Anda di halaman 1dari 33

3

MAKALAH
ETIKA DAN PROFESI AKUNTANSI

“Analisis Perusahaan Enron,Worldcom,British Telecom”.

Disusun oleh :

Kelompok 3

Novi Syahputri S : 1612120255


Unike Reza Windriyani : 1612120254
Nurmala Dewi : 1912128008P

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMI
INSTITUT INFORMATIKA DAN BISNIS DARMAJAYA
BANDAR LAMPUNG
2019
4

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat, dan
hidayah-Nya telah memberikan petunjuk, kesehatan, kesempatan dan kekuatan
kepada saya sehingga dapat menyajikan Makalah yang berjudul “Analisis
Perusahaan Enron,Worldcom,British Telecom”. Di dalam tulisan ini, disajikan
pokok-pokok bahasan yang disusun sebagai bahan penambah wawasan untuk
mahasiswa dalam mendalami akuntansi.
Saya sadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang saya miliki
masih dirasakan banyak kekurangan, Oleh karena itu saya mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Bandar Lampung, 21 Oktober 1019

ii
5

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................. iii

BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan Masalah ..................................................................................... 2

BAB II
PEMBAHASAN KASUS ENRON CORPORATION ............................ 3
2.1 Profil Enron Corporation ....................................................................... 3
2.2 Profil KAP Arthur Andersen .................................................................. 4
2.3 Skandal Akuntansi Enron Corporation ................................................... 5
2.6 Analisis Kasus Enron Corporation Ditinjau dari Sudut Pandang Audit
dan Etika Profesional...................................................................................... 11
2.7 Dampak Kasus Enron Corporation Terhadap Tata Kelola, Manajemen,
dan Akuntan Publik ........................................................................................ 16

BAB III
PEMBAHASAN KASUS WORLDCOM CORPORATION .................. 19
3.1 Profil Worldcom Corporation .............................................................. 19
3.2 Skandal CEO - Bernard Ebbers ............................................................ 20
3.3 Skandal Akuntansi Worldcom Corporation .......................................... 22
3.4 Penyebab Terjadinya Skandal Worldcom Corporation ......................... 24

iii
1

3.5 Dampak Kasus WorldCom Corporation Terhadap Tata Kelola, Manajemen, dan
SOP ..................................................................................... 25

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS BRITISH TELECOM............................................ 27

BAB V
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 29
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbagai jenis karakteristik perusahaan, baik industri, jasa, maupun dagang
merupakan pelaku ekonomi yang selalu harus terikat dengan kondisi perekonomian global
dewasa ini. Era globalisasi yang mempertajam jurang persaingan antara perusahaan-
perusahaan yang ada, semakin mendorong pihak manajemen untuk berpikir kritis dan
antisipatif dalam menghadapi kondisi gejolak perekonomian yang semakin tinggi.
Optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber daya yang dimiliki perusahaan semakin
diperhatikan. Konsekuensi logis dari adanya tingkat persaingan yang semakin kompleks yaitu
kemunduran akibat ketidakmampuan beradaptasi dengan kemajuan bisnis pesaing, dapat
tetap bertahan di tengah krisis globalisasi ekonomi atau bahkan dapat semakin berkembang.
Upaya untuk mendukung eksistensi perusahaan di tengah-tengah dunia bisnis pada
era modern ini diperlukan upaya dalam rangka peningkatan produktivitas, efisiensi serta
efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Berbagai strategi dan kerangka konseptual
kebijakan-kebijakan yang dapat diambil terus dikembangkan. Salah satunya yaitu
dengan memperhatikan aspek pengendalian internal. Pengembangan program audit yang
komprehensif akan memberikan kontribusi dan dampak signifikan terhadap keuntungan
organisasi atau perusahaan. Auditor perlu mengembangkan prosedur audit pengendalian
internal untuk mendeteksi adanya berbagai tindak kecurangan yang disengaja dan kekeliruan
yang tidak disengaja.
Audit yang dilaksanakan oleh auditor tidak selalu berjalan dengan semudah yang
dibayangkan. Auditor akan dihadapkan pada adanya konflik kepentingan, di mana
klien, terutama klien yang merupakan perusahaan yang besar dapat menekan auditor untuk
tidak mengungkapkan pendapatnya secara objektif dan menyimpang dari standar etika
profesional profesi akuntan publik. Auditor di satu sisi bertanggung jawab untuk
mengungkapkan kewajaran laporan keuangan secara objektif untuk kepentingan publik,
namun di sisi lainnya juga dihadapkan pada kepentingan klien untuk mendapatkan reputasi
yang baik atas laporan keuangannya, walaupun terkadang sebenarnya laporan tersebut tidak
wajar atau menyesatkan.
Adanya desakan pergantian auditor dan besarnya fee yang ditawarkan dapat melemahkan
tingkat

1
3

independensi auditor. Posisi auditor di sini sangatlah dilematis karena mereka dituntut untuk
memenuhi keinginan klien tetapi kadangkala hal itu melanggar standar profesi sebagai acuan
kerja yang ada.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah dalam makalah
ini antara lain:
1. Bagaimanakah kronologis skandal kasus Enron Corporation,Worldcom
Corporation,British Telecom.
2. Pihak-pihak mana sajakah yang terlibat dalam skandal kasus Enron Corporation,
Worldcom Corporation dan British Telecom.
3. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya skandal akuntansi
Enron Corporation, Worldcom Corporation, dan British Telecom.
4. Bagaimanakah analisis terhadap kasus skandal Enron Corporation, Worldcom, dan
Britih Telecom ditinjau dari sudut pandang prinsip auditing dan etika professional.
5. Dampak apa sajakah yang timbul setelah adanya kasus Enron Corporation, Worldcom
Corporation, dan British Telecom tersebut.

1.3 Tujuan Masalah


Adapun tujuan yang bisa diambil berdasarkan rumusan di atas, sebagai berikut:
1. Bisa menjelaskan tentang kronologi kasus Enron,Worldcom Corporation
dan British Telecom.
2. Bisa menjelaskan tentang Pihak-pihak yang terlibat dalam kasus Enron,Worldcom
Corporation, dan British Telecom.
3. Bisa menjelaskan bagaimana sudut pandang prinsip auditing dan etika professional
dalam kasus Enron,Worldcom Corporation dan Brtish Telecom.
4. Bisa menjelaskan dampak-dampak yang terjadi akibat kasus Enron,Worldcom
Corporation dan British Telecom.

2
4

BAB II
PEMBAHASAN KASUS ENRON CORPORATION

2.1 Profil Enron Corporation


Enron Corporation adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis di Houston,
Texas, Amerika Serikat. Enron jejak akarnya adalah Perusahaan Gas Alam Utara, yang
dibentuk pada tahun 193 1, di Omaha, Nebraska. Enron merupakan perusahaan dari
penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam melalui pipa) dengan Houston Natural
Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun 1985 oleh Kenneth Lay. Pada tahun
1997 Enron membeli perusahaan pembangkit listrik “Portland General Electric Corp”
senilai $ 1 milyar. Sebelum tahun 1997 berakhir, manajemen mengubah perusahaan tersebut
menjadi “Enron Capital and Trade Resources” yang menjadi perusahaan Amerika terbesar
yang memperjualbelikan gas alam serta listrik (Sanjaya: 1014).
Enron Corporation yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang energi
tersebut melakukan penjualan listrik dengan menggunakan harga pasar pada awal tahun
1990. Adanya hasil Kongres Amerika Serikat yang memutuskan untuk melakukan
deregulasi penjualan gas alam telah menyebabkan Enron mengalami peningkatan pendapatan
yang signifikan. Enron merupakan penjual gas alam terbesar pada tahun 199 1 di Amerika
Utara, kontrak penjualan gas Enron menghasilkan laba sebelum pajak sebesar $1 1 1 juta,
dan merupakan penyumbang kedua terbesar dalam laba usaha perusahaan (Isanty: 1016).
Dalam upaya untuk memperluas pertumbuhan bisnis perusahaan, Enron menerapkan
strategi bisnis diversifikasi. Perusahaan tersebut memiliki dan mengoperasikan berbagai
aset meliputi gas pipelines, electricity plants, pulp and paper plants, water plants, dan
broadband services. Perkembangan pesat Enron telah menyebabkan harga saham
perusahaan tersebut mengalami kenaikan sebesar 311% dari awal tahun 1990 sampai akhir
tahun 1998. Pada tahun 1999 harga saham mengalami kenaikan sebesar 56% dan pada tahun
1000 sebesar 87%. Harga saham per lembar perusahaan adalah sebesar $83.13 (Isanty:
1016).Tidak cukup dengan prestasi tersebut, Enron membentuk pula “Enron Online” (EOL)
pada bulan Oktober 1999. EOL merupakan unit usaha Enron yang secara online
memasarkan produk energi secara elektronik lewat website. Dalam sekejap, EOL berhasil
melaksanakan transaksi

3
5

senilai $335 milyar pada tahun 1000. Pada Januari 1000, Enron mengumumkan sebuah
rencana besar yang amat ambisius untuk membangun jaringan elektronik broadbrand yang
berkecepatan tinggi (high speed broadbrand) dengan kapasitas jaringan penjualan
brandwidth untuk melakukan penjualan gas serta listrik. Enron membiayai ratusan juta dollar
guna melaksanakan program ini. Walaupun keuntungannya belum nampak, namun harga
saham Enron di Wall Street melonjak menjadi $40, bahkan meningkat menjadi $90,56,
sehingga Enron dinyatakan oleh majalah Fortune maupun media lain sebagai “one of the
most admired and innovative companies in the world” (Djohan: 1008).

