Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

Memiliki bayi yang sehat adalah harapan setiap keluarga di semua


komunitas. Selain itu, mengurangi angka kematian bayi adalah tujuan kesehatan
nasional di sebagian besar negara. Secara tradisional, perawatan obstetrik telah
difokuskan untuk memastikan bayi yang sehat lahir hidup, bebas dari efek
kerusakan iskemik hipoksia dan infeksi perinatal. Meskipun tidak semua masalah
dalam kehamilan dapat dicegah, tetapi mengidentifikasi faktor risiko dan
melakukan tindakan yang tepat akan hal tersebut dapat meningkatkan jumlah bayi
sehat.1,2
Konseling prakonsepsi merupakan ilmu kedokteran obstetrik preventif.
Banyak faktor yang mungkin mempengaruhi prognosis bayi dapat diketahui
sebelum kehamilan, selain wanita yang bersangkutan dinasehati mengenai risiko
yang ada, dan ditawarkan intervensi yang mungkin memperbaiki prognosis
kehamilan. Agar efektif, konsultasi mengenai potensi risiko kehamilan dan
intervensi untuk mencegahnya, harus diberikan sebelum konsepsi. Untuk dokter
dalam layanan primer konseling prakonsepsi akan didominasi oleh wanita dengan
faktor risiko rendah untuk meminta saran diet dan pilihan rencana akses ke
perawatan persalinan. Kualitas konseling ini mungkin memiliki potensi untuk
secara signifikan mempengaruhi kesehatan masyarakat. Sedangkan, di rumah sakit,
konseling prakonsepsi sebagian besar akan melibatkan wanita dengan komplikasi
penyakit tertentu mencari nasihat tentang potensi kehamilan yang sukses dan
implikasi terkait kondisi latar belakang medis mereka.2,3
Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 42% dari
kehamilan yang tidak diinginkan telah menyebabkan aborsi dan 14% menyebabkan
kematian janin. Di Belanda, 459 wanita hamil yang dirujuk ke klinik perawatan
prakehamilan, menunjukkan bahwa sekitar 65% dari ibu memiliki setidaknya satu
faktor risiko. Menurut survei sebelumnya, kehamilan yang tidak diinginkan atau
yang berhubungan dengan penyakit kronis ibu, seperti obesitas, depresi, atau
dengan interval antarkehamilan yang dekat; terkait dengan banyak komplikasi dan

1
memiliki risiko lebih tinggi untuk ibu dan bayi. Oleh karena itu, semua wanita harus
memiliki perencanaan prakonsepsi dan mengambil manfaat dari layanan ini untuk
deteksi dini dan menemukan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kehamilan.1
Namun, beberapa faktor risiko seperti pada kondisi: kehamilan di bawah
usia 18 tahun atau lebih dari 35 tahun, kehamilan dengan berbagai penyakit
penyerta (hipertensi, diabetes dan lain-lain), dan kehamilan keempat atau lebih;
dapat dihilangkan melalui pendidikan tentang usia yang tepat untuk kehamilan dan
konseling sebelum hamil. Meskipun faktor risiko lain tidak dapat dicegah atau
dihindari, dalam beberapa kasus seperti menderita penyakit penyerta yang berbeda,
melakukan konseling dan pemeriksaan prakonsepsi serta memberikan pengetahuan
yang diperlukan untuk hal itu, dapat meminimalkan komplikasi selama masa
kehamilan.1
Menurut penelitian sebelumnya, wanita yang telah menerima konseling dan
perawatan prakonsepsi memiliki usia kehamilan lebih matur dan berada dalam
kondisi yang lebih baik dalam hal skor APGAR, kelahiran prematur dan berat lahir
dibandingkan dengan kelompok kontrol.1
Jika perawatan prenatal atau perawatan ibu dan intervensi lain selama
kehamilan dapat mengatasi kondisi yang terjadi selama kehamilan, hal-hal ini tidak
dirancang untuk mengatasi faktor-faktor risiko tinggi untuk hasil kehamilan yang
merugikan, sebelum kehamilan. Intervensi untuk mengurangi hasil kehamilan yang
merugikan atau meningkatkan hasil kelahiran mungkin perlu untuk dimulai
sebelum kehamilan. Saat ini, perawatan kesehatan prakonsepsi sangat didukung
oleh para peneliti dan dokter.4
Meskipun asuhan prenatal yang memadai dan layanan perawatan primer
dapat mengurangi angka kematian bayi dan ibu, konseling dan perawatan
prakonsepsi mengacu tidak hanya untuk pencegahan primer morbiditas dan
mortalitas ibu dan perinatal, tetapi juga sebagai pendekatan utama yang digunakan
untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan. American College of Obstetricians
and Gynecologist (2005) juga menegaskan kembali pentingnya konseling
prakonsepsi. Data terakhir dari CDC menjelaskan status kesehatan wanita yang
melahirkan bayi hidup di Amerika Serikat pada tahun 2004, seperti pada tabel 1.3,4

2
Tabel 1. Prevalensi perilaku, pengalaman, kondisi kesehatan dan riwayat kehamilan sebelumnya
pada Ibu Prahamil di Amerika Serikat tahun 2004.3

Tabel ini memperlihatkan tingginya prevalensi banyak penyakit yang dapat


diintervensi selama periode prakonsepsi. Selain itu, CDC menetapkan tujuan-tujuan
berikut untuk memajukan konseling prakonsepsi:3
1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku pria dan wanita yang
berkaitan dengan kesehatan prakonsepsi.
2. Memastikan bahwa semua wanita usia subur menerima pelayanan konseling
prakonsepsi–termasuk skrining risiko, promosi kesehatan, dan intervensi–
yang memungkinkan mereka memasuki kehamilan dengan kesehatan
optimal.
3. Mengurangi risiko yang diindikasikan oleh adanya penyimpangan pada
hasil akhir kehamilan sebelumnya melalui intervensi antarkonsepsi untuk
mencegah atau memperkecil berulangnya penyimpangan tersebut.
4. Mengurangi kelainan pada kehamilan yang menyimpang.

3
Oleh karena itu, konseling prakonsepsi ini sangat bermanfaat untuk
memberikan informasi dan nasehat kepada pasangan usia subur untuk menyiapkan
lingkungan yang optimal bagi perkembangan konseptus, memperhatikan faktor–
faktor yang berpotensi mempengaruhi hasil akhir kehamilan, wanita yang
bersangkutan diberi nasihat tentang resiko yang ada pada dirinya dan diberikan
suatu strategi untuk mengurangi/mengeliminasi pengaruh patologis yang diketahui
berdasarkan riwayat keluarga, medis atau obstetri. Konseling prakonsepsi yang
diberikan sebelum kehamilan dan asuhan antenatal selama kehamilan sangat
penting untuk menjaga kesehatan dan memastikan kesuksesan kehamilan1,5

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Konseling prakonsepsi/prakehamilan adalah serangkaian layanan, terutama
didasarkan pada upaya preventif, untuk membantu pria dan wanita mempersiapkan
kehamilan dengan cara meningkatkan kesehatan mereka sebelum konsepsi,
termasuk praktek-praktek kesehatan yang berkaitan dengan menjaga kesuburan,
mempersiapkan kehamilan, serta mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor
risiko melalui penyediaan konseling dan melakukan diagnostik, terapi dan
intervensi farmakologis. Dengan demikian, konseling dan perawatan prakonsepsi
penting untuk memberikan kehamilan yang aman serta menjaga kesehatan ibu dan
janin.1,4
Konseling ini dilakukan terhadap pasangan usia subur sebelum terjadinya
kehamilan. Konseling ini termasuk salah satu tindakan preventif dalam ilmu
kedokteran obstetri. Pada tahun 2006, Centers for Disease Control and Prevention
(CDC) mendefinisikan konseling prakonsepsi sebagai serangkaian intervensi yang
ditujukan untuk menemukan dan memodifikasi risiko biomedis, perilaku, dan sosial
pada hasil akhir kehamilan atau kesehatan wanita melalui pencegahan dan
penatalaksanaan.3

2.2 Tujuan
Tujuan utama konseling dan perawatan prakonsepsi yaitu peningkatan kondisi
kesehatan ibu, menilai faktor risiko, menerapkan langkah-langkah medis yang
tepat, dan memberikan dukungan mental pada ibu, sebelum kehamilan.1,5
Konseling prakonsepsi memiliki peranan yang penting karena dapat
mengetahui wanita mana yang diuntungkan dari intervensi dini, seperti mereka
yang menderita diabetes melitus atau hipertensi dan dapat membantu mengurangi
cacat janin. Organogenesis dimulai 17 hari setelah fertilisasi, maka sebaiknya
diperhatikan lingkungan yang baik untuk perkembangan hasil konsepsi. Hasil akhir
maternal dan perinatal juga bergantung pada interaksi antara faktor ibu, janin dan

