Referat Katarak Traumatika
Referat Katarak Traumatika
KATARAK TRAUMATIKA
Oleh:
Alderiantama Akhmad, S.Ked 04084821921136
Pembimbing:
dr. Alie Solahuddin, SpM(K)
Telaah Ilmiah
Topik
KATARAK TRAUMATIKA
Disusun oleh:
Telaah ilmiah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 20 Januari
2020 s.d 24 Februari 2020
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-
Nya serta salam dan shalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
sahabat dan keluarganya, sehingga penulis dapat menyelesaikan telaah ilmiah ini
dengan judul “Katarak Traumatika” sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Terima kasih kepada dr. Alie Solahuddin, Sp.M(K) yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan laporan kasus ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran untuk menyempurnakan telaah ilmiah yang serupa dimasa yang akan
datang. Penulis berharap sekiranya laporan kasus ini dapat bermanfaat untuk kita
semua. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
I. Embriologi Lensa....................................................................................................... 2
V. Etiologi ................................................................................................................... 8
X. Diagnosis ……………………………………………………………………... 16
PENDAHULUAN
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa ataupun akibat
keduanya. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat
disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan proses
degenatif.1,2,3
Katarak traumatik merupakan kekeruhan pada lensa yang muncul akibat
trauma pada mata. Katarak traumatik dapat terjadi akibat trauma tumpul,
perforasi, atau penetrasi (tembus). Katarak traumatik dapat menjadi salah satu
penyebab hilangnya penglihatan akut atau kronis. Pada anak-anak, gangguan
visual karena katarak traumatik dapat menyebkan ambliopia deprivasional
ireversibel.2,3
TINJAUAN PUSTAKA
I. Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir
transparan sempurna, lensa juga tidak memiliki inervasi persarafan. Tebalnya
sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris, lensa digantung oleh
zonula zinni, yang terdiri dari serabut yang lembut tetapi kuat, yang
menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat
humor aquaeus; di sebelah posteriornya, vitreus. Lensa disusun oleh kapsul, epitel
lensa, korteks, dan nucleus. 4, 5
1. Kapsul
Kapsul lensa adalah membrane yang transparan dan elastik yang terdiri dari
kolagen tipe IV. Lapisan paling luar dari kapsul lensa, zonullar lamella, juga
berperan sebagai titik perlekatan untuk serabut zonular. 5
2. Epitel lensa
Dibelakang kapsul lensa anterior adalah sebuah lapisan tunggal sel epitel. Sel-
sel ini aktif secara metabolis dan melakukan semua aktivitas sel yang normal,
yang mencakup biosintesis DNA, RNA, protein dan lemak; mereka juga
menghasilkan adenoid trifosfat untuk memenuhi kebutuhan energy lensa.5
Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein
(kandungan protein tertinggi di antara jaringan tubuh yang lain), dan sedikit sekali
mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi
di lensa daripada di sebagian besar jaringan yang lain. Asam askorbat dan
glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi.4
III. Definisi
Katarak adalah suatu keadaan di mana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. Katarak berasal dari bahasa Yunani cataracta yang berarti
air terjun. Asal kata ini mungkin sekali karena pasien katarak seakan-akan melihat
sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan matanya. Seorang dengan katarak
akan melihat benda seperti ditutupi kabut.2
Katarak traumatik adalah katarak yang terjadi akibat trauma, baik trauma
tembus maupun trauma tumpul pada bola mata yang terlihat sesudah beberapa
hari atau beberapa tahun. Katarak traumatik ini dapat muncul akut, subakut,
ataupun gejala sisa dari trauma mata. Energi inframerah, aliran listrik, dan radiasi
ion jarang menjadi penyebab katarak traumatik. 2,3
IV. Etiologi
Katarak dapat disebabkan atau memiliki faktor resiko sebagai berikut: 4
- Fisik, misalnya bahan toksis khusus
- Kimia, misalnya keracunan obat (eserin, kortikosteroid, ergot,
antikolinesterase topical), merokok, radiasi sinar UV-B, kekurangan
antioksidan (vitamin E, riboflavin), peminum alkohol, paparan ionizing
radiation (X-ray, terapi radiasi kanker)
- Penyakit predisposisi, misalnya diabetes mellitus, hipertensi, obesitas,
peningkatan asam urat serum, miopi tinggi, glaucoma, ablasi, uveitis, dan
retinitis pigmentosa
- Genetik dan gangguan perkembangan
- Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
- Usia, merupakan suatu penyakit degenerasi
- Riwayat inflamasi atau trauma mata
- Riwayat pembedahan mata
V. Epidemiologi
Prevalensi kebutaan di Indonesia tahun 1998 sebesar 1,62% dengan
kebutaan karena katarak sebesar 1,88%. Katarak terjadi karena lensa mata
berubah menjadi keruh dengan berbagai penyebab terutama proses ketuaan
atau katarak senilis. Dengan bertambahnya angka harapan hidup maka
diperkirakan pada tahun 2010 prevalensinya akan meningkat menjadi dua
kali.1
VII. Patofisiologi
Trauma okuli dapat menyebabkan kekeruhan lensa baik secara akut maupun
lambat. Katarak yang terjadi dapat melibatkan sebagian atau seluruh lensa.