2.2 Profil KAP Arthur Andersen


KAP Arthur Andersen didirikan pada tahun 1913 oleh Arthur Andersen dan Clarence
Delany sebagai Anderse Delany & Co. Perusahaan tersebut berubah nama menjadi Arthur
Andersen & Co. pada tahun 1918. Arthur Andersen adalah aktivis pembentukan standar
dalam industri akuntansi. Ketika munculnya opsi saham dalam bentuk kompensasi,
Arthur Andersen adalah KAP pertama yang mengusulkan ke FASB bahwa opsi saham
harus disertakan pada laporan biaya sehingga berdampak pada laba bersih seperti
kompensasi dalam bentuk tunai. Setelah konsultasi IT ditetapkan pada tahun 1980, Arthun
Andersen pun mengembangkan praktek konsultasi di bidang IT tersebut, sementara KAP lain
masih berfokus pada konsultasi jasa audit. KAP Arthur Andersen berjuang untuk
menyeimbangkan antara “faithfulness to accouting standards” dengan “its clients’ desire to
maximize profits” (Kurnia: 1014).
KAP Arthur Andersen adalah perusahaan jasa akuntansi yang berbasis di
Chicago, Illinois, Amerika Serikat. Kantor Akuntan Publik tersebut termasuk dalam
“The Big Five” bersama dengan Pricewaterhouse Coopers, Deloitte, Ernst & Young, dan
KPMG. Arthur Andersen menjadi auditor eksternal Enron sekaligus konsultan
manajemennya dengan bayaran
$5 juta untuk biaya audit dan $50 juta untuk biaya konsultasi. Hal inilah yang menyebabkan
konflik kepentingan di tubuh Arthur Andersen sendiri, karena pembayaran atas jasa yang
dilakukannya terlampau besar, sehingga memunculkan kurangnya independensi dalam proses
pengauditan laporan keuangan Enron. Sehingga, pada tahun 100 1 perusahaan ini
secara sukarela menyerahkan izin praktiknya sebagai Kantor Akuntan Publik setelah
dinyatakan bersalah dan terlibat dalam skandal Enron dan menyebabkan 85.000
orang kehilangan pekerjaannya (Isanty: 1016).

4
6

2.3 Skandal Akuntansi Enron Corporation


Pada tanggal 1 Desember 1001, dunia perekonomian dikejutkan dengan berita yang
berasal dari kota minyak Houston di Texas, Amerika. Enron, perusahaan ke tujuh terbesar di
Amerika, perusahaan energi perdagangan terbesar di dunia menyatakan dirinya bangkrut
(Djohan: 1008).
Bangkrutnya Enron dianggap bukan lagi semata-mata sebagai sebuah kegagalan bisnis,
melainkan sebuah skandal yang multidimensional, yang melibatkan politisi dan pemimpin
terkemuka di Amerika Serikat. Hal ini bisa dilihat dari beberapa fakta yang cukup
mencengangkan (Sanjaya: 1014). Kebangkrutan bukan disebabkan oleh perekonomian
dunia yang sedang melemah, melainkan kesalahan fatal dalam sistem akuntan mereka.
Selama tujuh tahun terakhir, Enron melebih-lebihkan laba bersih dan menutup-tutupi utang.
Auditor independen, Arthur Andersen ikut berperan dalam "menyusun" pembukuan kreatif
Enron. Lebih buruk lagi, kantor hukum yang menjadi penasihat Enron, Vinson & Eikins, juga
dituduh ikut ambil bagian dalam korupsi skala dunia ini dengan membantu membuka
partnership-partnership kontroversial yang dianggap sebagai awal dari kehancuran Enron
(Djohan: 1008).
Dalam proses pengusutan sebab-sebab kebangkrutan itu Enron dicurigai telah melakukan
praktek window dressing yaitu dengan cara penundaan pencatatan piutang karena kasnya
digunakan untuk kepentingan pribadi. Manajemen Enron telah menggelembungkan (mark
up) pendapatannya US$ 600 juta, dan menyembunyikan utangnya sejumlah US$ 1, 1 miliar.
Menggelembungkan nilai pendapatan dan menyembunyikan utang senilai itu tentulah tidak
bisa dilakukan sembarang orang. Diperlukan keahlian khusus dari para profesional yang
bekerja pada atau disewa oleh Enron untuk menyulap angka-angka, sehingga selama
bertahun-tahun kinerja keuangan perusahaan ini tampak tetap mencorong. Dengan kata lain,
telah terjadi sebuah kolusi tingkat tinggi antara manajemen Enron, analis keuangan, para
penasihat hukum, dan auditornya. Belakangan diketahui bahwa auditor Enron, Arthur
Andersen kantor Hudson, telah ikut membantu proses rekayasa keuangan tingkat tinggi itu
(Sanjaya: 1014).

2.4 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Skandal Enron Corporation


Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam skandal Enron Corporation dalam Kurnia:
1014, antara lain sebagai berikut:
a. Pihak dari Enron Corporation
Kenneth Lay (Founder, Chairman dan CEO)

5
7

Enron ini dibangun dengan hutang dan dalam kegiatan operasionalnya juga berhutang lagi
kepada pihak lain. Sehingga hutangnya semakin bertambah banyak. Ken Lay adalah
seseorang yang telah mendirikan Enron, tetapi dia membangun Enron dengan banyak hutang
kepada pihak lain. Ketika Enron mengalami keadaan yang sulit, dalam hal ini dalam keadaan
hampir bangkut, Ken Lay mengatakan perusahaannya dalam keadaan yang baik-baik saja.
Jeffrey Skilling (Mantan Presiden, dan COO)
Jeffrey Skilling berhasil membuat Enron menjadi sebuah perusahaan perdagangan
yang sangat besar dan ekspansif. Namun, karena ambisinya mengesampingkan rambu-rambu
aturan yang berlaku baik aturan SEC maupun prinsip akuntansi yang berterima umum. Ia
bersama Andrew Fastow memanipulasi laporan keuangan Enron. Skilling merekrut Andrew
Fastow, seorang ahli keuangan, untuk membantu menjalankan bisnis perdagangan gas
alam, dan keduanya telah datang dengan gagasan yang pandai dalam melaporkan nilai dari
kontrak jangka panjang yang mereka beli atau jual.

Andrew Fastow (Mantan CFO)


Andrew Fastow memanipulasi untuk membentuk anak perusahaan yang hanya dipakai
oleh Enron untuk mendapatkan pinjaman dana dari bank, sehingga dalam laporan keuangan
yang dimiliki oleh Enron tidak mengalami penambahan hutang.

Board of directors
Dewan Direksi Enron gagal melidungi pemegam saham Enron dan memberikan
konstribusi pada kejatuhan perusahaan publik terbesar ke tujuh di AS, dengan membiarkan
Enron terlibat dalam praktik akuntansi beresiko tinggi, konflik transaksi kepentingan yang
tidak pantas, pengungkapan kegiatan penghancuran dokumen penting, dan kompensasi
eksekutif yang berlebihan. Dewan mengetahui hal ini tetapi lebih memilih untuk menutup
mata dan merugikan pemegang saham, karyawan, dan rekan bisnis.

