Anda di halaman 1dari 13

Makalah Profesional BK

KETERAMPILAN MEREFLEKSI NILAI-NILAI PRIBADI KONSELOR

Disusun Oleh:

Meizatul Akmal (170213002)

Septiani Zubaida (170213021)

Firamita (170213033)

Dosen Pembimbing:

Nuzliah, M.pd

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

TAHUN AJARAN 2019


KATA PENGANTAR

Segala puji hanya untuk Allah, Tuhan sekalian alam, shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang diutus membawa syariah yang mudah
sebagai jalan dalam menempuh kebahagiaan dunia dan akhirat menuju keridhaan-Nya.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada, ibu Nuzliah, M.pd. yang telah meluangkan
waktunya dan membimbing kami untuk mendalami dan memahami mata kuliah Profesional BK
Makalah ini berjudul tentang Keterampilan merefleksi nilai-nilai pribadi konselor yang kami
tulis sebagai tugas Mata kuliah Profesional BK dan tujuan dari makalah ini adalah untuk lebih
rinci Mengetahui Keterampilan merefleksi nilai-nilai pribadi konselor Dalam pembuatan
makalah ini, kami menyadari adanya kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan pesan dan
saran yang membangun untuk menjadi lebih baik
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………...1
C. Tujuan Masalah………………………………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian refleksi……………………………………………………………………..2
B. Keterampilan refleksi nilai-nilai pribadi konselor……………………………………..3
C. Aspek refleksi…………………………………………………………………………..4
D. Pengembangan jejaring atau team work………………………………………………..5
E. Refleksi integritas pribadi konselor…………………………………………………….
F. Unsur-unsur komunikasi………………………………………………………………..

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………..7
B. Saran…………………………………………………………………………………….7

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Agar proses konselor berjalan dengan lancar dan tujuan tercapai secara efektif dan
efisien, konselor harus menggunakan keterampilan-keterampilan tertentu, konselor yang terampil
adalah konselor yang mengetahui atau memahami sejumlah keterampilan tertentu. Supaya klien
mau menyampaikan masalah yang dialaminya, konselor harus mempunyai sifat kepribadian dan
keterampilan yang baik, disamping itu konselor hendaklah membantu klien agar ia mampu
mengungkapkan diri nya dengan cara sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian refleksi ?


2. Apa saja keterampilan merefleksikan nilai-nilai pribadi konselor ?
3. Apa saja aspek refleksi ?
4. Bagaimana mengembangkan jejaring atau team work ?
5. Bagaimana refleksi integritas pribadi konselor?
6. Apa unsur-unsur komunikasi?

C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui pengertian refleksi.


2. Untuk mengetahui keterampilan refleksi nilai-nilai pribadi konselor.
3. Untuk mengetahui aspek refleksi
4. Untuk mengetahui pengembangan jejaring atau team work
5. Untuk mengetahui refleksi integritas pribadi konselor
6. Untuk mengetahui unsur-unsur komunikasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP REFLEKSI

Menurut Edi Kurnanto, Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien
tentang pikiran, perasaan dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap tingkah laku klien
baik verbal maupun nonverbal. Refleksi adalah menangkap pikiran, perasaan dan pengalaman
konseli yang kita amati baik dari segi bahasa maupun bahasa tubuh, kemudian memantulkan
(merefleksikan) kembali hasil pengamatan tersebut kepada konseli. Refleksi merupakan suatu
hal yang sulit dilakukan karena manyangkut persepsi kita terhadap keadaan klien dari setiap tutur
kata maupun gerakan yang dilakukan konseli. Konselor harus berusaha mengetahui pembicaraan
konseli sekaligus membaca apa yang sejujurnya sedang dikatakan kepada konselor. Dengan
demikian, upaya merefleksi meruapakan upaya mengambarkan kembali komunikasi konseli
secara menyeluruh.

Dengan demikian dapat kami simpulkan bahwa refleksi adalah teknik untuk menentukan
kembali kepada klien tentang pikiran, perasaan dan pengalaman sebagai hasil pengamatan
terhadap perilaku verbal maupun non verbalnya dan refleksi dapat tercapai jika dalam konseling
terdapat keterbukaan, kerelaan, tidak ada ketegangan, kedekatan, dan objektivitas.

