Revisi Laporan PKL (Yuni)
Revisi Laporan PKL (Yuni)
OLEH:
SRI WAHYUNI
NIM 16.01.042.019
M. Kaharuddin Ahmad
Country Coordinator
Agripropocus Indonesia
ii
HALAMAN PENGESAHAN II
Mengetahui
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha esa karna berkat dan
rahmatnya penulis dapat menyelsaikan laporan pkl ini yang berjudul Proses
Penanaman Bawang Merah di Desa Serading Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten
Sumbawa. Adapun tujuan dari penulisan laporan pkl ini yaitu salah satu syarat
dalam mencapai gelar sarjana di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Teknologi Sumbawa. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan bimbingan dari
berbagai pihak sangat sulit untuk menyelsaikan laporan pkl ini. Oleh karna itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1) Orang tua dan teman-teman yang sudah membantu dalam proses
pembuatan laporan.
2) Bapak Nurkholis,S.T.,M.Eng. selaku Ketua Program Studi Teknologi
Industri Pertanian dan selaku Dosen Pembimbing
3) Bapak drh. Samuyus Nealma, M.Vet selaku Dekan Fakultas Teknologi
Pertanian.
4) Bapak Syafwan Amrullah, M.Eng selaku Koordinator PKL
5) Bapak Kaharrudin selaku Pembimbing Lapang
6) Tim Agriprofocus Indonesia
Demikian susunan laporan PKL ini sudah dibuat dengan sebaik-baiknya dan
semoga bisa bermanfaat bagi kita semua khususnya penulis.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN I ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN II ................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 3
1.3 Tujuan PKL .................................................................................... 3
1.4 Manfaat PKL .................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 5
2.1 Bawang Merah ................................................................................ 5
2.2 Klasifikasi Bawang merah .............................................................. 6
2.3 Morfologi Bawang Merah .............................................................. 7
2.4 Kandungan Bawang Merah .......................................................... 10
BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PKL ......................................... 12
3.1 Profil Umum Perusahaan .............................................................. 12
3.2 Visi dan Misi ................................................................................ 13
3.3 Stuktur Organisasi ........................................................................ 13
3.4 Profil Petani .................................................................................. 14
BAB IV METODE PELAKSANAAN ........................................................ 16
4.1 Waktu dan Tempat........................................................................ 16
4.2 Materi Kegiatan PKL.................................................................... 16
4.3 Metode Pelaksaan Kegiatan.......................................................... 19
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAAAN ................................................. 20
5.1 Analisis Usahatani Bawang Merah............................................... 20
5.2 Hasil Produksi............................................................................... 21
5.3 Pendapatan Bersih dan Efisiensi Bawang Merah ......................... 21
v
BAB VI PENUTUP ..................................................................................... 23
6.1 Kesimpulan ................................................................................... 23
6.2 Saran ............................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 24
LAMPIRAN ................................................................................................. 25
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Kandungan Nutrisi Bawang Merah ...................................................... 10
1.2 Uraian Kegiatan .................................................................................... 17
1.3 Rincian Biaya Pengeluaran Usahatani Bawang Merah......................... 20
1.4 Pendapatan Bersih dan Efisiensi Usahatani Bawang Merah................. 21
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Obat yang Digunakan Dalam Pemeliharaan Bawang.........................25
Lampiran 2 Kegiatan Petani Bawang Merah.........................................................27
Lampiran 3 Alat yang Digunakan..........................................................................28
Lampiran 4 Rincian Biaya Usahatani Bawang merah...........................................29
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sebagian besar
masyarakat bermata pencaharian dengan bertani. Sektor pemerintahan dianggap
menjadi salah satu sektor nyata karna mampu memberikan kesejahteraan bagi
bangsa indonesia melalui kondisi alam yang mendukung,sehingga bisa menanam
tanaman sepanjang tahun seperti tanaman Holtikultura. Secara geografis
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi alam yang besar, tidak
hanya dalam bidang kelautan tapi juga dalam bidang pertanian. Potensi pertanian
Indonesia yang tinggi salah satunya disebabkan wilayah Indonesia yang memiliki
wilayah daratan sepertiga dari luas keseluruhan dan dilewati barisan pengunungan
dunia. Itulah mengapa selain disebut sebagai negara maritim, Indonesia juga
disebut sebagai negara agraris.
