Panitia Seleksi Program Magang Satu Data Indonesia Angkatan X
Di tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saya pernah membaca halaman website INFONAWACITA.COM (18/01), Deputi II
Kantor Staf Presiden (KSP) Yanuar Nugroho memberikan salah satu contoh perubahan baik dari sektor teknologi informasi. Beliau mengatakan, Surabaya bisa menghemat anggaran Rp 300 miliar per-tahun dari pengeluaran biaya kertas dengan membuat kebijakan data terpusat. Bojonegoro yang tercatat sebagai daerah tertinggal berhasil menaikkan pendapatan masyarakat setara kota-kota besar dunia hanya karena melakukan open data. Di situ saya terpukau akan pentingnya revolusi data, pula memiliki rasa ingin tahu tentang program Satu Data Indonesia yang dapat meningkatkan transparansi, akuntabilitas pemerintah, dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengawal pembangunan. Sebelum jauh membahas latar belakang motivasi saya mengikuti Program Magang Satu Data, ada baiknya saya memperkenalkan diri saya terlebih dahulu. Nama saya Dina Ahsanta Puri (22th). Saya Lahir di Purbalingga, 06 Juni 1995. Pendidikan terakhir saya ialah S1 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas PGRI Semarang, angkatan 2012 dan lulus 2016. Saya memiliki hobi dalam bidang literasi. Sejak SMA saya aktif berorganisasi di grup mading sekolah dan teater. Sedangkan saat kuliah, saya lebih fokus di dunia jurnalistik dan sastra. Lewat dua organisasi itu, saya aktif mengikuti diskusi terkait isu terkini dalam berbagai bidang kajian. Saya juga aktif menulis baik produk jurnalistik, kepenulisan ilmiah, maupun kepenulisan kreatif. Saya pernah memenangkan beberapa lomba kepenulisan dan beberapa tulisan saya dimuat baik di media cetak maupun media online. Kembali pada motivasi saya bergabung dalam program magang Satu Data Indonesia: bagi saya, teknologi adalah persoalan peluang memperbaiki dan menghadapi tantangan dalam memajukan suatu pemerintahan. Saya ingin membuktikan bahwa Satu Data Indoensia merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam Open Government Partnership yang relevan dengan perkembangan zaman dan teknologi. Benar bahwa revolusi digital mendekatkan masyarakat pada informasi, membantu berbagi informasi dan mengorganisir diri. Akan tetapi, instrumen komunikasi digital ialah sebatas alat. Tetap dibutuhkan agensi di belakang alat tersebut untuk membuatnya dan terus mengembangkannya dengan berbagai inovasi. Maka dari itu, saya, Dina Ahsanta Puri, sebagai pemudi Indonesia tak hanya ingin membuktikan langsung peran pemerintah, namun juga berperan aktif—bukan hanya mengkritisi tapi memberi solusi, yakni dengan bergabung dalam Program Magang Satu Data Indonesia Angkatan X dengan posisi Communication Specialist. Besar harapan saya untuk diberi kesempatan bergabung dan berkontibusi dalam pemerintahan melalui program magang ini.
Sistem Komunikasi Indonesia Dapat Dikatakan Memiliki Keunikan Sebagai Akibat Dari Bauran Tiga Fase Peradaban Yang Melanda Masyarakat Indonesia Dalam Satu Fase Waktu Yang Bersamaan