Anda di halaman 1dari 45

ANALISIS PENDAPATAN PETANI BAWANG MERAH DI DESA

SERADING KECAMATAN MOYO HILIR KABUPATEN SUMBAWA


AGRIPROPOCUS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG


PADA PROJECT BAWANG MERAH DI DESA SERADING
KECAMATAN MOYO HILIR
KABUPATEN SUMBAWA

OLEH:
SRI WAHYUNI
NIM 16.01.042.019

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA
SEPTEMBER 2019
i
HALAMAN PENGESAHAN I

Laporan Praktek Kerja Lapang dengan judul Analisis pendapatan petani


bawang merah di Desa Serading Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten
Sumbawa yang dilaksanakan di Desa Serading Kecamatan Moyo Hilir
Kabupaten Sumbawa pada tanggal 1 Agustus – 25 September 2019 yang di
susun oleh:
Nama : Sri Wahyuni
Nim : 16.01.042.019

Telah disetujui di desa Serading, Kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa 14


Oktober 2019

Pembimbing Lapang Petani Bawang merah

M. Kaharuddin Ahmad

Country Coordinator
Agripropocus Indonesia

Tasnim Abdul Jalil

ii
HALAMAN PENGESAHAN II

Laporan Praktek Kerja Lapang dengan judul Analisis pendapatan petani


bawang merah di Desa Serading Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten
Sumbawa yang dilaksanakan di Desa Serading Kecamatan Moyo Hilir
Kabupaten Sumbawa pada tanggal 1 Agustus – 25 September 2019 yang di
susun oleh:

Nama : Sri Wahyuni


Nim : 16.01.042.019

Telah disetujui di Sumbawa Besar

Koordinator PKL Dosen Pembimbing

Syafwan Amrullah,S.T M.Eng Nurkholis,S.T.,M.Eng.


NIP. 199108282019021314 NIDN. 0824129102

Mengetahui
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian

drh. Samuyus Nealma, M.Vet


NIDN. 0828089002

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha esa karna berkat dan
rahmatnya penulis dapat menyelsaikan laporan pkl ini yang berjudul Proses
Penanaman Bawang Merah di Desa Serading Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten
Sumbawa. Adapun tujuan dari penulisan laporan pkl ini yaitu salah satu syarat
dalam mencapai gelar sarjana di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Teknologi Sumbawa. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan bimbingan dari
berbagai pihak sangat sulit untuk menyelsaikan laporan pkl ini. Oleh karna itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1) Orang tua dan teman-teman yang sudah membantu dalam proses
pembuatan laporan.
2) Bapak Nurkholis,S.T.,M.Eng. selaku Ketua Program Studi Teknologi
Industri Pertanian dan selaku Dosen Pembimbing
3) Bapak drh. Samuyus Nealma, M.Vet selaku Dekan Fakultas Teknologi
Pertanian.
4) Bapak Syafwan Amrullah, M.Eng selaku Koordinator PKL
5) Bapak Kaharrudin selaku Pembimbing Lapang
6) Tim Agriprofocus Indonesia

Demikian susunan laporan PKL ini sudah dibuat dengan sebaik-baiknya dan
semoga bisa bermanfaat bagi kita semua khususnya penulis.

Sumbawa, 24 Oktober 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN I ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN II ................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 3
1.3 Tujuan PKL .................................................................................... 3
1.4 Manfaat PKL .................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 5
2.1 Bawang Merah ................................................................................ 5
2.2 Klasifikasi Bawang merah .............................................................. 6
2.3 Morfologi Bawang Merah .............................................................. 7
2.4 Kandungan Bawang Merah .......................................................... 10
BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PKL ......................................... 12
3.1 Profil Umum Perusahaan .............................................................. 12
3.2 Visi dan Misi ................................................................................ 13
3.3 Stuktur Organisasi ........................................................................ 13
3.4 Profil Petani .................................................................................. 14
BAB IV METODE PELAKSANAAN ........................................................ 16
4.1 Waktu dan Tempat........................................................................ 16
4.2 Materi Kegiatan PKL.................................................................... 16
4.3 Metode Pelaksaan Kegiatan.......................................................... 19
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAAAN ................................................. 20
5.1 Analisis Usahatani Bawang Merah............................................... 20
5.2 Hasil Produksi............................................................................... 21
5.3 Pendapatan Bersih dan Efisiensi Bawang Merah ......................... 21

v
BAB VI PENUTUP ..................................................................................... 23
6.1 Kesimpulan ................................................................................... 23
6.2 Saran ............................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 24
LAMPIRAN ................................................................................................. 25

vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Kandungan Nutrisi Bawang Merah ...................................................... 10
1.2 Uraian Kegiatan .................................................................................... 17
1.3 Rincian Biaya Pengeluaran Usahatani Bawang Merah......................... 20
1.4 Pendapatan Bersih dan Efisiensi Usahatani Bawang Merah................. 21

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tanaman Bawang Merah.....................................................................4


