Anda di halaman 1dari 15

EKSPERIMEN FRANCK-HERTZ

Vanisa Putri Tananda1) , Ulfa Rizki Devianti2) , Abdul Aziz 3) , 𝐷𝑤𝑖 𝐻𝑎𝑟𝑦𝑜𝑡𝑜 4)
1) Ketua Kelompok
2) Anggota Kelompok
3) Asisten Dosen
4) Dosen Pembimbing

Abstrak : Pada percobaan kali ini telah dilakukan percobaan franck-


hertz diman dalam eksperimen ini menggunakan teori tumbukan
atom dengan partikel lain yaitu dengan menimbulkan lucutan listrik
dalam gas yang bertekanan rendah, sehingga timbul medan listrik
yang mempercepat electron dan ion atomic sampai energi kinetiknya
cukup untuk mengekstasikan atom ketika terjadi tumbukan. Tujuan
dilakukan praktikum franck-hertz ini adalah untuk mempelajari
tingkat energi diskrit dalam atom, dan menunjukkan tingkat energi
eksitasi pada atom. Dari percobaan ini maka apabila dimasukkan
kedalam persamaan 𝐸𝑒𝑘𝑠 = 𝑒𝑉𝑒 maka dapat untuk menentukan
energi yang tereksistansi dan juga dengan menggunakan persamaan
ℎ𝑐
𝜆 = 𝑒𝑉 dapat untuk menentukan besar panjang dari gelombang
𝑒
tersebut.
Kata kunci : atom, energi distrik, energi eksitasi, energi atomic

A. PENDAHULUAN

1. Motivasi
Franck dan Hertz melakukan eksperimen untuk menyelidiki tingkat energi
diskrit dalam atom. Eksperimen ini didasarkan pada mekanisme utama yang dapat
mengeksitasikan sebuah atom ke tingkat energi di atas tingkat dasar, sehingga
dapat menyebabkan atom memancarkan radiasi. Mekanisme yang dipilih dalam
eksperimen Franck dan Hertz adalah teori tumbukan atom dengan partikel lain,
yaitu dapat menimbulkan lucutan listrik dalam gas bertekanan rendah, sehingga
timbul medan listrik yang mempercepat elektron dan ion atomik sampai energi
kinetiknya cukup untuk mengeksitasikan atom ketika terjadi tumbukan. Tujuan
dilakukan praktikum franck-hertz ini adalah untuk mempelajari tingkat energi
diskrit dalam atom, dan menunjukkan tingkat energi eksitasi pada atom.

2. Ringkasan Percobaan
Sebelum memulai percobaan terlebih dahulu menyiapkan alat yang akan
digunakan. Setelah itu mengecek alat hingga benar. Selanjutnya menyalakan alat
percobaan, kemudian mengkalibrasi skala sampai didapat hasil data yang
dimaksudkan. Kemudian mencatat hasil data dalam tabel pengamatan.
3. Implementasi Dalam Teknologi
Konsep atom Bohr mengatakan bahwa atom memiliki energi diskrit. Konsep atom
Bohr diverifikasikan dengan cara eksperimen Franck-Hertz yang dilakukan pada
tahun 1914 dengan menembakkan atom yang terisolasi dengan elektron dan
menunjukkan adanya energi diskrit elektron yang hilang bergantung pada
karakteristik setiap elemen. Kemudian hasil dari eksperimen tersebut
menunjukkan bahwa penembakan elektron pada energi yang tepat akan
menyebabkan emisi optic pada spectrum frekuensi yang sesuai dengan energi.

