MAKALAH
ETIKA DAN PROFESI AKUNTANSI
Disusun oleh :
Kelompok 3
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMI
INSTITUT INFORMATIKA DAN BISNIS DARMAJAYA
BANDAR LAMPUNG
2019
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat, dan
hidayah-Nya telah memberikan petunjuk, kesehatan, kesempatan dan kekuatan
kepada saya sehingga dapat menyajikan Makalah yang berjudul “Analisis
Perusahaan Enron,Worldcom,British Telecom”. Di dalam tulisan ini, disajikan
pokok-pokok bahasan yang disusun sebagai bahan penambah wawasan untuk
mahasiswa dalam mendalami akuntansi.
Saya sadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang saya miliki
masih dirasakan banyak kekurangan, Oleh karena itu saya mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
ii
5
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan Masalah ..................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN KASUS ENRON CORPORATION ............................ 3
2.1 Profil Enron Corporation ....................................................................... 3
2.2 Profil KAP Arthur Andersen .................................................................. 4
2.3 Skandal Akuntansi Enron Corporation ................................................... 5
2.6 Analisis Kasus Enron Corporation Ditinjau dari Sudut Pandang Audit
dan Etika Profesional...................................................................................... 11
2.7 Dampak Kasus Enron Corporation Terhadap Tata Kelola, Manajemen,
dan Akuntan Publik ........................................................................................ 16
BAB III
PEMBAHASAN KASUS WORLDCOM CORPORATION .................. 19
3.1 Profil Worldcom Corporation .............................................................. 19
3.2 Skandal CEO - Bernard Ebbers ............................................................ 20
3.3 Skandal Akuntansi Worldcom Corporation .......................................... 22
3.4 Penyebab Terjadinya Skandal Worldcom Corporation ......................... 24
iii
1
3.5 Dampak Kasus WorldCom Corporation Terhadap Tata Kelola, Manajemen, dan
SOP ..................................................................................... 25
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS BRITISH TELECOM............................................ 27
BAB V
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 29
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
3
independensi auditor. Posisi auditor di sini sangatlah dilematis karena mereka dituntut untuk
memenuhi keinginan klien tetapi kadangkala hal itu melanggar standar profesi sebagai acuan
kerja yang ada.
2
4
BAB II
PEMBAHASAN KASUS ENRON CORPORATION
3
5
senilai $335 milyar pada tahun 1000. Pada Januari 1000, Enron mengumumkan sebuah
rencana besar yang amat ambisius untuk membangun jaringan elektronik broadbrand yang
berkecepatan tinggi (high speed broadbrand) dengan kapasitas jaringan penjualan
brandwidth untuk melakukan penjualan gas serta listrik. Enron membiayai ratusan juta dollar
guna melaksanakan program ini. Walaupun keuntungannya belum nampak, namun harga
saham Enron di Wall Street melonjak menjadi $40, bahkan meningkat menjadi $90,56,
sehingga Enron dinyatakan oleh majalah Fortune maupun media lain sebagai “one of the
most admired and innovative companies in the world” (Djohan: 1008).
4
6
5
7
Enron ini dibangun dengan hutang dan dalam kegiatan operasionalnya juga berhutang lagi
kepada pihak lain. Sehingga hutangnya semakin bertambah banyak. Ken Lay adalah
seseorang yang telah mendirikan Enron, tetapi dia membangun Enron dengan banyak hutang
kepada pihak lain. Ketika Enron mengalami keadaan yang sulit, dalam hal ini dalam keadaan
hampir bangkut, Ken Lay mengatakan perusahaannya dalam keadaan yang baik-baik saja.
Jeffrey Skilling (Mantan Presiden, dan COO)
Jeffrey Skilling berhasil membuat Enron menjadi sebuah perusahaan perdagangan
yang sangat besar dan ekspansif. Namun, karena ambisinya mengesampingkan rambu-rambu
aturan yang berlaku baik aturan SEC maupun prinsip akuntansi yang berterima umum. Ia
bersama Andrew Fastow memanipulasi laporan keuangan Enron. Skilling merekrut Andrew
Fastow, seorang ahli keuangan, untuk membantu menjalankan bisnis perdagangan gas
alam, dan keduanya telah datang dengan gagasan yang pandai dalam melaporkan nilai dari
kontrak jangka panjang yang mereka beli atau jual.
