Makalah Kelompok 2
Makalah Kelompok 2
Dosen Pembimbing :
……………………………..
Kelompok :
1. Ida Lestyowati NIM : 1804391
2. Ida Purwaningsih NIM : 1804392
3. Indra Kurniasari NIM : 1804393
4. Nurul Abkhoriyah NIM : 1804405
5. Warsiti NIM : 1804513
Advokasi merupakan peran profesional perawat untuk melakukan pembelaan dan perlindungan
kepada pasien. Dalam pelaksanaannya terdapat faktor yang penghambat dan pendukung peran
advokat perawat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan peran advokat di
ruang rawat inap RS di Kabupaten Semarang. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologis. Pengambilan sampel dilakukan secara purposif, berjumlah 5 informan.
Tehnik pengambilan data dengan wawancara mendalam. Penelitian ini menghasilkan 3 tema yaitu
definisi peran advokasi perawat, pelaksanaan tindakan peran advokasi perawat dan faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan peran advokasi perawat. Definisi peran advokasi perawat yaitu tindakan
perawat untuk memberikan informasi dan bertindak atas nama pasien. Pelaksanaan tindakan peran
advokasi meliputi memberi informasi, menjadi mediator dan melindungi pasien. Faktor yang
mempengaruhi pelaksanaannya terdiri dari faktor penghambat dan faktor pendukung. Faktor yang
menjadi penghambat antara lain: kepemimpinan dokter, lemahnya dukungan organisasi, kurangnya
perhatian terhadap advokasi, kurangnya jumlah tenaga perawat, kondisi emosional keluarga,
terbatasnya fasilitas kesehatan dan lemahnya kode etik. Sementara itu faktor yang mendukung
meliputi: kondisi pasien, pengetahuan tentang kondisi pasien, pendidikan keperawatan yang semakin
tinggi, kewajiban perawat dan dukungan instansi rumah sakit. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
advokasi tidak hanya diartikan sebatas pada tindakan membela pasien tetapi juga meliputi tindakan
memberi informasi, bertindak atas nama pasien, menjadi mediator dan melindungi pasien. Perawat
diharapkan dapat mengoptimalkan perannya sebagai advokat yaitu dengan memberikan informasi
yang dibutuhkan oleh pasien, menjadi penghubung antara pasien dan tim kesehatan lain, membela
hak-hak pasien dan melindungi pasien dari tindakan yang merugikan.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Konsep advokasi terus berkembang di bidang kesehatan termasuk dalam dunia
keperawatan. Advokasi ini sudah dirintis sejak zaman Florence Nigthtingale, meskipun belum
terkonsep langsung seperti perkembangan advokasi saat ini(Gyamfi & Breya, 2016). Advokasi
pasien merupakan esensi intrinsik dari etika keperawatan professional.Kebutuhan pasien
merupakan kunci advokasi dalam keperawatan. Advokasi menjadi inti dari komitmen profesional
keperawatan terhadap perlindungan hak azazi pasien, perlindungan pasien terhadap bahaya, dan
asuhan keperawatan yang berkualitas (Liske, 2014). Sehingga advokasi menjadi salah satu peran
penting perawat. Perawat sebagai advokator dapat didefinisikan sebagai peran perawat-klien
untuk melindungi hak dan kepentingan klien sesuai dengan kebutuhan klien (Charles, 2017).
Perawat mempunyai peran besar dalam mendorong dan melindungi kepentingan klien dengan
memberikan informasi yang dibutuhkan klien untuk mengambil suatu keputusan(Motamed-
jahromi et al., 2012 ; Med,2015). Hal ini merupakan salah satu wujud advokasi pasien. 2
Advokasi pasien adalah proses dimana perawat mengadvokasi, mendukung dan mempromosikan
kepentingan klien(Kible, 2012).Menurut (Rosiek & Leksowski, 2013)ada tiga dasar advokasi
pasien dalam konteks hubungan perawat dan klien yaitu hak azazi manusia, etik, dan empati.
