Anda di halaman 1dari 13

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Kecantikan wajah merupakan perhatian utama dalam penilaian profil jaringan


lunak wajah yang berhubungan dengan perawatan ortodonti.9 Keberhasilan perawatan
ortodonti seringkali dikaitkan dengan adanya perbaikan penampilan wajah termasuk
profil jaringan lunak. Jaringan lunak merupakan faktor penting yang dapat mengubah
penampilan estetika wajah. Wajah dengan estetika yang baik atau menyenangkan
adalah wajah yang mempunyai keseimbangan dan keserasian bentuk, hubungan, serta
proporsi komponen wajah yang baik. Analisis jaringan lunak wajah dapat dilakukan
dengan beberapa metode, yaitu dengan metode langsung pada jaringan lunak,
sefalometri, radiografi, dan fotometri.17

2.1 Fotometri
Fotometri ortodonti merupakan salah satu dokumen pertimbangan yang
penting diambil sebelum, selama, dan sesudah perawatan ortodonti. Jika diambil
dengan tepat, maka foto-foto ini dapat memberikan informasi yang berguna mengenai
maloklusi, rencana perawatan, dan berbagai catatan klinis lainnya.18 Di bidang
ortodonti dikenal dua macam fotometri, yaitu fotometri intra oral dan fotometri ekstra
oral.19 Fotometri dapat digunakan untuk menganalisa proporsi wajah, simetri wajah,
kecembungan jaringan lunak wajah, serta bentuk wajah.20,21

2.1.1 Fotometri Intra Oral


Fotometri intraoral sangat membantu dalam memberikan informasi dan
memotivasi pasien, memantau kemajuan dan hasil perawatan, serta berguna pada
kasus-kasus medikolegal yang melibatkan tekstur dan warna gigi.5 Fotometri intra
6

oral terdiri dari lima macam, yaitu foto pandangan frontal dalam keadaan oklusi, foto
pandangan bukal sebelah kanan dalam keadaan oklusi, foto pandangan bukal sebelah
kiri dalam keadaan oklusi, foto oklusal rahang atas, dan foto oklusal rahang bawah.19
Fotometri intra oral dapat dilihat pada gambar 1.
Kegunaan fotometri intra oral, antara lain:5
1. Mencatat struktur dan warna enamel.
2. Memotivasi pasien.
3. Menilai dan merekam penyakit gigi dan struktur jaringan lunak.
4. Memantau kemajuan perawatan.
5. Studi hubungan, yaitu antara sebelum, sesudah, dan setelah beberapa tahun
sesudah perawatan, dalam hal meningkatkan perencanaan perawatan.

A B C

D E

Gambar 1. Fotometri intra oral. A. Foto pandangan frontal dalam keadaan oklusi, B. Foto
pandangan bukal sebelah kanan dalam keadaan oklusi, C. Foto pandangan bukal
sebelah kiri dalam keadaan oklusi, D. Foto oklusal rahang atas, E. Foto oklusal
rahang bawah22
7

2.1.2 Fotometri Ekstra Oral


Fotometri ekstra oral dianggap sebagai sebuah catatan penting dan harus
dilakukan sebelum perawatan dan sesudah selesai perawatan.5 Informasi yang
diperoleh dari fotometri ekstra oral dapat digunakan untuk analisis data dalam
mengevaluasi kemajuan perawatan.13 Fotometri ekstra oral (Gambar 2) terdiri dari
empat macam, yaitu foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan relaks, foto
frontal wajah dengan bibir dalam keadaan tersenyum, foto lateral wajah sebelah
kanan dengan bibir dalam keadaan relaks, foto oblik wajah 45o atau dikenal juga
sebagai foto profil ¾. Tampilan foto frontal wajah biasanya diambil pada posisi
Natural Head Position (NHP).13,19
Kegunaan fotometri ekstra oral, antara lain:5
1. Mengevaluasi hubungan kraniofasial dan proporsi sebelum dan sesudah
perawatan.
2. Penilaian profil jaringan lunak.
3. Analisis proporsional wajah.
4. Memantau kemajuan perawatan.
5. Untuk studi longitudinal dalam pengobatan dan pasca retensi.
6. Mendeteksi dan merekam ketidakseimbangan otot-otot.
7. Mendeteksi dan merekam asimetri wajah.
American Board of Orthodontics telah menetapkan beberapa panduan dalam
pengambilan fotometri ekstra oral, antara lain:5
1. Memperhatikan kualitas cetakan foto, baik foto hitam putih maupun foto
berwarna.
2. Kepala pasien diarahkan secara tepat pada bidang Frankfort Horizontal.
3. Dari pandangan lateral ditampilkan wajah sebelah kanan dengan ekspresi
wajah yang serius dan bibir tertutup (posisi istirahat) untuk memperlihatkan otot-otot
yang tidak seimbang dan tidak harmonis.
4. Dari pandangan frontal dapat dipilih dengan ekspresi wajah serius atau
dengan bibir tersenyum.
5. Latar belakang bebas dari gangguan.
8

