus mampu mempengaruhi orang tersebut
untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pemimpin yang dimaksud
dalam kajian ini adalah Kepala Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan Perwakilan
Sulawesi Selatan. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan memimpin secara
profesional dengan menggunakan gaya kepemimpinan yang menurutnya dipandang efektif
dalam pengelolaan organisasi atau unit kerja yang dipimpinnya.

9|MAKALAH LK2
C. Teori – Teori Kepemimpinan

1. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan
oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran
tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat
ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Kemampuan pribadi yang dimaksud adalah
kualitas seseorang dengan berbagai sifat. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut
Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
a. pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas,
pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan.
b. sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi,
keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi
pendengar yang baik, kapasitas integratif.
c. kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala
prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik,
dan berkomunikasi secara efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat deskriptif,
tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan)
dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral
dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai
pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.

2. Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu
ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal
ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
a. Konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki
ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan,
menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta
memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula
kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
b. Berorientasi kepada bawahan dan produksi
10 | M A K A L A H L K 2
Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan
pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan
kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan
perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada
produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan,
pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada
dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik
kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya
terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja.
Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah
fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443).

3. Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri
kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi
kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor
waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu
menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah:
1. Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas
2. Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
3. Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan
4. Norma yang dianut kelompok
5. Rentang kendali
6. Ancaman dari luar organisasi
7. Tingkat stress
8. Iklim yang terdapat dalam organisasi.
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan "membaca" situasi
yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu
memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah
kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi
tertentu.

4. Teori orang-orang terkemuka


11 | M A K A L A H L K 2
Bernard, Bingham, Tead dan Kilbourne menerangkan kepemimpinan berkenaan dengan
sifat-sifat dasar kepribadian dan karakter.

5. Teori lingkungan
Mumtord, menyatakan bahwa pemimpin muncul oleh kemampuan dan keterampilan
yang memungkinkan dia memecahkan masalah sosial dalam keadaan tertekan, perubahan dan
adaptasi. Sedangkan Murphy, menyatakan kepemimpinan tidak terletak dalam dari individu
melainkan merupakan fungsi dari suatu peristiwa.

6. Teori personal situasional


Case (1933) menyatakan bahwa kepemimpinan dihasilkan dari rangkaian tiga faktor,
yaitu sifat kepribadian pemimpin, sifat dasar kelompok dan anggotanya serta peristiwa yang
diharapkan kepada kelompok.

7. Teori interaksi harapan


Homan (1950) menyatakan semakin tinggi kedudukan individu dalam kelompok maka
aktivitasnya semakin meluas dan semakin banyak anggota kelompok yang berhasil diajak
berinteraksi.

8. Teori humanistik
Likert (1961) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan proses yang saling
berhubungan dimana seseorang pemimpin harus memperhitungkan harapan-harapan, nilai-
nilai dan keterampilan individual dari mereka yang terlibat dalam interaksi yang berlangsung.

9. Teori pertukaran
Blau (1964) menyatakan pengangkatan seseorang anggota untuk menempati status
yang cukup tinggi merupakan manfaat yang besar bagi dirinya. Pemimpin cenderung akan
kehilangan kekuasaaanya bila para anggota tidak lagi sepenuh hati melaksanakan segala
kewajibannya.

D. Tipe dan Gaya Kepemimpinan

Kartini Kartono menjelaskan bahwa tipe kepemimpinan terbagi atas:


1. Tipe Kharismatik
12 | M A K A L A H L K 2
Tipe ini mempunyai daya tarik dan pembawaan yang luar biasa, sehingga mereka mempunyai
pengikut yang jumlahnya besar. Kesetiaan dan kepatuhan pengikutnya timbul dari
kepercayaan terhadap pemimpin itu. Pemimpin dianggap mempunyai kemampuan yang
diperoleh dari kekuatan
Yang Maha Kuasa.

2. Tipe Paternalistik
Tipe Kepemimpinan dengan sifat-sifat antara lain;
a. Menganggap bawahannya belum dewasa
b. bersikap terlalu melindungi
c. Jarang memberi kesempatan bawahan untuk mengambil keputusan
d. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.

3. Tipe Otoriter
Pemimpin tipe otoriter mempunyai sifat sebagai berikut:
a. Pemimipin organisasi sebagai miliknnya
b. Pemimpin bertindak sebagai dictator
c. Cara menggerakkan bawahan dengan paksaan dan ancaman.