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang
sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini
termasuk ke dalam kelompok rempah yang berfungsi sebagai bumbu penyedap
makanan serta obat tradisonal. Komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan
dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap
perkembangan ekonomi wilayah (Balitbang Pertanian,2005).
Bawang merah merupakan komoditas yang diusahakan petani dari dataran
rendah sampai dataran tinggi. Bawang merah menghendaki suhu udara berkisar
antara 25oC sampai 30oC, tempat terbuka tidak berkabut, intensitas sinar matahari
penuh, tanah gembur, subur cukup mengandung organik akan menghasilkan
pertumbuhan dan produksi terbaik (Istina,2016).
Tingkat permintaan dan kebutuhan konsumsi bawang merah yang tinggi
menjadikan komoditas ini menguntungkan jika diusahakan. Konsumsi bawang
merah di Indonesia per kapita per tahun mencapai 4,56 kilogram atau 0,38
kilogram per kapita per bulan. Tingginya permintaan bawang merah yang terus
meningkat tidak hanya terjadi di pasar dalam negeri, tetapi berpeluang juga untuk
ekspor (Ditjen Holtikultura, 2004).
1
Semakin meningkatnya permintaan dan konsumsi bawang merah maka
Pemerintah Kabupaten berdasarkan data dari Ditjen Hortikultura, Kementerian
Pertanian, permintaan bawang merah secara nasional cenderung meningkat dari
tahun ke tahun, begitu pula produksi bawang merah. Data dari Dinas Pertanian
dan Perkebunan NTB, produksi bawang petani di daerah ini pada bulan Oktober
sebanyak 21.000 ton. Produksi bawang tertinggi pada bulan juli lalu mencapai
44.000 ton. Sedangkan Agustus sebanyak 22.000 ton. Pada tahun 2017, produksi
bawang di NTB sebanyak 165.000 ton. Tahun 2018 produksinya jauh meningkat
menjadi 260.000 ton. Harga bawang petani saat musim panen raya turun drastis
mencapai Rp5.000 – 7.000 per kg. Sedangkan harga jual untuk konsumen menjadi
Rp32.000 per kg. (Ditjen Holtikultura, 2004).
Penanganan kegiatan agribisnis mulai dari perencanaan usaha,
penyediaan sarana dan prasarana, budidaya tanaman, sampai dengan penanganan
hasil dan pemasarannya dilakukan secara terintegrasi dan saling menunjang. Oleh
karena itu, diperlukan suatu manajemen yang dapat merangkum faktor-faktor
alam, modal, tenaga kerja, dan teknologi dengan faktor sarana dan prasarana serta
pemasarannya. Kemampuan manajemen ini penting karenausahatani bukanlah
semata mata hanya sebagai cara hidup. Lebih dari itu, ia merupakan suatu
perusahaan. Jatuh bangunnya suatu perusahaan salah satunya dipengaruhi oleh
kemampuan manajemennya (Rahardi, F., dkk, 2000).
Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki banyak
manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta mempunyai prospek pasar yang
menarik. Selama ini budidaya bawang merah diusahakan secara musiman
(seasonal), yang pada umumnya dilakukan pada musim kemarau (April-Oktober),
sehingga mengakibatkan produksi dan harganya berfluktuasi sepanjang
tahun.Penanaman bawang merah yang dilakukan di desa Serading merupakan
salah satu usaha dari kelompok tani di desa Serading sehingga usaha tersebut
dapat memberikan suatu pendapatan bagi petani itu sendiri. Laporan PKL ini akan
mengkaji tentang bagaimana pendapatan usaha tani bawang merah yang dilakukan
di desa Serading.
