Meilin Penggaraman
Meilin Penggaraman
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengolahan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan ikan dari
proses pembusukan, sehingga mampu disimpan lama sampai tiba waktunya untuk
dijadikan sebagai bahan konsumsi. Usaha dalam melaksanakan pengolahan dapat
dilakukan dengann berbagai macam cara. Misalnya, ikan yang baru ditangkap
dapat dipertahankan kesegarannya dengan cara didinginkan atau dibekukan, atau
dapat pula diolah menjadi produk setengah jadi seperti dalam pembuatan ikan
pindang (Adawyah, 2007).
Prinsip pengolahan ikan pada dasarnya bertujuan melindungi ikan dari
pembusukan atau kerusakan. Selain untuk menghambat dan menghentikan akvitas
enzim maupun mikroorganisme, pengolahan juga bertujuan untuk memperpanjang
daya awet dan mendiversikasikan produk olahan hasil perikanan. Cara pengolahan
yang umum dilakukan, pada dasarnya dibagi menjadi empat bagian golongan
yaitu, 1) pengolahan dengan memanfaatkan faktor fisikawi, 2) pengolahan dengan
bahan pengawet, 3) pengolahan yang memanfaatkan faktor fisikawi dan bahan
pengawet, serta 4) pengolahan dengan cara fermentasi (Adawyah, 2007).
Pengawetan dengan metode penggaraman, merupakan cara pengawetan yang
sudah lama dilakukan. Pada proses penggaraman, pengawetan dilakukan dengan
cara mengurangi kadar air dalam badan ikan sampai titik tertentu sehingga bakteri
tidak dapat hidup dan berkembang lagi. Pengawetan ikan dengan cara
penggaraman terdiri atas dua proses, yaitu proses penggaraman dan proses
pengeringan. Adapun tujuan utama dari penggaraman sama dengan tujuan proses
pengawetan atau pengolahan lainnya, yaitu untuk memperpanjang daya tahan dan
daya simpan ikan. Ikan yang mengalami proses penggaraman menjadi awet
karena garam dapat menghambat atau membunuh bakteri penyebab kebusukan
ikan (Adawyah, 2007).
Penggaraman merupakan salah satu cara pengawetan ikan dengan
menggunakan garam kristal, larutan garam dan air laut pada kondisi penyimpanan
70
suhu kamar, suhu dingin dan/ atau pemanasan. Metode penggaraman sudah lama
dilakukan oleh masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan/pengolah.
Garam berfungsi sebagai pengawet karena dapat menarik air dari daging ikan
akibat perbedaan osmotik, diikuti dengan penetrasi garam ke dalam daging ikan
sehingga akan memecahkan dinding sel mikroba pembusuk, serta menurunkan
aktivitas air (Aw) bahan sehingga mikroba tidak dapat berkembang biak
(Junianto, 2003).
B. Tujuan
Praktikum ini dilaksanakan memiliki beberapa tujuan diantaranya, sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui metode penggaraman
2. Untuk mengetahui peranan garam dalam proses pengawetan menggunakan
metode penggaraman
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penetrasi garam
4. Untuk mengetahui persiapan dan cara pengolahan ikan asin
C. Manfaat
Praktikum ini dilaksanakan memiliki beberapa manfaat diantaranya, sebagai
berikut:
1. Dapat mengetahui metode penggaraman
2. Dapat mengetahui peranan garam dalam proses pengawetan menggunakan
metode penggaraman
3. Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi penetrasi garam
4. Dapat mengetahui persiapan dan cara pengolahan ikan asin
71
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Subordo : Anabantoide
Famili : Helostomatidae
Genus : Helostoma
Gambar 1. Ikan Biawan (Helostoma
Spesies : H. temminckii
temminckii) (Dokumentasi pribadi, 2017)
B. Anatomi dan Morfologi Ikan Biawan
Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan
sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip ekornya
sendiri berbentuk nyaris bundar atau mengarah cembung ke luar, sementara sirip
dadanya yang berjumlah sepasang juga berbentuk nyaris bundar. Di kedua sisi
tubuhnya terdapat gurat sisi, pola berupa garis tipis yang berawal dari pangkal
celah insangnya sampai pangkal sirip ekornya. Kurang lebih ada sekitar 43-
72
48 sisik yang menyusun gurat sisi tersebut. Ikan tambakan diketahui bisa tumbuh
hingga ukuran 30 sentimeter (Saanin, 1984).
