Anda di halaman 1dari 30

MANAJER KEPERAWATAN

2019

RUMAH SAKIT UMUM


SARILA HUSADA
Telp : 0271891538, Fax 02718824230
Jl. Veteran 41-43, Kroyo, Karangmalang, Sragen
Email : rssarilahusada.com
R U M A H S A K IT U M U M S A R IL A H U S A D A
J l. V e te r a n n o 4 1 - 4 3 S r a g e n T e lp . ( 0 2 7 1 ) 8 9 1 5 3 8 F a x . ( 0 2 7 1 ) 8 8 2 4 2 3 0
e m a i l. r s s a r ila h u s a d a @ g m a il. c o m
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM SARILA HUSADA
NOMOR : 007 /PER/DIR/RSSH/IX/2019

TENTANG

PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM SARILA HUSADA

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan


pelanggan di lingkungan Rumah Sakit Umum Sarila Husada perlu
adanya komunikasi yang efektif dan efisien agar dipahami oleh
resipien/penerima;
b. bahwa peningkatan komunikasi efektif merupakan salah satu
sasaran keselamatan pasien;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b maka perlu ditetapkan Peraturan Direktur
Rumah Sakit Umum Sarila Husada tentang Panduan Komunikasi
Efektif;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/MENKES/PER/X/2010
tentang Standar Pelayanan Kedokteran;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Akreditasi Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2017 tentang Keselamatan Pasien;
MEMUTUSKAN :

Menetapkan :
Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM SARILA
HUSADA TENTANG PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF
Kedua : Panduan Komunikasi Efektif sebagaimana DIKTUM
KESATU tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.

2
Kedua : Panduan Komunikasi Efektif ini berlaku sebagai panduan bagi
semua petugas dalam penyelenggaraan komunikasi antar pemberi
pelayanan pasien di lingkungan Rumah Sakit Umum Sarila
Husada.
Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Sragen
Pada tanggal : 02 September 2019
Direktur Rumah Sakit Umum
Sarila Husada

drg. Evelina Yuliani, MPH, MH

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………………………. i


Peraturan Diektur tentang Panduan Komunikasi Efektif ……………………………. ….. ii
Daftar Isi ……………………………………………………………………………..…… iv
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………… 1
BAB II RUANG LINGKUP ………………………………………………………………. 9

BAB III TATA LAKSANA ……………………………………………………….............10


BAB IV DOKUMENTASI ……………………………………………………………….. 27
Lampiran ……………………………………………………………………………………28

4
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM SARILA HUSADA
NOMOR : 007/PER/DIR/RSSH/IX/2019
TENTANG:
PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF

PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF

BAB I
PENDAHULUAN

Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, tidak mendua (ambiguous)
dan yang dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis.
Perintah secara lisan dan atau melalui telpon tentang pemberian pelayanan terhadap
pasien sering dilakukan. Komunikasi secara verbal ini sering menimbulkan insiden
keselamatan pasien, dikarenakan faktor manusia atau karena faktor lingkungan. Faktor
manusia ini antara lain : kelelahan (fatique) dan beban (workload) yang berlebihan baik
Penerima maupun Pengirim perintah. Sedangkan Faktor Lingkungan antara lain : obat-obatan
dengan Nama Obat dan Rupa Mirip / Look Alike – Sound Alike (NORUM / LASA), aksen
dan dialek, maupun latar belakang suara yang berisik pada saat perintah verbal ini diberikan.
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil pemeriksaan laboratorium kritis melalui telpon
ke unit pelayanan. Hasil pemeriksaan kritis harus disampaikan dan direspon dalam waktu
yang tepat.
Salah satu cara untuk meningkatkan komunikasi adalah dengan menstandarisasi
penggunaan singkatan. Penggunaan singkatan dan simbol yang terstandarisasi akan
mengurangi kesalahan interpretasi dan memberikan perlindungan mediko-legal bagi staf,
memperbaiki dokumentasi dan komunikasi.
Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Sarila Husada meliputi berbagai bidang ilmu
yang saling terkait. Pelayanan tersebut dapat bersifat mandiri ataupun kolaboratif.
Komunikasi yang efektif sangat dibutuhkan agar tidak terjadi kesalahan menangkap
informasi antar pemberi pelayanan, yang akan mengakibatkan kemungkinan cedera bagi
pasien. Dalam rangka memberikan acuan yang lebih terinci bagi tenaga kesehatan rumah
sakit maka disusunlah Panduan Komunikasi Efektif.

1
A. Pengertian
1. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi baik berupa berita, ide, pesan,
gagasan ataupun maksud lain dari pengirim ke penerima pesan. Atau merupakan
sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain
melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang
dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi. (Komaruddin, 1994;
Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988).
2. Komunikasi Pelayanan secara Verbal / Lisan dan Komunikasi Pelayanan melalui Telpon
adalah pemberian perintah secara lisan dan atau melalui telpon untuk pemberian
peresepan, medikasi, prosedur dan penyampaian hasil kritis pemeriksaan penunjang oleh
tenaga kesehatan Rumah Sakit Umum Sarila Husada sesuai dengan kewenangan dan
standar profesinya yang tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah dipahami oleh penerima,
sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalah pahaman).
3. Komunikasi dengan masyarakat adalah komunikasi timbal balik yang dilakukan oleh
Rumah Sakit dengan masyarakat baik untuk menyampaikan informasi kepada
masyarakat maupun untuk mendapatkan umpan balik ataupun keluhan dari
masyarakat.
4. Hasil Pemeriksaan Kritis adalah hasil pemeriksaan penunjang dengan angka / hasil
ekstrim (di atas limit tinggi, di bawah limit rendah atau sama dengan nilai limit), yang
dapat mengancam hidup seseorang
5. Kode, Simbol dan Singkatan Terstandar merupakan daftar Kode, Simbol dan
Singkatan yang harus digunakan oleh seluruh Dokter, Perawat serta karyawan Rumah
Sakit Umum Sarila Husada, terutama yang berhubungan langsung dengan pelayanan
pada pasien dan keluarganya
6. Pemberian perintah secara verbal atau melalui telpon adalah Dokter Penanggung
Jawab Pasien (DPJP), Asisten DPJP, Dokter Radiologi, Dokter Laboratorium,
Perawat Penanggung Jawab Pasien (PPJP) dan Perawat Asosiate (PA)
7. Penerima Perintah secara verbal atau melalui telpon adalah Asisten DPJP / Perawat
Penanggung Jawab Pasien / Perawat Asosiate / Apoteker / Asisten apoteker / Analis
Laboratorium / Radiografer / Fisioterapist/ Petugas Gizi
8. Proses komunikasi efektif adalah komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan
dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan
sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu.