4. Tipe Militeristik
Dalam tipe ini pemimpin mempunyai siafat sifat:
a. menuntut kedisiplinan yang keras dan kaku
b. lebih banyak menggunakan system perintah
c. menghendaki keputusan mutlak dari bawahan
d. Formalitas yang berlebih-lebihan
e. Tidak menerima saran dan kritik dari bawahan
f. Sifat komunikasi hanya sepihak

5. Tipe Demokrasi
Tipe demokrasi mengutamkan masalah kerja sama sehingga terdapat koordinasi pekerjaan dari
semua bawahan. Kepemimpinan demokrasi menghadapi potensi sikap individu, mau
mendengarkan saran dan kritik yang sifatnya membangun. Jadi pemimpin menitik beratkan
pada aktifitas setiap anggota kelompok, sehingga semua unsure organisasi dilibatkan dalam
akatifitas, yang dimulai penentuan tujuan,, pembuatan rencana keputusan, disiplin.
13 | M A K A L A H L K 2
E. Karakteristik Ideal Pemimpin Dalam Islam

Karakteristik pemimpin yang ideal sebagaimana Rasulullah memberi tauladan, berikut adalah
penjelasannya :
1. Sidiq/Jujur
Kejujuran merupakan syarat utama bagi seorang pemimpin. Masyarakat akan menaruh
respek kepada pemimpin apabila dia diketahui dan juga terbukti memiliki kwalitas
kejujuran yang tinggi. Pemimpin yang memiliki prinsip kejujuran akan menjadi tumpuan
harapan para pengikutnya. Mereka sangat sadar bahwa kualitas kepemimpinannya
ditentukan seberapa jauh dirinya memperoleh kepercayaan dari pengikutnya.Seorang
pemimpin yang sidiq atau bahasa lainnya honest akan mudah diterima di hati masyarakat,
sebaliknya pemimpin yang tidak jujur atau khianat akan dibenci oleh rakyatnya. Kejujuran
seorang pemimpin dinilai dari perkaataan dan sikapnya. Sikap pemimpin yang jujur adalah
manifestasi dari perkaatannya, dan perkatannya merupakan cerminan dari hatinya.
2. Amanah/Terpercaya
Amanah merupakan syarat wajib yang harus dimiliki seorang pemimpin. Dengan memiliki
sifat amanah, pemimpin akan senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat yang telah
diserahkan di atas pundaknya. Kepercayaan maskarakat berupa penyerahan segala macam
urusan kepada pemimpin agar dikelola dengan baik dan untuk kemaslahatan
bersama.Terjadinya banyak kasus korupsi di negara kita, merupakan bukti nyata bahwa
bangsa Indonesia miskin pemimpin yang amanah. Para pemimpin dari mulai tingkat desa
sampai negara telah terbiasa mengkhianati kepercayaan masyarakat dengan cara
memanfaatkan jabatan sebagai jalan pintas untuk memperkaya diri. Pemimpin semacam ini
sebenarnya tidak layak disebut sebagai pemimpin, mereka merupakan para perampok yang
berkedok.Mengenai nilai amanah, Daniel Goleman mencatat beberapa ciri orang yang
memiliki sifat tersebut :
a. Dia bertindak berdasarkan etika dan tidak pernah mempermalukan orang
b. Membangun kepercayaan diri lewat keandalan diri dan autentisitas
(kemurnian/kejujuran)
c. Berani mengakui kesalahan sendiri dan berani menegur perbuatan tidka etis ornag
lain
d. Berpegang kepada prinsip secara teguh, walaupun resikonya tidak disukai serta
memiliki komitmen dan menepati janji