Salah satu ciri khas dari ikan tambakan adalah mulutnya yang memanjang.
Karakteristik mulutnya yang menjulur ke depan membantunya mengambil
makanan semisal lumut dari tempatnya melekat. Bibirnya diselimuti oleh
semacam gigi bertanduk, namun gigi-gigi tersebut tidak ditemukan di bagian
mulut lain seperti faring, premaksila, dentary, dan langit-langit mulut. Ikan
tambakan juga memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya menyaring
partikel-partikel makanan yang masuk bersama dengan air (Saanin, 1984).
Ada dua jenis ikan tambakan berdasarkan warnanya, namun mereka masih
termasuk dalam spesies yang sama: ikan tambakan berwarna hijau dan ikan
tambakan berwarna pucat atau merah muda. Belakangan, ada juga jenis ikan
tambakan yang ukurannya lebih kecil dari ikan tambakan kebanyakan dan
bentuknya bundar nyaris menyerupai balon. Variasi genetis ikan tersebut biasa
dikenal dengan nama "gurami pencium kerdil" atau "balon merah muda" (Saanin,
1984).
C. Garam
Garam (NaCl) dapat berpengaruh positif dan bersifat pengawet bila
ditambahkan pada jaringan hewan atau tumbuhan segar. Garam akan berperan
sebagai penghambat selektif pada mikroba perusak atau pembusuk. Mikroba,
spora mikroba, dan enzim proteolitik pembusuk daging ikan adalah yang paling
mudah tertekan walaupun dengan kadar garam yang sangat rendah (sampai 6%).
Mikroba patogen, terutama Clostridium botulinum kecuali Streptoccus aureus,
kecuali Streptococcus aureus, dapat dihambat dengan larutan garam
berkonsentrasi 10-12%. Beberapa jenis mikroba, terutama Leuconostoc dan
Lactobacillus tumbuh cepat pada kondisi garam tinggi. Di sisi lain, garam juga
memengaruhi aktivitas air dari bahan sehingga dapat mengendalikan dan
menyeleksi pertumbuhan mikroba (Fardiaz, 1992).
Menurut Fardiaz (1992), garam dapur (NaCl) adalah yang paling umum dan
banyak digunakan untuk mengawetkan hasil perikanan daripada jenis-jenis bahan
73
E. Cara-Cara Penggaraman
Menurut Moeljanto (1982), penggaraman ikan dapat dilakukan dalam
berbagai cara, yaitu:
1. Dengan garam kering yang ditaruh dalam wadah atau tempat kedap air (dry
salting).
2. Dengan menggunakan larutan garam (brine/wet), ditempatkan dalam wadah
kedap air (brine salting/wet salting).
3. Dengan garam kering, dimana ikan yang digarami ditumpuk-tumpuk tanpa
wadah kedap air, sehingga brine yang terbentuk tidak tertampung (kench cure
atau kench salting).
4. Penggaraman yang diikuti proses perebusan atau diteruskan dengan
pencelupan ke dalam “brine” panas (pengolahan pindang dan cue).
es (house refrigerator). Bila penggaraman brine salting, dapat saja ikan dibiarkan
terendam dalam brine, sampai tiba waktu penjualan atau pemasakan (Moeljanto,
1982).
Selain penyimpanan, cara pengemasan (packing) juga membantu untuk
mempertahankan mutu. Pengemasakan akan mencegah kelembapan ikan dan
memperkecil kemungkinan oksidasi lemak serta tumbuhnya jamur. Pengemasan
baik, dapat mengurangi kerusakan akibat penanganan yang kasar dan mencegah
pengotoran oleh zat-zat lain yang merugikan (Moeljanto, 1982).
Pada waktu-waktu tertentu hendaknya selalu dilakuakn pemeriksaan, jika
ikan asin disimpan lama. Bila terlanjut lembab atau berjamur, ikan dijemur agar
dapat disimpan lebih lama lagi (Moeljanto, 1982).
76
BAB III
METODE PRAKTIKUM
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini, sebagai berikut:
a. Ikan Biawan (Helostoma temminckii)
b. Garam
c. Air
C. Prosedur Kerja
Dalam Penggaraman Basah (Brine Salting atau Wet Salting) Ikan Biawan
(Helostoma temminckii) terdapat beberapa tahapan kerja, yaitu sebagai berikut:
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
77
3. Ikan biawan segera disiangi, buang sisik, insang, ekor dan bagian isi perut.
Cuci dengan air bersih hingga bebas dari darah dan lender. Kumpulkan dalam
piring plastik, tiriskan beberapa saat.