B. LATAR BELAKANG TEORITIS


Pada tahun 1914, Franck dan Hertz melakukan eksperimen untuk menyelidiki
tingkat energi diskrit dalam atom. Eksperimen ini didasarkan pada mekanisme utama
yang dapat mengeksitasikan sebuah atom ke tingkat energi di atas tingkat dasar,
sehingga dapat menyebabkan atom memancarkan radiasi. Mekanisme yang dipilih
dalam eksperimen Franck dan Hertz adalah teori tumbukan atom dengan partikel lain,
yaitu dapat menimbulkan lucutan listrik dalam gas bertekanan rendah, sehingga
timbul medan listrik yang mempercepat elektron dan ion atomik sampai energi
kinetiknya cukup untuk mengeksitasikan atom ketika terjadi tumbukan.
Pada waktu terjadinya tumbukan dengan partikel lain, sebagian energi kinetik
partikel diserap oleh atom. Atom yang tereksitasi dengan cara ini akan kembali ke
tingkat dasar dalam waktu rata-rata 10-8 sekon dengan memancarkan satu atau lebih
foton. Hasil eksperimen ini menunjukkan secara langsung bahwa tingkat energi
atomik memang ada dan tingkat-tingkat ini sama dengan tingkat-tingkat yang terdapat
pada spektrum garis. Franck dan Hertz menembaki uap berbagai unsur dengan
elektron yang energinya diketahui dengan memakai alat seperti yang terlihat dalam
Gambar 1. Perbedaan potensial kecil V0 dipasang di antara kisi dan keping
pengumpul, sehingga setiap elektron yang mempunyai energi lebih besar dari harga
minimum tertentu memberi kontribusi (sumbangan) pada arus i yang melalui
amperemeter.

Gambar 1. Alat untuk Eksperimen Franck-Hertz

Gambar 2. Hasil Eksperimen Franck-Hertz yang Menunjukkan Potensial Kritis dalam


Uap Air Raksa
C. DESAIN DAN PROSEDURE PORCOBAAN
1. Deskripsi Alat
Peralatan yang digunakan dalam eksperimen ini yaitu set alat Eksperimen
Franck-Hertz, yang terdiri dari beberapa macam tombol dan skala.

2. Deskripsi Percobaan
Sebelum melakukan percobaan terlebih dahulu menyiapkan peralatan yang
akan digunakan (lihat gambar 3 diatas). Mengatur switch power (1) pada posisi
off, switch (9) pada posisi manu, switch (10) pada posisi internal, dan switch (11)
pada posisi meter, kemudian memutar semua tombol pada posisi minimum, yaitu
dengan cara memutar berlawanan arah dengan perputaran jarum jam.
Menghubungkan input dengan sumber tegangan 220 V, kemudian mengatur jarum
ampermeter pada posisi nol dengan menggunakan tombol zero (7), lalu mengatur
tombol gain pada posisi garis penunjuk mengarah ke atas. Memutar tombol G2-K
(5) searah jarum jam sampai voltmeter menunjuk kira-kira 30 Volt. Memutar
tombol pemanas (2) sampai garis penunjuk mengarah ke atas dan tunggu kira-kira
1-2 menit. Memutar tombol G1-K (3) sampai ampermeter menunjukkan adanya
arus dan putar tombol G2-P (4) sampai menunjukkan adanya pengaruh pada jarum
ampermeter, kemudian mengatur G1-K (3) dan G2-P (4) sedemikan sehingga bila
G2-K (5) diputar kearah maksimum ampermeter tidak melebihi batas maksimum.
Mengatur tombol zero (7) agar menunjuki nol pada saat G2-K minimum (nol),
setelah itu dari harga nol perbesar V dengan memutar G2-K (5) sedikit demi
sedikit yang akan diikuti oleh bertambah besarnya arus yang ditunjukkan oleh
jarum ampermeter, lalu pada posisi harga V tertentu harga i akan turun drastic
kemudian bertambah besar lagi, selanjutnya mencari keadaan penurunan i ini
sebanyak 3-4 kali untuk satu proses perubahan V dari harga nol sampai
maksimum.
Apabila keadaan diatas sudah didapat, meminimumkan tombol G2-K (5),
kemudian mengubah switch (9) pada posisi auto, selanjutnya memaksimumkan
tombol G2-K (5), akan terlihat secara otomatis jarum voltmeter bertambah tetapi
jarum ampermeter naik-turun-naik-turun dan seterusnya. Meminimumkan tombol
G2-K (5) dan ubah switch (9) pada posisi manu kembali. Melakukan secara
manual pengukuran V dan i dengan memutar tombol G2-K (5) sedikit demi
sedikit. Melakukan pelaksanaan 5-9 pada kondisi yang lain dengan mengataur
tombol G1-K (3) dan G2-P (4) yang berbeda. Mencatat data yang didapat dalam
table pengamatan.