2
Gambar 1.1 Proses Komunikasi

Dia Mengerti… Oh saya


mengerti..o

Umpan Balik

Gangguan

Komunikator Pesan Saluran Komunikan

9. Unsur komunikasi adalah


a. Sumber/komunikator (dokter,perawat, admission,Adm.Irnap,Kasir,dll)
b. Isi pesan
c. Media/saluran (Elektronic,Lisan,dan Tulisan).
d. Penerima/komunikan (pasien, keluarga pasien, perawat, dokter, Admission).
10. Sumber / komunikator
Sumber (yang menyampaikan informasi) : adalah orang yang menyampaikan isi
pernyataannya kepada penerima. Hal-hal yang menjadi tanggung jawab pengirim
pesan adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih media yang sesuai, dan meminta
kejelasan apakah pesan tersebut sudah di terima dengan baik. (konsil kedokteran
Indonesia, hal.8)
Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi, pengetahuannya
luas dan dalam tentang informasi yang yang disampaikan, cara berbicaranya nya jelas
dan menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh si penerima pesan
(komunikan)
11. Isi Pesan (apa yang disampaikan) adalah panjang pendeknya, kelengkapannya perlu
disesuaikan dengan tujuan komunikasi, media penyampaian, penerimanya.
12. Media
Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan yang
disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima. Berita dapat
berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya sekaligus. Pada kesempatan tertentu, media

3
dapat tidak digunakan oleh pengirim yaitu saat komunikasi berlangsung atau tatap
muka dengan efek yang mungkin terjadi berupa perubahan sikap.
Media yang dapat digunakan: Melalui telepon, menggunakan lembar lipat, buklet,
vcd, (peraga).
13. Penerima / komunikan
Penerima berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran pengirim dan
penerima bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung jawab penerima adalah
berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan memberikan umpan balik
kepada pengirim. Umpan balik sangat penting sehingga proses komunkasi
berlangsung dua arah. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8). Pemberi/komunikator
yang baik adalah Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan
dalam hal-hal berikut (konsil kedokteran Indonesia, hal 42):
a. Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan
tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi,
paraphrase, intonasi.
b. Mendengar (listening), termasuk memotong kalimat.
c. Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat di balik yang
tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak tubuh).
d. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agar
tidak menggangu komunikasi, misalnya karena komunikan keliru mengartikan
gerak tubuh, raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.
14. Sifat Komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (Pelayanan promosi).
Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan didalam rumah sakit adalah:
a. Jam pelayanan
b. Pelayanan yang tersedia
c. Cara mendapatkan pelayanan
d. Sumber alternative mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.
Akses informasi ini dapat di peroleh melalui Customer Service, Admission, dan email,
meliputi :
a. Komunikasi yang bersifat Edukasi.
b. Edukasi tentang obat.
c. Edukasi tentang penyakit.
d. Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari.

4
e. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan kualitas
hidupnya pasca dari rumah sakit
f. Edukasi tentang Gizi.
15. Komunikasi yang efektif.
Komunikasi efektif adalah: tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah dipahami oleh
penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalahpahaman). prosesnya
adalah:
a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan secara
lengkap isi pesan tersebut oleh si penerima pesan.
b. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan.
c. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan.

Gambar1.2 Komunikasi Efektif


Jadi isi pesanya
ini ya pak...
Yah..benar..

Dikonfirmasikan

Komunikator Isi pesan Ditulis Dibacakan Komunikan

16. Alfabeth Internasional


Dalam menuliskan kalimat yang sulit, maka komunikan harus menjabarkan hurufnya
satu persatu dengan menggunakan alfabeth yang berlaku internasional.

5
Table 1.1 Alfabet Internasional
CHARACTE TELEPHONY PHONIC
R (PRONUNCATION
)
A Alfa (AL-FAH)
B Bravo (BRAH-VOH)
C Charlie (CHAR-LEE)
D Delta (DELL-TA)
E Echo (ECK OH)
F Foxtrot (FOKS-TROT)
G Golf (GOLF)
H Hotel (HOH-TEL)
I India (IN-DEE-A)
J Juliat (JEW-LEE-ETT)
K Kilo (KEY-LOH)
L Lima (LEE-MAH)
M Milie (MIKE)
N November (NO-VEM-BER)
O Oscar (OSS CAR)
P Papa (PAH-PAH)
Q Quebec (KEH-BECK)
R Romeo (ROW-ME-OH)
S Sierra (SEE-AIR-RAH)
T Tengo (TANG- GO)
U Uniform (YOU-NEE-FORM)
V Victor (VIK-TAH)
W Whiskey (WESS-KEY)
X Xray (ECKS-RAY)
Y Yankee (YANG-KEY)
Z Zulu (ZOO-LOO)
1 One (WUN)
2 Two (TOO)
3 Three (TREE)
4 Four (FOW-ER)
5 Five (FIFE)
6 Six (SIX)
7 Seven (SEV-EN)
8 Eight (AIT)
9 Nine (NIN-ER)
0 Zero (ZEE-RO)

17. Timbang Terima ( Handover)


Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover adalah transfer tentang
informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat) selama perpindahan
perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan,
klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Selain itu juga meliputi mekanisme

6
transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab utama dan kewenangan perawat
dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.
Operan sering disebut dengan timbang terima atau handover. Operan adalah suatu
cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien (Nursalam, 2011).
Timbang terima harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara
singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif
yang sudah dan yang belum dilakukan serta perkembangan pasien saat itu. Informasi
yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, timbang
terima (handover) dilakukan oleh perawat primer keperawatan kepada perawat
primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan
(Rohmah, 2012).
Berdasarkan pengetian diatas dapat disimpulkan bahwa operan adalah suatu cara
dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien.
Ada beberapa tujuan kenapa timbang terima itu dilakukan yaitu:
a. Menyampaikan kondisi dan data keadaan pasien (data fokus).
b. Menyampaikan hal yang sudah /belum dikerjakan dalam asuhan keperawatan
kepada pasien.
c. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawat dinas
berikutnya
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya (Urrahman, 2009).
Manfaat Timbang Terima ( Handover)
Menurut Friesen (2008), manfaat Timbang Terima ( Handover) bagi perawat adalah:
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien dilaksanakan secara
berkesinambungan
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
Sedangkan bagi pasien, manfaat yang didapat pasien bisa menyampaikan masalah
secara langsung bila ada yang belum terungkap. Pasien merasa puas dengan
pelayanan yang diberikan karena setiap perkembangan yang terjadi maupun tindakan
yang akan dilakukan diinformasikan dengan jelas kepada pasien/keluarga
(Notoadmojo, 2005).