(a) (b)
Gambar . Proses membersihkan ikan hingga ditiriskan
(Dokumentasi pribadi, 2017)
5. Timbang garam dengan konsentrasi garam 15% dari berat ikan, lalu lumuri
garam sampai ke rongga perut ikan. Kemudian, susun ke dalam baskom.
6. Kemudian, masukan garam ke dalam baskom dan di beri air dengan volume
500ml.
79
(a) (b)
Gambar . Proses mencampurkan garam dengan air
(Dokumentasi pribadi, 2017)
7. Letakkan ikan di dalam baskom yang telah diisi garam dan air, kemudian
masukan ke dalam plastik dan ikat plastic tersebut.
8. Ikan yang sudah didalam plastik dibiarkan selama 24jam setelah itu di
keluarkan dan dijemur selama 3hari atau lebih pada kondisi cuaca yang terik.
9. Setelah kering, ikan diambil.
80
10. Kemudian, timbang ikan biawan untuk mengetahui berat akhir Ikan Biawan
(Helostoma temminckii) setelah proses pengeringan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum pengawetan ikan biawan menggunakan
metode penggaraman basah kemudian di keringkan (pengeringan) yang dilakukan
selama 3 hari pada saat cuaca terik dari pukul 09.00 sampai 17.00 WITA , yaitu
sebagai berikut:
B. Pembahasan
Garam merupakan faktor utama dalam proses penggaraman ikan. Garam
merupakan bahan pembantu yang sengaja di tambahkan atau diberikan dengan
tujuan untuk meningkatkan konsistensi, nilai gizi, cita rasa, mengendalikan
keasaman dan kebasaan, serta dapat memantapkan bentuk dan rupa (Adawyah,
2007).
Menurut Adawyah (2007), secara umum garam terdiri atas 39,39% Na dan
60,69% Cl. Kecepatan penetrasi garam ke dalam tubuh ikan dipengaruhi oleh
tingkat kemurnian garam. Garam yang baik adalah garam yang mengandung NaCl
cukup tinggi (95%) dan sedikit mengandung elemen magnesium(Mg) maupun
83
kalsium (Ca). elemen tersebut memengaruhi mutu ikan asin yang dihasilkan
karena:
1. Solar salt, garam yang berasal dari laut yang dikeringkan atau dijemur.
2. Mine salt, garam yang diperoleh dari tambang.
3. Garam yang diperoleh dari air yang keluar dari tanah kemudian dikeringkan.
Garam jenis ini banyak diterdapat dipegunungan.
Tabel 8. Komposisi Kimia Garam Kelas 1, 2, dan 3
Kandungan 1 (%)
No. Unsur
Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
1. NaCl 96 95 91
2. CaCl 1 0,9 0,4
84
A. Metode penggaraman
Padasarnya metode penggaraman ikan dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga),
tiga penggaraman kering, penggaraman basah dan penggaraman campuran, yaitu
sebagai berikut:
1. Penggaraman Kering (Dry Salting)
Metode penggaraman menggunakan kristal garam yang dicampurkan dengan
ikan. Pada umumnya, ikan-ikan yang besar dibuang isi perutnya terlebih dahulu
dan bila perlu dibelah agar dagingnya menjadi tipis sehingga lebih mudah untuk
ditembus oleh garam. Pada proses penggaraman, ikan ditempatkan di dalam
wadah yang kedap air, misalnya bak dari kayu atau dari bata yang disemen. Ikan
disusun selapis demi selapis di dalam wadah, diselingi dengan lapisan garam.
Jumlah garam yang dipakai umumnya 10-35% dari berat ikan (Adawyah, 2007).
2. Penggaraman Basah (Brine Salting atau Wet Salting)
Penggaraman basah menggunakan larutan garam 30-50% (setiap 100 liter
larutan garam berisi 30-50kg garam). Ikan dimasukkan ke dalam larutan itu dan
diberi pemberat agar semua ikan terendam, tidak ada yang terapung. Ikan
direndam dalam jangka waktu tertentu tergantung pada:
a) ukuran dan tebal ikan;
b) derajat keasinan yang diinginkan.
