PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
anak di dunia dengan prevalensi kekurusan sekitar 14,3%, jumlah anak yang
2013 didapatkan status gizi umur 5-12 tahun (menurut IMT/U) di Indonesia,
yaitu prevalensi kurus adalah 11,2%, terdiri dari 4,0% sangat kurus dan
7,2% kurus. Masalah gemuk pada anak di Indonesia juga masih tinggi dengan
prevalensi 18,8%, terdiri dari gemuk 10,8% dan sangat gemuk (obesitas) 8,8
Salah satu penyebab masih banyaknya kasus kurang gizi dan gizi
buruk karena anak Indonesia selama ini sangat kurang minum susu, bahkan
1
2
liter, singapura 32 liter, Filipina 11,3 liter dan bahkan Vietnam 10,7 liter
(Khomsam, 2008).
gizi baik individu maupun populasi. Seorang anak yang sehat dan normal akan
mempengaruhi status gizi secara langsung adalah asupan makanan dan infeksi.
rata-rata Angka Kecukupan Energi (AKE) anak usia 5-12 tahun sebesar 1.636
Kkal dari kebutuhan 1.913 Kkal. Yakni sekitar 30 persen anak Indonesia
mendapatkan asupan gizi kurang dari 70 persen AKE. Hal ini membuat anak
stunting. Kemudian, asupan 70-100 persen AKE hanya dirasakan 40,1 persen
persen dan 10,2 persen di atas 130 persen AKE yang membuat anak menjadi
2014, menemukan bahwa rata-rata konsumsi sayur dan buah pada anak usia
hingga 59 bulan hanya 65,8 gram per hari, sedangkan usia 5-12 tahun tak jauh
3
berbeda dengan 81,9 gram per hari. Kekurangan gizi ini memberikan dampak
Sementara itu, anemia dan defisiensi vitamin merupakan hasil kekurangan gizi
hidup di bawah garis kemiskinan, 50% dari total rumah tangga mengkonsumsi
makanan kurang dari kebutuhan sehari-hari, lebih dari 5 juta anak di bawah
usia lima tahun menderita kurang gizi dan sekitar 100 juta orang beresiko dari
berbagai masalah gizi lainnya (kurang zat besi, kurang iodium, kurang vitamin
A, kurang kalsium, kurang zink, dan lain-lain) (Depkes RI, 2008). Empat
dunia akibat kurang gizi sebelum berusia lima tahun dan sebagian besar
Ijadunola, 2007).
Asupan zat gizi makanan pada seseorang dapat menentukan tercapainya
tingkat kesehatan, atau sering disebut status gizi. 62 % lebih anak di perkotaan
memiliki tinggi badan normal dari segi umur, sedangkan anak di pedesaan
hanya 49% (Atmarita, 2007). Anak sekolah usia 6-12 tahun sangat
dan Siti, 2005). Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak
seimbang dengan kebutuhan tubuh, maka akan terjadi kesalahan akibat gizi
(Notoatmodjo, 2003).
Sebagaimana pemerintahan kabupaten berupaya untuk menyamakan
standardisasi. Hasil akhir adalah bahwa kurangnya kapasitas gizi pada tingkat
pada tingkat pusat dan propinsi telah berakibat hancurnya program gizi secara
jaringan. Kelompok anak sekolah ini umumnya mempunyai kondisi gizi yang
kurang memuaskan karena asupan zat gizi yang dikonsumsi seringkali hanya
perkembangan, energi, berpikir, beraktivitas fisik, dan daya tahan tubuh. Zat
gizi yang dibutuhkan anak adalah seluruh zat gizi yang terdiri dari zat gizi
makro seperti karbohidrat, protein, lemak serta zat gizi mikro seperti vitamin
dan mineral. Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun relatif lebih besar
dari pada golongan umur 7-9 tahun, karena pertumbuhan relatif cepat,
seluruh kabupaten/kota. Dari hasil pemantauan status gizi pada tahun 2013 di
kabupaten Gowa terdapat 9 kasus Gizi Buruk dan 195 kasus BGM (Bawah
Garis Merah) dari 23.947 Balita yang Ditimbang, pada Tahun 2014 terdapat 4
kasus Gizi Buruk dan 313 kasus BGM, pada tahun 2015 terdapat 9 kasus Gizi
Buruk dan 258 kasus BGM, sedangkan pada tahun 2016 terdapat 8 kasus Gizi
penelitian tentang gambaran asupan zat gizi makro dan gizi mikro dengan
adalah Gambaran Zat Gizi Makro dan Zat Gizi Mikro dengan Status Gizi Anak
Kriteria Objektif :
Kriteria Objektif :
Kriteri Objektif :
Kriteri Objektif :
Normal = Jika rata-rata konsumsi zat besi (Fe) =20-25 mg per hari
Kurang = Jika rata-rata konsumsi zat besi (Fe) <20-25 mg per hari
Kriteria Objektif :
Cukup = Jika rata-rata konsumsi zat zink ≥ 80 % dari standar
AKG
Kurang = Jika rata-rata konsumsi zat zink < 80 % dari standar
AKG
6. Asupan Vitamin A
7
Kriteria Objektif :
AKG
Kurang = Jika rata-rata konsumsi vitamin A < 80 % dari standar
AKG
D. Kajian Pustaka
Hasil penelitian yang sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Agustina, dkk (2015) di Pulau Sulawesi yang menunjukkan bahwa rata-
rata asupan protein pada kelompok umur 6 tahun termasuk kategori sedang
(80-90% AKG) namun pada usia 7-9 tahun dan usia 10-12 tahun termasuk
kategori deficit (<70% AKG). Tidak terdapat perbedaan asupan zat gizi
makro dan serat terhadap status gizi (IMT/U) di Pulau Sulawesi (p>0,05).
Penelitian ini menemukan adanya keberagaman asupan dan status gizi anak
usia sekolah.
Penelitian ini juga telah dilakukan oleh Marliyati dkk (2014) di
Pada umumnya status gizi mereka normal (93.5%). Lebih dari separuh anak
hubungan antara tingkat kecukupan energi dan protein dengan status gizi
adanya faktor lain (konsumsi makanan, cadangan vitamin A dalam hati, dan
sosio ekonomi). Tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi dan
dan status gizi normal. Terdapat hubungan yang signifi kan antara tingkat
Kesimpulan penelitian ini adalah status gizi responden ditentukan oleh tingkat
dengan status gizi anak SD Inpres Bakung Kel. Samata Tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui asupan zat gizi makro seperti asupan energi dan protein
2018.
3. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh tentang gambaran asupan zat gizi makro
dan zat gizi mikro dengan status gizi anak SD Inpres Bakung Kel. Samata
penelitian.
b. Manfaat Praktis
c. Manfaat Institusi
gizi anak sekolah, sehingga menjadi penerus bangsa yang sehat dan cerdas.