7
B. Maksud dan Tujuan
1. Tujuan umum
Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

2. Tujuan khusus
a. Menerapkan komunikasi efektif dengan masyarakat/komunitas
b. Menerapkan komunikasi efektif komunikasi dengan pasien dan keluarga
c. Menerapkan komunikasi efektif i antar PPA (Profesional Pemberi Pelayanan) di
dalam /diluar RS
d. Menerapkan komunikasi efektif antar unit/instalasi/departemen pelayanan

8
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Semua pasien yang masuk ke Rumah Sakit Umum Sarila Husada baik yang rawat jalan,
rawat inap maupun pemeriksaan penunjang, yang akan dilakukan pengkajian untuk
memperoleh informasi dari pasien :
1. Untuk pasien rawat jalan
Komunikasi kepada pasien perlu diperhatikan saat pasien dilakukan pemeriksaan
yang dimulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pengobatan / tindakan yang
diperlukan.
2. Untuk Pasien rawat inap, komunikasi efektif yang perlu diperhatikan
a. Laporkan situasi pasien ( Situation ) oleh Petugas Kesehatan
b. Sampaikan latar belakang ( Background ) pasien
c. Sampaikan penilaian ( Assesment ) terhadap kondisi pasien
d. Sampaikan rekomendasi ( Rekomendation )
B. Panduan komunikasi efektif ini diterapkan kepada :
1. Komunikasi dengan masyarakat/komunitas (MKE 1 Ep1)
2. Komunikasi dengan pasien dan keluarga (MKE 2,3)
3. Komunikasi antar PPA (Profesional Pemberi Pelayanan) di dalam /diluar RS
4. Komunikasi antar unit/instalasi/departemen pelayanan
C. Pelaksana panduan ini adalah seluruh pemberi pelayanan, petugas laboratorium, petugas
informasi, pelaksana PKRS (Petugas Kesehatan rumah Sakit), semua karyawan RSU
Sarila Husada

BAB III
TATA LAKSANAN

A. Kebijakan
1. Komunikasi efektif secara umum
a. Rumah Sakit melaksanakan proses meningkatkan efektivitas komunikasi verbal
dan atau komunikasi melalui telepon antar Professional Pemberi Asuhan (PPA).
b. Komunikasi efektif yang dilaksanakan di RSU Sarila Husada adalah yang efektif,
tepat waktu, tepat orang, akurat, jelas, tidak mendua (ambiguous) ,diterima dan

9
mudah dipahami oleh penerima pesan/informasi yang bertujuan mengurangi
kesalahan- kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien.
c. Rumah sakit meningkatkan mutu pelayanan komunikasi efektif dengan
pendidikan dan latihan kepada seluruh staff.
d. Seluruh petugas rumah sakit mampu dan berkompeten melakukan komunikasi
efektif sesuai bidang dan area tugasnya.
e. Seluruh petugas saat mengucapkan salam kepada pelanggan dengan body
language yang sudah ditentukan.
f. Komunikasi efektif bisa dilakukan antar petugas dengan verbal, elektronik atau
tertulis.
2. Setiap pasien dan keluarga pasien berhak mendapatkan informasi maupun data data
mengenai pengobatan yang berlangsung.
3. Setiap informasi yang diberikan harus memudahkan pasien memahami tentang
pelayanan yang akan diberikan, perkiraan biaya dan penjelaan yang cukup sehingga
pasien atau keluarga dapat membuat keputusan yang benar.
4. Penjelasan diberikan kepada pasien dan keluarga atau pembuat keputusan baik untuk
pasien atas jaminan atau biaya pribadi.
5. Informasi tentang sumber alternative bagi asuhan dan pelayanan diberikan bila rumah
sakit tidak bisa menyediakan asuhan dan pelayanan
6. Pemberi informasi harus memahami betul tentang apa yang akan disampaikan.
7. Edukasi dilakukan melalui tatap muka dan berjalan secara interactive.
8. Sistem komunikasi efektif mengatur tentang informasi atau pesan yang disampaikan
oleh komunikator kepada komunikan dalam memberikan pelayanan dan informasi
kesehatan.
9. Setiap pasien dan keluarga pasien berhak mendapatkan informasi maupun data-data
mengenai pengobatan yang berlangsung.
10. Setiap informasi yang diberikan harus memudahkan pasien memahami tentang
pelayanan yang akan diberikan, perkiraan biaya, dan hasil pelayanan yang diharapkan
sehingga pasien atau keluarga dapat membuat keputusan yang benar.
11. Penjelasan diberikan kepada pasien dan keluarga atau pembuat keputusan baik untuk
pasien atas jaminan atau biaya pribadi.
12. Komunikasi efektif secara khusus
Komunikasi efektif melalui telepon dilakukan antar Profesional Pemberi Asuhan
(PPA) dengan menggunakan Situasi Background Assesmen dan Rekomendasi
(SBAR) dan selanjutnya dilakukan verifikasi dengan Tulis lengkap, Baca ulang isi
perintah dan Konfirmasi (TBK) oleh pemberi pesan/pemberi perintah secara lisan dan
tanda tangan.
13. Komunikasi secara lisan dan atau melalui telpon hanya diberikan pada kondisi yang
mendesak dimana komunikasi pelayanan secara tertulis tidak bisa dilakukan.