Dalam proses osmosis, kepekatan makin lama makin berkurang karena air
dari dalam daging ikan secara berangsur-angsur masuk ke dalam larutan garam,
sementara sebagian molekul garam masuk ke dalam daging ikan. Karena
cenderung penurunan kepekatan larutan garam itu, maka proses osmosis akan
semakin lambat dan pada akhirnya berhenti. Larutan garam yang lewat jenuh
85
yaitu jumlah garamnya lebih banyak dari jumlah yang dapat dilarutkan sehingga
dapat dipergunakan untuk kecenderungan itu (Adawyah, 2007).
3. Penggaraman Campuran (Kench Salting)
Penggaraman Kench pada dasarnya adalah penggaraman kering, tetapi tidak
menggunakan bak. Ikan dicampur dengan kristal garam seperti pada penggaraman
kering di atas lantai atau di atas geladak kapal. Larutan garam yang terbentuk
dibiarkan mengalir dan terbuang. Cara tersebut tidak memerlukan lebih banyak
garam untuk mengimbangi larutan garam yang mengalir dan terbuang. Proses
penggaraman Kench lebih lambat. Oleh karena itu, pada udara yang panas seperti
di Indonesia, penggaraman Kench kurang cocok karena pembusukan dapat terjadi
selama penggaraman (Adawyah, 2007).
Penggaraman kering mampu memberikan hasil yang terbaik, karena daging
ikan asin yang dihasilkan lebih padat. Pada penggaraman basah, banyak sisik-sisik
ikan yang terlepas dan menempel pada ikan sehingga menjadikan ikan tersebut
kurang menarik. Selain itu dagingnya kurang padat (Adawyah, 2007).
Menurut Poulter (1988), penggaraman ikan dikelompokkan atas tiga cara,
yaitu:
1. Kench Curing, kristal garam dilumuri pada tubuh ikan, kemudian ikan
ditumpuk di lantai sehingga molekul garam menembus ke dalam daging ikan
dan air yang terekstraksi dari sel-sel daging ikan akan mengalir.
2. Picking, sama dengan kench curing tetapi penggaraman dilakukan dalam
suatu wadah, sehingga air yang terekstraksi akan merendam daging ikan.
3. Brining, garam dilarutkan dalam air dengan konsentrasi yang tinggi (25%)
kemudian ikan dimasukkan ke dalam larutan garam tersebut.
Semakin tinggi kadar lemak yang terdapat di dalam tubuh ikan semakin
lambat proses penetrasi garam ke dalam tubuh ikan.
2. Ketebalan daging ikan
Semakin tebal daging ikan semakin lambat proses penetrasi garam dan
semakin banyak pula jumlah garam yang diperlukan.
3. Kesegaran ikan
Pada ikan yang memiliki kesegaran yang rendah, proses penetrasi garam
berlangsung lebih cepat karena ikan dengan tingkat kesegaran rendah
mempunyai tubuh yang relatif lunak, cairan tubuh tidak terikat dengan kuat
dan mudah terisap oleh larutan garam yang mempunyai konsentrasi lebih
tinggi. Apabila ikan kurang segar, produk ikan asin yang dihasilkan akan
terlalu asin dan kaku.
4. Temperatur ikan
Semakin tinggi temperatur ikan semakin cepat pula proses penetrasi garam ke
dalam tubuh ikan. Tetapi sangat disayangkan, bahwa hal tersebut diikuti oleh
perkembangan bakteri yang juga semakin cepat. Oleh karena itu, sebelum
dilakukan proses penggaraman sebaiknya ikan ditangani lebih dahulu dengan
baik agar sebagian besar bakteri yang dikandung dapat dihilangkan.
Konsentrasi larutan garam, semakin tinggi perbedaan konsentrasi antara
garam dengan cairan yang terdapat dalam tubuh ikan, semakin cepat proses
penetrasi garam ke dalam tubuh ikan. Selain itu, proses penetrasi garam ke dalam
tubuh ikan. Selain itu, proses penetrasi garam akan menjadi lebih cepat lagi
apabila digunakan garam kristal. Semakin tinggi konsentrasi garam, semakin
tinggi daya awet ikan tetapi ikan menjadi terlalu asin dan kurang disukai.
b. Ikan besar dan ikan sedang dilakukan dengan cara melumuri ikan dengan
garam dan rongga perut diisi dengan garam lalu diatur berlapis-lapis di
antara dua lapisan garam atau diaduk dengan garam di bak penggaraman,
di atas tumpukan ikan ditutup dengan anyaman bambu yang jarang dan
diberi pemberat, ikan direndam dalam bak selama 24 jam atau lebih.