14 | M A K A L A H L K 2
e. Bertangung jawab sendiri untuk memperjuangkan tujuan serta terorganisir dan cermat
dalam bekerja. (Goleman, 1998)
Amanah erat kaitanya dengan tanggungjawab. Pemimpin yang amanah adalah pemimpin
yang bertangggungjawab. Dalam perspektif Islam pemimpin bukanlah raja yang harus
selalu dilayani dan diikuti segala macam keinginannya, akan tetapi pemimpin
adalah khadim. Sebagaimana pepatah Arab mengatakan “sayyidulqaumi khodimuhum”,
pemimpin sebuah masyarakat adalah pelayan mereka.Sebagai seorang pembantu,
pemimpin harus merelakan waktu, tenaga dan pikiran untuk melayani rakyatnya. Pemimpin
dituntut untuk melepaskan sifat individualis yang hanya mementingkan diri sendiri. Ketika
menjadi pemimpin maka dia adalah kaki-tangan rakyat yang senantiasa harus melakukan
segala macam pekerjaan untuk kemakmuran dan keamanan rakyatnya.Dalam buku The 21
Indispensable Quality of Leader, John C. Maxwell menekankan bahwa tanggungjawab
bukan sekedar melaksanakan tugas, namun pemimpin yang bertanggungjawab harus
melaksanakan tugas dengan lebih, berorienatsi kepada ketuntasan dan
kesempurnaan. “Kualitas tertinggi dari seseorang yang bertangging jawab adalah
kemampuannya untuk menyelesaikan”.
3. Tablig/Komunikatif
Kemampuan berkomunikasi merupakan kualitas ketiga yang harus dimiliki oleh pemimpin
sejati. Pemimpin bukan berhadapan dengan benda mati yang bisa digerakkan dan dipindah-
pindah sesuai dengan kemauannya sendiri, tetapi pemimpin berhadapan dengan
rakyat/manusia yang memiliki beragam kecenderungan. Oleh karena itu komunikasi
merupakan kunci terjainnya hubungan yang baik antara pemimpin dan rakyat.Pemimpin
dituntut untuk membuka diri kepada rakyatnya, sehingga mendapat simpati dan juga rasa
cinta. Keterbukaan pemimpin kepada rakyatnya bukan berarti pemimpin harus sering
curhat mengenai segala kendala yang sedang dihadapinya, akan tetapi pemimpin harus
mampu membangun kepercayaan rakyatnya untuk melakukan komunikasi
dengannya.Salah satu ciri kekuatan komunikasi seorang pemimpin adalah keberaniannya
menyatakan kebenaran meskipun konsekuensinya berat. Dalam istilah Arab dikenal
ungkapan, “kul al-haq walau kaana murran”, katakanlah atau sampaikanlah kebenaran
meskipun pahit rasanya.Tablig juga dapat diartikan sebagai akuntabel, atau terbuka untuk
dinilai. Akuntabilitas berkaitan dengan sikap keterbukaan (transparansi) dalam kaitannya
dengan cara kita mempertanggungkawabkan sesuatu di hadapan orang lain. Sehingga,
akuntabilitas merupakan bagian melekat dari kredibilitas. Bertambah baik dan benar

15 | M A K A L A H L K 2
akuntabilitas yang kita miliki, bertambah besar tabungan kredibilitas sebagai hasil dari
setoran kepercayaan orang-orang kepada kita.
4. Fathonah/Cerdas
Seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan di atas rata-rata masyarakatnya sehinga
memiliki kepercayaan diri.. Pemimpin yang cerdas tidak mudah frustasi menghadapai
problema, karena Kecerdasan pemimpin akan membantu dia dalam memecahkan segala
macam persoalan yang terjadi di masyarakat dengan kecerdasannya dia akan mampu
mencari solusi. Pemimpin yang cerdas tidak akan membiarkan masalah berlangsung lama,
karena dia selalu tertantang untuk menyelesaikan masalah tepat waktu.Kecerdasan
pemimpin tentunya ditopang dengan keilmuan yang mumpuni. Ilmu bagi pemimpin yang
cerdas merupakan bahan bakar untuk terus melaju di atas roda kepemimpinannya.
Pemimpin yang cerdas selalu haus akan ilmu, karena baginya hanya dengan keimanan dan
keilmuan dia akan memiliki derajat tinggi di mata manusia dan juga pencipta.

F. 7 Sifat wajib seorang pemimpin menurut Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddik

1. Tawadhu

Secara harfiyah tawadhu artinya rendah hati, lawannya adalah tinggi hati atau sombong.
Dalam pidatonya, Khalifah Abu Bakar tidak merasa sebagai orang yang paling baik,
apalagi menganggap sebagai satu-satunya orang yang baik. Sikap tawadhu bagi seorang
pemimpin merupakan sesuatu yang sangat penting. Hal ini karena seorang pemimpin
membutuhkan nasihat, masukan, saran, bahkan kritik. Kalau ia memiliki sifat sombong,
jangankan kritik, saran dan nasihatpun tidak mau diterimannya. Akibat selanjutnya adalah
ia akan memimpin dengan hawa nafsunya sendiri dan ini menjadi sangat berbahaya.