Karyawan Enron
Enron memaksa karyawan dalam hal pengelolaan dana pensiun, di mana diharuskan
pembelian saham perusahaan sebagai dana pensiun, karyawan percaya atas reputasi
perusahaan. Tujuan Enron adalah menaikan harga saham perusahaan dengan cara ini. Dan
pada saat masa

6
8

jatuhnya enron, para ekskutif yang terlebih dahulu tahu telah menjual sahamnya,
sedangkan karyawan hanya dapat menjual saham sampai pada harga 16 sen. Sheron
Wattkins Sherron adalah seorang akuntan profesional yang kompeten dan telah bekerja
untuk Arthur Andersen selama bertahun-tahun sebelum bergabung dengan Enron. Dia
mengeluhkan praktik akuntansi agresif yang dilakukan oleh Enron. Ketika Lay tidak
merespon surat yang ia tulis, Sharron pun memberikan kesaksian di depan komte
penyelidikan. Seandainya ada anggota dewan yang mendengarkan kekhawatirannya
mengenai Enron, mungkin tindakan pencegahan dapat dilakukan.

b. Pihak dari KAP Arthur Andersen


Peran KAP Arhur Andersen dalam skandal Enron antara lain sebagai eksternal auditor
Enron, sebagai konsultan akuntansi dan manajemen berkaitan dengan pengakuan SPE,
sebagai internal auditor Enron, sebagai konsultan perpajakan Enron, dan sebagai penasihat
dari pengungkapan masalah keuangan. Budaya internal KAP Arthur Andersen didorong
oleh keinginan untuk mendapatkan penghasilan, sehingga Enron adalah salah satu sumber
kekayaan KAP. Mengingat fakta ini, AA dan personelnya dihadapkan pada beberapa konflik
kepentingan, yang mungkin telah dilanggar dan melemahkan tekad mereka untuk bertindak
dalam hubungan fidusia mereka sebagai auditor, termasuk mengaudit kerja mereka sendiri
sebagai konsultan SPE, menyebabkan kurangnya objektivitas, serta kepentingan diri sendiri
berperang melawan kepentingan umum yang mengarah ke keinginan untuk memuaskan
manajemen Enron. David B. Duncan menjadi karyawan Andersen selama 10 tahun, ia
bertanggung jawab atas Enron sejak 1997, ia dibayar lebih dari $1 juta. David dipecat dari
Andersen pada Januari 100 1 dan dibebankan hukuman karena telah memerintahkan staff
Andersen untuk menghancurkan lebih dari 1 ton dokumen yang berkaitan dengan Enron.
Pada 9 April 100 1, David mengaku bersalah dengan hukuman maksimum 10 tahun.

c. Pihak-pihak luar lain yang terlibat


Securities and Exchange Commission (US SEC)

7
9

SEC juga harus bertanggungjawab pada kasus ini karena mereka memberikan persetujuan
kepada Skilling dan Andrew Fastow untuk menggunakan metode akuntansi
yang menguntungkan bagi mereka. Dalam hal ini seharusnya SEC tidak menyetujui hal
tersebut, karena hanya akan menguntungkan beberapa pihak saja, dan pihak lainnya
akan dirugikan dengan diperbolehkannya penggunaan metode tersebut.

Mitra kerja
Mitra kerja dan konsumen Enron dirugikan dalam hal ini, sebut saja Blockbuster.
Begitupun dengan pemasok dan kreditor yang bekerja sama dengan Enron.

Investor
Sebagai hasil dari skandal Enron, investor baik pribadi maupun kelompok, kehilangan
jutaan dollar karena mereka mendapatkan informasi yang salah mengani kinerja keuangan
perusahaan, semua pemegang saham kehilangan uang yang telah mereka investasikan setelah
Enron jatuh bangkrut.

White House
Skandal ini semakin rumit dengan ditengarainya keterlibatan banyak pejabat tinggi gedung
putih dan politisi di Senat Amerika Serikat yang pernah menerima kucuran dana politik dari
perusahaan ini. Akibat pertalian semacam itu, banyak orang curiga pemerintahan Bush dan
para politisi telah dan akan memberikan perlakuan istimewa, baik dalam bisnis Enron selama
ini maupun dalam proses penyelamatan perusahaan itu.

Jaksa Penuntut Enron dan Departement of Justice


Penuntutan terhadap Enron (yang seringkali diprakarsai oleh SEC) telah menyebabkan
peningkatan ekspektasi kinerja dan agresivitas kejaksaan, di mana penjahat kelas eksekutif
dicurigai. Eliot Spitzer (Attoney General for The Northen District of Illinnois) dan Patrick J.
Fitzgerald (US Attorney for the Nothern District of Illinois) muncul sebagai jaksa umum
dengan ikon “anjing penyerang” yang mengejar setiap eksekutif Enron dengan penuh
semangat. Spitzer lebih mengutamakan penjahat selebriti dan eksekutif senior sebagai
contoh bagi orang lain,terutamaa saat SEC lambat untuk bertindak.
8
10

2.5 Penyebab Terjadinya Skandal Enron Corporation


Kompleksnya model usaha yang dimiliki oleh Enron, yang terdiri dari beragam produk,
termasuk aset tetap dan perdagangan yang melampaui skala nasional telah menyebabkan
adanya keterbatasan akuntansi. Enron mengambil keuntungan penuh dari keterbatasan
akuntansi tersebut untuk menyusun dan memoles laporan keuangan perusahaan. Dua hal
utama yang mendasari permasalahan pada laporan keuangan Enron adalah perdagangan yang
meliputi kontrak jangka panjang yang kompleks dan struktur transaksi finansial
perusahaan yang berupa konsolidasi entitas bertujuan khusus (special purpose entities)
(Kurnia: 1014).
Adapun beberapa penyebab terjadinya skandal perusahaan Enron antara lain
sebagai berikut:
a. Trading Business dan Market-to-Market Accounting
Pada bisnis gas alam Enron, perlakuan akuntansinya sangatlah mudah, yaitu pada
setiap periode tertentu, perusahaan akan membuat daftar biaya supply gas dan pendapatan
aktual yang diterima dari penjualan tersebut. Namun pada bisnis perdagangan, Enron
mengadopsi mark-to- market accounting, yakni begitu sebuah kontrak jangka panjang
ditandatangani, present value dari future inflows dari kontrak tersebut diakui sebagai
pendapatan dan present value dari biaya kontrak tersebut dianggap sebagai biaya. Dalam hal
ini, keberlangsungan kontrak jangka panjang tersebut seringkali dipertanyakan. Dengan
adanya kesulitan untuk penerapan matching principle antara profit dan cash, telah
memberikan laporan yang menyesatkan bagi investor. Unrealized gains and losses pada
market value dari kontrak jangka panjang (yang tidak di-hedging) kemudian dilaporkan
sebagai bagian dari pendapatan tahunan pada saat terjadinya. Sebagai contoh, Enron
melakukan kontrak kerjasama dengan Blockbuster Video pada tahun 1000. Pilot Project
tersebut terdapat di Portland, Seattle dan Salt Lake City. Berdasarkan proyek tersebut Enron
kemudian mengakui estimasi profit sebesar $ 110 juta walaupun berbagai kalangan
mempertanyakan keberlangsungan teknis dari proyek tersebut dan permintaan pasar.
Ketika jaringan tersebut gagal, Blockbuster menarik kerjasamanya dan Enron tetap
meneruskan untuk mengakui future profit walaupun kontrak tersebut berakhir dengan
kerugian.

b. Special Purpose Entities

9
11

Enron telah menggunakan ratusan special purpose entities sampai dengan tahun 1001 di
mana kebanyakan SPE tersebut digunakan untuk mendanai pembelian forward contract
dengan produsen gas untuk menyuplai gas dalam sebuah kontrak jangka panjang. Namun
beberapa SPE kontroversial didesain secara khusus untuk mendapatkan tujuan pelaporan
keuangan yaitu memenuhi ekspektasi investor. Sebagai contohnya, pada tahun 1997, Enron
berkeinginan untuk membeli kepemilikan dari beberapa joint venture, namun Enron
tidak mau memperlihatkan hutang miliknya yang digunakan untuk membiayai akuisisi
tersebut pada neraca perusahaan. Maka Enron menggunakan Chewco, sebuah SPE yang
dikontrol oleh Enron untuk menerbitkan hutang dengan Enron sebagai penjamin untuk
medapatkan kepemilikan pada joint venture seharga $ 383 juta. Transaksi tersebut telah
diatur sedemikian rupa sehingga Enron tidak harus mengkonsolidasi Chewco ataupun joint
venture tersebut pada laporan keuangannya, sehingga Enron tidak perlu mengakui hutang
pada pembukuannya.

c. Penghindaran pajak
Beberapa Bank, KAP, bankir investasi, dan kantor pengacara bahkan politisi diduga
memberikan konsultasi mengenai penyembunyian pajak terstruktur pada 1 1 transaksi besar
yang mencapai $ 1 miliar dari tahun 1995- 1001. Manajemen Enron menemukan bahwa
transaksi pajak tidak hanya bisa menghemat pajak, tetapi dapat digunakan untuk
menciptakan laba dalam laporan keuangan. Secara umum, empat strategi yang
digunakan Enron dalam transaksi terstruktur tersebut adalah:
Duplikasi kerugian ekonomi tunggal (mengurangi kerugian yang sama sebanyak dua kali).
Pergeseran dari DPP aset tak tersusutkan (tidak kena pajak) menjadi suatu aset
tersusutkan (kena pajak). Timbulnya biaya pemotongan pajak untuk pembayaran pokok.
Timbulnya biaya jasa bagi pihak yang memberikan bantuan untuk WP lain.

d. Budaya perusahaan, konflik kepentingan, whistle-blower


Banyak karyawan Enron mengetahui tentang kurangnya integritas dalam transaksi SPE,
tetapi hanya sedikit karyawan yang berani maju untuk melaporkannya, dan Dewan Direksi
Enron tidak mendengar keluhan mereka. Kekurangan integritas pada budaya Enron berada
dalam taraf yang cukup menyedihkan. Salah satu teka-teki Enron yang tidak dijelaskan
adalah mengapa orang-