5
lingkungannya, serta sulit untuk menerangkan hasil akhir kehamilan hanya
berdasarkan satu intervensi spesifik. Tujuan dari konseling prakonsepsi, yaitu
sebagai berikut.6
1. Meminimalkan kehamilan yang tidak direncanakan
2. Memaksimalkan penyakit-penyakit kronik untuk kehamilan (DM, epilepsi,
hipotiroid, gangguan kardiovaskular)
3. Menganjurkan perilaku sehat selama kehamilan
4. Konseling mengenai suplemen nutrisi, diet yang adekuat dan olahraga
cukup
5. Menawarkan vaksinasi yang tepat sebelum kehamilan (rubella, difteri,
hepatitis B)
6. Skrining terhadap kelainan genetik atau kromosomal
7. Meningkatkan kesiapan pasien untuk kehamilan dan menjadi orang tua

2.3 Manfaat
Uji-uji acak yang mengevaluasi manfaat konseling prakonsepsi jarang
dilakukan, sebagian karena tidak memberikan konseling adalah tindakan yang tidak
etis. Selain itu, karena hasil akhir pada ibu dan janin bergantung pada interaksi
berbagai faktor ibu, janin dan lingkungan. Suatu hasil akhir yang terjadi sulit
dikaitkan dengan intervensi tertentu. Oleh sebab itu, hanya ada sedikit studi
prospektif dan kelola kasus yang secara jelas memperlihatkan keberhasilan
konseling prakonsepsi.3
Konseling mengenai risiko kehamilan yang mungkin terjadi dan berbagai
strategi pencegahannya perlu diberikan sebelum konsepsi. Pada saat sebagian besar
wanita menyadari bahwa mereka hamil – 1 sampai 2 minggu setelah terlambat haid
– medulla spinalis janin telah terbentuk dan jantung telah berdenyut. Karena itu,
banyak strategi pencegahan, misalnya asam folat untuk mencegah defek tabung
saraf, kurang efektif jika dimulai pada waktu ini. Diperkirakan bahwa hampir
separuh dari semua kehamilan adalah tidak direncanakan, dan kehamilan inilah
yang mungkin berisiko paling besar. Kehamilan yang tidak direncanakan lebih
besar kemungkinannya terjadi pada wanita muda atau lajang, memiliki tingkat

6
pendidikan relatif rendah; merokok, minum alkohol, atau memakai obat terlarang,
dan tidak mendapat asam folat.3

2.4 Konselor dan Klien Prakonsepsi


Praktisi yang memberi layanan perawatan kesehatan rutin memiliki kesempatan
terbaik untuk melakukan konseling pencegahan. Dokter ahli ginekologi, ahli
penyakit dalam, dokter umum, dokter keluarga dan dokter anak dapat
melakukannya sewaktu melakukan pemeriksaan berkala. Hasil pemeriksaan
kehamilan yang negatif merupakan waktu yang tepat untuk konseling. Dokter
keluarga dapat melakukan dua hal untuk mempromosikan kesehatan prakonsepsi
sebagai perawatan kesehatan. Pertama, meminta setiap wanita usia reproduksi
apakah dia berniat untuk hamil di tahun berikutnya. Menanyakan setiap wanita
tentang niat reproduksinya dan mempromosikan gagasan bahwa kehamilan harus
direncanakan, dan dengan menyediakan kontrasepsi untuk wanita yang tidak
bermaksud untuk hamil dan mempromosikan inisiasi strategi dengan konseling
prakonsepsi bagi wanita itu, jika dan ketika mereka memiliki keinginan untuk
hamil. Kedua, menginformasikan pada wanita-wanita tersebut bahwa kondisi
kesehatan ibu dan obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi hasil kehamilan dan
kehamilan tersebut dapat mempengaruhi kesehatan wanita secara umum.3,7
Semua wanita usia reproduksi dan memiliki potensi untuk hamil yang datang
ke layanan primer adalah kandidat yang dipertimbangkan untuk konseling
prakonsepsi. Dapat diberikan nasihat dasar mengenai diet, bahaya pemakaian
alkohol, obat terlarang, dan merokok; asupan vitamin, olahraga dan perilaku lain.
Catatan medis yang relevan perlu diteliti. Konselor perlu mengetahui tentang
penyakit medis, riwayat pembedahan, penyakit reproduksi atau penyakit genetik
dan harus mampu menginterpretasi data dan rekomendasi yang diberikan oleh
spesialis lain. Jika praktisi merasa kurang nyaman dalam memberi konseling maka
wanita atau pasangan yang bersangkutan dapat dirujuk ke konselor yang
sesuai.3,5,7,8

7
2.5 Hal-Hal yang Harus diperhatikan pada Kunjungan Konseling Prakonsepsi

2.5.1 Suplementasi Asam Folat


Suplementasi asam folat 400 mcg/hari yang yang dimulai sebelum
kehamilan dan diteruskan hingga 6-12 minggu pascakonsepsi dapat menurunkan
kejadian defek tabung saraf hingga 75%. Satu studi enunjukkan bahwa wanita yang
menerima konseling prakonsepsi dari dokter keluarganya lima kali lebih mungkin
mengkonsumsi asam folat sebelum konsepsi. Wanita yang mengkonsumsi
antagonis asam folat atau memiliki fetus dengan DTS atau kelainan bawaan lainnya
dihubungkan dengan defisiensi asam folat (contoh: labiognatoschizis, penyakit
katup jantung, anomali traktus urinarius, hidrosefalus) harus mengkonsumsi 4-5 mg
asam folat per hari mulai 3 bulan sebelum kehamilan dan diteruskan hingga 12
minggu pascakonsepsi. Wanita dengan penyakit penyerta (epilepsi, IDDM, obesitas
dan riwayat keluarga dengan DTS) juga harus mengkonsumsi dosis tinggi asam
folat.8,9

2.5.2 Wanita dengan Berat Badan kurang


Wanita dengan berat badan kurang (IMT <18,5 kg/m2) dihubungkan dengan
kejadian kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah. Berat badan kurang juga
dikaitkan dengan defisiensi gizi, osteoporosis, amenore, infertilitas, dan aritmia.
Bayi dengan ibu yang memiliki berat badan kurang juga memiliki risiko tinggi
menderita gastroschisis. Wanita dengan IMT kurang harus ditangani sebagai
gangguan makan dan di konseling mengenai berat badan kurang dapat
mempengaruhi kesehatan dan kehamilannya.8,9

2.5.3 Kondisi-kondisi dimana kehamilan merupakan Kontraindikasi


Ada beberapa kondisi medis dimana kehamilan merupakan kontraindikasi.
Ada keengganan umum untuk menginstruksikan perempuan untuk tidak hamil
karena akhirnya itu sebenarnya keputusan mereka. Wanita dengan hipertensi
pulmonal yang memiliki risiko hingga 50% kematian, wajar untuk memberikan
saran eksplisit terhadap konsepsi dan nasihat tentang kontrasepsi yang sesuai.

8
Beberapa kondisi jantung lainnya dapat diberi saran serupa dan kontrasepsi untuk
kelompok berisiko tinggi ini mungkin memerlukan saran para ahli. Gangguan
pernapasan tingkat lanjut dapat berarti bahwa kehamilan merupakan kontraindikasi.
Biasanya akan menjadi jelas bahwa kondisi medis parah akan terdapat pada pasien
dengan kondisi latar belakang medis mereka dengan penyakit seperti kistik fibrosis
atau toleransi latihan mereka terbatas. Saran dari para ahli harus selalu diminta
sebelum menginformasikan pasien bahwa kehamilan merupakan kontraindikasi.
Pada wanita dengan kanker tertentu seperti kanker payudara, fokus akan lebih
ditujukan untuk memastikan interval bebas penyakit sebelum konsepsi. Pada wanita
dengan kelainan ginjal yang mengancam nyawa, mungkin kehamilan yang lebih
baik yaitu berusaha hamil lebih cepat daripada menundanya. Bahwa konsepsi
sebaiknya terjadi pada gagal ginjal ringan sampai sedang daripada gagal ginjal berat
dengan ibu makin berusia lanjut. Skenario klinis seperti ini adalah peluang bagus
untuk meninjau kebutuhan konseling prakonsepsi dan untuk memastikan bahwa
metode tatalaksana yang digunakan sesuai dengan kondisi medis yang terlibat.2

2.5.4 Mengetahui Obat-obat Teratogen


Kebanyakan obat aman untuk digunakan dalam kehamilan. Ketika
memberikan konseling prakonsepsi, obat-obat harus ditinjau untuk memastikan
bahwa tidak ada risiko dari efek teratogenik. Perlu dipertimbangkan dan diberikan
saran yang bersifat retrospektif dimana penggunaannya dapat memberikan efek
negatif dan obat mana yang perlu diberikan secara hati-hati serta kapan pemberian
obat yang paling aman. Teratogenesis adalah defek anatomi pertumbuhan pada
janin yang dapat meliputi: 2
 Defek struktur mayor atau minor organ janin
 Pertumbuhan janin terhambat
 Kematian janin
 Kegagalan implantasi dan pertumbuhan embrio
 Pengaruh neonatal
Obat-obatan seperti metotreksat, ACE inhibitor, karbamazepin, asam
valproate, misoprostol dan tetrasiklin harus dapat dihindari selama kehamilan.2