Gambar 1.2 Akar Bawang Merah............................................................................7
Gambar 1.3 Batang Bawang Merah.........................................................................7
Gambar 1.4 Daun Bawang Merah............................................................................8
Gambar 1.5 Bunga Bawang Merah..........................................................................9
Gambar 1.6 Buah Bawang Merah..........................................................................10
Gambar 1.7 Strukutur Organisasi perusahaan........................................................14

viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Obat yang Digunakan Dalam Pemeliharaan Bawang.........................25
Lampiran 2 Kegiatan Petani Bawang Merah.........................................................27
Lampiran 3 Alat yang Digunakan..........................................................................28
Lampiran 4 Rincian Biaya Usahatani Bawang merah...........................................29

ix
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sebagian besar
masyarakat bermata pencaharian dengan bertani. Sektor pemerintahan dianggap
menjadi salah satu sektor nyata karna mampu memberikan kesejahteraan bagi
bangsa indonesia melalui kondisi alam yang mendukung,sehingga bisa menanam
tanaman sepanjang tahun seperti tanaman Holtikultura. Secara geografis
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi alam yang besar, tidak
hanya dalam bidang kelautan tapi juga dalam bidang pertanian. Potensi pertanian
Indonesia yang tinggi salah satunya disebabkan wilayah Indonesia yang memiliki
wilayah daratan sepertiga dari luas keseluruhan dan dilewati barisan pengunungan
dunia. Itulah mengapa selain disebut sebagai negara maritim, Indonesia juga
disebut sebagai negara agraris.
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang
sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini
termasuk ke dalam kelompok rempah yang berfungsi sebagai bumbu penyedap
makanan serta obat tradisonal. Komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan
dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap
perkembangan ekonomi wilayah (Balitbang Pertanian,2005).
Bawang merah merupakan komoditas yang diusahakan petani dari dataran
rendah sampai dataran tinggi. Bawang merah menghendaki suhu udara berkisar

antara 25oC sampai 30oC, tempat terbuka tidak berkabut, intensitas sinar matahari
penuh, tanah gembur, subur cukup mengandung organik akan menghasilkan
pertumbuhan dan produksi terbaik (Istina,2016).
Tingkat permintaan dan kebutuhan konsumsi bawang merah yang tinggi
menjadikan komoditas ini menguntungkan jika diusahakan. Konsumsi bawang
merah di Indonesia per kapita per tahun mencapai 4,56 kilogram atau 0,38
kilogram per kapita per bulan. Tingginya permintaan bawang merah yang terus
meningkat tidak hanya terjadi di pasar dalam negeri, tetapi berpeluang juga untuk
ekspor (Ditjen Holtikultura, 2004).

1
Semakin meningkatnya permintaan dan konsumsi bawang merah maka
Pemerintah Kabupaten berdasarkan data dari Ditjen Hortikultura, Kementerian
Pertanian, permintaan bawang merah secara nasional cenderung meningkat dari
tahun ke tahun, begitu pula produksi bawang merah. Data dari Dinas Pertanian
dan Perkebunan NTB, produksi bawang petani di daerah ini pada bulan Oktober
sebanyak 21.000 ton. Produksi bawang tertinggi pada bulan juli lalu mencapai
44.000 ton. Sedangkan Agustus sebanyak 22.000 ton. Pada tahun 2017, produksi
bawang di NTB sebanyak 165.000 ton. Tahun 2018 produksinya jauh meningkat
menjadi 260.000 ton. Harga bawang petani saat musim panen raya turun drastis
mencapai Rp5.000 – 7.000 per kg. Sedangkan harga jual untuk konsumen menjadi
Rp32.000 per kg. (Ditjen Holtikultura, 2004).
Penanganan kegiatan agribisnis mulai dari perencanaan usaha,
penyediaan sarana dan prasarana, budidaya tanaman, sampai dengan penanganan
hasil dan pemasarannya dilakukan secara terintegrasi dan saling menunjang. Oleh
karena itu, diperlukan suatu manajemen yang dapat merangkum faktor-faktor
alam, modal, tenaga kerja, dan teknologi dengan faktor sarana dan prasarana serta
pemasarannya. Kemampuan manajemen ini penting karenausahatani bukanlah
semata mata hanya sebagai cara hidup. Lebih dari itu, ia merupakan suatu
perusahaan. Jatuh bangunnya suatu perusahaan salah satunya dipengaruhi oleh
kemampuan manajemennya (Rahardi, F., dkk, 2000).
Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki banyak
manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta mempunyai prospek pasar yang
menarik. Selama ini budidaya bawang merah diusahakan secara musiman
(seasonal), yang pada umumnya dilakukan pada musim kemarau (April-Oktober),
sehingga mengakibatkan produksi dan harganya berfluktuasi sepanjang
tahun.Penanaman bawang merah yang dilakukan di desa Serading merupakan
salah satu usaha dari kelompok tani di desa Serading sehingga usaha tersebut
dapat memberikan suatu pendapatan bagi petani itu sendiri. Laporan PKL ini akan
mengkaji tentang bagaimana pendapatan usaha tani bawang merah yang dilakukan
di desa Serading.

2
1.2 Rumusah Masalah
Bagaimana pendapatan kelompok usaha tani di Desa Serading Kecamatan Commented [MA1]: Kelompok atau individu?

Moyo Hilir?

1.3 Tujuan PKL


Mengetahui tingkat pendapatan kelompok usaha tani di Desa Serading Commented [MA2]: Kelompok atau individu?

Kecamatan Moyo Hilir.

