Bidang Kegiatan:
PKM-KARSA CIPTA
Diusulkan Oleh
Bintang Nur Fatahillah 1606894420 2016
Arian Dewantara 1606904705 2016
Averaldo Razkyano 1606904762 2016
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2017
DAFTAR ISI
2
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi ini banyak orang-orang yang sibuk dengan aktifitas sehari-hari , dari
pekerja kantoran yang sibuk bekerja dari pagi hingga malam dan juga mahasiswa yang
sibuk dengan aktifitas perkuliahan dan juga organisasi yang akan memakan banyak waktu
dalam sehari .Kesibukan ini tentu akan menyita sangat banyak waktu dan hanya
menyisakan waktu yang sedikit untuk melakukan hal lain seperti makan , hanya segelintir
orang yang menyempatkan dirinya membeli bahan mentah untuk memasak makanan
sendiri dan selebihnya memilih untuk membeli makanan yang sudah jadi , dengan terus
membeli makanan sudah siap santap tentu saja pengeluaran menambah . Saat orang-
orang membeli makanan dapat dipastikan sebagian besar akan mengantri karena hampir
semua memilih untuk membeli makanan dan hal ini akan kembali lagi memakan waktu
yang sudah tersita banyak . Disaat ini lah dibutuhkan sebuah alat yang dapat digunakan
untuk memasak atau menghangatkan makanan secara praktis dan gampang digunakan .
1.3 Tujuan
Mengetahui cara agar biaya pengeluaran berkurang setelah menggunakan MATRIX
Menghemat waktu dengan menggunakan MATRIX
4
2.2 Solar Charge Controller
Solar charge controller yang baik biasanya mempunyai kemampuan mendeteksi kapasitas
baterai. Bila baterai sudah penuh terisi maka secara otomatis pengisian arus dari panel surya
berhenti. Cara deteksi adalah melalui monitor level tegangan tertentu, kemudian apabila level
tegangan turun maka baterai akan diisi kembali.
Solar Charge Controller biasanya terdiri dari : 1 input (2 terminal) yang terhubung dengan
output panel sel surya, 1 output (2 terminal) yang terhubung dengan baterai/aki dan 1 output (2
terminal yang terhubung dengan beban). Arus listrik DC yang berasal dari baterai tidak mungkin
masuk ke panel sel surya karena biasanya ada ‘diode protection’ yang hanya dilewati arus listrik
DC dari panel sel surya ke baterai, bukan sebaliknya.
Ada dua jenis teknologi yang umum digunakan oleh solar charge controller, yaitu :
(a)PWM (Pulse Wide Modulation) seperti namanya menggunakan lebar pulse dari on dan off
elektrikal, sehingga menciptakan seakan-akan sine wave electrical form
(b)MPPT (Maximun Power Point Tracker), yang lebih efisien konversi DC to DC (Direct
Current).
Cara kerja solar charge controller antara lain: (a) Charging Mode Solar Charge Controller dan
(b)Mode Operasi Solar Charge Controller.
b. Fase absorption : pada fase ini, tegangan baterai akan dijaga sesuai dengan tegangan bulk,
sampai solar charge controller timer (umumnya satu jam) tercapai, arus yang dialirkan
menurun sampai tercapai kapasitas dari baterai.
5
c. Fase float : baterai akan dijaga pada tegangan float setting (umumnya 13,4-13,7 Volt). Beban
yang terhubung ke baterai dapat menggunakan arus maksimun dari panel surya pada stage ini.
2.3 Inverter
Inverter merupakan rangkaian untuk mengubah tegangan searah menjadi tegangan bolak-balik.
Teknik yang digunakan ialah teknik switching, yakni dengan menyalakan dan mematikan switch
secara bergantian sehingga terbentuk pulsa atau gelombang kotak dengan arah negatif dan
positif. Teknik switching digunakan dengan memanfaatkan transistor BC 337, BC 327, dan
MOSFET IRF 540. Ketika dilakukan berkali-kali, maka tegangan DC yang hanya lurus satu
arah akan berubah menjadi sebuah sinyal kotak dengan kerapatan dan keregangan yang berbeda-
beda. Dengan metode PWM (Pulse Width Modulation), kerapatan dan keregangan tersebut akan
dibaca sebagai sinyal sinus.
6
Gambar 2. Sistem Gelombang pada Inverter
Ketika gelombang kotaknya merapat, maka akan tegangan akan dibaca tinggi dan ketika
renggang, maka artinya tegangan nya rendah, oleh karena itulah, gelombang kotak yang rapat
renggangnya periodis akan membentuk gelombang sinus yang periodis pula. Sehingga dari
konsep ini, tegangan DC yang searah, akan menjadi gelombang sinus yang bolak-balik (tegangan
AC).
2.4 Baterai
Baterai adalah alat yang terdiri dari 2 atau lebih sel elektrokimia yang mengubah energi kimia
yang tersimpan menjadi energi listrik. Tiap sel memiliki kutub positif (katoda) dan kutub negatif
(anoda). Kutub yang bertanda positif menandakan bahwa memiliki energi potensial yang lebih
tinggi daripada kutub bertanda negatif. Kutub bertanda negatif adalah sumber elektron yang
ketika disambungkan dengan rangkaian eksternal akan mengalir dan memberikan energi ke
peralatan eksternal.