Karena itu kesombongan menjadi kendala utama bagi manusia untuk bisa masuk ke dalam
surga. Karena itu, Allah Swt sangat murka kepada siapa saja berlaku sombong dalam
hidupnya, apalagi para pemimpin. Sejarah telah menunjukkan kepada kita bagaimana
Fir’aun yang begitu berkuasa dimata rakyatnya, tapi berhasil ditumbangkan dengan penuh
kehinaan melalui dakwah yang dilakukan oleh Nabi Musa dan Harun as.

2. Menjalin Kerjasama

Dalam pidato Khalifah Abu Bakar di atas, tercermin juga akhlak seorang pemimpin yang
harus dimiliki yakni siap, bahkan mengharapkan kerjasama dari semua pihak, beliau

16 | M A K A L A H L K 2
mengatakan: "maka bila aku berlaku baik dalam melaksanakan tugasku, bantulah aku". Ini
berarti kerjasama yang harus dijalin antar pemimpin dengan rakyat adalah kerjasama dalam
kebaikan dan taqwa sebagaimana yang ditentukan Allah Swt dalam firman-Nya: Tolong
menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam dosa dan
permusuhan.

Seorang pemimpin tentu tidak mungkin bisa menjalankan tugasnya sendirian sehebat
apapun dirinya. Karenanya Rasulullah Saw telah menunjukkan kepada kita bagaimana
beliau menjalin kerjasama yang baik, mulai dari membangun masjid di Madinah hingga
peperangan melawan orang-orang kafir, bahkan dalam suatu peperangan yang kemudian
disebut dengan perang Khandak, Rasulullah menerima dan melaksanakan pendapat Salman
Al Farisi untuk mengatur strategi perang dengan cara menggali parit.

3. Mengharap Kritik dan Saran

Seorang pemimpin, karena kedudukannya yang tinggi dan mulia dihadapan orang lain, ia
pun mendapatkan penghormatan dari banyak orang, kemana pergi selalu mendapatkan
pengawalan yang ketat dan setiap ucapannya didengar orang sedangkan apapun yang
dilakukannya mendapatkan liputan media massa yang luas. Dari sinilah banyak pemimpin
sampai mengkultuskan dirinya sehingga ia tidak suka dengan kritik dan saran.

Hal itu ternyata tidak berlaku bagi Khalifah Abu Bakar, maka sejak awal
kepemimpinannya, ia minta agar setiap orang mau memberikan kritik dan saran dengan
membetulkan setiap kesalahan yang dilakukan, Abu Bakar berpidato dengan kalimat: "Bila
aku bertindak salah, betulkanlah". Sikap seperti ini dilanjutkan oleh Umar bin Khattab
ketika menjadi Khalifah sehingga saat Umar mengeluarkan kebijakan yang meskipun baik
maksudnya tapi menyalahi ketentuan yang ada, maka Umar mendapat kritik yang tajam
dari seorang ibu yang sudah lanjut usia, ini membuat Umar harus mencabut kembali
kebijakan tersebut. Kebijakan itu adalah larangan memberikan mahar atau mas kawin
dalam jumlah yang banyak, karena bila tradisi itu terus berkembang hal itu bisa
memberatkan para pemuda yang kurang mampu untuk bisa menikah.

4. Berkata dan Berbuat Yang Benar.

Khalifah Abu Bakar juga sangat menekankan kejujuran atau kebenaran dalam berkata
maupun berbuat, bahkan hal ini merupakan amanah dari Allah Swt , hal ini karena manusia
atau rakyat yang dipimpin kadangkala bahkan seringkali tidak tahu atau tidak menyadari

17 | M A K A L A H L K 2
kalau mereka sedang ditipu dan dikhianati oleh pemimpinnya. Dalam pidato saat
pelantikannya sebagai khalifah, Abu Bakar menyatakan: Berlaku jujur adalah amanah,
berlaku bohong adalah khianat.

Manakala seorang pemimpin memiliki kejujuran, maka ia akan dapat memimpin dengan
tenang, karena kebohongan akan membuat pelakunya menjadi tidak tenang sebab ia takut
bila kebohongan itu diketahui oleh orang lain yang akan merusak citra dirinya. Disamping
itu, kejujuran akan membuat seorang pemimpin akan berusaha untuk terus mencerdaskan
rakyatnya, sebab pemimpin yang tidak jujur tidak ingin bila rakyatnya cerdas, karena
kecerdasan membuat orang tidak bisa dibohongi.