Perhatian!
 Setiap mengubah switch (9) dari posisi manu ke auto atau sebaliknya,
tombol G2-K (5) harus pada posisi minimum.
 Setiap saat hendaknya diatur posisi nol pada ampermeter.

D. ANALISIS

1. Metode Analisis
Analisis yang digunakan dalam menghitung data yang dihasilkan yaitu dengan
menggunakan ralat rambat.

2. Sajian Hasil
NO VOLT PERCOBAAN 1 PERCOBAAN 2 PERCOBAAN 3
I (μA) Imin/Imax I (μA) Imin/Imax I (μA) Imin/Imax
1 2 2 2 4
2 4 4 4 6
3 6 6 6 8
4 8 8 8 10
5 10 12 20 14
6 12 20 28 30
7 14 24 34 36
8 16 30 40 44
9 18 32 Max1 44 Max1 48 Max1
10 20 24 42 46
11 22 20 26 28
12 24 16 20 20
13 26 16 Min1 18 Min1 18 Min1
14 28 32 38 34
15 30 42 50 50
16 32 52 62 68
17 34 58 76 Max2 80
18 36 58 Max2 70 86 Max2
19 38 44 60 70
20 40 28 34 46
21 42 20 Min2 22 Min2 22
22 44 26 24 26 Min2
23 46 40 42 40
24 48 50 54 60
25 50 62 68 74
26 52 74 Max3 86 92
27 54 72 90 Max3 92 Max3
28 56 66 76 82
29 58 54 68 70
30 60 42 52 60
31 62 40 Min3 48 Min3 58
32 64 42 60 56 Min3
33 66 50 56 60
34 68 58 64 70
35 70 66 78 80
36 72 72 86 80 Max4
37 74 76 90 Max4 78
38 76 76 Max4 84 76 Min4
39 78 74 82 80 Max5
40 80 74 Min4 80 66
41 82 78 78 58
42 84 80 Max5 70 56
43 86 74 62 52
44 88 74 Min5 60 48
45 90 80 Max6 56 44
46 92 78 50 40
47 94 72 48 36
48 96 70 44 30
49 98 68 36 22
50 100 62 Min6 30 Min4 18 Min5

Nst voltmeter = 2 V
Nst amperemeter = 2 μA

3. Pembahasan Hasil
𝟏
Pada titik minimum pertama(∆𝑽 = 𝟐 𝒏𝒔𝒕 = 𝟏 𝑽𝒐𝒍𝒕)
26 + 26 + 28
𝑉1 = = 27 𝑉𝑜𝑙𝑡
3
𝐸1 = 1,6 . 10−19 𝑐 × 27 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 4.27 × 10−18 𝐽

6,626 . 10−34 𝐽𝑠 × 3 . 108 𝑚𝑠 −2


𝜆1 = = 4.66 . 10−8 𝑚
1,6 . 10−19 𝑐 × 27 𝑉𝑜𝑙𝑡

2 2
𝛿𝜆 2 −ℎ𝑐 2
𝑆𝜆1 = √| √
. . ∆𝑉| = | 2 . . ∆𝑉|
𝛿𝑉 3 𝑒𝑉 3

2
−(6,626 . 10−34 )(3 . 108 ) 2
= √| . . 1| = 1.16 . 10−9 𝑚
(1,6 . 10−19 )(27)2 3