2
1.2 Rumusah Masalah
Bagaimana pendapatan kelompok usaha tani di Desa Serading Kecamatan Commented [MA1]: Kelompok atau individu?
Moyo Hilir?
3
1.4.4 Manfaat bagi petani
1) Mendapatkan pengarahan dari mahasiswa dengan bimbingan dari tim
perusahaan
2) Kegiatan petani jadi lebih terjadwal dengan adanya kalender khusus
untuk petani.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dataran tinggi. Bawang merah menghendaki suhu udara berkisar antara 25oC
sampai 30oC, tempat terbuka tidak berkabut, intensitas sinar matahari penuh,
tanah gembur, subur cukup mengandung organik akan menghasilkan
pertumbuhan dan produksi terbaik (Istina,2016).
5
Pertanian, permintaan bawang merah secara nasional cenderung meningkat dari
tahun ke tahun, begitu pula produksi bawang merah. Data dari Dinas Pertanian
dan Perkebunan NTB, produksi bawang petani di daerah ini pada bulan Oktober
sebanyak 21.000 ton. Produksi bawang tertinggi pada bulan juli lalu mencapai
44.000 ton. Sedangkan Agustus sebanyak 22.000 ton. Pada tahun 2017, produksi
bawang di NTB sebanyak 165.000 ton. Tahun 2018 produksinya jauh meningkat
menjadi 260.000 ton. Harga bawang petani saat musim panen raya turun drastis
mencapai Rp5.000 – 7.000 per kg. Sedangkan harga jual untuk konsumen menjadi
Rp32.000 per kg.
Penanganan kegiatan agribisnis mulai dari perencanaan usaha,
penyediaan sarana dan prasarana, budidaya tanaman, sampai dengan penanganan
hasil dan pemasarannya dilakukan secara terintegrasi dan saling menunjang. Oleh
karena itu, diperlukan suatu manajemen yang dapat merangkum faktor-faktor
alam, modal, tenaga kerja, dan teknologi dengan faktor sarana dan prasarana serta
pemasarannya. Kemampuan manajemen ini penting karenausahatani bukanlah
semata mata hanya sebagai cara hidup. Lebih dari itu, ia merupakan suatu
perusahaan. Jatuh bangunnya suatu perusahaan salah satunya dipengaruhi oleh
kemampuan manajemennya (Rahardi, F., dkk, 2000).
6
2.3 Morfologi Bawang Merah
a) Akar
7
Batang tanaman bawang merah merupakan bagian kecil dari keseluruhan
kuncup-kuncup. Bagian bawah merupakan tempat tumbuh akar dan bagian
atas batang sejati merupakan umbi semu, berupa umbi lapis (bulbus) yang
berasal dari modifikasi pangkal daun bawang merah. berfungsi sebagai
tempat cadangan makanan (Wibowo,2005).
c) Daun
8
d) Bunga
9
f) Buah
10
14 Besi 0,8 miligram 10 miligram
15 Air 88,0 miligram 9100 miligram
Sumber: wibowo (2008)
11
BAB III
GAMBARAN UMUM TEMPAT PKL
12
3.2 Visi dan misi AgriProFocus Indonesia
a. Visi
Membuat Agribisnis Berfungsi untuk Pembangunan.
b. Misi
1) Linking (Membangun kemitraan yang sukses)
AgriProFocus membantu dalam menemukan orang yang tepat untuk
menyelesaikan masalah dan berbisnis dengan. Apakah Anda mencari
pembuat perubahan di sektor pertanian pangan atau mitra untuk
menyelesaikan tantangan spesifik. Jaringan kami menghubungkan
(tidak) tersangka biasa, memfasilitasi cara-cara inovatif untuk bekerja
sama dan merangsang kolaborasi jangka panjang.
13
3.3 Struktur Organisasi AgriProFocus Indonesia
Country Coordinator
Gambar 3.1. Struktur Organisasi AgriProFocus Indonesia Commented [MA3]: Dibawah atau diatas?