5. Memenuhi Hak-Hak Rakyat.

Setiap pemimpin harus mampu memenuhi hak-hak rakyat yang dipimpinnya, bahkan bila
hak-hak mereka dirampas oleh orang lain, maka seorang pemimpin itu akan berusaha untuk
mengembalikan kepadanya. Karena itu bagi Khalifah Abu Bakar, tuntutan terhadap hak-
hak rakyat akan selalu diusahakannya meskipun mereka adalah orang-orang yang lemah
sehingga seolah-olah mereka itu adalah orang yang kuat, namun siapa saja yang memiliki
kekuatan atau pengaruh yang besar bila mereka suka merampas hak orang lain, maka
mereka dipandang sebagai orang yang lemah dan pemimpin harus siap mengambil hak
orang lain dari kekuasaannya.

Akhlak pemimpin seperti ini tercermin dalam pisato Khalifah Abu Bakar yang menyatakan:
"Siapa saja yang lemah diantaramu akan kuat bagiku sampai aku dapat mengembalikan
hak-haknya, insya Allah". Akhlak yang seharusnya ada pada pemimpin tidak hanya
menjadi kalimat-kalimat yang indah dalam pidato Khalifah Abu Bakar, tapi beliau buktikan
hal itu dalam kebijakan-kebijakan yang ditempuhnya sebagai seorang pemimpin. Satu
diantara kebijakannya adalah memerangi orang-orang kaya yang tidak mau bayar zakat,
karena dari harta mereka terdapat hak-hak bagi orang yang miskin.

6. Memberantas Kezaliman.

Kezaliman merupakan sikap dan tindakan yang merugikan masyarakat dan meruntuhkan
kekuatan suatu bangsa dan negara. Karena itu, para pemimpin tidak boleh membiarkan
kezaliman terus berlangsung. Ini berarti, seorang pemimpin bukan hanya tidak boleh
bertindak zalim kepada rakyatnya, tapi justeru kezaliman yang dilakukan oleh orang lain
kepada rakyatnyapun menjadi tanggungjawabnya untuk diberantas. Karenanya bagi

18 | M A K A L A H L K 2
Khalifah Abu Bakar, sekuat apapun atau sebesar apapun pengaruh pelaku kezaliman akan
dianggap sebagai kecil dan lemah, dalam pidato yang mencerminkan akhlak seorang
pemimpin, beliau berkata: "Siapa saja yang kuat diantaramu akan lemah berhadapan
denganku sampai aku kembalikan hak orang lain yang dipegangnya, insya Allah".

7. Menunjukkan Ketaatan Kepada Allah.

Pemimpin yang sejati adalah pemimpin yang mengarahkan rakyatnya untuk mentaati Allah
Swt dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, iapun harus menunjukkan ketaatan yang
sesungguhnya. Namun bila seorang pemimpin tidak menunjukkan ketaatannya kepada
kepada Allah dan Rasul-Nya, maka rakyatpun tidak memiliki kewajiban untuk taat
kepadanya. Dalam kaitan inilah, Khalifah Abu Bakar menyatakan dalam pidatonya:
"Taatlah kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Apabila aku tidak taat lagi
kepada Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada kewajibanmu untuk taat kepadaku".

Dengan demikian, ketataan kepada pemimpin tidak bersifat mutlak sebagaimana


mutlaknya ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, inilah diantara isyarat yang bisa kita
tangkap dari firman Allah yang tidak menyebutkan kata taat saat menyebut ketataan kepada
pemimpin (ulil amri) dalam firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri diantara kamu.

G. Memahami fitrah dan orientasi kekuasaan

Dari segi bahasa, kata fitrah terambil dari akar kata al-fathr yang berarti belahan, dan
dari makna ini lahir makna-makna lain, diantaranya “penciptaan” atau “kejadian”. Konon
sahabat Nabi Ibnu Abbas tidak tahu persis makna kata fathir pada ayat-ayat yang berbicara
tentang penciptaan langit dan bumi sampai ia mendengar pertengkaran tentang kepemilikan
satu umur. Salah seorang mereka berkata: “Ana fathartuhu”. Ibnu Abbas kemudian memahami
kalimat ini dalam arti, “Saya yang membuatnya pertam kali”. Dan dari situ beliau memahami
bahwa kata ini digunakan untuk penciptaan atau kejadian sejak awal. Dengan demikian kata
Quraish Shihab (1996: 284) Fitrah manusia berarti kejadiannya sejak semula atau sejak
lahirnya.