Board of directors
Dewan Direksi Enron gagal melidungi pemegam saham Enron dan memberikan
konstribusi pada kejatuhan perusahaan publik terbesar ke tujuh di AS, dengan membiarkan
Enron terlibat dalam praktik akuntansi beresiko tinggi, konflik transaksi kepentingan yang
tidak pantas, pengungkapan kegiatan penghancuran dokumen penting, dan kompensasi
eksekutif yang berlebihan. Dewan mengetahui hal ini tetapi lebih memilih untuk menutup
mata dan merugikan pemegang saham, karyawan, dan rekan bisnis.
Karyawan Enron
Enron memaksa karyawan dalam hal pengelolaan dana pensiun, di mana diharuskan
pembelian saham perusahaan sebagai dana pensiun, karyawan percaya atas reputasi
perusahaan. Tujuan Enron adalah menaikan harga saham perusahaan dengan cara ini. Dan
pada saat masa
6
8
jatuhnya enron, para ekskutif yang terlebih dahulu tahu telah menjual sahamnya,
sedangkan karyawan hanya dapat menjual saham sampai pada harga 16 sen. Sheron
Wattkins Sherron adalah seorang akuntan profesional yang kompeten dan telah bekerja
untuk Arthur Andersen selama bertahun-tahun sebelum bergabung dengan Enron. Dia
mengeluhkan praktik akuntansi agresif yang dilakukan oleh Enron. Ketika Lay tidak
merespon surat yang ia tulis, Sharron pun memberikan kesaksian di depan komte
penyelidikan. Seandainya ada anggota dewan yang mendengarkan kekhawatirannya
mengenai Enron, mungkin tindakan pencegahan dapat dilakukan.
7
9
SEC juga harus bertanggungjawab pada kasus ini karena mereka memberikan persetujuan
kepada Skilling dan Andrew Fastow untuk menggunakan metode akuntansi
yang menguntungkan bagi mereka. Dalam hal ini seharusnya SEC tidak menyetujui hal
tersebut, karena hanya akan menguntungkan beberapa pihak saja, dan pihak lainnya
akan dirugikan dengan diperbolehkannya penggunaan metode tersebut.
Mitra kerja
Mitra kerja dan konsumen Enron dirugikan dalam hal ini, sebut saja Blockbuster.
Begitupun dengan pemasok dan kreditor yang bekerja sama dengan Enron.
Investor
Sebagai hasil dari skandal Enron, investor baik pribadi maupun kelompok, kehilangan
jutaan dollar karena mereka mendapatkan informasi yang salah mengani kinerja keuangan
perusahaan, semua pemegang saham kehilangan uang yang telah mereka investasikan setelah
Enron jatuh bangkrut.
White House
Skandal ini semakin rumit dengan ditengarainya keterlibatan banyak pejabat tinggi gedung
putih dan politisi di Senat Amerika Serikat yang pernah menerima kucuran dana politik dari
perusahaan ini. Akibat pertalian semacam itu, banyak orang curiga pemerintahan Bush dan
para politisi telah dan akan memberikan perlakuan istimewa, baik dalam bisnis Enron selama
ini maupun dalam proses penyelamatan perusahaan itu.
9
11
Enron telah menggunakan ratusan special purpose entities sampai dengan tahun 1001 di
mana kebanyakan SPE tersebut digunakan untuk mendanai pembelian forward contract
dengan produsen gas untuk menyuplai gas dalam sebuah kontrak jangka panjang. Namun
beberapa SPE kontroversial didesain secara khusus untuk mendapatkan tujuan pelaporan
keuangan yaitu memenuhi ekspektasi investor. Sebagai contohnya, pada tahun 1997, Enron
berkeinginan untuk membeli kepemilikan dari beberapa joint venture, namun Enron
tidak mau memperlihatkan hutang miliknya yang digunakan untuk membiayai akuisisi
tersebut pada neraca perusahaan. Maka Enron menggunakan Chewco, sebuah SPE yang
dikontrol oleh Enron untuk menerbitkan hutang dengan Enron sebagai penjamin untuk
medapatkan kepemilikan pada joint venture seharga $ 383 juta. Transaksi tersebut telah
diatur sedemikian rupa sehingga Enron tidak harus mengkonsolidasi Chewco ataupun joint
venture tersebut pada laporan keuangannya, sehingga Enron tidak perlu mengakui hutang
pada pembukuannya.
c. Penghindaran pajak
Beberapa Bank, KAP, bankir investasi, dan kantor pengacara bahkan politisi diduga
memberikan konsultasi mengenai penyembunyian pajak terstruktur pada 1 1 transaksi besar
yang mencapai $ 1 miliar dari tahun 1995- 1001. Manajemen Enron menemukan bahwa
transaksi pajak tidak hanya bisa menghemat pajak, tetapi dapat digunakan untuk
menciptakan laba dalam laporan keuangan. Secara umum, empat strategi yang
digunakan Enron dalam transaksi terstruktur tersebut adalah:
Duplikasi kerugian ekonomi tunggal (mengurangi kerugian yang sama sebanyak dua kali).