6. Kualitas pencahayaan harus dapat menunjukkan kontur wajah tanpa adanya


bayangan di latar belakang.
7. Telinga terlihat untuk manfaat orientasi.
8. Mata terbuka dengan menatap lurus ke depan, serta kacamata dilepas.

A B C D

Gambar 2. Fotometri ekstraoral. A. Foto frontal dengan bibir dalam keadaan


relaks/istirahat, B. Foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan tersenyum, C.
Foto lateral wajah dengan bibir dalam keadaan relaks/istirahat, D. Foto oblik
wajah 45o23

2.2 Sefalometri

Gambaran sefalometri pertama kali diperkenalkan pada tahun 1922 oleh


Pacini. Pada tahun 1931, Hofrath (Jerman) dan Broadbent (Amerika) dalam waktu
bersamaan menemukan teknik sefalometri yang telah terstandarisasi dengan
menggunakan alat sinar-X dan pemegang kepala yang dinamakan sefalostat atau
sefalometer. Sefalometri radiografi diperkenalkan dalam bidang ortodonti sekitar
tahun 1930-an, sedangkan metode yang benar untuk aplikasi praktik ortodonti
dilakukan 20 tahun kemudian.12
Sefalometri radiografi digunakan untuk mempelajari hubungan gigi geligi dan
struktur tulang muka secara ekstrakranial dan intrakranial.12 Radiografi sefalometri
merupakan sarana penunjang yang penting di dalam bidang ortodonti untuk
9

menganalisa kelainan kraniofasial, menegakkan diagnosa, mengevaluasi


pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial serta menentukan rencana perawatan
yang tepat.24 Sefalometri dibagi menjadi dua menurut analisisnya, yaitu sefalogram
frontal dan sefalogram lateral (Gambar 3). Sefalogram frontal adalah gambaran
frontal atau anteroposterior dari tengkorak kepala, sedangkan sefalogram lateral
adalah gambaran lateral dari tengkorak kepala.25
Kegunaan sefalometri adalah sebagai berikut:5
1. Mempelajari pertumbuhan kraniofasial, yaitu variasi pola pertumbuhan wajah dan
perkiraan pertumbuhan di masa depan.
2. Mendiagnosis kelainan kraniofasial.
3. Mempelajari tipe fasial
4. Membuat rencana perawatan.
5. Mengevaluasi dan menilai keberhasilan/kemajuan perawatan.
6. Mengidentifikasi penyebab terjadinya relaps setelah perawatan dan stabilitas
maloklusi.
7. Penelitian.

26
Gambar 3. Sefalogram. A. lateral, B. frontal
10

2.3 Natural Head Position (NHP)


Natural Head Position (NHP) telah digunakan sebagai referensi ekstrakranial
ortodonti sejak tahun 1950 dan dianggap lebih baik daripada garis intrakranial karena
memiliki variabilitas yang kecil dalam kaitannya terhadap bidang horizontal dan
vertikal yang sebenarnya.27,28 Berbagai literatur sering menegaskan bahwa posisi
alami kepala mempunyai korelasi dengan morfologi kraniofasial, pertumbuhan di
masa depan, dan pernafasan.28 Untuk menilai proporsi wajah, pasien harus diperiksa
dalam keadaan Natural Head Position (NHP). Natural Head Position (NHP) adalah
merupakan suatu standar orientasi kepala yang dapat dicapai ketika seseorang diminta
untuk melihat jauh pada satu titik di depan matanya yang berada pada satu garis lurus
yang sejajar. Sumbu visual pada NHP adalah horizontal.23,29 Hal ini memungkinkan
garis vertikal ekstrakranial dan garis horizontal yang tegak lurus terhadap vertikal
dapat digunakan sebagai garis referensi untuk menganalisis estetika wajah.29
NHP adalah posisi yang stabil karena merupakan posisi kepala yang
sebenarnya dari seseorang. Banyak penelitian yang telah dilakukan terhadap
reproduktivitas / stabilitas dari NHP dan telah menunjukkan hasil yang positif, baik
dalam jangka pendek maupun panjang.27 Orientasi yang diperoleh terkadang tampak
tidak wajar untuk pemeriksa, namun, dengan meminta pasien untuk memiringkan
kepala ke atas dan ke bawah dan kemudian kembali menatap lurus ke depan pada satu
titik di depan matanya, maka NHP dapat diperoleh dengan kondisi yang mirip
sebenarnya.23
NHP sangat penting dilakukan pada analisis wajah karena reproduktivitasnya
dan sangat sederhana untuk diperoleh. Sebaliknya, bidang Frankfort Horizontal (FH)
dan bidang lain yang digunakan untuk mengarahkan kepala dan yang berdasarkan
pada kerangka internal “Landmarks” adalah tidak alami dan sulit didapatkan secara
klinis.23
Pengambilan foto dengan menggunakan teknik NHP lebih mudah dilakukan
dan menghasilkan posisi yang lebih baik terutama dalam menganalisa profil wajah.
Hal ini dikarenakan posisi NHP merupakan posisi yang alamiah dari pasien dan
bidang Frankfort Horizontal (FH) tidak selamanya berada dalam keadaan
11

horizontal/sejajar dengan lantai tetapi terkadang dapat miring ke atas maupun ke


bawah. Selain itu, bidang Frankfort Horizontal menghasilkan posisi yang tidak alami
dari pasien dan sangat sulit untuk dipertahankan posisinya. Hal ini dapat
menghasilkan foto profil wajah yang berbeda, kemungkinan distorsi dan analisa
keadaan wajah pasien yang tidak tepat secara signifikan.20,23

2.4 Titik-Titik Landmarks Jaringan Lunak Wajah

Gambar 4. Titik-titik Landmarks


jaringan lunak wajah30

Titik-titik Landmarks jaringan lunak wajah pada daerah midline terbagi atas
12 titik (Gambar 4), yaitu:15,30
1. Tr (Trichion) : batas atas dahi yang ditandai dengan garis rambut frontal.
2. G (Glabella) : bagian paling menonjol di bagian tengah antara alis mata.
3. N (Nasion) : titik terdalam antara dahi dan hidung.
4. Prn (Pronasale) : titik paling menonjol pada ujung hidung.
5. C’ (Columella) : titik paling rendah dan anterior dari hidung.
6. Sn (Subnasale) : titik dimana bibir atas bertemu dengan columella.
12

7. Ls (Labial Superior) : titik yang merupakan batas mucocutaneous bibir atas.


8. Sto (Stomion) : titik dimana bibir atas berkontak dengan bibir bawah.
9. Li (Labial inferior) : titik yang merupakan batas mucocutaneous bibir bawah.
10. Sl (Sublabiale) : titik pada tengah sulkus nasolabial.
11. Pg (Pogonion) : titik paling anterior pada jaringan lunak dagu.
12. Me (Menton) : titik paling inferior dari jaringan lunak dagu.
Titik-titik Landmarks jaringan lunak wajah yang berpasangan (kanan dan kiri)
terbagi atas 19 titik (Gambar 4), yaitu:30
1. Exr, Exl (Exocanthion) : titik eksternal pada komisura mata.
2. Enr, Enl (Endocathion) : titik internal pada komisura mata.
3. Osr, Osl (Orbitale Superius) : titik tertinggi pada bagian bawah alis mata.
4. Orr, Orl (Orbitale) : titik terendah pada bagian inferior dari orbit.
5. Ftr, Ftl (Frontotemporale) : titik lateral pada setiap sisi dahi dari elevasi linea
temporalis.
6. Chkr, Chkl (Cheek) : titik persimpangan antara dataran Camper’s dan garis yang
menghubungkan eksternal canthus dengan komisura labial.
7. Zyr, Zyl (Zygion) : titik paling lateral pada lengkung zygomatic.
8. Alr, All (Alare) : titik paling lateralis dari kontur alar.
9. Acr, Acl (Nasal alar crest) : titik paling lateralis pada cekungan dasar ala nasi.
10. ltnr, ltnl (Inferior terminal of the nostril) : titik inferior pada nostril.
11. Stnr, Stnl (Superior terminal of the nostril) : titik superior pada nostril.
12. Cphr, Cphl (Crista philtri) : titik tertinggi margin dari philtrum, tepat di atas garis
vermillion.
13. Chr, Chl (Cheilion) : komisura labial.
14. Tr, Tl (Tragion) : titik di atas margin tragus.
15. Gor, Gol (Gonion) : titik paling lateral pada sudut mandibula.
16. Prar, Pral (Preaurale) : titik paling anterior dari telinga.
17. Sar, Sal (Superaurale) : titik tertinggi pada daun telinga.
18. Par, Pal (Postaurale) : titik paling posterior pada daun telinga.
19. Sbar, Sbal (Subaurale) : titik terendah pada free margin dari daun telinga.
13

2.5 Proporsi Wajah


Proporsi wajah yang ideal telah dijelaskan sejak zaman kuno oleh seniman
Romawi dan Yunani.13 Proporsi wajah yang paling dasar mulai dipelajari oleh
mahasiswa seni menggambar wajah pada kala itu. Yunani kuno mengajarkan bahwa
perawakan manusia yang ideal harus sama dengan delapan kali tinggi kepala.
Sedangkan panjang leher adalah sekitar satu setengah dari panjang kepala. Jarak ini
diukur dari supraeksternal notch ke dagu dan dari dagu ke titik vertex dari
tengkorak.31
Dalam usaha untuk memperoleh suatu keharmonisan wajah, harus ada
integrasi antara berbagai proporsi wajah agar keseimbangan wajah secara
keseluruhan dapat tercapai. Tidak ada satu pun komponen wajah yang dapat berdiri
sendiri ataupun tidak berintegrasi dengan komponen lainnya, karena setiap perubahan
yang terjadi pada salah satu bagian/komponen wajah akan mempengaruhi atau
memberikan efek yang nyata pada bagian wajah lainnya secara keseluruhan.31

2.5.1 Proporsi Horizontal Wajah


Bidang horizontal dan vertikal digunakan sebagai referensi untuk
mengevaluasi proporsi wajah. Proporsi antara bidang horizontal dan vertikal ini dapat
dievaluasi dari foto frontal. Untuk mengevaluasi lebar wajah secara horizontal dapat
dilakukan dengan membagi wajah menjadi lima bagian yang sama secara vertikal,
yaitu jarak dari medial canthus ke lateral canthus kiri dan kanan (lebar kedua mata),
jarak inner intercanthus dan jarak dari lateral canthus kiri dan kanan ke helical rim.
(Gambar 5).13,29,31 Lebar mata seharusnya sama dengan seperlima dari lebar wajah.
Sedangkan garis yang ditarik vertikal dari lateral canthus kiri dan kanan dapat
memperkirakan lebar leher.31
14

Gambar 5. Proporsi wajah


bidang horizontal31

2.5.2 Proporsi Vertikal Wajah


Bidang vertikal atau tinggi wajah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu dari bagian
atas batas garis rambut (trichion) ke glabella, glabella ke subnasal, dan subnasal ke
jaringan lunak menton (Gambar 6). Secara vertikal, jarak antara trichion - glabella,
glabella - subnasal, dan subnasal - menton biasanya berada dalam kisaran 55 mm
sampai 65 mm.
Ratio proporsi tinggi wajah yang ideal adalah 1/3:1/3:1/3.13,31,32 Namun, ketiga
bagian dari komponen tinggi wajah ini jarang memiliki nilai yang sama. Pada ras
Kaukasoid, tinggi sepertiga wajah atas lebih besar dari tinggi sepertiga wajah tengah,
serta tinggi sepertiga wajah bawah lebih besar dari tinggi sepertiga wajah atas dan
sepertiga wajah tengah. Sedangkan di Asia Timur, tinggi sepertiga wajah tengah
seringkali lebih besar dari tinggi sepertiga wajah atas dan sama dengan tinggi
sepertiga wajah bawah, serta tinggi sepertiga wajah bawah lebih besar dari tinggi
sepertiga wajah atas. Pada pria, tinggi sepertiga wajah bawah memiliki proporsi yang
sedikit lebih besar daripada tinggi sepertiga wajah tengah.11,29
15

Gambar 6. Proporsi wajah


bidang vertikal31

Sepertiga wajah bawah juga terbagi menjadi tiga bagian, yaitu sepertiga atas
dari subnasal ke stomion, sepertiga tengah dari stomion ke lipatan labiomental, dan
sepertiga bawah dari lipatan labiomental ke menton. Ketiga bagian ini didefinisikan
sebagai bibir atas, bibir bawah, dan dagu (Gambar 7).11

Gambar 7. Tinggi sepertiga wajah


bawah11
16

Peningkatan tinggi wajah anterior bagian bawah dapat disebabkan oleh:29


1. Vertical maxillary excess (VME), merupakan akibat dari
perkembangan maxilla ke inferior yang berlebihan. Keadaan ini sering diikuti dengan
“gummy smile”, baik pada posisi istirahat maupun saat tersenyum. (Gambar 8).
2. Meningkatnya tinggi vertikal dagu (Gambar 9).

Gambar 8. VME yang disertai dengan


tampilan gingiva yang
berlebihan saat tersenyum29

Gambar 9. Peningkatan tinggi vertikal


dagu yang menyebabkan
meningkatnya tinggi anterior
bagian bawah wajah29
17

2.6 Ras Deutromelayu


Ras adalah kategori untuk sekelompok individu/manusia yang secara turun-
temurun memiliki ciri fisik dan ciri biologis yang sama. Dalam klasifikasi mahluk
hidup, sekelompok manusia merupakan satu spesies, yaitu homo sapiens. Kelompok
manusia yang satu spesies tersebut secara biologis dapat diklasifikasikan ke
dalam beberapa kelompok yang lebih kecil (genus), inilah yang disebut ras.33
Penduduk Indonesia terdiri dari kelompok Protomelayu (Melayu Tua) dan
Deutromelayu (Melayu Muda). Sekitar tahun 1500 SM, bangsa Protomelayu masuk
ke Indonesia melalui dua jalur, yaitu jalur barat (Malaya – Sumatera), dan jalur timur
(Filipina – Sulawesi Utara). Bangsa Protomelayu memiliki kebudayaan yang
setingkat lebih tinggi daripada kebudayaan Homo sapiens Indonesia. Kebudayaan
mereka adalah kebudayaan batu baru atau Neolitikum. Sedangkan bangsa
Deutromelayu yang merupakan nenek moyang Indonesia gelombang kedua, mulai
masuk sekitar tahun 500 SM melalui satu jalur saja, yaitu jalur barat (Malaya –
Sumatera). Mereka memiliki kebudayaan yang lebih tinggi daripada bangsa
Protomelayu. Peradaban mereka ditandai dengan kemampuan mengerjakan logam
dengan sempurna. Pada mulanya kelompok Protomelayu menempati pantai-pantai
Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat. Karena terdesak oleh
kelompok Deutromelayu, maka kelompok Protomelayu pindah ke pedalaman.34,35
Kelompok Protomelayu dan Deutromelayu merupakan ras Malayan
Mongoloid yang memiliki ciri-ciri antara lain: kulit sawo matang, rambut lurus,
badan tinggi ramping, bentuk mulut dan hidung sedang.36 Ras Protomelayu adalah
orang-orang yang terdiri dari suku Batak, Dayak, Nias, Kubu, Sasak dan Toraja
sedangkan ras Deutromelayu adalah orang-orang yang bersuku Aceh, Minangkabau,
Jawa, Madura, Bali, Bugis, Makasar, Manado, Sunda, Melayu, dan Betawi.36,37

Anda mungkin juga menyukai