Pertama, hak azazi pasien dan etik akan saling melengkapi. Kedua, etik keperawatan merupakan
moral hidup seorang perawat (Rusthoven & Bioethics, 2014). Etik merupakan istilah yang
digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku,apa yang seharusnya
dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain (Graber & Rizzo, 2016). Ketiga, empati termasuk
kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan mencoba
menyelesaikan masalah. Empati dan peduli dalam hubungan perawat-pasien menunjukkan
perhatian khusus perawat terhadap kebutuhan klien(Gelhaus, 2013; Rusthoven & Bioethics,
2014). Saat ini pasien lebih aktif dalam sistem pelayanan kesehatan karena adanya peningkatan
kesadaran akan keselamatan pasien yang dipengaruhi oleh semakin tingginya tingkat pendidikan,
semakin mudahnya akses internet, serta peningkatan teknologi dalam bidang kesehatan. Karena
hal tersebut, otonomi dan hak-hak pasien terabaikan akibat terbatasnya pengetahuan pasien
tentang obatobatan, prosedur tindakan medis dan perawatan serta perkembangan penyakit yang
dialami (Laney, 2013). Oleh sebab itu perlu ditingkatkan interaksi antara perawat dan pasien guna
berjalannya peran advokasi perawat. Peran advokasi perawat akan berjalan jika terjalin interaksi
yang baik antara perawat dan pasien. 3 Menurut (Charles, 2017 ; Kendall-taylor & Levitt,
2017)perawat berperan penting dalam membantu pasien memahami penyakitnya dan membuat
keputusan dengan benar dan tepat.Sebelum menjalankan peran advokasi, perawat harus memiliki
pengetahuan dan keterampilan terkait advokasi pasien agar perawat dapat menunjukkan sikap
positif dalam melindungi hak dan kepentingan pasien (Motamed-jahromi et al., 2012). Selain itu
perawat harus memahami apa yang diinginkan oleh pasien tanpa ada rasa takut dari pasien untuk
bertanya (Emrich et al., 2014). Saat pasien mengalami ketidakberdayaan, pasien akan mempunyai
harapan besar kepada perawat untuk mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan karen
perawat berada 24 jam bersama pasien (Laney,2013 ; Emrich, Fro, Bruns, Friedrich, & Frewer,
2014). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Laney (2013) yang menunjukkan bahwa alasan
perawat bertindak sebagai advocator bagi pasien adalah secara etis berkewajiban bertindak untuk
pasien ketika terancam oleh bahaya dan kebutuhan pasien untuk perawat bertindak atas nama
pasien. Peran advokasi perawat akan terlihat dalam komunikasi antara pasien dan perawat di
rumah sakit. Hasil penelitian(Emrich et al., 2014)menunjukkan bahwa pasien sering mengeluh
tentang kurangnya rasa empati perawat saat berdialog dengan pasien, hambatan istilah teknis
yang tidak dipahami pasien, dan pasien merasa kurang dihargai. Hal ini menunjukkan bahwa ada
dampak yang kurang baik 4 terhadap pasien apabila peran advokasi perawat ini tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Kurangnya advokasi yang efektif dalam pelayanan kesehatan akan
berdampak pada aspek keselamatan pasien dan kepuasan pasien. Advokasi pasien akan
meningkatkan keselamatan pasien dengan memastikan pelayanan dan perawatan yang tersedia
diberikan secara cepat, tepat dan aman. Manfaat advokasi pasien tidak hanya terlihat dalam
outcome pasien seperti penurunan angka pulang paksa, tetapi juga akan meningkatkan image
keperawatan di masyarakat dan status profesionalisme (Liske, 2014). Profesi perawat sedang
memasuki era dalam merebut peluang sebagai professional baru. Hal ini dapat dicapai melalui
peran perawat sebagai advokat untuk pasien dan profesi. Peran perawat sebagai advokat masih
kurang dipahami, tidak diteliti dan dipraktekkan secara minimal. Selama empat dekade terakhir,
para peneliti perawat telah berusaha untuk memahami dan mengkaji peran advokat
perawat(Branden, 2012; Cole, 2014 ). Menurut Ware, Bruckenthal, Davis, & O’Connor Von
(2012) dalam menjalankan peran advokasi juga dipengaruhi beberapa hal yang dapat
menghambat seorang perawat dapat berperan sebagai advocator.Hambatantersebutdiantaranya
kurangnya waktu (lack of time), kurangnya support (lack of support), tidak ada role model (no
role model), dan perebutan kekuasaan (power struggles) 5 Dirumah sakit pasien preoperasi,
merupakan salah satu pasien yang berhak mendapatkan peran advokasi dari perawat. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar pasien yang menjalankan operasi mengalami anxietas
disebabkan kurangnya pengetahuan atau informasi yang didapatkan terkait dengan operasi yang
akan dijalani. Untuk mengatasi hal tersebut maka salah satu solusi yang dapat diberikan adalah