Pergeseran dari DPP aset tak tersusutkan (tidak kena pajak) menjadi suatu aset
tersusutkan (kena pajak). Timbulnya biaya pemotongan pajak untuk pembayaran pokok.
Timbulnya biaya jasa bagi pihak yang memberikan bantuan untuk WP lain.
10
12
orang yang memiliki interaksi berkelanjutan dengan anggota dewan ternyata tidak maju untuk
mengungkapkan kejanggalan tersebut. Jika mereka memiliki loyalitas kepada perusahaan,
seharusnya mereka melaporkan kejanggalan SPE kepada anggota dewan. Kurangnya loyalitas
ini ada hubungannya dengan keinginan untuk memuaskan Fastow dan Lay yang memberikan
pengaruh signifikasn terhadap rencana insentif opsi saham enron.
2.6 Analisis Kasus Enron Corporation Ditinjau dari Sudut Pandang Audit dan Etika
Profesional
Auditor independen bertanggung jawab memberikan assurance services. Sementara
manajeman, dibantu pengacara, penasihat keuangan, dan konsultan, menyajikan informasi
keuangan, sedangkan akuntan publik bertugas menilai apakah informasi keuangan itu
dapat dipercaya atau tidak. Dalam menjalankan audit, akuntan wajib mendeteksi
kemungkinan kecurangan dan kekeliruan yang material. Penyimpangan (irregularities) dan
kecurangan (fraud) akan dianggap sebagai kelaziman. Kegagalan untuk bersikap obyektif
dan independensi sama artinya dengan hilangnya eksistensi profesi. Membenarkan, bahkan
menutupi, perilaku manajemen yang manipulatif jelas-jelas merupakan pengkhianatan
terhadap tugas profesi akuntan publik. Karena itu, sangat wajar jika, dalam kasus Enron,
auditor paling dipersalahkan
11
13
karena telah gagal melindungi kepentingan publik yang merupakan pemberi otoritas
(Sanjaya:
1014).
Dalam kasus Enron, pihak manajemen Enron maupun Arthur Andersen mengetahui
tentang praktek akuntansi dan bisnis yang tidak sehat. Tetapi demi mempertahankan
kepercayaan dari investor dan publik kedua belah pihak merekayasa laporan keuangan mulai
dari tahun 1985 sampai dengan Enron menjadi hancur berantakan. Arthur Andersen,
merupakan kantor akuntan publik tidak hanya melakukan manipulasi laporan keuangan,
Andersen juga telah melakukan tindakan yang tidak etis, dalam kasus Enron adalah dengan
menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus Enron. Arthur
Andersen memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke
permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun penghancuran
dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar
hukum dan menyebabkan kredibilitas KAP Arthur Andersen hancur. Di sini Andersen telah
ingkar dari sikap profesionalisme sebagai akuntan independen dengan melakukan tindakan
menerbitkan laporan audit yang salah dan meyesatkan (Sanjaya:
1014).
Kasus ini menyingkap kerjasama penipuan yang dilakukan Enron dengan auditornya,
yaitu KAP Andersen. KAP Andersen dinyatakan bersalah telah bekerjasama dalam
memalsukan laporan keuangan dan menghambat proses penyelidikan dengan menghancurkan
dokumen- dokumen yang digunakan untuk menjalankan proses audit. Tindakan ini telah
dianggap melanggar standar umum audit yang kedua yaitu independensi, di mana seharusnya
dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor. KAP Andersen juga dinyatakan bersalah telah
melanggar prinsip etika profesi akuntan di antaranya yaitu melanggar prinsip integritas dan
perilaku profesional. Perlu diketahui bahwa integritas merupakan prinsip yang penting dan
harus diterapkan dalam etika audit sebab merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan
publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang
diambilnya. Sedangkan perilaku profesional diterapkan agar setiap pelaku audit dapat
berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang
dapat menghancurkan mana baik profesi. Besarnya jumlah fee yang ditawarkan menyebabkan
KAP Andersen goyah dan mengabaikan prinsip integritas dan independen. Akhirnya,
laporan audit yang dihasilkan jauh dari kualitas yang seharusnya dan
sebenarnya. Posisi auditor sangat dilematis karena mereka dituntut untuk memenuhi
keinginan
.