Allah SWT berfirman :

ِ َّ‫الدينُ ْالقَ ِي ُم َو َٰلَ ِك َّن أ َ ْكث َ َر الن‬


َ‫اس ََل َي ْعلَ ُمون‬ ِ َ‫َّللاِ ۚ َٰذَلِك‬
َّ ‫ق‬ ِ ‫اس َعلَ ْي َها ۚ ََل ت َ ْبدِي َل ِلخ َْل‬ َ َ‫َّللاِ الَّتِي ف‬
َ َّ‫ط َر الن‬ ْ ِ‫ِين َحنِيفًا ۚ ف‬
َّ َ‫ط َرت‬ ِ ‫فَأَقِ ْم َوجْ َهكَ ِللد‬

19 | M A K A L A H L K 2
“Maka hapakanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang harus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (Q.S al-Rum [30]:
30)

Merujuk kepada pengrtian fitrah di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa maksud fitrah
pada ayat tersebut bahwa manusia sejak asal kejadiannya membawa potensi agama yang lurus,
dan dipahami ulama sebagai tauhi.

Namun demikian, Fitrah manusia tidak terbatas pada fitrah keagamaan saja sebagaimana ayat
berikut ini, walaupun tidak menggunakan redaksi fitrah :

َ‫ث ۗ َٰذَلِك‬
ِ ‫س َّو َم ِة َو ْاْل َ ْنعَ ِام َو ْال َح ْر‬
َ ‫ض ِة َو ْال َخ ْي ِل ْال ُم‬
َّ ‫ب َو ْال ِف‬ َ ‫ير ْال ُمقَ ْن‬
ِ ‫ط َرةِ ِمنَ الذَّ َه‬ ِ ‫اء َو ْالبَنِينَ َو ْالقَن‬
ِ ‫َاط‬ ِ ‫س‬َ ِ‫ت ِمنَ الن‬ َّ ‫اس حُبُّ ال‬
ِ ‫ش َه َوا‬ ِ َّ‫ُزيِنَ ِللن‬
ِ ‫َّللاُ ِع ْندَهُ ُح ْسنُ ْال َمآ‬
‫ب‬ َّ ‫ع ْال َحيَاةِ الدُّ ْنيَا ۖ َو‬ ُ ‫َمت َا‬

“Dijadikan indah pula (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).” (Q.S. Ali Imran [3]: 14)

Karena itu cukup mewakili jika Muhammad bin Asyr mendefinisikan fitrah sebagai
bentuk dan sistem yang diwujudkan Allah pada setiap makhluk. Fitrah yang berkaitan dengan
manusia adalah apa yang diciptakan Allah pada manusia yang berkaitan dengan jasmani dan
akalnya serta ruhaninya. Dengan demikian berjalan dengan kakinya adalah fitrah jasadiah
manusia, menarik kesimpulan dengan premis-premisnya adalah fitrah akliah. Senang
menerima nikmat dan sedih bila ditmpa musibah juga dalah fitahnya.

Penjelasan mengenai fitrah manusia sebagai pemimpin/khalifah, manusia adalah


makhluk yang diberi kepercayaan oleh Allah Swt. untuk memakmurkan bumi dan alam
semesta ini. Relasinya adalah manusia dengan sesama manusia dan dengan alam. Firman Allah
menyatakan: (artinya) ”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi" (QS al-Baqarah [2]:
30).

Sebagaimana makna asal katanya, khalifah di sini dipahami sebagai wakil Tuhan untuk
mengurus,mengelola,mengayomi, memakmurkan, dan memanfaatkan segala isi yang ada di
muka bumi. Di samping itu, fungsi kekhalifahan ini juga menegaskan secara meyakinkan akan
terbentuknya tatanan pranata sosial yang adil, demokratis, setara, dan mengedepankan nilai-

20 | M A K A L A H L K 2
nilai kemanusiaan. Antara satu dengan yang lainnya memiliki relasi yang sama besar dan sama
kuat. Diantara mereka tidaklah dianggap sebagai subordinasi. Oleh karena itu, secara historis-
sosiologis kehidupan keduniaan harus didasarkan atas kevalidan secara rasional.Jika
diwujudkan dalam bentuk gambar maka tugas kekhalifahan ini akan membentuk garis
horizontal, ujung satu dengan yang lainnya adalah manusia yang memiliki relasi kesejajaran.