9
2.5.5 Komplikasi Obstetrik
Penyulit obstetrik juga dapat menjadi saran untuk menghindari kehamilan.
Riwayat perdarahan pasca persalinan berulang atau beberapa bekas luka uterus
dengan risiko plasenta akreta. Wanita dengan riwayat onset awal atau preeklampsia
berat atau kelahiran prematur dapat diberi peringatan pada konseling prakonsepsi.
Wanita mungkin datang untuk konseling mengingat riwayat persalinan traumatis
sebelumnya. Kunjungan tersebut biasanya sangat berharga dalam membantu wanita
mengetahui penyebab penyulit pada kehamilan sebelumnya, menawarkan
penjelasan untuk rencana pengelolaan bila terdapat penyulit yang sama seperti
sebelumnya dan membuat rencana yang jelas untuk kehamilan berikutnya. Ini tidak
biasa bagi wanita untuk memilih tidak hamil akibat riwayat persalinan traumatis
sebelumnya, karena mereka merasa bahwa mereka tentu akan terkena stres yang
sama dengan kehamilan berikutnya. Sejauh mana situasi seperti ini timbul belum
cukup banyak diteliti. Kunjungan untuk konseling dalam keadaan seperti itu bisa
menjadi sangat bermanfaat.2

2.5.6 Masa Nifas


Kebutuhan untuk transisi ke masa kehamilan telah ditekankan selama
konseling prakonsepsi. Maka juga jelas bahwa kelancaran transisi yang sama harus
terjadi setelah melahirkan. Nifas adalah waktu dengan risiko yang sangat tinggi
untuk pasien kelainan jantung dan juga waktu ketika banyak kehilangan fungsi
ginjal dapat terjadi pada wanita dengan penyakit ginjal. Gangguan perdarahan dapat
menyebabkan morbiditas utama dalam masa nifas dan kontrol optimal dari insulin
dapat membantu ibu diabetes untuk menyusui. Penanganan yang cepat dari adanya
masalah imunologi dapat mencegah masalah-masalah besar lainnya di masa nifas.
Hal ini sangat penting ditekankan bahwa komunikasi yang baik antara spesialis dan
tim obstetrik terjadi setelah melahirkan dan saran dari senior ahli yang terus
diberikan untuk pasien tersebut. Rencana untuk transisi ini harus diletakkan pada
saat konseling di awal kehamilan.2

10
Secara umum, CDC mempublikasikan 14 hal yang diutamakan pada konseling
dan intervensi prakonsepsi, yaitu sebagai berikut.5,7

Tabel 2. 14 Intervensi dalam Kunjungan Konseling Prakonsepsi7

2.6 Identifikasi Faktor Risiko


Setelah anamnesis, pemeriksaan fisik, dan tes medis, dokter akan
mengidentifikasi dan menilai faktor potensial, termasuk faktor genetik, lingkungan,
psikologis, dan perilaku, yang mungkin mengakibatkan cacat lahir atau hasil
kehamilan yang merugikan lainnya. Untuk pasangan tanpa faktor risiko, dokter
akan menyarankan bahwa mereka datang secara teratur untuk mendapatkan
konseling kesehatan yang lebih. Jika hanya satu pasangan berpartisipasi dalam
pelayanan, dokter akan menyarankan bahwa pasangan lainnya berpartisipasi
sesegera mungkin. Bagi mereka yang memiliki faktor risiko potensial, dokter akan
menginformasikan beberapa faktor risiko dan potensi dampak yang akan terjadi

11
pada janin, selain dari merekomendasikan konsultasi lebih lanjut, pemeriksaan,
rujukan, dan pengobatan, sementara menunda subur jika perlu.4
Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:

2.6.1 Riwayat Pribadi dan Keluarga


Perlu dilakukan anamnesis menyeluruh tentang riwayat medis, obstetrik,
sosial dan keluarga. Informasi yang bermanfaat besar kemungkinannya diperoleh
dengan mengajukan pertanyaan spesifik tentang masing-masing aspek dan tentang
anggota keluarga daripada mengajukan pertanyaan umum yang terbuka. Anamnesis
mungkin memerlukan waktu 30 menit sampai satu jam. Beberapa keterangan
penting dapat diperoleh dengan kuisioner, idealnya pada kunjungan prakehamilan
rutin. Juga tersedia kuisioner yang sudah jadi tentang topik-topik diatas. Jawaban
diulas bersama dengan pasangan yang bersangkutan untuk memastikan tindak
lanjut yang sesuai, termasuk memperoleh rekam medis yang relevan.3

2.6.2 Riwayat Medis


Konseling prakonsepsi membahas semua faktor risiko yang penting bagi ibu
dan janin. Hal-hal umum mencakup bagaimana kehamilan akan mempengaruhi
kesehatan ibu, dan bagaimana kondisi risiko-tinggi dapat mempengaruhi janin.
Yang terakhir, berikan nasihat untuk memperbaiki prognosis kehamilan. Hampir
semua penyakit medis, obstetris atau genetik perlu dipertimbangkan sebelum
kehamilan. Semua ini dibahas dalam kaitannya dengan risiko bagi ibu dan janin,
dan pasangan yang bersangkutan perlu ditawari tentang evaluasi prakehamilan.3
1. Penyakit Genetik
Wanita-wanita yang latar belakang etnis, rasa tau riwayat pribadi atau
keluarganya menmpatkan mereka pada risiko memiliki janin dengan penyakit
genetik perlu mendapat konseling yang sesuai. Para wanita ini memerlukan
kunjungan konseling tambahan ke konselor genetik yang terlatih. Mereka juga
mungkin memerlukan konsultasi dengan spesialis lain, misalnya ahli anestesi,
dokter jantung atau dokter bedah. 3

12
2. Riwayat Reproduksi
Riwayat reproduksi mencakup upaya konsepsi sebelumnya, ada tidaknya
infertilitas dan hasil akhir kehamilan yang tidak normal, termasuk keguguran,
kehamilan ektopik, atau kematian janin berulang; dan penyulit obstetris
misalnya preeclampsia, abrupsio plasenta dan persalinan preterm. Riwayat
reproduksi anggota keluarga dekat juga mungkin bermanfaat. Sebagai contoh,
pada kematian janin berulang, adanya anggota keluarga lain dengan riwayat
sama meningkatkan risiko adanya translokasi tata-ulang (rearrangements)
kromosom lainnya yang bersifat familial. Riwayat yang mengisyaratkan
inkompetensi serviks atau anomali uterus sebaiknya segera dievaluasi. 3

2.6.3 Riwayat Sosial


1. Usia Ibu
Pertanyaan yang sering muncul yaitu mengenai kelayakan kehamilan pada
usia tertentu. Usia ibu lebih tua terkait dengan peningkatan risiko pre-
eklampsia, diabetes gestasional, masalah medis insidental, aneuploidi dan
keguguran. Usia ibu memiliki dampak pada hasil akhir kehamilan di kedua
ujung usia reproduksi. Remaja lebih besar kemungkinan mengalami anemia dan
berisiko tinggi mengalami persalinan prematur, dengan akibat meningkatnya
kematian bayi. Insiden penyakit menular seksual –yang sering pada remaja-
bahkan lebih tinggi selama kehamilan. Karena sebagian besar kehamilan
mereka tidak direncanakan, maka remaja jarang mencari konseling prakonsepsi.
Para wanita muda ini biasanya masih tumbuh dan berkembang sehingga
membutuhkan kalori yang lebih besar daripada wanita yang lebih tua. Remaja
normal dan yang kurang beratnya perlu dinasihati untuk meningkatkan asupan
kalori sebesar 400 kkal/hari. Sebaliknya, remaja dengan obesitas kemungkinan
tidak memerlukan tambahan kalori. Terkadang, pertanyaan spontan dapat
mengungkapkan adanya riwayat penyalahgunaan obat terlarang. 2,3
Saat ini, sekitar 10% kehamilan terjadi pada wanita berusia lebih dari 35
tahun. Wanita berusia lebih tua lebih sering meminta konseling prakonsepsi,
baik karena ingin menunda kehamilan dan sekarang ingin mengoptimalkan

