Skenario 5
Pasien Tenggelam
Seorang laki-laki usia 40 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan sulit bernafas
setelah mengikuti diving untuk pertama kalinya dan pasien sempat tenggelam
cukup lama karena tidak sadarkan diri di dalam air. Keluhan disertai pusing dan
lemas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan takipneu, takikardi, dan tes oksimetri
90%. Dokter melakukan pemeriksaan analisis gas darah untuk mengetahui
keseimbangan asam basa dalam darah pasien tersebut. Dokter mengatakan
kemungkinan pasien mengalami asidosis respiratorik.
STEP 1
1. Takipneu : Pernafasan > 24x/menit yang cepat dan dangkal karena O2,CO2 tak
seimbang.
STEP 2
STEP 3
- 78% Nitrogen (ketika bernafas) tekanan disekitar tubuh meningkat pada saat
turun ke air menyebabkan Nitrogen diserap ke jaringan sehingga ada
gelembung masuk ke paru.
- Terjadi hiperventilasi.
- Pada arteri, untuk mengetahui distribusi darah (ada sel darah merah dan sel
darah putih).
STEP 4
1. - Mekanisme hiperventilasi:
Hiperbarik
PaCO2 meningkat
Hiperventilasi
- 33 kaki dibawah laut: 2atm (1atm besar udara di permukaan laut, 1 atm berat
air)
- Usaha untuk menjada paru agar tidak kolaps: udara yang diberikan harus
bertekanan tinggi.
- 4/3 tersusun nitrogen, saat menyelam tekanan nitrogen naik, nitrogen larut
dalam darah pada sirkulasi lemas di membrane saraf, merusak saraf, narcosis
nitrogen.
4
- Narkosis sangat berat: 250 keatas (hampir tidak dapat melakukan apa-apa)
3. Saat menyelam, PO2 meningkat, masuk ke alat selam, terjadi gangguan nafas
dan ventilasi, CO2 terhirup, H2+CO3, darah asam, asidosis respiratorik, terjadi
karena PH<7,33, Normal: 7,33-7,45.
5. Interpretasi
- PH: 7,35-7,45/7,32-7,42
- PO2: 80-100mmHg/75-100mmHg
Saturasi oksigen
1 Hb mengiakt 4 oksigen
Normal: 95-99mmHg
SaO2<95%: hipoksia
SaO2>99%: toxic
- PH: 7,35-7,45
- PaCO2: 45-35
- HCO2: 22-26
MIND MAP
TES OKSIMETRI
SISTEM PERNAFASAN
PEMERIKSAAN INTERPRETASI
RESPIRATORIK METABOLIK
STEP 5
STEP 6
Belajar Mandiri
7
STEP 7
Mekanismenya yaitu :
saraf yang aktivitas satu rangkaian neuronnya mengeksitasi rangkaian yang kedua,
yang selanjutnya menghambat rangkaian pertama. Selang kembali beberapa waktu
kemudian ,mekanisme ini berulang-ulang terus menerus.
Kelompok neuron pernapasan ventral, yang terdapat bagian rostral dari nukleus
ambigus dan bagian kaudal dari nukleus retro ambigus , terletak pada tiap sisi
medula. Fungsi kelompok neuron ini berbeda dengan kelompok pernapasan dorsal
dalam bergabagi hal penting.1
a. Pusat pneumotaksik
Pusat pneumotaksik yang terletak disebelah dorsal, didalam nukleus
parabrakialis pons bagian atas, mengirimkan sinyal ke area inspirasi. Efek utama
pusat ini adalah mengatur titik henti pernapasan inspirasi landai. Dengan demikian
mengatur lamanya fase pengisisan siklus paru. Bila sinyal pneumotaksik cukup
kuat, inspirasi dapat berlangsung hanya 0,5 detik, jadi pengisian paru hanya
9
Mekanismenya :
Mekanismenya :
2. Non Kimiawi
Beberapa faktor non kimiawi yang mempengaruhi pengatuan pernapasan di
antaranya : pengaruh baroreseptor, peningkatan suhu tubuh, hormon epineprin,
refleks hering-breuer. 1
a. Baroreseptor
Berada pada sinus kortikus, arkus aorta atrium, ventrikel dan pembuluh darah
besar. Baroreseptor berespon terhadap perubahan tekanan darah. Peningkatan
tekanan darah arteri akan menghambat respirasi, menurunnya tekanan darah arteri
dibawah tekanan arteri rata-rata akan menstimulasi pernapasan. Aktivitas
baroresestor ini mempengaruhi pusat respirasi, ketika tekanan darah turun, laju
respirasi meningkat. Ketika tekanan darah naik, laju respirasi turun.1
11
Misalnya karena demam atau olahraga maka secara otomatis tubuh akan
mengeluarkan kelebihan panas tubuh dengan cara meningkatkan ventilasi.