10
14. Komunikasi secara lisan dan atau melalui telpon tidak diperkenankan apabila Pemberi
perintah berada dalam ruangan yang sama dengan Penerima Perintah dan terdapat
dokumen rekam medis, kecuali pada situasi emergensi.
15. Rumah Sakit Umum Sarila Husada menetapkan komunikasi efektif via telpon,
komunikasi efektif dilaksanakan secara tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah di
pahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan
(kesalahpahaman ).
16. Rumah Sakit Umum Sarila Husada menetapkan kode alfhabet International dalam
pelaksanaan komunikasi efektif.
17. Perintah lisan dan melalui telepon termasuk: menuliskan (atau memasukkan ke
komputer) perintah secara lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima informasi;
penerima membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan
mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibacakan ulang dengan akurat.
Untuk obat-obat yang termasuk obat NORUM/LASA dilakukan eja ulang dengan
kode alfhabet internasional. Menerima perintah lisan/lisan lewat telepon
memperhatikan sebagai berikut :
a. Penerima perintah menulis lengkap perintahnya, membaca ulang dan melakukan
konfirmasi
b. Tulisan disebut lengkap bila terdiri dari jam/tanggal, isi perintah, nama penerima
perintah dan tanda tangan, nama pemberi perintah dan tanda tangan (pada
kesempatan berikutnya)
c. Baca ulang dengan jelas, bila perintah mengandung nama obat LASA, maka
nama obat lasa harus dieja satu persatu hurufnya
d. Konfirmasi lisan dan tertulis, konfirmasi lisan sesaat setelah pemberi perintah
mendengar pembacaan dan memberikan pernyataan kebenaran pembacaan secara
lisan misal “ya sudah benar” . Konfirmasi tertulis dengan tanda tangan pemberi
perintah yang harus diminta pada kesempatan kunjungan berikutnya
18. Sistem pelaporan formal yang dapat menunjukkan dengan jelas bagaimana nilai kritis
hasil pelaksanaan nilai kritis hasil pemeriksaan diagnostic dikomunikasikan kepada
staff medis dan informasi tersebut terdokumentasi untuk mengurangi resiko kepada
pasien di Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT).
19. Pelaporan hasil pemeriksaan kritis laboratorium tes kritis radiologi harus dilaporkan
kurang dari ≤30 menit.
20. Komunikasi Pelaporan Pelayanan melalui telepon dilakukan dengan metode SBAR
( situation, background, assesment, recomendation ) Verifikasi terhadap akurasi dari
komunikasi lisan dengan stempel konfirmasi.
21. Pemberian perintah pelayanan secara verbal dan atau telpon yang diberikan dalam
kondisi gawat dan atau darurat baik di ruang rawat inap, IGD atau IBS, Penerima

11
Perintah cukup mengulang perintah tersebut secara lisan pada saat akan melakukan
tindakan.
22. Komunikasi secara verbal atau melalui telepon dengan aman dilakukan hal – hal
sebagai berikut :
a. Pemesanan obat atau permintaan obat secara verbal dihindari.
b. Dalam keadaan darurat karena komunikasi secara tertulis atau komunikasi
elektronik tidak mungkin dilakukan baik di ruang rawat inap, IGD atau IBS,
Penerima Perintah cukup mengulang perintah tersebut secara lisan pada saat akan
melakukan tindakan meliputi tindakan yang harus segera dilakukan atau
mengancam nyawa, pelaporan nilai kritis dan tes kritis yang mengancam nyawa
dan setelah dilakukan tindakan tersebut harus di laporkan dan diverifikasi oleh
pemberi perintah atau dan DPJP.
c. Prosedur menerima perintah lisan atau lewat telepon meliputi penulisan secara
lengkap permintaan atau hasil pemeriksaan oleh penerima informasi, penerima
membaca kembali permintaan atau hasil pemeriksaan, dan pengirim memberikan
konfirmasi atas apa yang telah ditulis secara akurat.
23. Komunikasi efektif dilakukan pada serah terima asuhan pasien (hand over) di dalam
Rumah Sakit terjadi :
a. Antar – PPA seperti antar staff medis dan staff medis, antara staff medis dan
keperawatan atau dengan staff klinis lainnya, atau antar PPA dan PPA lainnya
pada saat pertukaran Shift;
b. Antar berbagai tingkat layanan di dalam Rumah Sakit yang sama seperti jika
pasien dipindah dari unit intensif ke unit perawatan atau dari unit darurat ke
kamar operasi; dan
c. Dari unit rawat inap ke layanan diagnostic atau unit tindakan seperti radiologi
atau unit terapi fisik.
24. Serah terima pasien di dalam rumah sakit antara perawat dengan perawat meliputi
Morning Metting, Operan tugas jaga , Pre- konference dan Post konference.
25. Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga dilakukan dengan memberikan
edukasi kepada pasien dan keluarga agar mereka memahami kondisi kesehatannya
sehingga pasien perpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat
informasi dalam mengambil keputusan tentang asuhannya.
26. Edukasi kepada pasien dan keluarga diberikan pada staff klinis terutama PPA yang
sudah terlatih ( dokter, perawat, nutrisionis, apoteker ), koordinasi kegiatan edukasi
fokus pada kebutuhan edukasi pasien.

12
27. Edukasi kepada pasien dan keluarga diawali dengan asesmen kebutuhan yang
disesuaikan dengan pilihan pembelajaran yang tepat, dengan mempertimbangkan
agama, nilai budaya, juga kemampuan membaca, serta bahasa dan diberikan selama
proses asuhan.
28. Edukasi kepada pasien dan keluarga meliputi pengetahuan yang diperlukan selama
proses asuhan, pengetahuan yang dibutuhkan setelah pasien dipulangkan (discharge)
ke pelayanan kesehatan lain atau ke rumah, informasi terkait sumber – sumber di
komunitas untuk tambahan pelayanan dan tindak lanut pelayanan apabila diperlukan
serta bagaimana akses pelayanan emergency jika dibutuhkan.
29. Komunikasi efektif Rumah Sakit dengan masyarakat atau komunitas dapat dilakukan
melalui media public (website, instagram, dll ), komunitas dan pihak ke tiga.
30. Jenis komunikasi yang dikomunikasikan kepada masyarakat meliputi :
a. Informasi tentang pelayanan , jam pelayanan, serta akses danproses mendapatkan
pelayanan.
b. Informasi tentang kualitas pelayanan yang diberikan kepada public dan kepada
sumber rujukkan.
31. Komunikasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga diberikan dalam format dan
bahasa yang mudah dimengerti. Apabila pasien mempunya hambatan dalam
berkomunikasi maka anggota keluarga yang digunakan sebagai penerjemah.
32. Rumah Sakit menerapkan komunikasi efektif untuk menyampaikan informasi yang
akurat dan tepat waktu di seluruh Rumah Sakit termasuk yang “urgent” seperti code
blue, code red, dan perintah evakuasi.
33. Komunikasi efektif antar unit di Rumah sakit dilakukan dengan penjadwalan rapat
setiap unit dan juga bersama manajemen dan direktur dan pelaksanaan apel pagi yang
terjadwal
34. Koordinasi komunikasi antara staff dikendalikan oleh atasan di unit tersebut kemudian
herarki ke atas sesuai struktur organisasi Rumah Sakit.
35. Rumah sakit membentuk komite untuk tempat koordinasi sesuai dengan kebutuhan.