14
merah sejak 2 atau 3 tahun yang lalu. Para petani merasa tergiur dan tertantang
dengan hasil penjualan bawang merah dari daerah lain seperti di Bima dan daerah
lainnya.
Saat ini, selain membentuk kelompok tani, ada juga petani desa serading yang
sudah membuat atau membangun gudang penyimpanan khusus bawang merah
agar memudahkan petani-petani dalam menyimpan dan menjual hasil panennya.
Akan tetapi, meskipun kelompok taninya berada di desa serading, kebanyakan
dari anggota kelompok tani ini berasal dari Bima. Mereka menyewa lahan milik
warga desa serading untuk menguji peruntungan dengan menanam bawang merah
di lahan sewaan tersebut.
15
BAB IV
METODE PELAKSANAAN
16
10 Sabtu 10 Agustus - Istirahat
2019 - Dokumentasi bawang merah
11 Minggu 11 Agustus - Penyemprotan insektisida
2019
12 Senin 12 Agustus - Pemupukan
2019 - Siram lepas
- Penyemprotan fungisida dan
insektisida
13 Selasa 13 Agustus - Penyemprotan insektisida
2019
14 Rabu 14 Agustus - Istirahat
2019 - Wawancara dengan petani terkait
bawang merah
15 Kamis 15 Agustus - Penyemprotan insektisida
2019
16 Jumat 16 Agustus - Istirahat
2019 - Wawancara dengan petani terkait
ketersediaan obat dari PT. bayer
17 Sabtu 17 Agustus - Penyemprotan insektisida
2019
18 Minggu 18 Agustus - Penyemprotan fungisida dan
2019 insektisida
19 Senin 19 Agustus - Istirahat
2019 - Wawancara dengan petani terkait
permasalahan bawang merah
20 Selasa 20 Agustus - Siram sempuru
2019 - Dokumentasi cara penyiraman siram
sempuru
21 Rabu 21 Agustus - Penyemprotan fungisida, insektisida
2019 dan herbisida
22 Kamis 22 Agustus - Penyemprotan insektisida
2019
23 Jumat 23 Agustus - Istirahat
2019 - Dokumentasi bawang merah
24 Sabtu 24 Agustus - Istirahat
2019
25 Minggu 25 Agustus - Pemupukan
2019 - Siram lepas
- Penyemprotan fungisida dan
insektisida
26 Senin 26 Agustus - Penyemprotan fungisida dan
2019 insektisida
27 Selasa 27 Agustus - Istirahat
2019 - Menanyakan tentang ketersediaan obat
dari PT. Bayer
17
28 Rabu 28 Agustus - Istirahat
2019
29 Kamis 29 Agustus - Penyemprotan fungisida dan
2019 insektisida
30 Jumat 30 Agustus - Istirahat
2019
31 Sabtu 31 Agustus Istirahat
2019
32 Minggu 1 September - Penyemprotan fungisida dan
2019 insektisida
33 Senin 2 September - Istirahat
2019
34 Selasa 3 September - Istirahat
2019
35 Rabu 4 September - Pemupukan
2019 - Dokumentasi pemupukan
- Siram lepas
36 Kamis 5 September Istirahat
2019
37 Jumat 6 September - Penyemprotan insektisida
2019 - Pemupukan
38 Sabtu 7 September - Istirahat
2019 - Pertemuan dengan tim agripropocus
39 Minggu 8 September - Penyemprotan insektisida
2019
40 Senin 9 September - Istirahat
2019 - Wawancara terkait kegiatan selama
budidaya
41 Selasa 10 September - Panen
2019 - Dokumentasi panen bawang merah
42 Rabu 11 September - Pengeringan bawang merah
2019 - Dokumentasi bawang merah yang di
keringkan
18
4.3 Metode Pelaksanaan Kegiatan
19
BAB V
Tabel 1.3 Rincian Biaya Pengeluaran Usahatani Bawang Merah di Desa Serading
Per 30 are
No Jenis Barang Jumlah Harga Satuan Harga Total
1. Variabel Tetap
1. Bibit 100 kg Rp. 13.000/kg Rp. 1.300.000
2. Lahan 30 are Rp. 375.000 Rp. 375.000
3. Bedengan 1 Rp. 200.000 Rp. 200.000
4. Perataan Tanah 1 Rp. 100.000 Rp. 100.000
5. Alat 1 Rp.950.000 Rp. 950.000
6. upah 1 Rp. 1.125.000 Rp. 1.125.000 Commented [MA5]: Berapa orang?