12
14
klien namun di sisi tindakan auditor dapat melanggar standar profesi sebagai acuan kerja
mereka. Dalih-dalih untuk menghasilkan laporan audit yang seharusnya dan sebenarnya, KAP
Andersen malah ikut terlibat melakukan tindakan kriminal. Akibatnya, pemerintahan
Amerika serikat melarang KAP Andersen dan Enron untuk melakukan kontrak kerjasama
dengan lembaga pemerintahan di Amerika. Selain itu akibat pelanggaran prinsip
profesional dan etika yang dilakukannya, KAP Andersen dicabut kedudukannya dari
predikat “ The Big Five” dan kehilangan integritasnya di mata mayarakat (Rahayu: 1014).
Pelanggaran 5 prinsip tata kelola (Good Corporate Governance/ GCG)pada kasus Enron
b. Akuntabilitas (accountability).
Prinsip akuntabilitas adalah prinsip di mana para pengelola berkewajiban untuk membina
sistem akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat
dipercaya. Untuk itu, diperlukan kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertangungjawaban
setiap organ sehingga pengelolaan berjalan efektif. Dalam skandal Enron, pihak manajemen
tidak mengelola
13
15
sistem akuntansi yang efektif sehingga menghasilkan laporan keuangan yang tidak
dapat dipercaya, hal ini dapat dicermati pada:
SEC membolehkan buah perusahaan untuk mengeluarkan pencatatan SPE dari laporan
keuangannya.
Melakukan skema prabayar, yakni mencatat transaksi prabayar dalam pengiriman energi
masa depan sebagai laba operasi dan arus kas saat ini, bukan sebagai arus kas dari operasi
pembiayaan.
Perhitungan pajak yang salah yaitu mengakui kerugian yang sama sebanyak dua kali dan
mencatatnya sebagai pendapatan; dan merubah dpp aset tak tersusutkan menjadi aset
tersusutkan (kena pajak).
Melakukan praktik asset light, yaitu menjual aset pembangkit listrik secara langsung atau
menjual kepentingan di dalamnya kepada investor secara lansung, dan mencatat
pendapatan tersebut sebagai laba dari hasil “monetizing” dan “syndicating”
c. Responsibilitas (responsibility).
Prinsip responsibilitas adalah prinsip di mana para pengelola wajib memberikan
pertanggungjawaban atas semua tindakan dalam mengelola perusahaan kepada para
pemangku kepentingan sebagai wujud kepercayaan yang diberikan kepadanya. Prinsip
tanggung jawab ada sebagai konsekuensi logis dari kepercayaan dan wewenang yang
diberikan oleh para pemangku kepentingan kepada para pengelola perusahaan. Skandal
Enron memberikan contoh pelanggaran tanggung jawab ini mempunyai dalam berbagai
dimensi, yaitu:
Dimensi ekonomi, Enron tidak bertanggungjawab untuk memberikan keuntungan ekonomis
bagi para pemangku kepentingan. Dimensi ini juga melanggar prinsip fairness di mana
tidak semua pemangku kepentingan mendapatakan keuntungan ekonomis yang sama
bahkan ada yang dirugikan.
Dimensi hukum, tanggung jawab manajemen Enron tidak diwujudkan dalam bentuk
ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Enron melakukan ratusan transaksi
yang melanggar hukum, mulai dari konspirasi, penipuan, pemalsuan laporan, insider
trading, penipuan pajak, pencucian uang, dan penipuan sekuritas.