10
12
orang yang memiliki interaksi berkelanjutan dengan anggota dewan ternyata tidak maju untuk
mengungkapkan kejanggalan tersebut. Jika mereka memiliki loyalitas kepada perusahaan,
seharusnya mereka melaporkan kejanggalan SPE kepada anggota dewan. Kurangnya loyalitas
ini ada hubungannya dengan keinginan untuk memuaskan Fastow dan Lay yang memberikan
pengaruh signifikasn terhadap rencana insentif opsi saham enron.

e. Kegagalan fungsi dewan


direksi
Dewan Direksi beroperasi di bawah undang-undang yang membebankan tugas fidusia
kepada mereka untuk bertindak dengan itikad baik, sewajarnya, dan dalam kepentingan
terbaik dari perusahaan dan pemegang sahamnya. Dalam kerangka kerja tata kelola, Dewan
Direksi Enron bertanggung jawab untuk mengawasi lini bisnis Enron dan strategi untuk
membiayainya. Salah satu bidang usaha Enron, yaitu: bisnis perdagangan energi secara
online, memerlukan akses ke lini kredit yang luas. Pada saat yang sama, sifat dari bisnis ini
menyebabkan fluktuasi laba yang besar dari triwulan ke triwuan, sehingga mengarah pada
pendanaan berbiaya rendah. Semua anggota Dewan Direksi sangat menyadari dan
mendukung fokus Enron di peringkat kredit, arus kas dan beban utang. Semua orang akrab
dengan strategi “asset light”. Di sinilah titik di mana Dewan Direksi Enron tidak
menjalankan tugas fidusia, mereka hanya bertindak demi kepentingan perusahaan
bukan pemegang saham.

2.6 Analisis Kasus Enron Corporation Ditinjau dari Sudut Pandang Audit dan Etika
Profesional
Auditor independen bertanggung jawab memberikan assurance services. Sementara
manajeman, dibantu pengacara, penasihat keuangan, dan konsultan, menyajikan informasi
keuangan, sedangkan akuntan publik bertugas menilai apakah informasi keuangan itu
dapat dipercaya atau tidak. Dalam menjalankan audit, akuntan wajib mendeteksi
kemungkinan kecurangan dan kekeliruan yang material. Penyimpangan (irregularities) dan
kecurangan (fraud) akan dianggap sebagai kelaziman. Kegagalan untuk bersikap obyektif
dan independensi sama artinya dengan hilangnya eksistensi profesi. Membenarkan, bahkan
menutupi, perilaku manajemen yang manipulatif jelas-jelas merupakan pengkhianatan
terhadap tugas profesi akuntan publik. Karena itu, sangat wajar jika, dalam kasus Enron,
auditor paling dipersalahkan

11
13

karena telah gagal melindungi kepentingan publik yang merupakan pemberi otoritas
(Sanjaya:
1014).
Dalam kasus Enron, pihak manajemen Enron maupun Arthur Andersen mengetahui
tentang praktek akuntansi dan bisnis yang tidak sehat. Tetapi demi mempertahankan
kepercayaan dari investor dan publik kedua belah pihak merekayasa laporan keuangan mulai
dari tahun 1985 sampai dengan Enron menjadi hancur berantakan. Arthur Andersen,
merupakan kantor akuntan publik tidak hanya melakukan manipulasi laporan keuangan,
Andersen juga telah melakukan tindakan yang tidak etis, dalam kasus Enron adalah dengan
menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus Enron. Arthur
Andersen memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke
permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun penghancuran
dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar
hukum dan menyebabkan kredibilitas KAP Arthur Andersen hancur. Di sini Andersen telah
ingkar dari sikap profesionalisme sebagai akuntan independen dengan melakukan tindakan
menerbitkan laporan audit yang salah dan meyesatkan (Sanjaya:
1014).
Kasus ini menyingkap kerjasama penipuan yang dilakukan Enron dengan auditornya,
yaitu KAP Andersen. KAP Andersen dinyatakan bersalah telah bekerjasama dalam
memalsukan laporan keuangan dan menghambat proses penyelidikan dengan menghancurkan
dokumen- dokumen yang digunakan untuk menjalankan proses audit. Tindakan ini telah
dianggap melanggar standar umum audit yang kedua yaitu independensi, di mana seharusnya
dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor. KAP Andersen juga dinyatakan bersalah telah
melanggar prinsip etika profesi akuntan di antaranya yaitu melanggar prinsip integritas dan
perilaku profesional. Perlu diketahui bahwa integritas merupakan prinsip yang penting dan
harus diterapkan dalam etika audit sebab merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan
publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang
diambilnya. Sedangkan perilaku profesional diterapkan agar setiap pelaku audit dapat
berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang
dapat menghancurkan mana baik profesi. Besarnya jumlah fee yang ditawarkan menyebabkan
KAP Andersen goyah dan mengabaikan prinsip integritas dan independen. Akhirnya,
laporan audit yang dihasilkan jauh dari kualitas yang seharusnya dan
sebenarnya. Posisi auditor sangat dilematis karena mereka dituntut untuk memenuhi
keinginan
.

12
14

klien namun di sisi tindakan auditor dapat melanggar standar profesi sebagai acuan kerja
mereka. Dalih-dalih untuk menghasilkan laporan audit yang seharusnya dan sebenarnya, KAP
Andersen malah ikut terlibat melakukan tindakan kriminal. Akibatnya, pemerintahan
Amerika serikat melarang KAP Andersen dan Enron untuk melakukan kontrak kerjasama
dengan lembaga pemerintahan di Amerika. Selain itu akibat pelanggaran prinsip
profesional dan etika yang dilakukannya, KAP Andersen dicabut kedudukannya dari
predikat “ The Big Five” dan kehilangan integritasnya di mata mayarakat (Rahayu: 1014).
Pelanggaran 5 prinsip tata kelola (Good Corporate Governance/ GCG)pada kasus Enron

Corporation menurut Kurnia: 1014, antara


lain
a. Transparansi (transparency). Berkaitan dengan kewajiban bagi para pengelola
untuk menjalankan prinsip keterbukaan dalam proses keputusan dan penyampaian
informasi. Keterbukaan dalam menyampaikan informasi juga mengandung arti bahwa
informasi yang disampaikan harus lengkap, benar dan tepat waktu kepada semua
pemangku kepentingan. Dalam Skandal Enron dimensi transparasi jelas dilanggar, hal ini
dapat dilihat pada: Pembentukan SPE dengan tujuan melebih-lebihkan laba,
meningkatkan kas dan menyembunyikan utang, menutup-nutupi kerugian terhadap
investasi saham Enron pada perusahaan lain. Memberikan informasi kinerja perusahaan
yang menyesatkan kepada investor dan karyawan sehingga investor dan karyawan
membeli saham Enron dalam jumlah besar pada saat harga saham Enron tinggi, sebelum
anjloknya harga saham.Tidak memasukan transaksi SPE dalam laporan konsolidasi Enron,
sehingga angka yang ada dalam neraca tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
Penghancuran dokumen terkait SPE sebanyak lebih dari 1 ton kertas dengan tujuan
menutup- nutupi kebenaran dan menghambat penyidikan.

b. Akuntabilitas (accountability).
Prinsip akuntabilitas adalah prinsip di mana para pengelola berkewajiban untuk membina
sistem akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat
dipercaya. Untuk itu, diperlukan kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertangungjawaban
setiap organ sehingga pengelolaan berjalan efektif. Dalam skandal Enron, pihak manajemen
tidak mengelola

13
15

sistem akuntansi yang efektif sehingga menghasilkan laporan keuangan yang tidak
dapat dipercaya, hal ini dapat dicermati pada:
SEC membolehkan buah perusahaan untuk mengeluarkan pencatatan SPE dari laporan
keuangannya.
Melakukan skema prabayar, yakni mencatat transaksi prabayar dalam pengiriman energi
masa depan sebagai laba operasi dan arus kas saat ini, bukan sebagai arus kas dari operasi
pembiayaan.
Perhitungan pajak yang salah yaitu mengakui kerugian yang sama sebanyak dua kali dan
mencatatnya sebagai pendapatan; dan merubah dpp aset tak tersusutkan menjadi aset
tersusutkan (kena pajak).
Melakukan praktik asset light, yaitu menjual aset pembangkit listrik secara langsung atau
menjual kepentingan di dalamnya kepada investor secara lansung, dan mencatat
pendapatan tersebut sebagai laba dari hasil “monetizing” dan “syndicating”

c. Responsibilitas (responsibility).
Prinsip responsibilitas adalah prinsip di mana para pengelola wajib memberikan
pertanggungjawaban atas semua tindakan dalam mengelola perusahaan kepada para
pemangku kepentingan sebagai wujud kepercayaan yang diberikan kepadanya. Prinsip
tanggung jawab ada sebagai konsekuensi logis dari kepercayaan dan wewenang yang
diberikan oleh para pemangku kepentingan kepada para pengelola perusahaan. Skandal
Enron memberikan contoh pelanggaran tanggung jawab ini mempunyai dalam berbagai
dimensi, yaitu:
Dimensi ekonomi, Enron tidak bertanggungjawab untuk memberikan keuntungan ekonomis
bagi para pemangku kepentingan. Dimensi ini juga melanggar prinsip fairness di mana
tidak semua pemangku kepentingan mendapatakan keuntungan ekonomis yang sama
bahkan ada yang dirugikan.
Dimensi hukum, tanggung jawab manajemen Enron tidak diwujudkan dalam bentuk
ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Enron melakukan ratusan transaksi
yang melanggar hukum, mulai dari konspirasi, penipuan, pemalsuan laporan, insider
trading, penipuan pajak, pencucian uang, dan penipuan sekuritas.
Dimensi moral, artinya sejauh mana wujud tanggung jawab tindakan manajemen
tersebut
telah dirasakan keadilannya bagi semua pemangku kepantingan. Selain itu
kegiatan