pemberian informed consent sebelum pelaksanaan tindakan. Informed consent adalah
penyampaian informasi yang terkait diagnosa penyakit, tindakan yang akan dilakukan, prosedur
alternatif yang dilakukan, resiko yang timbul bila tidak dilakukan tindakan tersebut, kemampuan
pasien untuk mengambil keputusan, kesukarelaan dari pasien yang memberi izin (Sjamsuhidayat
dan Wim De Jong, 2012). Peran advokasi perawat diharapkan mampu membantu pasien dan
keluarga memahami informasi dari pemberi layanan dan memberikan informasi lain yang
diperlukan untuk mengambil persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan serta
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien (Mubarak dan Nur Chayatin, 2009).
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang dimaksud tenaga
kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan, memiliki
pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang memerlukan
pembangunan kesehatan sehingga tanpa tersedianya tenaga dalam jumlah dan jenis yang sesuai,
maka pembangunan kesehatan tidak akan dapat berjalan secara optimal. Kebijakan tentang
pendayagunaan tenaga kesehatan sangat dipengaruhi oleh kebijakan kebijakan sektor lain,
seperti: kebijakan sektor pendidikan, kebijakan sektor ketenagakerjaan, sektor keuangan dan
peraturan kepegawaian.
kesehatan antara lain: kebijakan tentang arah dan strategi pembangunan kesehatan, kebijakan
tentang pelayanan kesehatan, kebijakan tentang pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, dan
kebijakan tentang pembiayaan kesehatan. Selain dari pada itu, beberapa faktor makro yang
menguatnya komersialisasi pelayanan kesehatan, teknologi kesehatan dan informasi. Oleh karena
itu, kebijakan pendayagunaan tenaga kesehatan harus memperhatikan semua faktor di atas
ayat 2 perawat adalah seorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan baik di dalam
maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan. Tyalor C Lillis C Lemone (1989) mendefinisikan perawat adalah seseorang yang
berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dengan melindungi seseorang karena
dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang mengalami gangguan
fisik, psikis, dan social agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk
pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada
bagian integral dari pelayanan/asuhan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit
praktek keperawatan yang dilandasi oleh nilai-nilai profesional, yaitu mempunyai otonomi
yang mandiri, kolaborasi dengan disiplin lain, pemberian pembelaan dan memfasilitasi
kepentingan klien. Tuntutan terhadap kualitas pelayanan kesehatan keperawatan mendorong
perubahan dalam memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan bermutu. Dalam
a. Sehat Jasmani
berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, tambut tersisir
rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur
b. Sehat Mental
Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam
pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat” (Men Sana In
Corpore Sano)
Atribut seorang insan yang memiliki mental yang sehat adalah sebagai
berikut:
1) Selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak pernah menyesal dan
kasihan terhadap dirinya, selalu gembira, santai dan menyenangkan serta tidak ada
2) Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak mudah
tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi terhadap kebutuhan emosi
orang lain.
3) Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah takut, cemburu,
benci serta menghadapi dan dapat menyelesaikan masalah secara cerdik dan
bijaksana.
c. Sehat Spiritual
Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO
(World Health Organization) dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari- hari
kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti
ceramah agama, zikir dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis atau
tidak menonton.
Ketiga komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai “Positive
Health” karena lebih realistis dibandingkan dengan definisi WHO yang hanya bersifat
praktikperawat, perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik didalam
maupun diluar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling sering dan paling lama
perkembangan kondisi kesehatan klien secara menyeluruh dan bertanggung jawab atas klien
(Asmadi, 2008).
guna memelihara dan memulihkan kesehatan klien atau mencapai kematian yang damai.