1.4 Manfaat PKL


1.4.1 Bagi mahasiswa
1) Memberi gambaran kepada mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu
dan teori yang telah didapatkan pada masa perkuliahan dalam dunia
kerja.
2) Mahasiswa dapat mempersiapkan diri secara mental maupun fisik juga
kualitas dalam rangka menghadapi persaingan dunia kerja yang
semakin kompetitif.
3) Pembekalan terhadap mahasiswa untuk menjadi seorang yang
berpotensi, kompeten, dan professional agar siap memasuki dunia
kerja.
1.4.2 Bagi Fakultas
1) Sebagai bahan evaluasi atas kurikulum yang dilaksanakan selama ini
dengan kebutuhan teori dan praktek dalam dunia kerja.
2) Untuk memperkenalkan Program Studi Teknologi Industri Pertanian
kepada masyarakat luas.
1.4.3 Bagi perusahaan
1) Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) unggulan yang langsung
dapat direkrut dan diseleksi.
2) Mendapatkan akses langsung informasi sumber daya manusia (SDM)
yang siap pakai dan kompeten.
3) Mendapatkan ide baru, inovatif, dan kreatif dari mahasiswa peserta
program PKL

3
1.4.4 Manfaat bagi petani
1) Mendapatkan pengarahan dari mahasiswa dengan bimbingan dari tim
perusahaan
2) Kegiatan petani jadi lebih terjadwal dengan adanya kalender khusus
untuk petani.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bawang Merah


Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman semusim
yang berbentuk rumput,berbatang pendek dan berakar serabut (Sunarjono, 2003).
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak
lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk
ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu
penyedap makanan serta obat tradisonal. Komoditas ini juga merupakan sumber
pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi
terhadap perkembangan ekonomi wilayah (Balitbang Pertanian,2005). Bawang
merah merupakan komoditas yang diusahakan petani dari dataran rendah sampai

dataran tinggi. Bawang merah menghendaki suhu udara berkisar antara 25oC

sampai 30oC, tempat terbuka tidak berkabut, intensitas sinar matahari penuh,
tanah gembur, subur cukup mengandung organik akan menghasilkan
pertumbuhan dan produksi terbaik (Istina,2016).

Gambar 1.1 Tanaman bawang merah


Tingkat permintaan dan kebutuhan konsumsi bawang merah yang tinggi
menjadikan komoditas ini menguntungkan jika diusahakan. Konsumsi bawang
merah di Indonesia per tahun mencapai 4,56 kilogram atau 0,38 kilogram per
kapita per bulan. Tingginya permintaan bawang merah yang terus meningkat tidak
hanya terjadi di pasar dalam negeri, tetapi berpeluang juga untuk ekspor (Ditjen
Holtikultura, 2004).
Semakin meningkatnya permintaan dan konsumsi bawang merah maka
Pemerintah Kabupaten berdasarkan data dari Ditjen Hortikultura, Kementerian

5
Pertanian, permintaan bawang merah secara nasional cenderung meningkat dari
tahun ke tahun, begitu pula produksi bawang merah. Data dari Dinas Pertanian
dan Perkebunan NTB, produksi bawang petani di daerah ini pada bulan Oktober
sebanyak 21.000 ton. Produksi bawang tertinggi pada bulan juli lalu mencapai
44.000 ton. Sedangkan Agustus sebanyak 22.000 ton. Pada tahun 2017, produksi
bawang di NTB sebanyak 165.000 ton. Tahun 2018 produksinya jauh meningkat
menjadi 260.000 ton. Harga bawang petani saat musim panen raya turun drastis
mencapai Rp5.000 – 7.000 per kg. Sedangkan harga jual untuk konsumen menjadi
Rp32.000 per kg.
Penanganan kegiatan agribisnis mulai dari perencanaan usaha,
penyediaan sarana dan prasarana, budidaya tanaman, sampai dengan penanganan
hasil dan pemasarannya dilakukan secara terintegrasi dan saling menunjang. Oleh
karena itu, diperlukan suatu manajemen yang dapat merangkum faktor-faktor
alam, modal, tenaga kerja, dan teknologi dengan faktor sarana dan prasarana serta
pemasarannya. Kemampuan manajemen ini penting karenausahatani bukanlah
semata mata hanya sebagai cara hidup. Lebih dari itu, ia merupakan suatu
perusahaan. Jatuh bangunnya suatu perusahaan salah satunya dipengaruhi oleh
kemampuan manajemennya (Rahardi, F., dkk, 2000).

2.2 Klasifikasi Bawang Merah

Menurut Tjitrosoepomo (2010), bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai


berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium ascalonicum L.

6
2.3 Morfologi Bawang Merah
a) Akar

Gambar 2.1. Akar Bawang Merah


Akar tanaman bawang merah terdiri atas akar pokok (primary root) yang
berfungsi sebagai tempat tumbuh akar adventif (adventitious root) dan bulu
akar yang berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air
dan zat-zat hara dari dalam tanah. Akar dapat tumbuh hingga kedalaman 30
cm, berwarna putih (Pitojo,2003).
b) Batang

Gambar 2.2. Batang Bawang Merah

7
Batang tanaman bawang merah merupakan bagian kecil dari keseluruhan
kuncup-kuncup. Bagian bawah merupakan tempat tumbuh akar dan bagian
atas batang sejati merupakan umbi semu, berupa umbi lapis (bulbus) yang
berasal dari modifikasi pangkal daun bawang merah. berfungsi sebagai
tempat cadangan makanan (Wibowo,2005).
c) Daun

Gambar 2.3. Daun Bawang Merah


Daun bawang merah bertangkai relatif pendek, berwarna hijau muda
hingga hijau tua, berbentuk silinder seperti pipa memanjang dan berongga,
serta ujung meruncing, berukuran panjang lebih dari 45 cm. Daun pada
bawang merah ini berfungsi sebagai tempat fotosintesis dan respirasi. Daun
relatif lunak, jika diremas akan berbau spesifik seperti bau bawang merah
(Sunarjono,2003).