14
16

perusahaan Enron tidak menghormati nilai-nilai dasar yang mendasari ketertarikan


pemangku kepentingan (hypernorms) sehingga saat mendekati detik-detik
keterpurukan, Enron tidak mendapat dukungan dari pemangku kepentingan selain dengan
cara curang.
Dimensi spiritual, artinya sejauh mana tindakan manajemen telah mampu mewujudkan
akuntabilitas diri atau telah dirasakan sebagai bagian dari ibadah sesuai dengan ajaran
agama yang diyakininya.

d. Independensi (independency)
Independensi adalah keadaan di mana para pengelola dalam mengambil suatu
keputusan bersifat professional, mandiri, bebas dari konflik kepentingan, dan bebas dari
tekanan atau pengaruh dari mana pun yang bertentangan dengan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan yang sehat. Pelanggaran prinsip ini terjadi pada,
sebagai berikut:
Arthur Ardensen menyediakan setidaknya 5 layanan kepada Enron yaitu: (1) sebagai auditor
eksternal yang mengaudit kewajaran laporan keuangan Enron; ( 1) sebagai
konsultan akuntansi dan manajemen, termasuk saat transaksi SPE; (3) sebagai penasihat
perpajakan; (4) sebagai internal auditor Enron; (5) sebagai penasihat masalah
keuangan. Kelima layanan tersebut memiliki fungsi yang saling bertabrakan
bahkan tumpang tindih hingga menyebabkan hilangnya objektivitas Arthur Andersen.
Banyaknya auditor Arthur Andersen yang kemudian pindah dan menjabat sebagai
eksekutif Enron.
SPE seharusnya dimiliki oleh pihak independen, tetapi SPE yang bertransaksi dengan Enron
adalah bentukan Fastow yang merupakan CFO Enron.

e. Kesetaraan (fairness)
Perlakuan yang setara merupakan prinsip agar para pengelola memperlakukan semua
pemangku kepentingan secara adil dan merata, baik pemangku kepentingan primer (pemasok,
pelanggan, karyawan, pemodal) maupun pemangku kepentingan sekunder (pemerintah,
masyarakat dan yang lainnya). Prinsip ini juga sangat erat dan tumpang tindih dengan prinsip
akuntabilitas dan tanggung jawab. Enron memperlakukan pemangku kepentingannya
dengan
tidak adil, yaitu:

15
17

Karyawan memperkaya diri mereka sendiri tanpa persetujuan Dewan Direksi (kompensasi
berlebihan).
Konflik kepentingan yang tidak pantas, yaitu adanya insider trading di mana Dewan Direksi
menyetujui CFO untuk mengoperasikan dana ekuitas swasta SPE LJM yang melakukan
transaksi bisnis dengan Enron dan meperoleh keuntungan dari biaya Enron.
Kegagalan tugas fidusida Dewan Direksi yaitu: gagal melindungi pemegang saham Enron
dari kegiatan yang tidak adil sehingga merugikan pemegang saham, karyawan, dan rekan
bisnis.
Memanipulas krisis listrik di California dan menerapkan skema prabayar dan menetapkan
harga listrik sangat tinggi sampai 9 kali lipat demi keuntungan eksekutif Enron.
Karyawan diperlakukan tidak adil. Enron mengharuskan dana pensiun karyawannya diubah
dalam bentuk saham. Tujuan Enron adalah menaikan harga saham perusahaan dengan
cara ini. Dan pada saat masa jatuhnya enron, para ekskutif yang terlebih dahulu tahu telah
menjual sahamnya, sedangkan karyawan hanya dapat menjual saham sampai pada harga
16 sen.

2.7 Dampak Kasus Enron Corporation Terhadap Tata Kelola, Manajemen, dan Akuntan
Publik
Meskipun sebelumnya telah ada upaya untuk memperkuat tata kelola dan praktik
akuntansi sebelum terjadinya skandal Enron, gaung reformasi atas tata kelola baru terdengar
keras setelah terjadi kemarahan publik atas skandal Enron pada bulan Desember 1001.
Namun, gagal karena tak lama setelah skandal Enron, datang berita mengejutkan bahwa
perusahaan raksasa WorldCom juga mengalami kesulitas keuangan. Pengumuman oleh
WorldCom tentang manipulasi laba akuntansi secara besar-besaran telah memukul pasar
modal, media dan juga politisi. Maka pada 30 juli 100 1 disahkanlah Sarbanes-Oxley Act
(SOX), yaitu Undang-undang baru yang mengatur reformasi tata kelola. Nama Sarbanes-
Oxley sendiri diambil dari dua orang politisi yang menjadi inisitor undang-undang tersebut.
SOX telah menciptakan sebuah kerangka kerja peraturan internasional bagi perusahaan
dalam mencari akses ke pasar modal AS dan auditornya. Demikian juga SOX menetapkan
kerangka kerja baru untuk profesi akuntansi AS yang menggantikan pengaturan diri oleh
profesi dengan Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) (Kurnia:
1014).Bencana keuangan sebelumnya, termasuk kegagalan tata kelola Enron, Arthur
Andersen, dan

WorldCom, meningkatkan kesadaran di AS, Kanada, Australia dan Inggris bahwa kerangka
tata

16
18

kelola harus diperbaiki. Secara khusus, dalam rangka menghadapi krisis kredibilitas tata
kelola dan mengembalikan kepercayaan dalam sistem pasar modal. Perusahaan saat ini,
tindakan yang dibutuhkan untuk memenuhi harapan masyarakat menurut Kurnia: 1014,
mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Klarifikasi peran, tanggung jawab dan akuntabilitas dari dewan direksi, subkomitenya,
diri para direktur pribadi dan auditor.
b. Memastikan bahwa para direktur memiliki informasi yang cukup mengenai rencana
dan kegiatan perusahaan, kecukupan kebijakan dan pengendalian internal untuk
memastikan kepatuhan, dan kepatuhan aktual, termasuk keprihatinan para whistle-blower.
c. Memastikan bahwa para direktur memiliki kompetensi keuangan yang memadai dan
keahlian lainnya yang diperlukan.
d. Memastikan bahwa laporan keuangan akurat, lengkap, dapat dipahami dan
transparan.
e. Memastikan bahwa standar akuntansi memadai untuk melindungi kepentingan para
investor.

Rancangan Undang-Undang diajukan oleh anggota senat Paul Sarbanes dan Michael
Oxley pada tanggal 30 Juli 100 1 dan disahkan oleh Presiden Bush. Ikthisar Sarbanes Oxley
Act 100 1 dalam Djohan: 1008 antara lain sebagai berikut:
1. Memberi kejelasan dan kepastian atas dewan pengawas independen yang
bertugas sepenuhnya untuk mengawasi pelaku pasar modal.
2. Menetapkan tanggung jawab baru terhadap komite audit dan pejabat
perusahaan.
3. Menetapkan aturan dan keharusan baru untuk pelaporan
perusahaan.
4. Mendefinisikan jasa non Audit yang dapat diberikan oleh KAP kepada Klien Audit yaitu
melarang KAP melakukan 8 jenis jasa audit kepada klien audit: pembukuan, desain
dan sistem informasi keuangan, jasa penilai, jasa aktuaris, outsorcing jasa internal audit,
fungsi manajemen SDM, broker pialang atau penasehat investasi, jasa hukum dan jasa
professional lainnya yang tidak berhubungan dengan audit.
5. Memperberat hukuman atas kecurangan yang dilakukan
perusahaan.
6. Mengharuskan adanya peraturan yang mengatur benturan
kepentingan.
7. Meningkatkan secara signifikan tanggung jawab dan anggaran
SEC.
8. Mengijinkan pemberian jasa lainnya dengan persetujuan terlebih dahulu dari komite
audit.

17
19

Dengan diterbitkan Undang-Undang Sarbanes Oxley, maka dampaknya bagi


manajemen menurut Djohan: 1008 antara lain:
a. Mengharuskan adanya sertifikasi CEO/CFO atas laporan berkala yang disampaikan SEC.
b. Setiap laporan tahunan diharuskan untuk melampirkan laporan dari manajemen mengenai
penaksiran internal control.
c. Auditor independen diharuskan melakuakan atestasi dan melaporkan penaksiran
manajemen. d. Pengungkapan yang harus dilakukan antara lain:
Keharusan bagi direktur, pejabat perusahaan dan pihak yang memiliki saham
perusahaan dengan jumlah minimum 10% untuk menyampaikan perubahan ekuitas yang
dimiliki.
Pengungkapan tambahan untuk off balance sheet dan kontijensi.