13
kehamilannya, maupun karena berencana menjalani terapi infertilitas. Wanita
ini mungkin mengalami peningkatan risiko penyulit obstetrik serta morbiditas
dan mortalitas perinatal jika mereka menderita penyakit kronis atau kondisi
fisiknya buruk. Akan tetapi, untuk wanita yang beratnya normal dan secara fisik
bugar tanpa masalah medis, risiko tampaknya tidak meningkat secara nyata.
Angka kematian ibu hamil lebih tinggi pada wanita berusia 35 tahun atau lebih.
Dibandingkan dengan wanita dalam usia 20-an, wanita berusia 35-39 tahun 2,5
kali lebih sering dan wanita berusia 40 tahun atau lebih 5,3 kali lebih sering
mengalami mortalitas terkait-kehamilan.3
Risiko janin terkait-usia ibu terutama berasal dari: 3
(1) Persalinan kurang bulan atas indikasi penyulit pada ibu, misalnya
hipertensi dan diabetes
(2) Persalinan kurang bulan spontan
(3) Gangguan pertumbuhan janin yang berkaitan dengan penyakit kronik
pada ibu atau gestasi multijanin
(4) Aneuploidy janin
(5) Kehamilan yang diperoleh dengan bantuan teknologi reproduksi
2. Usia Ayah
Meskipun terdapat peningkatan insiden penyakit genetik pada anak akibat
mutasi dominan autosom baru pada pria berusia lebi tua, namun insidennya
masih tetap rendah. Karena itu, masih diperdebatkan apakah pemeriksaan
sonografik terarah perlu dilakukan semata-mata atas indikasi usia ibu atau ayah
yang lanjut. 3
3. Obat-obatan dan Merokok
Kunci untuk mencegah kerusakan janin akibat obat adalah mengupayakan
wanita yang bersangkutan jujur mengenai pemakaian obat-obat terkait.
Pertanyaan seyogyanya tidak menghakimi. Retardasi mental terkait alkohol saat
ini merupakan satu-satunya sindrom retardasi mental yang dapat dicegah.
Wanita pecandu alkohol dapat diidentifikasi dengan mengajukan pertanyaan
TACE. Hal ini adalah satu rangkaian yang terdiri atas 4 pertanyaan mengenai
toleransi terhadap alkohol, merasa terganggu (annoyed) oleh komentar

14
mengenai kebiasaan minum mereka, upaya untuk berhenti (cut down), dan
riwayat minum-minum pada dini hari (eye opener). 3
Merokok mempengaruhi pertumbuhan janin secara dependen-dosis.
Merokok meningkatkan risiko kelahiran prematur, hambatan pertumbuhan
janin, dan berat badan lahir rendah serta attention defisit hyperactivity disorder
(ADHD) dan masalah perilaku dan belajar saat anak mencapai usia sekolah.
Merokok juga meningkatkan risiko penyulit kehamilan yang berkaitan dengan
insufisiensi vaskular, seperti insufisiensi uteroplasenta dan solusio plasenta.
Tingkat pemakaian tembakau harus ditentukan dan wanita yang bersangkutan
perlu ditawari program prakehamilan untuk mengurangi atau menghentikan
kebiasaan merokok. 3
4. Pajanan di Lingkungan
Meskipun semua orang terpajan bahan-bahan tertentu di lingkungan, namun
hanya beberapa bahan yang meningkatkan risiko kehamilan. Pajanan ini
mencakup organisme penginfeksi, sebagai contoh, perawat bayi baru lahir
berpotensi terpajan sitomegalovirus atau respiratory syncytial virus, dan
petugas tempat penitipan anak mungkin terpajan logam berat atau bahan kimia,
misalnya pelarut organik. Pasien yang tinggal di pedesaan mungkin terpajan
pestisida yang berpotensi merugikan air sumur yang tercemar. 3
Metil merkuri adalah pencemar lingkungan yang berpotensi mempengaruhi
semua wanita hamil karena ikan-ikan besar tertentu tercemar oleh bahan ini.
Merkuri adalah suatu neurotoksin yang mudah menmebus plasenta dan berefek
buruk pada janin. Karena itu, US Food and Drugs Administration (2004)
menganjurkan bahwa wanita hamil tidak mengkonsumsi ikan hiu, ikan todak,
king mackered, atau tilefish, dan bahwa mereka mengkonsumsi tidak lebih dari
12 ons kerang-kerangan atau ikan lain per minggu. Albacore atau tuna putih
mengandung lebih banyak merkuri daripada tuna kalengan lainnya. 3
Lebih lanjut dibahas, tidak terdapat bukti pada manusia atau hewan bahwa
pajanan ke berbagai medan elektromagnetik, misalnya kabel listrik tegangan
tinggi, selimut listrik, oven microwave, dan telepon seluler berefek buruk pada
janin. 3

15
2.6.4 Gaya Hidup dan Pekerjaan
Sangat ideal untuk mendorong pasien mengadopsi gaya hidup sehat saat
mereka berencana untuk hamil. Sebagai perempuan, mereka akan mengalami
peningkatan motivasi untuk meningkatkan kesehatan mereka. Mereka harus
didorong untuk makan diet seimbang, berolahraga secara teratur, berhenti merokok,
menghindari konsumsi alkohol, berhenti menggunakan narkoba, menghilangkan
paparan racun lingkungan, dan mengurangi stres.
1. Diet dan Berat Badan
Berat badan memiliki dampak yang jelas pada hasil kehamilan, yaitu
indeks massa tubuh (IMT) rendah dikaitkan dengan pertumbuhan janin
terhambat, IMT tinggi dengan berat badan janin yang meningkat, memiliki
risiko yang mungkin lebih besar terkena defek tabung saraf, diabetes
gestasional, risiko distosia bahu, komplikasi anestesi dan morbiditas terkait
lainnya. Kegemukan dilaporkan berkaitan dengan sejumlah penyulit
maternal, seperti hipertensi, preeklamsia, kesulitan persalinan, kehamilan
postmatur, pelahiran Caesar dan penyulit operasi.2,3,9,10
Pika terhadap es, tepung binatu, tanah liat, sampah atau bahan bukan
makanan lainnya harus segera dihentikan. Pada beberapa kasus, hal ini
mungkin mencerminkan respons fisiologik tak lazim terhadap difisiensi
besi. Banyak diet vegetarian kurang mengandung protein, tetapi hal ini
dapat diperbaiki dengan meningkatkan konsumsi telur dan keju. Selain
defisiensi gizi, anoreksia dan bulimia meningkatkan risiko gangguan
elektrolit, aritmia jantung dan patologi saluran cerna. Penyulit terkait
kehamilan antara lain adalah peningkatan risiko berat lahir rendah, lingkar
kepala kecil, mikrosefalus dan kecil untuk usia kehamilan. 3,11
2. Olahraga
Belum ada data yang menunjukkan bahwa olahraga merugikan
kehamilan. Sebagian besar wanita hamil dapat melanjutkan olahraga
mereka selama gestasi, meskipun mereka perlu menyadari bahwa kehamilan
dapat menyebabkan masalah keseimbangan dan bahwa relaksasi sendi dapat
menjadi predisposisi terjadinya cedera ortopedi. Wanita perlu dianjurkan

16
untuk tidak berolahraga hingga kelelahan dan perlu meningkatkan
pengeluaran panas dan penggantian cairan. Wanita hamil perlu menghindari
posisi terlentang, aktivitas yang memerlukan kesimbangan tinggi, dan
kondisi cuaca ekstrim. 3
Latihan aerobik setiap hari selama 30 sampai 60 menit dapat membantu
menjaga kebugaran fisik, kardiorespirasi dan mempersiapkan diri untuk
perubahan fisik kehamilan. Latihan mungkin juga meningkatkan kesehatan
mental, mengurangi stres melalui peningkatan endorfin dan penurunan
kortisol.9
3. Kekerasan dalam Rumah Tangga
Kehamilan dapat memicu masalah antarpribadi dan merupakan saat
risiko kekerasan oleh pasangan meningkat. Wanita yang melaporkan
kekerasan oleh pasangan selama setahun sebelum hamil berisiko lebih besar
mengalami sejumlah penyulit, mecakup hipertensi, perdarahan pervaginam,
hiperemesis, persalinan kurang bulan, dan bayi berat lahir rendah. 3
Dokter perlu mengajukan pertanyaan mengenai faktor-faktor risiko
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan sebaiknya sekaligus
memberikan intervensi jika memungkinkan. KDRT kemungkinan terjaddi
pada wanita yang pasangannya menyalahgunakan alkohol atau obat, baru
menganggur, memiliki tingkat pendidikan yang rendah atau pendapatan
kurang, atau riwayat ditahan. 3
4. Riwayat Keluarga
Metode paling menyeluruh untuk memperoleh riwayat keluarga adalah
membuat silsilah (pedigree) dengan menggunakan simbol-simbol. Status
kesehatan dan reproduksi masing-masing anggota keluarga perlu dikaji
secara individual untuk penyakit medis, retardasi mental, cacat lahir,
infertilitas dan kematian janin. Ras, etnis atau latar belakang agama tertentu
mungkin menunjukkan peningkatan risiko untuk penyakit resesif tertentu. 3
5. Imunisasi
Konseling prakonsepsi mencakup penilaian terhadap imunitas.
Imunisasi-imunisasi lain mungkin diindikasikan bergantung pada status