Baterai terdiri atas dua elektroda dan masing-masing elektroda memiliki bahan kimia yang
berbeda. Kedua elektroda inilah yang menjadi kutub positif dan kutub negatif baterai. Elemen-
elemen kering terdiri atas wadah seng yang berisi zat penghasil arus listrik melalui reaksi kimia
dan batang karbon.Wadah seng tersebut berfungsi sebagai kutub negatif dan batang karbon yang
terdapat di bagian tengah baterai berfungsi sebagai kutub positif.
2.5 Kompresor
7
Kompresor merupakan unit tenaga dalam sistem mesin pendingin. Kompresor berfungsi
memompa bahan pendingin keseluruh bagian dalam dari bahan yang akan didinginkan.
Kompresor akan memompa gas refrigerant dibawah tekanan dan panas yang tinggi pada sisi
tekanan tinggi dari sistem dan menghisap gas bertekanan rendah pada sisi intake (sisi tekanan
rendah). Ada 3 kerja yang dilakukan oleh kompresor yaitu :
· Fungsi penghisap : proses ini membuat cairan refrigerant dari evaporator dikondensasi dalam
temperatur yang rendah ketika tekanan refrigerant dinaikkan.
· Fungsi penekanan : proses ini membuat gas refrigerant dapat ditekan sehingga membuat
temperatur dan tekanannya tinggi lalu disalurkan ke kondensor, dan dikabutkan pada temperatur
yang tinggi.
· Fungsi pemompaan: proses ini dapat dioperasikan secara kontinyu dengan mensirkulasikan
refrigerant berdasarkan hisapan dan kompresi.
1. Panel Surya
Panel surya yang kami gunakan berkapasitas 100 wp, karena cocok untuk daerah tropis
Indonesia yang mempunyai panas matahari yang cukup. Solar cell dengan kapasitas 100 WP / 12
Volt artinya 100 WP = 100 watt/jam diasumsikan dalam sehari efektif terpapar selama 5 jam
maka solar cell menghasilkan 100watt x 5 jam = 500 watt.
Asumsi rugi-rugi (losses) pada sistem dianggap sebesar 15%, karena keseluruhan komponen
sistem yang digunakan masih baru (Mark Hankins, 1991: 68).
Total energi sistem yang disyaratkan adalah sebesar :
ET = Besar energi beban mampu disuplai
EA : Energi total tanpa rugi-rugi
8
ET= EA – rugi rugi sistem
ET= EA - (15% x EA)
= 100 WH + (15% x 100WH)
= 85 WH
Panel surya yang kami gunakan berjenis Panel Surya 100 WP Polycrystalline. Panel ini memiliki
modul Solar Cell dengan efisiensi terbaik, Desian dan tekstur frame lebih kokoh & kuat, Jumlah
sel surya lebih banyak dibandingkan panel surya pada umumnya, menggunakan sel surya dengan
lapisan SiN yang memberikan solusi kebutuhan listrik pedesaan bahkan perkotaan untuk solusi
penghematan energi listrik dan aplikasi lainnya. Berikut keuntungan dari panel surya berjenis
polycrystalline:
Berikut spesifikasinya:
PMAX : 100W
VMP : 17.53 V
IMP : 5.71 A
VOC : 21.25 V
ISC : 6.03 A
9
Ukuran (mm): 670 x 1125 x 35
Berat (kg) : 8
Produk kami yang praktis dan mudah digunakan juga memiliki beberapa keunggulan,
10
antara lain:
1. Praktis
Dapat digunakan kapan saja, dan dimana saja selama ada sumber listrik, sehingga tidak
merepotkan.
2. Multifungsi
Dapat digunakan untuk memasak, dan dapat digunakan untuk memanaskan hampir semua
jenis makanan.
3. Alat bersifat portable, mudah dibawa-bawa karena ukurannya yang kecil.
5. Perawatan mudah
Perawatan matrix sangatlah mudah, yakni hanya dengan mencuci bagian mangkoknya saja
setelah pemakaian.
11
1 2 3 4 5
Tahap I : Persiapan
1.1 Pembelian alat dan bahan
1.2 Mendesain rancangan alat
Menguji kekuatan dan kesesuaian
1.3 bahan
1.4 Laporan tahap 1
Tahap 2 : Pembuatan Alat I (Uji pertama)
2.1 Persiapan alat dan komponen
2.2 Perakitan alat
2.3 Pengujian alat
2.4 Laporan tahap 2
Tahap 3 : Pembuatan Alat II (Uji Kedua)
3.1 Persiapan alat dan bahan
3.2 Perakitan dan pengujian alat
3.3 Laporan tahap 3
Tahap 4 : Perbandingan Alat I dan Alat II
4.1 Membandingkan alat pada uji 1 dan 2
4.2 Analisa kelebihan dan kekurangannya
4.3 Laporan tahap 4
Tahap 5 : Finalisasi Bentuk Alat
5.1 Perakitan alat yang siap digunakan
5.2 Pengujian alat
5.3. Laporan tahap 5
Tahap 6 : Penulisan laporan akhir
6.1 Persiapan dan pengumpulan data
6.2 Penulisan laporan akhir
6.3 Kesimpulan dan finalisasi
6.4 Laporan tahap 6
DAFTAR PUSTAKA
12
Ainie Khuriati Riza Sulistiati. 2010. Termodinamika. Edisi I. Yogyakarta: Penerbit Graha
Ilmu.
13