Anda di halaman 1dari 21

LASERASI PALPEBRA DAN KELENJAR LAKRIMAL

1. LASERASI PALPEBRA

Sejumlah mekanisme trauma tumpul dan tajam wajah dapat menyebabkan

laserasi kelopak mata.Bahkan benda tumpul yang tampaknya tidak berbahaya di

tempat kerja dapat menyebabkan laserasi kelopak mata.1

Cedera yang melibatkan kelopak mata dan daerah periorbita umumnya

terjadi setelah trauma tumpul atau penetrasi pada wajah. Luka tersebut dapat

bervariasi dari lecet kulit sederhana sampai kasus yang lebih kompleks yang

menyebabkan kehilangan jaringan yang luas serta fraktur tulang-tulang wajah.

Pada saat awal pemeriksaan yang menjadi prioritas utama adalah memperhatikan

faktor yang mengancam jiwa secara sistemik. Setelah kondisi yang dapat

mengancam jiwa stabil, perhatian dapat diarahkan pada luka yang spesifik pada

adneksaa okular. Pada proses pengembalian struktur dan fungsi harus tetap

mengarah pada prinsip-prinsip estetika dasar yang menjadi perhatian utama dari

ahli bedah rekonstruksi. Kejadian cedera mata dalam trauma kraniofasial tinggi,

berkisar antara 15% sampai 60% dalam berbagai penelitian.2

1.1 Anatomi Palpebra

Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta

mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan

kornea. Palpebra melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar, dan

pengeringan bola mata. Palpebra mempunyai lapisan tipis pada bagian depan

sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva

1
tarsal. Gangguan penutupan palpebra akan mengakibatkan keringnya permukaan

mata sehingga terjadi keratitis.3

Otot-otot pada palpebra terdiri dari M.orbikularis okuli yang berjalan

melingkar melingkar didalam palpebra superior dan inferior, dan terletak di

bawah kulit palpebra. Pada dekat margo palpebra terdapat otot orbikularis oculi

yang disebut sebagai M. Rioland. M orbikularis berfungsi menutup bola mata

yang dipersyarafi oleh N.Facial. M. lefator palpebra yang berorigo pada anulus

foramen orbita dan dan berinsensi pada kasus atas dengan sebagian menembus M.

Orbikularis oculi menuju palpebra bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M.

lefator palpebra terlihat sebagai sulcus palpebra. Otot ini dipersyarafui oleh N III

yang berfungsi untuk mengangkat atau membuka palpebra mata.3

Kulit kelenjar palpebra bersifat longgar dan elastis sehingga dapat sangat

membengkak dan kemudian kembali ke bentuk dan ukuran normal. Ketiga jenis

kelenjar pada palpebra adalah kelenjar meibom, kelenjar moll dan zeis. Kelenjar

meibom adalah kelenjar sebasea panjang dalam lempeng tarsal. Kelenjar meibom

tidak berhubungan dengan folikel rambut. Kelenjar ini menghasilkan substansi

sebasea yang membentuk lapisan berminyak pada permukaan film air mata, yang

membantu mencegah cepatnya penguapan dari lapisan air mata normal. Kelenjar

zeis merupakan modifikasi kelenjar sebasea yang lebih kecil dan berhubungan

dengan folikel bulu mata. Kelenjar keringat moll merupakan tubulus yang mirip

sinus dan tak bercabang, yang awalnya merupakan pilinan sederhana dan bukan

berbentuk glomerulus seperti halnya kelenjar keringat biasa. Kelenjar moll

mencurahkan secretnya kepada bulu mata.4

2
Gambar 1.1. Anatomi Palpebra

Pembuluh darah yang memperdarahi palpebra adalah arteri palpebra.