17
kesehatan, rencana bepergian, dan waktu dalam tahun. Vaksin terdiri dari
toksoid-misalnya, tetanus; bakteri atau virus yang sudah mati misalnya
influenza, pneumokokus, hepatitis B, meningokokus, dan rabies; atau virus
hidup yang telah dilemahkan-termasuk varisella-zoster, campak,
gongongan, polio, rubella, cacar air, dan demam kuning. Imunisasi selama
kehamilan dengan toksoid atau bakteri atau virus mati belum pernah
dilaporkan berkaitan dengan efek buruk pada janin. Sebaliknya, vaksin virus
hidup tidak dianjurkan selama kehamilan dan idealnya diberikan paling
tidak 1 bulan sebelum upaya mengandung. 3,
6. Skrining
Uji laboratorium tertentu mungkin membantu dalam menilai risiko dan
mencegah beberapa komplikasi selama kehamilan. Uji-uji ini mencakup uji-
uji dasar yang biasanya dilakukan selama perawatan prenatal. Sebagian
contoh adalah bahwa status imun terhadap rubella, varisella, dan hepatitis B
perlu diketahui sehingga dapat dilakukan vaksinasi sebagai bagian dari
perawatan prakonsepsi. Hemogram akan menyingkirkan sebagian besar dari
anemia herediter yang serius. Elektroforesis hemoglobin dilakukan pada
orang yang berisiko tinggi – misalya orang Amerika-Afrika untuk penyakit
sel sabit dan wanita keturunan Mediterania atau Asia untuk talasemia.
Pasangan dari keturunan Yahudi merupakan kandidat untuk pemeriksaan
penyakit Tay-Sachs dan Canavan, sementara keturunan Kaukasus Eropa
utara mungkin perlu diperiksa untuk fibrosis kistik. Uji-uji yang lebih
spesifik dapat membantu evaluasi wanita dengan penyakit medis kronik
tertentu.3

2.7 Konseling Prakonsepsi pada Wanita dengan Penyakit Medis Kronik


Wanita dengan gangguan medis yang serius memerlukan perawatan dan
konseling tertentu sebelum kehamilan. Tujuannya adalah untuk menyediakan
perawatan dari keadaan penyakit kronis pada masa awal konsepsi hingga persalinan
dan kembali ke perawatan medis jangka panjang. Hal ini penting bagi wanita

18
dengan masalah medis tertentu diberi pertimbangan komplikasi yang dapat terjadi
pada trimester pertama.2,4
Kondisi-kondisi medis kronik tersebut antara lain, sebagai berikut.

1. Hipertensi
Hasil akhir kehamilan yang merugikan pada hipertensi kronis serupa dengan
yang dijumpai pada penyakit ginjal dan umumnya setara dengan derajat
peningkatan tekanan darah. Hipertensi dapat memburuk selama kehamilan,
disertai peningkatan morbiditas ibu, perlunya tambahan terapi obat, atau
perlunya persalinan prematur iatrogenik. 3
Evaluasi dilakukan untuk mencari kausa hipertensi yang nyata. Fungsi
ginjal dan jantung dinilai. Meskipun sebagian besar wanita tersebut menderita
hipertensi esensial, namun kadang-kadang ditemukan kausa yang dapat
diperbaiki dan idealnya diatasi sebelum konsepsi. Pada banyak kasus,
kegemukan adalah kofaktor yang dapat diubah dengan penurunan berat badan.3

2. Penyakit Ginjal
Eksaserbasi hipertensi renoprival bersama preeklamsia merupakan hal yang
perlu diperhatikan bagi wanita dengan semua bentuk penyakit ginjal.
Pertanyaan apakah kehamilan meningkatkan kerusakan ginjal atau
mempercepat disfungsi permanen masih diperdebatkan, tetapi berbagai efek ini
tampaknya lebih berkaitan dengan penyakit yang parah. Penanda baik untuk
meramalkan hasil akhir perinatal adalah nilai kreatinin serum melebihi 1,5
mg/dL. Wanita penderita penyakit ginjal berat atau tahap akhir dapat memilih
untuk menunggu transplantasi ginjal sebelum mempertimbangkan kehamilan. 3

3. Diabetes Melitus
Karena patologi ibu dan janin yang berkaitan dengan hiperglikemia telah
dikenal baik, diabetes adalah prototipe dari suatu penyakit yang mendapatkan
manfaat dari konseling prakonsepsi. Banyak dari penyulit pada diabetes dapat
dihindari jika kontrol glukosa dioptimalkan sebelum konsepsi. The American
Diabetes Association and Gynecologist (2005) menyimpulkan bahwa konseling

19
prakonsepsi untuk wanita dengan DM pragestasi bermanfaat dan cost-effective
serta harus dianjurkan. Risiko bagi ibu dan janin meningkat pada diabetes yang
terekspresi nyata. Komplikasi diabetes dapat mencakup kerusakan retina, ginjal
dan jantung, infeksi saluran kemih, dan ketoasidosis diabetikum. Hipertensi
sering terjadi dan wanita diabetes yang juga menderita penyakit ginjal berisiko
tinggi mengalami preeklamsia. Risiko yang lainnya adalah peningkatan
mortalitas perinatal, berbagai malformasi, gangguan pertumbuhan, persalinan
prematur iatrogenik dan ketidakstabilan metabolik pada neonates. Defek tabung
saraf serta anomali jantung dan ginjal pada janin terjadi dua hingga lima kali
lebih sering pada bayi dari ibu diabetes. 3
Rekomendasi utama dari ADA pada perawatan prakonsepsi adalah
mencapai kadar hemoglobin A1c terendah tanpa menyebabkan risiko
hipoglikemia yang tak perlu pada ibu. Selain memantau kontrol diabetes selama
6 minggu sebelumnya, pengukuran HbA1c juga dapat digunakan untuk
menghitung risiko terjadinya anomali mayor. 3
Konseling prakonsepsi telah dibuktikan menurunkan penyulit terkait-
diabetes pada semua stadium kehamilan. Dunne, dkk. (1999) melaporkan
bahwa wanita diabetes yang mendapat konseling akan mengikuti perawatan
prenatal yang lebih dini, memiliki kadar hemoglobin A1c yang lebih rendah,
dan lebih kecil kemungkinannya merokok selama hamil. Dari para wanita yang
mendapat konseling, tidak ada yang melahirkan sebelum 30 minggu
dibandingkan dengan 17 persen pada kohort yang tidak mendapat konseling.
Yang terakhir, wanita yang mendapat konseling lebih jarang melahirkan bayi
makrosomia-25 versus 40 persen; bayi mereka tidak ada yang mengalami
hambatan pertumbuhan dibandingkan dengan 8,5 persen pada wanita yang tidak
mendapat konseling; tidak ada kematian neonatus dibandingkan dengan 6
persen; dan jumlah bayi mereka yang harus dirawat intensif hanya separuhnya
dibandingkan bayi dari ibu yang tidak mendapat konseling-17 versus 34 persen.
Demikian juga, Temple, dkk. (2006) mendapatkan bahwa penyimpangan hasil
akhir kehamilan dan persalinan kurang bulan pada rnereka yang mendapat

20
perawatan prahamil lebih rendah. Dengan demikian, konseling prakonsepsi
mengurangi biaya perawatan kesehatan pada wanita diabetes.3

Tabel 4. Rekomendasi American Diabetes Association untuk perawatan prakonsepsi wanita


dengan Diabetes

4. Epilepsi
Anak dari wanita epilepsi dua sampai tiga kali lebih besar kemungkinan
mengalami kelainan struktural dibandingkan dengan mereka yang ibunya sehat;
anak terpajan antikonvulsan mungkin mengalami risiko yang lebih tinggi.

21
Konseling prakonsepsi bagi wanita epilepsi biasanya mencakup penilaian
tentang aktivitas kejang, diikuti oleh rekomendasi untuk beralih ke regimen obat
yang paling nonteratogenik atau bahkan mungkin menghentikan pengobatan
sebelum konsepsi. Secara umum, wanita yang mendapat monoterapi dan telah
bebas kejang selama paling sedikit 2 tahun merupakan kandidat untuk
penghentian pengobatan. Percobaan penghentian pengobatan dilakukan
bersama dengan ahli saraf dan umumnya tidak dianjurkan jika wanita yang
bersangkutan hamil. Perlu dicatat bahwa suplementasi asam folat perikonsepsi
bagi para wanita ini mengurangi insidensi cacat tuba neural janin. 3

5. Penyakit Jantung Kongenital


Seiring kemajuan dalam perawatan neonates dan teknik bedah, banyak
wanita penderita kelianan jantung bawaan dapat bertahan hidup hingga usia
subur dan hamil. Fungsi jantung secara cermat dievaluasi untuk keselamatan
janin. Catatan pembedahan dikaji ulang, dan semua obat dievaluasi untuk
keselamatan janin. Sebagai contoh, warfarin dihentikan. Risiko kematian harus
diperkirakan menurut sifat penyakit jantung dan status fungsional jantung.
Wanita hipertensi pulmonal apa pun etiologinya, koarktasio aorta komplikata
atau sindrom Marfan disertai keterlibatan aorta memiliki risiko kematian yang
cukup besar sehingga layak dianjurkan untuk tidak hamil. 3