3. Setelah penggaraman selesai dan cukup waktunya, ikan diangkat dari bak dan
dicuci bersih untuk menghilangkan lender dan sisa-sisa darah serta sisa-sisa
garam, kemudian ditiriskan sebentar.
4. Setelah ikan ditiriskan dijemur di atas para-para atau tempat pengeringan
yang disediakan, disusun dengan bagian kulit menghadap ke atas sesekali
jemuran ikan dibalik-balik supaya cepat kering. Apabila panas cukup,
penjemuran memerlukan waktu ±2 hari atau lebih.
D. Peranan Garam
Garam pada dasarnya tidak bersifat membunuh mikroorganisme (germisida).
Konsentrasi garam rendah (1-3%), justru garam membantu pertumbuhan bakteri
halofilik. Garam yang berasal dari tempat-tempat pertumbuhan garam di pantai
mengandung cukup banyak bakteri halofilik yang dapat merusak ikan kering.
Beberapa jenis bakteri dapat tumbuh pada larutan garam berkonsentrasi tinggi,
misalnya red halophilic bacteria yang menyebabkan warna merah pada ikan.
Selain mengakibatkan terjadinya proses osmosis dengan sel jaringan ikan, larutan
garam juga menyebabkan proses osmosis pada sel-sel bakteri terekstraksi,
sehingga menyebabkan kematian bakteri. Penggaraman ikan biasanya diikuti
dengan pengeringan untuk menurunkan kadar air dalam daging ikan. Dengan
demikian pertumbuhan bakteri semakin terhambat (Adawyah, 2007).
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum Dasar-Dasar Teknologi Hasil
Perikanan tentang pengawetan ikan biawan menggunakan metode penggaraman
basah, dapat disimpulkan bahwa:
1. Garam memiliki peran utama dalam proses penggaraman ikan. Sebagai bahan
pengawet, kemurnian garam sangat mempengaruhi mutu ikan yang
dihasilkan. Secara umum, garam terdiri atas 39.39% Na dan 60,69% Cl,
bentuk kristal seperti kubus dan berwarna putih. Menurut asalnya garam
terbagi atas tiga, yaitu solar salt, mine salt dan garam yang diperoleh dari air
yang keluar dari tanah kemudian dikeringkan.
2. Penggaraman ikan di kelompokkan menjadi tiga metode, yaitu metode
penggaraman basah, kering dan campuran.
3. Selama proses penggaraman, terjadi penetrasi garam ke dalam tubuh ikan dan
keluarnya cairan dari tubuh ikan karena adanya perbedaan konsentrasi.
4. Faktor yang mempengaruhi kecepatan penetrasi garam, yaitu kadar lemak,
ketebalan daging, kesegaran dan temperatur tubuh ikan.
B. Saran
Diharapkan mahasiswa berperan aktif dalam melaksanakan praktikum agar
mudah mengetahui dan mengerti proses penggaraman basah. Diharapkan di
laboratorium tersebut, disediakan sarung tangan dan sabun cuci tangan agar steril
pengolahan yang akan dilakukan. Serta alat-alat yang terdapat di laboratorium
tersebut lebih di perbaharui lagi dan alat yang rusak/error segera diganti agar hasil
dari praktikum sesuai dengan kenyatannya (tidak diduga-duga).
90
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, Rabiatul. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Poulter, R.G. 1988. Prosessing and Storage of Traditional Dried and Sun Dried
Fish Products di dalam I.R. Burt (Ed) Fish Smoking and Drying. Elsevier
Applied Science. London. P: 85–90.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jakarta: Bina Cipta.
91
Ikan dilumuri
garam sampai Setelah itu,
kebagian dalam keluarkan ikan dan
Ikan Biawan Segar jemur ikan dengan
perut ikan dengan
konsentrasi 15% kondisi cuaca yang
dari berat ikan terik
Bersihkan Ikan
Biawan (buang Masukan air dengan
sisik, insang, ekor volume 500ml ke Setelah kering, ikan
dan bagian perut dalam plastik, diangkat
ikan) kemudian ikat