Anda di halaman 1dari 16

Analisis Kasus Etika Profesi:

Skandal Tesco & Pricewaterhouse Cooper

Disusun oleh:

Joshua Timothy (1606911433)

Kelas Pengauditan dan Asurans 1 – C

Makalah Ujian Tengah Semester

Pendidikan Dasar Perguruan Tinggi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Indonesia
STATEMENT OF AUTHORITY

“Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas yang
terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang
lain yang saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya. Materi ini tidak/belum
pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata ajaran
lain kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa saya menyatakan
menggunakannya. Saya memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat
diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya
plagiarisme.”

Nama : Joshua Timothy (1606911433)


Tanda Tangan :

Mata Ajaran : Pengauditan dan Asurans 1 (Kelas C)


Judul Makalah/Tugas : Analisis Kasus Etika Profesi:
Skandal Tesco & Pricewaterhouse Cooper
Tempat/tanggal : Depok, 23 Oktober 2018
Dosen : Mawar Inviolata Rohana Napitupulu, S.E., MBA.
Dudi Hadi Santoso S.E., M.Ak.

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-
Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Kasus Etika
Profesi: Skandal Tesco & Pricewaterhouse Cooper” ini dengan lancar dan baik.
Makalah ini dibuat dalam rangka pemenuhan tugas akhir Ujian Tengah
Semester untuk mata kuliah Pengauditan dan Asurans 1. Makalah ini bertujuan
untuk memberikan analisis terhadap ancaman-ancaman di dalam kasus etika profesi
serta penerapan safeguards yang mungkin diterapkan untuk mengurangi ancaman
tersebut. Dalam proses penulisan makalah ini, tentunya saya mendapatkan berbagai
macam bentuk arahan, koreksi, dan saran yang sangat bermanfaat. Oleh karena itu,
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada para dosen
pengajar, keluarga, dan rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan
bantuan berupa kritik maupun saran yang membangun dan bermanfaat.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Depok, 23 Oktober 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

STATEMENT OF AUTHORITY ........................................................................1

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI ..........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................4
1.3 Metode Penelitian ....................................................................................5
1.4 Tujuan ......................................................................................................5
1.5 Manfaat ....................................................................................................5

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................6


2.1 Pengertian Etika ......................................................................................6
2.2 Etika Akuntansi .......................................................................................6
2.3 Kode Etik Profesi Akuntan Profesional ................................................7
2.4 Ancaman ..................................................................................................8
2.5 Pengaman/Safeguards .............................................................................8

BAB III ISI ...........................................................................................................10


3.1 Profil Perusahaan Tesco .......................................................................10
3.2 Kesalahan yang Terjadi di Skandal Tesco & PwC ............................10
3.3 Identifikasi Ancaman ............................................................................12
3.4 Analisa Penerapan Safeguards Yang Seharusnya Dilakukan ...........12

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................14


4.1 Kesimpulan ............................................................................................14
4.2 Saran.......................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................15

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada 22 September 2014 Tesco, raksasa ritel terbesar di Inggris, ditemukan
telah melakukan overstatement terhadap profitnya sebesar £263 juta setelah
terdeteksinya keganjilan pengakuan pendapatan pada hasil tengah tahunan
perusahaan. Pada awalnya, Tesco memprediksi laba semester pertama
perusahaan sebesar £1,1 miliar, namun jumlah tersebut berkurang menjadi
£250 juta. Tesco melaporkan laba lebih tinggi sebesar £263 juta dari laba
yang seharusnya dilaporkan perusahaan. Manipulasi serta rekayasa laporan
keuangan itu melibatkan pengakuan pendapatan yang lebih cepat serta
penundaan pengakuan biaya. Kegiatan memanipulasi laporan keuangan
seperti yang dilakukan Tesco biasa disebut dengan aggresive accounting.
Aggresive accounting merupakan tindakan yang dapat diterima jika masih
berada dalam batas kewajaran. Menyadari permasalahan ini, Tesco dalam
kasus ini semakin memperburuk keadaan dengan mendorong angka di
laporan keuangan agar dapat memperlihatkan performa keuangan yang jauh
lebih sehat dibandingkan yang seharusnya. Hal ini awalnya ditargetkan
untuk menarik pemegang saham dan untuk meningkatkan investasi dan
dana kepada pengecer (FinancialTimes.com, 2014). Setelah skandal
akuntansi di Tesco PLC, otoritas hukum dan dewan direksi secara signifikan
mengambil masalah ini dengan pertimbangan dan menghapus £2 miliar dari
nilai bersih perusahaan ritel terbesar di Inggris tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang muncul sebagai
berikut:
1. Apakah ancaman yang terjadi di dalam kasus tersebut?
2. Apa sajakah pengaman (safeguards) yang dapat diterapkan untuk
mencegah atau mengurangi ancaman tersebut?