8
d) Bunga

Gambar 2.4. Bunga Bawang Merah


Bunga bawang merah terdiri atas tangkai bunga dan tandan bunga.
Tangkai bunga berbebentuk ramping, bulat, dan memiliki panjang lebih dari
50 cm. Pangkal tangkai bunga di bagian bawah agak menggelembung dan
tangkai bagian atas berbentuk lebih kecil. Pada bagian ujung tangkai terdapat
bagian yang berbentuk kepala dan berujung agak runcing, yaitu tandan bunga
yang masih terbungkus seludang (Sumadi,2003). Seludang tetap melekat erat
pada pangkal tandan dan mengering seperti kertas, tidak luruh hingga bunga-
bunga mekar. Jumlah bunga dapat lebih dari 100 kuntum. Bunga yang telah
mekar penuh berbentuk seperti payung (Pitojo,2003).
e) Bakal biji
Bakal biji bawang merah tampak seperti kubah, terdiri atas tiga ruangan
yang masing-masing memiliki bakal biji. Bunga yang berhasil mengadakan
persarian akan tumbuh membentuk buah, sedangkan bunga-bunga yang lain
akan mengering dan mati (Pitojo,2003).

9
f) Buah

Gambar 2.5. Buah Bawang Merah


Buah bawang merah berbentuk bulat, didalamnya terdapat biji yang
berbentuk agak pipih dan berukuran kecil. Pada waktu masih muda, biji
berwarna putih bening dan setelah tua berwarna hitam (Pitojo,2003).

2.4 Kandungan Bawang Merah


Tabel 2.1. Kandungan nutrisi bawang merah tiap 100 gram sebagai berikut:
No Bahan Berat AKG Manusia (2000 kkal)
1 Kalori 39 kkal 2000 kkal
2 Protein 1,5 gram 50 gram
3 Lemak 0,3 gram 70 gram
4 Karbohidrat 9,2 gram 310 gram
5 Serat 0,7 gram 30 grm
6 Vitamin A 50 IU 5000 IU
7 Vitamin B 0,03 miligram 1,2 miligram
8 Riboflavin 0,04 miligram 1,3 miligram
9 Niasin 0,02 miligram 35 miligram
10 Asam ascorbic 9,0 miligram 50 miligram
11 Vitamin C 2,0 mligram 1000 miligram
12 Kalsium 36,0 miligram 1000 miligram
13 Fosfor 40,0 miligram 700 miligram

10
14 Besi 0,8 miligram 10 miligram
15 Air 88,0 miligram 9100 miligram
Sumber: wibowo (2008)

11
BAB III
GAMBARAN UMUM TEMPAT PKL

3.1 Sejarah dan Kolaborasi AgriProFocus Saat Ini


Berasal dari Belanda, AgriProFocus (APF) kini aktif di 12 negara di benua
Afrika dan wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Jaringan APF di
Indonesia telah aktif sejak 2009 dan saat ini ditampung oleh HIVOS di Jakarta.
berusaha menjangkau area kota dan juga pedesaan untuk menawarkan
pengalaman yang unik di berbagai kebudayaan, lintas disiplin melalui kolaborasi.
AgriProFocus menyatukan petani, agribisnis, masyarakat sipil, lembaga
pengetahuan dan pemerintah. Bersatu dalam keragaman, anggota kami
menunjukkan bahwa agribisnis dan pembangunan tidak saling eksklusif.
Bersama-sama, APF menemukan cara baru dan berkelanjutan untuk menciptakan
dampak dengan bisnis. Saling menukar perspektif dan mengharapkan yang tak
terduga. Memupuk kolaborasi melalui hubungan, pembelajaran, dan
kepemimpinan.
Saat ini APF mengadakan project bawang merah di Desa Serading,
Kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa. Dalam menjalankan project ini, tim
APF berkolaborasi dengan Fakultas Teknologi Pertanian dari Universitas
Teknologi Sumbawa (FATTETA UTS), PT. Bayer Indonesia, dan kelompok tani
yang ada di Desa Serading. Selain sebagai salah satu daerah penghasil bawang
merah di Sumbawa, Desa Serading juga memiliki kelompok tani bawang merah
yang cukup aktif dalam budidaya bawang merah serta letaknya yang cukup dekat
dengan kampus UTS, sehingga mudah diakses oleh para mahasiswa/i FATETA
UTS yang terlibat dalam project ini.
Adapun mahasiswa yang terlibat terdiri dari 15 mahasiswa/i dan 15 petani
termasuk ketua kelompok tani. Masing-masing mahasiswa/i memiliki tangggung
jawab terhadap satu petani. Jadi, setiap petani melakukan sesuatu terhadap
tanaman bawang mereka, maka mahasiswa/i tersebutlah yang membantu
mengarahkan dan memantau kegiatan petani.

12
3.2 Visi dan misi AgriProFocus Indonesia
a. Visi
Membuat Agribisnis Berfungsi untuk Pembangunan.
b. Misi
1) Linking (Membangun kemitraan yang sukses)
AgriProFocus membantu dalam menemukan orang yang tepat untuk
menyelesaikan masalah dan berbisnis dengan. Apakah Anda mencari
pembuat perubahan di sektor pertanian pangan atau mitra untuk
menyelesaikan tantangan spesifik. Jaringan kami menghubungkan
(tidak) tersangka biasa, memfasilitasi cara-cara inovatif untuk bekerja
sama dan merangsang kolaborasi jangka panjang.

2) Learning (Perluas keahlian Anda)


AgriProFocus memfasilitasi lingkungan belajar yang menyenangkan
yang bertujuan untuk berinovasi dalam bisnis Anda. Anggota kami
berbagi praktik, pengalaman, dan kegagalan terbaik untuk belajar dari
dan dengan satu sama lain. Refleksi dan pengertian di seputar isu-isu
spesifik adalah kunci dalam proses pembelajaran kami.

