Oleh :
Annisa Nabilla Adwiria, S.Ked
71 2018 057
Pembimbing :
dr. Budiman Juniwijaya, Sp. S
DEPARTEMEN NEUROLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh
Annisa Nabilla Adwiria, S.Ked
71 2018 057
Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik di
Bagian Ilmu Penyakit Saraf RSUD Palembang BARI Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang periode November – Desember 2019.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul
“Hemiparese Sinistra Tipe Spastik et causa CVD Non Hemoragik”, sebagai
salah satu tugas individu di Bagian Ilmu Penyakit Saraf di RSUD Palembang
BARI. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan
pertimbangan perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan kasus ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan saran dari berbagai pihak, baik yang diberikan secara lisan
maupun tulisan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih terutama kepada:
1. dr. Budiman Juniwijaya, Sp.S selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan banyak ilmu, saran, dan bimbingan selama penyusunan
Laporan Kasus ini.
2. Rekan sejawat seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis berharap semoga Laporan Kasus ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam
lindungan Allah SWT. Amin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I. STATUS PENDERITA NEUROLOGI
1.1 Identifikasi .............................................................................................. 1
1.2 Anamnesis .............................................................................................. 1
1.3 Pemeriksaan Fisik ................................................................................... 2
1.4 Pemeriksaan Laboratorium ..................................................................... 11
1.5 Pemeriksaan Khusus ............................................................................... 12
1.6 Ringkasan ............................................................................................... 13
1.7 Diskusi Kasus ......................................................................................... 17
1.8 Lembar Follow Up.................................................................................. 20
iv
BAB I
STATUS PENDERITA NEUROLOGI
1.1. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. S
Tgl. Lahir/Usia : 31 Desember 1960 / 58 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Dipo Lrg. Iman RT 021/004 Kertapati
MRS : 2 Desember 2019
No. RM : 58.48.73
1
2
di kulit yang tidak gatal, tidak nyeri, dan sembuh sendiri. Penderita tidak pernah
mengalami nyeri pada tulang panjang.
Penyakit ini, diderita untuk pertama kalinya.
Status Psikiatrikus
Sikap : Kooperatif Ekspresi Muka : Ada
Perhatian : Ada Kontak Psikis : Ada
Status Neurologikus
A. Kepala
Bentuk : Normocephali
Ukuran : Brachiocephali
Simetris : Simetris
B. Leher
Sikap : Lurus Deformitas : Tidak ada
Torticolis : Tidak ada Tumor : Tidak ada
Kaku kuduk : Tidak ada Pembuluh darah : Tidak ada
3
C. Syaraf-syaraf otak
N. Olfaktorius Kanan Kiri
Penciuman : Normal Normal
Anosmia : Tidak ada Tidak ada
Hyposmia : Tidak ada Tidak ada
Parosmia : Tidak ada Tidak ada
Pupil
- Bentuk : Bulat Bulat
- Diameter : Ø 3 mm Ø 3 mm
- Isokor/anisokor : Isokor Isokor
- Midriasis/miosis : Tidak ada Tidak ada
- Refleks cahaya
- Langsung : Positif Positif
- Konsensuil : Positif Positif
- Akomodasi : Positif Positif
- Argyl Robertson : Tidak ada Tidak ada
N.Trigeminus
Kanan Kiri
Motorik
- Menggigit : Normal Normal
- Trismus : Tidak ada Tidak ada
- Refleks kornea : Normal Normal
Sensorik
- Dahi : Normal Normal
- Pipi : Normal Normal
- Dagu : Normal Normal
Sensorik
- 2/3 depan lidah : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Otonom
- Salivasi : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Lakrimasi : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Chvostek’s sign : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
N. Accessorius
Kanan Kiri
- Mengangkat bahu : Kuat Kuat
- Memutar kepala : Simetris Simetris
6
N. Hypoglossus
Menjulurkan lidah : Tidak ada deviasi
Fasikulasi : Tidak ada
Atrofi papil : Tidak ada
Disartria : Tidak ada
D. Columna Vertebralis
Kyphosis : Tidak ada kelainan
Scoliosis : Tidak ada kelainan
Lordosis : Tidak ada kelainan
Gibbus : Tidak ada kelainan
Deformitas : Tidak ada kelainan
Tumor : Tidak ada kelainan
Meningocele : Tidak ada kelainan
Hematoma : Tidak ada kelainan
Nyeri ketok : Tidak ada kelainan
SENSORIK
Tidak diperiksa
8
F. GAMBAR
Gerakan :Kurang
Kekuatan :3
Refleks fisiologis :
Gerakan :Kurang Meningkat
Kekuatan :3
Refleks fisiologis :
Meningkat
I. Gerakan Abnormal
Tremor : Tidak ada
Chorea : Tidak ada
Athetosis : Tidak ada
Ballismus : Tidak ada
Dystoni : Tidak ada
Myoclonic : Tidak ada
J. Fungsi Vegetatif
Miksi : Terpasang kateter
Defekasi : Normal
Ereksi : Tidak diperiksa
K. Fungsi Luhur
Afasia motorik : Tidak ada
Afasia sensorik : Tidak ada
Afasia nominal : Tidak ada
Apraksia : Tidak ada
Agrafia : Tidak ada
Alexia : Tidak ada
10
Interpretasi:
Penurunan kesadaran (-), Nyeri kepala (-), Refleks babinski (+)
Infark serebri ( Stroke Non Hemoragik )
11
lisan, tulisan, maupun isyarat. Saat bicara mulut penderita tidak mengot ke kanan
maupun ke kiri dan bicaranya tidak pelo.