Persarafan sensoris palpebra superior didapatkan dari N VI sedang palpebra

inferior oleh cabang ke dua saraf V.3

1.2 Klasifikasi Laserasi Palpebra

Kerusakan pada kelopak mata diklasifikasikan berdasarkan ukuran dan

lokasi:6,7

 Untuk pasien muda (tight lids)

o Small - 25-35%

o Medium - 35-45%

o Large - > 55%

 Untuk pasien yang lebih tua (lax lids)

o Small - 35-45%

3
o Medium - 45-55%

o Large - > 65%

Kerusakan khas mungkin melibatkan 50% dari bagian tengah kelopak

mata atas atau bawah. Keterlibatan margin kelopak mata harus diperhatikan. Jika

margin kelopak mata terhindar, penutupan dengan flap lokal atau skin graft

mungkin sudah cukup. Setelah margin terlibat, perbaikan bedah harus

mengembalikan integritas dari margin kelopak mata.6,7

1.3 Evaluasi Preoperative Dan Pendekatan Diagnostik2

1.3.1 Stabilisasi Sistemik

Evaluasi luka periorbital dimulai setelah pasien trauma telah stabil dan

cedera yang mengancam hidup ditangani. Peran dokter mata dalam evaluasi dan

manajemena dalah sangat penting – harus ada komunikasi yang baik antara tim

trauma dan dokter mata.

1.3.2 Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit lengkap yang diperoleh sangat penting untuk

menentukan waktu kejadian dan mekanisme cedera. Untuk anak-anak, harus

dipertimbangkan kemungkinan adanya kekerasan pada anak sebagai penyebab

cedera mata dan periorbital. Adanya anamnesa tentang partikel proyektil

berkecepatan tinggi mungkin memerlukan studi pencitraan yang tepat untuk

menentukan adanya benda asing intraokuler atau intraorbital. Gigitan hewan dan

gigitan manusia harus diberi perhatian khusus dan dikelola sesuai dengan

pemberian antibiotik yang tepat. Pada bagian yang cedera diperiksa dengan hati-

4
hati untuk setiap jaringan yang hilang, dan setiap jaringan yang lepas yang

ditemukan dilokasi kejadian diawetkan dan ditempatkan pada es secepat

mungkin. Dalam kebanyakan kasus jaringan ini dapat dijahit kembali ke lokasi

anatomi yang tepat.

1.3.3 Pemeriksaan Oftalmologi

Penilaian ketajaman visual adalah wajib dilakukan sebelum setiap upaya

rekonstruksi. Pada pemeriksa keadaan pupil, jika didapatkan kerusakan relatif

pada afferent pupillary, potensi hasil visual akan buruk dan harus didiskusikan

dengan pasien sebelum dilakukan bedah rekonstruksi. Otot-otot luar mata

dievaluasi dan jika didapatkan adanya diplopia harus tercatat sebelum operasi.

Pemeriksaan eksternal meliputi penilaian lengkap tulang tulang wajah, dengan

penekanan khusus pada wilayah periorbital. Palpasi yang jelas menunjukkan

adanya krepitasi, atau unstable bone memerlukan evaluasi radiologi.

Pengukuran baseline proyeksi bola mata didokumentasikan dengan

exophthalmometry Hertel karena enophthalmos merupakan sequela lambat yang

umum terjadi pada trauma orbital. Posisi kelopak mata, fungsi otot orbicularis,

dan setiap bukti lagophthalmos dicatat. Pengukuran jarak intercanthal dan

evaluasi integritas dari tendon canthal juga dilakukan, karena dapat terjadi

dehiscence tendon traumatis dan telecanthus.

1.3.4 Evaluasi Laboratorium dan Radiografi

Evaluasi laboratorium yang tepat biasanya dilakukan oleh tim ruang gawat

darurat. Hitung darah lengkap dan analisis kimia serum sering kali diperlukan

untuk tujuan anestesi. Pemeriksaan faal hemostasis dapat membantu dalam

kasus-kasus tertentu, dan pemeriksaan kimia darah untuk alkohol dan zat-zat

5
beracun lainnya diperlukan dalam beberapa kasus. Ketika kecurigaan klinis

patah tulang orbital tinggi, pencitraan yang sesuai dengan orbita, terutama

computed tomography, harus diusulkan. Ultrasonografi bola mata, otot luar

mata, sarafoptik, dan orbita kadang-kadang bisa menjadi pemeriksaan tambahan

yang penting.

