Anda di halaman 1dari 2

Contoh Bias dalam pengambilan keputusan di unit kerja

1. Bias Terlalu Percaya Diri, Kepala Seksi Pelayanan diberi arahan oleh Kepala Kantor untuk menata
ruang berkas, bukan hanya menata ruangannya tapi juga harus merapikan isi dari masing-
masing rumah berkas, dan beliau menyanggupi untuk dikerjakan dalam waktu yang cukup
singkat tanpa memerhatikan jumlah pelaksana yang dapat mengerjakannya diluar jam kerja
(lembur) sehingga pekerjaan tersebut tidak dapat diselesaikan sesuai waktu yang dijanjikan.

2. Bias Gratifikasi Segera, Seorang Juru Sita Pajak Negara (JSPN) berencana untuk menyampaikan
Surat Paksa kepada Wajib Pajak, JSPN tersebut akan melakukan perjalanan dinasnya
menggunakan kendaraan dinas kantor. walaupun belum melakukan perjalanan dinas, JSPN
tersebut meminta kupon penggantian/pembelian bahan bakar ke Subbagian Umum untuk
menghindari pemakaian Biaya pribadi dalam melakukan perjalanan dinas.

3. Bias Efek Jangkar, Kepala Seksi Pelayanan bermaksud untuk membeli Bunga Anggrek untuk
memperindah Tempat Pelayanan Terpadu, beliau pun mengunjungi toko bunga dan pemilik
toko memberi harga sebesar 75.000 rupiah per pot, seminggu kemudian beliau mengunjungi
took bunga yang sama dan pemilik took menurunkan harga bunganya menjadi 50.000 rupiah
per pot, Kepala Seksi tersebutpun langsung membeli bunga anggrek tersebut tanpa menanyakan
lagi Anggrek tersebut dapat bertahan berapa lama.

4. Bias Persepsi Selektif, Pelatih Tim Bulutangkis Pelatnas PBSI bertanggung jawab untuk memilih
turnamen apa saja yang harus diikuti oleh Atlitnya sesuai dengan level kemampuan mereka,
namun seringkali turnamen yang dipilih oleh pelatih tidak sesuai, seperti mengirim seorang atlit
untuk bertanding pada Turnanem Level Super 500 yang seharusnya atlit tersebut hanya mampu
bertanding pada Turnamen Level Super 100 atau Super 300, yang mengakibatkan atlit tersebut
hanya dapat mencapai babak pertama atau kedua dalam Turnamen tersebut dan hal ini dapat
membuat semangat kompetisi sang atlit menurun karena terlalu sering kalah pada babak awal
sebuah turnamen.

5. Bias Konfirmasi,

6. Bias Pembingkaian, Kepala Seksi Pelayanan menugaskan bawahannya untuk mencetak Surat
Ketetapan Pajak pada hari dimana bawahannya ditugaskan untuk lembur sebagai penerima SPT
Tahunan padahal hari lembur tersebut bukan hari kerja, beliau mengatakan kalau SKP tersebut
bias dicetak karena kita statusnya lembur dan bisa mengurangi beban SKP yang sudah
menumpuk dan tentunya SKP tersebut bisa dicetak jauh sebelum waktu jatuh tempo
pencetakan, namun beliau melupakan kalau Pelakasana tersebut hanya ditugaskan kerja lembur
untuk menerima SPT Tahunan dan jika SKP tersebut dicetak kekuatan hukumnya akan lemah
dikarenakan dicetak bukan pada hari kerja.
7. Bias Ketersediaan, Kepala Subbagian Umum menugaskan salah satu Pelaksananya ntuk menjadi
Penanggung Jawab dalam berbagai acara kantor baik itu IHT, ICV maupun Upacara Bendera
dikarenakan Kepala Subbagian Umum hanya dapat memercayakan tugas-tugas tersebut kepada
satu pelaksananya itu, akibatnya Tugas Pokok dari Pelaksana tersebut menjadi terbengkalai dan
menjadi beban juga bagi bagi pelaksana-pelaksana yang lain.

8. Bias Representasi, Kepala Subbagian Umum menugaskan seorang pelaksana untuk menajdi MC
pada suatu acara kantor yang sifatnya formal ikarenakan pelaksana tersebut sudah cukup
berhasil dalam memandu berbagai acara semi formal, namun pada saat membawakan acara
yang lebih formal, pelaksana tersebut dinilai kurang berhasil dikarenakan pemilihan kata
ataupun tata karma dalam membawa acara yang dinilai kurang tepat dan terkesan terlalu
santai.

9. Bias Ketidakteraturan, Kepala Subbagian Umum membeli seperangkat angklung dengan jumlah
yang besar untuk acara Internal Corporate Value (ICV) dengan menggunakan anggaran kantor
tanpa mempertimbangkan apakah angklung tersebut dapat digunakan lagi atau tidak.

10. Bias Biaya Tertanam

11. Bias Melayani Diri Sendiri, Seorang Kepala Seksi merasa bangga dan berhasil dalam memimpin
anak buahnya dikarenakan dalam rapat pembinaan disebutkan bahwa seksinya memiliki
pegawai yang pelanggaran jam kerjanya (terlambat, pulan cepat sebelum waktunya) lebih
minim daripada seksi lain sehingga menganggap seksinya yang paling baik daripada seksi lain.

12. Bias Pengamatan

Anda mungkin juga menyukai