Perubahan suhu mempengaruhi tingkat saturasi (pengikatan O2 oleh Hb)
hemoglobin. Jika temperature naik maka saturasi Hb turun sehingga oksigen
banyak dilapas. Sebaliknya, jika temperature turun, Hb akan mengikat oksigen
lebih kuat sehingga oksigen akan sulit dilepas ke jaringan. Suhu ini
mempengaruhi sistem pernapasan secara signifikan pada jaringan aktif yang
panasnya terus ditingkatkan. Contoh, otot skelet aktif meningkatkan panas, dan
panas ini menghangatkan darah yang mengalir melalui organ. Karena darah
menjadi hangat, molekul Hb melepaskan lebih banyak oksigen. 2
c. Hormon Epinephrine
3. Refleks Hering-Breuer
Pusat pernapasan ialah suatu pusat otomatik di dalam medula oblongata yang
mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan. Melalui beberapa radix saraf
cervicalis impuls ini diantarkan ke diafragma oleh saraf frenikus. Dan dibagian
yang lebih rendah pada sumu-sum belakang, impulsnya berjalan dari daerah
thorax melalui saraf interkostalis untuk merangsang otot intercostalis. Impuls ini
12
menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan interkostal yang kecepatan
kira-kira lima belas kali setiap menit. 2
karena itu, H2CO3 dari tubuh. Kedua garis pertahanan pertama ini menjaga
konsentrasi H+ dari perubahan yang terlalu besar sampai garis pertahanan ketiga
yang bereaksi lebih lambat, yaitu ginjal, dapat mengeluarkan kelebihan asam atau
basa dari tubuh. Walaupun ginjal relatif lambat memberi respons dibandingkan
dengan pertahanan lain, ginjal merupakan sistem pengatur asam-basa yang paling
kuat yang bekerja selama beberapa jam sampai beberapa hari . 1
Sistem dapar bikarbonat terdiri atas larutan air yang mengandung dua unsur:
(1) asam lemah, H2CO3, dan (2) garam bikarbonat, seperti NaHCO3. H2CO3
dibentuk dalam tubuh oleh reaksi CO2 dengan H2O .1
Reaksi ini lambat, dan sangat sedikit jumlah H2CO3 yang dibentuk kecuali bila
ada enzim anhidrase karbonat. Enzim ini sangat banyak terutama di dinding
alveoli paru, tempat CO2 dilepaskan; anhidrase karbonat juga ditemukan di sel
epitel tubulus ginjal, tempat CO2 bereaksi dengan H2O untuk membentuk H2CO3.
H2CO3 berionisasi secara lemah untuk membentuk sejumlah kecil H dan HCO3- :
H2CO3 H+ + HCO3-
lemah, yaitu H2CO3, yang kemudian membentuk CO2 dan H2O. CO2 yang
berlebihan sangat merangsang pernapasan, yang mengeluarkan CO2 dari cairan
ekstraselular. Reaksi yang sebaliknya terjadi bila suatu basa kuat, seperti natrium
hidroksida (NaOH), ditambahkan ke dalam larutan dapar bikarbonat. Dalam hal
ini, OH- dari NaOH berikatan dengan H2CO3 untuk membentuk HCO3 tambahan.