Dimensi moral, artinya sejauh mana wujud tanggung jawab tindakan manajemen
tersebut
telah dirasakan keadilannya bagi semua pemangku kepantingan. Selain itu
kegiatan
14
16
d. Independensi (independency)
Independensi adalah keadaan di mana para pengelola dalam mengambil suatu
keputusan bersifat professional, mandiri, bebas dari konflik kepentingan, dan bebas dari
tekanan atau pengaruh dari mana pun yang bertentangan dengan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan yang sehat. Pelanggaran prinsip ini terjadi pada,
sebagai berikut:
Arthur Ardensen menyediakan setidaknya 5 layanan kepada Enron yaitu: (1) sebagai auditor
eksternal yang mengaudit kewajaran laporan keuangan Enron; ( 1) sebagai
konsultan akuntansi dan manajemen, termasuk saat transaksi SPE; (3) sebagai penasihat
perpajakan; (4) sebagai internal auditor Enron; (5) sebagai penasihat masalah
keuangan. Kelima layanan tersebut memiliki fungsi yang saling bertabrakan
bahkan tumpang tindih hingga menyebabkan hilangnya objektivitas Arthur Andersen.
Banyaknya auditor Arthur Andersen yang kemudian pindah dan menjabat sebagai
eksekutif Enron.
SPE seharusnya dimiliki oleh pihak independen, tetapi SPE yang bertransaksi dengan Enron
adalah bentukan Fastow yang merupakan CFO Enron.
e. Kesetaraan (fairness)
Perlakuan yang setara merupakan prinsip agar para pengelola memperlakukan semua
pemangku kepentingan secara adil dan merata, baik pemangku kepentingan primer (pemasok,
pelanggan, karyawan, pemodal) maupun pemangku kepentingan sekunder (pemerintah,
masyarakat dan yang lainnya). Prinsip ini juga sangat erat dan tumpang tindih dengan prinsip
akuntabilitas dan tanggung jawab. Enron memperlakukan pemangku kepentingannya
dengan
tidak adil, yaitu:
15
17
Karyawan memperkaya diri mereka sendiri tanpa persetujuan Dewan Direksi (kompensasi
berlebihan).
Konflik kepentingan yang tidak pantas, yaitu adanya insider trading di mana Dewan Direksi
menyetujui CFO untuk mengoperasikan dana ekuitas swasta SPE LJM yang melakukan
transaksi bisnis dengan Enron dan meperoleh keuntungan dari biaya Enron.
Kegagalan tugas fidusida Dewan Direksi yaitu: gagal melindungi pemegang saham Enron
dari kegiatan yang tidak adil sehingga merugikan pemegang saham, karyawan, dan rekan
bisnis.
Memanipulas krisis listrik di California dan menerapkan skema prabayar dan menetapkan
harga listrik sangat tinggi sampai 9 kali lipat demi keuntungan eksekutif Enron.
Karyawan diperlakukan tidak adil. Enron mengharuskan dana pensiun karyawannya diubah
dalam bentuk saham. Tujuan Enron adalah menaikan harga saham perusahaan dengan
cara ini. Dan pada saat masa jatuhnya enron, para ekskutif yang terlebih dahulu tahu telah
menjual sahamnya, sedangkan karyawan hanya dapat menjual saham sampai pada harga
16 sen.
2.7 Dampak Kasus Enron Corporation Terhadap Tata Kelola, Manajemen, dan Akuntan
Publik
Meskipun sebelumnya telah ada upaya untuk memperkuat tata kelola dan praktik
akuntansi sebelum terjadinya skandal Enron, gaung reformasi atas tata kelola baru terdengar
keras setelah terjadi kemarahan publik atas skandal Enron pada bulan Desember 1001.
Namun, gagal karena tak lama setelah skandal Enron, datang berita mengejutkan bahwa
perusahaan raksasa WorldCom juga mengalami kesulitas keuangan. Pengumuman oleh
WorldCom tentang manipulasi laba akuntansi secara besar-besaran telah memukul pasar
modal, media dan juga politisi. Maka pada 30 juli 100 1 disahkanlah Sarbanes-Oxley Act
(SOX), yaitu Undang-undang baru yang mengatur reformasi tata kelola. Nama Sarbanes-
Oxley sendiri diambil dari dua orang politisi yang menjadi inisitor undang-undang tersebut.