B. Semua pasien yang masuk ke Rumah Sakit Umum Sarila Husada baik yang rawat jalan,
rawat inap maupun pemeriksaan penunjang, yang akan dilakukan pengkajian untuk
memperoleh informasi dari pasien :
1. Untuk pasien rawat jalan
2. Komunikasi kepada pasien perlu diperhatikan saat pasien dilakukan pemeriksaan yang
dimulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pengobatan / tindakan yang diperlukan.

13
3. Untuk Pasien rawat inap, komunikasi efektif yang perlu diperhatikan
a. Laporkan situasi pasien ( Situation ) oleh Petugas Kesehatan
b. Sampaikan latar belakang ( Background ) pasien
c. Sampaikan penilaian ( Assesment ) terhadap kondisi pasien
d. Sampaikan rekomendasi ( Rekomendation )

C. Panduan komunikasi efektif ini diterapkan kepada :


1. Komunikasi dengan masyarakat/komunitas (MKE 1 Ep1)
2. Komunikasi dengan pasien dan keluarga (MKE 2,3)
3. Komunikasi antar PPA (Profesional Pemberi Pelayanan) di dalam /diluar RS
4. Komunikasi antar unit/instalasi/departemen pelayanan
D. Pelaksana panduan ini adalah seluruh pemberi pelayanan, petugas laboratorium, petugas
informasi, pelaksana PKRS (Petugas Kesehatan rumah Sakit), semua karyawan RSU
Sarila Husada.
E. Ruang lingkup komunikasi dengan masyarakat:
a. Penyampaian informasi tentang kegiatan Rumah Sakit dan informasi yang dibutuhkan
baik secara lisan ataupun tertulis.
b. Menerima informasi dari masyarakat untuk memperoleh umpan balik maupun
keluhan baik secara lisan maupun tertulis.
c. Menyampaikan tindak lanjut terhadap keluhan yang disampaikan oleh masyarakat
baik secara lisan maupun tertulis.

F. Komunikasi efektif kepada Pasien dan Keluarga Pasien


1. Tatalaksana pemberian informasi dan edukasi
a. Petugas yang melakukan kegiatan ini harus memiliki pengetahuan tentang
informasi yang akan disampaikan, memiliki rasa empati dan ketrampilan
berkomunikasi secara efektif.
b. Pemberian informasi dan edukasi dilakukan melalui tatap muka dan berjalan secara
interaktif, dimana kegiatan ini bisa dilakukan pada saat pasien dirawat, akan pulang
atau ketika datang kembali untuj berobat.
c. Kondisi lingkungan perlu diperhatikan untuk membuat pasien/ keluarga merasa
nyaman dan bebas, antara lain:
1) Dilakukan dalam ruang yang dapat menjamin privacy.
2) Ruangan cukup luas bagi pasien dan pendamping pasien untuk kenyamanan
mereka.
3) Penempatan meja, kursi atau barang-barang lain hendaknya tidak menghambat
komunikasi.
4) Suasana tenang, tidak bising dan tidak sering ada interupsi.
d. Pada pasien yang mengalami kendala dalam berkomunikasi, maka pemberian
informasi dan edukasi dapat disampaikan kepada keluarga/pendamping pasien.

14
e. Hubungan yang baik dengan pasien/ keluarga agar tercipta rasa percaya terhadap
peran petugas dalam membantu mereka
f. Mendapatkan data yang cukup mengenai masalah medis pasien (termasuk adanya
keterbatasan kemampuan fisik maupun mental dalam mematuhi rejimen
pengobatan)
g. Mendapatkan data yang akurat tentang obat-obat yang digunakan pasien, termasuk
obay non resep.
h. Mendapatkan informasi mengenai latar belakang sosial budaya, pendidikan dan
tingkat ekonomi pasien/ keluarga
2. Tahap asesmen pasien: Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan
edukasi pasien & keluarga berdasarkan:
a. Agama
b. nilai-nilai budaya pasien dan keluarga.
c. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.
d. Hambatan emosional dan motivasi. (emosional: depresi, senang dan marah)
e. Keterbatasan fisik dan kognitif.
f. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.
3. Tahap cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif. Setelah melalui tahap
asesmen pasien, di temukan :
a. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
b. Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna
wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien
dan keluarga sekandung (istri,anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung) dan
menjelaskannya kepada mereka.
c. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien
marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi
edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti
materi edukasi, pasien bisa menghubungi medical information.
4. Tahap cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami edukasi
yang diberikan:
a. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi
pasien baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan
kembali eduksi yang telah diberikan. Pertanyaannya adalah: “ Dari materi
edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?”.

15
b. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya
mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya
dengan pertanyaan yang sama: “Dari materi edukasi yang telah disampaikan,
kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?”.
c. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada
hambatan emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan
tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang
diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau datang
langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.
5. Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang
disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien mengikuti
semua arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien.
6. Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk mengisi
formulir edukasi dan informasi, dan ditandatangani kedua belah pihak antara dokter
dan pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan
keluarga pasien sudah diberikan edukasi dan informasi yang benar.
7. Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga berisi penjelasan yang cukup
meliputi:
a. Informasi pelayanan yang ditawarkan
b. Informasi tentang hasil pelayanan yang diharapkan
c. Informasi tentang perkiraan biaya
8. Informasi yang diberikan kepada pasien/kelurga adalah yang berkaitan dengan
perawatan pasien:
a. Assesmen pendidikan pasien dan keluarga
b. Pendidikan kesehatan pengobatan: penggunaan obat-obatan yang aman meliputi
kemungkinan nama obat, kegunaan obat, aturan pakai, teknik penggunaan obat-
obat tertentu(contoh: obat tetes, inhaler), cara penyimpanan, berapa lama obat
harus digunakan dan kapan obat harus ditebus lagi, apa yang harus dilakukan
terjadinya efek samping yang akan dialami dan bagaimana cara mencegah atau
meminimalkannya, memint pasien/ keluarga untuk melaporkan jika ada keluahan
yang dirasakan pasien selama menggunakannya.
c. Pendidikan kesehatan manajemen nyeri
d. Pendidikan kesehatan diet
e. Pendidikan kesehatan penggunaan peralatan medis
f. Pendidikan kesehatan proses penyakit