Oleh karena itu konselor mengupayakan agar hal tersebut terjadi dalam konseling yang
dilakukannya. Dari refleksi memberikan umpan balik tanpa memberikan penilaian, tanpa peduli
apakah yang dikemukan konseli kita ini baik maupun buruk. Respon yang kita berikan terhadap
komunikasi yang tidak terekspresikan atau gerakan tubuh ini akan membuat konseli mempelajari
atau menemukan hal-hal yang baru yang belum konseli sadari terkait dengan permasalahan
konseli.

Dalam teknik refleksi seorang konselor dapat mengunakan beberapa materi atau beberapa
contoh latihan. Untuk materi latihan sendiri konselor dapat mengunakan, sebagai berikut:

1. mengamati bahasa tubuh klien


2. mengamati perilaku non verbal
3. setelah itu baru merefleksikan pikiran, perasaan dan pengalaman klien dengan bahasa
konselor sendiri.

Namun tidak harus bersamaan antara pikiran, perasaan dan pengalaman. Contoh dari refleksi
: Konseli : “ Akan ku pukul dia “ maka kita mengatakan Konselor : “ Rupanya kamu marah
sekali ya “ · “Tampaknya yang anda katakan adalah,,,,,,,” · “ Barangkali anda merasa,,,,,,,, “ · “
Juga barangkali anda merasa,,,,,,,,” Dengan banyaknya latihan seorang konselor dapat
memberikan refleksi yang baik kepada klien.Dengan demikian dapat kita ketahui tujuan dari
latihan refleksi adalah untuk memberikan kemampuan dan keterampilan kepada calon konselor
agar konselor dapat merefleksikan pikiran, perasaan dan pengalaman melalui pengamatan
perilaku verbal maupun non verbal.

B. KETERAMPILAN MEREFLEKSIKAN NILAI-NILAI PRIBADI KONSELOR

Konselor harus memiliki keterampilan merefleksikan nilai-nilai pribadi sebagai konselor


meliputi :

1. Menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar,
ramah dan konsisten).
2. Kesabaran. Melalui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat membantu klien
untuk mengembangkan dirinya secara alami. Sikap sabar konselor menunjukkan lebih
memperhatikan diri klien daripada hasilnya. Konselor yang sabar cenderung
menampilkan kualitas sikap dan perilaku sebagai berikut.
3. Kejujuran. Yang dimaksud jujur disini adalah bahwa konselor itu bersikap transparan
(terbuka), autentik, dan asli (genuine). Sikap jujur ini penting dalam konseling, karena
alasan-alasan berikut.
4. Adil dan Bijaksana. Adil akan melahirkan kedermawanan, tawadhu (rendah hati), berani,
kelemah lembutan.
5. Ramah, hangat dan mudah senyum. Yang dimaksud bersikap hangat itu adalah : ramah,
penuh perhatian, dan memberikan kasih sayang. Klien yang datang meminta bantuan
konselor, pada umumnya yang kurang mengalami kehangatan dalam hidupnya, sehingga
dia kehilangan kemampuan untuk bersikap ramah, memberikan perhatian, dan kasih
sayang. Melalui konseling, klien ingin mendapatkan rasa hangat tersebut dan melakukan
“sharing” dengan konselor. Apabila hal itu diperoleh, maka klien dapat mengalami
perasaan yang nyaman. Senyuman akan mencairkan suasana dan meringankan beban
pikiran.
6. Menampilkan emosi yang stabil dan bisa jadi teladan.
7. Peka, bersikap empati, serta menghormati keragaman dan perubahan. Peka berarti bahwa
konselor menyadari tentang adanya dinamika psikologis yang tersembunyi atau sifat-sifat
mudah tersinggung, baik pada diri klien maupun dirinya sendiri. Klien yang datang untuk
meminta bantuan konselor pada umumnya tidak menyadari masalah yang sebenarnya
mereka hadapi. Bahkan ada yang tidak menyadari bahwa dirinya bermasalah. Pada diri
mereka hanya nampak gejala-gejalanya (pseudo masalah), sementara yang sebenarnya
tertutup oleh perilaku pertahanan dirinya. Konselor yang sensitif akan mampu
mengungkap atau menganalisis apa masalah sebenarnya yang dihadapi klien. Empati
adalah kemampuan untuk mengetahui bagaimana merasakan perasaan orang lain. Secara
sederhana.
8. Menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stress dan frustasi.
C. ASPEK REFLEKSI
Aspek Refleksi Terdapat tiga jenis refleksi yaitu :