SOX telah menciptakan sebuah kerangka kerja peraturan internasional bagi perusahaan
dalam mencari akses ke pasar modal AS dan auditornya. Demikian juga SOX menetapkan
kerangka kerja baru untuk profesi akuntansi AS yang menggantikan pengaturan diri oleh
profesi dengan Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) (Kurnia:
1014).Bencana keuangan sebelumnya, termasuk kegagalan tata kelola Enron, Arthur
Andersen, dan
WorldCom, meningkatkan kesadaran di AS, Kanada, Australia dan Inggris bahwa kerangka
tata
16
18
kelola harus diperbaiki. Secara khusus, dalam rangka menghadapi krisis kredibilitas tata
kelola dan mengembalikan kepercayaan dalam sistem pasar modal. Perusahaan saat ini,
tindakan yang dibutuhkan untuk memenuhi harapan masyarakat menurut Kurnia: 1014,
mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Klarifikasi peran, tanggung jawab dan akuntabilitas dari dewan direksi, subkomitenya,
diri para direktur pribadi dan auditor.
b. Memastikan bahwa para direktur memiliki informasi yang cukup mengenai rencana
dan kegiatan perusahaan, kecukupan kebijakan dan pengendalian internal untuk
memastikan kepatuhan, dan kepatuhan aktual, termasuk keprihatinan para whistle-blower.
c. Memastikan bahwa para direktur memiliki kompetensi keuangan yang memadai dan
keahlian lainnya yang diperlukan.
d. Memastikan bahwa laporan keuangan akurat, lengkap, dapat dipahami dan
transparan.
e. Memastikan bahwa standar akuntansi memadai untuk melindungi kepentingan para
investor.
Rancangan Undang-Undang diajukan oleh anggota senat Paul Sarbanes dan Michael
Oxley pada tanggal 30 Juli 100 1 dan disahkan oleh Presiden Bush. Ikthisar Sarbanes Oxley
Act 100 1 dalam Djohan: 1008 antara lain sebagai berikut:
1. Memberi kejelasan dan kepastian atas dewan pengawas independen yang
bertugas sepenuhnya untuk mengawasi pelaku pasar modal.
2. Menetapkan tanggung jawab baru terhadap komite audit dan pejabat
perusahaan.
3. Menetapkan aturan dan keharusan baru untuk pelaporan
perusahaan.
4. Mendefinisikan jasa non Audit yang dapat diberikan oleh KAP kepada Klien Audit yaitu
melarang KAP melakukan 8 jenis jasa audit kepada klien audit: pembukuan, desain
dan sistem informasi keuangan, jasa penilai, jasa aktuaris, outsorcing jasa internal audit,
fungsi manajemen SDM, broker pialang atau penasehat investasi, jasa hukum dan jasa
professional lainnya yang tidak berhubungan dengan audit.
5. Memperberat hukuman atas kecurangan yang dilakukan
perusahaan.
6. Mengharuskan adanya peraturan yang mengatur benturan
kepentingan.
7. Meningkatkan secara signifikan tanggung jawab dan anggaran
SEC.
8. Mengijinkan pemberian jasa lainnya dengan persetujuan terlebih dahulu dari komite
audit.
17
19
18
20
BAB
III
PEMBAHASAN KASUS WORLDCOM
CORPORATION
20
22
21
23
22
24
Dilaporkan sekitar $ 3,005 milyar telah salah diklasifiksi pada tahun 1001, sementara
sisanya sekitar $ 797 juta pada triwulan pertama tahun 100 1.berdasarkan data Worldcom
$14,7 milyar pada tahun 1001 disajikan sebagai biaya.
Dengan memindahkan akun beban kepada akun modal, Worldcom mampu menaikkan
pendapatan atau laba. Worldcom mampu menaikan laba karena akun beban dicatat lebih
rendah, sedangkan akun aset dicatat lebih tinggi karena beban kapitalisasi disajikan sebagai
beban investasi. Kalau hal itu tidak terdeteksi praktek ini akan berakibat pendapatan bersih
yang lebih rendah dalam tahun-tahun brikutnya. Karena beban kapitalisasi jaringan tersebut
akan didepresiasikan.secara esensi beban kapitalisasi jaringan akan memungkinkan
perusahaan untuk mengalokasikan biyanya dalam beberapa tahun dimasa depan, mungkin
antara 10 tahun bahkan lebih.
Staf akuntan Worldcom telah diwawancara sebelum tanggal 15 Juni. Pada Maret 100 1
SEC meminta data dari perusahaan berupa item-item yang berhubungan dengan Laporan
Keuangan. Termasuk didalamnya:
1. komisi penjualan dan tagihan-tagihan yang bermasalah
2. Sanksi administrsi terhadap pendapatan yang berhubungn dengan pelanggan dalam
sekala besar
3. Kebijakan akuntansi untuk merger
4. Pinjaman kepada CEO
5. Integrasi sistem komputer Worldcom dengan MCI
6. Analisis ekspektasi pendapatan saham WC
membayar AS $ 750 juta kepada SEC secara tunai dan saham di MCI baru, hal dimaksudkan
untuk membayar kerugian yang dialami para investor.