4
1.3 Metode Penelitian
Makalah ini disusun dengan menggunakan metodologi studi literatur.
Dalam hal ini, studi literatur dilakukan dengan mempelajari berbagai kajian
yang dilakukan oleh analis, regulator, dan sumber lainnya.

1.4 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk melakukan pemenuhan tugas
makalah Ujian Tengah Semester untuk mata kuliah Pengauditan dan
Asurans 1.

1.5 Manfaat
Melalui penulisan makalah ini, penulis berharap kepada para pembaca agar
memperoleh pengetahuan baru terkait kasus skandal Tesco &
Pricewaterhouse Cooper serta dapat mengamati ancaman dan pengaman
yang dapat diterapkan untuk mengurangi probabilitas terjadinya ancaman-
ancaman tersebut.

5
BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Etika


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah nilai mengenai benar
dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika adalah ilmu
tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral.
Menurut Maryani & Ludigdo (2011) “Etika adalah seperangkat aturan atau
norma atau pedoman yang menagtur perilaku manusia, baik yang harus
dilakukan maupun yang harus ditinggalkan, yang dianut oleh sekelompok
atau segolongan masyarakat atau profesi”.

2.2 Etika Akuntansi


Menurut International Federation of Accountants dalam Regar, 2003, yang
dimaksud dengan profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang
mempergunakan keahlian di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan
akuntan publik, akuntan intern yang bekerja pada perusahaan industri,
keuangan atau dagang, akuntan yang bekerja di pemerintah, dan akuntan
sebagai pendidik.
Dalam arti sempit, profesi akuntan adalah lingkup pekerjaan yang dilakukan
oleh akuntan sebagai akuntan publik yang lazimnya terdiri dari pekerjaan
audit, akuntansi, pajak dan konsultan manajemen.
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan
standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi,
dengan orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan
tersebut terdapat empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:
1. Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan
sistem informasi.
2. Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat
diidentifikasikan oleh pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di
bidang akuntansi.
3. Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh
dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.

6
4. Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa
terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh
akuntan.

2.3 Kode Etik Profesi Akuntan Profesional


Kode etik profesi bisa bersifat global (IESBA) dan bisa bersifat nasional
(ketetapan IAPI) yang bisa ditegaskan oleh KAP. Perilaku anggota profesi
mengatur tentang hal-hal yang berkaitan langsung dengan pemeliharaan
kepercayaan masyarakat terhadap profesi. Akuntan bertanggung jawab atas
nama kepentingan umum. Prinsip dasar etika profesi:
1. Integritas
Lurus, lugas dan jujur dalam semua hubungan profesional dan bisnis
2. Objektif
Tidak membiarkan bias, benturan kepentingan atau tekanan pihak
lain menghilangkan kearifan dan akal sehat profesional dan bisnis
3. Kompetensi dan kehati-hatian profesional
Memelihara pengetahuan dan keterampilan profesional untuk
memastikan bahwa klien atau karyawan mendapatkan jasa
profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan terakhir
dalam praktik, ketentuan perundangan dan teknik, dan bertindak
sesuai dengan standar teknis dan standar profesional
4. Konfidensialitas
Menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh dari hubungan
profesional dan bisnis dan, karenanya, tidak mengungkapkan
informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa hak/wewenang yang
tepat dan spesifik; kecuali jika ada hak/kewajiban hukum atau
profesional untuk mengungkapkannya. Juga, tidak mengungkapkan
informasi tersebut kepada pihak ketiga, untuk keuntungan pribadi
akuntan atau pihak lain.
5. Perilaku profesional