3) Leadership (Temukan leverage Anda)


AgriProFocus adalah ruang bagi Anda untuk menetapkan dan
memengaruhi agenda bekerja sama dengan pemangku kepentingan
terkait lainnya. Jaringan kami bertujuan untuk mengubah cara kerja
dan aturan main di sektor pertanian pangan. Dengan secara kolektif
meningkatkan lingkungan bisnis bagi para agripreneur, kami
memastikan dampak dibuat dalam skala besar.

13
3.3 Struktur Organisasi AgriProFocus Indonesia

Country Coordinator

(Tasnim Abdul Jalil)

Network Facilitator Marketing And


Indonesia Communication Facilitator

(Minto Taebenu) (Nadine Hassan)

Gambar 3.1. Struktur Organisasi AgriProFocus Indonesia Commented [MA3]: Dibawah atau diatas?

Jaringan AgriProFocus Indonesia memiliki struktur organisasi yang


sederhana seperti pada gambar 3.1. di mana hanya terdapat tiga orang yang
berperan penting, terutama pada kegiatan atau project bawang merah Desa
Serading, Sumbawa. Yang pertama adalah Ibu Tasnim Abdul Jalil sebagai
Country Coordinator yang bertugas untuk menyingkronkan dan
mengkoordinasikan perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan yang
ada dalam projet.
Selanjutnya ada Bapak Minto Taebenu sebagai Network Facilitator Indonesia
yang bertugas untuk memfasilitasi segala kegiatan yang berkaitan dengan
kerjasama atau membangun jaringan dengan pihak lain yang sesuai dengan
project. Terakhir, ada Ibu Nadine Hassan sebagai Marketing And Communication
Facilitator yang bertugas sebagai fasilitator dalam mengkomunikasikan bertukar
ide atau gagasan antara petani dan instansi atau organisasi terkait.

3.4 Profil Kelompok Tani Desa Serading


Salah satu daerah yang memiliki potensi dalam budidaya bawang merah
adalah Desa Serading, Kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa. Di desa ini
terdapat beberapa kelompok tani yang sudah dibentuk, salah satunya kelompok
tani “Batu Nampar” yang diketuai oleh Bapak M. Kaharuddin dan beranggotakan
puluhan orang. Rata-rata dari mereka mulai tertarik untuk menanam bawang

14
merah sejak 2 atau 3 tahun yang lalu. Para petani merasa tergiur dan tertantang
dengan hasil penjualan bawang merah dari daerah lain seperti di Bima dan daerah
lainnya.
Saat ini, selain membentuk kelompok tani, ada juga petani desa serading yang
sudah membuat atau membangun gudang penyimpanan khusus bawang merah
agar memudahkan petani-petani dalam menyimpan dan menjual hasil panennya.
Akan tetapi, meskipun kelompok taninya berada di desa serading, kebanyakan
dari anggota kelompok tani ini berasal dari Bima. Mereka menyewa lahan milik
warga desa serading untuk menguji peruntungan dengan menanam bawang merah
di lahan sewaan tersebut.

15
BAB IV
METODE PELAKSANAAN

4.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan kurang lebih selama
2 bulan yaitu pada tanggal 1 Agustus hingga 25 September 2019 di Desa Serading
Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa.

4.2 Materi Kegiatan PKL


Tabel 1.2 Uraian Kegiatan PKL
NO Hari Tanggal Uraian Kegiatan

1 Kamis 1 Agustus - Perkenalan dengan petani


2019 - Survei Lokasi penanaman bawang
merah
- Pengambilan data pengaplikasian obat
2 Jumat 2 Agustus - Membagi luas lahan yang dijadikan
2019 tempat untuk penelitian
- Wawancara dengan petani tentang
kondisi bawang
- Pengambilan data
3 Sabtu 3 Agustus - Dokumentasi bawang merah
2019 - Wawancara dengan petani proses dari
awal persiapan lahan sampai
pemanenan
4 Minggu 4 Agustus - Penyemprotan insektisida
2019 - - Dokumentasi kegiatan petani
5 Senin 5 Agsutus - Penyemprotan insektisida
2019 - Wawancara dengan petani bawang
6 Selasa 6 Agustus - Penyemprotan fungisida dan
2019 insektisida
- Siram sempuru
7 Rabu 7 Agustus - Pemupukan
2019 - Penyemprotan fungisida dan
insektisida
- Siram sempuru
8 Kamis 8 Agustus - Istirahat
2019 - Dokumentasi bawang merah
9 Jumat 9 Agustus - Penyemprotan fungisida dan
2019 insektisida
- Siram sempuru

16
10 Sabtu 10 Agustus - Istirahat
2019 - Dokumentasi bawang merah
11 Minggu 11 Agustus - Penyemprotan insektisida
2019
12 Senin 12 Agustus - Pemupukan
2019 - Siram lepas
- Penyemprotan fungisida dan
insektisida
13 Selasa 13 Agustus - Penyemprotan insektisida
2019
14 Rabu 14 Agustus - Istirahat
2019 - Wawancara dengan petani terkait
bawang merah
15 Kamis 15 Agustus - Penyemprotan insektisida
2019
16 Jumat 16 Agustus - Istirahat
2019 - Wawancara dengan petani terkait
ketersediaan obat dari PT. bayer
17 Sabtu 17 Agustus - Penyemprotan insektisida
2019
18 Minggu 18 Agustus - Penyemprotan fungisida dan
2019 insektisida
19 Senin 19 Agustus - Istirahat
2019 - Wawancara dengan petani terkait
permasalahan bawang merah
20 Selasa 20 Agustus - Siram sempuru
2019 - Dokumentasi cara penyiraman siram
sempuru
21 Rabu 21 Agustus - Penyemprotan fungisida, insektisida
2019 dan herbisida
22 Kamis 22 Agustus - Penyemprotan insektisida
2019
23 Jumat 23 Agustus - Istirahat
2019 - Dokumentasi bawang merah
24 Sabtu 24 Agustus - Istirahat
2019
25 Minggu 25 Agustus - Pemupukan
2019 - Siram lepas
- Penyemprotan fungisida dan
insektisida
26 Senin 26 Agustus - Penyemprotan fungisida dan
2019 insektisida
27 Selasa 27 Agustus - Istirahat
2019 - Menanyakan tentang ketersediaan obat
dari PT. Bayer