Dalam Islam, kedua fungsi di atas harus dapat disinergikan secara seimbang. Tuntutan
kehambaan harus dapat diwujudkan secara seimbang dengan tuntutan kekhalifahan. Tidak
dianggap sebagai orang yang baik (insan kamil) jika ia hanya mampu menjalankan fungsi-
fungsi kehambaannya, sementara fungsi sosial-kemanusiaan terbengkalai. Demikian juga
sebaliknya, bukanlah orang yang baik jika ia hanya mementingkan tugas-tugas kekhalifahan
sementara tugas kehambaannya tidak diaktualisasikan. Dengan demikian, fitrah manusia
adalah menjalankan tugas-tugasnya dengan sukses baik sebagai hamba Allah maupun sebagai
khalifah di muka bumi secara seimbang.

dari penjelasan diatas bisa kita rumuskan secara singkat bahwa konsep kepemimpinan
berdasarkan fitrah adalah bagaimana seorang manusia sebagai pemimpin di muka bumi bisa
menerpkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran dalam sgi kehidupan sehari-hari
semata-semata untuk mewujudkan kemakmuran, memanfaatkan serta mengelola segala bentuk
sumber daya alam yang ada dimuka bumi semata-mata untuk memenuhi kebutuhan makhluk
hidup dan kemakmuran bersama.

Disamping itu juga seorang khalifah/pemimpin berdasarkan fitrahnya harus mampu


menjamin stabilitas tatanan pranata sosia masyarakat dengan berlaku adil kepada setiap
keputusan yang diambil, demokratis dalam menghimpun suara untuk kemudian
dipertimbangkan dalam mengambil keputusan, setara tanpa membeda-bedakan suatu golongan
tertentu, dan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Tugas yang tak kalah penting lainnya
yakni mampu menyeimbangkan segala urusan dunia (kepemimpinannya) dengan urusan
akhiratnya (kehambaanya).

Orientasi kekuasaan

Kepemimpinan menjadi ajang rebutan banyak orang. Ia menjadi sesuatu yang cukup
menggiurkan. Dengan menjadi seorang pemimpin, siapapun akan mudah memenuhi tuntutan
hawa nafsunya berupa kepopuleran, penghormatan dari orang lain, kedudukan atau status sosial
yang tinggi di mata manusia.

21 | M A K A L A H L K 2
Tidak mengherankan bila kemudian untuk mewujudkan ambisi tersebut, banyak para
individu yang berambisi pada kekuasaan tidak segan-segan melakukan politik uang dengan
membeli suara masyarakat pemilih. Atau ‘sekedar’ uang tutup mulut untuk meminimalisir
komentar miring saat berlangsungnya kampanye atau konsolidasi, dan sebagainya. Bahkan ada
yang ekstrim, ia pun siap menjegal siapapun yang dianggap sebagai rival dalam perebutan kursi
kepemimpinan tersebut. Bahkan tali persaudaraan pun tidak lagi dihiraukan. Contoh kasusnya
pada kontestasi pemilu serentak 2019 lalu, mayat yang sudah dalam liang kubur sekalipun,
ketika keluarganya yang berbeda pilihan politik dengan sang pemilik tanah, mayat tersebut
disuruh bongkar dan dipindahkan dari tanah miliknya. Nasalullaha al‘afiah!

Karena itu, Rasulullah SAW menggambarkan kerakusan terhadap jabatan melebihi dua
ekor serigala yang kelaparan lalu dilepas di tengah segerombolan kambing. Beliau bersabda,
“Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dilepas di tengah gerombolan kambing lebih merusak
daripada merusaknya seseorang terhadap agamanya karena ambisinya untuk mendapatkan
harta dan kedudukan yang tinggi (HR. Tirmidzi)

Namun fitnah seperti ini memang sudah menjadi bagian dari nubuwat Nabi SAW sepeninngal
beliau, bahwa akan ada kondisi di mana kepemimpinan menjadi ajang rebutan banyak orang.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa nabi SAW bersabda:

‫ير نَدَا َمةً َو َحس َْرة ً يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة‬


ُ ‫َص‬
ِ ‫ست‬
َ ‫ َو‬،ِ‫ارة‬ ِ ْ ‫صونَ َعلَى‬
َ ‫اْل َم‬ َ ‫ِإنَّ ُك ْم‬
ُ ‫ستَحْ ِر‬

“Sesungguhnya kalian akan berambisi akan jabatan kepempimpinan. Padahal kelak di hari
kiamat ia akan menjadi penyesalan.” (HR. Bukhari)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.

Segala bentuk problematika yang terjadi pada kepemimpinan PB HMI saat ini
merupakan murni orientasi kekuasaan, ini bukan asumsi semata tetapi berdasarkan fakta-
fakta yang terjadi dalam dinamika tubuh PB HMI. Ada yang secara gamblang menjual nama
organisasi pada penguasa untuk kepentingan segelintir orang. Padahal sudah jelas dalam
konstitusi dan ditafsirkan secara lebih terperinci bahwa insan HMI terikat pada dua
independensi (independensi etis dan independensi organisatoris).