Jadi, basa lemah NaHCO3 menggantikan basa kuat NaOH. Pada waktu yang
bersamaan, konsentrasi HCO3 menurun (karena bereaksi dengan NaOH),
menyebabkan lebih banyak CO2 berikatan dengan H20 untuk menggantikan
H2CO3 .
Oleh karena itu, hasil akhirnya adalah kecenderungan penurunan kadar CO2
dalam darah; tetapi penurunan CO2 dalam darah menghambat pernapasan dan
menurunkan laju ekspirasi CO2 . Peningkatan HCO3- yang terjadi dalam darah
dikompensasi oleh peningkatan ekskresi HCO3 oleh ginjal.1
Walaupun sistem dapar fosfat tidak berperan penting sebagai dapar cairan
ekstraselular, sistem dapar ini berperan penting dalam pendaparan cairan tubulus
ginjal dan cairan intraselular. Unsur utama dalam sistem dapar fosfat adalah
H2PO4- dan HPO4-. Bila suatu asam kuat seperti HCI ditambahkan ke dalam
campuran kedua zat ini, hidrogen diterima oleh basa HPO4- dan diubah menjadi
H2PO4 .3
Hasil dari reaksi ini, asam kuat, yaitu HCI, digantikan oleh sejumlah asam
lemah tambahan, NaH2PO4, dan penurunan pH menjadi minimal. Bila suatu basa
kuat, seperti NaOH, ditambahkan ke dalam sistem dapar, OH- didapar oleh H2PO4
untuk membentuk sejumlah HPO4+ + H2O tambahan. Bila suatu basa kuat, seperti
NaOH, ditambahkan ke dalam sistem dapar, OH- didapar oleh H2PO4 untuk
membentuk sejumlah HPO4+ + H2O tambahan. 3
Dalam keadaan ini, suatu basa kuat, NaOH, ditukar dengan suatu basa lemah,
NaH2PO4, yang menyebabkan pH hanya meningkat sedikit. Sistem dapar fosfat
memiliki pK 6,8; yang tidak jauh dari pH norma1 7,4 dalam cairan tubuh; keadaan
ini membuat sistem tersebut dapat bekerja mendekati kekuatan dapar maksimum.
Akan tetapi, konsentrasinya dalam cairan ekstraselular rendah, hanya sekitar 8
persen dari konsentrasi dapar bikarbonat. Oleh karena itu, kekuatan dapar total
dari sistem fosfat dalam cairan ekstraselular jauh lebih kecil dibandingkan dengan
kekuatan sistem dapar bikarbonat. Berbeda dengan perannya yang tidak begitu
bermakna sebagai dapar ekstrasel, dapar fosfat sangat penting dalam cairan
tubulus tubulus ginjal untuk dua alasan berikut. (1) fosfat biasanya menjadi sangat
pekat dalam tubulus, sehingga meningkatkan kekuatan dapar sistem fosfat, dan(2)
cairan tubulus biasanya mempunyai pH yang lebih rendah daripada cairan
ekstraselular, sehingga kisaran kerja dapar lebih mendekati pK (6,8) sistem.