17
28 Rabu 28 Agustus - Istirahat
2019
29 Kamis 29 Agustus - Penyemprotan fungisida dan
2019 insektisida
30 Jumat 30 Agustus - Istirahat
2019
31 Sabtu 31 Agustus Istirahat
2019
32 Minggu 1 September - Penyemprotan fungisida dan
2019 insektisida
33 Senin 2 September - Istirahat
2019
34 Selasa 3 September - Istirahat
2019
35 Rabu 4 September - Pemupukan
2019 - Dokumentasi pemupukan
- Siram lepas
36 Kamis 5 September Istirahat
2019
37 Jumat 6 September - Penyemprotan insektisida
2019 - Pemupukan
38 Sabtu 7 September - Istirahat
2019 - Pertemuan dengan tim agripropocus
39 Minggu 8 September - Penyemprotan insektisida
2019
40 Senin 9 September - Istirahat
2019 - Wawancara terkait kegiatan selama
budidaya
41 Selasa 10 September - Panen
2019 - Dokumentasi panen bawang merah
42 Rabu 11 September - Pengeringan bawang merah
2019 - Dokumentasi bawang merah yang di
keringkan

43 Kamis 12 September - Wawancara terkait bawang merah


2019
44 Jumat 19 September - Pengambilan sampel di petani
2019 - Dokumentasi sampel
45 Senin 22 September - Wawancara ke petani terkait
2019 keuntungan bawang merah yang sudah
pasarkan

18
4.3 Metode Pelaksanaan Kegiatan

Metode pelaksanaan kegiatan yang dilakukan:


1) Observasi atau pengamatan
Teknik ini dilakukan dengan cara pengamatan dan peninjauan secara
langsung terhadap obyek kegiatan dalam manajemen produksi di
lapangan, serta survei ke lokasi.
2) Wawancara
Teknik ini dilakukan dengan Tanya jawab secara langsung dengan
pembimbing lapang dan para petani yang ada di lokasi.
3) Dokumentasi
Teknik ini dilakukan dengan cara pencarian dan pengumpulan dokumen-
dokumen, laporan-laporan, buku-buku yang berhubungan dengan obyek
pembahasan. Data yang di kumpulkan antara lain meliputi sejarah
perusahaan, prosedur penanaman bawang merah.

19
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Biaya Produksi


Biaya Produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan pengusaha atau
produsen untuk membeli faktor-faktor produksi dengan tujuan menghasilkan
output atau produk. Faktor-faktor produksi itu sendiri adalah barang ekonomis
(barang yang harus dibeli karena mempunyai harga) dan termasuk barang langka
(scarce), sehingga untuk mendapatkannya membutuhkan pengorbanan berupa
pembelian dengan uang (Herlina, 2014). Biaya produksi yang dilakukan pada
usahatani bawang merah selama satu kali musim tanam. Commented [MA4]: Berapa bulan dalam sekali panen?

Tabel 1.3 Rincian Biaya Pengeluaran Usahatani Bawang Merah di Desa Serading
Per 30 are
No Jenis Barang Jumlah Harga Satuan Harga Total
1. Variabel Tetap
1. Bibit 100 kg Rp. 13.000/kg Rp. 1.300.000
2. Lahan 30 are Rp. 375.000 Rp. 375.000
3. Bedengan 1 Rp. 200.000 Rp. 200.000
4. Perataan Tanah 1 Rp. 100.000 Rp. 100.000
5. Alat 1 Rp.950.000 Rp. 950.000
6. upah 1 Rp. 1.125.000 Rp. 1.125.000 Commented [MA5]: Berapa orang?
2. Variabel tidak Tetap
1. Obat insektisida
- Lannate 3600 g Rp. 30.000/100g Rp.1.080.000
- Tennano 2800 ml Rp. 120.000/100ml Rp.3.360.000
- Lamberto 5600 ml Rp.130.000/250ml Rp.1.235.000
- Rennate 2400 g Rp.25.000/100g Rp.600.000
- Diazinon 8000 g Rp. 40.000/kg Rp.320.000
- Celcron 500 EC 1000 ml Rp. 120.000/L Rp.120.000
2. Obat Herbisida
- Furadan 2000 g Rp. 25.000/kg Rp.100.000
3. Pupuk
- NPK phonsca 120 kg Rp.14.000/kg Rp.168.000
- Urea 100 kg Rp. 1.3000/kg Rp.130.000
- Gandasil B 1500 g Rp. 20.000/250ml Rp.160.000
- Batfolan 250 ml Rp.25.000/250ml Rp.25.000
Total Rp. 10.276.000
Sumber:Data Pribadi (2019)

20
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa total biaya yang dikeluarkan
oleh produsen bawang merah dalam satu musim tanam untuk 30 are tanah adalah Commented [MA6]: 30 are berapa meter?