1.3.5 Profilaksis Infeksi

Pencegahan infeksi merupakan hal yang utama. Data riwayat imunisasi

tetanus lengkap harus diperoleh dan akan dilakukan manajemen yang tepat pada

pasien yang tidak mendapat imunisasi atau tidak tahu tentang riwayat

imunisasinya. Jika diketahui atau dicurigai adanya gigitan hewan, semua

informasi tentang bagian yang cedera, pemilik hewan, dan setiap perilaku

hewan yang abnormal harus diperoleh dan departemen perawatan hewan

setempat diberitahu. Ikuti protokol standar rabies.

Gigitan kucing, dan bahkan lukayang disebabkan oleh cakar kucing,

merupakan resiko tinggi infeksi. Profilaksis yang sesuai termasuk penisilin VK

(phenoxymethylpenicillin) 500 mg sehari selama5-7hari. Pada pasien alergi

penisilin maka dapat diberikan tetrasiklin. Luka gigitan manusia memerlukan

pemberian antibiotik yang tepat, seperti penisilin.

1.3.6 Timing of Repair

Waktu perbaikan ditentukan oleh beberapa faktor. Setiap upaya harus

dilakukan untuk merekonstruksi jaringan terluka sesegera mungkin setelah

pasien telah sepenuhnya dievaluasi dan data pemeriksaan penunjang tambahan

telah diperoleh. Jika terpaksa dilakukan penundaan perbaikan, maka penting

untuk selalu menjaga jaringan agar selalu dalam kondisi lembab.

6
1.4 Anestesi

Pemilihan anestesi untuk perbaikan luka adneksa tergantung pada

beberapa faktor. Umur pasien sangat penting karena hampir semua anak

memerlukan anestesi umum untuk mencapai hasil rekonstruksi terbaik. Luka

besar dengan kerusakan jaringan lunak yang luas dan keterlibatan osseous perlu

dilakukan anatesi umum. Mayoritas cedera pada orang dewasa dapat diperbaiki

dengan anestesi infiltrasi atau regional lokal lidokain 1-2% (lignocaine) dengan

1:100000 epinefrin. Anestesi infiltrasi dapat menyebabkan distorsi jaringan

yang signifikan, namun ini dapat diminimalkan dengan penggunaan asam

hyaluronic (hyaluronidase), yang memfasilitasi penyebaran cairan anestesi.2

1.5 Teknik Umum

Teknik-teknik rekonstruksi kelopak mata dan orbital setelah trauma

sangat banyak dan beragam. Teknik yang digunakan sangat tergantung pada

sejauh mana cedera dan struktur adneksa spesifik yang terlibat. Pendekatan

yang umum adalah untuk mengatasi setiap struktur anatomi secara independen

dan menghormati prioritas yang tepat. Hal pertama sebagai pelindung mata,

kemudian fungsinya, dan akhirnya kosmetik. Dalam banyak kasus, sejumlah

teknik rekonstruksi digabungkan untuk mencapai hasil yang maksimal.2

1.6 Teknik Spesifik2

1.6.1 Partial-Thickness Eyelid Injuries

Partial-thickness eyelid injuries, laserasi kelopak mata dangkal yang

tidak melibatkan margin palpebra dan yang sejajar dengan garis kulit sehingga

7
dapat distabilkan dengan skin tape. Laserasi yang lebih besar dan tegak lurus

dengan garis kulit memerlukan pendekatan yang lebih hati-hati dan eversi ke

tepi kulit. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan benang ukuran 6-0 atau 7-

0 yang absorbable atau nonabsorbable. Jika ketebalan penuh dari otot

orbicularis terlibat, harus diperbaiki secara terpisah. Penetrasi ke septum orbital

dengan cedera pada aponeurosis levator harus diperbaiki.

