George Wilhelm Friedrick Hegel adalah seorang pemikir besar
Jerman sekaligus filsuf terkemuka dan berpengaruh abad 18-19. Pemikirannya banyak diikuti dan dirujuk oleh filsuf-filsuf selanjutnya, seperti Karl Marx. Filsafat Hegel termasuk dalam aliran idealisme (idealisme Jerman). Idealisme berpandangan bahwa yang nyata adalah „idea‟ bukan materi. Hegel sendiri mengatakan bahwa apa yang real adalah idea atau idea adalah yang real. Lalu, bagaimana Hegel memandang realitas dunia ini? Di balik realitas dunia ini, ada yang namanya Rasio, Mind, Spirit (Roh). Roh mengobjektivasi dirinya dalam realitas yaitu sejarah. Roh itu dengan demikian juga mengobjektivasi dirinya melalui manusia. Dengan perkataan lain, roh mewujudkan dirinya dalam realitas atau kenyataan sejarah. Roh memanifestasikan dirinya dalam kenyataan sejarah yang objektif.
Riwayat Hidup
Hegel lahir di Stuttgart, Jerman 1770. Hegel merupakan putra
seorang pejabat fiskal kecil. Ia belajar theology seminary di Universitas Tubingen tahun 1788-1793 dan menjadi Profesor di Universitas Jena pada 1801-1806. Pada 1811, ia menikah dan tahun 1817 Hegel diangkat menjadi professor filsafat di Heidelberg. Tahun 1818, Ia diangkat menjadi professor di Universitas Berlin. Di sini Hegel terkenal dan berpengaruh sehingga disebut sebagai “Professor Professorum” artinya guru besarnya professor. Hegel meninggal dunia sewaktu epidemi berjangkit tahun 1831.
Beberapa karya G. W. F. Hegel (sewaktu masih hidup) antara lain:
1. Phenomenology of Mind (Wuzburg und Bamberg, 1807) 2. Science of Logic (Nuremberg, 1812-13) 3. Encyclopedia of the Philosophical Sciences (Heidelberg, 1817) 4. Philosophy of Right (Berlin, 1821)
Konsepsi Hakikat Sejarah Manusia
Hegel menegaskan bahwa sejarah manusia merupakan suatu proses
rasional, empiris, dan pada tahap yang berbeda bekerja di luar implikasi dari ide tertentu, yaitu ide kebebasan. Kebebasan dikatakan esensi dari "Roh", dan filsafat sejarah merupakan bagian dari filsafat Roh. Pemikiran Hegel menunjukkan adanya eksistensi “kemenangan” roh Ilahi di dunia. Hegel memandang sejarah manusia sebagai perwujudan ide Tuhan “yang Mutlak” dan setiap periode sejarah merupakan suatu langkah terus ke arah penyempurnaan ide Tuhan tersebut. Ide Tuhan itu diwujudkan dengan kesempurnaan yang tertinggi dalam negara. Manusia menerima segala yang ia butuhkan untuk hidupnya dari negara, dan oleh sebab itu ia harus mengabdi kepada negaranya.
Pola Gerak Sejarah
Pola gerak sejarah dalam pandangan Hegel bisa disistemkan dalam
tiga golongan dialektis (triade), yaitu tesis atau penegasan, anti-tesis atau penyangkalan, dan sintesis atau kesimpulan. Misalkan „realitas adalah seorang paman.‟ Ini adalah tesis. Tetapi eksistensi seorang paman mengandung seorang keponakan, karena tidak ada sesuatu pun yang sebetulnya ada kecuali yang Mutlak, dan kita terlibat pada eksistensi seorang keponakan, kita harus menyimpulkan, “yang Mutlak adalah seorang keponakan.” Ini adalah anti-tesis. Tetapi ada keberatan yang sama terhadap anti-tesis ini seperti kepada pandangan bahwa yang Mutlak itu adalah seorang paman. Karena itu kita diarahkan pada pandangan bahwa yang Mutlak itu adalah keseluruhan yang terdiri atas paman dan keponakan. Ini adalah sintesis. Demikian seterusnya, sintesis itu menjadi tesis baru yang lalu memunculkan antitesis baru juga dan kemudian diperdamaikan dalam sintesis hingga sampai pada yang mutlak.
Kekuatan Penentu yang Menggerakkan Sejarah
Rasio adalah landasan utama dalam pergerakan sejarah. Hegel
berpendapat bahwa peristiwa sejarah terjadi karena kekuatan Aqal (Rasio) yang menjadi penggerak utama. Dengan demikian, faktor non duniawi- lah yang mempengaruhi sejarah, seperti roh, semangat dan ide. Faktor- faktor ini kemudian mengobjektivasikan dirinya melalui manusia. Tanpa adanya idea, sejarah tidak akan berlangsung. Jadi, semua sejarah adalah sejarah pemikiran, menekankan proses logika.
Titik Akhir Sejarah
Terakhir dalam pembahasan ini, mengenai konsep teleologis, seperti
yang telah dijelaskan diawal, Hegel melihat eksistensi “kemenangan” roh Tuhan di dunia sebagai titik akhir proses-proses sejarah. Dengan kata lain, akhir dari sejarah adalah tercapainya tujuan (telos) yaitu kebebasan (freedom). Bahwa the end of history itu terjadi ketika perjalanan Roh itu terealisasi dalam (idea) kebebasan. Jadi, kebebasan roh adalah (dilihat sebagai) akhir dari sejarah.
Konsep-konsep kunci:
Anti-tesis Dialektika Idea Idealisme Roh Tuhan Sintesis Tesis
Bibliografi
Hegel, George Wilhem Friedrich. 2012. Filsafat Sejarah. (Edisi Terjemahan).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sokah, U. A. 2008. George Wilhem Friedrich Hegel (1770-1831): Pemikirannya
tentang Ide dan Sejarah. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Tamburaka, Rustam E. 2002. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah,
Sejarah Filsafat, dan IPTEK. Jakarta: Rineka Cipta.
Wibowo, Eka Yudha. 2013. Theories of History. Yogyakarta: S2 Ilmu Sejarah
FIB Universitas Gajah Mada.
Mestika Zed. 2010. Pengantar Filsafat Sejarah. Padang: UNP Press.