Penderita diketahui menderita hipertensi sejak ± 5 tahun yang lalu, namun
tidak terkontrol. Pada saat masuk rumah sakit, tekanan darah penderita 230/130
mmHg. Penderita tidak pernah mengalami koreng di kemaluan yang tidak gatal,
tidak nyeri, dan sembuh sendiri. Penderita tidak pernah mengalami bercak merah
di kulit yang tidak gatal, tidak nyeri, dan sembuh sendiri. Penderita tidak pernah
mengalami nyeri pada tulang panjang.
Penyakit ini, diderita untuk pertama kalinya.
Status Psikiatrikus
Sikap : Kooperatif Ekspresi Muka : Ada
Perhatian : Ada Kontak Psikis : Ada
15
SENSORIK
Tidak diperiksa
V. PENGOBATAN
- IVFD RL gtt 15x/m
- Injeksi Citicoline 2x500 mg (iv)
- Injeksi Omeprazole 1 x 40 mg (iv)
- Aspilet tab 1 x 80 mg (po)
- Neurodex tab 1x1 (po)
- Simvastatin 1 x 100 mg (po)
VI. PROGNOSA
Quo ad Vitam : dubia ad malam
Quo ad Functionam : dubia ad malam
Quo ad Sanationam : dubia ad malam
17
TANGGAL
PERJALANAN PENYAKIT INSTRUKSI
/ PUKUL
03-12-2019 Keluhan: Kelemahan pada tungkai - IVFD RL gtt 15x/m
06.30 WIB dan lengan kiri. Kelemahan pada - Injeksi Citicoline
tungkai dirasakan lebih membaik. 2x500 mg (iv)
- Injeksi Omeprazole 1
Status Generalis x 1 vial (iv)
- Kesadaran : E4M6V5 - Aspilet tab 1 x 80 mg
- TD : 160/100 mmHg (po)
- HR : 99x/menit, reguler - Neurodex tab 1x1
- RR : 21 x/menit (po)
- Temp : 36,6oC - Simvastatin 1 x 100
mg (po)
Nervi Cranialis
- N.I: Tidak ada kelainan
- N.II: VODS 5/60
- N.III, IV, VI: Pupil bulat, refleks
pupil (+/+), isokor, refleks cahaya
langsung (+/+). Gerakan bola
mata baik kesegala arah
- N.V: Trimus (-)
- N.VII: Lagoftalmus (-/-),
mengerutkan dahi (+),
menunjukkan gigi (+), refleks
kornea (+/+)
- N. VIII: Tidak ada kelainan
- N.IX, X: Refleks menelan (+)
- N.XI : Mengangkat bahu kuat,
menolah (+/+)
- N.XII: Deviasi lidah (-)
21
Columna Vertebralis:
tidak ada kelainan
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan : Luas Kurang
Kekuatan : 5 3
Tonus : Eutoni Hipertoni
Refleks fisiologis
Biceps: normal meningkat
Triceps: normal meningkat
P. Radius: normal meningkat
P. Ulna: normal meningkat
Refleks patologis
Hoffman T :tidak ada tidak ada
TANGGAL
PERJALANAN PENYAKIT INSTRUKSI
/ PUKUL
23
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan : Luas Kurang
Kekuatan : 5 3
Tonus : Eutoni Hipertoni
Refleks fisiologis
Biceps: normal meningkat
Triceps: normal meningkat
P. Radius: normal meningkat
P. Ulna: normal meningkat
Refleks patologis
Hoffman T :tidak ada tidak ada
TANGGAL
PERJALANAN PENYAKIT INSTRUKSI
/ PUKUL
26
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan : Luas Kurang
Kekuatan : 5 3
Tonus : Eutoni Hipertoni
Refleks fisiologis
Biceps: normal meningkat
Triceps: normal meningkat
P. Radius: normal meningkat
P. Ulna: normal meningkat
Refleks patologis
Hoffman T :tidak ada tidak ada
TANGGAL
PERJALANAN PENYAKIT INSTRUKSI
/ PUKUL
29
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan : Luas Kurang
Kekuatan : 5 4
Tonus : Eutoni Hipertoni
Refleks fisiologis
Biceps: normal meningkat
Triceps: normal meningkat
P. Radius: normal meningkat
P. Ulna: normal meningkat
Refleks patologis
Hoffman T :tidak ada tidak ada
TANGGAL
PERJALANAN PENYAKIT INSTRUKSI
/ PUKUL
32
Columna Vertebralis:
tidak ada kelainan
33
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan : Luas Kurang
Kekuatan : 5 4
Tonus : Eutoni Hipertoni
Refleks fisiologis
Biceps: normal meningkat
Triceps: normal meningkat
P. Radius: normal meningkat
P. Ulna: normal meningkat
Refleks patologis
Hoffman T :tidak ada tidak ada