1. Refleksi Perasaan Refleksi perasaan yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat
memantulkan. Perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non
verbal. Suatu usaha konselor untuk menyatakan dalam bentuk kata-kata yang segar dan
sikap yang esensial adalah refleksi perasaan. Ini merupakan teknik penengah yang
bermanfaat untuk digunakan setelah hubungan permulaan dibuat dan sebelum pemberian
informasi dan tahap interpretasi dimulai.
a. Untuk itu perasaan positif, negatif dan ambivalen. Manfaat refleksi perasaan
antara lain sebagai berikut :membantu individu untuk merasa dipahami secara
mendalam.
b. klien merasa bahwa perasaan akan menyebabkan tingkah laku
c. memusatkan evaluasi pada klien
d. memperjelas cara berpikir klien
e. menguji keadaan motif-motif klien
2. Refleksi Pikiran Refleksi Pikiran adalah teknik untuk memantulkan ide pikiran dan
pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.
Contohnya : “ Tampaknya yang anda katakan,,,,,,” “ Nampaknya yang akan anda katakan
adalah,,,,,,,” “ Atau adakah yang anda maksud ,,,,,,,”
3. Refleksi Pengalaman Refleksi Pengalaman adalah teknik untuk memantulkan
pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan
non verbal klien. Contoh : “ Tampaknya yang anda katakan suatu,,,,,,,” “ Barangkali yang
anda utarakan adalah,,,,,,,”
Aspek-aspek keterampilan refleksi perasaan adalah :
a. mengamati perilaku klien : Pengamatan ini terutama ditujukan pada postur tubuh
dan ekspresi wajah klien.
b. mendengarkan dengan baik. Penekanannya pada usaha mendengarkan dengan
cermat intonasi suara klien dan kata-kata yang diucapkan.
c. menghayati pesan yang dikomunikasikan klien. Tindakan ini dimaksudkan untuk
memahami dan menangkap pembicaraan klien.
d. mengenali perasaan-perasaan yang dikomunikasikan klien
e. menyimpulkan perasaan yang sedang dialami klien
f. menyeleksi kata-kata yang tepat untuk melukiskan perasaan klien
g. mengecek kembali perasaan klien
D. PENGEMBANGAN JEJARING atau TEAM WORK (KERJA SAMA
PROFESIONAL)

Team work bisa diartikan kerja tim atau kerjasama, team work atau kerja sama tim
merupakan bentuk kerja kelompok dengan keterampilan yang saling melengkapi serta
berkomitmen untuk mencapai target yang sudah disepakati sebelumnya untuk mencapai tujuan
bersama secara efektif dan efisien. Harus disadari bahwa teamwork merupakan peleburan
berbagai pribadi yang menjadi satu pribadi untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan tersebut
bukanlah tujuan pribadi, bukan tujuan ketua tim, bukan pula tujuan dari pribadi yang paling
populer di tim. Dalam sebuah tim yang dibutuhkan adalah kemauan untuk saling bergandeng-
tangan menyelesaikan pekerjaan. Bisa jadi satu orang tidak menyelesaikan pekerjaan atau tidak
ahli dalam pekerjaan A, namun dapat dikerjakan oleh anggota tim lainnya. Inilah yang
dimaksudkan dengan kerja tim, beban dibagi untuk satu tujuan bersama. Saling mengerti dan
mendukung satu sama lain merupakan kunci kesuksesan dari teamwork.