16
g. Pendidikan kesehatan pre operasi.
G. Komunikasi dengan masyarakat.
a. Penyampaian informasi kepada masyarakat secara tertulis dilakukan dengan cara
penyampaian melalui papan pengumuman,leaflet dan brosur.
b. Penyampaian informasi kepada masyarakat secara lisan dilakukan dengan cara tatap
muka dan pertemuan.
c. Menerima informasi dari masyarakat dilakukan dengan cara survey sms, kotak saran,
meja informasi,dan media informasi lainnya.
d. Penyampaian informasi terhadap tindak lanjut keluhan dilakukan dengan cara sms,
telephon, dan pertemuan.
e. Memberikan akses informasi kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi
tentang pelayanan melalui telephon 0271 891538.

H. Komunikasi Melalui Telepon Antar Pemberi Layanan


SBAR adalah pola/tehnik komunikasi yang harus dilakukan untuk melapor atauberkomun
ikasi dengan teman seprofesi atau antar profesi -interdisiplin ilmu untuk menghindari
kesalahan komunikasi dan bertujuan agar dapat memberikan pelayanan yang baik bagi
pasien.
Dalam memberikan komunikasi antara pemberi layananan di Rumah Sakit Umum Sarila
Husada menggunakan SBAR. SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan
kondisi pasien yang memerlukan perhatian dan tindakan segera, dapat dijabarkan sebagai
berikut :
1. Situation, Yaitu kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
2. Background, Hal-hal yang melatarbelakangi kondisi klinis pasien?
3. Assessment, Apakah problemnya, dari hasil pengkajian kondisi pasien terkini
4. Recommendation, Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien saat
ini.
Berikut ini merupakan salah satu contoh dalam pertanyaan SBAR:
Jam 08.15 WIB
Situation :
“ Selamat pagi dr…, saya…., perawat dari ruang anak akan melaporkan pasien baru dari
IGD tadi malam. Ny G 69 tahun di kamar 2, sekarang mengeluh kesakitan di pinggul
kanan dengan skala 8, kaki kanan juga susah digerakan. Sudah dapat ketorolac injeksi
tadi jam 6 pagi”.

17
Background :
“Riwayatnya pasien jatuh dikamar mandi, punya riwayat stroke lama.Telah terpasang
spalk dikaki kanan di IGD dan dilakukan rontgen femur tetapi belum ada bacaan, laborat
sudah diambil tetapi belum ada hasil, TTV TD 140/90, Nadi 76x/mnt”.
Assesment :
“ diagnosis sementara fraktur femur, kemungkinan ada fraktur pelvis juga dokter?”.
Recommendation :
“adakah therapy tambahan untuk meredakan nyerinya?
Berkenankah dilakukan foto pelvis?
Kira-kira kapan dokter bisa datang ke ruangan untuk melihat pasienya?”.
Jam 08.30 WIB
Advis dokter :
a. Longgarkan spalk jika terlalu kencang
b. Berikan ekstra therapy kaltrofen Supp
c. Lakukan Foto Pelvis
d. Akan datang ke ruang anggrek jam 10.00 WIB
Proses tersebut dilanjutkan dengan mendokumentasikan di CPPT dengan cap TBK
( tulis, baca, konfirmasi kembali) dengan di tulis ulang menggunakan SOAP, dan lakukan
verifikasi pada DPJP saat visite ke ruangan dengan meminta tanda tangan, di kolom
verifikasi , sebagai bukti dokter telah membaca dan memperhatikan tulisan tersebut.
I. Pemberian Perintah Pelayanan secara Verbal / melalui Telpon
1. Pemberian Perintah pelayanan secara verbal atau melalui telpon hanya dapat
dilakukan dalam situasi tertentu, dimana Pemberi Perintah tidak memungkinkan
menuliskan perintah tersebut dan apabila Pemberi Perintah tidak berada dalam
ruangan yang sama dengan Penerima Perintah.
2. Rumah Sakit Umum Sarila Husada secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan dan prosedur untuk pemberian perintah pelayanan secara lisan dan telepon
yang terdiri : menulis perintah tersebut secara lengkap oleh penerima perintah
(Tulis); kemudian penerima perintah membacakan kembali (Baca) perintah; dan
mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat
(Konfirmasi).
3. Pemberian perintah pelayanan secara verbal dan atau telpon yang diberikan dalam
kondisi gawat dan atau darurat baik di ruang rawat inap, IGD atau IBS, Penerima
Perintah cukup mengulang perintah tersebut secara lisan pada saat akan melakukan
tindakan.

18
4. Untuk pemberian perintah peresepan dan medikasi secara lisan dan atau melalui
telpon harus disampaikan hal hal sebagai berikut : Nama obat, Tujuan pemberian
resep dan medikasi terkait dengan kondisi pasien, Dosis, Rute, Frekuensi pemberian
dan Waktu Pemberian Pertama.
5. Sedangkan Pemberian perintah prosedur (tindakan) secara lisan dan atau melalui
telpon maka harus disampaikan hal hal sebagai berikut : nama prosedur, tujuan
dilakukan prosedur terkait dengan kondisi pasien, lokasi (termasuk Kanan / kiri,
Level), frekuensi serta informasi lain yang relevan.
6. Penerima menulis perintah kedalam lembar Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi.
7. Penerima membacakan kembali perintah yang telah ditulis dan menanyakan
kebenaran isi perintah:
8. Pemberi perintah memberikan konfirmasi kebenaran perintah yang telah ditulis dan
telah dibacakan kembali
9. Penerima perintah membubuhkan stempel tulisan “TBK”, pada catatan perintah dalam
Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi apabila sudah dikonfirmasi kebenarannya
10. “Penerima perintah menuliskan tanggal, jam, nama pemberi dan penerima perintah pada
catatan komunikasi melalui telepon dalam Lembar Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi.
11. Pemberi perintah harus sudah memberikan konfirmasi langsung terhadap perintah
melalui telepon dengan cara membubuhkan tanda tangan dan nama terang pada
Lembar Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi yang berisi perintah tersebut dalam
waktu 1 x 24 jam sejak pemberian perintah.
12. Apabila nama resep / medikasi / tindakan kalimat / kata tersebut sulit, maka
pemberian perintah secara verbal atau melalui telpon terhadap perintah tersebut harus
dieja hurufnya satu persatu dengan menggunakan Kode Alfabet Internasional.
J. Pelaporan Hasil Kritis Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil pemeriksaan kritis merupakan hasil pemeriksaan Penunjang dengan angka /
hasil ekstrim (di atas limit tinggi, di bawah limit rendah atau sama dengan nilai limit)
serta dapat mengancam hidup pasien harus disampaikan dan direspon dalam waktu
yang tepat.
2. Seluruh hasil pemeriksaan penunjang laboratorium maupun radiologi yang
mengancam hidup pasien, harus dilakukan verifikasi ulang oleh Dokter Penanggung
Jawab Pasien (DPJP).