7
Memenuhi kebutuhan undang-undang dan aturan perundangan
lainnya dan menghindari perbuatan yang merendahkan martabat
profesi.
2.4 Ancaman
Kategori threats:
a) Ancaman terhadap kepentingan pribadi
Kepentingan keuangan/kepentingan lain yang mempengaruhi secara
tidak wajar, akal sehat atau perilaku akuntan
b) Ancaman akibat mereviu pekerjaan sendiri
Ancaman dimana akuntan profesional tidak akan dapat
mengevaluasi hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tgas
sebelumnya oleh akuntan profesional tersebut, atau orang lain dari
KAP yang sama
c) Ancamaan berkenaan dengan nasihat yang diberikan
Ancaman terhadap akuntan profesional akibat mempromosikan
posisi klien atau karyawan, sehingga ia mengorbankan
objektivitasnya
d) Ancaman karena kedekatan
Ancaman yang berkaitan dengan hubungan dekat yang terlalu lama
dengan klien atau karyawan, sehingga akuntan profesional menjadi
terlalu bersimpati dengan kepentingan mereka atau terlalu ingin
menerima pekerjaan mereka
e) Ancaman intimidasi
Ancaman yang membuat akuntan profesional tidak dapat bertindak
objektif karena tekanan, termasuk upaya untuk menekan akuntan
profesional

2.5 Pengaman/Safeguards
Pengaman yang ditetapkan profesi akuntan, undang-undang, atau ketentuan
lain yaitu:

8
1. Persyaratan mengenai jenjang pendidikan, jenis dan jumlah
pelatihan serta jenis dan lamanya pengalaman ketika akan masuk
profesi
2. Persyaratan mengenai pendidikan profesi berkelanjutan (PPL)
3. Peraturan tentang tata kelola perusahaan
4. Standar profesi
5. Prosedur pemantauan, dan prosedur disiplin profesi
6. Reviu oleh pihak eksternal atas laporan, komunikasi, atau informasi
yang dihasilkan akuntan
Pengaman yang dapat meningkatkan kemungkinan mendeteksi perilaku
tidak etis atau mencegahnya yang dapat dilakukan berdasarkan ketentuan
perundang-undangan, ketentuan profesi, atau aturan internal KAP atau
entitas. Contoh:
1. Sistem keluhan yang efektif yang memungkinkan anggota profesi,
rekan, karyawan, anggota masyarakat menarik perhatian yang
berwenang, asosiasi profesi, KAP atau entitas, jika ada perilaku
tidak etis.
2. Kewajiban melaporkan pelanggaran terhadap ketentuan etika
profesi.

9
BAB III ISI

3.1 Profil Perusahaan Tesco


Tesco Plc adalah perusahaan yang bergerak di bidang ritel dengan pusat
yang berlokasi di Inggris. Tesco didirikan oleh Jack Cohen pada tahun 1932.
Jack Cohen bukanlah orang baru dalam menjadi seorang pedagang atau
peritel. Ia telah merintis bisnis tersebut dari tahun 1919. Berkat kerja keras
dan kegigihannya, Jack Cohen mampu membawa Tesco Plc menjadi
perusahaan ritel yang sukses dan ternama. Tesco Plc melakukan Initial
Public Offering pertama kalinya di tahun 1947. Bisnis Tesco makin
berkembang pesat dengan perluasan bisnisnya dalam mengakuisisi toko-
toko ritel lain. Pada tahun 1956, Tesco membuka Supermarket pertamanya
di Maldon yang menawarkan makanan segar dan tradisional. Produk yang
disediakan pun kian berkembang, yang awalnya hanya berupa makanan
saja, menjadi produk-produk selain makanan dengan harga yang terjangkau.
Ekspansi ke luar Inggris pun dilakukan Tesco Plc pada tahun 1990. Tesco
Plc sejak saat itu berkembang pesat hingga ke Asia dan menjadi perusahaan
go public. Hingga saat ini, Tesco Plc telah mengoperasikan 5.380 toko
dengan variasi bisnis mulai dari supermarket, superstore, dan convenience
store di 14 negara. Karyawan yang bekerja di Tesco Plc berjumlah sekitar
490.000 orang di seluruh dunia.

3.2 Kesalahan yang Terjadi di Skandal Tesco & PwC


Seperti yang telah dituliskan di bagian latar belakang masalah, Tesco Plc
melakukan overstatement terhadap profitnya sebesar £263 juta. Manipulasi
serta rekayasa laporan keuangan ini melibatkan pengakuan pendapatan yang
lebih cepat serta penundaan pengakuan biaya. Berbagai jenis insentif
penjualan dan izin vendor merupakan hal umum dalam Fast Moving
Consumer Goods (“FMCG”) dan sektor Ritel. Perusahaan-perusahaan ini
menyediakan pengecer dan pelanggan lain dengan berbagai bentuk
tunjangan vendor. Contoh dari izin tersebut dapat berupa:
• Uang tunai dalam bentuk volume discounts, dan perlindungan harga.