1.6.2 Eyelid Margin Lacerations

Jenis trauma adneksa membutuhkan pendekatan yang paling teliti, yang

harus tepat untuk menghindari notching kelopak mata dan malposisi margin

palpebra. Semua bagian tarsal yang iregular di tepi luka harus dibuang untuk

memungkinkan pendekatan tarsal-ke-tarsal yang lebih baik pada margin

palpebra yang diperbaiki. Hal ini dilakukan sepanjang ketinggian vertikal

seluruh tarsus untuk mencegah tarsal buckling, meskipun laserasi primer

mungkin hanya melibatkan tarsus marginal. Perbaikan dimulai dengan

penempatan benang 6-0 pada bidang kelenjar meibom di margin palpebra, kira-

kira 2mm dari tepi luka dan dengan kedalaman 2mm. Dulunya, sering dilakukan

penjahitan margin menggunakan benang nonabsorbable. Namun, Jeffrey P,

George C dan Robert AG telah secara rutin menggunakan jahitan dengan

menggunakan benang absorbable dan belum mengalami komplikasi dari

penyerapan jahitan yang prematur.

8
Gambar 1.3 Teknik penjahitan pada laserasi yang melibatkan margin palpebra7

1.6.3 Eyelid Injuries with Tissue Loss

Luka kelopak mata yang mengakibatkan kehilangan jaringan

memberikan tantangan rekonstruksi yang lebih sulit. Ini adalah kewajiban bagi

ahli bedah untuk mengevaluasi pasien dengan trauma kelopak mata, untuk

menentukan tidak hanya apakah dan berapa banyak dari kelopak mata yang

hilang tetapi juga lapisan kelopak mata tidak ada. Dalam evaluasi pasien, sangat

penting untuk mempertimbangkan kelopak mata sebagai struktur yang memiliki

lamela anterior dan posterior, kulit dan muskulus orbicularis akan menjadi

lamela anterior, sedangkan tarsus dan konjungtiva menjadi lamela posterior.

Jika full-thickness loss of eyelid tissue mengarah ke lagophthalmos dan eksposur

kornea, pelumasan agresif dengan salep antibiotik harus diberikan atau

dilakukan tarsorrhaphy sementara sampai perbaikan pasti dapat dicapai.

9
1.6.4 Full-Thickness Eyelid Lacerations

Full-thickness lacerations yang tidak melibatkan margin kelopak mata

mungkin terkait dengan kerusakan internal yang signifikan dari struktur

palpebra dan perforasi bola mata. Pada penanganan cedera ini memerlukan

pemeriksaan lapis demi lapis pada luka untuk menilai integritas dari septum

orbita, otot levator dan aponeurosis levator, konjungtiva, otot rektus, dan bola

mata.

Jika lamela posterior kelopak mata terlibat dalam full-thickness eyelid

injury tetapi dapat direapproximat tanpa menimbulakan ketegangan kulit yang

tidak semestinya, maka langsung dapat diperbaiki. Tarsal alignment dapat

dicapai melalui jahitan dalam. Jeffrey P, George C dan Robert AG lebih suka

melakukan penjahitan menggunakan polyglactin (Vicryl) ukuran 6-0atau7-0,

namun, Dexon, silk, dan kromik dapat pula digunakan untuk penutupantarsal.

1.7 KOMPLIKASI6,7

Komplikasi yang mungkin timbul dari laserasi palpebra dapat berupa:

1. Akibat kegagalan dalam memperbaiki laserasi khususnya jika melibatkan

margin palpebra, dapat berupa:

 Epiforakronis

 Konjungtivitiskronis,konjungtivitis bakterial

 Exposurekeratitis

 Abrasikorneaberulang

 Entropion/ ektropion sikatrikal

10
2. Akibat teknik pembedahan yang buruk, terutama dalam hal akurasi

penutupan luka, dapat berupa:

 Jaringan parut

 Fibrosis

 Deformitas palpebra sikatrikal

3. Keadaan luka yang memburuk akibat adanya infeksi atau karena

penutupan luka yang tertunda.

4. Laserasi dekat canthus medial dapat merusak sistem nasolacrimal.

1.8 PROGNOSIS

Prognosis sangat tergantung pada luasnya laserasi atau kerusakan palpebra

serta lokasi dan ketebalan jaringan yang rusak.