TANGGAL
PERJALANAN PENYAKIT INSTRUKSI
/ PUKUL
35
Columna Vertebralis:
tidak ada kelainan
36
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan : Luas Kurang
Kekuatan : 5 4
Tonus : Eutoni Hipertoni
Refleks fisiologis
Biceps: normal meningkat
Triceps: normal meningkat
P. Radius: normal meningkat
P. Ulna: normal meningkat
Refleks patologis
Hoffman T :tidak ada tidak ada
38
39
Lapisan luar serebrum adalah korteks serebri yang menutupi bagian dalam
yang mengandung nukleus basal. Serebrum sendiri dibedakan menjadi dua bagian
yaitu hemisfer kanan dan hemisfer kiri yang saling berhubungan melalui korpus
kalosum yang diperkirakan terdiri dari 300 juta akson neuron. Tiap hemisfer
terdiri dari satu lapisan tipis substansia grisea di sebelah luar, dan substansia alba
yang tebal. Substansia grisea terutama terdiri dari badan sel neuron dan dendritnya
yang tersusun padat dan sebagian besar sel glia. Berkas atau traktus serat saraf
bermielin (akson) membentuk substansia alba2.
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar
15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi
normal. Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis
interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke
bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua
adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut
sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum
anterior bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu
sirkulus willisi1.
sensibilitas, sebagai area broca atau pusat bicara motorik, sebagai area wernicke
atau pusat bicara sensoris, sebagai area visuosensoris, dan otak kecil yang
berfungsi sebagai pusat koordinasi serta batang otak yang merupakan tempat jalan
serabut-serabut saraf ke target organ1.
spontan pada otak (stroke hemoragik) maupun suplai darah yang inadekuat pada
bagian otak (stroke iskemik) akibat aliran darah yang rendah, trombosis atau
emboli yang berkaitan dengan penyakit pembuluh darah (arteri dan vena), jantung
dan darah4.
tertentu kecuali pada usia tertinggi. Namun, perbedaan gender ini kurang
jelas saat memperhitungkan faktor risiko di masing-masing individu.
Menopause dini telah dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke dan
selepas menopause. Perbedaan dalam risiko antara jenis kelamin
tampaknya hilang pada usia di atas 80-85 tahun. Risiko gender berbeda
untuk perdarahan subakachnoid dimana risikonya lebih tinggi untuk
wanita12.
- Riwayat keluarga
Riwayat keluarga pernah mengalami serangan stroke, maternal maupun
paternal, berhubungan dengan meningkatnya insiden stroke. Hal ini
disebabkan oleh banyak faktor diantaranya faktor genetik, pengaruh
budaya dan gaya hidup dalam keluarga, interaksi antara genetik dan
pengaruh lingkungan.
- Obesitas
Obesitas berhubungan erat dengan hipertensi, dislipidemia, dan diabetes
melitus. Obesitas meningkatkan risiko stroke sebesar 15%. Obesitas
dapat meningkatkan hipertensi, jantung, diabetes dan aterosklerosis yang
semuanya akan meningkatkan kemungkinan terkena serangan stroke.
- Hiperkolesterolemia
Kondisi ini secara langsung dan tidak langsung meningkatkan faktor
risiko, tingginya kolesterol dapat merusak dinding pembuluh darah dan
juga menyebabkan penyakit jantung koroner. Kolesterol yang tinggi
terutama Low Density Lipoprotein (LDL) akan membentuk plak di dalam
pembuluh darah dan dapat menyumbat pembuluh darah baik di jantung
maupun di otak. Kadar kolesterol total > 200 mg/dl meningkatkan risiko
stroke 1,31-2,9 kali.