Kerusakan lensa secara traumatik dapat disebabkan oleh suatu cedera mekanis dan
kekuatan fisika (radiasi, kimia, dan elektrik). Trauma terkadang menyebabkan
pigmentasi dari pupillary ruff pada permukaan anterior lensa dari yang disebut
“cincin Vossius”. Cincin Vossius merupakan epitel pigmen iris yang melekat pada
kapsul anterior lensa saat terjadinya kontusio. Cincin Vossius tidaklah bermakna
dan dapat sembuh seiring dengan berjalannya waktu, tapi merupakan suatu
indikator dari trauma tumpul okuli(8)
Pembentukan katarak pada trauma merupakan suatu rangkaian kejadian
yang biasa terjadi. Mekanisme yang dipostulasikan meliputi adanya kerusakan
traumatik pada serat-serat lensa dan kapsul lensa yang mengakibatkan influx
akuos humor, hidarasi serat lensa dan kekeruhan lensa.
Kontusio pada bola mata adalah cedera tertutup yang disebabkan oleh
trauma tumpul. Pada kontusio berat, dapat terjadi ruptur lensa. Pada kontusio yang
tidak terlalu berat dapat terjadi katarak superfisial atau kekeruhan terlihat pada
kortex subkapsular posterior di sepanjang sutura posterior sehingga berbentuk
seperti bunga mawar (rosette) yang dapat menghilang atau menetap.(8)
Pada tahap awal, lensa menunjukkan zona serat lensa superfisial yang
ukuran, bentuk, dan kepadatan sitoplasmanya berubah menjadi iregular dan
terlihat halus di permukaan dengan berkurangnya interdigitasi. Perubahan
morfologi awal ditandai dengan pembengkakan serat lensa yang kemudian
mengalami degenerasi. Beberapa gangguan morfologis yang menandai terjadinya
proses degenerasi terlihat pada area lebih dalam dari lapisan edema. Akumulasi
globula dan droplet menandakan terjadinya pemecahan seluler. Penumpukan
materi berlebihan sel-sel terdegenerasi menyebabkan abnormalitas pengaturan
membran, seperti pembentukan badan multilamellar, membran whorls, atau
undulasi beramplitudo tinggi. (10)
Pembengkakan osmotik dari serat lensa dapat terlihat pada berbagai tipe
katarak, Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan stimulus pompa ion pada sel
epitel lensa sehingga terjadi influx cairan ke dalam jaringan lensa. Proses ini
mengakibatkan terjadinya pembengkakan dan kerusakan sel-sel kortikalis.(10, 11)
IX. DIAGNOSIS
Diagnosis katarak traumatik ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan
riwayat trauma okuli. Trauma dapat berupa trauma tembus atau trauma tidak
tembus pada bola mata. Trauma tidak tembus meliputi kontusio dan konkusio
orbita, kepala atau tubuh. Riwayat terkena kejutan listrik, radiasi atau cedera
kimia menyebabkan terjadinya katarak traumatik. Pasien dengan kontusio atau
subluksasi lensa jarang segera mencari pertolongan medis. Gejala penglihatan
yang dirasakan pasien berupa diplopia monokular, silau, dan perburukan
ketajaman penglihatan. (9, 11)
Open globe injury terutama yang disebabkan oleh trauma tumpul
memperlihatkan beberapa tanda pada pemeriksaan seperti penurunan gerak bola
mata, perdarahan subkonjungtiva, kemosis, penurunan tekanan intraokular, dan
bilik mata depan yang dangkal atau sangat dalam. Pada lensa didapatkan
kekeruhan khas untuk katarak traumatik. Morfologi katarak traumatik yang dapat
ditemukan adalah berbentuk seperti rosette, diskret, pungtata atau perubahan
subepitel yang tersebar. Lokasinya biasanya terdapat di anterior, segmental,
subkapsular dan dapat terlihat adanya cincin Vossius. Tanda-tanda dari trauma
dapat ditemukan pada kornea, iris, zonula dan kutub posterior yaitu subluksasi
lensa, iridodenesis, phacodenesis, bilik mata depan dangkal atau dalam,
peningkatan tekanan intraokular dan hifema. Selain itu dapat pula terjadi dislokasi
lensa, robekan kapsul, dan terlihat vitreus pada bilik mata depan. (9, 11)
X. Penatalaksanaan
Jenis-jenis bedah katarak
A. Intracapsular Cataract Extraction (ICCE)
ICCE adalah jenis operasi katarak dengan membuang lensa dan
kapsul secara keseluruhan. ICCE menggunakan peralatan sederhana dan
hampir dapat dikerjakan pada berbagai kondisi. Terdapat beberapa
