Anda di halaman 1dari 3

sejarah singkat tahura.

Sejak tahun 1985, Tahura SSH telah dirintis pembentukannya dengan melakukan persiapan penetapan
hutan wisata. Melalui Surat Keputusan Gubernur Riau Nomor 367/IV/1985 tanggal 24 April 1985,
ditetapkan hutan wisata seluas 1.000 hektare di daerah Minas. Selanjutnya melalui dana APBD dan IHH
(Iuran Hasil Hutan), dilakukan pembuatan sarana wisata dan beberapa sarana penunjang menuju
terbentuknya Taman Hutan Raya. Sejak tahun 1986, Gubernur Riau telah mengupayakan pengukuhan
kawasan menjadi seluas 5.000 hektare dan bahkan lebih luas lagi mencapai 40.000 hektare. Namun
akibat adanya kepentingan pemakaian dan tumpang tindih areal, maka hal tersebut belum dapat
diwujudkan.

Akhirnya setelah dikeluarkannya beberapa kepentingan dari beberapa pihak di dalam kawasan, barulah
terwujud luas Taman Hutan Raya menjadi 5.920 hektare dan pada tanggal 16 Agustus 1994, Gubernur
Riau merekomendasikannya kepada Menteri Kehutanan untuk ditetapkan menjadi Taman Hutan Raya
(Tahura). Rekomendasi tersebut ditindaklanjuti oleh Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan
No.349/Kpts-II/1996 tanggal 5 Juli 1996, bahwa Kelompok Hutan Takuana Minas, ditunjuk sebagai Taman
Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim seluas 5.920 hektare. Setelah dilakukan penataan batas, Menteri
Kehutanan dan Perkebunan menetapkannya menjadi Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim melalui
Surat Keputusan No.348/Kpts-II/1999 tanggal 26 Mei 1999 dengan luas 6.172 hektare.

40.000 hektare. Namun akibat adanya kepentingan pemakaian dan tumpang tindih areal, maka hal
tersebut belum dapat diwujudkan.

Akhirnya setelah dikeluarkannya beberapa kepentingan dari beberapa pihak di dalam kawasan, barulah
terwujud luas Taman Hutan Raya menjadi 5.920 hektare dan pada tanggal 16 Agustus 1994, Gubernur
Riau merekomendasikannya kepada Menteri Kehutanan untuk ditetapkan menjadi Taman Hutan Raya
(Tahura). Rekomendasi tersebut ditindaklanjuti oleh Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan
No.349/Kpts-II/1996 tanggal 5 Juli 1996, bahwa Kelompok Hutan Takuana Minas, ditunjuk sebagai Taman
Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim seluas 5.920 hektare. Setelah dilakukan penataan batas, Menteri
Kehutanan dan Perkebunan menetapkannya menjadi Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim melalui
Surat Keputusan No.348/Kpts-II/1999 tanggal 26 Mei 1999 dengan luas 6.172 hektare.40.000 hektare.
Namun akibat adanya kepentingan pemakaian dan tumpang tindih areal, maka hal tersebut belum dapat
diwujudkan.

Akhirnya setelah dikeluarkannya beberapa kepentingan dari beberapa pihak di dalam kawasan, barulah
terwujud luas Taman Hutan Raya menjadi 5.920 hektare dan pada tanggal 16 Agustus 1994, Gubernur
Riau merekomendasikannya kepada Menteri Kehutanan untuk ditetapkan menjadi Taman Hutan Raya
(Tahura). Rekomendasi tersebut ditindaklanjuti oleh Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan
No.349/Kpts-II/1996 tanggal 5 Juli 1996, bahwa Kelompok Hutan Takuana Minas, ditunjuk sebagai Taman
Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim seluas 5.920 hektare. Setelah dilakukan penataan batas, Menteri
Kehutanan dan Perkebunan menetapkannya menjadi Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim melalui
Surat Keputusan No.348/Kpts-II/1999 tanggal 26 Mei 1999 dengan luas 6.172 hektare.

1.keanekaragaman flora fauna.