Namun hal ini belum cukup untuk membayar banyak kreditur kecil, yang telah
menunggu selama dua tahun untuk pengembalian uang mereka di WorldCom.
Sebagianbesar dari para kreditur kecil itu adalah mantan karyawan WorldCom sendiri.
Sehingga pada tanggal 7 Agustus
100 1, kelompok exWorldCom 5100 diluncurkan. Mereka initerdiri dari mantan
karyawan WorldCom yang bertujuan mencari pembayaran penuh dari uang pesangon.
The "5100" itu sendiri adalah singkatan untuk jumlah karyawan WorldCom yang terpaksa di
PHK pada tanggal
18 Juni 100 1 akibat kebangkrutanWorldCom. Hingga kemudian hari bersejarah itu tiba,
dimana pada tanggal 14 Februari 1005, Verizon Communications setuju untuk
mengakuisisi MCI sebesar $ 7,6 miliar.Menyelamatkan keberlangsungan kehidupan
perusahaan ini dari ambang kematian.
3.5 Dampak Kasus WorldCom Corporation Terhadap Tata Kelola, Manajemen, dan
SOP
Dalam ilmu politik dan ekonomi, masalah pricipal agent atau dilema lembaga
memperlakukan kesulitan yang muncul dalam kondisi inforamsi yang tidak lengkap
dan asimetris ketika seorang pemimpin menyewa atau membayar seorang agen, menimbulkan
beberapa masalah seperti konflik moral hazard dan mengejar kepentingan-kepentingan
dari kepala sekolah itu sendiri. Berbagai mekanisme dapat digunakan untuk mencoba
menyelaraskan kepentingan agen dalamm solidaritas dengan orang-orang dari pemimpin,
seperti mengatur tarif potongan /kondisi, pembagian keuntungan, upah efisiensi, pengukuran
kinerja (termasuk laporan keuanan), agen postingan obligasi. Masalah principal-agent
ditemukan di sebagian besar pada hubungan karyawan, misalnya, ketika pemegang saham
mempekerjakan eksekutif puncak perusahaan yang mana para eksekutif tersebut kurang
mendapat batasan-batasan sampai dimana mereka memiliki kewenagan dalam mengurusi
usaha yang dipercayakan oleh pricipal kepadanya..
Untuk itu perlu adnaya sebuah kontrol wewenang dalam sebuah peraturan perusahaan
yang berkenaan dengan hal tersebut, agar masalah kasus worldCom tidak terjadi lagi
dikemudian hari. Yaitu perlu adanya kontrak kerja yang jelas. Dalam konteks kontrak kerja
kontrak individual membentuk metode utama dari insentifrentukrisasi, dengan
menghubungkan sedekat optimal informasiyang tersedia tentang konerja karyawan individu,
kemampuan karyawan-karyawan untuk menanggung resiko, dan kemampuan karyawan
untuk memanipulasi metode evaluasi, rincian struktural kontrak individual sangat
bervariasi, termasuk mekanisme seperti sepotong tarif, pilihan, bonus yang bebas, promosi,
pembagian keuntungan. efisiensi upah , kopensasi ditangguhkan, dan seterusnya. biasanya
menaisme ini digunakan dalam konteks berbagai jenis kerja: wiraniaga sering menerima
beberapa atau semua remunerasi mereka sebagai omisi, pekerjaproduksi biasanya dibayar per
jam, sementara pekerja kantro biasanya dibayar (lembur yang dibayarakan dan jika, biasanya
pada tingkat yang lebih tinggi darpada tarif perjam tersirat
oleh gaji) bulanan atau setengah bulanan.
25
27
Dengan kontrak kerja yang jelas, serta sistem pemberian insentifyang jelas dan sesuai
dengan standar terjadi yang telah ditetapkan perusahaan, termasuk dengan perjanjian dengan
pasal-pasal punishment apabila melanggar SOP perusahaan sebelum diadakan perekrutan,
baik itu untuk karyawan ditingkat bawah maupun hingga karyawan di tingkat CEO.