Rp.13.608.000. Adapun rincian biaya yang dikeluarkan oleh produsen untuk bibit
sebanyak Rp.1.300.000, pembajakan lahan sebanyak Rp.950.000, bedengan
sebanyak Rp.400.000, perataan tahan sebanyak Rp.100.000. sedangkan biaya
untuk obat insektisida sebanyak Rp.6.715.000, obat herbisida sebanyak
Rp.100.000 dan biaya pupuk sebayak Rp.483.000.

5.2 Hasil Produksi


Produksi bawang merah dipengaruhi bibit bawang merah yang baik.
Bapak Ahmad selaku pengawas budidaya bawang merah di Desa Serading
menyatakan bahwa produksi bawang merah seluas 30 are sebanyak 1.960 kg.
Budidaya bawang merah tersebut bisa menguntungkan atau merugikan karena
Pemerintah Kabupaten Sumbawa membeli bawang tersebut seharga Rp 9.000/kg.

5.3 Pedapatan Bersih dan Efesiensi Usahatani Bawang Merah di Desa


Serading
Pendapatan bersih adalah pendapatan yang diterima oleh petani setelah
dikurangi dengan biaya. Efisiensi usaha (RCR) adalah perbandingan antara total
penerimaan dengan total biaya-biaya produksi (Herlina, 2014). Secara rinci
pendapatan bersih dan efisiensi usahatani bawang merah dapat dilihat pada Tabel
5.2 berikut:
Tabel 1.4. Pendapatan Bersih dan efesiensi Usahatani Bawang Merah di Desa
Serading.
Keterangan Jumlah (Rp/Musim Tanam)
Penerimaan Rp.17.640.000
Biaya Produksi Rp.10.276.000
keuntungan Rp.7.364.000
RCR 1,71
Sumber: Data Primer (2019).
Berdasarkan tabel 5.2. dapat diketahui bahwa total pendapatan kotor
usahatani bawang merah adalah Rp.17.640.000, sedangkan biaya produksinya
sebesar Rp.10.276.000, maka diperoleh pendapatan bersih usahatani bawang

21
merah sebesar Rp.7.364.000 per 30 are nya dengan RCR sebesar 1,71 hal ini
berarti setiap Rp.1 biaya yang dikeluarkan akan memperoleh pendapatan sebesar
Rp.1,71, dengan demikian diketahui bahwa usahatani bawang merah di Desa
Serading efisien secara ekonomi dan layak untuk diteruskan dan dikembangkan.

22
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat di tarik kesimpulan
bahwa usahatani bawang merah di Desa Serading layak diteruskan dan
dikembangkan karena usahatani bawang merah ini efisiensi secara ekonomis. Commented [MA7]: Indicator efisiensi bagaimana?

Adapun pendapatan bersih atau keuntungan yang di peroleh usahatani ini


khususnya untuk pak Ahmad yaitu sebesar Rp.7.364.000.

6.2 Saran
Dalam melakukan pengarahan terhadap para petani, disarankan untuk lebih
intens dan lebih santai agar kita bisa mendapatkan hasil atau data yang akurat dari
si petani. Disarankan juga dalam penggunaan obat fungisida sebaiknya
menggunakan obat dari produk bayer karena dilihat dari manfaatnya obat dari
produk bayer rentan lebih cepat dalam pertumbuhan bawang.

23
DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2006. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis


Bawang Merah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Kementerian Pertanian. Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek dan Arah


Pengembangan Agribisnis. Departemen Pertanian Indonesia. Jakarta.

Herlina Mona. 2014. Analisis Pendapatan Usahatani Bawang Merah (Alilium


Ascalonicum) di Desa Sei.Geringging Kecamatan Kampar Kiri
Kabupaten Kampar. Fakultas Pertanian Universitas Riau.

Http://agriprofocus.com/indonesia (diakses pada tanggal 19 Oktober 2019)

Istina, I, N. 2016. Peningkatan produksi bawang merah melalui teknik pemupukan


NPK. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau. Jurnal
Agroekoteknologi. Vol 3 (1).

Pitojo, S. 2003. Benih Bawang Merah. Kanisius. Yogyakarta. 82 hal.

Sartono. 2009. Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang Bombay. Intimedia


Ciptanusantara. Jakarta Timur. 57 hal.

Sumadi.2003. Intensifikasi Budidaya Bawang Merah. Kanisius. Yogyakarta.80


hal.

Sunarjono, H. 2003. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. 132


hal.

Tjitrosoepomo, G. 2010. Taksonomi Tumbuhan. Gajah Mada University.


Yogyakarta.

Wibowo, S. 2005. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay.


Penebar Swadaya. Jakarta. 194 hal.

Wibowo, Singgih. 2008. Budidaya Bawang : Bawang Merah, Bawang Putih,


Bawang Bombay. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

24
Lampiran

Lampiran 1 : Obat yang digunakan petani untuk pemeliharaan bawang merah

25
26
Lampiran 2 : Kegiatan petani bawang merah

Penyiraman tanaman bawang merah

Kegiatan Pemupukan bawang merah Kegiatan Cabut rumput

27
Lampiran 3 : Alat yang digunakan petani bawang

Alat penyemprotan obat-obatan Pipa untuk mengaliri air kelahan bawang

28
Lampiran 4

RINCIAN BIAYA USAHATANI BAWANG MERAH DI DESA SERADING KEC. MOYO HILIR KAB.SUMBAWA
Rp/MUSIMTANAM/30 are
Aplikasi pupuk per kg dan jenis pupuk Perlindungan tanaman dalam liter atau test panen
persiapan kg (kg)
Tanggal (2019)
lahan
Kotoran N-P-K N (NO3- or NH4+) P2O5 K20 herbisida fungisida insektisida Biaya (RP) m2
type or % bayfolan: 11-8-6 gandasil 46
B: 6-20-30
25 Juni semprot 1L
rumput Basmilang 175.000
+ 1.5 L
Lindomin +
1 L nufaris