6. Tromboembolisme
Wanita yang memiliki riwayat penyakit tromboembolik berisiko tinggi
mengalami embolus berulang selama kehamilan. Risiko yang pasti sulit
ditentukan, tetapi mungkin mencapai 10%, dan faktor-faktor tertentu terbukti
mempengaruhinya. Sebagai contoh, wanita berusia lebih dari 35 tahun
memperlihatkan insidensi dua kali lipat dibandingkan dengan wanita yang lebih
muda. Wanita yang lebih tua dan merokok lebih besar kemungkinan mengalami
kerusakan vaskular akibat rokok. Faktor risiko yang sangat penting adalah
riwayat penyakit tromboembolus dalam keluarga, yang mungkin
menginsyaratkan kemungkinan trombofilia herediter. 3

22
7. Trombofilia
Defisiensi antikoagulan herediter mencakup defisiensi protein C atau
protein S, defisiensi antitrombin III, resistensi protein C aktif (mutasi faktor V
Leiden), hiperhomosisteinemia (mutasi metilen tetrahidrofolat reductase), dan
mutasi prothrombin 20210GA. selain itu, defek koagulasi didapat mencakup
antibody antifosfolipid, yaitu antikoagulan lupus dan antibodi antikardiolipin.
Wanita dengan riwayat tromboembolisme dan trombofilia herediter harus diberi
tahu tentang tingginya risiko kekambuhan, dan bahwa kehamilan dapat
mempersulit upaya pencegahan. Informasi juga harus diberikan tentang risiko
seumur hidup dan kemungkinan perlunya profilaksis kronis. Banyak wanita
tidak hamil yang mendapat profilaksis diberi warfarin dan karena teratogenik
maka obat ini perlu diganti dengan heparin jika pasien ingin hamil. 3

8. Penyakit Jaringan Ikat


Risiko yang berkaitan dengan kehamilan untuk masing-masing penyakit
otoimun sangat bervariasi dalam keparahannya, berkisar dari minimal hingga
mengancam nyawa. Obat yang sering diresepkan untuk penyakit vaskular-
kolagen, sebagai contoh, kortikosteroid, agen anti inflamasi nonsteroid, dan
analgesik tidak menimbulkan risiko bagi janin. Pada kasus berat, mungkin
digunakan obat imunosupresif kuat, dan meskipun sebagian besar tidak
dianggap membahayakan janin, namun terdapat kekhawatiran teoretis
mengenai keamanan obat-obat ini. Inhibitor ACE dapat menimbulkan efek
merugikan pada janin dan dihentikan pada wanita yang ingin hamil. 3

9. Penyakit Psikiatrik
Kambuhnya penyakit psikiatrik selama kehamilan dapat disebabkan oleh
penghentian pengobatan oleh pasien sendiri karena mereka beranggapan bahwa
obat-obat tersebut dapat membahayakan janin, risiko depresi pascapartum berat
atau psikosis meningkat pada wanita dengan riwayat penyakit psikiatrik.
Wanita yang pernah mengalami psikosis pascapartum pada kehamilan
sebelumnya memiliki risiko kekambuhan 50-75%. Wanita dengan riwayat

23
depresi mayor, sindrom prahaid atau riwayat postpartum blues juga berisiko
tinggi. Sebaliknya, kehamilan tampaknya tidak meningkatkan risiko
kekambuhan skizofrenia. 3
Secara umum, sebagian besar obat psikiatrik belum pernah dilaporkan
berkaitan dengan cacat lahir atau kelainan perkembangan. Beberapa jenis
penyakit jiwa bersifat herediter. Sementara risiko seumur hidup rata-rata untuk
menderita skizofrenia adalah 0,8%; anak dengan satu orang tua skizofrenia
memiliki risiko 12%; mereka yang kedua orang tuanya skizofren memiliki
risiko 40%; dan saudara kandung dari penderita skizofrenia memiliki risiko
10%. Rata-rata risiko seumur hidup untuk gangguan bipolar diperkirakan
adalah 0,5-1,0%; tetapi jika salah satu orang tua penderita gangguan bipolar,
maka risiko untuk anak mereka meningkat menjadi 15%. Anak penderita
gangguan afektif juga berisiko mengalami ADHD. 3

2.8 Penyakit Genetik


Centers for Disease Control and Prevention (2007) memperkirakan bahwa
cacat lahir mengenai 1 dari setiap 33 bayi yang lahir di Amerika Serikat setiap
tahun. Selain itu, cacat-cacat ini saat ini menjadi penyebab utama mortalitas bayi
dan menyebabkan 20% kematian. Manfaat konseling prakonsepsi biasanya diukur
dengan membandingkan insiden kasus baru sebelum dan setelah inisiasi program
konseling. Sebagian dari contoh penyakit kongenital yang jelas mendapat manfaat
dari konseling prakonsepsi adalah cacat tabung saraf, fenilketonuria, talasemia, dan
penyakit Tay-Sachs.3
2.8.1 Cacat Tabung Saraf/CTS (Neural Tube Defect)
Insiden kelainan ini adalah 1-2 per 1000 kelahiran hidup, dan penyakit
golongan ini menempati posisi kedua di bawah anomali jantung sebagai penyebab
tersering malformasi struktural janin tersering. Sebagian dari CTS, serta cacat
jantung kongenital berkaitan dengan mutasi spesifik di gen metilen tetrahidrofosfat
reduktase (677CT). Sebagian besar dari efek merugikan ini tampaknya dapat
diatasi dengan pemberian suplemen asam folat perikonsepsi. Meskipun perannya

24
masih diperdebatkan, kadar vitamin B12 yang rendah pada masa perikonsepsi,
serupa dengan folat dapat meningkatkan risiko CTS. 3
Meskipun jelas bermanfaat, dalam tahun-tahun terakhir hanya 40-50%
wanita yang mendapat supplemental asam folat selama periode perikonsepsi.
Prediktor terkuat pemakaian tampaknya adalah konsultasi ke petugas kesehatan
sebelum konsepsi. Untuk meningkatkan suplementasi, banyak Negara memperkaya
tepung gandum dan jagung dengan asam folat untuk menurunkan angka CTS. 3
2.8.2 Fenilketonuria (PKU)
Penyakit metabolisme fenilalanin yang diturunkan ini adalah suatu contoh
penyakit dengan janin tidak berisiko mewarisi penyakitnya, tetapi dapat mengalami
kerusakan akibat penyakit pada ibunya. Secara spesifik, orang dengan PKU yang
makan tanpa batasan akan mengalami peningkatan abnormal kadar fenilalanin
darah. Asam ini ini mudah melewati plasenta dan dapat merusak organ-organ janin
yang sedang terbentuk, terutama jaringan saraf dan jantung. Dengan konseling
prakonsepsi yang sesuai dan kepatuhan terhadap diet rendah fenilalanin sebelum
kehamilan, insiden malformasi janin dapat dikurangi secara drastis. 3
The Maternal Phenylketonuria Collaborative Study telah memastikan
efektivitas perawatan prakonsepsi pada hampir 300 wanita dengan penyakit ini.
Dibandingkan dengan bayi yang ibunya kurang mengontrol dietnya, bayi dari para
wanita dengan diet rendah fenilalanin memperlihatkan penurunan insiden
mikrosefalus, kelainan neurologis, dan cacat jantung. Demikian juga adanya
perbaikan berat lahir janin, lingkar kepala, dan skor angka intelegensi (IQ) pada
110 neonatus yang ibunya memulai diet rendah fenilalanin sebelum konsepsi. 3
2.8.3 Thalassemia
Penyakit gangguan sintesis rantai globin ini adalah penyakit gen-tunggal
tersering di seluruh dunia. Hampir 200 juta orang membawa sebuah gen untuk salah
satu hemoglobinopati ini, dan telah dikenal ratusan mutasi yang dapat
menyebabkan sindrom talasemia. Di daerah endemik seperti Negara-negara
Mediterania dan Asia Tenggara, konseling dan strategi pencegahan lain telah
mengurangi insiden kasus-kasus baru paling tidak sebesar 80%. The American
College of Obstetricians and Gynecologists (2007) merekomendasikan bahwa

25
orang yang memiliki riwayat talasemia dalam silsilah keluarganya dianjurkan untuk
menjalani skrining karier agar mereka dapat membuat keputusan setelah mendapat
penjelasan yang memadai (informed decision) mengenai reproduksi dan diagnosis
prenatal. 3
2.8.4 Penyakit Tay-Sachs
Efektivitas konseling prakonsepsi dalam mengurangi penyakit genetik
paling jelas terbukti pada penyakit Tay-Sachs. Ini adalah penyakit neurodegeneratif
autosom-resesif parah yang menyebabkan kematian pada masa kanak-kanak dini.
Pada awal tahun 1970-an, terdapat sekitar 60 kasus baru setiap tahun di Amerika
Serikat, terutama pada keturunan Yahudi. Telah dilakukan suatu kampanye intensif
untuk memberi konseling kepada pria dan wanita usia subur keturunan Yahudi
untuk mengidentifikasi pembawa melalui pemeriksaan genetik, menyediakan
pemeriksaan prenatal untuk pasangan berisiko tinggi dan bahkan membantu
pembawa heterozigot untuk memiliki pasangan hidup yang tidak terkena. Dalam 8
tahun setelah dimulainya kampanye ini, hampir 1 juta orang dwasa diseluruh dunia
telah diperiksa dan diberi konseling. Maka, insiden kasus Tay-Sachs baru telah
merosot hingga hanya sekitar 5 kasus baru per tahun.3

2.9 Topik-topik Konseling Prakonsepsi


Dalam kunjungan prakonsepsi, konselor dapat memilih topik-topik konseling
yang dapat didiskusikan bersama wanita dan pasangannya, seperti tercantum pada
tabel berikut.
Tabel 5. Topik-topik Konseling Prakonsepsi
Kondisi Rekomendasi pada saat Konseling Prakonsepsi
Pajanan lingkungan3 Metilmerkuri: tidak mengkonsumsi ikan hiu, ikan todak, king
mackerel, atau tilefish, dan mengkonsumsi tidak lebih dari 12 ons
kerang-kerangan atau ikan lain per minggu. Tidak mengkonsumsi
Albacore atau tuna putih lebih dari 6 ons seminggu.
Timah: tes kadar timah dalam darah, ditangani bila ada indikasi
sesuai rekomendasi

Diabetes3 Nasihati tentang kontrol glukosa, khususnya selama periode


perikonspesi untuk menurunkan tertaogenisitas diabetes.
Evaluasi untuk retinopati, nefropati, hipertensi, dsbnya.