Sistem dapar fosfat juga penting dalam pendaparan cairan intraselular karena
konsentrasi fosfat dalam cairan ini beberapa kali lebih besar daripada dalam cairan
ekstraselular. Selain itu, pH cairan intraselular lebih rendah daripada pH cairan
ekstraselular dan oleh karena itu biasanya lebih mendekati pK sistem dapar fosfat
dibandingkan dengan cairan ekstraselular.3
Protein termasuk dapar yang paling banyak dalam tubuh karena konsentrasinya
yang tinggi, terutama di dalam sel. pH sel, walaupun sedikit lebih rendah daripada
pH dalam cairan ekstraselular, namun perubahannya kira-kira sebanding dengan
perubahan pH cairan ekstraselular. Ada sedikit H dan HCO3- yang berdifusi
melalui membran sel, walaupun ion-ion ini membutuhkan waktu beberapa jam
untuk menjadi seimbang dengan cairan ekstraselular, kecuali keseimbangan cepat
yang terjadi di dalam sel darah merah. Akan tetapi, CO2 dapat dengan cepat
berdifusi melalui semua membran sel. Dlfusi unsur sistem dapar bikarbonat
menyebabkan pH cairan intraselular berubah ketika terjadi perubahan pH cairan
ekstraselular. Oleh karena alasan ini, sistem dapar di dalam sel membantu
mencegah perubahan pH cairan ekstraselular tetapi mungkin membutuhkan waktu
17
beberapa jam untuk menjadi efektif secara maksimal. Dalam sel darah merah,
hemoglobin (Hb) adalah dapar yang penting sebagai berikut. 1
H+ + Hb HHb
Kira-kira 60 sampai 70 persen dapar kimia total cairan tubuh berada dalam sel-
sel, yang sebagian besar dihasilkan dari protein intrasel. Akan tetapi, kecuali
untuk sel-sel darah merah, lambatnya pergerakan H+ dan HCO3 melalui membran
sel sering memperlambat sampai beberapa jam kemampuan maksimal protein
intrasel untuk mendapar gangguan asam-basa ekstrasel.
Selain konsentrasi protein yang tinggi dalam sel, faktor lain yang turut berperan
pada kekuatan daparnya adalah karena pK kebanyakan sistem protein ini hampir
mendekati pH intrasel.1
Ion hidrogen adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom hidrogen.
Molekul yang mengandung atom hidrogen yang dapat melepaskan ion hidrogen
dalam larutan disebut asam. Basa adalah ion atau molekul yang dapat menerima
H+. Asam kuat adalah asam yang dapat cepat terurai dan melepaskan terutama
sejumlah besar ion H+ dalam larutan. Asam lemah kecil kemungkinan untuk
menguraikan ion-ionnya dan, oleh karena itu, kurang kuat melepaskan H+.1
Basa kuat adalah basa yang bereaksi cepat dan kuat dengan H+ dan, oleh
karena itu, dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Basa lemah yang khas
adalah HCO3- karena basa ini berikatan dengan H+ jauh lebih lemah daripada OH-.
Kebanyakkan asam dan basa dalam cairan ekstraselular yang terlibat dalam
pengaturan asam-basa normal adalah asam dan basa lemah.1
CO2 dibentuk secara terus menerus dalam tubuh melalui proses metabolisme
intrasel. Setelah dibentuk, CO2 berdifusi dari sel masuk ke dalam cairan
interstisial dan darah, dan aliran darah mengangkut CO2 ke paru, tempat CO2
berdifusi ke dalam alveoli dan kemudian dipindahkan ke atmosfer melalui
ventilasi paru. Normalnya, terdapat sekitar 1,2 mol/L CO2 yang terlarut di dalam
cairan ekstraselular, yang sama dengan PCO2 sebesar 40mmHg.1
Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan
negative pada konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun,
ion hydrogen mempunyai efek yang besar pada system biologi. Ion hydrogen
berinteraksi dengan berbagai molekul biologis sehingga dapat mempengaruhi
struktur protein, fungsi enzim dan ekstabilitas membrane. Ion hydrogen sangat
penting pada fungsi normal tubuh misalnya sebagai pompa proton mitokondria
3
pada proses fosforilasi oksidatif yang menghasilkan ATP.
berasal dari makanan, minuman, dan proses metabolism tubuh. Di dalam tubuh
ion hidrogen terbentuk sebagai hasil metabolism karbohidrat, protein dan lemak,
glikolisis anaerobik atau ketogenesis. 3
Senyawa kimia yang bernama asam adalah jenis senyawa yang kimia yang
melepaskan ion hidrogen pada satu larutan atau pun senyawa yang lainnya.