𝑆𝜆1 1.16 . 10−9 𝑚


Ralat relatif 𝜆1 = 𝑥 100% = 𝑥 100%
𝜆1 4.66 . 10−8 𝑚
= 2.50 %

Jadi 𝜆1 = (4.66 ± 0.16) . 10−8 m dengan ralat relative 2.50 %


𝟏
Pada titik minimum kedua(∆𝑽 = 𝟐 𝒏𝒔𝒕 = 𝟏 𝑽𝒐𝒍𝒕)
40 + 42 + 46
𝑉1 = = 43 𝑉𝑜𝑙𝑡
3
𝐸1 = 1,6 . 10−19 𝑐 × 43 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 6.83 × 10−18 𝐽

6,626 . 10−34 𝐽𝑠 × 3 . 108 𝑚𝑠 −2


𝜆1 = = 2.91 . 10−8 𝑚
1,6 . 10−19 𝑐 × 43 𝑉𝑜𝑙𝑡

2 2
𝛿𝜆 2 −ℎ𝑐 2
𝑆𝜆1 = √| √
. . ∆𝑉| = | 2 . . ∆𝑉|
𝛿𝑉 3 𝑒𝑉 3

2
−(6,626 . 10−34 )(3 . 108 ) 2
= √| . . 1| = 4.55 . 10−10 𝑚
(1,6 . 10−19 )(43)2 3

𝑆𝜆1 4.55 . 10−10 𝑚


Ralat relatif 𝜆1 = 𝑥 100% = 𝑥 100%
𝜆1 2.91 . 10−8 𝑚
= 1.5625 %

Jadi 𝜆1 = (2.91 ± 0455) . 10−8 m dengan ralat relative 1.56 %


𝟏
Pada titik minimum ketiga (∆𝑽 = 𝟐 𝒏𝒔𝒕 = 𝟏 𝑽𝒐𝒍𝒕)
60 + 62 + 64
𝑉1 = = 62 𝑉𝑜𝑙𝑡
3
𝐸1 = 1,6 . 10−19 𝑐 × 62 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 9.92 × 10−18 𝐽

6,626 . 10−34 𝐽𝑠 × 3 . 108 𝑚𝑠 −2


𝜆1 = = 2.00 . 10−8 𝑚
1,6 . 10−19 𝑐 × 62 𝑉𝑜𝑙𝑡

2 2
𝛿𝜆 2 −ℎ𝑐 2
𝑆𝜆1 = √| √
. . ∆𝑉| = | 2 . . ∆𝑉|
𝛿𝑉 3 𝑒𝑉 3

2
−(6,626 . 10−34 )(3 . 108 ) 2
= √| . . 1| = 2.15 . 10−10 𝑚
(1,6 . 10−19 )(62)2 3

𝑆𝜆1 2.15 . 10−10 𝑚


Ralat relatif 𝜆1 = 𝑥 100% = 𝑥 100%
𝜆1 2.00 . 10−8 𝑚
= 1.07527 %

Jadi 𝜆1 = (2.00 ± 215) . 10−8 m dengan ralat relative 1.08%


𝟏
Pada titik minimum keempat (∆𝑽 = 𝟐 𝒏𝒔𝒕 = 𝟏 𝑽𝒐𝒍𝒕)
78 + 100 + 76
𝑉1 = = 85 𝑉𝑜𝑙𝑡
3
𝐸1 = 1,6 . 10−19 𝑐 × 85 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 1.35 × 10−17 𝐽
6,626 . 10−34 𝐽𝑠 × 3 . 108 𝑚𝑠 −2
𝜆1 = = 1.47 . 10−8 𝑚
1,6 . 10−19 𝑐 × 85𝑉𝑜𝑙𝑡

2 2
𝛿𝜆 2 −ℎ𝑐 2
𝑆𝜆1 = √| . . ∆𝑉| = √| 2 . . ∆𝑉|
𝛿𝑉 3 𝑒𝑉 3

2
−(6,626 . 10−34 )(3 . 108 ) 2
= √| . . 1| = 1.16 . 10−10 𝑚
(1,6 . 10−19 )(85)2 3