3 Juli pembajakan
1.810.000
4 Juli bedengan
400.000
5 Juli perataan
tanah 200.000
6 Juli siram lepas

7 Juli semprot biji 2 btl zeram


rumput & + 2 btl 130.000
penanaman golma

5 /12 Juli siram lepas


hr

29
15 /22 Juli semprot 200 gr
hr hama lannate + 310.000
100 ml
tenano +
200 ml
lamberto

16 /23 Juli istirahat


hr
17 /24 Juli semprot 200 gr
hr hama lannate + 310.000
100 ml
tenano +
200 ml
lamberto

18 /25 Juli semprot 100 gr 200 gr


hr hama trivia+400 lannate + 310.000
gr 100 ml
tenano +
antracol
200 ml
lamberto

19 /26 Juli pupuk & 20 kg phonska 20 kg urea 2 kg


hr siram diazinon 350.000
sempuru
20 /27 Juli semprot 200 gr
hr lannate + 310.000
100 ml
tenano +
200 ml
lamberto
21 /28 Juli semprot 200 gr
hr lannate + 310.000
100 ml
tenano +
200 ml
lamberto

30
22 /29 Juli semprot 200 gr
hr lannate + 310.000
100 ml
tenano +
200 ml
lamberto

23 /30 Juli semprot 400 gr 200 gr


hr antracol + lannate + 310.000
120 ml 100 ml
folicur tenano +
200 ml
lamberto

24 /31 Juli semprot 200 gr


hr lannate + 310.000
100 ml
tenano +
200 ml
lamberto

25 /1 Agustus semprot 200 gr


hr lannate + 310.000
100 ml
tenano +
200 ml
lamberto

26 /2 Agustus semprot & 10 kg phonska 20 kg urea 400 gr 200 gr


hr pupuk antracol + lannate + 390.000
100 gr 100 ml
trivia tenano +
200 ml
lamberto + 2
kg diazinon

27 /3 Agustus istirahat
hr

31
28 /4 Agustus semprot 200 gr
hr lannate + 310.000
100 ml
tenano +
200 ml
lamberto
29 /5 Agustus semprot 200 gr
hr lannate + 310.000
100 ml
tenano +
200 ml
lamberto
30 /6 Agustus siram 400 gr 200 gr
hr sempuru, & antracol + lannate + 310.000
semprot 120 ml 100 ml
folicur tenano +
200 ml
lamberto
31 /7 Agustus siram 20 kg phonska + 250 ml 30 kg urea 2 kg 400 gr 200 gr
hr sempuru & batfolan furadan antracol + lannate + 515.000
semprot 60 ml 100 ml
folicur tenano +
200 ml
lamberto +
2kg
diazinon
32 /8 Agustus istirahat
hr
33 /9 Agustus siram 400 gr 200 gr
hr sempuru, antracol + lannate + 280.000
semprot 60 ml 100 ml
folicur tenano +
200 ml
lamberto +
2kg
diazinon
34 /10 istirahat
hr Agustus

32
35 /11 semprot 200 gr
hr Agustus lannate + 280.000
100 ml
tenano +
200 ml
lamberto
36 /12 pupuk, siram 20 kg phonska 20 kg urea 400 gr 200 gr
hr Agustus lepas & antracol + lannate + 530.000
semprot 60 ml 100 ml
folicur tenano +
200 ml
lamberto+
2kg
diazinon
37 /13 semprot 200 gr
hr Agustus lannate + 280.000
100 ml
tenano +
200 ml
lamberto
38 /14 istirahat
hr Agustus
39 /15 semprot 200 gr
hr Agustus rennate+ 1 62.000
liter celcron
500 EC
40 /16 ISTIRAHAT
hr Agustus
41 /17 semprot 100 ml
hr Agustus lamberto + 280.000
50 ml
tenano +
200 gr
rennate
42 /18 semprot 400 gr 200 gr
hr Agustus antracol + rennate + 1 115.000
25 gr liter kresban
native
43 /19 istirahat
hr Agustus
44 /20 siram
hr Agustus sempuru

33
40.000
45 /21 semprot 1 btl 400 gr 100 ml
hr Agustus suprint antracol + lamberto +
25 gr 50 ml
native tenano +
200 gr
rennate
46 /22 semprot 100 ml
hr Agustus lamberto + 280.000
50 ml
tenano +
200 gr
rennate
47 /23 istirahat
hr Agustus
48 /24 istirahat
hr Agustus
49 /25 siram lepas, 50 kg phonska + 1500 gr 10 kg urea 400 gr 100 ml
hr Agustus semprot & gandasil B antracol + lamberto + 510.000
pupuk 37.5 gr 50 ml
native tenano +
200 gr
rennate+2
kg diazinon
50 /26 semprot 400 gr 100 ml
hr Agustus antrcol lamberto + 275.000
50 ml
tenano +
100 gr
rennate
51 /27 istirahat
hr Agustus
52 /28 istirahat
hr Agustus
53 /29 semprot 400 gr 100 ml
hr Agustus antracol + lamberto + 300.000
25 gr 50 ml
native tenano +
200 gr
rennate

34
35

Anda mungkin juga menyukai