kekurangan ICCE, seperti besarnya ukuran irisan yang mengakibatkan
penyembuhan luka yang lama, menginduksi astigmatisma pasca operasi,
cystoid macular edema (CME), dan ablasio retina.12 Meskipun sudah
banyak ditinggalkan, ICCE masih dipilih untuk kasus-kasus subluksasi
lensa, lensa sangat padat, dan eksfoliasi lensa.10 Kontraindikasi absolut
ICCE adalah katarak pada anak-anak, katarak pada dewasa muda, dan
ruptur kapsul traumatik, sedangkan kontraindikasi relatif meliputi miopia
tinggi, sindrom Marfan, katarak Morgagni, dan adanya vitreus di kamera
okuli anterior.13
D. Fakoemulsifikasi
Teknik operasi fakoemulsifikasi menggunakan alat tip ultrasonik
untuk memecah nukleus lensa dan selanjutnya pecahan nukleus dan korteks
lensa diaspirasi melalui insisi yang sangat kecil. Dengan demikian,
fakoemulsifikasi mempunyai kelebihan seperti penyembuhan luka yang
cepat, perbaikan penglihatan lebih baik, dan tidak menimbulkan
astigmatisma pasca bedah. Teknik fakoemulsifikasi juga dapat mengontrol
kedalaman kamera okuli anterior serta mempunyai efek pelindung terhadap
tekanan positif vitreus dan perdarahan koroid. Teknik operasi katarak jenis
ini menjadi pilihan utama di negara-negara maju.6
IOL adalah sebuah lensa jernih berupa plastik fleksibel yang difiksasi ke
dalam mata atau dekat dengan posisi lensa alami yang mengiringi ECCE. Sebuah
IOL, dapat menghasilkan pembesaran dan distorsi minimal dengan sedikit
kehilangan persepsi dalam atau tajam penglihatan perifer.
Gambar 5. IOL
IOL bersifat permanen, tidak membutuhkan perawatan dan penanganan
khusus dan tidak dirasakan pasien atau diperhatikan orang lain. Dengan sebuah
IOL kacamata baca dan kacamata untuk melihat dekat biasanya tetap dibutuhkan
dan umumnya dibutuhkan kacamata tipis untuk penglihatan jauh.12
Kontraindikasi implantasi IOL antara lain adalah uveitis berulang,
retinopati diabetik progresif, rubeosis iridis dan glaukoma neovaskuler.
Gambar 6. Teknik pemasangan IOL pada mata
XI. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain :
a. Dislokasi lensa dan subluksasi sering ditemukan bersamaan dengan
katarak traumatic
b. Komplikasi lain yang dapat berhubungan, seperti fakolitik,
fakomorfik, blok pupil, glaukoma sudut tertutup, uveitis, retinal
detachment, rupture koroid, hifema, perdarahan retrobulbar, neuropati
optik traumatic
XII. Prognosis
Prognosis sangat bergantung kepada luasnya traumna yang terjadi pada
saat terjadinya trauma dan kerusakan yang terjadi akibat trauma.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Opthalmology. Lens and Cataract. Section 11. San
Fransisco: MD Association, 2005-2006
2. Vaughan, Daniel. G., Asbury, Taylor., Riordan-Eva, Paul. (2007). General
Ophthalmology, 17th Edition. Mc Graw Hill, Lange.
3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI,
2017
4. Robert H Graham, Hampton Roy Sr. Traumatic Cataract. Update: sep
2, 2014. Medscape. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1211083-overview#a0101
5. Suhardjo SU, Agni AN. Ilmu Kesehatan Mata. 2nd ed. Yogyakarta:
Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada; 2012.
6. James C. Bobrow, et al. Lens And Cataract. On: American Academy
of Ophtalmology. (2011-2012). P53-60
7. Johns J.K Lens and Kataract. Basic and Clinical Science Section 11.
American Academy of Ophthalmology. 2002.
8. Wayne F. Age Related Cataract. Last updated 15-08-2004.
www.medem.com download at 04-12-2010
9. Leedez J. Guide to Eye Cataract and Cataract Surgery. Last updated 27-09-
2005. www.allaboutvision.com download at 04-12-2010
10. Anonymous. Cataract. Last updated 27-12-2005. www.eyemedlink.com
download at 04-12-2010
11. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Lens and cataract. 2014-2015 Basic and
clinical Science course. San Francisco, CA: American Academy of
Ophthalmology; 2015.
12. Allison M. Juvenile Cataract. Last updated 04-07-2005.
www.springereye.com download at 04-12-2010