2. Variabel tidak Tetap
1. Obat insektisida
- Lannate 3600 g Rp. 30.000/100g Rp.1.080.000
- Tennano 2800 ml Rp. 120.000/100ml Rp.3.360.000
- Lamberto 5600 ml Rp.130.000/250ml Rp.1.235.000
- Rennate 2400 g Rp.25.000/100g Rp.600.000
- Diazinon 8000 g Rp. 40.000/kg Rp.320.000
- Celcron 500 EC 1000 ml Rp. 120.000/L Rp.120.000
2. Obat Herbisida
- Furadan 2000 g Rp. 25.000/kg Rp.100.000
3. Pupuk
- NPK phonsca 120 kg Rp.14.000/kg Rp.168.000
- Urea 100 kg Rp. 1.3000/kg Rp.130.000
- Gandasil B 1500 g Rp. 20.000/250ml Rp.160.000
- Batfolan 250 ml Rp.25.000/250ml Rp.25.000
Total Rp. 10.276.000
Sumber:Data Pribadi (2019)
20
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa total biaya yang dikeluarkan
oleh produsen bawang merah dalam satu musim tanam untuk 30 are tanah adalah Commented [MA6]: 30 are berapa meter?
Rp.13.608.000. Adapun rincian biaya yang dikeluarkan oleh produsen untuk bibit
sebanyak Rp.1.300.000, pembajakan lahan sebanyak Rp.950.000, bedengan
sebanyak Rp.400.000, perataan tahan sebanyak Rp.100.000. sedangkan biaya
untuk obat insektisida sebanyak Rp.6.715.000, obat herbisida sebanyak
Rp.100.000 dan biaya pupuk sebayak Rp.483.000.
21
merah sebesar Rp.7.364.000 per 30 are nya dengan RCR sebesar 1,71 hal ini
berarti setiap Rp.1 biaya yang dikeluarkan akan memperoleh pendapatan sebesar
Rp.1,71, dengan demikian diketahui bahwa usahatani bawang merah di Desa
Serading efisien secara ekonomi dan layak untuk diteruskan dan dikembangkan.
22
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat di tarik kesimpulan
bahwa usahatani bawang merah di Desa Serading layak diteruskan dan
dikembangkan karena usahatani bawang merah ini efisiensi secara ekonomis. Commented [MA7]: Indicator efisiensi bagaimana?