26
Kondisi Rekomendasi pada saat Konseling Prakonsepsi
Berat abnormal3 Hitung IMT setiap tahun
IMT ≥ 25 kg/m2: konsultasi tentang diet. Pemeriksaan untuk diabetes
dan sindrom metabolik jika diindikasikan.
IMT ≤ 25 kg/m2: pemeriksaan untuk gangguan makan (eating
disorders)

Penyakit kardiovaskular3 Berikan informasi tentang risiko spesifik selama kehamilan. Berikan
informasi kepada wanita yang endapat ACE inhibitor dan ARB
tentang teratogenisitas obat, tentang kontrasepsi efektif selama
pemakaian dan tentang perlunya mengganti obat sebelum
konsepsi. Diskusikan kapan kehamilan dapat
dikontraindikasikan. Tawarkan konsul genetik bagi mereka
dengan kelainan jantung kongenital. Kaji ulang situasi untuk
antisipasi endokarditis infeksi.

Hipertensi kronik3 Berikan informasi mengenai risiko terhadap jantung selama


kehamilan. Optimalkan fungsi jantung dan tawarkan kontrasepsi
yang efektif pada periode ini dan bagi mereka yang tidak ingin
hamil. Nilai mereka yang mengidap HTN kronik untuk hipertrofi
ventrikel, retinopati, dan penyakit ginjal. Diskusikan efek
teratogen ARB, warfarin, ACE inhibitor dan jika mungkin ganti
dengan obat yang tidak berbahaya saat kontrasepsi direncanakan.

Asma3 Berikan informasi mengenai risiko asma selama kehamilan.


Optimalkan fungsi paru dan tawarkan kontrasepsi efektif selama
periode ini. Terapi wanita yang bersangkutan dengan terapi
farmakologis bertahap untuk asma kronik berdasarkan
rekomendasi ACOG-ACAAI (2000)

Trombofilia3 Tanyakan tentang riwayat pribadi atau keluarga mengenai penyakit


trombotik atau hasil akhir kehamilan buruk yang berulang. Jika
ada, berikan konseling dan lakukan uji penapisan bagi mereka
yang ingin hamil. Tawarkan konseling genetik bagi mereka yang
mengidap trombofilia. Bahaslah tertaogenisitas warfarin,
tawarkan kontrasepsi efektif sewaktu pemakaian obat tersebut
dan gantilah dengan obat yang kurang teratogenik jika mungkin,
sebelum hamil.

Penyakit ginjal3 Berikan konseling tentang risiko spesifik selama kehamilan.


Optimalkan kontrol tekanan darah dan tawarkan kontrasepsi
efektif selama pengobatan. Berikan konseling bagi wanita yang
mendapat ACEI dan ARB tentang tertogenisitas obat, tawarkan
kontrasepsi efektif sewaktu pemakaian obat tersebut dan gantilah
dengan obat yang kurang teratogenik jika mungkin, sebelum
hamil.
Penyakit kulit3 Bahas teratogenisitas isotretinoin dan etretinat, kontrasepsi efektif
selama pemakaian obat-obat tersebut dan perlunya mengganti
obat sebelum konsepsi.

27
Kondisi Rekomendasi pada saat Konseling Prakonsepsi
Penyakit saluran cerna3 Inflammatory Bowel Disease: berikan konseling kepada wanita yang
mengidapnya tentang risiko subfertilitas dan gangguan
kehamilan. Bahaslah tereatogenisitas metotreksat dan
imunomodulator lain, tentang yang belum banyak diketahui, mis:
mikrofenolat mofetil, dsbnya. Tawarkan kontrasepsi efektif
selama pengobatan dang anti obat, jika mungkin, sebelum hamil.

Penyakit hepatobiliaris3 Hepatitis B: berikan vaksinasi kepada semua wanita berisiko tinggi
sebelum konsepsi. Berikan konseling kepada pembawa kronik
tentang pencegahan penularan ke pasangan dan janin.
Hepatitis C: lakukan uji penapisan pada wanita berisiko tinggi.
Berikan konseling kepada wanita yang terkena tentang risiko
penyakit dan penularannya. Rujuk untuk terapi, bahas rincian
pengobatan selama kehamilan dan tawarkan kontrasepsi efektif.

Penyakit darah3 Anemia defisiensi besi: suplementasi besi, jika ditemukan


Sickle-Cell disease: lakukan skrining pada semua wanita kulit hitam.
Berikan konseling kepada mereka yang memiliki sifat atau
penyakit ini. Periksa pasangan jika diperlukan.
Thalassemia: lakukan skrining pada wanita keturunan Asia Tenggara
atau Mediterania

Penyakit tiroid3 Lakukan skrining untuk mereka yang memperlihatkan gejala


penyakit tiroid. Pastikan diet cukup mengandung iodium. Terapi
hipotiroid atau hipertiroidisme sebelum konsepsi. Berikan
konseling tentang risiko penyakit terhadap hasil akhir kehamilan.

Penyakit jaringan ikat3 RA: berikan konseling tentang risiko kekambuhan setelah kehamilan.
Bahaslah tertaogenisitas metotreksat dan leflunomid serta
kemungkinan efek samping imunomedulator lain. Tawarkan
kontrasepsi efektif selama pemakaian obat tersebut an ganti obat
sebelum konsepsi. Tunda NSAID hingga gestasi 27 minggu.
SLE: berikan konseling tentang risiko selama kehamilan. Optimalkan
terapi penyakit dan tawarkan kontrasepsi efektif selama waktu ini
dan mereka bagi mereka yang tidak ingin hamil. Bahas
teratogenisitas mikrofenolat dan siklofosfamid serta
kemungkinan efek berbagai imunomedulator yang lebih baru.
Kontrasepsi efektif selama pengobatan. Jika mungkin ganti obat
sebelum konsepsi.

Penyakit neuropsikiatri3 Gangguan kejang: optimalkan kontrol kejang dengan menggunakan


monoterapi jika mungkin
Depresi: lakukan skrining untuk gejala-gejala depresi. Pada mereka
yang mengidap, berikan konseling tentang risiko terapi dan risiko
penyakit yang tidak diobati serta risiko tinggi kekambuhan
selama kehamilan dan masa nifas.

28
Kondisi Rekomendasi pada saat Konseling Prakonsepsi
Kanker3 Berikan konseling tentang opsi mempertahankan kesuburan sebelum
terapi kanker dan tentang penurunan fertiltas setelah pemberian
obat-obat tertentu. Tawarkan konseling genetik bagi mereka yang
mengidap kanker terkait-mutasi. Evaluasi fungsi jantung pada
mereka yang mendapat obat kardiotoksik, misalnya adriamisin.
Lakukan mammografi bagi mereka yang pernah mendapat
radioterapi thoraks sewaktu kanak-kanak. Bahaslah kemoterapi
dan kemungkinan efek teratogeniknya jika pengobatan berlanjut
selama kehamilan.

Penyakit infeksi3 Bakteriuria asimptomatik: konseling prakonsepsi tidak berperan


Vaginosis bakteri: konseling prakonsepsi tidak berperan
Influenza: berikan vaksinasi kepada wanita yang akan hamil selama
musim flu. Vaksinasi wanita risiko tinggi sebelum musim flu.
Malaria: berikan konseling untuk menghindari bepergian ke daerah
endemik selama konsepsi. Jika tidak mungkin, tawarkan
kontrasepsi efektif selama perjalanan atau berikan
kemoprofilaksis bagi mereka yang berencana hamil.
Rubella: lakukan pemeriksaan untuk imunitas rubella. Jika tak imun,
berikan vaksinasi dan konseling tentang pentingnya kontrasepsi
efektif selama 3 bulan berikutnya.
Tuberkulosis: lakukan skrining untuk wanita risiko-tinggi dan
berikan terapi sebelum konsepsi.
Tetanus: perbarui vaksinasi, sesuai kebutuhan, pada semua wanita
usia subur.
Varisella: tanyakan tentang imunitas. Jika tak-imun, berikan
vaksinasi.