- Merokok
Merokok menyebabkan penyempitan dan pengerasan arteri di seluruh
tubuh (termasuk yang ada di otak dan jantung), sehingga merokok
mendorong terjadinya aterosklerosis, mengurangi aliran darah, dan
menyebabkan darah mudah menggumpal.
- Alcohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme
tubuh, sehingga terjadi dislipidemia, diabetes melitus, mempengaruhi
berat badan dan tekanan darah, dapat merusak sel-sel saraf tepi, saraf
otak dan lainlain. Semua ini mempermudah terjadinya stroke. Konsumsi
alcohol berlebihan meningkatkan risiko terkena stroke 2-3 kali.
- Penyalahgunaan Obat
Pada orang-orang yang menggunakan narkoba terutama jenis suntikan
akan mempermudah terjadinya stroke, akibat dari infeksi dan kerusakan
dinding pembuluh darah otak. Di samping itu, zat narkoba itu sendiri
akan mempengaruhi metabolisme tubuh, sehingga mudah terserang
stroke. Hasil pengumpulan data dari rumah sakit Jakarta tahun 2001 yang
menangani narkoba, didapatkan bahwa lebih dari 50% pengguna narkoba
dengan suntikan berisiko terkena stroke.
45
2. Pemeriksaan lain-lain
Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan darah
rutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila perlu
gambaran darah. Komponen kimia darah, gas, elektrolit, Doppler,
Elektrokardiografi (EKG).
51
d. Pengendalian Kejang
Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat intravena 5-20mg dan diikuti
oleh fenitoin, loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum
50 mg/menit.
2. Prinsip-prinsip rehabilitasi
Rehabilitasi dimulai sedini mungkin
Tak ada seorang penderita pun yang boleh berbaring satu hari lebih lama
dari waktu yang diperlukan
Rehabilitasi merupakan terapi secara multidisipliner terhadap seorang
penderita, dan rehabilitasi merupakan terapi terhadap seorang penderita
seutuhnya
Salah satu faktor penting dari rehabilitasi adalah adanya kontinuitas
perawatan
Perhatian rehabilitasi tidak dikaitkan dengan sebab kerusakan jaringan
otak, melainkan lebih dikaitkan dengan sisa kemampuan fungsi
neuromuskular yang masih ada.
Program rehabilitasi harus bersifat individual, dan tidak ada atau tidak
dapat diberlakukan suatu standard hemiplegia regimen.
Dalam pelaksaan rehabilitasi termasuk pula upaya untuk menanggulangi
terjadinya serangan ulang
2.11. Komplikasi9
1. Edema serebral yang signifikan setelah stroke iskemik bisa terjadi meskipun
agak jarang (10-20%)
2. Indikator awal iskemik yang tampak pada CT scan tanpa kontras adalah
indikator independen untuk potensi pembengkakan dan kerusakan. Manitol
dan terapi lain untuk mengurangi tekanan intrakranial dapat dimanfaatkan
dalam situasi darurat, meskipun kegunaannya dalam pembengkakan
sekunder stroke iskemik lebih lanjut belum diketahui. Beberapa pasien
mengalami transformasi hemoragik pada infark mereka. Hal ini
diperkirakan terjadi pada 5% dari stroke iskemik yang tidak rumit, tanpa
adanya trombolitik. Transformasi hemoragik tidak selalu dikaitkan dengan
58
2.12. Prognosis
Stroke berikutnya dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yang paling penting
adalah sifat dan tingkat keparahan defisit neurologis yang dihasilkan. Usia pasien,
penyebab stroke, gangguan medis yang terjadi bersamaan juga mempengaruhi
prognosis. Secara keseluruhan, kurang dari 80% pasien dengan stroke bertahan
selama paling sedikit 1 bulan, dan didapatkan tingkat kelangsungan hidup dalam
10 tahun sekitar 35%. Dari pasien yang selamat dari periode akut, sekitar satu
setengah sampai dua pertiga kembali fungsi independen, sementara sekitar 15%
memerlukan perawatan institusional9.
59
DAFTAR PUSTAKA
9. Sudoyo, Aru W dkk. Buku Ajar Ilmu Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: Balai
Penerbitan FKUI. 2014
11. Silbernagl & Lang. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2014
15. Wibowo, Samekto. Gofir, Abdul. Farmakoterapi stroke prevensi primer dan
prevensi sekunder dalam Farmakoterapi dalam Neurologi. Penerbit Salemba
Medika. 2015
60