10
• Izin iklan dan promosi koperasi.
• Biaya slotting - biaya untuk menampilkan produk di lokasi yang
lebih menguntungkan
• Biaya pencatatan – biaya yang dikenakan untuk menempatkan
produk baru di rak mereka.
• Beli satu, dapatkan satu promosi gratis.
• Pengembalian barang kadaluwarsa dan allowance untuk shrinkage.
• Denda keterlambatan pengiriman.
Kesepakatan ini telah menjadi praktik umum dalam industri supermarket.
Dalam industri bahan makanan, ada bukti bahwa pembayaran ini kadang-
kadang dilakukan secara unilateral. Pembayaran ini dapat diperdebatkan
nanti, dan pengembalian uang (refund) atau perjanjian baru dimasukkan ke
dalam, tetapi pada saat itu, pembayaran asli telah dicatat sebagai
pendapatan. Menjelang akhir periode pelaporan, pembeli secara teratur
diminta untuk "mencari" penghasilan tambahan, yang; dengan implikasi
berarti mencari pemasukan komersial yang dapat dibawa ke depan (could
be brought forward). Tesco terlalu "ambisius" dalam meramalkan potongan
harga pada paruh pertama tahun keuangan 2014/2015 dan tahun-tahun
sebelumnya, dan Tesco mungkin telah memanipulasi angka-angka untuk
meningkatkan pendapatan dan memenuhi target. Karena ukuran perjanjian
ini, menggunakan elemen pendapatan, meningkatkan pendapatan secara
substansial dan membuat pencapaian target menjadi lebih mudah.
Dalam periode di mana penjualan meningkat dan peningkatan jumlah
pendapatan sedang direalisasikan, menggerakkan laba ke depan dapat
dengan mudah disamarkan, diselubungi oleh peningkatan pendapatan pada
paruh kedua tahun tersebut. Masalah apa pun dalam enam bulan pertama
"diperdagangkan". Ini berarti laba yang terlalu besar dapat disembunyikan
dalam peningkatan laba yang umumnya terjadi pada paruh kedua tahun
keuangan. Namun, ketika penjualan menurun - seperti yang terjadi pada
sejumlah kuartal di Tesco - memajukan laba menimbulkan masalah. Oleh
karena itu, ketika bisnis berada di bawah tekanan, manipulasi terdeteksi.
(Business Insider, 2 Oktober 2014)

11
3.3 Identifikasi Ancaman
Dari kasus Skandal Tesco dan Pricewaterhouse Cooper ini, saya dapat
menarik benang merahnya yaitu terdapat penyebab utama yang menjadi
akar permasalahan dari kasus ini.
1. Adanya ancaman kedekatan (familiarity threats)
Pricewaterhouse Cooper telah mengaudit Tesco semenjak tahun 1983.
Hal ini mengindikasikan bahwa ancaman kedekatan sangatlah tinggi
akibat dari hubungan kerja yang telah lebih dari 30 tahun. Hal ini sangat
berbahaya baik bagi Pricewaterhouse Cooper maupun bagi Tesco.
Meskipun telah adanya Competition and Market Authority yang
menyatakan “Competitive Tender Process”, namun proses tender ini
juga dalam pelaksanaannya masih dapat melibatkan auditor lamanya.
Sehingga, seperti pada contoh kasus ini, Tesco dan Pricewaterhouse
Cooper bisa menjalin hubungan kerja selama 32 tahun. Ancaman yang
berkaitan dengan hubungan dekat yang terlalu lama dengan Tesco dapat
membuat akuntan profesional Pricewaterhouse Cooper menjadi terlalu
bersimpati dengan kepentingan Tesco. Saya menduga bahwa adanya
manipulasi di dalam laporan keuangan Tesco yang tidak terdeteksi
disebabkan hubungan kerjasama yang terlalu lama sehingga Auditor
maupun Pihak Pricewaterhouse Cooper tidak lagi memiliki tingkat
professional skepticism yang tinggi. Kesalahan dalam model atau
metode pengauditan juga dapat menjadi sebuah kausal atas tidak
terdeteksinya manipulasi tersebut.