Pengungkapan oleh perusahaan secara real time.

Dengan diterbitkan Undang-Undang Sarbanes Oxley, maka dampaknya bagi akuntan


publik menurut Djohan: 1008 antara lain:
a. Membentuk Public Accounting Oversight Board (PCAOB) yang bertujuan untuk
mengawasi audit atas perusahaan publik dan melindungi kepentingan investor.
b. Melarang jasa non audit. Hukum secara spesifik telah melarang KAP untuk melakukan 8
jenis jasa non audit.
c. Perputaran partner—pemimpin (lead) atau coordinating partner audit atau concurring
reviewer tidak dapat memberikan jasa audit kepada klien yang sama lebih dari 5
tahun berturut-turut.
d. Laporan kepada komite audit—Auditor diharuskan untuk melaporkan kepada komite audit
perihal semua kebijakan akuntasi yang berlaku, perlakuan informasi keuangan dan
informasi penting lainnya yang telah didiskusikan dengan manajemen.
e. Penugasan auditor dibutuhkan 1 tahun cooling of period.

18
20

BAB
III
PEMBAHASAN KASUS WORLDCOM
CORPORATION

3.1 Profil Worldcom Corporation


Long Distance Discount Services, Inc (LDDS) pada awalnya berdiri di
Hattiesburg, Mississippi pada 1983. Kemudian pada tahun 1985 Bernard Ebbers LDDS
dipilih menjadi CEO- nya. Perusahaan go public pada tahun 1989 melalui merger dengan
Advantage Companies Inc. Sejak saat itu nama perusahaan diganti menjadi LDDS
WorldCom pada tahun 1995, dan kemudian diganti hanya WorldCom pada tahun 1003.
Pertumbuhan perusahaan WorldCom terutama didorong oleh akuisisi terhadap
perusahaan- perusahaan telekomunikasi lainnya selama tahun 1990-an dan
mencapaipuncaknya dengan akuisisi MCI pada tahun 1998. Diantara perusahaan yang dibeli
atau bergabung dengan WorldCom adalah Advanced Communications Corp. (199 1),
Metromedia Communication Corp.(1993), Resurgens Communications Group(1993), IDB
Communications Group, Inc (1994), Williams Technology Group, Inc. (1995), and MFS
Communications Company (1996. Akuisisi MFS termasuk UUNET Technologies, Inc,
yang telah diakuisisi oleh MFS lama sebelum merger dengan WorldCom. Pada
Februari 1998, WorldCom melakukan pembelian online CompuServe yang merupakan
pelopor dari perusahaan induk Blok H & R nya. WorldCom kemudian
mempertahankan Compuserve Divisi Layanan Jaringan, menjual layanan online untuk
America Online, dan menerima pembagian jaringan AOL, ANS. Akuisisi Digex (DIGX)
pada bulan Juni 1001 juga kompleks; Worldcom mengakuisisi perusahaan induk Digex itu,
Intermedia Komunikasi, dan kemudian menjual semua non-Digex Intermedia aset untuk
Allegiance Telecom.
Pada tanggal 10 November 1997, WorldCom dan MCI Communications
mengumumkan merger senilai US $ 37 milyar untuk membentuk MCI WorldCom, sehingga
hal ini merupakan merger terbesar dalam sejarah AS. Pada tanggal 15 September 1998,
perusahaan baru, MCI WorldCom, mulai dibuka untuk bisnis. Pada 5 Oktober 1999 Sprint
Corporation dan MCI WorldCom mengumumkan perjanjian merger antara dua
perusahaan sebesar $ 119 Milayar.Namun pada tanggal 13 Juli 1000, dewan direksi
dari kedua pihak perusahaan bertindak untuk mengakhiri merger. Hal ini karena
mendapat larangan dari pemerintahan.
19
21

AS, karena perjanjian kerjasama dua perusahaan telekomunikasi besar


tersebut dianggap merupakan bagian praktik monopoli. Kini MCI WorldCom
menamai dirinya dengan "WorldCom" tanpa Sprint menjadi bagian dari perusahaan.
Perusahaan dengan kode saham Wcom di bursa Nasdaq ini telah memiliki 73.000 pegawai
yang tersebar di seluruh dunia. Sebanyak 8.300 di antaranya adalah pegawai yang tinggal di
Eropa, Timur Tengah, dan Afrika.

3.2 Skandal CEO - Bernard Ebbers


CEO Bernard Ebbers menjadi sangat kaya dari kenaikan harga sahamnya di saham
WorldCom umum. Namun, pada tahun 1000, industri telekomunikasi memasuki masa
krisis yang menyebabkan WorldCom mengalami kemunduran serius, menyebabkan
pemerintah AS melalui Departemen Kehakiman memaksa perusahaan ini untuk membatalkan
rencana merger dengan Sprint pada pertengahan 1000. Pada saat itu, saham WorldCom
menurun dan Ebbers berada di bawah tekanan tinggi dari bank untuk menutupi kewajiban
kekurangan margin pada saham WorldCom-nya yang digunakan untuk membiayai jenis
usaha yang lainnya, seperti kayu, kapal pesiar. Oleh karena itu selama
tahun 1001, Ebbers membujuk para dewan direksi WorldCom untuk
memberinya kredit korporasi dan jaminan lebih dari AS $ 400 juta untuk menutupi
kewajiban margin tersebut. Permohonan ini dikabulkan karena para dewan direksi
berharap bahwa pinjaman yang diminta CEP Ebbers tersebut akan mencegah Ebbers untuk
menjual sejumlah besar saham WorldCom pada akhirnya akibat tekanan di harga pasar
saham yang kian anjlok. Namun, akhirnya strategi ini gagal dan Ebbers digulingkan
sebagai CEO pada bulan April 100 1 dan digantikan oleh John Sidgmore, mantan CEO
UUNET Technologies, Inc.
Skandal akuntansi di dalam tubuh perusahaan ini sendiri dimulai sejak pertengahan
tahun
1999 dan terus berlanjut hingga Mei 100 1. Di bawah Bernard Ebbers (CEO), Scott
Sullivan (CFO), David Myers (Pengawas) dan Buford "Buddy" Yates (Direktur Jenderal
Akuntansi) memanipulasi laporan akuntansi perusahaan, membuat laporan akuntansi palsu
untuk menutupi pendapatan WorldCom yang hakikatnya mengalami penurunan
denganmembuat gambar pertumbuhan keuangan dan profitabilitas palsu untuk menopang
harga saham WorldCom di
pasar saham. Penipuan itu dilakukan terutama dalam dua
cara:

20
22

1. Underreporting 'line cost` (biaya interkoneksi dengan perusahaan


telekomunikasi lainnya) dengan memanfaatkan biaya-biaya pada neraca daripada fakta
pengeluaran mereka.
2. Menggelembungkan pendapatan dengan memasukkan catatan akuntansi palsu dari
"alokasi dana perusahaan yang belum diisi".
Pada tahun 100 1, sebuah tim audit internal WorldCom bekerja secara rahasia,
menyelidiki dan menggali kemana alokasi dana perusahaan yang hilang sebesar $ 3,8
milyar. Hingga pada akhirnya, mereka menemukan jawabannya bawa dana perusahaan
tersebut telah diselewengkan oleh CEO dan rekan-rekan kerjanya untuk memperkaya diri
mereka sendiri diluar standar pendapatan seharusnya. Segera kemudian komite audit
perusahaan dan dewan direksi diberitahu oleh para audit mengenai masalah
penipuanakuntansi ini. Tidak lama kemudian, mereka segera memanggil dan memecat
CFO ScottSullivan, dan David Myers segera mengundurkan diri. Kemudian pada tahun
1001, Arthur Andersen dan US Securities and Exchange Commission (SEC) meluncurkan
sebuah investigasi masalah ini pada tanggal 16 Juni 1001. Sehingga pada akhir tahun
1003, diperkirakan bahwa total aset perusahaan ini ternyata telah diselewengkan
oleh CEO mereka sekitar $ 11 miliar.
Akibat masalah besar yang diakibatkannya, pada 15 Maret 1005 Bernard Ebbers
dinyatakan bersalah dari semua tuduhan, karena telah terbukti melakukan kecurangan,
konspirasi dan pengajuan dokumen palsu dengan regulator-semua terkait dengan
skandal akuntansi AS $11 miliar di perusahaan telekomunikasi yang dia dirikan. Dia
dijatuhi hukuman 15 tahun penjara. Pejabat WorldCom lainnya seperti mantan CFO Scott
Sullivan dituntut dengan hukuman pidana dalam kaitannya pada tanggal 1 Maret
1004 untuktuduhan penipuan sekuritas, konspirasi dan mengajukan laporan palsu.
Sedangkan mantan pengawas keuangan David Myers juga telah mengaku bersalah atas
penipuan sekuritas, konspirasi untuk melakukan penipuan sekuritas, dan mengajukan
laporan palsu pada tanggal 17 September, 100 1. Mantan direktur akuntansi Buford Yates
juga telah mengaku bersalah atas konspirasi dan tuduhan penipuan pada 7 Oktober ,
100 1). Mantan-mantanmanajer akuntansi Betty Vinson dan Troy Normand juga mengaku
bersalah atas konspirasi dan penipuan sekuritas pada tanggal 10 Oktober 200 1. Pada 13 Juli
1005 Bernard Ebbers menerima hukuman yang akan membuat dia dipenjara selama 15
tahun. Pada saat vonis dijatuhkan, Ebbers telah berusia 63 tahun. Pada tanggal 16