Penyakit menular seksual3 Gonore, sifilis, infeksi klamidia: lakukan skrining untuk wanita
risiko-tinggi dan terapi sesuai indikasi.
HIV: lakukan skrining terhadap wanita berisiko. Berikan konseling
bagi wanita yang terkena tentang risiko selama kehamilan dan
pada penularan perinatal. Bahaslah tentang inisiasi terapi
sebelum kehamilan untuk menurunkan risiko penularan.
Tawarkan kontrasepsi efektif bagi mereka yang tidak ingin hamil.
HPV: lakukan skrining apusan PAP. Vaksinasi pasien kandidat.
HSV: lakukan skrining serologis terhadap wanita asimptomatik yang
pasangannya mengidap penyakit ini. Berikan konseling bagi
wanita yang terkena mengenai risiko penularan perinatal dan
tindakan pencegahan selama trimester ketiga dan persalinan.

2.10 Rekomendasi untuk Meningkatkan Kesehatan Prakonsepsi


Menurut survei tahun 2016 di Amerika Serikat, diantara wanita-wanita usia
reproduksi, sekitar 50,7% dilaporkan telah menerima konseling prakonsepsi.
Meningkatkan kesehatan prakonsepsi (dalam konseling dan perawatan

29
prakonsepsi) dapat menghasilkan peningkatan hasil kesehatan reproduksi, juga
dengan potensi untuk mengurangi biaya sosial. Konseling prakonsepsi bertujuan
untuk mempromosikan kesehatan wanita usia reproduksi sebelum konsepsi dan
dengan demikian maka dapat meningkatkan hasil yang yang dicapai sehubungan
dengan kehamilan.11,12
Oleh karena itu, terdapat 10 rekomendasi dari Department of Health and
Human Service, Centers for Disease Control and Prevention untuk meningkatkan
kesehatan wanita sebelum konsepsi, apakah untuk kehamilan pertama atau
kehamilan berikutnya. Rekomendasi-rekomendasi tersebut antara lain: 1) tanggung
jawab individu, 2) kesadaran klien, 3) kunjungan pencegahan 4) intervensi untuk
risiko yang teridentifikasi, 5) perawatan interkonsepsi, 6) pemeriksaan pra
kehamilan, 7) cakupan asuransi kesehatan untuk wanita dengan pendapatan rendah,
8) program dan strategi kesehatan masyarakat, 9) penelitian, dan 10) monitoring
perkembangan.12
Rekomendasi ini adalah rencana strategis untuk meningkatkan kesehatan
prakonsepsi melalui perawatan klinis, perubahan perilaku individu, program
kesehatan masyarakat berbasis masyarakat, dan kampanye pemasaran sosial untuk
mengubah pengetahuan, sikap dan praktek konsumen. Perubahan kebijakan di
tingkat lokal dan secara nasional akan diperlukan untuk mendukung beberapa
rekomendasi ini. Kebijakan ini akan membahas perubahan akses, pembayaran, dan
jenis layanan yang tersedia. Empat tujuan ditetapkan untuk mencapai rekomendasi
ini: 1) meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku laki-laki dan perempuan yang
berhubungan dengan kesehatan prakonsepsi; 2) menjamin bahwa semua wanita usia
subur menerima layanan perawatan prakonsepsi (yaitu, skrining risiko berbasis
bukti, promosi kesehatan, dan intervensi) yang akan memungkinkan mereka untuk
memasuki kehamilan dengan kesehatan yang optimal; 3) mengurangi risiko
(ditunjukkan oleh hasil kehamilan sebelumnya yang merugikan) melalui intervensi
selama periode interkonsepsi, yang dapat dicegah atau diminimalkan mengenai
masalah kesehatan untuk ibu dan masa mendatang; dan 4) mengurangi kesenjangan
akibat hasil kehamilan yang tidak sesuai harapan.12

30
BAB III
KESIMPULAN

Konseling prakonsepsi merupakan ilmu kedokteran obstetrik preventif.


Banyak faktor yang mungkin mempengaruhi prognosis bayi dapat diketahui
sebelum kehamilan, selain wanita yang bersangkutan dinasehati mengenai risiko
yang ada, dan ditawarkan intervensi yang mungkin memperbaiki prognosis
kehamilan. Agar efektif, konsultasi mengenai potensi risiko kehamilan dan
intervensi untuk mencegahnya, harus diberikan sebelum konsepsi.
Konseling prakonsepsi ini dilakukan untuk membantu pria dan wanita
mempersiapkan kehamilan dengan cara meningkatkan kesehatan mereka sebelum
konsepsi, termasuk praktek-praktek kesehatan yang berkaitan dengan menjaga
kesuburan, mempersiapkan kehamilan, serta mengidentifikasi dan mengatasi
faktor-faktor risiko melalui penyediaan konseling dan melakukan diagnostik, terapi
dan intervensi farmakologis. Dengan demikian, konseling dan perawatan
prakonsepsi penting untuk memberikan kehamilan yang aman serta menjaga
kesehatan ibu dan janin.
Praktisi yang memberi layanan perawatan kesehatan rutin memiliki
kesempatan terbaik untuk melakukan konseling pencegahan. Dokter ahli
ginekologi, ahli penyakit dalam, dokter umum, dokter keluarga dan dokter anak
dapat melakukannya sewaktu melakukan pemeriksaan berkala. Hasil pemeriksaan
kehamilan yang negatif merupakan waktu yang tepat untuk konseling. Semua
wanita usia reproduksi dan memiliki potensi untuk hamil yang datang ke layanan
primer adalah kandidat yang dipertimbangkan untuk konseling prakonsepsi. Dapat
diberikan nasihat dasar mengenai diet, bahaya pemakaian alkohol, obat terlarang,
dan merokok; asupan vitamin, olahraga dan perilaku lain.
Dalam kunjungan konseling prakonsepsi, dapat diidentifikasi faktor-faktor
risiko yang dapat mempengaruhi hasil kehamilan kemudian dilakukan intervensi
terhadap hal itu. Wanita dengan kondisi penyakit medis kronis dapat
mempersiapkan dirinya lebih baik lagi sebelum hingga selama kehamilan, sehingga

31
penyakit genetik dapat dicegah dan hasil akhir kehamilan yang memuaskan dapat
dicapai.
Selain atas inisiatif dari dokter dan wanita yang ingin mempersiapkan
kehamilannya, konseling prakonsepsi dapat ditingkatkan melalui kebijakan
lokal/nasional berdasarkan rekomendasi-rekomendasi yang telah ditujukan.
Sehingga, konseling prakonsepsi yang diberikan sebelum kehamilan dan asuhan
antenatal selama kehamilan sangat penting untuk menjaga kesehatan dan
memastikan kesuksesan kehamilan.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Shahidi S, Aghdak P, Farajzadegan Z, et al. 2011. Reviewing the Effectiveness


of Pre-pregnancy Counseling Protocol on Pregnancy and Labor Indices.
IJNMR 2011; 16(4): 265-72.
2. Edmonds DK. 2012. Dewhurst’s Textbook of Obstetrics & Gynaecology 8th Ed.
London: Blackwell Publishing. p.34-37.
3. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al. 2014. Williams Obstetrics 24th
Ed. McGraw-Hill Education. p.156-164.
4. Li C, Zhao K, Farah OI, et al. 2014. Free Preconceptual Screening Examination
Service in Rural Areas of Hubei Province, China in 2012. J PLos ONE
2014;9(11):1-8.
5. Smith RP. 2013. Netter’s Obstetrics and Gynecology 3rd Ed. Philadelphia:
Saunders Elsevier. p.450-452.
6. Miller ES, Lee CJ. 2011. Deja Review Obstetrics & Gynecology 2nd Ed. New
York: McGraw-Hill Companies. p.244
7. Centre for Effective Practice. 2015. Preconception Health Care Tool. J of
Ontario College of Family Physicians.p.1-2.
8. Farahi N, Zolotor A. 2013. Recommendations for Preconception Counseling
and Care. J Am Fam Physician 2013;88(8):499-506.
9. Chandranipapongse W, Koren G. Preconception Counseling for Preventable
Risks. J of Canad Fam Physician 2013;59:737-9.
10. Paden MM, Avery Jr DM. 2012. Preconception Counseling to Prevent the
Complications of Obesity during Pregnancy. Am J of Clin Med 2012;9(1):30-
5.
11. Albright CM. 2016. Association Between Preconception Counseling and
Vitamin Intake among Reproductive-aged Women in the United States. Am J of
Obs Gyn 2016;S295.
12. Mitchell EW, Verbiest S. 2013. Effective Strategies for Promoting
Preconception Health–From Research to Practice. Am J of Health Promotion
2013;27(3):S1-3.

33

Anda mungkin juga menyukai