𝑆𝜆1 1.16 . 10−10 𝑚


Ralat relatif 𝜆1 = 𝑥 100% = 𝑥 100%
𝜆1 1.47 . 10−8 𝑚
= 0.7874%

Jadi 𝜆1 = (1.47 ± 116) . 10−8 m dengan ralat relative 0.79%


𝟏
Pada titik minimum kelima (∆𝑽 = 𝟐 𝒏𝒔𝒕 = 𝟏 𝑽𝒐𝒍𝒕)
100 + 84
𝑉1 = = 92 𝑉𝑜𝑙𝑡
2
𝐸1 = 1,6 . 10−19 𝑐 × 92 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 1.47 × 10−17 𝐽

6,626 . 10−34 𝐽𝑠 × 3 . 108 𝑚𝑠 −2


𝜆1 = = 1.35 . 10−8 𝑚
1,6 . 10−19 𝑐 × 92𝑉𝑜𝑙𝑡

2 2
𝛿𝜆 2 −ℎ𝑐 2
𝑆𝜆1 = √| √
. . ∆𝑉| = | 2 . . ∆𝑉|
𝛿𝑉 3 𝑒𝑉 3

2
−(6,626 . 10−34 )(3 . 108 ) 2
= √| −19 2
. . 1| = 9.79 . 10−11 𝑚
(1,6 . 10 )(92) 3

𝑆𝜆1 9.79 . 10−11 𝑚


Ralat relatif 𝜆1 = 𝑥 100% = 𝑥 100%
𝜆1 1.35 . 10−8 𝑚
= 0.72464%

Jadi 𝜆1 = (0.15 ± 9.79) . 10−9 m dengan ralat relative 0.72


𝟏
Pada titik minimum keenam (∆𝑽 = 𝟐 𝒏𝒔𝒕 = 𝟏 𝑽𝒐𝒍𝒕)
100
𝑉1 = = 100 𝑉𝑜𝑙𝑡
1
𝐸1 = 1,6 . 10−19 𝑐 × 100 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 1.60 × 10−17 𝐽

6,626 . 10−34 𝐽𝑠 × 3 . 108 𝑚𝑠 −2


𝜆1 = = 1.24 . 10−8 𝑚
1,6 . 10−19 𝑐 × 100𝑉𝑜𝑙𝑡
2 2
𝛿𝜆 2 −ℎ𝑐 2
𝑆𝜆1 = √| √
. . ∆𝑉| = | 2 . . ∆𝑉|
𝛿𝑉 3 𝑒𝑉 3

2
−(6,626 . 10−34 )(3 . 108 ) 2
= √| . . 1| = 8.28 . 10−11 𝑚
(1,6 . 10−19 )(100)2 3

𝑆𝜆1 8.28 . 10−11 𝑚


Ralat relatif 𝜆1 = 𝑥 100% = 𝑥 100%
𝜆1 1.24 . 10−8 𝑚
= 0.66667%

Jadi 𝜆1 = (0.12 ± 828) . 10−9 m dengan ralat relative 0.67%

Percobaan 1

Hubungan Antara V dan I


100
80
60
I (A)

40
I
20
0
0 20 40 60 80 100 120
V (Volt)

Percobaan 2

Hubungan Antara V dan I


100
80
60
I (A)

40
I
20
0
0 20 40 60 80 100 120
V (Volt)
Percobaan 3

Hubungan Antara V dan I


100
80
60
I (A)