Makanya sangat penting untuk menyadari bahwa kebersamaan sebagai anggota tim di atas
segalanya. Sementara untuk membentuk dan mengembangkan team work yang sprofesional,
tentu tidak semudah kita membalikan telapak tangan, team work yang professional akan
menciptakan hasil yang maksimal dalam suatu tim tersebut. Ada beberapa poin-poin penting
yang harus diketahui atau perlu di mengerti demi kebersamaan dalam sebuah team work yang
baik, adapun poin-poin tersebut adalah sebagai berikut :

1. Teamwork adalah kerjasama dalam tim yang biasanya dibentuk dari beragam divisi dan
kepentingan.
2. Sama-sama bekerja bukanlah teamwork, itu adalah kerja individual.
3. Filosofi teamwork: ‘Saya mengerjakan apa yang anda tidak bisa dan anda mengerjakan
apa yang saya tidak bisa'.
4. Ketika berada dalam teamwork, segala ego pribadi, sektoral, deparment harus
disingkirkan.
5. Dalam teamwork yang dikejar untuk dicapai adalah target bersama, bukan individual.
6. Keragaman individu dalam teamwork memang sebuah nilai plus namun bisa menjadi
minus jika tidak ada saling pengertian.
7. Saling pengertian terhadap karakter masing-masing anggota team akan menjadi modal
sukses bersama.
8. Jika setiap orang bekerjasama via bidang masing-masing, target korporasi pasti akan
segera terealisasi.
9. Individu yang egois mengejar target pribadi akan menghambat keberhasilan team.
Bayangkan jika si A mengejar target A & si B mengejar target B, lalu target bersama
bermuara kemana?
10. Keahlian masing-masing sungguh menjadi anugerah dalam teamwork yang akan
mempercepat proses pencapaian target.
11. Kendalikan ego dan emosi saat bersama agar pergesekan tidak berujung pada pemutusan
kerjasama.
12. Dengan pemahaman yang tinggi soal karakter individu dalam team, realisasi target tidak
perlu waktu yang lama.
13. Ingatlah selalu bahwa: ‘Teamwork makes the dream work’. Sobat, teamwork yang solid
akan mampu memberikan hasil yang maksimal, tentu karena kerja keras tim yang
didukung oleh superman-superman sebagai anggota tim sehingga bisa menghasilkan
pemikiran-pemikiran yang hebat, ide-ide yang super, bisa memberikan hasil yang
maksimal dan luar biasa dalam superteam tersebut

E. REFLEKSI INTEGRITAS PRIBADI KONSELOR


Konselor yang berintegritas adalah konselor yang memiliki kepribadian yang
utuh, yaitu konselor yang tidak mudah terpengaruh oleh suasana yang timbul pada saat
konseling. Konselor seperti ini adalah konselor yang dapat mengendalikan dirinya dari
pengaruh suasana hati yang dialaminya sebagai konselor atau sebagai anggota keluarga
atau masyarakat. Seorang konselor diharapkan memiliki pribadi yang dapat
mencerminkan perilakunya dalam mewujudkan kemampuan dalam hubungan membantu
konseli tetapi juga mampu menyadari dunia lingkungannya, mau menyadari masalah
sosial politiknya, dan dapat berdaya cipta secara luas dan tidak terbatas dalam pandangan
profesionalnya.
Karakteristik pribadi konselor salah satunya Menurut Mamat Supritna (2011:23)
adalah menampilkan integritas dan stabilitas kepribadian kematangan emosional. Seorang
konselor hendaknya memiliki kepribadian yang utuh, sehingga dalam melaksanakan
tugas konselor tidak mudah dipengaruhi oleh pendangan atau pendapat orang luar,
terutama konselor tidak mudah terpengaruh oleh suasana yang timbul saat konseling.
seorang konselor harus dapat mengendalikan dirinya dari pengaruh suasana hati yang
dialaminya sebagai konselor, atau sebagai anggota keluarga atau masyarakat. Ia juga
harus memiliki kestabilan emosi yang mantap, agar tidak mudah laurt dalam suasana
emosional klien. Konselor yang memiliki integritas kepribadian yang tinggi maka dia
akan mudah mematuhi kode etik profesi konselor. Karena ketika integritas itu sudah ada
dalam diri maka rasa tanggung jawab dan kejujuran dalam melaksanakan tugas itu akan
muncul, sehingga sikap keprofesionalan akan mampu dikembangkan. Bagi konselor yang
belum memiliki integritas maka berusaha untuk mematuhi kode etik profesi, dengan
demikian integritas diri pun akan berkembang.
F. UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI·
Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan. · Komunikan, yaitu orang
yang menerima ide, pesan, pernyataan, dll. Pesan, yaitu ide atau keinginan dari
komunikator yang didukung oleh lambing. Media, yaitu sarana atau saluran yang
menunjang pesan. Efek atau feedback, yaitu tanggapan dari pihak komunikan terhadap
pesan yang disampaikan oleh komunikator Jenis-jenis feedback:
1. Zero feedback (pesan tidak dimengerti oleh komunikan)
2. Positive feedback (pesan dimengerti oleh komunikan)

