Anda di halaman 1dari 3

G. W. F.

HEGEL (1770-1831)

Pengantar

George Wilhelm Friedrick Hegel adalah seorang pemikir besar


Jerman sekaligus filsuf terkemuka dan berpengaruh abad 18-19.
Pemikirannya banyak diikuti dan dirujuk oleh filsuf-filsuf selanjutnya,
seperti Karl Marx. Filsafat Hegel termasuk dalam aliran idealisme
(idealisme Jerman). Idealisme berpandangan bahwa yang nyata adalah
„idea‟ bukan materi. Hegel sendiri mengatakan bahwa apa yang real
adalah idea atau idea adalah yang real. Lalu, bagaimana Hegel
memandang realitas dunia ini? Di balik realitas dunia ini, ada yang
namanya Rasio, Mind, Spirit (Roh). Roh mengobjektivasi dirinya dalam
realitas yaitu sejarah. Roh itu dengan demikian juga mengobjektivasi
dirinya melalui manusia. Dengan perkataan lain, roh mewujudkan dirinya
dalam realitas atau kenyataan sejarah. Roh memanifestasikan dirinya
dalam kenyataan sejarah yang objektif.

Riwayat Hidup

Hegel lahir di Stuttgart, Jerman 1770. Hegel merupakan putra


seorang pejabat fiskal kecil. Ia belajar theology seminary di Universitas
Tubingen tahun 1788-1793 dan menjadi Profesor di Universitas Jena pada
1801-1806. Pada 1811, ia menikah dan tahun 1817 Hegel diangkat menjadi
professor filsafat di Heidelberg. Tahun 1818, Ia diangkat menjadi
professor di Universitas Berlin. Di sini Hegel terkenal dan berpengaruh
sehingga disebut sebagai “Professor Professorum” artinya guru besarnya
professor. Hegel meninggal dunia sewaktu epidemi berjangkit tahun 1831.

Beberapa karya G. W. F. Hegel (sewaktu masih hidup) antara lain:


1. Phenomenology of Mind (Wuzburg und Bamberg, 1807)
2. Science of Logic (Nuremberg, 1812-13)
3. Encyclopedia of the Philosophical Sciences (Heidelberg, 1817)
4. Philosophy of Right (Berlin, 1821)

Konsepsi Hakikat Sejarah Manusia

Hegel menegaskan bahwa sejarah manusia merupakan suatu proses


rasional, empiris, dan pada tahap yang berbeda bekerja di luar implikasi
dari ide tertentu, yaitu ide kebebasan. Kebebasan dikatakan esensi dari
"Roh", dan filsafat sejarah merupakan bagian dari filsafat Roh. Pemikiran
Hegel menunjukkan adanya eksistensi “kemenangan” roh Ilahi di dunia.
Hegel memandang sejarah manusia sebagai perwujudan ide Tuhan “yang
Mutlak” dan setiap periode sejarah merupakan suatu langkah terus ke
arah penyempurnaan ide Tuhan tersebut. Ide Tuhan itu diwujudkan
dengan kesempurnaan yang tertinggi dalam negara. Manusia menerima
segala yang ia butuhkan untuk hidupnya dari negara, dan oleh sebab itu
ia harus mengabdi kepada negaranya.

Pola Gerak Sejarah

Pola gerak sejarah dalam pandangan Hegel bisa disistemkan dalam


tiga golongan dialektis (triade), yaitu tesis atau penegasan, anti-tesis atau
penyangkalan, dan sintesis atau kesimpulan. Misalkan „realitas adalah
seorang paman.‟ Ini adalah tesis. Tetapi eksistensi seorang paman
mengandung seorang keponakan, karena tidak ada sesuatu pun yang
sebetulnya ada kecuali yang Mutlak, dan kita terlibat pada eksistensi
seorang keponakan, kita harus menyimpulkan, “yang Mutlak adalah
seorang keponakan.” Ini adalah anti-tesis. Tetapi ada keberatan yang
sama terhadap anti-tesis ini seperti kepada pandangan bahwa yang
Mutlak itu adalah seorang paman. Karena itu kita diarahkan pada
pandangan bahwa yang Mutlak itu adalah keseluruhan yang terdiri atas
paman dan keponakan. Ini adalah sintesis. Demikian seterusnya, sintesis
itu menjadi tesis baru yang lalu memunculkan antitesis baru juga dan
kemudian diperdamaikan dalam sintesis hingga sampai pada yang
mutlak.

Kekuatan Penentu yang Menggerakkan Sejarah

Rasio adalah landasan utama dalam pergerakan sejarah. Hegel


berpendapat bahwa peristiwa sejarah terjadi karena kekuatan Aqal (Rasio)
yang menjadi penggerak utama. Dengan demikian, faktor non duniawi-
lah yang mempengaruhi sejarah, seperti roh, semangat dan ide. Faktor-
faktor ini kemudian mengobjektivasikan dirinya melalui manusia. Tanpa
adanya idea, sejarah tidak akan berlangsung. Jadi, semua sejarah adalah
sejarah pemikiran, menekankan proses logika.

Titik Akhir Sejarah

Terakhir dalam pembahasan ini, mengenai konsep teleologis, seperti


yang telah dijelaskan diawal, Hegel melihat eksistensi “kemenangan” roh
Tuhan di dunia sebagai titik akhir proses-proses sejarah. Dengan kata
lain, akhir dari sejarah adalah tercapainya tujuan (telos) yaitu kebebasan
(freedom). Bahwa the end of history itu terjadi ketika perjalanan Roh itu
terealisasi dalam (idea) kebebasan. Jadi, kebebasan roh adalah (dilihat
sebagai) akhir dari sejarah.

Konsep-konsep kunci:

Anti-tesis
Dialektika
Idea
Idealisme
Roh Tuhan
Sintesis
Tesis

Bibliografi

Hegel, George Wilhem Friedrich. 2012. Filsafat Sejarah. (Edisi Terjemahan).


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sokah, U. A. 2008. George Wilhem Friedrich Hegel (1770-1831): Pemikirannya


tentang Ide dan Sejarah. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Tamburaka, Rustam E. 2002. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah,


Sejarah Filsafat, dan IPTEK. Jakarta: Rineka Cipta.

Wibowo, Eka Yudha. 2013. Theories of History. Yogyakarta: S2 Ilmu Sejarah


FIB Universitas Gajah Mada.

Mestika Zed. 2010. Pengantar Filsafat Sejarah. Padang: UNP Press.

Anda mungkin juga menyukai