40
Series1
20
0
0 20 40 60 80 100 120
V (Volt)

Percobaan Franck Hertz bertujuan untuk mengetahui dan


menentukan energi eksitasi dan panjang gelombang dari atom (gelombang).
Semua elektron kemudian dipercepat menuju kisi oleh beda potensial yang
telah diatur. Ketika tegangan dinaikkan dari nol semakin banyak elektron yang
mencapai plat anoda. Dalam perjalanannya elektron menumbuk atom yang
terdapat dalam tabung. Namun tidak ada energi yang dilepaskan pada
tumbukan ini. Jadi tumbukan yang terjadi bersifat lenting sempurna. Adanya
tumbukan lenting sempurna ini diikuti dengan naiknya arus elektriknya. Saat
elektron memiliki energi yang cukup untuk mengeksitasi atom yang ditumbuk
maka elektron dapat melepaskan energinya dalam suatu tumbukan tidak
lenting sama sekali dengan atom. Peristiwa ini ditandai dengan adanya
penurunan arus elektrik yang drastis. Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan, didapat data sebagai berikut :

Tegangan Panjang
E Eksitasi
Eksitasi Gelombang
Percobaan ke-
Volt (E=eV) joule meter
1 26 4.16E-18 4.78E-08
40 6.40E-18 3.11E-08
60 9.60E-18 2.07E-08
78 1.25E-17 1.59E-08
84 1.34E-17 1.48E-08
100 1.60E-17 1.24E-08
2 26 4.16E-18 4.78E-08
42 6.72E-18 2.96E-08
62 9.92E-18 2.00E-08
100 1.60E-17 1.24E-08
3 28 4.48E-18 4.44E-08
46 7.36E-18 2.70E-08
64 1.02E-17 1.94E-08
76 1.22E-17 1.63E-08
100 1.60E-17 1.24E-08

4. Saran Perbaikan
Dalam percobaan yang telah dilakukan masih banyak terjadi kesalahan terbukti
dari adanya ralat yang cukup besar hal ini dikarenakan kurangnya ketelitian dalam
percobaan dalam pembacaan skala lalu dalam pengambilan data. Oleh karena itu
sebaiknya sebelum percobaan harus memahami materi, jangan tergesah gesah dan
lebih teliti dalam pengambilan data.

E. KESIMPULAN
Eksperimen Franck-Hertz menggunakan tabung berisi uap gas yang didalamnya
terdapat anoda, katoda, dan elektroda kolektor. Bila katoda dipanaskan, elektron akan
terlepas dari permukaannya. Elektron yang keluar dari katoda dipercepat oleh medan
listrik antara anoda dan katoda. Terdapat tingkat-tingkat energi eksitasi pada gas
atom. Cara menunjukkan tingkat-tingkat energi tersebut adalah dengan membuat
grafik hubungan antara tegangan anoda dan kuat arus yang mengalir pada kolektor di
dalam tabung Franck-Hertz. Pada grafik tersebut beberapa puncak yang menunjukkan
tingkat-tingkat energi eksitasi

F. DAFTAR RUJUKAN
Tim Praktikum Fisika Modern.2019.Modul Praktikum Fisik Modern. Malang :
Jurusan Fisika FMIPA UM.
Istiqomah, Sarasati, dkk. 2010. Pengukuran Energi Eksitasi dan Panjang
Gelombang Foton Menggunakan Percobaan Franck Hertz. Surabaya: Universitas
Airlangga
Purwanto, Agus. 2002. Distribusi Energi Atom Berdasarkan Temperatur pada
Percobaan Franck Hertz. Yogyakarta: Pendidikan Fisika UNY.
G. LAMPIRAN
1. Grafik hubungan V dan I
Percobaan 1

Hubungan Antara V dan I


100
80
60
I (A)

40
I
20
0
0 20 40 60 80 100 120
V (Volt)
Percobaan 2

Hubungan Antara V dan I


100
80
60
I (A)

40
I
20
0
0 20 40 60 80 100 120
V (Volt)

Percobaan 3

Hubungan Antara V dan I


100
80
60
I (A)