3. Neutral feedback (respon yang tidak memihak/tidak mendukung ataupun


menentang)

4. Negative feedback (respon yang bersifat merugikan atau menyudutkan


komunikator Langkah-langkah proses komunikasi sebagai berikut.
a) Komunikator memiliki gagasan atau pesan/informasi yang ingin
disampaikan kepada komunikan.
b) Komunikator membuat/menyusun sandi-sandi (encoding) untuk
menyatakan maksud, baik dalam bentuk kata-kata atau lambing-lambang
(gambar, warna, bahasa sandi, tulisan, dan lain-lain) sebagai pesan.
c) Perkataan dan lambang-lambang (pesan) tersebut disalurkan melalui
media.
d) Komunikan menguraikan/menafsirkan pesan (decoding) yang
dikirimkan oleh komunikator, sehingga mempunyai makna/arti.
e) Komunikan memberi tanggapan (feedback) terhadap informasi yang
diberikan oleh komunikator, sehingga komunikator dapat menganalisis apakah
pesan yang disampaikan sesuai atau tidak dengan apa yang dimaksudkannya,
karena dalam proses komunikasi dapat saja terjadi hambatan-hambatan.
Lambang Komunikasi:
Lambang dalam komunikasi adalah huruf atau tanda yang mengandung
maksud tertentu yang digunakan dalam berkomunikasi. Guna lambang dalam
berkomunikasi adalah sebagai media yang digunakan komunikator untuk
mempengaruhi komunikan agar terbentuk pengertian yang sama, sehingga
warta/pesan/informasi yang disampaikan oleh komunikator menjadi jelas.
Lambang-lambang komunikasi yang biasa digunakan adalah sebagai berikut.
1) Lambang bahasa, yaitu lambang yang menggunakan bahasa, baik dalam
komunikasi lisan maupun tertulis.
2) Lambang gerak, yaitu lambang yang menggunakan gerakan anggota badan.
3) Lambang suara, yaitu lambang yang dapat diterima melalui indra
pendengaran.
4) Lambang warna, yaitu lambang yang menggunakan warna-warna dalam
berkomunikasi.
5)Lambang gambar, yaitu lambang yang menggunakan gambar, poster iklan,
dan lain-lain.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran,
dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Terdapat
tiga jenis refleksi, yaitu : Refleksi perasaan, Refleksi pikiran, Refleksi pengalaman. Konselor
yang berintegritas adalah konselor yang memiliki kepribadian yang utuh, yaitu konselor yang
tidak mudah terpengaruh oleh suasana yang timbul pada saat konseling. Konselor seperti ini
adalah konselor yang dapat mengendalikan dirinya dari pengaruh suasana hati yang dialaminya
sebagai konselor atau sebagai anggota keluarga atau masyarakat.

B. SARAN

Dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, 1999 hlm 338

Dra. Masdudi, M.Pd. Bimbingan dan Konseling ( prespektif sekolah ), 2010. Cirebon:
At.Tarbiyah Press

Azwar Beni, Profesional Konseling, STAIN Curup: LP2 STAIN CURUP 2010

Suherman, Uman. 2003, Kompetensi Dan Aspek Etik Profesional Konselor Masa Depan
(kumpulan makalah konfensi ABKIN XIII)

Winkel. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo. Hlm 319

Anda mungkin juga menyukai