21
23

September 1006, Ebbers menyerahkan diri ke Biro Penjara Federal penjara di


Oakdale, Louisiana, Federal Lembaga Pemasyarakatan Oakdale untuk mulai menjalani
hukuman.
3.3 Skandal Akuntansi Worldcom Corporation
Worldcom pada awalnya merupakan perusahaan penyedia layanan telpon jarak jauh.
Selama tahun 90an perusahaan ini melakukan beberapa akuisisi terhadap perusahaan
telekomunikasi lain yang kemudian meningkatkan pendapatnnya dari $15 1 juta pada tahun
1990 menjadi $39 1 milyar pada 1001, yang pada akhirnya menempatkan worldcom pada
posisi ke 4 1 dari 500 perusahan lainnya menurut versi majah fortune.
Akuisisi yang besar telah terjadi pada tahun 1998 pada saat worlcom mengambil alih
perusahaan MCI yaitu peruahaan kedua terbesar di Amerika yang bergerak pada bidang
telekomunikasi jarak jauh. Dan pada tahun yang sama Worldcom membeli perusahaan
UUNet, Compuserve, dan jaringan data AOL (american Online) yang mengukuhkan posisi
Worldcom menjadi operator no 1 dalam infrastruktur internet.
Pada tahun 1990 terjadi masalah fundamental ekonomi pada Worldcom yaitu
terlalu besarnya kapasitas telekomunikasi. Masalah ini terjadi karena pada tahun 1998
Amerika mengalami resesi ekonomi sehingga permintaan terhadap infrastruktur internet
berkurang drastis.hal ini berimbas pada pendapatan Worldcom yang menurun drastis
sehingga pendpatan ini jauh dari yang diharapkan.padahal untuk biaya akuisisi dan untuk
membiayai investasi infrastruktur Worldcom menggunakan sumber pendanaan dari luar atau
utang.
Worldcom bukan satu-satunya perusahaan yang memiliki masalah keuangan pda saat itu,
perusahaan lain yang mengalami masalah keuangan antara lainQwest Communications,
Global Crossing, Adelphia, Lucent Technologies,dan Enron. Perusahaan-perusahaan tersebuit
memiliki investasi yang besar dalam bisnis internet. Seperti pada perusahaan tadi investor di
Worldcom mengalami kerugian besar. Nilai pasar saham perusahaan Worldcom turun
dari sekitar 150 milyar dollar (januari 1000) menjadi hanya sekitar $150 juta (1 juli
100 1). Keadaan ini mebuatan pihak manajemen berusaha melakukan praktek-praktek
akuntansi untuk menghindari berita buruk tersebut.
Praktek Akuntansi Dalam laporannya pada 15 Juni Worldcom mengakui bahwa
perusahan mengklasifikasikan lebih dari $ 3,8 milyar untuk beban jaringan sebagai
pengeluaran modal.beben jaringan adalah beban yang dibayar oleh Worldcom kepda
perusahaan lain untuk
jaringan telekomunikasi, seperti biaya akses dan biaya pengiriman pesan bagi
Worldcom.

22
24

Dilaporkan sekitar $ 3,005 milyar telah salah diklasifiksi pada tahun 1001, sementara
sisanya sekitar $ 797 juta pada triwulan pertama tahun 100 1.berdasarkan data Worldcom
$14,7 milyar pada tahun 1001 disajikan sebagai biaya.
Dengan memindahkan akun beban kepada akun modal, Worldcom mampu menaikkan
pendapatan atau laba. Worldcom mampu menaikan laba karena akun beban dicatat lebih
rendah, sedangkan akun aset dicatat lebih tinggi karena beban kapitalisasi disajikan sebagai
beban investasi. Kalau hal itu tidak terdeteksi praktek ini akan berakibat pendapatan bersih
yang lebih rendah dalam tahun-tahun brikutnya. Karena beban kapitalisasi jaringan tersebut
akan didepresiasikan.secara esensi beban kapitalisasi jaringan akan memungkinkan
perusahaan untuk mengalokasikan biyanya dalam beberapa tahun dimasa depan, mungkin
antara 10 tahun bahkan lebih.
Staf akuntan Worldcom telah diwawancara sebelum tanggal 15 Juni. Pada Maret 100 1
SEC meminta data dari perusahaan berupa item-item yang berhubungan dengan Laporan
Keuangan. Termasuk didalamnya:
1. komisi penjualan dan tagihan-tagihan yang bermasalah
2. Sanksi administrsi terhadap pendapatan yang berhubungn dengan pelanggan dalam
sekala besar
3. Kebijakan akuntansi untuk merger
4. Pinjaman kepada CEO
5. Integrasi sistem komputer Worldcom dengan MCI
6. Analisis ekspektasi pendapatan saham WC

Pada tanggal 11 Juli 100 1, WorldCom mengajukan perlindungan


kebangkrutan.Pengajuan tersebut merupakan pengajuan kebangkrutan terbesar dalam
sejarah Amerika Serikat hingga kebangkrutan berikutnya pada saat runtuhnya Lehman
Brothers 1008. Proses kebangkrutan WorldCom diadakan sebelum US Federal Kepailitan
Hakim Arthur J. Gonzalez yang bersamaan mendengar proses kebangkrutan Enron yang
merupakan kasus kebangkrutan terbesar kedua yang dihasilkan oleh skandal akuntansi di
dalam perusahaan. Tidak ada proses pidana terhadap WorldCom atas rujukan dari Gonzalez.
Namun pada tanggal 14 April 1003, WorldCom berubah nama menjadi MCI dan
memindahkan kantor pusat perusahaan dari Clinton, Mississippi, keDulles, Virginia.
Berdasarkan perjanjian restrukturisasi kebangkrutan, perusahaan wajib
23
25

membayar AS $ 750 juta kepada SEC secara tunai dan saham di MCI baru, hal dimaksudkan
untuk membayar kerugian yang dialami para investor.
Namun hal ini belum cukup untuk membayar banyak kreditur kecil, yang telah
menunggu selama dua tahun untuk pengembalian uang mereka di WorldCom.
Sebagianbesar dari para kreditur kecil itu adalah mantan karyawan WorldCom sendiri.
Sehingga pada tanggal 7 Agustus
100 1, kelompok exWorldCom 5100 diluncurkan. Mereka initerdiri dari mantan
karyawan WorldCom yang bertujuan mencari pembayaran penuh dari uang pesangon.
The "5100" itu sendiri adalah singkatan untuk jumlah karyawan WorldCom yang terpaksa di
PHK pada tanggal
18 Juni 100 1 akibat kebangkrutanWorldCom. Hingga kemudian hari bersejarah itu tiba,
dimana pada tanggal 14 Februari 1005, Verizon Communications setuju untuk
mengakuisisi MCI sebesar $ 7,6 miliar.Menyelamatkan keberlangsungan kehidupan
perusahaan ini dari ambang kematian.

3.4 Penyebab Terjadinya Skandal Worldcom Corporation


Pada tanggal 11 Juli 100 1, WorldCom mengajukan perlindungan
kebangkrutan.Pengajuan tersebut merupakan pengajuan kebangkrutan terbesar dalam
sejarah Amerika Serikat hingga kebangkrutan berikutnya pada saat runtuhnya Lehman
Brothers 1008. Proses kebangkrutan WorldCom diadakan sebelum US Federal Kepailitan
Hakim Arthur J. Gonzalez yang bersamaan mendengar proses kebangkrutan Enron yang
merupakan kasus kebangkrutan terbesar kedua yang dihasilkan oleh skandal akuntansi di
dalam perusahaan. Tidak ada proses pidana terhadap WorldCom atas rujukan dari Gonzalez.
Namun pada tanggal 14 April 1003, WorldCom berubah nama menjadi MCI dan
memindahkan kantor pusat perusahaan dari Clinton, Mississippi, ke Dulles, Virginia.
Berdasarkan perjanjian restrukturisasi kebangkrutan, perusahaan wajib membayar AS
$ 750 juta kepada SEC secara tunai dan saham di MCI baru, hal dimaksudkan untuk
membayar kerugian yang dialami para investor.
Namun hal ini belum cukup untuk membayar banyak kreditur kecil, yang telah
menunggu selama dua tahun untuk pengembalian uang mereka di WorldCom.
Sebagianbesar dari para kreditur kecil itu adalah mantan karyawan WorldCom sendiri.
Sehingga pada tanggal 7 Agustus
100 1, kelompok exWorldCom 5100 diluncurkan. Mereka initerdiri dari mantan
karyawan WorldCom yang bertujuan mencari pembayaran penuh dari uang pesangon.
The "5100" itu sendiri adalah singkatan untuk jumlah karyawan WorldCom yang terpaksa di
PHK pada tanggal 18 Juni 100 1 akibat kebangkrutanWorldCom. Hingga kemudian hari
bersejarah itu tiba, dimana.
26
pada tanggal 14 Februari 1005, Verizon Communications setuju untuk mengakuisisi
MCI sebesar $ 7,6 miliar. Menyelamatkan keberlangsungan kehidupan perusahaan ini dari
ambang kehancuran.