Tercatat sekitar 127 jenis flora yang merupakan tumbuhan asli hutan Tahura SSH yang didominasi dari
family Dipterocarpaceae, Lauraceae, Euphorpeaceae, Anacardiaceae, Guttiferae, Sapotaceae, dan
Myrtaceae. Bahkan beberapa jenis pohon yang saat ini sudah sulit dijumpai, sebagai akibat pembalakan
liar yang marak terjadi di Provinsi Riau, masih dapat dijumpai di hutan Tahura SSH seperti jenis pohon
meranti, keruing, dan kulim dengan ukuran diameter kayu yang sangat besar bahkan beberapa jenis
dapat dijumpai dengan ukuran diameter lebih dari 1 meter. Selain jenis asli, juga terdapat beberapa jenis
pohon yang didatangkan dari luar sebagai koleksi di antaranya gaharu, matoa, serta beberapa jenis
tanaman buah seperti tampui, lengkeng, kedondong, rambutan, dan durian montong.[1]

Kawasan Tahura SSH juga memiliki keanekaragaman jenis fauna yang cukup tinggi. Sedikitnya dapat
dijumpai 42 jenis burung, 4 jenis reptilia, dan 16 jenis mamalia. Di antara 42 jenis burung terdapat satu
jenis burung yang hanya ada di Sumatra yaitu burung serindit melayu (Loriculus galgulus), sedangkan
jenis burung lain yang dapat dijumpai diantaranya jenis burung elang (Halicetus sp), enggang (Buceros
rhinoceros), dan beo (Gracul refiigiosa).

Jenis-jenis reptilia di antaranya ular sanca (Sanca sp), biawak (Salvator sp), tokek, dan bunglon terbang.
Untuk jenis mamalia antara lain gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis), harimau loreng
sumatera (Panthera tigris sumatrensis), tapir (Tapirus indicus), babi hutan (Sus scrofa), ungko (Hylobates
agifis), beruk (Macaca nemestrina), siamang (Symphalangus syndactylus), beruang madu (Helarctos
malayanus), kijang (Muntiacus muntjak), dan landak (Hystrix brachyura).

2. objek menarik

Pusat pelatihan gajah Sunting

Di ujung kawasan taman hutan raya ini, terdapat Pusat Pelatihan Gajah yang bisa ditempuh dengan
berjalan kaki atau menggunakan sepeda gunung dan sepeda motor. Ada dua jalur yang bisa ditempuh,
yakni jalur trek sepeda gunung (jalan setapak) dan jalur biasa. Jarak tempuh jalur trek sepeda panjangya
mencapai 12 kilometer, yang masih tersedia pilihan lain, yakni jalur khusus menuju Sungai Bulun dengan
pasir putih yang ada di kawasan tersebut. Sedangkan untuk jalur biasa bisa ditempuh dengan jarak 9
kilometer.[3]
Pusat Pelatihan Gajah ini berada di bawah pengawasan Kementerian Kehutanan, Direktorat Jenderal
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Riau.
Pada tahun 2015, Pusat Pelatihan Gajah (PLG) ini memiliki 27 ekor gajah, terdiri dari 15 ekor gajah jantan
dan 12 ekor gajah betina, dari tertua hingga gajah terkecil. Gajah tertua diberi nama Sengharun berumur
42 tahun, yang merupakan gajah jantan dengan bobot kurang lebih 3,3 ton.[4]

3. biaya masuk.

Sampai saat ini belum ada peraturan daerah (perda) yang mengatur mengenai biaya masuk atau uang
masuk, sehingga tidak ada pungutan jika ada pengunjung yang ingin datang ke Tahura SSH. Namun, ada
beberapa peraturan yang harus dipenuhi pengunjung sebelum datang ke sana, di antaranya mengurus
surat izin masuk di kantor Dinas Kehutanan Provinsi Riau yang terletak di Jalan Sudirman, Pekanbaru.[3]

daftar pustaka.

^ a b c d e "Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Provinsi Riau". Dinas Kehutanan Provinsi
Riau. 11 Mei 2015. Diakses tanggal 22 April 2017.

^ "Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 5 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Taman Hutan Raya
Sultan Syarif Hasyim" (PDF). Kemendagri. 2015. Diakses tanggal 23 April 2017.

^ a b c "Menyusuri Ribuan Jenjang di Tahura". Riau Pos. 21 September 2014. Diakses tanggal 23
April 2017.

^ "Melihat Aktivitas Gajah di Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas". Trip Riau. 12 Januari 2015.
Diakses tanggal 23 April 2017.

Anda mungkin juga menyukai