22 | M A K A L A H L K 2
Sama halnya dengan problematika dualisme kepemimpinan yang terjadi pada pengurus
besar HMI saat ini, dimana narasi-narasi kekuasaan sudah sangat gamblang dilontarkan kepada
public khususnya kader HMI itu senidri. Terlepas dari kontroversi siapa pimpinan yang sah
dan yang tidak menurut konstitus, kedua pimpinan sudah saling menjatuhkan baik secara
individu ataupun secara kelembagaan demi meraup rasa simpati dan guna mendapatkan
pengakuan. Berbagai metode untuk menggiring opini untuk menjatuhkan lawan bahkan
menyentuh ranah yang sangat privasi sekalipun.

B. Saran

Sebagai kader yang sadar akan peroblematika yang terjadi di HMI, kita hrus mampu
memetakan menganalisis lebih jauh mengenai faktor-faktor yang menjadi stimulus timbulnya
kekisruhan yang ada. Komisariat dalam hal ini adalah solusi yang sangat efektif dalam
membentuk kader yang sadar akan fungsinya sebagai kader umat dan kader bangsa, serta nilai
nilai insan kademis pencipta pengabdi yang bernafaskan islam harus senantiasa menjadi
pedoman hidup. Sehingga naluri-naluri kekuasaan bisa diredam sedemikian rupa dan khitah
perjuangan akan tetap berada pada koridornya.

23 | M A K A L A H L K 2
DAFTAR PUSTAKA

Al- Quran nur karim

As Sunnah

Kartono, Kartini. (2010). Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Miftah Toha. (2007). Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Harbani, Pasolong.2008.Kepemimpinan Birokrasi. Bandung

Mifta Thoha. (1983:255). Perilaku Organisasi. Jakarta: Grafindo Persada.

Kartono,Kartini. 1994. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta:PT Raja Grafindo.


George R. Terry (yang dikutip dari Sutarto, 1998: 17)

Sondang P. Siagian, 1994, Organisasi, Kepemimpinan, Perilaku Administrasi, CV.


Haji Mas Agung, Jakarta.

Stoner, J.A.F. & Freeman, R.E. (1978). Management: fifth edition. New Jersey:
Prentince-hall International Edition.

Homans, G. C, 1950, The Human Group. Harcourt, Brace and Company, New York.

Likert, R. 1961. New Patterns of Management. Auckland : Mc. Graw Hill International
Book

Blau, P. M. (1964). Exchange & power in social life. New York, NY: John Wiley &
Sons.Company.

Goleman, D. (1998). Working With Emotional Intelligence. New York: Bantam Books

Howard M. Federspiel, Kajian al-Qura’an di Indoensia: Dari Mahmaud Yunus hingga


Quraish Shihab: Bandung: Mizan, 1996

24 | M A K A L A H L K 2
C URR IC ULUM VITAE
Nama : Yosi Darma Sagita
Tempat, Tgl Lahir : Negeri Agung, 12 - 09 – 1998

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Mahasiswa

Alamat Sekarang : Jl. Modang Gg. Semen Romo,


Mantrijeron, Yogyakarta

Telephone : 082372174140

Email : yosidarma12@gmail.com

PENDIDIKAN
FORMAL :
 2004 – 2010 SDN NEGERI 1 NEGERI AGUNG

 2010 – 2013 SMP NEGERI 3 JABUNG

 2013 – 2016 SMK NEGERI 1 METRO

 2016 – 2019 UNIVERSITAS Ahmad Dahlan Yogyakarta

TRAINING HMI :
 2016 LK1 BASIC TRAINING HMI

RIWAYAT ORGANISASI
 KETUA UMUM HMI KOMISARIAT MAISAROH HILAL CABANG YOGYAKARTA
(2018-SEKARANG)

 WAKIL KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA (KPUM) UAD (2018)

 KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA FAKULTAS (KPUMF) FSBK


(2017)

PENGALAMAN KERJA / KEPANITIAAN


 2015 PERAKTIK KERJA LAPANGAN DI PT. ADIS DIMENSION FOOTWARE

 2018 VOLUNTEER ASIAN GAMES 2018 JAKARTA - PALEMBANG

25 | M A K A L A H L K 2
26 | M A K A L A H L K 2

Anda mungkin juga menyukai