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia
(Kustanto, 2003).
a. Peran Perawat
Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang.
Perawat mempunyai enam peran, yaitu sebagai penemu kasus (case finder), sebagai pemberi
advokat.(Depkes, 2006).
Pada peran ini perawat sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan baik secara
individu,keluarga, kelompok, dan masyarakat berupa asuhan keperawatan yang utuh serta
berkesinambungan sesuai diagnosis masalah yang terjadi, mulai dari masalah yang bersifat
sederhana, sampai masalah kompleks. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat
Peran sebagai pelaksana (care giver) merupakan peran dalam memberikan asuhan
keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada klien dengan pendekatan
pemecahan masalah sesuai dengan metode dan proses keperawatan. Dalam melaksanakan
peran ini perawat bertindak sebagai comforter, protector, advocate, communicator, serta
rehabilitator. Sebagai comforter perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman
pada klien. Peran sebagai protectordan advocatelebih berfokus pada kemampuan perawat
melindungi danmenjamin hak dan kewajiban klien agar terlaksana dengan seimbang dalam
penghubung antara klien dengan anggota kesehatan lainya. Peran ini erat kaitannya dengan
keberadaan perawat saat mendampingi klien sebagai pemberi asuhan keperawatan selama
pemberian asuhan keperawatan yakni mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar
Peran dan fungsi perawat adalah wujud dari pada tanggung jawab perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Tanggung
didapat secara tidak langsung yaitu pada kunjungan pasien ke rumah sakit/ puskesmas.
membantu mengklarifikasi informasi dan mendukung klien serta anggota keluarga didalam
upaya pencapaian kesehatan optimum. Sebagai pendidik atau penyuluh kesehatan, fungsi
yang dilakukan perawat adalah sebagai berikut mengkaji kebutuhan klien untuk
menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
Dari hasil pengkajian diharapkan dapat diketahui tingkat pengetahuan klien, informasi apa
yang diperlukan klien, dan apa yang ingin diketahui dari klien. Meningkatkan dan
program penyuluhan atau pendidikan kesehatan baik untuk topik sehat ataupun sakit seperti
nutrisi, latihan, dan penyakit. Membantu klien untuk memilih informasi kesehatan dari
buku-buku, koran, TV, teman dan lainnya (Efendi dan Makhfudli, 2009).
profesi lainnya. Peran perawat sebagai kolaborator dilaksanakan dengan cara bekerja sama
dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, fisioterapis, ahli gizi, radiologi, laboratorium,
termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentukpelayanan selanjutnya untuk
Kebanyakan perawat adalah anggota dari tim perawatan kesehatan dan berkolaborasi
dengan anggota lainnya untuk memberikan perawatan klien yang komprehensif dan
spesialis, seperti ahli terapi pernapasan, ahli gizi atau ahlineonatus guna memberikan
layanan atau memberi bantuan dalam terapi dan perawatan klien. Anggota tim kesehatan
lainnya juga bergantung pada keahlian perawat dalam memahami faktor multipel yang
memengaruhi kesehatan klien dan dalam mengoordinasi berbagai layanan untuk memenuhi
Peran perawat sebagai konselor dijadikan sebagai tempat bertanya oleh individu,
dan kebutuhan klien, serta melibatkan sumber-sumber yang lain, seperti keluarga (Mubarak
5) Pembela (advovate)
Perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum, serta menbantu
klien dalam menyatakan hak-hak bila di butuhkan. Peran ini juga dilakukan perawat dalam
membantu klien dan keluarga dalam menginterpetasikan berbagi informasi dan pemberi
pelayanan atau juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak klien yang
meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak
untuk menentukan nasibnya sendiri, hak atas privasi, dan hak untuk menrima ganti rugi
b. Fungsi Perawat
Fungsi perawat adalah suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh seseorang sesuai
dengan perannya. Fungsi dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. Fungsi
1) Dependent
instruksi dari tim nakes yang lain (dokter, ahli gizi, radiologi, analis medis, dll) atau biasa
2) Independent
Merupakan Fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain atau tim kesehatan
lain. Perawat melaksanakan tugasnya secara mandiri dengan keputusan sendiri dalam
melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti kebutuhan
3) Interdependent
Advokasi adalah tindakan membela hak-hak pasien dan bertindak atas nama pasien. Perawat
mempunyai kewajiban untuk menjamin diterimanya hak-hak pasien. Perawat harus membela pasien
apabila haknya terabaikan (Vaartio, 2005; Blais, 2007). advokasi juga mempunyai arti tindakan
melindungi, berbicara atau bertindak untuk kepentingan klien dan perlindungan kesejahteraan
(Vaartio, 2005). Seringkali pasien mengalami ketakutan dan kecemasan berlebihan
terhadap penyakitnya. Perawat atau tim kesehatan lain seharusnya dapat memberikan saran mengenai
pengobatan dan proses kesembuhannya. Saran yang diberikan dapat mengurangi kecemasan yang
dialami pasien sehingga dapat menunjang keberhasilan pengobatan selanjutnya (Soetjiningsih, 2008).