2. LASERASI LAKRIMAL

2.1 Anatomi Aparatus Lakrimalis

Aparatus lakrimalis terdiri atas kelenjar lakrimal, kanalikuli, sakus

lakrimalis dan duktus nasolakrimalis. Kelenjar lakrimal adalah kelenjar penghasil

air mata yang terletak di bagian anterior superior temporal dari orbita. Kelenjar ini

terdiri atas beberapa lobus kelenjar yang terpisah dengan duktus ekskretorius yang

menghubungkan kelenjar dengan forniks superior konjungtiva (forniks merupakan

sinus-sinus berlapis konjungtiva di antara kelopak mata dan bola mata). Kelenjar

lakrimal merupakan kelenjar tubuloalveolar yang umumnya memiliki lumen lebar

dan terdiri atas sel berbentuk kolom berjenis serosa. Sel-sel ini memperlihatkan

11
granul sekresi yang terpulas pucat dan suatu lamina basal yang memisahkan sel

dari jaringan ikat sekitarnya.4

Sel mioepitel berkembang biak mengelilingi bagian sekresi kelenjar

lakrimal. Sekret kelenjar mengalir ke bawah melalui permukaan kornea dan

konjungtiva bulbi dan palpebra, yang membasahi permukaan bagian-bagian ini.

Sekret mengalir ke dalam kanalikuli lakrimalis melalui punktum lakrimal, yang

merupakan lubang bulat berdiameter 0,5 mm pada sisi medial tepian kelopak atas

dan bawah. Kanalikuli, yang berdiameter sekitar 1 mm dan panjang 8 mm,

bergabung membentuk kanalikuli komunis tepat sebelum bermuara ke dalam

sakus lakrimalis yang dilapisi epitel berlapis gepeng tebal. Kelenjar lakrimal

menyekresi cairan yang kaya akan lisosom, yaitu suatu enzim yang

menghidrolisis dinding sel spesies bakteri tertentu, yang memudahkan

penghancurannya. 4

2.2 Sekresi dan Ekskresi Kelenjar Lakrimal

Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu sistem produksi dan sistem

ekskresi. Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di kelenjar lakrimal yang

terletak di fossa lakrimal bagian superior kuadran temporal dari orbita. Sistem

ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus

lakrimal, duktus nasolakrimal dan meatus inferior. Sistem ekskresi, yang terdiri

atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal dan duktus

nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak di bagian depan rongga orbita. Air mata dari

duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus

inferior.3,7

12
Sekresi dari kelenjar lakrimal utama dipicu oleh emosi atau iritasi fisik

sehingga menyebabkan air mata mengalir deras di atas margin tutup (epiphora).

Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan masuk ke

dalam sakus lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum lakrimal tidak

menyinggung bola mata, maka air mata akan keluar melalui margo palpebra yang

disebut dengan epifora. Epifora juga akan terjadi akibat pengeluaran air mata yang

berlebihan dari kelenjar lakrimal. 3,7

Untuk melihat adanya sumbatan pada duktus nasolakrimal, maka

sebaiknya dilakukan penekanan pada saccus lakrimal, bila terdapat penyumbatan

yang disertai dakriosistitis, maka cairan berlendir kental akan keluar melalui

pungtum lakrimal.3,7

Gambar 2.1 Anatomi Apparatus Lakrimal 8

13
2.3 Epidemiologi Laserasi Lakrimal

Laserasi dari sistem canalicular sering terjadi karena adanya trauma.

Cedera pada bagian kanalikular dari sistem drainase air mata dapat terjadi karena

adanya cedera terisolasi atau sebagai salah satu komponen dari cedera yang lebih

luas, termasuk beberapa laserasi tutup, patah tulang orbital, dan cedera yang luas.

Penyebab luka kanalikular meliputi serangan, jatuh dan tabrakan, trauma tajam

(pisau, gantungan baju, kuku, gelas), kecelakaan kendaraan bermotor, gigitan

anjing, cakaran kucing, dan trauma olahraga.7,9

Laserasi Canalicular adalah penyebab paling sering dari cedera pada

sistem lakrimal. Kanalikuli inferior terlibat dalam lebih dari 50-75% kasus.