3.4 Analisa Penerapan Safeguards Yang Seharusnya Dilakukan


Dalam menghindari terjadinya kasus-kasus skandal atau manipulasi yang
melibatkan ancaman, dalam kasus ini yaitu ancaman kedekatan, seharusnya
pengaman atau safeguards diterapkan untuk mencegah hal itu terjadi.
Beberapa pengaman/safeguards yang dapat diterapkan untuk mengurangi
atau menghilangkan ancaman yaitu:
1. Mengikuti Sarbanes-Oxley Act di United States of America yang
mewajibkan adanya rotasi partner setiap 5 tahun sekali.

12
2. Mentraining dan menguji terus menerus kemampuan auditor dslam hal
pengetahuan, tata kelola perusahaan, jenis dan sifat industri serta
professional skepticism auditor meskipun telah menjadi auditor
perusahaan yang sama dalam waktu yang cukup lama
3. Menerapkan langkah, standar serta mekanisme pengauditan yang lebih
untuk klien yang memiliki ancaman kedekatan (dalam hal ini Tesco Plc)
4. Menerapkan pemantauan dan prosedur disiplin profesi bagi auditor
yang mengaudit perusahaan dengan ancaman-ancaman yang ada seperti
self-review, familiarity, self-interest, advocacy dan intimidation
5. Menciptakan sistem keluhan yang efektif yang memungkinkan anggota
profesi, rekan, karyawan, anggota masyarakat menarik perhatian yang
berwenang, asosiasi profesi, KAP atau entitas, jika ada perilaku tidak
etis.

13
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Tesco di tahun 2014 ditemukan melakukan overstatement sebesar £263 juta
dalam laporan keuangannya. Dalam kasus ini, Skandal Tesco Plc dan
Pricewaterhouse Cooper utamanya terjadi karena adanya ancaman
kedekatan diantara kedua entitas ini. Tesco telah diaudit Pricewaterhouse
Cooper selama kurang lebih 32 tahun dan hal inilah yang menjadi titik risiko
yang tinggi. Ancaman kedekatan yang terjadi dapat menyebabkan
berkurangnya tingkat professional skepticism auditor serta membuat hasil
pengauditan yang kurang dari pada yang seharusnya dilakukan. Untuk
mengatasi ancaman kedekatan ini, safeguards yang dapat diterapkan adalah
dengan terus menerus menguji serta meningkatkan kompetensi auditor baik
dalam hal pengauditan maupun tingkat professional skepticism, serta
mengikuti Sarbanes-Oxley Act yang mewajibkan untuk menerapkan rotasi
partner setiap 5 tahun sekali.
4.2 Saran
Saran saya terhadap perusahaan klien serta auditor untuk terus dapat
menciptakan kondisi yang terbebas dari ancaman baik itu self-review,
familiarity, self-interest, advocacy dan intimidation karena hal ini yang
dapat sangat membahayakan kedua entitas tersebut. Jika salah satu atau
kedua dari entitas tersebut menyadari adanya ancaman, kedua entitas
tersebut harus berusaha mengurangi tingkat ancaman ke tingkat yang dapat
diterima, serta menjadi lebih waspada dalam melakukan tindakan.
Penerapan safeguards juga dapat menjadi salah satu solusi dalam
menangani ancaman yang ada.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kukreja, Gagan. Gupta, Sanjay. Tesco Accounting Misstatements: Myopic


Ideologies Overshadowing Larger Organisational Interests [Berkas PDF].
Tersedia di
http://www.informaticsjournals.com/index.php/sdmimd/article/view/8410
Felsted, Andrea. Oakley, David. Agrew, Harriet. (23 September 2014). Tesco in
Turmoil after Profits Overstatement.
https://www.ft.com/content/5823a7cc-4279-11e4-9818-00144feabdc0
(terakhir diakses tanggal 23 Oktober 2018)
Stevenson, Jamie. Action Can Speak Louder than Audits [Berkas PDF]. Tersedia di
https://www.libf.ac.uk/docs/default-source/financial-world/29-32-
stevenson-and-tomlinson.pdf?sfvrsn=0
Bird, Mike. (23 Oktober 2014). The World’s 2nd-Biggest Retailer Is Getting
Hammered As Profits Collapse 90%.
https://www.businessinsider.com/tesco-results-profit-collapse-2014-
10/?IR=T (terakhir diakses tanggal 23 Oktober 2014)
Anon. Company profile for Tesco. https://www.theguardian.com/sustainable-
business/profile-tesco (terakhir diakses tanggal 23 Oktober 2014)

15

Anda mungkin juga menyukai