6.2 Saran
Dalam melakukan pengarahan terhadap para petani, disarankan untuk lebih
intens dan lebih santai agar kita bisa mendapatkan hasil atau data yang akurat dari
si petani. Disarankan juga dalam penggunaan obat fungisida sebaiknya
menggunakan obat dari produk bayer karena dilihat dari manfaatnya obat dari
produk bayer rentan lebih cepat dalam pertumbuhan bawang.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
Lampiran
25
26
Lampiran 2 : Kegiatan petani bawang merah
27
Lampiran 3 : Alat yang digunakan petani bawang
28
Lampiran 4
RINCIAN BIAYA USAHATANI BAWANG MERAH DI DESA SERADING KEC. MOYO HILIR KAB.SUMBAWA
Rp/MUSIMTANAM/30 are
Aplikasi pupuk per kg dan jenis pupuk Perlindungan tanaman dalam liter atau test panen
persiapan kg (kg)
Tanggal (2019)
lahan
Kotoran N-P-K N (NO3- or NH4+) P2O5 K20 herbisida fungisida insektisida Biaya (RP) m2
type or % bayfolan: 11-8-6 gandasil 46
B: 6-20-30
25 Juni semprot 1L
rumput Basmilang 175.000
+ 1.5 L
Lindomin +
1 L nufaris
3 Juli pembajakan
1.810.000
4 Juli bedengan
400.000
5 Juli perataan
tanah 200.000
6 Juli siram lepas
29
15 /22 Juli semprot 200 gr
hr hama lannate + 310.000
100 ml
tenano +
200 ml
lamberto
30
22 /29 Juli semprot 200 gr
hr lannate + 310.000
100 ml
tenano +
200 ml
lamberto
27 /3 Agustus istirahat
hr
31
28 /4 Agustus semprot 200 gr
hr lannate + 310.000
100 ml
tenano +
200 ml
lamberto
29 /5 Agustus semprot 200 gr
hr lannate + 310.000
100 ml
tenano +
200 ml
lamberto
30 /6 Agustus siram 400 gr 200 gr
hr sempuru, & antracol + lannate + 310.000
semprot 120 ml 100 ml
folicur tenano +
200 ml
lamberto
31 /7 Agustus siram 20 kg phonska + 250 ml 30 kg urea 2 kg 400 gr 200 gr
hr sempuru & batfolan furadan antracol + lannate + 515.000
semprot 60 ml 100 ml
folicur tenano +
200 ml
lamberto +
2kg
diazinon
32 /8 Agustus istirahat
hr
33 /9 Agustus siram 400 gr 200 gr
hr sempuru, antracol + lannate + 280.000
semprot 60 ml 100 ml
folicur tenano +
200 ml
lamberto +
2kg
diazinon
34 /10 istirahat
hr Agustus
32
35 /11 semprot 200 gr
hr Agustus lannate + 280.000
100 ml
tenano +
200 ml
lamberto
36 /12 pupuk, siram 20 kg phonska 20 kg urea 400 gr 200 gr
hr Agustus lepas & antracol + lannate + 530.000
semprot 60 ml 100 ml
folicur tenano +
200 ml
lamberto+
2kg
diazinon
37 /13 semprot 200 gr
hr Agustus lannate + 280.000
100 ml
tenano +
200 ml
lamberto
38 /14 istirahat
hr Agustus
39 /15 semprot 200 gr
hr Agustus rennate+ 1 62.000
liter celcron
500 EC
40 /16 ISTIRAHAT
hr Agustus
41 /17 semprot 100 ml
hr Agustus lamberto + 280.000
50 ml
tenano +
200 gr
rennate
42 /18 semprot 400 gr 200 gr
hr Agustus antracol + rennate + 1 115.000
25 gr liter kresban
native
43 /19 istirahat
hr Agustus
44 /20 siram
hr Agustus sempuru
33
40.000
45 /21 semprot 1 btl 400 gr 100 ml
hr Agustus suprint antracol + lamberto +
25 gr 50 ml
native tenano +
200 gr
rennate
46 /22 semprot 100 ml
hr Agustus lamberto + 280.000
50 ml
tenano +
200 gr
rennate
47 /23 istirahat
hr Agustus
48 /24 istirahat
hr Agustus
49 /25 siram lepas, 50 kg phonska + 1500 gr 10 kg urea 400 gr 100 ml
hr Agustus semprot & gandasil B antracol + lamberto + 510.000
pupuk 37.5 gr 50 ml
native tenano +
200 gr
rennate+2
kg diazinon
50 /26 semprot 400 gr 100 ml
hr Agustus antrcol lamberto + 275.000
50 ml
tenano +
100 gr
rennate
51 /27 istirahat
hr Agustus
52 /28 istirahat
hr Agustus
53 /29 semprot 400 gr 100 ml
hr Agustus antracol + lamberto + 300.000
25 gr 50 ml
native tenano +
200 gr
rennate
34
35