Beberapa jenis larutan yang ada pasa senyawa asam yaitu asam klorida yang
bersenyawa (HCL) dengan air membentu senyawa hidrogen (H+) dan juga ion
klorida (CL-). Selain itu asam karbonat ( H2CO3) yang memiliki ionisasi dalam
membentuk ion H+ dan ion bikarbonat ( HCO3). Pada jenis asam yang ada
memiliki dua jenis asam yang terdiri dari asam kuat dan lemah. 3
Asam kuat adalah jenis senyawa asam yang terurai dengan cepat dan pada
umumnya senyawa tersebut melepaskan ion H+ didalam larutan dengan contoh
HCL. Sedangkan pada asam lemah sangat sedikit terurai senyawa asam dan hanya
melepasakan sedikit H+ yang biasanya terbentuk dengan H2CO3. Pada saat
senyawa asam melepaskan ion hidrogen namun apabila senyawa basa adalah
senyawa kimia yang menerima ion hidrogen. Dengan melepaskan ion maka
senyawa basa ini akan dengan mudah akan hilang dari dalam larutan tersebut.
Senyawa basa dapat dibagi menjadi dua antara lain misalnya saja basa kuat dan
juga basa lemah. Senyawa basa kuat ini akan dengan kuat dan cepat mudah
dihilangkan dari larutan kimia. Contoh dari senyawa basa ini adalah ion hidroksil
( OH- ) yang memilik reaksi cepat membentuk H2O. Sedangkan basa lemah akan
sangat lemah dalam memiliki reaksi dengan ion H+. 3
Asidosis Respiratorik
Semua peningkatan jangka pendek PaCO2 arteri (yi. di atas 40 mm Hg, karena
hipoventilasi) akan menyebabkan asidosis respiratorik. Perlu diingat bahwa C02
yang tertahan berada dalam keseimbangan dengan H2CO3, yang sebaliknya berada
dalam keseimbangan dengan HCO3-. Peningkatan efektif plasma berarti bahwa
keseimbangan yang baru akan tercapai pada pH yang lebih rendah. Hal ini dapat
terlihat pada grafik dengan memplotkan konsentrasi HCO3- plasma versus pH.
22
Alkalosis Respiratorik
Semua penurunan jangka pendek PaCO2 di bawah nilai yang diperlukan agar
pertukaran CO2 dapat berlangsung dengan baik (yi. di bawah 35 mm Hg, seperti
yang terjadi pada hiperventilasi) akan menyebabkan alkalosis respiratorik.
Penurunan C02 menggeser keseimbangan sistem asam karbonat-bikarbonat untuk
menurunkan [H+] dan meningkatkan pH secara efektif. Seperti pada asidosis
respiratorik, perubahan pH awal yang sesuai dengan alkalosis respiratorik adalah
perubahan yang terjadi tanpa bergantung pada mekanisme kompensasi apapun,
sehingga merupakan alkalosis respiratorik yang tidak terkompensasi.4
Asidosis dan alkalosis yang tidak terkompensasi yang dijelaskan di atas, jarang
terjadi karena adanya sistem kompensasi. Dua sistem kompensasi utama adalah
kompensasi respiratorik dan kompensasi ginjal. Sistem Pernapasan
23
melalui nervus vagus menuju traktus solitarius yang sama di medula. Gambar 3.1
memperlihatkan pengaruh berbagai nilai tekanan arteri terhadap laju penjalaran
impuls dalam sebuah saraf sinus karotis Hering. Perhatikan bahwa di antara
tekanan 0 dan 50 sampai 60 mm Hg, baroreseptor sinus karotis tidak terangsang
sama sekali, tetapi di atas nilai ini, baroreseptor memberi respons yang makin
lama makin cepat dan mencapai maksimum kira-kira pada tekanan 180 mm Hg.
Respons yang dikeluarkan oleh baroreseptor aorta mirip dengan yang terjadi pada
reseptor karotis kecuali bahwa pada umumnya baroreseptor ini bekerja pada nilai
tekanan arteri sekitar 30 mm Hg lebih tinggi. 1
DAFTAR PUSTAKA
REFLEKSI
29
REFLEKSI
30
REFLEKSI