Bagian bawah adalah bagian yang paling sering terlibat. Pada tahun 2002,

didapatkan sekitar 1,97 juta kunjungan ke bagian gawat darurat karena luka

wajah. Robeknya sistem canalicular memiliki persentase yang sangat kecil dari

luka wajah. Sebuah survei dari ahli bedah di Inggris menemukan 83% dari 92

pembedahan perbaikan didapatkan kurang dari 5-10 laserasi canalicular per tahun.

Penelitian yang dilakukan di Munich, Jerman didapatkan pasien luka di kelopak

mata dengan keterlibatan sistem kanalikuli ditemukan sebanyak 16%. Sebuah

survei tahun 2006 di Inggris menunjukkan bahwa pengelolaan luka kanalikuli

sangat bervariasi. Jika sistem kanalikuli tidak di tangani segera akan

menyebabkan gangguan pada anatomi lakrimal dan memberikan gambaran yang

abnormal pada kantus medial. Studi telah menunjukkan bahwa perbaikan primer

dapat mengembalikan fungsi dan posisi dengan baik sehingga baik inferior dan

sistem drainase lakrimal superior dapat berperan dalam fungsi yang tepat dari

sistem drainase air mata. 7,9

14
Ras belum dilaporkan menjadi faktor dalam trauma dengan sistem

kanalikuli. Laki-laki lebih banyak terkena trauma pada sistem lakrimal

dibandingkan wanita. Laserasi kanalikuli yang paling umum terjadi pada orang

dewasa muda. Laserasi kanalikuli pada balita sering terjadi akibat gigitan anjing.

Rata-rata rentang usia yang dilaporkan terkena antara 18-30 tahun. 7,9

2.4 Gambaran Klinis

Mekanisme cedera perlu diketahui agar dapat membantu menetapkan

sejauh mana cedera yang ditimbulkan, kemungkinan kerusakan bola mata, tingkat

kontaminasi dan risiko masuknya benda asing ke dalam bola mata. Proyeksi objek

dari luka menunjukkan cedera intrakranial sampai studi pencitraan dilakukan.

Adanya kontaminasi tanah perlu ditakutkan adanya infeksi Baccillus Cereus.

Dokumentasi penyebab cedera, termasuk apakah kecelakaan itu terkait pekerjaan

dapat menjadi informasi penting untuk aspek medikolegal.7,10

Ruptur bola mata dan sekuele sekunder dari trauma okular harus diatasi

dengan segera atau <72 jam, terutama apabila trauma mengenai bagian medial,

punctum dan laserasi kanalikular. Pemeriksaan jaringan sekitar harus dilakukan

karena daerah yang memiliki lecet yang dangkal dapat berpotensi memiliki luka

yang dalam. 7,10

Gigitan anjing ke wajah memiliki kecenderungan untuk melibatkan cedera

kantus medial dan sistem kanalikular. Cedera gigitan anjing sering mengakibatkan

luka wajah yang mendalam tanpa kehilangan jaringan lunak. Luka gigitan anjing

perlu di dekontaminasi segera. Pasien dengan jenis cedera ini harus diberikan

15
antibiotik spektrum luas secara intravena dan injeksi tetanus jika diindikasikan.

luka harus diirigasi sebelum bedah dilakukan. 7,10

2.5 Pemeriksaan Penunjang

Trauma yang mengancam jiwa dan adanya cedera visual yang mengancam

perlu diperhatikan, terutama adanya trauma yang luas, harus lebih diutamakan

diperbaiki daripada cedera adneksa. Pemeriksaan mata harus dilakukan pada

semua kasus suspek laserasi palpebra dan laserasi kanalikular. Pemeriksaan yang

dilakukan meliputi ketajaman visual, refleks pupil, lapang pandang, gerakan bola

mata, tekanan intraokular, pemeriksaan luar, pemeriksaan slit lamp, dan

pemeriksaan saraf optik. Pemeriksaan kanalikuli didapatkan pungtum yang

berdilatasi dan apabila dilakukan pemeriksaaan irigasi kanula di proximal

kanalikuli didapatkan adanya aliran larutan irigasi dari kelopak mata melalui luka