40
Series1
20
0
0 20 40 60 80 100 120
V (Volt)

2. Tentukan besarnya tegangan terjadinya eksitasi, energy eksitasi dan panjang


gelombang yang dihasilkan

Tegangan Panjang
E Eksitasi
Eksitasi Gelombang
Percobaan ke-
Volt (E=eV) joule meter
1 26 4.16E-18 4.78E-08
40 6.40E-18 3.11E-08
60 9.60E-18 2.07E-08
78 1.25E-17 1.59E-08
84 1.34E-17 1.48E-08
100 1.60E-17 1.24E-08
2 26 4.16E-18 4.78E-08
42 6.72E-18 2.96E-08
62 9.92E-18 2.00E-08
100 1.60E-17 1.24E-08
3 28 4.48E-18 4.44E-08
46 7.36E-18 2.70E-08
64 1.02E-17 1.94E-08
76 1.22E-17 1.63E-08
100 1.60E-17 1.24E-08

3. Jelaskan secara fisis sehingga dapat terjadi grafik hubungan i-V seperti yang
ditunjukkan pada percobaan Franck-Hertz diatas.
Terjadinya grafik hubungan i-V yaitu karena adanya penuruan drastic pada arus,
ketika atom berada dalam keadaan tereksitasi. Atom-atom yang dipanasi dengan
filamen bergerak dari katoda ke anoda. Dalam perjalannya atom-atom tersebut
melewait kisi pada suatu tabung hampa. Dalam perjalannya electron-elektron akan
bertumbukan dengan atom-atom, namun tumbukan yang terjadi adalah tumbukan
tidak lenting sama sekali, dapat dikatakan bahwa electron tersebut memberikan
sebagian bahkan semua energinya pada atom. Pada suatu keadaan tertentu, energy
yang telah diberikan electron akan sama dengan energy yang dibutuhkan electron
untuk menaikkan atom ke tingkat eksitasi terendahnya, sehingga atom kembali
bereksitasi ke tingkat energy selanjutnya. Dan efeknya yaitu terjadinya penurunan
arus yang drastic. Karena electron yang telah bertumbukan bergerak dengan
energy rendah ke anoda.

4. Sebutkan model-model atom yang saudara ketahui dan sebutkan pula kelemahan-
kelemahannya.
a. Model Atom Dalton (1766-1844)
Konsep yang dikemukakan:
 Atom adalah partikel terkecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi.
 Atom adalah suatu unsur, sehingga tidak dapat menjadi atom unsur lain.
 Dua atom atau lebih dapat membentuk suatu unsur.
 Atom suatu unsur semuanya serupa.
 Dalam suatu reaksi kimia atom-atom terpisah kemudian dapat bergabung lagi
dengan membentuk susunan yang berbeda dari semula serta mempunyai
perbandingan tertentu mengikuti kekekalan massa.

Kelemahan:
Dalam perkembangan atom, ternyata atom terdiri dalam suatu struktur tertentu
yang tidak dapat dijelaskan oleh Dalton yakni tentang kelistrikan.

b. Model Atom Thomson (1859-1940)


Pada tahun 1819 Thomson mengusulkan bahwa atom merupakan bola bermuatan
positif bersama yang mengandung elektron. Thomson orang pertama yang
mengusulkan “Struktur atom” dengan keberhasilannya mencirikan elektron dan
menentukan e/m elektron. Struktur yang dikemukakan Thomson adalah
berbentuk bola dengan diameter + 1Aº yang bermuatan listrik positif. Dan pada
tempat-tempat tertentu di dalam bola itu terdapat elektron yang sama banyaknya,
(seperti kismis dalam roti. Jumlah muatan positif sama dengan muatan negatif.
Muatan positif yang
menyebar merata
Elektron

Kelemahan:
 Tidak mampu menerangkan penyerapan elektron pada frekuensi yang sama.
 Hamburan partikel alfa yang ditembakkan pada atom dengan sudut hambur
yang besar bahkan mampu membalikkan partikel tersebut yang menunjukkan
bahwa muatan positif tidak tersebar merata melainkan berkonsentrasi pada
sebuah inti yang kecil pada pusat atom.

c. Model Atom Rutherford


Pada tahun 1911 E. Rutherford dengan dua pembantunya Hans Geiger dan E.
Marsden melakukan serangkaian percobaan penghamburan sinar alfa pada
lempeng tipis emas, seperti gambar berikut.