19
3. Pada saat menerima laporan hasil kritis pemeriksaan penunjang, Penerima Laporan
harus melakukan prosedur sebagai berikut : menuliskan hasil pemeriksaan tersebut
(Tulis); kemudian membacakan kembali (Baca) hasil pemeriksaan; dan
mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat
(Konfirmasi) kemudian dilakukan TBK oleh petugas Laboratorium dan DPJP.
K. Komunikasi dengan Metode SOAP dan SBAR
1. Dalam kurun asuhan pelayanan di rumah sakit, sering kali pasien diberikan asuhan
pelayanan oleh banyak profesi tenaga kesehatan, dirawat di berbagai Unit Pelayanan,
dan mendapatkan asuhan dalam beberapa shift jaga
2. Sering kali serah terima (hand-over) yang terjadi antar unit pelayanan (Unit Rawat
Inap–Laboratorium, Unit Gawat darurat–Unit Rawat Inap, Unit Rawat Inap–Unit
Bedah) dan antar tim perawatan (DPJP–Perawat, Asisten DPJP-DPJP, DPJP–
Apoteker, dll) tidak mencakup secara komprehensif semua informasi penting yang
diperlukan. Kesenjangan dalam komunikasi ini dapat mengganggu kesinambungan
perawatan, menyebabkan ketidaktepatan perawatan, dan menyebabkan potensi yang
menimbulkan insiden keselamatan pasien
3. Komunikasi pada saat serah terima (Hand-over Communication) berkaitan dengan
proses pemberian informasi kondisi spesifik pasien dari satu tenaga kesehatan kepada
tenaga kesehatan lain, dari satu tim shift perawatan kepada tim shift perawatan
berikutnya, atau dari tenaga kesehatan kepada pasien dan atau kepada keluarganya
demi terjaminnya kesinambungan asuhan pelayanan dan keselamatan pasien
4. Informasi yang disampaikan pada saat hand-over harus lengkap yang antara lain
terdiri dari kondisi pasien saat ini, perubahan kondisi terkini, asuhan perawatan yang
masih dilakukan, dan perubahan atau komplikasi yang mungkin akan terjadi.
5. SOAP (Subjektif , Objektif, Assessment, and Planning) merupakan tehnik komunikasi
yang dapat memberikan kerangka komunikasi yang terstandar pada saat komunikasi
hand-over ini.
6. Unsur dalam SBAR :
a. Situasi (Situation) : Situasi (masalah / tanda / gejala) yang sedang terjadi
b. Latar belakang (Background) : Keadaan yang menyebabkan situasi tersebut
terjadi.
c. Pengkajian (Assessment) : Hasil pengkajian dan pemeriksaan
d. Rekomendasi (Recommendation) : Saran tindakan yang diberikan
7. Metode SBAR ini juga digunakan saat pelaporan pasien melalui telepon
8. Saat Visite dokter

20
9. Waktu pemberian SBAR :
a. Saat ada perubahan kondisi pasien/pelaporan kondisi pasien kritis
b. Saat pertukaran shif
c. Saat berkomunikasi dengan bagian/tenaga kesehatan laine.
d. Saat transfer pasien
L. Singkatan Terstandar
1. Penggunaan singkatan yang tidak terstandar dihubungkan dengan banyaknya kejadian
“medication error”. Catatan dalam rekam medis merupakan catatan yang harus
terbaca dan mudah dipahami oleh semua pihak yang mempunyai kewenangan untuk
mengakses Rekam Medis.
2. Untuk itu sangat diperlukan standarisasi penggunaan singkatan dan simbol yang
digunakan baik dalam pencatatan di Rekam Medis ataupun untuk digunakan pada
saat komunikasi pelayanan (misal. Komunikasi verbal, penulisan label obat, dll).
3. Daftar singkatan yang tidak boleh digunakan :
Daftar singkatan yang tidak boleh digunakan
SINGKAT MAKSUD
MISINTERPRETASI WAJIB GUNAKAN
AN SINGKATAN
µg Mikrogram Disalahartikan sebagai ‘mg’ Tuliskan ‘microgram’
AD, AS, Telinga kanan, Disalahartikan sebagai OD, Tuliskan ‘telinga
AU telinga kiri, OS, OU (mata kanan, mata kiri, kanan’, ‘telinga kiri’,
masing-masing masing-masing mata) ‘masing-masing
telinga mata’
OD, OS, Mata kanan, Disalahartikan sebagai AD, Tuliskan ‘mata
OU mata kiri, AS, AU (telinga kanan, telinga kiri, kanan’, ‘mata kiri’,
masing-masing masing-masing telinga ) ‘masing-masing
mata mata’
Cc Centimeter Disalahartikan sebagai ‘u’ (unit) Tuliskan ‘ml’
kubik
IN Intranasal Disalahartikan sebagai ‘IM’ Tuliskan ‘Intranasal’
atau ‘IV’
HS Half-strength Disalahartikan sebagai Tuliskan ‘setengah
(setengah ‘pada waktu tidur’ kekuatan’
kekuatan)
HS Hours of sleep Disalahartikan ‘setengah Tuliskan ‘pada waktu
(pada waktu kekuatan’ tidur’
tidur)
IU International Disalahartikan sebagai ‘IV’ Tuliskan

21
Unit (intravena) atau ‘10’ (sepuluh). ‘International Unit’
atau “Unit”
o.d atau OD Satu kali sehari Disalahartikan sebagai mata Tuliskan ‘satu kali
(once daily) kanan (OD: Okular Dekstra), sehari’
menyebabkan obat oral diaplikasikan
pada mata
Per os Melalui mulut, Disalahartikan sebagai mata Tuliskan “PO’,
per oral kiri (Okular Sinistra) ‘melalui mulut’, atau
‘per oral’
q6PM, dan Setiap pukul 6 Disalahartikan sebagai setiap 6 jam Tuliskan ‘pukul 6 malam
singkatan malam setiap hari’
lainnya
SC, SQ, Subkutan Disalahartikan sebagai SL; Tuliskan ‘subkutan’
subq SQ disalahartikan sebagai ‘5 setiap’;
‘q’ pada ‘sub q’ disalahartikan
sebagai
‘setiap’ (contoh: ‘heparin
diberikan ‘sub q 2 jam sebelum
operasi’ disalahartikan sebagai
heparin diberikan setiap 2 jam
sebelum operasi
U atau u Unit Disalahartikan sebagai Tuliskan ‘unit’
angka ‘0’atau ‘4’ menyebabkan
overdosis pemberian obat 10 kali
lipat (contoh; 4U disalhartikan
sebagai 40, atau 4u disalahartikan
sebagai 44) Dapat juga disalahartikan
sebagai ‘cc’ sehingga obat diberikan
dalam volume bukan unit (contoh; 4u
disalahartikan sebagai 4 cc)

M. Pelaksanaan morning metting


1. Karu menyiapkan tempat untuk melakukan pertemuan pagi / morning meeting
2. doa bersama
3. Karu memberikan arahan kepada staf dengan materi yang telah disiapkan sebelumnya

4. Karu melakukan klarifikasi apa yang telah disampaikan kepada staf

22
5. Memberikan kesempatan kepada staf untuk mengungkapkan permasalahan yang muncul di
ruangan
6. Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan masalah
7. Memberi motifasi dan reinforcement kepada staf
8. Meeting morning diikuti oleh seluruh staf ruangan yang dinas pagi dan malam

N. Pelaksanaan Timbang Terima ( Handover)


1. Menyiapkan tempat untuk serah terima tugas jaga
2. Menyiapkan status pasien
3. Buku catatan (bila diperlukan )
4. Serah terima tugas jaga diikuti Karu, katim, dan Perawat Pelaksana.
5. Didahului doa bersama (bisa dilakukan saat morning meeting)
6. Komunikasi antar pemberi tanggung jawab dan penerima tanggung jawab dilakukan
di depan pintu dengan suara perlahan / tidak ribut, atau di tempat lain yg disepakati.
7. Materi yang dikomunikasikan tertulis lengkap di dokumentasi asuhan keperawatan,
Menyebutkan :
a. identitas pasien
b. dx medis
c. dx keperawatan
d. tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu pelaksanaannya
e. Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktunya yang dilakukan selama
shift
f. Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah dilakukan (bila ada)
g. Menyampaikan evaluasi hasil tindakan keperawatan
h. Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama shift
i. Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan keperawatan yang belum
dilakukan
j. Menyebutkan rencana tindakan medis
8. Menginformasikan kepada pasien / keluarga nama perawat shift berikutnya pada akhir
tugas.
9. Memberi salam kepada pasien, keluarga, serta mengobservasi dan menginspeksi
keadaan pasien, menanyakan keluhan-keluhan pasien (dalam rangka klarifikasi).

O. Jadwal Rapat koordinasi


Daftar Rapat Koordinasi

23
N UNIT JADWAL RAPAT
O
1. Direktur Minggu ke 2
2. Manajer Setiap akhir bulan
3. Manajer Keperawatan Hari Jum’at Minggu ke 3
4. IGD Hari Selasa Minggu ke 2
5. Kebidanan Hari Jum’at Minggu ke 1
6. Poliklinik Hari Sabtu Minggu ke 2
7. Rekam Medis Hari Sabtu Minggu ke 2 (mengikuti poliklinik, koordinasi
antara pendaftaran dengan asisten poliklinik)
8. Fisioterapi Hari Sabtu Minggu ke 2 (mengikuti poliklinik)
9. ICU Hari Senin Minggu ke 1
10. Radiologi Hari Rabu Minggu ke 3
11. Bangsal Dewasa Hari Rabu Minggu ke 1
12. VK Hari Jum’at Minggu ke 1
13. CSSD Hari Sabtu Minggu ke 3
14. Perinatologi Hari Rabu Minggu ke 2
15. Bangsal Anak Hari Jum'at Minggu ke 2
16. Laboratorium Hari Rabu Minggu ke 3
17. IBS Hari Sabtu Minggu ke 4
18. Gizi Hari Kamis Minggu ke 4
19. Sanitasi Setiap Minggu ke 4
20. Diklat Hari Jum’at Minggu ke 2
21. PPI Hari Sabtu Minggu ke 1
22. Rapat Apoteker Hari Sabtu Minggu ke 2
23. Farmasi Hari Sabtu Minggu ke 3
24. Tim PFT Setiap 2 bulan sekali
25. IPSRS Hari Rabu Minggu ke 3
26. Sopir Hari Rabu Minggu ke 4
27. Satpam Hari Sabtu Minggu ke 2
28. BPJS Setiap Minggu ke 4
29. Rapat komite Hari Jum’at Minggu ke 3
Keperawatan
30. Rapat komite medis Minggu ke 3
31. Rapat KMKP Jumat Minggu ke 2 dan 4
32. Rapat komite PPI Per 3 bulan pada tanggal 15

24
P. Jadwal Apel pagi
Daftar Rapat Koordinasi
MINGG SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU
U
1 IPSRS IRNA ANAK FARMASI IRNA BEWASA LAB IGD
2 SATPAM GIZI IPCN VK IRJ DIKLAT
3 RADIOLOGI SANITASI IRNA PERINATOLOGI CSSD IBS IRNA KEBIDANAN
4 KEPERAWATAN CASE MANAJER ICU FISIOTERAPI IT RM
5 SANITASI BPJS ADMINITRASI MEDIS IPCN SATPAM

26
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Rekam medis
2. Formulir Edukasi Pasien dan Keluarga
3. Daftar nilai kritis laboratorium
4. Daftar test kritis radiologi
5. Cap “TBK ”
6. Daftar obat NORUM/LASA

Direktur Rumah Sakit Umum


Sarila Husada

drg. Evelina Yuliani, MPH, MH

27

Anda mungkin juga menyukai