menegaskan adanya robekan. Prosedur yang sama dilakukan juga untuk kedua

kanalikuli anterior dan superior. 7,9,10

Pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan untuk perawatan trauma

darurat. Laserasi sistem lakrimal tidak memerlukan studi laboratorium. Dalam

setiap pasien dengan dugaan patah tulang orbital atau midface, pemeriksaan CT-

Scan dilakukan untuk mengetahui adanya fraktur orbita. Dacryocystogram dapat

mengkonfirmasi gangguan sistem drainase lakrimal.7

16
2.6 Penatalaksanaan

2.6.1. Terapi Farmakologi

Penatalaksanaan pasien dengan laserasi lakrimal dibagi menjadi dua yaitu

terapi farmakologi dan terapi pembedahan. Terapi farmakologi dengan Tetanus

profilaksis harus dikonfirmasi dalam setiap cedera yang terkontaminasi.

Profilaksis rabies dengan imunisasi aktif maupun pasif mungkin diperlukan dalam

gigitan anjing. Pasca operasi, sebagian besar ahli bedah meresepkan antibiotik

spektrum luas. Perawatan luka meliputi salep topikal antibiotik tetes mata 4 kali

per hari dan oftalmik antibiotik 4 kali per hari.7,11

2.6.2. Terapi Pembedahan

Terapi pembedahan tradisional yang dilakukan apabila didapatkan adanya

mono-bicanalikular laserasi yaitu dengan memperbaiki defek palpebra setelah

memperbaiki laserasi kanalikular. Untuk melihat laserasi monocanalicular dapat

dilakukan injeksi visko lidokain yang dicampur dengan methylene blue untuk

melihat kanalikuli yang intak dan mengobservasi refluks dari ujung distal yang

terpotong. Perbaikan mikroskopis akut diperlukan untuk reanastomose ujung

terputus dari canaliculi. Dalam kebanyakan cedera, perbaikan ini dapat dicapai

dalam waktu 48 jam dari trauma. Perbaikan yang sukses telah dilaporkan dalam

waktu 5 hari dari cedera. Gigitan binatang harus segera ditangani karena

didapatkan adanya kontaminasi yang signifikan dalam luka. Sebuah studi

melaporkan dari 63 pasien dengan luka traumatis canalicular memiliki tingkat

keberhasilan yang lebih tinggi pada pasien yang diobati dengan langsung jahitan

dinding canalicular dibandingkan dengan jahitan pericanicular. Modifikasi metode

17
“pigtail” probe dilaporkan memiliki tingkat keberhasilan 97,4% dalam

memperbaiki kembali sistem kanalikuli yang terputus. 7,11

- Teknik Anestesi

Teknik anestesi yang digunakan yaitu anestesi umum namun pembedahan

yang tidak melibatkan kerusakan pungtum hanya menggunakan anestesi lokal.

Perbaikan pada anak sebaiknya dilakukan di bawah anestesi umum. Bagi

kebanyakan orang dewasa, perbaikan dapat dilakukan dengan anestesi lokal. Pada

pasien dengan trauma okular adneksa luas atau cedera lebih luas, anestesi umum

mungkin merupakan pendekatan anestesi yang disukai. Hemostasis lokal dan

anestesi yang ditambah dengan vasokonstriktor hidung, seperti 4% kokain atau

fenilefrin cottonoids direndam dan suntikan lokal 2% lidocaine dengan 1:100.000

epinefrin (pada orang dewasa) atau 0,5% lidocaine dengan 1:200.000 epinefrin

(pada anak) ke daerah kantung lakrimal dan ke dalam kedua kelopak mata

superior dan inferior. 7,11

- Metode Operasi

Metode operasi yang dilakukan dapat meliputi Intubasi bikanalikular, stent

monocanalicular dan “Pigtail Probe”. 7,11

Intubasi bikanalikular merupakan gold standar untuk mono atau

bikanalikular laserasi. tabung ini disebut dengan “closed loop” merupakan suatu

metode yang tidak mungkin lepas. Namun dengan metode ini tabung sering

menempel ke mukosa hidung. Apabila tabung tetap di tempat akan dapat

menyebabkan jaringan parut. 7,11

Stent monocanalicular adalah tabung silikon pendek dengan ruas di ujung

proksimal. Dengan cara memasukkan stent melewati ujung distal melalui punctum

18
dan membawa keluar melalui ujung proksimal dari canaliculi yang terputus.