Sinar α yang bermuatan positif dihasilkan radioaktif radium diarahkan ke lempeng


tipis emas. Pada layar seng sulfida terlihat bahwa sebagian besar sinar α iti
diteruskan, dan sebagian kecil sinar α itu dipantulkan dengan sudut yang besar dan
sebagian lagi dibelokkan.

Dari percobaan tersebut Rutherford menerangkan, bahwa:


1. Sinar α yang diteruskan oleh lempeng tipis emas menyatakan bahwa dalam
atom-atom emas sebagian besar merupakan ruangan kosong.
2. Sinar α yang dipantulkan menyatakan dalam atom-atom emas terdapat partikel
yang bermuatan positif.
3. Sinar α dibelokkan, bila sinar itu mendekati partikel bermuatan positif.

Maka Rutherford menyimpulkan hasil percobaannya yaihi sebagai berikut:


1. Atom terdiri dari inti atom dan elektron. Massa dan muatan positifnya terpusat
pada inti atom, sedangkan elektron beredar mengelilingi inti pada kulitnya.
2. Jumlah muatan positif sama dengan jumlah elektron.Model atom Rutherford
digambarkan sebagai berikut:

Sebuah atom ukurannya sekitar 10-8 cm dan inti atom sekitar 10-13 cm, jika kita
bandingkan ukuran atom dengan intinya = 105 : 1. Dapat kita bayangkan jika inti
atom 1 cm, maka atomnya adalah 1 km. Sehingga dapat diperoleh gambaran
bahwa sebagian besar dalam atom adalah ruangan kosong. Pada suatu reaksi kimia
yang berpengaruh hanya elektron-elektron bagian luar saja. Atom yang
kekurangan atau kelebihan elektron disebut dengan ion.

Kelemahan:
 Rumus hamburan Rutherford masih merupakan hampiran karena gaya yang
mempengaruhi hamburan tersebut bukan hanya dari sati inti sehingga
perhitungan jari-jari inti masih merupakan hampiran.

 Belum dapat menjelaskan kemantapan atom, jika elektron mengorbit berputar


mengelilingi inti, maka elektron harus terus menerus meradiasikan energinya.
Dikarenakan energi pada atom berkurang yang diikuti oleh jari-jari maka
akhirnya jatuh pada inti.
d. Model Atom Bohr
Struktur atom yang diperkenalkan oleh Bohr adalah penyempurnaan model atom
Rutherford dengan menggemukakan dua postulat:
1. Elektron mengelilingi inti melalui lintasan yang tetap (stationer) dan tidak
nh
mengurangi yang dimiliki oleh elektron dengan momentum sudut Mvr  .
2

2. Elektron akan mengalami perubahan energi jika terjadi perpindahan elektron


pada lintasan lain dengan menyerap energi hν jika pindah ke lintasan yang
lebih luas dan memancarkan energi hν jika pindah ke lintasan yang lebih
rendah.

Kelemahan:
 Hanya sesuai untuk atom-atom berelektron tunggal atau disebut atom
Hidrogenitik yaitu He+, Li2+, Be2+ dan lainnya. Namun tidak untuk atom
berelektron 2 atau lebih.
 Tidak dapat menjelaskan spektrum atomik yang terdiri dari banyak garis
spektrum.
 Tidak dapat menghitung intensitas garis spektrum.
Melanggar azas ketidakpastian 2x.p   berlaku semua arah dalam ruang untuk
sebuah elektron yang bergerak dalam sebuah orbit lingkaran jika jari-jari tetap
maka r  0 sehingga 2r.p   tidak terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai