Resume Audit Forensik Bab 2
Resume Audit Forensik Bab 2
RESUME CHAPTER 2
FRAUD PRINCIPLES
1
maksud untuk memilikinya, dalam pencurian tersebut pencurinya memiliki barang yang secara hukum
bukan miliknya. Sedangkan dalam penggelapan, pelaku secara sah merupakan pemilik barang/properti
namun digunakan oleh orang lain
SEGITIGA FRAUD
Untuk mencegah, mendeteksi dan merespon adanya fraud, maka kita harus mengerti mengapa
seseorang melakukan fraud. Salah satu model untuk mengerti perilaku fraud adalah Segitiga Cressey.
Pada Tahun 1950 Cressey dalam disertasinya, bersama-sama dengan Sutherland melakukan wawancara
kepada 200 narapidana yang melakukan penggelapan, dan menyimpulkan bahwa dalam setiap fraud
terdapat tiga hal yang sama yaitu (1) tekanan (dhi dapat berupa motivasi dan biasanya kebutuhan
sendiri); (2) rasionalisasi (dari etika); dan (3) pengetahuan dan kesempatan untuk melakukan
kejahatan.
Tekanan (Pressure)
Tekanan atau motivasi merupakan kejadian yang terjadi dalam kehidupan pribadi seseorang sehingga
mengakibatkan orang tersebut memiliki kebutuhan yang sangat mendesak yang pada akhirnya
mendorong sesorang tersebut untuk melakukan pencurian. Kebutuhan tersebut biasanya dalam bentuk
kebutuhan keuangan, misalnya seorang penjudi akan sangat membutuhkan uang yang banyak untuk
memenuhi kebiasaannya tersebut sehingga melakukan pencurian untuk memenuhinya. Namun selain
karena kebutuhan, dapat juga karena keserakahan yang mendorong orang-orang yang telah
berkecukupan untuk melakukan fraud.
Selain tekanan finansial, fraud juga dapat terjadi karena tekanan sosial dan politik. Seseorang dapat
melakukan fraud agar posisinya dalam kekuasaan dapat diamankan, maka acapkali dia berbohong
mengenai pandangannya terhadap sesuatu atau hal yang dilakukannya di masa lalu, atau fraud yang
dilakukan untuk memenuhi status sosialnya sebagai orang kaya.
Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan alasan-alasan yang diungkapkan oleh pelaku fraud sebagai pembenaran atas
tindakan yang dilakukannya. Misalnya: karena gajinya kecil sedangkan tugasnya berat maka dia
mengambil sesuatau dari perusahaan, ketika ketahuan mencuri maka akan beralasan bahwa dia hanya
meminjam dan akan dikembalikan nanti, dan lain sebagainya.
Kesempatan
Dalam penelitiannya Cressy menyatakan bahwa tindakan fraud dapat terjadi karena adanya
pengetahuan dan kesempatan yang dimiliki oleh pelaku fraud. Pelaku biasanya memiliki pengetahuan
atas kelemahan dari perusahaan dan kesempatan diperoleh karena pelaku berada dalam posisi yang
sangat dipercaya di perusahaan tersebut. Faktor utama dari kesempatan seseorang dapat melakukan
fraud adalah pengendalian intern dari perusahaan tersebut. Kesempatan tersebut akan membesar ketika
pengawasan dari manajemen perusahaan sangat longgar dan pengendalian internal perusahaan tidak
memadai sehingga menimbulkan motivasi seseorang untuk melakukan fraud.
LINGKUP FRAUD
2
Lingkup terjadinya fraud adalah di hampir seluruh perusahaan menengah sampai dengan
perushaan yang besar. Dari hasil penelitian yang dilakukan ACFE selama tahun 1996 – 2008 pada
perusahaan-perusahaan di Amerika menunjukkan bahwa fraud yang terjadi mencapai 6% dari
pendapatan per tahun.
Terkait dengan financial fraud, terdapat penelitian yang dilakukan oleh COSO dan hasilnya
diterbitkan pada tahun 1998. Dalam penelitian tersebut, dilakukan analisa atas kasus-kasus yang
ditangani SEC pada tahun 1987-1997 dengan hasil yang menarik yaitu kebanyakan fraud pada
perusahaan publik dilakukan oleh perusahaan kecil, dewan direktur didominasi oleh orang dalam dan
berpengalaman, sekitar 83% dari kasus yang ada mengidentifikasikan fraud atas laporan keuangan
dilakukan oleh eksekutif perusahaan, rata-rata fraud dilakukan diatas periode 23,7 bulan.
Pada Tahun 2009 KPMG menerbitkan hasil survey yang dilakukan pada 204 orang eksekutif
perusahaan dengan pendapatan perusahaan diatas $250 juta. Dalam laporan tersebut dinyatakan bahwa
resiko fraud meningkat ketika pengendalian atau program kepatuhan dalam perusahaan tidak memadai.
Wilayah yang sangat perlu ditingkatkan adalah komunikasi dan pelatihan karyawan, pemeriksaan dan
teknik monitoring secara kontinyu dengan berdasarkan teknologi, dan asessment resiko fraud.
Berdasarkan laporan dari survey yang dilakukan oleh ACFE menunjukkan bahwa kerugian yang
diderita akibat fraud selama 1996 s.d 2008 adalah 6% dari pendapatan yang dilaporkan pada tahun
1996, 2002 dan 2004, 5% pada Tahun 2006, dan 7% pada Tahun 2008. Dengan demikian lingkup dari
fraud adalah rata-rata sebesar 6% dari ekonomi Amerika Serikat.
4
14. Karyawan percaya temannya di tempat kerja telah mengalami penghinaan, penganiayaan
atau diperlakukan secara tidak adil
15. Karyawan malas yang tidak mau bekerja keras untuk mendapatkan apa yang dia inginkan
16. Pengendalian internal organisasi yang sangat longgar sehingga membuat setiap orang
tergoda untuk mencuri
17. Tidak pernah ada yang di tuntut karena mencuri dari organisasi
18. Sebagian besar karyawan yang mencuri tertangkap secara tidak sengaja daripada karena
adanya audit atau sistem. Karena itu rasa takut tertangkap bukan menjadi halangan untuk
terjadinya pencurian
19. Karyawan tidak didorong untuk mendiskusikan masalah pribadi atau keuangan di tempat
kerja atau untuk mencari saran dan nasihat dari manajemen mengenai hal-hal tersebut
20. Pencurian oleh karyawan merupakan situasi yang situasional. Setiap pencurian terjadi
pada kondisi tertentu dan setiap pelaku mempunyai motifnya masing-masing
21. Karyawan mencuri untuk alasan apapun yang muncul yang dapat dipikirkan dan
dibayangkan.
22. Karyawan tidak pernah masuk penjara atau tuntutan yang keras untuk dipenjara karena
melakukan pencurian, penipuan, atau penggelapan dari pemberi kerja mereka
23. Manusia adalah mahluk yang lemah dan rentan terhadap dosa
24. Karyawan masa sekarang memiliki moral, etika, dan kerohanian yang buruk
25. Karyawan cenderung untuk mengikuti atasan mereka, kalau atasan mereka mencuri atau
berbuat curang, maka mereka juga cenderung untuk melakukannya.
Agar dapat menghindari hal-hal tersebut, maka hukum harus dilaksanakan dengan baik, yaitu
hukum harus rasional, adil dalam penerapannya, dan diterapkan secara cepat dan efisien.
Kebijakan perusahaan terkait hal tersebut harus rasional, adil, dan ditujukan sepenuhnya untuk
kepentingan ekonomi perusahaan. Perbuatan yang menyebabkan kehilangan, kerusakan atau
kehancuran yang substansial atas aset perusahaan cukup serius untuk dilarang dan dihukum.
Hukuman yang diberikan harus setimpal dan dapat menyebabkan efek jera, karena pada
kenyataannya, kejahatan kerah putih masih terus terjadi karena hukuman yang diberikan atau
konsekuensi atas perbuatan yang dilakukan masih dibawah ambang batas yang dapat diterima
5
tahun, (d) telah menikah, dan (e) berpendidikan yang tinggi. Ciri-ciri tersebut hampir sama
dengan yang dikemukakan oleh ACFE RTTN, sehingga dapat disimpulkan bahwa penjahat
kerah putih tidak terlihat seperti kriminal
PENGKLASIFIKASIAN FRAUD
Hampir seluruh survei tentang fraud memiliki sistem yang berbeda dalam pengklasifikasian
fraud. Sementara beberapa memiliki kesamaan, beberapa yang lainnya menimbulkan masalah
dalam kegiatan antifraud.
Pengelompokan Secara Umum Atas Frauds
a. Investor dan Konsumen Frauds
Fraud dapat terjadi pada penjual, kreditor, investor, pemasok, bankir, atau otoritas
pemerintah.
b. Fraud Pidana dan Perdata
Fraud Pidana membutuhkan bukti adanya keinginan untuk melakukan penipuan, sedangkan
fraud perdata harus ada kerugian yang diderita korban.
c. Fraud yang menguntungkan dan merugikan perusahaan
Fraud perusahaan dapat dikelompokan menjadi dua kategori, yaitu (1) fraud yang
merugikan perusahaan, dan (2) fraud yang menguntungkan perusahaan.
d. Fraud dari dalam dan dari luar perusahaan
Fraud yang dilakukan oleh perusahaan atau manajemen dikategorikan sebagai internal
fraud, sedangkan fraud eksternal adalah yang dilakukan oleh vendor, pemasok, dan
kontraktor.
e. Manajemen dan Non-Manajemen Fraud
Fraud terjadi pada setiap level perusahaan, tidak hanya dilakukan oleh tingkat eksekutif
(pemilik perusahaan), namun juga dilakukan oleh manajer perusahaan.
Kategori Frauds Secara Spesifik
Seperti yang telah dikemukakan di awal, fraud adalah perbuatan yang secara sadar untuk
melakukan penipuan/kecurangan. Berdasarkan jenis fraud yang dilakukan, maka secara
spesifik fraud memiliki banyak istilah lainnya, antara lain:
6
Accounts payable fabrication
Accounts receivable lapping
Bank fraud
Bid rigging
Cash lapping
Check forgery
Check kiting
Consumer fraud
Credit card fraud
Duplicity
Forged documents
Industrial espionage
Infringement of copyrights
Expense account fraud
False identity
False information
Insurance fraud
Material misstatement
Overbilling
Price fixing
Procurement fraud
Wire fraud
dan sebagainya.
Hal tersebut menunjukkan betapa sulitnya untuk mengklasifikasikan fraud secara spesifik.
7
Fraud yang dilakukan oleh vendor, penyalur dan kontraktor, seperti mengganti barang
dengan mutu yang lebih rendah, penagihan ganda, penagihan tetapi pengiriman kepada
tempat yang lain.
Korupsi yang dilakukan oleh karyawan vendor, Penyalur, dan kontraktor
Korupsi yang dilakukan oleh pelanggan
Frauds yang dilakukan oleh perusahaan
Merekayasa keuntungan dengan cara memanipulasi penjualan, menilai terlalu rendah beban,
losses dan kewajiban yang tidak dilaporkan, menunda pencatatatn pengembalian penjualan.
Cek kitting
Price fixing
Penipuan terhadap pelanggan seperti mengganti dengan material yang lebih murah.
Melanggar peraturan bidang pemerintah
Korupsi oleh pelanggan
Korupsi pada bidang politik
Tambahan biaya atas kontrak pemerintah
FRAUD TREE
ACFE telah mengembangkan suatu model untuk menggolongkan fraud yang dikenal sebagai
fraud tree, yang menggolongkan sekitar empat puluh sembilan skema fraud yang berbeda yang
dikelompokkan pada kategori dan subkategori. Ke tiga kategori utama adalah ( 1) pernyataan
yang tidak benar (fraudulent statements), ( 2) Penyalahgunaan aset, dan ( 3) korupsi.
fraudulent statements biasanya dilaksanakan oleh para eksekutif. Merupakan fraud yang
mengakibatkan kerugian yang paling tinggi namun jarang terjadi. Para eksekutif yang
melakukan fraud biasanya didorong oleh motivasi yang berhubungan dengan harga saham di
bursa saham. Penyalahgunaan Aset biasanya dilaksanakan oleh karyawan dan meliputi
sejumlah besar rencana berbeda. Hal ini merupakan fraud yang paling umum terjadi akan tetapi
tidak mengakibatkan biaya yang tinggi. Hal ini disebabkan fraud yang dilakukan merupakan
transaksi yang tidak terlalu penting, terutama transaksi yang dilaksanakan oleh individu, fraud
ini sulit untuk dideteksi oleh pemeriksa intern ketika dilaksanakan pengawasan internal.
Korupsi melibatkan sejumlah rencana, seperti penyuapan dan pemerasan, yang pada umumnya
melibatkan seseorang di dalam perusahaan dan bekerjasama dengan seseorang di luar
perusahaan, walaupun salah satu pihak tidak secara suka rela melaksanakannya.
ACFE menggunakan Fraud tree karena dapat digunakan untuk mencegah terjadinya fraud.
Contohnya, penyalahgunaan aset adalah kelompok fraud paling mungkin terjadi. Fraud ini
akan dilakukan oleh karyawan garis depan yang berada pada posisi dipercaya. Namun jumlah
kerugian yang terjadi tidak sebesar kelompok fraud lain. Jadi akan lebih baik jika entitas
mempekerjakan fungsi audit internal untuk mengatasi kelompok fraud ini karena fraud ini tidak
material, sehingga tidak perlu menggunakan auditor eksternal untuk mendeteksinya namun
kelompok fraud ini sering terjadi sehingga tidak dapat diabaikan.
8
fraud, (5) Mengkonversi aset menjadi kas, (6) menyembunyikan kejahatan, (7) red flag, (8)
Timbul kecurigaan atau mulai ditemukan, (9) Menentukan prediksi bahwa terjadi fraud, (10)
teori/hipotesis/asumsi tentang fraud yang terjadi (11) investigasi terhadap fraud, (12) membuat
laporan atas investigasi. (13) Disposisi; pemutusan kerja (14) Disposisi; Penuntutan (15)
Pengadilan, penyajian bukti di pengadilan.