3.5 Dampak Kasus WorldCom Corporation Terhadap Tata Kelola, Manajemen, dan
SOP
Dalam ilmu politik dan ekonomi, masalah pricipal agent atau dilema lembaga
memperlakukan kesulitan yang muncul dalam kondisi inforamsi yang tidak lengkap
dan asimetris ketika seorang pemimpin menyewa atau membayar seorang agen, menimbulkan
beberapa masalah seperti konflik moral hazard dan mengejar kepentingan-kepentingan
dari kepala sekolah itu sendiri. Berbagai mekanisme dapat digunakan untuk mencoba
menyelaraskan kepentingan agen dalamm solidaritas dengan orang-orang dari pemimpin,
seperti mengatur tarif potongan /kondisi, pembagian keuntungan, upah efisiensi, pengukuran
kinerja (termasuk laporan keuanan), agen postingan obligasi. Masalah principal-agent
ditemukan di sebagian besar pada hubungan karyawan, misalnya, ketika pemegang saham
mempekerjakan eksekutif puncak perusahaan yang mana para eksekutif tersebut kurang
mendapat batasan-batasan sampai dimana mereka memiliki kewenagan dalam mengurusi
usaha yang dipercayakan oleh pricipal kepadanya..

Untuk itu perlu adnaya sebuah kontrol wewenang dalam sebuah peraturan perusahaan
yang berkenaan dengan hal tersebut, agar masalah kasus worldCom tidak terjadi lagi
dikemudian hari. Yaitu perlu adanya kontrak kerja yang jelas. Dalam konteks kontrak kerja
kontrak individual membentuk metode utama dari insentifrentukrisasi, dengan
menghubungkan sedekat optimal informasiyang tersedia tentang konerja karyawan individu,
kemampuan karyawan-karyawan untuk menanggung resiko, dan kemampuan karyawan
untuk memanipulasi metode evaluasi, rincian struktural kontrak individual sangat
bervariasi, termasuk mekanisme seperti sepotong tarif, pilihan, bonus yang bebas, promosi,
pembagian keuntungan. efisiensi upah , kopensasi ditangguhkan, dan seterusnya. biasanya
menaisme ini digunakan dalam konteks berbagai jenis kerja: wiraniaga sering menerima
beberapa atau semua remunerasi mereka sebagai omisi, pekerjaproduksi biasanya dibayar per
jam, sementara pekerja kantro biasanya dibayar (lembur yang dibayarakan dan jika, biasanya
pada tingkat yang lebih tinggi darpada tarif perjam tersirat
oleh gaji) bulanan atau setengah bulanan.

25
27

Dengan kontrak kerja yang jelas, serta sistem pemberian insentifyang jelas dan sesuai
dengan standar terjadi yang telah ditetapkan perusahaan, termasuk dengan perjanjian dengan
pasal-pasal punishment apabila melanggar SOP perusahaan sebelum diadakan perekrutan,
baik itu untuk karyawan ditingkat bawah maupun hingga karyawan di tingkat CEO.
Sehingga sedikit banyak, hal ini dapat membantu mengurangi resiko-resiko penyalahgunaan
wewenang yang mungkin saja akan dilakukan oleh agent-agent yang disewa oleh principal.

26
28

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS BRITISH TELECOM

Perusahaan raksasa Inggris ini mengalami fraud akuntansi di salah satu lini usahanya
di Italia. Sejak awal triwulan kedua 2017 telah muncul isu terjadinya fraud akuntansi di
British Telecom. Fraud di British Telecom berdampak kepada akuntan publik PwC yang
merupakan kantor akuntan publik ternama di dunia dan termasuk the bigfour. Tentu saja
dampak fraud akuntansi ini bukan saja menyebabkan reputasi kantor akuntan publik
tercemar, namun ikut mencoreng profesi akuntan publik. Fraud akuntansi ini gagal dideteksi
oleh PwC. Oleh karena itu British Telecom segera mengganti PwC dengan KPMG yang
merupakan kantor akuntan publik ternama di dunia dan termasuk the bigfour.
Kemudian fraud berhasil dideteksi oleh pelapor pengaduan (whistleblower) yang dilanjutkan
dengan akuntansi forensik oleh KPMG. Modus fraud akuntansi yang dilakukan British
Telecom di Italia yakni melakukan inflasi (peningkatan) atas laba perusahaan selama
beberapa tahun dengan cara tidak wajar melalui kerja sama koruptif dengan klien-klien
perusahaan dan jasa keuangan. Praktik fraud ini sudah terjadi sejak tahun 2013. Dorongan
untuk memperoleh bonus menjadi stimulus fraud akuntansi ini.

Dampak fraud akuntansi penggelembungan laba ini menyebabkan British Telecom


harus menurunkan GBP530 juta dan memotong proyeksi arus kas selama tahun ini sebesar
GBP500 juta untuk membayar utang-utang yang tidak dilaporkan. Tentu saja British Telecom
rugi membayar pajak penghasilan atas laba yang sebenarnya tidak ada.
Skandal fraud akuntansi ini, berdampak kerugian kepada pemegang saham dan investor
dimana harga saham British Telecom anjlok seperlimanya ketika British Telecom
mengumumkan koreksi pendapatannya sebesar GBP530 juta di bulan Januari 2017. Eksekutif
British Telecom yang membawahi British Telecom Italia akhirnya angkat kaki. Chief
Executive Officer dan Chief Financial Officer British Telecom dipaksa mengembalikan bonus
mereka masing-masing GBP340.000 dan GBP193.000.

► Tuduhan fraud kepada Gianluca Cimini - mantan Chief Executive Officer British
Telecom di Italia yang dianggap paling bertanggung jawab melanggar tata kelola
perusahaan terkait permainan dengan vendor dan kontraknya serta perilaku yang
mengintimidasi bawahan.
► Tuduhan fraud kepada Stefania Truzzoli - mantan Chief Operating Officer dituduh
memanipulasi hasil operasional yang dipakai menjadi dasar pemberian bonus dan
memanipulasi informasi hasil kinerja ke korporasi induk (British Telecom Europe).
► Tuduhan fraud kepada Luca Sebastiani – mantan Chief Financial Officer dituduh
karena tidak mampu melaporkan fraud keuangan dan mendorong pegawainya
membuat invoice palsu.
► Tuduhan fraud kepada Luca Torrigiani – mantan staf yang bertanggung jawab
kepada klien pemerintah dan klien besar lainnya dituduh melanggar aturan British
Telecom dengan memilih vendor dan menerima pembayaran dari agen British Telecom
Italia.

SFO mengenakan sanksi denda GBP129 juta kepada mantan-mantan eksekutif British
Telecom atas tuduhan fraud.

► Pelajaran yang diambil dari fraud di atas adalah:


29

1. Fraud bukan hanya terjadi di perusahaan kecil, negara terbelakang dan negara
berkembang atau terjadi di pemerintahan (anggaran negara) melainkan terjadi juga di
negara maju dan korporasi ternama.
2. Fraud tidak hanya menyeret kantor akuntan publik skala kecil atau menengah,
namun semua bigfour tidak ada yang luput dari kegagalan auditnya dalam
mendeteksi fraud.
3. Perusahaan harus memperhatikan tata kelolanya.
4. Untuk menilai nilai suatu korporasi oleh investor dan kreditor semestinya harus
mengevaluasi desain dan keefektifan tata kelolanya.
5. Akuntan publik tidak didesain menjadi seorang fraud investigator.

27
30

BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya
menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Yang
menyebabkan kebangkrutan dan keterpurukan pada perusahaan Enron adalah Editor,
Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi terbesar) yang merupakan kantor
akuntan Enron. Keduanya telah bekerja sama dalam memanipulasi laporan keuangan
sehingga merugikan berbagai pihak baik pihak eksternal seperti para pemegang saham dan
pihak internal yang berasal dari dalam perusahaan enron. Enron telah melanggar
etika dalam bisnis dengan tidak melakukan manipulasi-manipulasi guna menarik
investor. Sedangkan Arthur Andersen yang bertindak sebagai auditor pun telah melanggar
etika profesinya sebagai seorang akuntan. Arthur Andersen telah melakukan “kerjasama”
dalam memanipulasi laporan keuangan enron. Hal ini jelas Arthur
Andersen tidak bersikap independent sebagaimana yang seharusnya sebagai seorang
akuntan.

28

Anda mungkin juga menyukai