Dengan lembut menarik ujung distal dari stent dan ruas harus tetap berada dalam

punctum. Tabung tetap terletak pada kantung lakrimal. tidak perlu masuk ke

dalam saluran nasolacrimal tulang. stent monocanalicular tidak dapat digunakan

apabila terdapat laserasi punctum, karena tidak dapat memberikan traksi inferior

dan posterior yang cukup untuk menutup luka. 7,11

Gambar 2.2 Monocanalicular stent11

Gambar 2.3 Monocanalicular stent di punctum11

19
Intubasi canalicular dengan “Pigtail Probe” adalah metode terakhir apabila

kanalikulus yang terputus tidak dapat ditemukan. “Pigtail Probe” memiliki

lubang di ujungnya, dimasukan melalui kanalikulus yang utuh dengan posisi

vertikal. A 5-0 nilon dimasukan ke lubang ujung probe. probe ditarik mundur, dari

canaliculi, dengan membawa benang nilon. Ujung probe dilewatkan melalui

punctum dan benang nilon ditarik. Ujung benang ditarik sehingga tabung stent

melewati kedua canaliculi. Jahitan nilon yang tersisa di tempat kanalikulus

diputus diatas stent kanalikuli sehingga laserasi tertutup. 7,11

Gambar 2.4 Kedua ujung stent setelah melewati “pigtail” probe11

Stent canalicular biasanya dapat dihapus kurang lebih 6 minggu setelah

perbaikan. Stent kanalikular dikeluarkan dari hidung setelah tabung antara puncta

dipotong. endoskopi dapat membantu dalam menemukan ujung dari stent. jika

metode ini tidak mungkin pada anak kecil, stent dapat dikeluarkan dengan

memotong tabung antara puncta dan menarik stent keluar dari salah satu puncta.11

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Edsel I. Laceration, Eyelid (serial online). Last update Apr 26, 2012.
Available from: URL: http://emedicine. medscape. com/article/1212531-
overview.

2. Jeffrey P, George C, Robert AG. Eyelid Trauma and


Reconstruction Techniques. In. Yanoff M, Duker J. Ophtalmology. 3th
Edition. China: Elsevie; 2009. P 1443-49.

3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia; 2009. P 1-2.

4. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar. Edisi 10. Jakarta: EGC; 2007.
P 463-4.

5. Mounir B. Eyelid Reconstruction, Upper Eyelid. Last update Nov 13,


2011. Available from: URL: http://emedicine.medscape.com/
article/1282054-overview

6. Mounir B. Eyelid Reconstruction, Lower Eyelid. Last update 9 April,


2013. Available from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/
1281955-overview

7. Mawn A Louise. Canalicular Laceration.


http://emedicine.medscape.com/article/1210031-overview. Januari
2012. (Diunduh tanggal 27 Juni 2013).

8. CormickMc. Watery Eyes and Dacryocystorhinostomy (DCR) surgery.


http://www.austinmccormick.co.uk/Watery-eyes.html. (Diunduh tanggal
27 Juni 2013).

9. Drnovšek-Olup Brigita, Beltram Matej. Trauma of the Lacrimal Drainage


System: Retrospective Study of 32 Patient. Slovenia: University Eye
Clinic, Medical Center Ljubljana; 2004.p.292-294.

10. Marshak Harry, Dresner C Steven. Lacrimal Trauma. United States of


America: Springer Science + Bussiness Media,Inc. 2006.p.119-126.

11. Hurwitz Jay Jeffrey. Lacrimal Trauma in Adult. Volume 8. Toronto:


Department of Ophthalmology and Vision Sciences; 2010.

21

Anda mungkin juga menyukai