Perawat harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan khusus dalam memberikan
informasi kepada pasien, sehingga dapat menyampaikan informasi tentang diagnosa medis,
prosedur dan proses terapi ke dalam bahasa pasien yang mudah dipahami dan diterapkan. Advokasi
juga ditujukan kepada pasien yang membutuhkan peran perawat untuk menyediakan data yang
dibutuhkan tentang pengobatan dan proses terapi (Nicoll, 2012; Promtape, 2004).
Perannya sebagai advokat, perawat diharapkan mampu untuk bertanggung jawab dalam
membantu pasien dan keluarga menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan yang
diperlukan untuk mengambil persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya serta
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien. Hal ini harus dilakukan, karena pasien yang sakit
dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan.
Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan pasien sehingga
diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak pasien (Mubarak dkk, 2000). Perawat juga
berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan
kebutuhan pasien, membela kepentingan pasien dan membantu pasien dalam memahami semua
informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional
maupun profesional (Dwidiyanti, 2007). Sebagai advokat, perawat juga harus bertanggung jawab
untuk melindungi hak pasiendan melindungi dari adanya penyimpangan (Purba, 2009).
Sebagian besar perawat meyakini bahwa kepemimpinan dokter merupakan faktor yang
paling penting yang menghambat advokasi. Perawat merasa masih sangat sulit untuk berbicara atas
nama pasien dengan posisi dokter yang mendominasi, meskipun dengan pengetahuan yang
baik tentang suatu masalah (Negarandeh, 2006). Informan mengatakan faktor yang menghambat
terlaksananya peran advokasi perawat yaitu terbatasnya jumlah tenaga perawat.
Berdasarkan teori disampaikan bahwa kualitas asuhan keperawatan yang optimal yang
didalamnya termasuk peran advokasi perawat, dapat dicapai apabila beban kerja dan sumber daya
perawat yang ada memiliki proporsi yang seimbang. Perawat yang bekerja di rumah di rumah sakit
menjalani peningkatan beban kerja dan masih mengalami kekurangan jumlah perawat. Hal ini
disebabkan karena peran perawat belum didefinisikan dengan baik dan kebanyakan perawat dibebani
dengan tugas-tugas non keperawatan (Werdati, 2003))
Informan berpendapat bahwa kondisi pasien sangat mendukung pelaksanaan peran
advokasi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa sesorang sakit, kekuatan fisik dan mentalnya menurun.
Pasien yang dalam kondisi lemah atau bahkan kritis sangat membutuhkan seorang advokat yang
dapat melindungi kesejahteraannya (Promtape, 2004). Disampaikan oleh informan juga bahwa
instansi sangat mendukung tindakan advokasi perawat yang kemudian dapat membantu proses
penyembuhan pasien. Instansi rumah sakit selalu memberikan motivasi dan anjuran untuk
melindungi pasie serta memberikan kemudahan dalam proses birokrasi terapi pengobatan. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa advokasi memerlukan tindakan politis yaitu dengan mengkomunikasikan
kebutuhan perawatan kesehatan klien kepada pemerintah atau pimpinan yang mempunyai wewenang
untuk melakukan sesuatu tentang kebutuhan tersebut (Kozier, 2012)