Sehingga sedikit banyak, hal ini dapat membantu mengurangi resiko-resiko penyalahgunaan
wewenang yang mungkin saja akan dilakukan oleh agent-agent yang disewa oleh principal.
26
28
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS BRITISH TELECOM
Perusahaan raksasa Inggris ini mengalami fraud akuntansi di salah satu lini usahanya
di Italia. Sejak awal triwulan kedua 2017 telah muncul isu terjadinya fraud akuntansi di
British Telecom. Fraud di British Telecom berdampak kepada akuntan publik PwC yang
merupakan kantor akuntan publik ternama di dunia dan termasuk the bigfour. Tentu saja
dampak fraud akuntansi ini bukan saja menyebabkan reputasi kantor akuntan publik
tercemar, namun ikut mencoreng profesi akuntan publik. Fraud akuntansi ini gagal dideteksi
oleh PwC. Oleh karena itu British Telecom segera mengganti PwC dengan KPMG yang
merupakan kantor akuntan publik ternama di dunia dan termasuk the bigfour.
Kemudian fraud berhasil dideteksi oleh pelapor pengaduan (whistleblower) yang dilanjutkan
dengan akuntansi forensik oleh KPMG. Modus fraud akuntansi yang dilakukan British
Telecom di Italia yakni melakukan inflasi (peningkatan) atas laba perusahaan selama
beberapa tahun dengan cara tidak wajar melalui kerja sama koruptif dengan klien-klien
perusahaan dan jasa keuangan. Praktik fraud ini sudah terjadi sejak tahun 2013. Dorongan
untuk memperoleh bonus menjadi stimulus fraud akuntansi ini.
► Tuduhan fraud kepada Gianluca Cimini - mantan Chief Executive Officer British
Telecom di Italia yang dianggap paling bertanggung jawab melanggar tata kelola
perusahaan terkait permainan dengan vendor dan kontraknya serta perilaku yang
mengintimidasi bawahan.
► Tuduhan fraud kepada Stefania Truzzoli - mantan Chief Operating Officer dituduh
memanipulasi hasil operasional yang dipakai menjadi dasar pemberian bonus dan
memanipulasi informasi hasil kinerja ke korporasi induk (British Telecom Europe).
► Tuduhan fraud kepada Luca Sebastiani – mantan Chief Financial Officer dituduh
karena tidak mampu melaporkan fraud keuangan dan mendorong pegawainya
membuat invoice palsu.
► Tuduhan fraud kepada Luca Torrigiani – mantan staf yang bertanggung jawab
kepada klien pemerintah dan klien besar lainnya dituduh melanggar aturan British
Telecom dengan memilih vendor dan menerima pembayaran dari agen British Telecom
Italia.
SFO mengenakan sanksi denda GBP129 juta kepada mantan-mantan eksekutif British
Telecom atas tuduhan fraud.
1. Fraud bukan hanya terjadi di perusahaan kecil, negara terbelakang dan negara
berkembang atau terjadi di pemerintahan (anggaran negara) melainkan terjadi juga di
negara maju dan korporasi ternama.
2. Fraud tidak hanya menyeret kantor akuntan publik skala kecil atau menengah,
namun semua bigfour tidak ada yang luput dari kegagalan auditnya dalam
mendeteksi fraud.
3. Perusahaan harus memperhatikan tata kelolanya.
4. Untuk menilai nilai suatu korporasi oleh investor dan kreditor semestinya harus
mengevaluasi desain dan keefektifan tata kelolanya.
5. Akuntan publik tidak didesain menjadi seorang fraud investigator.
27
30
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya
menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Yang
menyebabkan kebangkrutan dan keterpurukan pada perusahaan Enron adalah Editor,
Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi terbesar) yang merupakan kantor
akuntan Enron. Keduanya telah bekerja sama dalam memanipulasi laporan keuangan
sehingga merugikan berbagai pihak baik pihak eksternal seperti para pemegang saham dan
pihak internal yang berasal dari dalam perusahaan enron. Enron telah melanggar
etika dalam bisnis dengan tidak melakukan manipulasi-manipulasi guna menarik
investor. Sedangkan Arthur Andersen yang bertindak sebagai auditor pun telah melanggar
etika profesinya sebagai seorang akuntan. Arthur Andersen telah melakukan “kerjasama”
dalam memanipulasi laporan keuangan enron. Hal ini jelas Arthur
Andersen tidak bersikap independent sebagaimana yang seharusnya sebagai seorang
akuntan.
28